Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar DIMENSI JENDER DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM Oleh Fatahuddin Aziz Siregar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan e-mail: [email protected] Abstract Islamic law is often perceived not gender sensitive and put women in a position of subordination of men. There are a number of rules that position women are not equal to men. Rules of inheritance for example, which gives the portion of the female part is only half of the portion of the male part is a form of gender bias . Yet this is precisely the aspect of women's inheritance elevated by one rank from its original position that did not get a part , even a part of the estate itself , be equal to men , both became heir . Besides, there are many verses of the Quran that tells us about the subject of equality of men with women in the provisions of Islamic law . Kata Kunci: Jender, Mitra sejajar, Hukum Islam kewarisan, A. Pendahuluan Sepintas, orang perempuan Islam sebanding dengan seorang laki-laki. Jadi, diasumsikan sebagai sekumpulan aturan jender dan hukum Islam seolah-olah yang dirujuk kepada sumber-sumber saling bertentangan antara satu sama lain. Islam yang tidak bernuansa jender. Rumusan fiqh sebagi bagian dari Membicarakan hukum dua barangkali Hukum Islam kemudian banyak digugat, gerakan karena dianggap terlalu berpihak kepada pemberdayaan kaum perempuan yang laki-laki. Kenyataan bahwa para penulis telah sejak lama tertindas oleh laki-laki. fiqh tersebut memang didominasi oleh Sementara biasanya fuqaha berjenis kelamin laki-laki dan dipandang sebagai tata aturan tentang dengan latar sosiokultural arab yang hubungan manusia dengan Allah dan patriarkhat hubungan antar sesama manusia yang ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan. lebih berpihak kepada laki-laki. Memang Ide reaktualisasi kemudian diusung oleh terdapat beberapa aturan yang lebih para mjengutamakan dibanding Formulasi fiqh klasik yang mainstream di perempuan, misalnya dalam persaksian, kalangan umat Islam perlu dikaji ulang, dianggap jender sebagai hukum suatu Islam laki-laki dituding peminat studi sebagai hukumj biang Islam. 17 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 dirombak dan disusun kembali, sehingga satu diantaranya?). Pakar jender, -yang kemudian sengaja mendalami persoalan jender atau menjadi fiqh baru yang karena “kecelakaan”-, kemudian menjadi berwawasan jender. Tulisan ini ingin melihat pusat perhatian. Singkatnya, saat itu bagaimana sesungguhnya hukum Islam seolah “Tiada hari tanpa jender”. Jika mengatur pola hubungan antara laki-laki sekarang kita baru mulai “mengakrabi” dan perempuan. Apakah asumsi bahwa isu ini, paling tidak kita berprinsip lebih hukum Islam bias jender betul-betul baik terlambat dari pada tidak sama terbukti dalam berbagai tata aturannya sekali. atau asumsi itu tidak benar dan terbukti salah. Lalu apakah sesungguhnya jender itu? Asumsi awam barangkali melihat bahwa jender adalah superioritas laki-laki atas B. Makna Jender Jender sempat jadi primadona wacana publik Pembahasan dilakukan dari Jender dipandang sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif, era 90-an.1 begitu marak demikian timbul mungkin karena ingin perspektif, menyederhanakan masalah atau boleh pada jender perempuan. berbagai termasuk ilmu pengetahuan terutama menindas dan sebagainya. Persepsi jadi juga karena ketidaktahuan. ilmu sosial dan humaniora. Bentuk Kata jender berasal dari bahasa