Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di

advertisement
Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
Indonesia. Demikian Prof. Dr. dr. Sumarno DMM SpMK, dosen senior
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, mengawali orasi ilmiah
pengukuhan jabatan gurubesar mikrobiologi, Sabtu 28/1. Berbagai cara
telah dilakukan pemerintah untuk menanggulanginya, antara lain dengan
SKRT, vaksinasi, peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit, dan
penyehatan lingkungan. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan penderita di rumah sakit adalah dengan cara menegakkan
diagnosis sedini/secepat mungkin terhadap penyakit infeksi, agar dapat
dilakukan pengobatan penderita secara cepat sehingga terjadinya
kematian dapat dicegah.
Dalam upaya mendapatkan cara diagnosis dini tersebut, menurut Prof.
Sumarno, paling tidak ada 5 faktor yang berpengaruh. Yakni, peranan
mikrobiologi, peranan laboratorium, peranan rumah sakit, peranan sumber
dana, dan peranan pemerintah.
Tentang peranan mikrobiologi, Prof. Sumarno mengatakan ilmu mengenai mikroba ini berkembang
sangat pesat. Bahkan menyebabkan timbulnya ilmu baru, yaitu mikrobiologi klinik. Ilmu baru ini
mempelajari konsep teori mikroba dalam hubungannya dengan manusia. Salah satu titik perhatian ilmu
ini adalah mengenai proses terjadinya infeksi oleh mikroba (patogenesis).
Dalam hal patogenesis, ditemukan teori mengenai konsep perlekatan mikroba pada bagian yang cocok
yang secara molekuler diperantarai oleh molekul adhesi (pelekat) yang terdapat pada mikroba dan
molekul reseptor (penerima) yang terdapat pada sel inang (host). Sebagi akibat proses perlekatan ini
terjadi kolonisasi mikroba. Kolonisasi mikroba ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Yang
menguntungkan misalnya, proses pembentukan vitamin B kompleks oleh bakteri Escherichia coli yang
hidup dalam usus manusia. Sedangkan yang merugikan (menimbulkan gejala sakit) apabila koloni
mikroba mampu memproduksi toksin, misalnya bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera.
Atas dasar pengetahuan tentang tahap perlekatan bakteri pada sel inang ini, berkembang paradigma
baru dalam mikrobiologi klinik, yaitu mengenai peranan molekul adhesi bakteri untuk mengatasi penyakit
infeksi yang dikemas dalam bentuk vaksin, dan cara mendapatkan alat diagnosis dini yang dibuat atas
dasar konsep reaksi antigen-antibodi (ELISA, Western Blott, Dot Blott, dan Imunositokimia), atau
pemeriksaan materi genetika menggunakan alat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pengembangan vaksin berbasis molekul adhesi, demikian Prof. Sumarno, telah disampaikan oleh
sejawatnya, Prof. Sanarto Santoso baru-baru ini. Sementara itu Prof. Sumarno dalam kesempatan itu
memaparkan beberapa hasil penelitian kolega dan penelitiannya sendiri untuk mendapatkan alat
diagnosis dini penyakit infeksi yang berbasis molekul adhesi mikroba. Dari hasil-hasil penelitian itu
ditemukan cara diagnosis dini yang baru untuk penyakit demam tifoid dengan menggunakan molekul
adhesi Salmonella typhi.
Peranan laboratorium sebagai penunjang penelitian juga diperlukan untuk mendapatkan alat diagnosis
dini. Akan menjadi baik ketika hal ini ditunjang dengan sumberdaya manusia dan peralatan
baik hardware dan software. Pili Cutter FKUB misalnya, adalah sebuah alat yang digunakan isolasi
molekul adhesi. Alat ini merupakan salah satu penunjang untuk mendapatkan alat diagnosis dini.
Selain itu, rumah sakit juga mempunyai peranan dalam menanggulangi penyakit infeksi. Tanpa
keterbukaan penerimaan dari pihak rumah sakit yang memiliki unsur laboratorium mikrobiologi klinik dan
dokter pengelola penderita penyakit infeksi maka hasil temuannya akan sukar diwujudkan.
Semua usaha itu untuk mewujudkannya tidak akan berhasil jika tidak ada dana. “Saya merasa, tanpa
adanya dana sangat sulit untuk mengembangkan diri”, ungkapnya. Kerjasama dengan institusi atau
pemerintah juga diperlukan dalam mempublikasikan temuan ilmiah secara internasional.
Harapannya, dengan adanya penelitian intensif tentang molekul adhesi mikroba penyebab infeksi akan
dapat diproduksi vaksin dan alat diagnosis dini penyakit infeksi. Keberadaan scientific cluster dalam hal
ini sangat memungkinkan untuk menghasilkan produk yang berupa barang, yaitu kit diagnosis atau
vaksin yang dipatenkan yang marketable. [vty]
Download