TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI NIRKABEL Antena dan Jalur Transmisinya Arini Muhafidzah 0908100792 Teknik Rancang Bangun Peralatan Sandi Sekolah Tinggi Sandi Negara 2011 2 1. Pendahuluan Antena adalah salah satu komponen yang mempunyai peranan sangat penting dalam sistem komunikasi. Antena merupakan daerah transisi antara saluran transmisi dan ruang bebas, sehingga antena berfungsi sebagai pemancar atau penerima gelombang elektromagnetik. Dalam penjalarannya dari suatu pemancar menuju penerima yang jauh jaraknya menyebabkan gelombang elektromagnetik mengalami atenuasi, sehingga ketika diterima oleh penerima, kekuatan sinyal sudah berkurang.Untuk dapat diterima dengan baik oleh penerima maka diperlukan suatu antena yang mempunyai faktor penguatan (gain) tinggi dan directivity yang lebar. Antena merupakan sebuah perangkat yang digunakan memancar dan/atau menerima gelombang elektromagnetik secara efisien. Sebagai contoh penggunaan antena yaitu; Komunikasi Tanpa Kabel (Wireless Communication) berupa sistem komunikasi personal (PCS), sistem Global Positioning Satellite (GPS), Wireless Local Area Netrworks (WLAN), Direct Broadcast Satellite (DBS) Television, Mobile Communications, Telephone Microwave/Satellite Links, Broadcast Television dan Radio, dan lain – lain Penginderaan jauh (Remote Sensing) berupa: Radar [Penginderaan Jauh aktif yang bekerja meradiasi dan menerima gelombang], Pemakaian untuk militer sebagai pencari target dan tracking, radar cuaca, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan mobil, pengatur lalu lintas (magnetometer), ground penetrating radar (GPR), pemakaian untuk pertanian. Radiometry [Penginderaan jauh pasif yang bekerja dengan cara menerima emisi gelombang. Penggunaan militer dalam bentuk perlakuan gelombang dan penggabungan sinyal Jenis – jenis antena : Antena Kabel (Wire Antenna); seperti monopole, dipole, loop dan lain – lainnya. Antena Celah (Aperture Antenna); seperti Sectoral Horn, Piramidal Horn, Slot dan lainnya. Antena Pantul (Reflector Antenna); Parabolic dish, corner reflector dan lain – lainnya. Antena Lensa. Antena Mikrostrip. Antenna Susun (array). Parameter – parameter kinerja antena : Pola radiasi (Radiation Pattern) yaitu Penggambaran sudut radiasi (polar plot). Bentuk yang lain seperti pola omnidirectional pattern yaitu pola radiasi yang serba sama dalam satu bidang radiasi saja. Pola Directive yang membentuk pola berkas yang sempit dengan radiasi yang sangat tinggi. Keterarahan (directivity) yaitu perbandingan antara densitas daya antena pada jarak sebuah titik tertentu relatif terhadap sebuah radiator isotropis [radiator 3 isotropis merupakan sebuah antenna dimana radiasi antena akan serba sama keseluruh arah (titik sumber radiasi). Gain merupakan keterarahan yang berkurang akibat rugi – rugi yang ditimbulkan. Polarisasi yang merupakan pelacakan vektor radiasi medan listrik (polarisasi linierm circular, eliptical). Impedansi merupakan impedansi masukan antena pada terminalnya. Bandwidth merupakan rentang frekuensi dengan kinerja yang dapat diterima (antena resonansi, antena pita lebar / broadband antena. Beam Scanning (Pelacakan Berkas) merupakan pergerakan pada arah radiasi maksimum dengan cara mekanik dan listrik. Sistem lain yang terdiri dari ukuran, berat, biaya, pemakaian daya, radar bagian depan dan lain – lainnya. 2. Tipe-tipe Antena Pada antena terdapat klasifikasi yang berdasarkan pada: Frekuensi dan ukurannya. Antenna yang bekerja di frekuensi 2,4 GHz dengan panjang gelombang 12,5 dan frekuensi 5 GHz dengan panjang gelombang 6 cm. Directivity. Merupakan tipe antena berdasarkan arahnya, yaitu Omnidirectional yang memancarkan hingga 3600 sekitar dari antenna. Sectorial memancarkan ke arah tertentu dan Directive Pembuatan fisik. Antena dapat dibuat dalam banyak cara yang berbeda, mulai dari kawat sederhana, ke parabola, hingga kaleng kopi. Antenna dengan frekuensi 2,4 GHz: Ground Plane ¼ panjang gelombang Antena ini didesain untuk meneruskan sinyal yang dipolarisasikan secara vertical. Antenna ini terdiri dari ¼ elemen gelombang sebagai separuh-dipole dan tiga atau empat elemen ¼ panjang gelombang sebagai ground yang dibengkokan 30 sampai 45 derajat. Set elemen ini dinamakan radial, dikenal sebagai ground plane. Antenna ini sederhana dan efektif untuk menangkap sinyal secara sama rata dari semua arah. 4 Gambar 1 Antenna ground plane seperempat panjang gelombang Antena Yagi Antenna Yagi terdiri dari sejumlah elemen yang berukuran sekitar separuh panjang gelombang. Antena Yagi dipakai terutama untuk sambungan point-to-point, mempunyai penguatan dari 10 sampai 20 dBi dan beamwidth horisontal 10 sampai 20 derajat. Gambar 2 Antena Yagi Terompet (Horn) Nama antena horn berasal dari bentuk antenna tersebut. Bagian horn dapat segi empat, rectangular, silindris atau mengerucut. Arah radiasi maksimum sesuai dengan poros horn. Horn dapat dengan mudah diberikan input dengan waveguide, tetapi juga bisa diberikan input dengan kabel coax dan peralihan yang benar. Antena horn secara umum dipakai sebagai elemen aktif dalam antena parabola. Horn tersebut mengarah pada pusat reflektor parabola. Penggunaan horn di fokus parabola meminimalisir kehilangan energi di sekitar pinggiran reflektor parabola. Gambar 3 Antena Horn 5 Piringan parabola (parabolic dish) Merupakan jenis antenna pengarah. Terbuat dari bahan yang padat, biasanya aluminium karena ringan dan kuat serta konduktor yang baik. Keuntungan utama adalah bahwa mereka dapat dibuat supaya gain dan directivity sebesar yang diperlukan. Kekurangan utama adalah bahwa ukuran piringan yang semakin besar, maka semakin sulit dipasang dan lebih rentan terhadap tiupan angin. Gambar 4 Piringan Parabola BiQuad Antena BiQuad sederhana mudah dibuat, terdapat directivity dan gain yang baik untuk komunikasi point-to-point. Antena tersebut terdiri dari dua bujur sangkar berukuran sama dari ¼ panjang gelombang sebagai elemen pemancar dan pelat metal atau kisi-kisi metalik sebagai reflektor. Antena ini mempunyai beamwidth sekitar 70 derajat dan penguatan sekitar 10-12 dBi. Gambar 5 BiQuad Dan masih terdapat jenis-jenis antenna lainnya yang sudah diciptakan untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, seperti antenna sectoral dan antenna panel atau patch. 3. Cara Pemasangan Antena 3.1. Kabel Coax Penghubung Antenna Untuk menghubungkan peralatan radio dengan antenna, kita biasanya menggunakan kabel coax. Setiap kabel coax di rancang untuk mempunyai impedansi yang tertentu. 