kajiannyapun sangat beragam, mulai dari Inggris, gender. Kamus Inggris Indonesia yang ilmiah sampai yang populer, yang yang disusun oleh John M. Echols dan serius atau Hassan Shadily membahasaindonesiakan informal. Ruang kuliah, forum diskusi, gender sebagai “jenis kelamin”. Sebuah seminar lokal/ nasional/ regional, koran arti yang kurang tepat, karena dengan harian/ demikian maupun santai, mingguan, formal majalah, buletin, jender disamakan jurnal, radio bahkan televisi tak pernah pengertiannya dengan sex yang berarti sepi dari ulasan seputar jender. Buku- jenis kelamin. buku yang mengusung tema ini banyak bermunculan, bagaikan jamur di musim Pemerhati dikutip oleh jender sebagaimana Nasaruddin Umar hujan (lalu apakah anda memiliki salah 1 Di dunia Barat menurut Showalter wacana jender mulai ramai dibicarakan pada awal tahun 1977. Elaine Showalter, Speaking of Gender, (new York: Routledge, 1989), hal. 5. 18 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar menawarkan diantaranya: bermacam terminologi, 2 merupakan 1. Dalam Webster Dictionaryi sebagai sosial budaya, lebih dari itu jender New jender perbedaan World didefinisikan yang konsep analisis yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu. tampak Dari deskripsi makna jender di antara laki-laki dan perempuan dilihat atas disimpulkan bahwa jender berbeda dari segi nilai dan tingkah laku. dengan 2. Women’s Studies Encyclopedia: suatu konsep kultural digunakan Jender untuk secara umum mengidentifikasi berupaya perbedaan laki-laki dan perempuan dari (distinction) segi sosial budaya. Dengan kata lain dalam hal peran, perilaku, mentalitas jender ditekankan pada perkembangan dan karakteristik emosional antara aspek laki-laki feminitas membuat yang sex. pembedaan dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. 3. H.T Wilson dalam Sex and Gender: suatu dasar (rujuliyah) (nisa`iyah). karakteristik atau dan Jender adalah sifat-sifat yang diidentikkan dengan suatu jenis kelamin menentukan tertentu yang merupakan produk dari perbedaan sumbangan laki-laki dan interaksi sosial yang berlangsung secara perempuan pada kebudayaan dan evolusional. kehidupan untuk maskulinitas kolektif yang sebagai Sementara itu, sex digunakan akibatnya mereka menjadi laki-laki untuk mengidentifikasi perbedaan laki- dan perempuan. laki dari perempuan dari aspek anatomi 4. Hilary M. Lips dalam Sex & Gender: biologi, meliputi perbedaan komposisi an Introduction mengartikan jender kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi sebagai fisik, harapan-harapan budaya reproduksi lainnya. dan karakteristik terhadap laki-laki dan perempuan biologis Aksesoris organ (cultural expectations for women and reproduksi ditentukan oleh faktor organ men). penentu jenis kelamin yang biasa disebut 5. Elaine Showalter: jender lebih dari dengan gonad. Laki-laki memiliki buah sekedar pembedaan laki-laki dan pelir yang berfungsi untuk memproduksi perempuan dilihat dari konstruksi hormon testoterone. Hormon ini berfungsi untuk memproduksi sperma, 2 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur`an, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1999), hal. 33-35. mengatur perkembangan tulang, 19 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 pergerakan otot, penyimpanan lemak, emosional/ perilaku rasional dll. seksual, pola raut muka, pelebaran dada, penegakan tulang rawan dan ketajaman perempuan suara. memiliki Sedangkan ovum yang berfungsi untuk memperoduksi hormon prolactin, extrogen Hakikat jender