BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Pengertian Bank

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam
perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak
yang mempunyai kelebihan dana (saver). Bank berasal dari bahasa Itali
yakni “Banco” yang berarti “Bangku atau Kursi”.
Bank merupakan
lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010 :12). Menurut
Undang-Undang RI No.10 tahun 1998, mengatakan bahwa Bank adalah
Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan
dan
menyalurkan
kepada
masyarakat
dalam
rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.2. Laporan Keuangan Bank
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu
(periode tertentu) akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi
tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik,
manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi
keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat
bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja
manajemen bank selama periode tertentu. Keuntungan dengan membaca
laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada
serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki.
Laporan keuangan yang disajikan manajemen terdiri dari empat
laporan utama yang menggambarkan sumber-sumber kekayaan (assets),
kewajiban
(liabilities),
profitabilitas,
dan
transaksi-transaksi
yang
menyebabkan arus kas perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut para
investor dapat memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan.
Laporan keuangan kemudian dianalisis untuk diketahui apakah perusahaan
tersebut mempunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang.
Dalam menyajikan informsi tentang laporan keuangan, pihak bank
memiliki laporan keuangan tersendiri. Laporan keuangan bank yang
lengkap terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No 1, tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
dalam pengambilan keputusan. Laporan yang disajikan oleh suatu
perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu
bertujuan, antara lain: (1) Memberikan informasi tentang posisi keuangan
bank menyangkut harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada
periode tertentu; (2) Memberikan informasi menyangkut laba rugi suatu
bank pada periode tertentu; (3) Memberikan informasi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank;
(4) Memberikan informasi tentang performance suatu bank (Faud dan
Rustam, 2005:17).
2.2. Analisis Rasio Keuangan
Dalam menilai dan mengevaluasi kondisi keuangan dan prestasi suatu
perusahaan diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali
digunakan adalah analisis keuangan adalah rasio. Menurut Riyanto (1998:
239) dalam Nugraheni dan Hapsoro (2007), rasio adalah alat yang dinyatakan
dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara dua data keuangan.
Analisis
rasio
keuangan
merupakan
analisis
dengan
jalan
membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya secara
individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos
tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Analisis dan penafsiran
berbagai rasio keuangan akan memberikan pemahaman yang lebih baik
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis hanya terhadap data
keuangan saja. Menurut Husnan (1992) dalam Nugraheni dan Hapsoro
(2007), analisis rasio keuangan pada umumnya melibatkan dua jenis
perbandingan, yaitu:
1. Perbandingan internal yang membandingkan rasio saat ini dengan rasio
masa lalu dan yang diharapkan di masa yang akan datang untuk
perusahaan yang sama.
2. Perbandingan eksternal yang membandingkan rasio suatu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada
titik yang sama.
Setiap laporan keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin
dicapai oleh masing-masing perusahaan. Tujuan penggunaan rasio keuangan
khususnya untuk perusahaan perbankan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Aspek permodalan : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui
kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung bank secara
efisien.
2. Aspek likuiditas : tujuan penggunaannya adalah untuk mengukur
kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek.
3. Aspek rentabilitas : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui
kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan melalui operasi bank.
4. Aspek resiko usaha : tujuan penggunaannya adalah untuk mengukur
kemampuan bank dalam mencegah resiko dari aktivitas operasi.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
5. Aspek efisiensi usaha : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui
kinerja manajemen dalam menggunakan semua aset secara efisien.
Dalam
analisa laporan
keuangan
pada umumnya digunakan
perhitungan rasio. Dengan melakukan analisis terhadap neraca dan
perhitungan laba rugi, akan diketahui hubungan timbal balik antara aktiva,
hutang/ kewajiban dan modal bank. Dari laporan keuangan tersebut dapat
pula diketahui 6 faktor penting untuk menilai usaha bank yaitu permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas (earnings), likuiditas, dan
sensitivitas terhadap risiko pasar yang dikenal dengan CAMELS sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia N0. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank.
Faktor permodalan (capital) yaitu sampai dimana bank memenuhi
penilaian permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dengan modal sendiri yang cukup,
bank dapat memanfaatkan sebagian dari padanya untuk membiayai kebutuhan
atas prasarana dan sarana operasi yang memadai. Faktor kualitas aktiva
produktif yaitu sejauhmana bank memelihara kualitas aktivanya seproduktif
mungkin sehingga menjamin hasil yang mendukung rentabilitas.