6 Untuk peralatan WiFi, biasanya kita menggunakan kabel coax dengan impedansi 50 ohm. Kabel coax adalah kabel yang digunakan untuk menghubungkan antenna dengan peralatan pemancar atau penerima. Kabel coax memiliki kawat konduktor ditengahnya yang dikelilingi oleh material non-konduktif yang dinamakan dielektrik, atau insulator. Dielektrik ini kemudian dikelilingi oleh pembungkus yang sering kali terbuat dari kabel lilitan. Dielektrik mencegah konektor di tengah dan kabel pembungkusl. Akhirnya, coax dilindungi oleh sebuah penutup luar yang pada umumnya terbuat dari bahan PVC. Konduktor bagian dalam membawa sinyal RF, and pelindung luar mencegah sinyal RF untuk meradiasi ke atmosfer, and juga mencegah sinyal luar dari mengganggu sinyal yang dibawa oleh pusat. Gambar 4.1: Kabel coax dengan jaket, pelindung, dielektrik, dan konduktor inti / tengah. kabel coax akan banyak meredam sinyal sehingga lebih baik menggunakankabel coax sependek mungkin agar sinyal tidak teredam sehingga kualitas sambungan tetap baik. Tampak pada tabel adalah redaman kabel pada frekuensi 2.4GHz dari beberapa kabel coax. Tipe Kabel RG 8 LMR 400 Heliax 3/8” LMR 600 Heliax ½” Heliax 5/8” Loss / 10 2.4GHz). 3.3 dB 2.2 dB 1.76 dB 1.7 dB 1.2 dB 0.71 dB meter 3.2. Cara Pasang Kabel Coax Penghubung Antenna Langkah-langkahnya sebagai berikut : Siapkan peralatan pisau cutter dan obeng (mata+). (di 7 Pilih ujung kabel yang tidak terpasang jek antenanya, Kupas pembungkus lapisan warna hitam sepanjang 3.4 cm sisihkan kepinggir serabut (berupa anyaman) untuk diplintir, kupas pembungkus warna putih sepanjang 1.8 cm selanjutnya kikis tipis bagian permukaan kawat tembaga tunggal (kawat inti) selanjutnya melepas paralon kecil yang masih terpasang di paralon besar terminal antenalalu masukan kabel pada paralon kecil berikutnya pasang kabel tv yang sudah dikupas pada JP (mur / baut) yang ada pada papan PCB, lilitkan kawat tembaga (tunggal) pada JP (mur / baut) bagian atas lalu kencangkan dengan menggunakan obeng (mata +) berikutnya lilitkan lagi kawat serabut yang sudah diplintir pada JP bagian bawah lalu kencangkan Masukan kembali paralon kecil pada paralon besar sebagai penutup terminal antena. sampai pada tahap ini pemasangan kabel ke terminal antena sudah selesai. 8 Selanjutnya pemasangan terminal antena kebadan antena. masukan terlabih dahulu terminal antena kebadan antena sebelum reflektor (kawat kasa) bagian belakang antena dipasang, kencangkan tapping yg ada diatas terminal, gunakan obeng (mata +) pastikan terminal menempel kuat / tidak mudah tergeser selanjutnya lilitkan kabel antena ke atas bagian direktor (jari-jari antena). fungsinya agar terminal antena tidak mudah terlepas. 4. Konektor pada antenna ke kabel dan adapter Konektor adalah alat yang memungkinkan sebuah kabel dihubungkan dengan kabel lain atau ke peralatan radio. Jenis Konektor : Jenis Konektor Konektor BNC (Bayonet Neill Concelman) Kelebihan Bandwidth konektor miniatur untuk menghubungkan / kinerja yang dapat melepaskan secara cepat. diterima sampai Konektor ini tampak seperti dua bayonet pada sedikitnya GHz memutar pada konektor female, dan sambungan terbentuk hanya dengan seperempat pemutaran mata sambungan. cocok untuk terminasi kabel untuk kabel coax miniatur ke sub-miniaturl (RG-58 ke RG-179, RG-316, dll ) Pada umumnya, terdapat pada 9 Konektor TNC (Threaded Neill Concelman) Konektor Type N (Neill) SMA (SubMiniature versi A) SMB (SubMiniature versi B) Konektor MCX perlengkapan tes dan kabel coaxial ethernet 10base2. Memiliki intekoneksi yang lebih baik yang berkerja baik lewat disediakan oleh konektor berkumparan frekuensi sekitar 12 GHz tersedia untuk hampir semua macam kabel Kinerja yang baik sampai 18 Ghz, dan sangat umum dipakai untuk aplikasi gelombang mikro Konektor berkinerja tinggi, mempunyai Kinerja yang baik ukuran yang kompak dan mekanis sampai dengan 18 mempunyai daya tahan luar biasa GHz versi SMA yang lebih kecil dengan kemampuan pita sambungan snap-on lebar sampai 4 GHz dengan pola konektor snap-on MCX memakai kontak dalam dan dimensi kemampuan pita penyekat yang identik dengan SMB, garis lebar sampai tengah luar steker 30% lebih kecil daripada frekuensi 6 GHz SMB. Seri ini memberikan pilihan bagi dengan desain perancang jika berat dan ruang terbatas. konektor snap-on. Konektor proprietary merupakan konektor-konektor standar gelombang mikro dengan bagian-bagian tengah konduktor yang terbalik, atau ulir yang dipotong berlawanan arah (biasanya digunakan untuk perangkat WiFi. Bagian-bagian ini sering diintegrasikan ke dalam sistem gelombang mikro sebagai kabel pendek yang dinamakan pigtail yang mengubah yang konektor nonstandar menjadi sesuatu yang lebih kuat dan stabil dari pada yang biasanya. Jenis konektor proprietary : RP-TNC. Ini adalah konektor TNC dengan jenis kelamin terbalik. Konektor semacam ini sangat umum ditemukan pada peralatan Linksys, seperti WRT54G. U.FL (juga dikenal sebagai MHF). U.FL adalah konektor berpaten dibuat oleh Hi-Rose, sedangkan MHF adalah konektor yang secara mekanis sepadan. Ini mungkin adalah konektor gelombang mikro yang paling kecil yang sekarang sedang digunakan secara luas. U.FL/MHF biasanya dipakai untuk menghubungkan card radio mini-PCI ke Seri MMCX, yang juga disebut MicroMate, adalah salah satu konektor RF yang paling kecil dan dikembangkan di tahun 90an. MMCX adalah seri konektor miniatur mikro dengan mekanisme lock-snap yang memungkinkan adanya kemampuan rotasi 360 derajat yang fleksibel. Konektor-konektor MMCX secara umum ditemukan pada kartu radio PCMCIA, seperti yang dibuat oleh Senao dan Cisco. 10 Konektor-konektor MC-Card bahkan lebih kecil lagi dan lebih ringkih daripada MMCX. Mereka mempunyai konektor luar terpisah yang dapat rusak secara mudah setelah beberapa interkoneksi saja. Mereka ini secara umum ditemukan pada peralatan Lucent/Orinoco/Avaya. Memilih konektor yang tepat : 1. “Jenis kelamin dari konektor ” Hampir semua konektor memiliki jenis kelamin yang terdefinisikan secara baik yang terdiri dari baik pin (male) atau soket (female). Biasanya kabel mempunyai konektor male pada kedua ujungnya, sedangkan alat RF (misalnya pemancar dan antena) mempunyai konektor female. Alat seperti directional coupler dan alat pengukur line-through mungkin mempunyai konektor baik male maupun female. Pastikan setiap konektor male di sistem anda berpasangan dengan konektor female. 