dapat dilihat progestron. dengan memperhatikan sistem relasi Hormon-hormon ini memberi pengaruh antara laki-laki dan perempuan. Paling terhadap pembentukan sifat-sifat dasar tidak terdapat 3 kategori umum dalam perempuan. wacana jender mutakhir jika dianalisis Sebagian dan C. Ontologis Jender kalangan melihat perbedaan biologis antara laki-laki dan dari konsep status dan peran jenis: 1. Status dan peran yang sama bagi perempuan memberi pengaruh terhadap laki-laki perilaku manusia. Perbedaan anatomi Perbedaan yang ditolerir hanyalah biologis dan komposisi kimia dalam sejauh tubuh berpengaruh pada perkembangan biologis semata emosional a. Elastisitas peran yang lintas jenis dan kapasitas intelektual antara laki-laki dan perempuan. Menyangkut perbedaan maupun perempuan. menyangkut persoalan kelamin dijadikan filsafat dan jender acuan dengan sex secara sederhana dapat sering disimak pada tabel berikut: “Seharusnya tak ada peran jenis perilaku. dikemukakan kelamin, Jender Sex 1. Diciptakan 2. Sosial budaya tetapi yang adalah: kesepakatan tentang pembagian kerja antara oleh 1. Takdir Allah manusia Jargon laki-laki dan perempuan. Dan 2. Fisik-biologis yang penting tak ada kerja yang 3. Bentuk diklaim sebagai kerja perempuan 3. Sifat-sifat yang anatomi relatif dapat tetap yang atau laki-laki”. Oleh sebab itu, baik laki-laki maupun perempuan, berubah, seperti: sah-sah saja secara bersamaan lemah lembut/ melakukan keras, sensitif/ maupun domestik. tidak aktivitas publik peka, 20 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar b. Kata kunci: menuju masyarakat tanpa peran jenis c. Konsep perempuan ini masyarakat hidup a. Status superior laki-laki terhadap dianut oleh dengan pandangan sekuler, sedangkan disebabkan oleh superioritas fisik, psikis maupun intelektualnya. b. Laki-laki berperan di sektor dan mayoritas masyarakat beragama wilayah masih bersikap alergis terhadap perempuan domestik. Pola ini perspektif ini. biasanya 2. Perempuan dan laki-laki memperoleh status yang (tanggung sama jawab) namun yang peran berbeda. publik, sedangkan diberlakukan secara ketat. Jika terpaksa perempuan harus meloncat pada peran publik, hal ini dikategorikan karena Pembedaan peran ini berakar pada darurat. Menurut dunia kelompok asumsi biologi/ ini, kesejahteraan dunia hanya implikasi dapat digapai melalui pembedaan bahwa reproduksi kodrat mempunyai sosial yang khas bagi perempuan. a. Kaum perempuan bertanggung jawab pada peran domestik reproduktif, sedangkan laki-laki pada peran legitimasi terkadang publik. tertentu Dengan perempuan dilibatkan c. Kata kunci: hegemonisasi jenis kelamin d. Dianut oleh “fundamentalis kelompok agama” dan kelompok kepentingan tertentu. dalam perkara publik. b. Kata kunci: sama bukan berarti D. Ketidakadilan Jender Gerakan Feminisme dan Perbedaan jender sesungguhnya identik c. Merupakan pandangan “mainstream” dewasa ini. Dianut oleh peran yang rigid. masyarakat beragama maupun sekuler. 3. Status dan peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Superioritas laki-laki atas perempuan dianggap sudah kodrat alam (given). tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan jender. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ternyata perbedaan jender telah melahirkan berbagai ketidakadilan terutama bagi perempuan.menurut Mansour Fakih, ada lima ketidakadilan jender yang menimpa perempuan, yaitu 1) marginalisasi perempuan baik di rumah tangga, di 21 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 tempat kerja, maupun di bidang kegiatan kehidupan masyarakat lainnya yang pada Fungsi Reproduksi Produksi akhirnya pemiskinan Tanggungja Pencari Pencari ekonomi perempuan. 