Penilaian kepada manajemen dibagi dalam 5 kelompok yaitu
manajemen
permodalan,
manajemen
aktiva,
manajemen
rentabilitas,
manajemen likuiditas dan manajemen umum. Faktor rentabilitas (earnings)
yaitu melihat kemampuan bank dalam menciptakan laba. Faktor likuiditas
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
didasarkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
Kinerja suatu perusahaan diukur dari seberapa besar perusahaan
tersebut mendatangkan keuntungan. Sehingga dengan kinerja yang semakin
tinggi, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut akan semakin
banyak. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan. Rasio keuangan perbankan yang digunakan sebagai proksi
kinerja perbankan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On
Assets (ROA), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO),
Loan to Deposit Ratio (LDR).
2.2.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang). Rasio
permodalan ini merupakan komponen kecukupan pemenuhan KPMM
(Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) terhadap ketentuan yang
berlaku. Rasio CAR diperoleh dari modal yang dibagi dengan ATMR
(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut (SE No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14):
CAR =
Modal
X 100%
AktivaTertimbangMenurut Re siko
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari :
1. Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
2. Cadangan tambahan modal, terdiri dari :
a. Faktor penambah, yaitu :
1. Agio saham yaitu selisih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
2. Modal sumbangan yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk
selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
3. Cadangan umum modal yaitu cadangan yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih dikurangi pajak.
4. Cadangan tujuan modal yaitu laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu.
5. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak yaitu seluruh
laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan
penggunaannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
6. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak yaitu
laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi taksiran
pajak, dan yang diperkirakan dalam modal inti sebesar 50%.
7. Selisih lebih penjabaran
laporan keuangan kantor cabang luar
negeri.
8. Dana setoran modal.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
b. Faktor pengurang, yaitu :
1. Disagio
2. Rugi tahun-tahun lalu
3. Rugi tahun berjalan
4. Selisih kurang penjabaran laporan keuangan kantor cabang di luar
negeri
5. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk di
jual.
Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill. Modal
pelengkap terdiri dari :
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang diterima dari selisih
penilaian aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Pajak.
2. Cadangan umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (maksimal
1,25% dari ATMR) yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani
laba rugi tahun berjalan.
3. Modal pinjaman yaitu hutang didukung oleh warkat yang memiliki sifat
seperti modal dengan ciri-ciri tidak dijaminkan oleh bank yang
bersangkutan.
4. Pinjaman subordinasi (maksimal 50% dari modal inti) yaitu pinjaman
yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Ada pinjaman tertulis antara pihak bank dengan pemberi pinjaman.
2) Mendapat persetujuan terlebuh dahulu dari Bank Indonesia.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.
4) Minimal jangka waktu 5 tahun. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia,
dan
dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.
5) Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukan sama dengan modal).
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual
setinggi-tingginya 45%.
Aktiva tertimbang menurut resiko adalah nilai total masing-masing aktiva
bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut.
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling
berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang
memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. ATMR merupakan
penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR rekening administratif.
Aktiva neraca terdiri dari:
1. Kas dengan bobot risiko 0%
2. Emas dan mata uang emas dengan bobot risiko 0%
3. Giro pada BI dengan bobot risiko 0%
4. Tagihan pada bank lain
1) Bank Sentral Negara lain dengan bobot risiko 20%
2) Bank lain dengan bobot risiko 0%
5. Surat berharga yang dimiliki
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
1) SBI, treasury Bill dan Sertifikat Bank Sentral Negara lain dengan bobot
risiko 0%
2) SBPU yang diterbitkan terdiri dari Bank Sentral dan Pemerintah pusat
0%, Bank lain 20% dan pihak swasta lainnya dengan bobot risiko 100%
3) Saham dan obligasi yang diterbitkan terdiri dari bank lain 20% dan
pihak swasta lainnya 100%
6.
Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh
1) Bank sentral dan Pemerintah Pusat 0%
2) Bank lain 20%
3) Kredit pemilikan rumah 50%
4) Pihak lainnya 100%
7.
Penyertaan 100%
8.
Aktiva tetap dan inventaris 100%
9.
Antar kantor aktiva 100%
10. Rupa-rupa aktiva
1) Tagihan dalam rangka inkaso 20%
2) Lainnya 100%
Sedangkan rekening administratif terdiri dari:
1.
Fasilitas kredit yang belum digunakan
1) Yang disediakan bagi dan dijamin oleh : Bank sentral dan Pemerintah
Pusat 0%, Bank lain 20%, Pihak lainnya 100%
2) Yang disediakan dalam rangka Kredit pemilikan rumah 50%
2.
Jaminan Bank
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
1) Dalam rangka pemberian kredit masuk L/C : Bank sentral dan
Pemerintah Pusat 0%, Bank lain 20%, Pihak lainnya 100%
2) Bukan dalam rangka pemberian kredit : Bank sentral dan Pemerintah
Pusat 0%, Bank lain 0%, Pihak lainnya 0%
3) L/C yang masih berlaku : Bank sentral dan Pemerintah Pusat 0%, Bank
lain 0%, Pihak lainnya 0%
3.