2. “Sedikit konektor merupakan hal yang terbaik!” Cobalah untuk memperkecil jumlah konektor dan adaptor di rantai sambungan RF. Masing-masing konektor menyebabkan tambahan loss (sampai beberapa dB untuk masing-masing koneksi, tergantung konektornya!) 3. “Membeli lebih baik daripada membuat sendiri!” Seperti yang telah diutarakan lebih awal, beli kabel yang sudah diterminasi dengan konektor yang anda butuhkan kapanpun. Menyolder konektor bukanlah tugas yang mudah, dan untuk mengerjakan pekerjaan ini dengan semestinya hampir mustahil untuk konektorkonektor kecil seperti U.FL dan MMCX. Bahkan mengterminasikan kabel “Foam” bukanlah tugas yang mudah. 4. Jangan memberli BNC untuk frekuensi 2.4 GHz atau lebih tinggi. Gunakan konektor tipe N (atau SMA, SMB, TNC dll). 5. Konektor gelombang mikro merupakan peralatan yang dibuat presis, dan dapat secara mudah rusak karena kecerobohan dalam penanganannya. Sebagai kaidah umum, anda sebaiknya merotasikan pembungkus luar untuk mengencangkan konektor tersebut, sehingga bagian sisa dari konektor (dan kabel) tidak bergerak. Jika bagian-bagian konektor lain terbelit pada saat mengetatkan atau melonggarkan, maka kerusakan dapat dengan mudah terjadi. 6. Jangan pernah menginjak konektor, ataupun menjatuhkan konektor ke lantar ketika melepaskan kabel. 7. Jangan pernah menggunakan alat seperti tang untuk mengencangkan konektor. Selalu gunakan tangan anda. Ketika bekerja di luar, ingat bahwa besi memuai pada temperatur tinggi dan mengurangi ukuran mereka di temperatur rendah: sebuah konektor yang sangat ketat pada musim panas bisa mengkerut atau malah rusak pada musim dingin. Adapter adalah konektor pendek bermuka dua yang digunakan untuk menghubungkan dua kabel atau bagian yang tidak bisa disambungkan secara langsung. Adaptor juga bisa dipakai untuk menginterkoneksikan alat atau kabel yang berbeda jenis. 11 5. Amplifier pada Antena Antena tidak menciptakan daya. Mereka secara sederhana mengarahkan semua daya yang ada ke dalam pola yang khusus. Dengan memakai penguat daya, anda dapat mempergunakan daya DC untuk menambah sinyal anda yang ada. Penguat menghubungkan pemancar radio dan antena, dan mempunyai tambahan kabel yang tersambung ke sumber daya. Penguat dapat bekerja di frekuensi 2,4 GHz, dan dapat menambahkan beberapa Watt daya kepada pancaran anda. Alat ini mengetahui bahwa radio yang tersambung sedang memancar, dan secara cepat akan nyala dan menguatkan sinyal. Mereka kemudian mati lagi ketika transmisi berakhir. Ketika menerima, mereka juga menambahkan penguatan sinyal sebelum mengirimkannya ke radio. Menambahkan penguat tidak akan memecahkan semua masalah jaringan anda. Terdapat beberapa kekurangan pada Amplifier : Amplifier mahal. Amplifier harus dapat bekerja di pita lebar di frekuensi 2,4 GHz, dan harus bisa berfungsi dengan cukup cepat untuk memfasilitasi aplikasi Wi-Fi. Amplifier ini memang tersedia, namun dengan harga beberapa ratus dolar setiap unitnya. Anda akan memerlukan sedikitnya dua. Sementara antena menyediakan penguatan timbal balik yang menguntungkan kedua sisi sambungan, Amplifier bekerja paling baik untuk memperkuat sinyal yang dipancarkan. Jika anda hanya menambahkan amplifier kepada satu sisi hubungan dengan gain antena yang tidak cukup, kemungkinan sinyal akan sampai ke ujung yang lain, tapi kita tidak dapat mendengarkan sinyal dari ujung tersebut. Amplifier tidak mengarahkan sinyal. Menambahkan gain antena memberikan keuntungan gain maupun keuntungan pengarahan kepada kedua ujung sambungan. Mereka tak hanya meningkatkan kekuatan sinyal, tetapi juga menolak gangguan sinyal dari arah lainnya. Amplifier akan memperkuat sinyal secara membabi buta baik sinyal yang baik maupun sinyal pengganggu, dan bisa membuat masalah gangguan menjadi lebih buruk. Amplifiers menghasilkan noise bagi pengguna lainnya di pita yang sama. Dengan menambah daya output anda, anda menciptakan sebuah sumber noise yang lebih keras bagi pengguna lain di pita unlicensed ini. Ini mungkin bukan masalah di daerah pedesaan, tetapi bisa menyebabkan masalah besar di area dengan populasi yang padat. Sebaliknya, menambahkan gain antena akan meningkatkan sambungan anda dan juga mengurangi derajat gangguan bagi tetangga anda. Penggunaan amplifier mungkin tidak legal. Setiap negara memberlakukan batas penggunaan spektrum tak berlisensi. Menambahkan antena pada sinyal yang sudah tinggi mungkin akan menyebabkan sambungan melebihi batas legal yang ada. Di Indonesia, amplifier tidak legal. Penggunaan amplifier sering diibaratkan dengan tetangga yang tidak sopan yang ingin mendengarkan radio di luar rumah mereka, dan oleh sebab itu mengeraskan volume radionya. Mereka mungkin bahkan dapat “meningkatkan” penerimaan dengan mengarahkan speaker mereka ke luar jendela. Sementara mereka sekarang mungkin dapat mendengar radionya, begitu pula orang lain di lingkungan yang sama. Cara ini 12 mungkin dapat berlaku hanya kepada satu orang pengguna, tetapi apa terjadi kalau tetangga lainnya memutuskan melakukan hal sama dengan radio mereka? Memakai amplifier untuk sebuah sambungan nirkabel menyebabkan efek yang hampir sama di frekuensi 2,4 GHz. Sambungan anda mungkin “bekerja lebih baik” untuk sementara waktu, tetapi anda akan mempunyai masalah kalau pengguna lain di pita yang sama memutuskan untuk menggunakan amplifier mereka sendiri. Dengan memakai antena gain tinggi daripada amplifier, anda dapat menghindari semua masalah ini. Antena harganya jauh lebih murah dari amplifier, dan dapat meningkatkan sambungan dengan sederhana dengan mengganti antena pada sebuah ujung sambungan. Menggunakan radio yang peka dan kabel berkualitas baik juga secara signifikan membantu tembakan jarak jauh. Teknik ini lebih tidak bermasalah bagi pengguna lainnya di pita yang sama, dan oleh sebab itu kami menganjurkan anda untuk menggunaka mereka sebelum menambahkan amplifier. 6. Pemandung atau Bumbung Gelombang (Waveguide) Diatas 2 GHz, pandu gelombang cukup pendek untuk memperbolehkan pemindahkan energi yang praktis dan efisien dengan cara-cara yang berbeda. Sebuah pandu gelombang adalah sebuah tabung konduksi dimana energi dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Tabung tersebut beraksi sebagai batas yang mengurung gelombanggelombang tersebut dalam sebuah ruangan tertutup. Efek sangkar Faraday mencegah efek-efek elektromagnetik agar tidak muncul diluar pandu. medan elektromagnetik dipropagasikan melalui pandu gelombang dengan refleksi terhadap dinding bagian dalamnya, yang dianggap sebagai konduktor sempurna. Intensitas medan sangat besar di pusat sepanjang dimensi X, dan harus berkurang sampai nol di akhir dinding karena keberadaan medan apapun yang paralel dengan dinding di permukaan dapat menimbulkan arus tak terbatas yang mengalir dalam sebuah konduktor sempurna. Pandu gelombang tentunya tidak dapat mengangkut RF dalam cara ini. Dimensi X, Y, dan Z sebuah pandu gelombang persegi dapat dilihat dalam gambar seperti berikut: 7. 