2) Subordinasi. wab nafkah nafkah nafkah tambahan utama berakibat pada Adanya anggapan bahwa perempuan irasional dan emosional mengakibatkan perempuan tidak bisa memimpin dan Ketidakadilann ini lantas harus ditempatkan pada posisi yang tidak melahirkan gerakan feminisme. Gerakan penting. 3) Stereotype yang merugikan ini pada intinya suatu kesadaran akan perempuan. adanya Adanya anggapan penindasan dan pemerasan perempuan bersolek untuk memancing terhadap perempuan dalam masyarakat, perhatian tempat kerja dan dalam keluarga, serta setiap lawan jenis kekerasan menyebabkan seksual dikaitkan adanya tindakan sadar oleh terutama dengan label ini. 4) Kekerasan yang perempuan menimpa perempuan karena dianggap mengubah keadaan ini. maupun laki-laki untuk lemah. 5) Adanya pembagian kerja secara Menurut mereka semestinya laki- seksual. Perempuan domestik laki-laki laki dan perempuan duduk sama rendah, publik. berdiri sama tinggi. Tidak terdapat Ketidakadilan jender dimaksud perbedaan yang mendasar antara laki-laki dapat terlihat pada tabel pembedaan laki- dan perempuan kecuali pada empat hal laki dan perempuan secara jender sebagai yang memang khas perempuan, yaitu berikut:3 mensturasi, mengandung, melahirkan Perempuan Laki- dan menyusui. laki Meskipun para feminis Pembagian Kerja Kerja mempunyai kesadaran yang sama tentang kerja feminim maskulin adanya Stereotype Feminim Maskulin mereka Ruang Domestik Publik menganalisis lingkup ketidakadilan berbeda jender, pendapat sebab-sebab tetapi dalam terjadinya ketidakadilan tersebut dan juga berbeda pendapat tentang bentuk dan target yang 3 Farha Ciciek, “Gender dalam Wacana Mutakhir”, dalam M. Hajar Dewantoro dan Asmawi (ed.), Rekonstruksi Fiqh Perempuan dalam Peradaban Masyarakat Modern, (Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996), hal. 116. hendak dicapai dalam perjuangan 22 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar mereka. Gerakan tersebut dapat dilihat Fakih misalnya penah menyatakan bahwa pada tabel berikut: tokoh-tokoh perempuan yang terlibat Aliran Sebab Target dalam n dalam gerakan ini, kehidupan rumah tangganya Kesalahan Kesetara (Jangan-jangan feminisme lebih sebagai perempuan an proyek). sendiri Dan untuk situasi lokal tertentu, yang tidak mampu termasuk bersaing dianggap “tidak laku”, karena ternyata karena dengan Tapanuli isu ini sering kaum perempuannya merasa nyaman dan kalah kualitas Sosialis/ intensif ternyata tetap mengambil pola tradisional Ketidakadila Liberal secara laki- menikmati pola patriarkhi tersebut. hubungan yang Hanya saja laki barangkali, status quo terjadi karena Sistem sosial Keadilan belum strukturali (patriarkhal) struktur terbukanya cakrawala kaum perempuan setempat, sehingga mestinya s mereka Konservat Kesalahpamah Pembagi terlebih dahulu untuk kemudian secara if bebas mempertimbangkan kembali pola an terhadap an peran perlu mendapat pencerahan hubungan yang lebih berkeadilan. nilai-nilai Sampai dengan hari ini untuk kondisi Indonesia gerakan feminisme E. Jender dan Hukum Islam Banyak kalangan melihat bahwa masih belum menunjukkan hasil yang dengan ada bias jender yang begitu impresif perempuan masih didominasi oleh laki- dalam hukum Islam, utamanya fiqh dan laki dan perempuan masih tersubordinasi, sebagiannya telah menjadi qanun (hukum mendapatkan stereotype dan ketidak positif). Zaitunah