Aksi Anti-Outsourcing Terus Berlanjut

advertisement
Aksi Anti-Outsourcing Terus Berlanjut
MAY DAY - Para buruh melakukan long march menuju Istana Merdeka, Jakarta, dalam rangka peringatan Hari Buruh
Internasional (May Day) dari Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (1/5). Aksi sejumlah elemen organisasi buruh itu
antara lain menuntut penerapan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bagi pekerja. (Suara Karya/Andry Bey)
Senin, 3 Mei 2010
JAKARTA (Suara Karya): Berbagai elemen serikat pekerja/buruh dan komponen masyarakat
mendesak pemerintah untuk segera menghapuskan sistem kerja kontrak dan
pengalihdayaan (outsourcing) yang jelas tidak mencerminkan keberpihakan terhadap buruh
dan membuat nasib pekerja tidak menentu. Itu lebih baik daripada pemerintah terus
membela pengusaha melalui kebijakan-kebijakan yang terus menekan dan menggantung
status para buruh dalam pekerjaannya.
Tuntutan tersebut disampaikan koordinator aksi untuk Serikat Pekerja Logam
Elektrik dan Mesin Seluruh Indonesia (SP LEM SPSI) Surya Sanjaya dan Sekretaris
Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar di Jakarta,
kemarin.
"Penghapusan sistem outsourcing ini karena sistem kerja tersebut kerap menyiksa
rekan-rekan seperjuangan. Kami bekerja setiap hari, tapi nasib kami belum jelas,"
kata Surya Sanjaya.
Karena itu, kata dia, aksi tersebut akan terus dilaksanakan untuk menekan
pemerintah agar lebih serius melindungi rakyat. Bahkan, program Jamsostek baru
melindungi 24 persen pekerja dan sisanya masih belum memiliki jaminan sosial.
Menurut Timboel Siregar, tuntutan buruh selama ini merefleksikan kondisi buruh
yang sebenarnya sehingga pemerintah tidak menunda lagi penghapusan sistem
perekrutan tenaga kerja outsourcing di setiap perusahaan.
"Jika pemerintah berpihak kepada rakyat, seharusnya tuntutan ini tidak hanya dilihat
sebagai aspirasi semata, tapi dipenuhi segera," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Abdul Latif Algaff
mengatakan, pihaknya terus solid mengawal perusahaan "pelat merah" agar tetap
berjalan sesuai amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Dalam hal ini, serikat pekerja/karyawan harus menjaga konsistensi BUMN dalam
mengelola dan menjaga kekayaan negara sehingga bisa terus memenuhi hajat hidup
orang banyak.
Sebab, bila BUMN dan perusahaan-perusahaan lainnya beroperasi berlandaskan
amanat UUD 1945, maka dipastikan kalangan pekerja bisa mendapatkan tingkat
kesejahteraan yang ideal. Untuk itu, SP atau Sekar di BUMN harus menjadi garda
terdepan dalam menentukan arah operasional perusahaan dalam rangka memenuhi
amanat konstitusi.
Menurut Abdul Latif Algaff, dalam sejarah gerakan perjuangan buruh, serikat
pekerja/buruh merupakan bagian dari instrumen demokrasi yang berkontribusi besar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, serikat pekerja/buruh
menjadi perangkat masyarakat sipil yang tumbuh mandiri, sukarela, demokratis, dan
bertanggung jawab.
Menanggapi tuntutan buruh tersebut, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Mennakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, pemerintah selalu berusaha
menampung aspirasi kalangan pekerja/buruh yang bermuara pada peningkatan
kesejahteraan. Sebagai regulator dan fasilitator, pemerintah berharap agar ada titik
temu dalam bekerja sama untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang secara
otomatis dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh.
"Semangat dari May Day atau Hari Buruh Internasional harus bisa ditangkap
pengusaha dan pekerja untuk dijadikan momentum kebersamaan. Pengusaha dan
pekerja justru harus terus bekerja sama agar terus eksis memenangkan persaingan
global," katanya.
Terkait tuntutan perbaikan kesejahteraan oleh pekerja/buruh, seperti jaminan sosial,
pelaksanaan sistem kontrak dan outsourcing, sistem pengupahan, dan lainnya,
Muhaimin menjelaskan, pemerintah terus mendorong adanya perbaikan, misalnya
penyempurnaan sistem jaminan sosial. Dalam hal ini, Undang-Undang (UU) Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja akan terus diselaraskan atau
disesuaikan dengan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
"Menyangkut masalah jaminan sosial ini, pemerintah terus berusaha mewujudkan
pola yang komprehensif dan menyeluruh. Pelayanan program-program jaminan
sosial terus kita tingkatkan. Misalnya terkait PHK (pemutusan hubungan kerja), kita
sudah mengeluarkan peraturan bahwa pekerja peserta Jamsostek mendapat bantuan
tambahan dari Rp 300.000 menjadi Rp 500.000. Ini merupakan langkah awal untuk
menyempurnakan sistem jaminan sosial, selain langkah-langkah strategis maupun
sistematis lainnya," tutur Muhaimin.
Selain itu, dia mengatakan, pemerintah komitmen menyempurnakan peraturan dan
perundang-undangan terkait. Bahkan bersama perwakilan pengusaha dan pekerja,
pemerintah meminta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan kajian
untuk penyempurnaan seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan. Diharapkan solusi atas seluruh permasalahan ketenagakerjaan ini
bisa diatur dalam undang-undang. Untuk tahap awal, pemerintah terus
meningkatkan pengawasan agar sistem kerja kontrak dan model outsourcing tidak
disalahgunakan oleh pengusaha sehingga merugikan pekerja/buruh.
Berdasarkan pantauan Suara Karya di berbagai daerah, terlihat Istana Merdeka dan
Bunderan Hotel Indonesia menjadi titik sentral lokasi unjuk rasa buruh, terkait
dengan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei. Ribuan buruh "ditemani"
berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
memenuhi dua lokasi tersebut.
Mereka menuntut reformasi sistem jaminan sosial dan perubahan sistem
outsourcing. Para pengunjuk rasa minta pemerintah merealisasikan berbagai
regulasi, yang dibutuhkan untuk menjalankan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Di Denpasar Bali, Bandung, dan Medan aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati
Hari Buruh berlangsung aman. Mereka bersemangat memperjuangkan nasib.
Sejumlah organisasi mahasiswa turut ambil bagian dalam aksi demo kaum buruh ini.
Selain orasi, di Bandung demo diisi dengan aksi teatrikal dengan membawa replika
boneka tikus dalam ukuran jumbo sebagai simbol pemerintah. (Bayu/Andrian/Budi
Seno/Pudyo Saptono/Wahyudi/Tampubolon)
Download