8. Gambar 4.2: Dimensi X, Y, dan Z dari sebuah pandu gelombang rectangular. 9. Ada banyak cara bagi medan listrik dan medan magnet untuk mengatur diri mereka sendiri dalam sebuah pandu gelombang untuk frekuensi diatas frekuensi cutoff rendah. Setiap konfigurasi medan disebut sebuah mode. Mode-mode ini dapat dipisahkan menjadi dua kelompok. Yang pertama, disebut TM (Transverse Magnetic), memiliki medan magnetik yang seluruhnya melintang terhadap arah propagasi, namun memiliki 13 komponen medan listrik searah dengan arah propagasi. Tipe yang lainnya, disebut TE (Transverse Electric), memiliki medan listrik yang seluruhnya melintang, namun memiliki komponen medan magnet searah dengan arah propagasi. Mode propagasi diidentifikasikan dengan kelompok huruf-huruf yang diikuti oleh dua nomor terletak dibawah garis. Sebagai contoh, TE 10, TM 11, dsb. Jumlah mode yang dimungkinkan bertambah dengan frekuensi untuk ukuran bumbung gelombang yang diberikan, dan hanya ada satu cara yang mungkin, yang dinamakan mode dominan, untuk frekuensi yang paling rendah yang bisa diteruskan. Di bumbung gelombang persegi empat, dimensi kritis ialah X. Dimensi ini harus lebih dari 0,5 λ di frekuensi yang paling rendah yang akan diteruskan. Dalam prakteknya, dimensi Y biasanya dibuat hampir setara dengan 0,5 X untuk menghindari kemungkinan beroperasi di freuensi lain selain mode dominan. Bentuk cross-section selain segi empat dapat dipakai, yang paling penting adalah bentuk pipa bundar. Banyak pertimbangan yang sama berlaku seperti dalam kasus persegi empat. Dimensi panjang gelombang bagi pemandu persegi empat dan bundar tersedia di tabel berikut, di mana X adalah lebar pemandu persegi empat dan r adalah radius pemandu bundar. Semua bilangan berlaku untuk mode dominan. Persegi Empat Lingkaran / Bundar 2X 3.41 r Panjang Gelombang terpanjang yang dapat di teruskan dengan sedikit redaman 1.6 X 3.2 r Panjang gelombang terpendek selanjutnya memungkinkan 1.1 X 2.8 r Tipe Bumbung Gelombang Panjang Gelombang Cutoff sebelum mode Energi mungkin dapat dimasukan ke dalam atau diambil dari bumbung gelombang melalui medan listrik ataupun medan magnet. Transfer energi biasanya terjadi lewat kabel koaksial. Dua metode mungkin untuk penghubungan ke kabel koaksial adalah memakai konduktor bagian dalam kabel koaksial, atau melalui loop. Sebuah probe yang hanya merupakan perpanjangan konduktur yang pendek dari konduktor bagian dalam kabel koaksial dapat di orientasikan agar sejajar dengan garis gaya listrik. Sebuah loop dapat diatur agar menutup beberapa garis gaya magnetik. Titik dimana sambungan maksimum didapatkan bergantung pada cara propagasi di bumbung gelombang atau di rongga. Sambungan maksimum terjadi kalau alat penyambung berada di wilayah yang medannya paling kuat. Jika waveguide dibiarkan terbuka di satu ujung, waveguide tersebut akan memancarkan energi (artinya, waveguie dapat dipakai sebagai antena bukan sebagai jalur pengiriman). Radiasi ini bisa ditingkatkan dengan membentuk waveguide untuk membentuk antena horn yang berbentuk piramida. 14 10. Pola Radiasi Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang digambarkan poynting vektor. Untuk dapat menggambarkan pola radiasi ini, terlebih dahulu harus ditemukan potensial Pada gambar diatas, notasi D merupakan dimensi maksimun dari antena, R1 merupakan jari-jari dari medan dekat reaktif dan R2 merupakan jari-jari dari medan radiasi medan dekat. Adapun untuk mendapatkan nilai R1 dan R2 mengunakan persamaan 1 dan 2 dibawah ini. Definisi – definisi pola radiasi antena adalah sebagai berikut : a. Pola isotropis adalah pola sebuah antena didefinisikan sebagai radiasi serba sama ke segala arah, pola ini dibentuk oleh sebuah radiator isotropis (sumber titik, sebuah antena non-fisik yang tidak mempunyai arah). b. Pola keterarahan merupakan sebuah pola dikarakterisasi oleh beberapa radiasi yang efisien dalam satu arah dibandingkan arah lainnya (secara fisik antena yang dapat direalisasikan adalah antena pengarah saja). 15 c. Pola omnidirectional merupakan sebuah pola yang serba sama dalam pemberian ruang radiasinya. d. Pola bidang utama yaitu pola bidang E dan bidang H dari sebuah polarisasi linier antena. Bidang E adalah bidang yang terdiri vektor medan elektrik dan arah radiasinya maksimum. Bidang H adalah bidang yang terdiri vektor medan magnetik dan arah radiasinya maksimum. Parameter – parameter pola radiasi antena adalah sebagai berikut : a. Cuping radiasi (Radiation Lobe) merupakan puncak intensitas radiasi tertinggi disekitar daerah intensitas radiasi terendah b. Cuping utama (Main Lobe) merupakan cuping radiasi pada arah radiasi maksimum. c. Cuping minor (Minor Lobe ) merupakan cuping radiasi lainnya dari pada cuping utama. d. Cuping sisi (Side Lobe) merupakan sebuah cuping radiasi dalam arah lainnya daripada arah radiasi yang dipusatkan. e. Cuping belakang (Back Lobe ) merupakan kebalikan daripada cuping radiasi terhadap cuping utama. f. Half Power Beamwidth (HPBW) merupakan lebar sudut berkas utama pada titik setengah daya antena. g. First Null Beamwidth (FNBW) merupakan lebar sudut antara bagian null (kosong) pertama pada sisi lain berkas utama. Beberapa bagian dari pola radiasi disebut sebagai "cuping" (lobe) yang dapat dikelompokkan menjadi major lobe, minor, samping (side lobe) dan belakang (back lobe). Sebuah lobe radiasi adalah bagian dari pola radiasi yang dibatasi oleh daerah yang memiliki tingkat intensitas radiasi yang lemah. Gambar berikut, menggambarkan tiga dimensi simetris pola polar dengan sebuah lobe radiasi. Pada tersebut semua lobe baik yang besar maupun yang kecil diklasifikasikan sama sebagai lobe. Gambar 1-1: Lobe radiasi dan beamwidth dari pola radiasi antenna 16 Gambar 1-2 menggambarkan pola 2 dimensi dari karakteristik yang sama seperti pada Gambar 1-1. Sebuah major lobe yang biasanya disebut juga sebagai main beam adalah lobe radiasi yang memiliki tingkat radiasi maksimum. Pada Gambar 1-2, major lobe terletak pada 6 = 0. Pada antena yang memiliki beam berdekatan, akan memiliki lebih dari satu major lobe. Minor lobe adalah semua lobe selain major lobe. Pada Gambar 1-2, cuping samping (side