Subhan, misalnya, adilan jender lainnya. Oleh sebab itulah menulis sebuah disertasi yang kemudian wacana diterbitkan signifikan. Relasi ini tetap digulirkan, gerakan dilanjutkan dan laki-laki oleh LKiS Yogyakarta relevan untuk feminisme terus dengan judul yang agak provokatif Tafsir mendapat Kebencian: Studi Bias Jender dalam perlu “amunisi” serta semangat baru.. Mansour Tafsir Qur`an. Menurutnya, banyak 23 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 persoalan hukum (Islam) yang ditafsirkan demikian, ayat Alquran selalu terbuka dari ayat-ayat Alquran dengan bias jender untuk interpretasi baru, tidak pernah yang cukup kental. Nawawi Bantani tertutup dalam interpretasi tunggal. Oleh barangkali seorang karena itu, kita harus memahaminya mufassir Indonesia yang juga menulis secara konteks masyarakat yang selalu kitab fiqh, salah satunya berjudul ‘Uqud berubah dan berkembang.4 Misalnya ayat al-Lujain fi Bayan Huquq az-Zawjain, tentang kesaksian wanita dinilai 1: 2 yang terkena bias jender dengan warna hanya terkait dengan transaksi jual beli patriarkhi yang demikian kuat. Kitab yang tidak tunai dan menurut konteks yang banyak dibaca oleh para santriwati saat itu keterlibatan wanita masih sangat di beberapa pesantren tersebut betul-betul langka dalam dunia bisnis. Ketika dunia menekankan pentingnya kepatuhan isteri sekarang telah berubah dan jauh lebih terhadap suami. Dalam hal pelayanan maju, dimamana keterlibatan perempuan seks, sebagai contoh, katanya hanya dalam kehidupan sosial dan ekonomi larangan syar‟i saja yang membolehkan telah menjadi lumrah, maka penting perempuan menolak “ájakan” suaminya. adanya kontekstualisasi dan reinterpretasi Seorang isteri harus selalu siap sedia ayat tersebut. termasuk salah kapan dan dimanapun, bahkan di atas pelana unta. Menyangkut kewarisan, dimana surat an-Nisa/ 4: 11 secara normatif Bagi Zaitunah ketentuan hukum menegaskan bahwa perempuan mendapat yang diturunkan dari ayat Alquran yang separoh dari pria berkenaan dengan sekalipun menurut ahli fiqh/ ushul fiqh karakter muatan hukum ayat Alquran sudah bersifat pasti dan final, perlu yang dipermaklumkan secara bertahap. mendapat tafsiran ulang. Reinterpretasi Jika mutlak diperlukan mengingat bahwa bagian dari harta yang diwariskan, maka Alquran berbicara dengan transparan telah terjadi revolusi hukum manakala yang reformasi perempuan justru menjadi ahli waris pemikiran manusia sepanjang zaman. yang mendapat bagian tertentu sekalipun Kesan dengan selalu yang pemikiran konstruktif intelektual menerima diberikannya kritis mengenai dan penjelasan membuka wawasan setiap generasi. Dengan sebelumnya porsi setengah perempuan yang bagian adalah baru mencapai laki-laki. Sekarang 4 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur`an, (Yogyakarta: LkiS, 1999), hal. 181. 24 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar dimana situasi sosialnya telah berubah seorang secara juga meninggalkan seorang isteri, dua ibu dilakukan reinterpretasi. Di beberapa bapak dan dua orang anak perempuan negara seperti Somalia dan Turki bahkan yang telah adalah: signifikan, dilakukan maka reformasi perlu ketentuan meninggal dunia menurutAlquran dengan pembagiannya Seperdelapan untuk isteri, waris, sehingga bagian perempuan sama masing-masing seperenam untuk ibu dan persis dengan laki-laki, yaitu 1:1. Mereka bapak dan dua pertiga untuk kedua anak berkeyakinan bahwa dengan ketentuan perempuan tersebut mereka tetap dalam rangka keseluruhannya adalah 