Kewajiban membeli kembali aktiva bank 0%
4.
Posisi neto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga 0%
2.2.2. Non Performing Loan (NPL)
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah
kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Kredit adalah kredit
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian
kualitas aset bank umum. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit bermasalah dihitung berdasarkan
nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN/Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai). Total kredit dihitung berdasarkan nilai tercatat
dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). NPL (Non
Performing Loan) dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.12/11/DPNP
Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :
NPL =
JumlahKreditBermasalah
X 100%
TotalKredit
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit
bermasalah
disebabkan
oleh
kegagalan
pihak
debitur
memenuhi
kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang
telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Kredit bermasalah
di bagi menjadi:
1. Kredit Kurang Lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan
dari waktu yang telah diperjanjikan.
2. Kredit Diragukan yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan
atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.
3. Kredit Macet yaitu kredit pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo dari jadwal yang telah diperjanjikan.
2.2.3. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan (laba bersih setelah pajak) yang diperoleh bank dibandingkan
dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio NPM
mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari
kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai resiko,
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
seperti resiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative
spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas). Net Profit Margin
(NPM) dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2003:280) :
NPM =
LabaBersih
X 100%
Pendapa tan Operasional
Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih bank setelah dikurangi
pajak penghasilan. Pendapatan operasional terdiri dari:
1. Pendapatan Bunga
2. Komisi dan provisi
3. Pendapatan atas transaksi valuta asing
4. Transaksi berjangka valuta asing
5. Swap suku bunga
Pendapatan operasional lainnya terdiri dari penerimaan deviden dari anak
perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi penjualan surat berharga pasar
modal dan lainnya.
2.2.4. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba setelah pajak) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset. ROA dapat dihitung dengan rumus
(Helfert, 1991:64) :
ROA =
LabaBersih
X 100%
TotalAsset
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
Laba setelah pajak adalah laba bersih bank setelah dikurangi pajak
penghasilan. Total aset merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada
BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,
pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka
pajak, aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain.
2.2.5. Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat),
maka beban dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga
dan hasil bunga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE
No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :
BOPO =
TotalBebanOperasional
X 100%
TotalPendapa tan Operasional
Beban operasional merupakan beban yang dikeluarkan dalam
membiayai kegiatan operasional bank. Beban operasional terdiri dari beban
bunga. Beban operasional lainnya terdiri dari beban gaji dan tunjangan, beban
umum dan administrasi, beban promosi, beban premi penjaminan dan lainlain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga, komisi dan
provisi, pendapatan atas transaksi valuta asing, transaksi berjangka valuta
asing, swap suku bunga. Pendapatan operasional lainnya terdiri dari
penerimaan deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi
penjualan surat berharga pasar modal dan lainnya.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
2.2.6. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit
Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagi sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut (SE No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :
LDR =
Kredit
X 100%
DanaPihakKetiga
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dana Pihak
Ketiga adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam
rupiah dan valuta asing. DPK dalam rupiah meliputi kewajiban dalam rupiah
kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk, yang terdiri dari:
1. giro
2. tabungan
3. simpanan berjangka/deposito
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, termasuk Bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk, yang terdiri dari:
1. giro
2. tabungan
3. simpanan berjangka/deposito
2.3. Laba
2.3.1. Pengertian Laba
Laba adalah ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan
dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan yang
paling diminati dalam pasar uang. Laba juga merupakan pengukuran atas
perubahan kekayaan pemegang saham (perubahan nilai) maupun
merupakan estimasi laba masa depan.
Laba perusahaan dapat tercermin dalam laporan keuangan yang
dihasikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Laba merupakan proksi dari
kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diproksikan
dengan ukuran perubahan laba yang dihasikan oleh perusahaan. Oleh
karena itu, laporan keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan.
2.3.2. Konsep Laba
Menurut Fischer (1912) dalam Sofyan Syafri Harahap (1993: 264)
menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap yaitu :
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
1. Physical Income yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang
sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan,
laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real Income yaitu ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan
terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real
income ini adalah biaya hidup.
3. Money Income yaitu hasil uang yangditerima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
2.3.3. Tujuan Pelaporan Laba
Salah satu tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Menurut
Chariri dan Ghozali (2007) dalam Iswatun Khasanah (2010) informasi
tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk:
1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembali
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran
8. Sebagai dasar pembagian dividen
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
2.4. Kerangka Pemikiran
Suatu perusahaan perbankan dalam menjalankan usahanya
bergantung pada aspek modal, kualitas aktiva yang dimiliki, laba bersih
dari kegiatan operasinya, laba yang diperoleh, jumlah kredit yang
diberikan kepada masyarakat, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut sangat
mempengaruhi perolehan laba perusahaan. Perusahaan dinilai mengalami
peningkatan atau penurunan yaitu dengan melihat perubahan laba yang
dialami dari tahun ketahun.
Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang
dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan. Dalam dunia
perbankan alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bank
adalah rasio CAMELS yang disesuaikan dengan data yang mungkin
tersedia. Dalam penelitian ini, kinerja bank dinilai berdasarkan aspek
permodalan, aset, rentabilitas (earnings) dan likuiditas.
Jumlah modal suatu bank memegang peranan penting. Modal bank
tidak hanya berperan sebagai dana yang siap dioperasikan tetapi juga
merupakan faktor yang kritis dalam mempertimbangkan hubungan antara
risiko-hasil. Disamping itu, modal bank juga berperan dalam menentukan
pertumbuhan kegiatan usaha suatu bank. Bank tidak dapat tumbuh tanpa
dukungan modal minimal yang telah ditetapkan. Kenaikan aktiva harus
didukung oleh kenaikan modal agar bank tersebut memberikan hasil yang
optimal bagi pemiliknya dan dipercaya oleh nasabahnya.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang). Bank
Indonesia menetapkan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum
adalah sebesar 8%. Capital Adequacy atau kecukupan modal merupakan
faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan
menampung
kerugian,
sehingga
semakin
tinggi
nilai
CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik
dalam menunjang kebutuhannya, sehingga kenaikan rasio CAR akan
diikuti oleh pemenuhan laba yang lebih baik pula karena dengan naiknya
CAR membuat bank lebih leluasa dalam mengembangkan usahanya dan
lebih baik dalam menampung kemungkinan adanya risiko kerugian
(Susilo, 2000).
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio kredit yang dihadapi
bank karena menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman. Non Performing Loan (NPL) menggambarkan besarnya risiko
kredit yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL),
maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Jika
NPL tinggi maka kesempatan bank dalam memperoleh laba dari bunga
kredit dan pengembalian kredit akan hilang. Hilangnya kesempatan
memperoleh laba dari kredit yang macet mempengarui proyeksi
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
keuntungan yang direncanakan sehingga secara langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan pendapatan operasional. Laba bersih merupakan laba yang
diperoleh
bank
setelah
dikurangi
pajak
penghasilan.
Pendapatan
operasional terdiri dari pendapatan bunga, komisi dan provisi, pendapatan
atas transaksi valuta asing, transaksi berjangka valuta asing, swap suku
bunga dan pendapatan operasional lainnya. NPM mengacu kepada
pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan
pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai risiko kredit
(kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas
(jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain. Semakin tinggi NPM
menunjukkan bahwa semakin meningkat laba bersih yang dicapai
perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Meningkatnya NPM akan
meningkatkan daya tarik investor untuk menginvestasikan modalnya,
sehingga laba perusahaan akan meningkat.
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut (Dendawijaya, 2005). Sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Oleh karena itu dapat
dimungkinkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin meningkat. Tinggi
rendahnya ROA juga akan mempengaruhi perubahan laba. ROA yang
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
tinggi berarti rasio rentabilitas juga tinggi, dengan tingginya rentabilitas
berarti perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian
laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang
berasal dari deviden.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Meythi
(2005)
menjelaskan bahwa ROA merupakan rasio yang paling baik dalam
memprediksi pertumbuhan laba. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang
stabil dan pengelolaan asset secara efektif dan efisien akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk tumbuh. Dengan adanya kemampuan
tersebut maka perusahaan dapat terus tumbuh dengan laba yang mampu
ditingkatkan.
Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank yang
efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian
akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba
yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin besar rasio BOPO
menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba menurun
karena bank tidak efiesien dalam pengelolaan biaya operasionalnya.
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to
Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagi sumber likuiditasnya. Dengan
kata lain, LDR digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang
disalurkan dalam bentuk kredit.
Standar yang digunakan bank Indonesia untuk rasio LDR adalah
85% hingga 110%. Jika angka rasio LDR suatu bank berada pada angka di
bawah 85% (misal 75%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut
hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 75% dari seluruh dana yang
dihimpun. Jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti total
kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun.
Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas
bank, sebaliknya semakin rendah rasio LDR menunjukkan kurangnya
efektifitas
bank
dalam
menyalurkan
kredit
sehinggga
hilangnya
kesempatan bank untuk memperoleh laba. Jika rasio LDR bank berada
pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh
bank tersebut akan meningkat.
Berdasarkan hal di atas maka kerangka penelitian ini di gambarkan
sebagai berikut :
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
H1
CAR
H2
NPL
H3
NPM
H4
ROA
Pertumbuhan Laba
H5
BOPO
H6
LDR
H7
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.5. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H 1 = Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net
Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional
pada Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2
=
Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
H3= Non Performing Loan (NPL) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
H 4 = Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
H 5 = Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
H 6 = Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H 7 = Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Car, Npl..., Dwi Amelia Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2011
Download