lobe) adalah lobe radiasi yang memiliki arah selain arah major lobe dan berdekatan dengan major lobe. Sedangkan back lobe adalah lobe radiasi yang membuat sudut 180° dari beam antena sehingga posisinya berlawanan dengan posisi major lobe. Gambar 1-2: Plot linear dari kuat pola radiasi Minor lobe merupakan radiasi dengan arah yang berbeda-beda dan memiliki intensitas radiasi yang kecil. Side lobe umumnya merupakan minor lobe yang terbesar. Intensitas rasio side lobe yang kurang dari -20dB biasanya tidak dipermasalahkan dalam banyak penggunaan. Untuk memperoleh rasio side lobe kurang dari -30 dB maka desain dan pembuatan peralatan yang baik sangat diperlukan. Dalam banyak sistem radar, rasio side lobe yang kecil sangat penting untuk meminimalkan kesalahan indikasi target. Arah Radiasi Antena Antena karena memencarkan sinyal yang melaluinya, maka setiap antena memiliki karakteristik yang berbeda juga. Kita mengenal empat (4) arah radiasi antena diantaranya: 1 Antena Isotropis. 17 antena isotropis hanya digunakan sebagai antena model saja. Hal ini dikarenakan antenna isotropis memiliki sifat sebagai berikut: a. Besarnya daya terima (rsl/receive signal level) adalah sama disemua titik. Jadi tidak ada rugi-rugi (loss daya) yang ditimbulkan. b. Bentuk/pola radiasi yang ditimbulkan dari antena isotropis adalah sama seperti bola. 2 Antena Monopole Arah radiasi antena monopole berarti setengah bola. Karena element yang meradiasi hanya satu saja. 3 Antena Dipole Arah radiasi antena merupakan bentuk tiga dimensinya. Bentuk radiasi dari dipole ini seperti bola. Namun bukan bola penuh, tetapi hanya bola yang berlubang ditengahnya. 4 Antena sektoral 18 RUMUS POLA RADIASI VEKTOR MEDAN DAN POYNTING VEKTOR PADA KOORDINAT BOLA Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah diketahui, keduanya memiliki komponen vetor 𝜃 dan ∅ . Sedangkan poynting vektornya dalam koordiant ini hanya mempunyai komponen radial saja. Besarnya komponen radial dari poynting vektor ini adalah : 𝐻∅ = I dan = Dengan : Pr E =½ 𝐻∅ = E (1.6) ( impedansi intrinsik medium) 2 (1.7) Dengan : |E| = E0 E E 𝐸∅ 𝜂 : komponen medan listrik 𝜃 : komponen medan listrik ∅ : impedansi intrinsik ruang bebas (377 ). 2 2 (resultan dari magnitude medan listrik) Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat digambarkan dalam bentuk absolut atau dalam bentuk relatif. Maksud bentuk realtif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap harga dari pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya. Sehingga pola radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang ternormalisasi akan mempunyai bentuk : F( ) = P , E , max (1.8) Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya 19 apabila dinyatakan dalam pola ternormalisasi, tidak lain sama dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu. P( ) = | F(|2) (1.9) Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan decibel (dB). Intensitas medan dalam decibel didefinisikan sebagai : F( ) dB= 20 log | F(| ) (dB) (1.10) Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah : P( ) dB = 10 log P( ) = 20 log | F(| ) (1.11) Jadi didalam decibel, pola daya sama dengan pola medannya. Semua pola radiasi yang dibicarakan di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan jauh. Sedangkan pengukuran pola radiasi, faktor jarak adalah faktor yang amat penting guna memperoleh hasil pengukuran yang baik dan teliti. Semakin jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan tentu semakin baik hasil yang akan diperoleh. Namun untuk melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak mungkin. Untuk keperluan pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan yang diradiasikan oleh antena sudah dapat dianggap sebagai tempat medan jauh apabila jarak antara sumber radiasi dengan antena yang diukur memenuhi ketentuan berikut : r r >> D Dimana : r D 𝜆 > 2D 2 (1.12) dan r .>> 𝜆 : jarak pengukuran : dimensi antena yang terpanjang : panjang gelombang yang dipancarkan sumber. 11. Directivity dan Gain Satu gambaran penting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain. Karakteristik dari antena tersebut dinamakan direktivitas (directivity) dan power gain. Biasanya power gain dinyatakan relatif terhadap suatu referensi tertentu, seperti sumber isotropis atau dipole ½ l. Intensitas radiasi adalah daya yang diradiasikan pada suatu arah per unitsudut dan mempunyai satuan watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat dinyatakan sebagai berikut : 20 U(q,f) = ½ Re (E x H*) r2 = Pr r2 U(q,f) = Um | F(q,f) |2 Dimana : Pr = kerapatan daya Um := intensitas maksimum | F(q,f) |2 = magnitudo pola medan normalisasi (1.15) (1.16) Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh ruangan pada suatu harga U(q,f). Dan untuk sumber non isotropis, intensitas radiasinya tidak tetap pada seluruh ruangan tetapi suatu daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai berikut : Uave = 1 4 U . d 4 PT (1.17) Dengan : d = sin q dq df PT : kerapatan daya total Direktivitas Antena Directive gain merupakan perbandingan dari intensitas radiasi pada suatu arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata, yang dinyatakan sebagai berikut : D(q,f) = U . Uave (1.18) Dimana : U(q,f) = intensitas radiasi Uave = intensitas radiasi rata-rata Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan r2 maka akan diperoleh rasio kerapatan daya dengan kerapatan daya rata-rata. Dengan memasukkan persamaan 1.16 dan 1.17 kedalam persamaan 1.18 maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut : D , Dengan Um 4 , d 4 F , 2 4 2 F , A (1.19) : A = F . 2 d (1.20) Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan dengan : D = Um 4 U are 1 (1.21) Gain Antena Ketika antena digunakan pada suatu sistem, biasanya lebih tertarik pada bagaimana efisien suatu antena untuk memindahkan daya yang terdapat pada terminal input menjadi daya radiasi. Untuk menyatakan ini, power gain (atau gain saja) didefinisikan sebagai 4p kali rasio dari intensitas pada suatu arah dengan daya yang diterima antena, dinyatakan dengan : 21 G(q,f) = 4p U . Pm (1.22) Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh ketidaksesuaian impedansi (impedance missmatch ) atau polarisasi. Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas radiasi atau harga maksimum dari persamaan (1.22), sehingga dapat dinyatakan kembali : G = 4p Um Pm (1.23) Jadi gain dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari q dan f, dan juga dapat dnyatakan sebagai suatu harga pada suatu arah tertentu. Jika tidak ada arah yang ditentukan dan harga power gain tidak dinyatakan sebagai suatu fungsi dari q dan f, diasumsikan sebagai gain maksimum. Direktivatas dapat ditulis sebagai D = 4p Um Pr , jika dibandingakn dengan persamaan (1.23) maka akan terlihat bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antena jika seluruh daya input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul sebagai daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat dengannya. Hal tersebut menimbulkan suatu definisi baru, yaitu yang disebut dengan efisiensi radiasi, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : e = Pr Pm (1.24) dengan catatan bahwa harga e diantara nol dan satu ( 0 < e < 1) atau ( 0 < e < 100%). Sehingga gain maksimum suatu antena sama dengan direktivitas dikalikan dengan efisiensi dari antena, yang dapat dinyatakan sebagai berikut : G =eD (1.25) Persamaan di atas adalah persamaan yang secara teoritis bisa digunakan untuk menghitung gain suatu antena. Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas (directivity) dan efisiensi yang dimilikinya, karena untuk mendapatkan directivity antena memang diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Sehingga pada umumnya orang lebih suka menyatakan gain maksimum suatu antena dengan cara membandingkannya dengan antena lain yang dianggap sebagai antena standard (dengan metode pengukuran). Salah satu metode pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar 1.5. Sebuah antena sebagai sumber radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula antena standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai antena penerima seperti terlihat pada gambar 1.5a. Kedua antena ini kemudian saling diarahkan sedemikian sehingga diperoleh daya output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya dalam posisi yang sama antena standard diganti dengan antena yang hendak dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat pada gambar 1.5b. Dalam posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang samadengan antena standard dan 22 selanjutnya diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum. Apabila pada antena standard sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari pengukuran di atas gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung dengan : Gt = P1 Ps Gs (1.26) Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah : Gt (dB) = Pt (dB) - Ps (dB) + Gs (dB) (1.27) Pin Ps Gs (a) Pin Pt Gt (b) GAMBAR 1.5 metode pengukuran gain antena dengan antena standard (a) pengukuran daya output yang diterima oleh antena standard (p s) (b) pengukuran daya output yang diterima oleh antena yang di test (pt) 12. Polarisasi Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vector medan listrik yang diradiasikan oleh antenna pada arah propagasi. Jika jalur dari vector medan listrik maju dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linier. Sebagai contoh medan listrik dari dipole ideal. Jika vector medan listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan berpolarisasi lingkaran. Frekuesnsi putaran radian adalah dan terjadi satu dari dua arah perputaran. Jika vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kanan (right hand polarize) dan yang searah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kiri (left hand polarize). Secara umum polarisasi berupa polarisasi ellips, seperti pada gambar dibawah dengan suatu system sumbu referensi. Gelombang yang menghasilkan polarisasi ellip adalah gelombang berjalan sepanjang sumbu z yang perputarannya dapat kekiri dan kekanan, dan vector medan listrik sesaatnya e mempunyai arah komponen e x dan ey sepanjang sumbu x dan sumbu y. Harga puncak dari komponen-komponen tersebut adalah E1 dan E1. 23 y E2 E1 X Gambar 6 polarisasi secara umum Sudut menyatakan harga relative dari 1Edan E2, dapat dinyatakan sebagai berikut : y arctan E1 E2 Sudut kemiringan ellips adalah sudut antara sumbu x dengan sudut utama ellips. adalah fase, dimana komponen y mendahului komponen x. Jika komponennya sefase ( =0), maka vector akan berpolarisasi linier. Orientasi dari polarisasi linier tergantung harga relative dari E1 dan E2, jika : E1 = 0 maka terjadi polarisasi linier vertikal E2 = 0 maka terjadi polarisasi linier horisontal E1 = E2 maka terjadi polarisasi linier membentuk sudut 450 Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antenna penerima haruslah sama dengan polarisasi antenna pemancar. Dan kadang terjadi antara antenna penerima dan pemancar berpolarisasi berbeda. Hal ini akan mengurangi intensitas sinyal yang diterima. Sebuah antenna dapat memancarkan energi dengan polarisasi yang tidak diinginkan, yang disebut polarisasi silang (cross polarized). Polarisasi silang ini menimbulkan side lobe yang mengurangi gain. Untuk antenna polarisasi linier, polarisasi silang tegak lurus dengan polarisasi yang diinginkan dan untuk antenna polarisasi lingkaran, polarisasi silang berlawanan dengan arah perputarannya yang diinginkan. Ini biasa yang disebut dengan deviasi dari polarisasi lingkaran sempurna, yang mengakibatkan polarisasinya berubah menjadi polarisasi ellips. Pada umumnya karakteristik polarisasi sebuah antenna relative konstan pada main lobe. Tetapi polarisasi beberapa minor lobe berbeda jauh dengan polarisasi main lobe. 13. Polarization Miss Match Definisi Merupakan keadaan dimana daya yang diterima oleh antena menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dikarenakan pemasangan antena yang tidak sesuai dengan polarisasi gelombang Penjelasan 24 Untuk mentransfer daya maksimum antara antena pemancar dan antena penerima, kedua antena harus mempunyai orientasi ruang yang sama, pengertian polarisasi yang sama, maupun rasio aksial yang sama. Jika antena tidak diluruskan atau tidak mempunyai polarisasi sama, maka akan terdapat penurunan pada pemindahan energi antara kedua antena. Penurunan dalam pemindahan energi ini akan mengurangi efisiensi sistem dan kinerja keseluruhan. Ketika antena pemancar dan penerima secara linear terpolarisasi, ketidakcocokan fisik antena akan menghasilkan kehilangan ketidakseimbangan polarisasi, yang bisa ditentukan memakai rumusan berikut: Loss (dB) = 20 log (cos Ѳ) di mana Ѳ adalah perbedaan di sudut antara kedua antena. Contoh: Untuk 15° kehilangan kira-kira 0.3dB, untuk 30° kehilangan 1.25dB, untuk 45° kehilangan 3dB dan untuk 90° kehilangan menjadi tidak terhingga. Dengan demikian, semakin besar ketidakseimbangan dalam polarisasi antara antena pemancar dan penerima, semakin besar kehilangan tersebut.Dalam dunia sesungguhnya, ketidakcocokan 90° di polarisasi cukup besar tetapi tidak infinite. Beberapa antena, seperti yagi atau antena kaleng, dapat diputar 90° secara sederhana untuk menyamai polarisasi akhir ujung lain hubungan tersebut. Kita bisa menggunakan efek polarisasi untuk keuntungan anda dalam hubungan dari titik yang satu ke yang lainnya.Gunakan alat monitoring untuk mengamati gangguan dari jaringan tetangga, dan putar satu antena sampai anda melihat sinyal paling rendah yang diterima. Kemudian operasikan sambungan anda dan arahkan ujung yang lain untuk menyamai polarisasi. Teknik ini kadang-kadang bisa dipergunakan untuk membuat hubungan stabil, bahkan di lingkungan radio yang banyak gangguan. 