27/24. Karena melaksanakan ajaran Islam (dan juga penyebut lebih kecil dari pembilang berkeyakinan dengan maka ditetapkanlah konsep ‘awl, yaitu memberlakukan ketentuan tersebut insya penyebut5 disamakan dengan pembilang Allah mereka juga akan masuk surga). (27/27). Dengan demikian isteri yang Sebagian bahwa berkeyakinan tersebut. Jumlah bahwa dalam Alquran ditetapkan secara eksplisit perubahan sebagaimana dilakukan pada mendapatkan seperdelapan atau 3/24, beberapa negeri Islam tersebut memang dalam dimungkinkan karena Alquran sendiri memperoleh 3/27 atau 1/9, ibu- bapak telah membuktikan dirinya tidak dapat yang mestinya mendapat 4/24, masing- diterapkan secara konsisten. Konsep awl masing menjadi 4/27, dan dua anak dalam sistem kewarisan kaum Sunni perempuan yang mestinya memperoleh menurut mereka adalah bukti betapa hak 16/24 menjadi hanya 16/27.6 kenyataannya hanya akan pelaksanaan hukum waris Islam, bahkan Dielaborasi lebih lanjut bahwa bisa berubah oleh suatu sebab yang kecil, problem seperti ini belum pernah terjadi yaitu struktur keluarga. Komposisi ahli pada masa Rasulullah SAW. Ibnu Arabi waris mengakibatkan memberi penjelasan bahwa kasus ini baru pembagian muncul untuk pertama kalinya pada masa tertentu ntidak dapat terlaksananya pemerintaham diatur secara sharih dalam Alquran.5 Hal Namun tidak didapatkan informasi yang yang sama pernah juga dikemukakan akurat tentang siapa orang pertama yang oleh David S. Powers. Sebagai contoh, 5 M. Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Pers, 1998), hal. 161. Umar Ibn Khattab.7 berdasarkan ketentuan-ketentuan yang 6 David S. Powers, Studies in Qur`an and Hadith: The Formation of Islamic Law of Inheritence, (Los Angeles: University of California Press, 1986), hal. 66. 7 Muhammad Ibn Abdillah Ibn Arabi, Ahkam Alquran, (Kairo: Isa al-Halabi, 1968), I: 353. 25 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 memperkenalkan prosedur pengurangan wilayah. bagian harta warisan secara proporsional. bagian setiap ahli waris memang betul Menurut satu versi riwayat, hal tersebut merupakan nas dilakukan sendiri secara kreatif oleh implikasi hukum yang qat’iy. Kalaupun khalifah Umar. Riwayat ini berdasarkan kemudian terdapat perubahan, sehingga pertanyaan yang diajukan oleh Zufar Ibn tidak sama persis seperti apa yang Abbas tentang siapa orang pertama yang dikehendaki oleh teks ayat hanyalah melakukan pengurangan melalui cara merupakan pengecualian saja. Kita tentu ‘awl.8 Sumber lain mengindikasikan dapat bahwa Zaid ibn Sabit lah orang pertama beberpa ketentuan hukum lain, karena yang menerapkan ‘awl pada pembagian khususnya seperti kasus tersebut.9 memperkenalkan prosedur istisna`. Dan Pengurangan bagian para ahli Ketentuan sarih menemui ijtihad yang mengatur dan memiliki pengecualian mazhab diperlukan pada memang kasus sekedar oleh para ulama Sunni selama ini, karena keadaannya sistem awl itu lebih mendekati keadilan, Artinya, kalau pada banyak kasus lain meskipun dalam kenyataan hal ini berarti yang terhitung normal, dan biasanya ini mengubah bagian semua ahli waris dari yang banyak terjadi, apa yang btertuang secara sarih dalam keberadaan ijtihad maka tidak ada pilhan Alquran. lain kecuali mengikuti kehendak zahir dipungkiri merupakan yang bersifat oleh khusus. tidak dibutuhkan mengandung keadilan hasi transendental. Lagi pula, bila kita cermati kreativitas berpikir ulama. Akan tetapi secara lebih seksama, sesungguhnya penulis kurang sependapat kalau kasus tidak terjadi perubahan substantif pada awl ini kemudian dijadikan alasan untuk kasus „awl. Bagian yang diperoleh setiap melakukan generalisasi bahwa berarti ahli waris tidak lantas berbeda sama setiap ayat waris dapat diberi interpretasi sekali dengan yang dikehendaki oleh ayat baru pada Alquran. Rasio yang mereka terima stuktur sosial masyarakat Islam di setiap bahkan sama sekali tidak mengalami dengan awl ayat yang diperlukan „awl waris ini dapat diterima dan dibenarkan Penulis melihat bahwa tidak perlu karena Syafii pada menyesuaikannya perubahan. Isteri mendapat seperdelapan, 8 Abu Bakar Ahmad ibn al-Husayn alBayhaqi, as-Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar Sadir, 1968), VI: 253. 9 Sa‟id Ibn Mansur ibn Syu‟bah, Kitab asSunan, (Dabhil: Majlis „Ilmi, 1967), hal. 18-19. dua ibu bapak masing-masing seperenam, dan dua orang anak perempuan 26 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar memperoleh pertiga. bagian Bila sebanyak dua yang menyatakan bahwa ada yang ketentuan-ketentuan mendapat banyak dan ada yang mendapat quraninini kita samakan penyebutnya, lebih sedikit, namun ayat ini menjadi maka bagian isteri adalah 3/24, ibu bapak semacam prinsip umum yang oleh para masing-masing 4/24, dan dua anak ilmuan perempuan 16/24. Terlihat dengan jelas deduktif memunculkan asas bilateral. bahwa rasio bagian antara isteri, ibu, Jika pada era jahiliyah perempuan tidak bapak, dan dua anak perempuan adalah mendapat bagian sedikitpun dari harta 3:4:4:16. Jika karena penyebut lebih kecil warisan, bahkan mereka menjadi bagian dari pembilang, lalu penyebut disamakan dari harta warisan itu sendiri, Islam dengan pembilang bagiannya menjadi merombaknya 3/27, 4/27, 4/27, dan 16/27, maka pada perempuan sebagai ahli waris, setara perbandingan dengan laki-laki. bagiannya tidak ada perubahan apapun, tetap pada keadaan semula, yaitu 3:4:4:16. Dalam memang kemudian dan secara menempatkan Rasulullah sendiri memerintahkan agar pembagian harta warisan merujuk kajian muncul mawaris fiqh bias mawaris jender yang sepenuhnya kepada ketentuan Alquran yang memang mengaturnya diakibatkan oleh pola kekerabatan dan sedemikian kemasyarakat bangsa Arab yang bercorak begiru terperinci mulai dari tata urutan/ patrilinial-patriakhat. tetapi proses pembagian, orang-orang yang sebetulnya pembedaan tersebut timbul berhak dan porsi bagiannya masing- dalam bentuk pemahaman (fiqh(, bukan masing. Selanjutnya Rasulullah berpesan rumusan alquran. agar ketika faraid telah ditunaikan, Sesunggunya kalau kita simak secara kemudian masih terdapat sisa harta, umum ada kesetaraan antara laki-laki dan amaka sisa tersebut diberikan kembali perempuan. Pesan imperatif Alquran kepada ahli waris, dimana ahli waris laki- pada surat annisa ayat 7 menunjukkan laki diposisikan sebagai prioritas utama dengan begitu jelas bahwa baik laki-laki yang kemudian dikenal sebagai asabah: original Akan dari maupun perempuan memiliki porsi hak tertentu dari harta warisan rupa. telah Aturan dimaksud 10 انحقىا انفسائض بأههها فما بقً فالونً زجم ذكس yang ditinggalkan oleh pewaris. Pada bagian akhir ayat tersebut memang ada klausul 10 Al-Imam Abu al-Husain Muslim Ibn alHajjaj al-Qusyairy an-Naisabury, Sahih Muslaim, Kitab al-Fara`id, Bab Alhi al-fara`id, Hadis No. 1615, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992) III: 1233. 