14. Input Impedansi Definisi : Impedansi adalah besarnya pembedaan/hambatan suatu komponen. Satuan untuk impedansi adalah “ohm”. Input Impedansi suatu antena adalah impedansi pada terminalnya yang dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat dengannya. Sehingga input impedansi dapat diartikan sebagai perbandingan antara tegangan dan arus di terminal input atau catu (feeder). Pada kondisi yang ideal, impedansi antena merupakan tahanan konstan yang disebut tahanan pancar atau tahanan radiasi. Kondisi ideal ini berarti antena langsung bisa dipasangkan pada saluran transmisi yang mempunyai impedansi karakteristik Zt sama dengan tahanan radiasi. Kondisi ideal ini pada dasarnya untuk mendapatkan resonansi antena. 25 Bagan 1 impedansi input Impedansi antena terdiri dari bagian riil dan imajiner : 𝑍𝑖𝑛 = 𝑅𝑖𝑛 + 𝑗𝑋𝑖𝑛 Rin (Resistansi Input) = tahanan disipasi Xin (Reaktansi input) = daya yang tersimpan pada medan dekat antena. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu karena panas pada srtuktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Disipasi daya rata-rata pada antena : 𝑃𝑖𝑛 = 𝑃𝑜ℎ𝑚𝑖𝑐 + 𝑃𝑟 Iin = arus pada terminal input Faktor ½ muncul karena arus didefinisikan sebagai harga puncak. Pr : ½ Rin | Iin |2 Pohmic = ½ Rohmic | Iin |2 Sehingga definisi resistansi radiasi dan resistansi ohmic suatu antena pada terminal input: Rin Rohmic 2 Pr Pm 2 2Pm Pr Pm 2 Impedansi antena berfungsi sebagai penyepadan impedansi antena tersebut dengan impedansi saluran. Penyepadan ini perlu dilakukan supaya terjadi transfer daya maksimum dari sumber ke antena atau sebaliknya. 15. Bandwidth Antena sebagai media pemancar memiliki keterbatasan daerah frekuensi kerja, pada range frekuensi kerja tersebut antenna dituntut harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu. Daerah frekuensi kerja dimana antenna masih dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth antenna. Bandwidth antenna sangat dipengaruhi oleh luas penampang konduktor yang digunakan serta susunan fisiknya (bentuk geometrinya). Suatu missal sebuah antenna bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 (diatas fC), maka lebar bandwidth dari antenna tersebut adalah (f1 – f2). Bandwidth yang dinyatakan dalam rumus dibawah ini 26 digunakan untuk menyatakan bandwidth antena-antena yang memliki band sempit (narrow band). BW = f 2 f1 x 100 % fc Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan definsi rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah. BW f2 = f1 16. Beamwidth Beamwidht Merupakan sebuah sudut ukur dari mainlobe (beam utama) terhadap yang lainnya (atau keduanya) dari arah beam vertical maupun beam arah horizontal. Banyak definisi dari beamwidth diantaranya: 1 HPBW(half power beamwidth)3 dB beamwidth 2 Merupakan sudut pancaran antena dimana dayanya turun setengah (-3dB) terhadap daya terima paling besar (reverensi). Pada umumnya, sudut HPBW antena ini digunakan untuk menentukan besarnya azimuth antena. Dalam spesifikasi antena kita mengenal banyak azimuth antena, misalkan saja(satuan sudut=derajat): 45,60,90,120, dll. 10 dB beamwidth 27 3 Merupakan sudut pancaran antena dimana dayanya berkurang 10x (-10dB) dari daya terima paling maksimal. First null beamwidth (FNBW) Merupakan sudut pancaran antena dimana daya terimanya yang paling tinggi diantara daya terima lainnya. Dari ketiga jenis beamwidth tersebut dapat kita lihat: Antenna dengan sudut beamwidth yang lebar ditunjukkan pada -10dB. Sudutbeamwidth yang lebar mengakibatkan gain antena menjadi kecil. Karena daya yang ada sudah tersebarkan pada sudut pancaran polaradiasi tersebut. Antenna dengan sudut beamwidth yang sempit ditunjukkan pada FNBW. Semakin kecil sudut FNBW , maka antena tersebut memilki gain yang besar. 17. Return Loss Return loss adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak daya yang hilang pada beban dan tidak kembali sebagai pantulan. Seperti halnya VSWR, return loss merupakan parameter yang menggambarkan kesesuaian impedansi (matching) antena. Koefisien refleksi merupakan perbandingan antara tegangan yang dipantulkan terhadap tegangan maju. Antenayang sangat bagus dapat memiliki nilai return lossyang lebih rendah dari ±10 dBsehingga 90% sinyal diserap dan hanya 10% yang dipantulkan kembali. Koefisien pantul dan return loss didefinisikan sebagai (Punit, 2004: 19). Koefisien pantul dinyatakan sebagai : 𝑉𝑜 − 𝜏= + 𝑉𝑜 Dengan Vo- adalah tegangan pantul dan Vo+ adalah tegangan pancar. Return loss dinyatakan sebagai bentuk logaritmik dari koefisien pantul.Untuk matching sempurna antara transmitter dan antena, maka nilai τ = 0 dan RL= ~ yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan, sebaliknya jika τ = 1dan RL= 0 dB maka semua daya dipantulkan Semakin besar nilainya (dalam satuan dB), semakin baik. Angka 13.9dB sama dengan VSWR 1,5:1. Return Loss 20dB adalah nilai yang cukup bagus, dan setara dengan VSWR of 1,2:1 28 18. Side Lopes Lobe adalah suatu contoh pola daya antena yang digambarkan dengan koordinat polar. Lobe utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain yang dimaksud. Secara praktis disebut juga minor lobe. Side lobe dapat berharga positif ataupun negatif. Pada kenyataannya suatu pola mempunyai harga kompleks. Sehingga digunakan magnitudo dari pola medan | F() |atau pola daya | P()| Ukuran yang menyatakan seberapa besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar dengan harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel (dB), dan ditulis dengan rumus sebagai berikut : SLL = 20 log F SLL Fmaks dB Dengan : F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar F(maks) : nilai maksimum dari main lobe Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu). 