27 Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015 Pemahaman terhadap hadis inilah kemudian yang menjadi bagi (5) keadilan dan persamaan, (6) jaminan munculnya bias jender dalam rumusan sosial, (7) saling tolong menolong, dan fiqh (8) kesempatan mendapat pendidikan. mawaris. menyusun Para pemahaman awal (3) amal, (4) saling kasih dan mencintai, fuqaha lantas kewarisannya هه نباس نكم و أوتم نباس نهه.1 (al- dengan menempatkan laki-laki sebagai ahli waris yang mendapatkan keutaman Baqarah (2): 187) (an- اتقىا زبكم انري خهقكم مه وفس واحدة.2 dalam banyak hal. Misalnya mereka lalu menetapkan bahwa hanya cucu dari pihak Nisa`(4): 1.) نهسجال وصيب مما اكتسبىا و نهىساء وصيب.3 (an-Nisa`(4): 32.) مما اكتسبه anak laki-laki saja (baik cucu laki-laki maupun cucu perempuan) yang ومه اياته أن خهق نكم مه أوفسكم أشواجا.4 berkedudukan sebagai ahli waris. Adapun (ar- نتسكىىا إنيها و جعم بيىكم مىدة و زحمت cucu dari pihak anak perempuan hanya Rum:21) berkedudukan sebagai zaw al-arham, و نهه مثم انري عهيهه بانمعسوف.5 (al- yang pada adasrnya tidak memperoleh Baqarah (2): 228) bagian dari harta warisan, kecuali jika Al-Baqarah (2): 177. .6 tidak terdapat zaw al-furud. Ketentuan و تعاووىا عهً انبس و انتقىي وال تعاووىا.7 seperti ini memang hanya dikenal dalam (al-Ma`idah(5): 2) عهً اإلثم وانعدوان system kewarisan Sunni. Fuqaha Syi‟ah يسفع هللا انريه امىىا مىكم و انريه أو تىا انعهم.8 tidak sependapat dengan rumusan ini. (al-Mujadalah (58): 11) دزجاث Barangkali ini terkait dengan fakta sejarah bahwa Rasululah tidak memeliki F. Penutup penerus dari pihak anak laki-lakinya Hukum Islam sesungguhnya karena mereka wafat di usia muda menempatkan perempuan sebagai mitra sehinggta tidak sempat menikah dan sejajar karenanya juga tidak berketurunan. berbagai ketentuan hukum lebih kepada Sesungguhnya ada sejumlah nas laki-laki. Perbedaan dalam menempatkan laki-laki dan perempuan yang berbicara tentang kemitrasejajaran pada perempuan dan laki-laki yang dapat Memposisikan laki-laki sebagi pemimpin dikelompokkan menjadi 8, yakni: (1) perempuan, statement kehidupan rumah tangga harus dimaknai umum tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki, (2) asal usul, sebagai kodratnya terutama pemenuhan yang dalam tanggung alami. menata jawab 28 Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar sesuai dengan takdir penciptaannya yang laki-laki dan perempuan sesungguhnya harus juga dalam konteks manajemen rumah ditunaikan secara baik dan berkeadilan. Terkait dengan kewarisan tangga saja rasio pembagian harta warisan 2:1 antara . . Daftar Kepustakaan al-Bayhaqi, Abu Bakar Ahmad ibn al-Husayn, as-Sunan al-Kubra, Beirut: Dar Sadir, 1968. Farha Ciciek, “Gender dalam Wacana Mutakhir”, dalam M. Hajar Dewantoro dan Asmawi (ed.), Rekonstruksi Fiqh Perempuan dalam Peradaban Masyarakat Modern, Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996. Ibn Arabi, Muhammad Ibn Abdillah, Ahkam Alquran, Kairo: Isa al-Halabi, 1968. Ibn Mansur ibn Syu‟bah, Sa‟id, Kitab as-Sunan, Dabhil: Majlis „Ilmi, 1967. M. Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi, Yogyakarta: Titian Ilahi Pers, 1998. Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyairy an-Naisabury, Al-Imam Abu al-Husain, Sahih Muslaim, Jilid III, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992. Powers, David S., Studies in Qur`an and Hadith: The Formation of Islamic Law of Inheritence, Los Angeles: University of California Press, 1986. Showalter, Elaine, Speaking of Gender, (New York: Routledge, 1989. Subhan, Zaitunah, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur`an, Yogyakarta: LkiS, 1999. Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur`an, Jakarta: Penerbit Paramadina, 1999. 29