19. Nulls Di pola radiasi antena, null adalah zona dimana daya efektif yang dipancarkan minimum. Null sering mempunyai sudut directivity yang sempit dibandingkan dengan yang dipunyai beam utama. Dengan begitu, null berguna untuk beberapa tujuan, seperti meminimalisir gangguan sinyal pada sebuah arah. 20. Front to Back Ratio Front to back ratio sangat berguna untuk diketahui agar kita mampu mengetahui sejauh mana kemampuan antenna yang kita pergunakan. Antenna pengarah (directional) tepat di didepan antenna tersebut adalah Major Lobe sedangkan di samping atau pada kedua sisi dari yagi antenna disebut side lobe atau minor lobe sedangkan dibelakang tepatnya 180 derajad antenna dinamakan Back lobe. 29 Front to back ratio menyatakan perbandingan daya maksimum antenna pada main lobe terhadap daya pada back lobe. Front to back ratio dihitung dari diagram polar pola daya dengan menggunakan persamaan: Biladinyatakan dalam dB: 21. Aplikasi Pembuatan Antena CARA MEMBUAT ANTENA KALENG cara membuat antena kaleng itu sangan mudah dan alat-alatnya puntidak sulit di cari terutama di tempat orang jualan elektronik dan di tempat seperti harco,glodok,dan pasar poncol ALAT-ALAT YANG DI PERLUKAN [1] Sediakan sebuah kaleng [2] PCMCIA card [3] PC W-lan ( untuk yang menggunakan PC, card tersebut di tambahkan ke slot PCI) [4] conektor SMA [5] Kabel coaxial RG-58 atau RG-6 yang panjangnya tidak lebih dari 15 meter [6] Konektor N Plug (TNC Plug Connector RG 58 CRMPG) yang digunakan untuk menghubungkan ke kabel. [7] konektor N ( TNC connector sagel chsis sepasang) [8] baut dan mur ( untuk menempelkan konektor N ke kaleng [9] intikabel RG-8 tidak boleh kurang atau lebih dari ukuran 3,3 PERSIAPAN UNTUK MERAKIT 1. persiapkan alat-alat yang diperlukan dan persiapkan semua dengan benar 30 2. potong kaleng anda jika panjangnya masih melebihi ukuran yang di tentukan tergantung diameter kaleng dengan menggunakan gergari besi atau pisau dan buat lubang menggunakan obeng atau pisau atau bor dengan jarak dari pinggir dasar kaleng 4,4 cm berikut ini ukuran yang anda bisa gunakan untuk membuat antena kaleng yang diam bil dari situs diambil dari situs wire.less.dk2. Tapi perlu diketahui panjang kaleng disini tidak di per hitungkan.anda dapan menggunakn kaleng yang yg ukuranya lebih dari 100mm tampa harus dipotong Berikut ini merupakan contoh perhitungan dengan menggunakan kaleng yang berdiameter 10 cm yang digunakan pada frekuensi 2,4 Ghz. Perhatian: ganti angka 2.4 yang ada secara default dengan angka 2,4 (menggunakan koma). Kemudian konversikan 10 cm menjadi 100 mm, sehingga akan menghasilkan perhitungan dengan panjang kaleng 137,76 mm (13,7 cm), dan ukuran dari belakang kaleng ke N konektor sepanjang 45,92 cm (4,5 cm). CARA MERAKIT 31 Pertama (N Connector) 1. AmbilSocket TNC segel chasis atau N connector yang telah di sangkutkan dengan kawat tembaga yang panjangnya 3,3cm dankaleng yang telah dilubangi 2. Masukan Connektor N yang telah disatukan dengan kawat tembaga kelubang kaleng yang telah disediakan 3. kencangkan connector N dengan kaleng menggunakan 4. bentuk akir dari pekerjaan pemasangan mur dan baut dan penampakan kawat tembaga yang telah terpasang Kedua (Plug N Connector) langkah berikut merupakan langkah memasang kabel ke Plug TNC RG 58 CRMPG 32 1. kupas terlebih dahulu kabel yang akan dihubungkan ke konektor. Perhatikan dengan baik,jangan sampai ada kabel serabut yang ikut masuk kedalam ketika masukan ke konektor. 2. Hasil akhir pemasangan kabel dan pemasangan Plug TNC dengan N Connector. Ketiga (SMA Connector) Langkah ini merupakan langkah terakhir perakitan antena kaleng, yaitu menggabungkan kabel dengan SMA Connector. Ingat bahwa konektor SMA terdiri dari tiga buah benda kecil (jarum, gelang dan konektornya itu sendiri) 1. Masukan terlebih dahulu gelang besi dari konektor SMA dengan kabel, kemudian satukan kabel dengan konektor. 2. Masukan jarum ke tengah konektor yang nantinya akan dijadikan sebagai penghubung ke WLAN Card. Usahakan pemasangan jarum ini rata dengan pinggir konektor untuk memudahkan mecolokkan konektor ke WLAN Card. Jangan memasukan dengan paksa jarum ke konektor kalau memang tidak bisa. Kurangi kabel supaya memudahkan pemasangan jarum. Perhatian: 33 Hati-hati ketika menekan jarum, karena dapat melukai jari-jemari Anda yang halus atau jarumnya yang patah. 3. Jika sudah terpasang dengan baik dan cukup kokoh jarumjarumnya, coba pasang konektor SMA dengan ujung konektor WLAN. Bila sudah terpasang baik, akan tampak seperti pada gambar berikutnya. Hasil akhir dari pekerjaan pembuatan antena kaleng. Sekarang saatnya Plug and Play DAFTAR PUSTAKA [1] John D. Krous, Antenas,McGraw-Hill Book Company,1988. [2] http://kalengantena.blogspot.com/2010/01/alat-alat-yang-di-perlukan-1.html#more [3] http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Penguat_%28Amplifier%2 9 [4] http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Tipe_antena [5] http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Front-to-back_ratio [6] http://www.teknik-elektro.org/2012/01/pengertian-dasar-antena.html [7] http://dono.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/antena-bab1.doc [8] http://www.perpustakaan.lapan.go.id/jurnal/index.php/majalah_lapan/article/view/1252/ 1125 [9] http://learn-antenna.blogspot.com/search/label/Antenna%20Theory [10]http://harryramza.zoomshare.com/files/thesis/Ridwan_Montezari_020301020_Dengan_T TD.pdf 34 [11]http://www.perpustakaan.lapan.go.id/jurnal/index.php/majalah_lapan/article/view/1252/ 1125 [12]http://www.scribd.com/doc/61057584/14/Return-Loss, [13]http://mandorkawat2009.wordpress.com/tag/tabel-perbandingan-vswr-dengankehilangan-daya-return-loss/ [14]http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=19&submit.y=16&page=2&qual=high&sub mitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Felkt%2F1999%2Fjiunkpe-ns-s1-1999-2349303912948-lcr_meter-chapter2.pdf [15]http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1099:imped ansi-input&catid=12:antena&Itemid=14 [16]http://www.scribd.com/doc/51208522/5/Impedansi-Input [17]http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Konektor_dan_Adapter [18]http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Pemandung_atau_Bumbu ng_Gelombang_(Waveguide) [19]http://ajimantena.blogspot.com/p/cara-pasang-kabel-tv.html [20]http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WNDW:_Kabel [21]http://harry-ramza.zoomshare.com/files/Buku/BukuAntena_baru.pdf [22]http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7160-1102100028-bab1.pdf [23]www.learn-antenna.blogspot.com