jender dan hukum islam - Rumah Jurnal Online IAIN

advertisement
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
DIMENSI JENDER DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM
Oleh Fatahuddin Aziz Siregar
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan
e-mail: [email protected]
Abstract
Islamic law is often perceived not gender sensitive and put women
in a position of subordination of men. There are a number of rules
that position women are not equal to men. Rules of inheritance for
example, which gives the portion of the female part is only half of
the portion of the male part is a form of gender bias . Yet this is
precisely the aspect of women's inheritance elevated by one rank
from its original position that did not get a part , even a part of the
estate itself , be equal to men , both became heir . Besides, there
are many verses of the Quran that tells us about the subject of
equality of men with women in the provisions of Islamic law .
Kata Kunci: Jender, Mitra sejajar, Hukum Islam
kewarisan,
A. Pendahuluan
Sepintas,
orang
perempuan
Islam
sebanding dengan seorang laki-laki. Jadi,
diasumsikan sebagai sekumpulan aturan
jender dan hukum Islam seolah-olah
yang dirujuk kepada sumber-sumber
saling bertentangan antara satu sama lain.
Islam yang tidak bernuansa jender.
Rumusan fiqh sebagi bagian dari
Membicarakan
hukum
dua
barangkali
Hukum Islam kemudian banyak digugat,
gerakan
karena dianggap terlalu berpihak kepada
pemberdayaan kaum perempuan yang
laki-laki. Kenyataan bahwa para penulis
telah sejak lama tertindas oleh laki-laki.
fiqh tersebut memang didominasi oleh
Sementara
biasanya
fuqaha berjenis kelamin laki-laki dan
dipandang sebagai tata aturan tentang
dengan latar sosiokultural arab yang
hubungan manusia dengan Allah dan
patriarkhat
hubungan antar sesama manusia yang
ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan.
lebih berpihak kepada laki-laki. Memang
Ide reaktualisasi kemudian diusung oleh
terdapat beberapa aturan yang lebih
para
mjengutamakan
dibanding
Formulasi fiqh klasik yang mainstream di
perempuan, misalnya dalam persaksian,
kalangan umat Islam perlu dikaji ulang,
dianggap
jender
sebagai
hukum
suatu
Islam
laki-laki
dituding
peminat
studi
sebagai
hukumj
biang
Islam.
17
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
dirombak dan disusun kembali, sehingga
satu diantaranya?). Pakar jender, -yang
kemudian
sengaja mendalami persoalan jender atau
menjadi
fiqh
baru
yang
karena “kecelakaan”-, kemudian menjadi
berwawasan jender.
Tulisan
ini
ingin
melihat
pusat perhatian. Singkatnya, saat itu
bagaimana sesungguhnya hukum Islam
seolah “Tiada hari tanpa jender”. Jika
mengatur pola hubungan antara laki-laki
sekarang kita baru mulai “mengakrabi”
dan perempuan. Apakah asumsi bahwa
isu ini, paling tidak kita berprinsip lebih
hukum Islam bias jender betul-betul
baik terlambat dari pada tidak sama
terbukti dalam berbagai tata aturannya
sekali.
atau asumsi itu tidak benar dan terbukti
salah.
Lalu apakah sesungguhnya jender
itu? Asumsi awam barangkali melihat
bahwa jender adalah superioritas laki-laki
atas
B. Makna Jender
Jender sempat jadi primadona
wacana
publik
Pembahasan
dilakukan
dari
Jender
dipandang
sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif,
era
90-an.1
begitu
marak
demikian timbul mungkin karena ingin
perspektif,
menyederhanakan masalah atau boleh
pada
jender
perempuan.
berbagai
termasuk ilmu pengetahuan terutama
menindas
dan
sebagainya.
Persepsi
jadi juga karena ketidaktahuan.
ilmu sosial dan humaniora. Bentuk
Kata jender berasal dari bahasa
kajiannyapun sangat beragam, mulai dari
Inggris, gender. Kamus Inggris Indonesia
yang ilmiah sampai yang populer, yang
yang disusun oleh John M. Echols dan
serius
atau
Hassan Shadily membahasaindonesiakan
informal. Ruang kuliah, forum diskusi,
gender sebagai “jenis kelamin”. Sebuah
seminar lokal/ nasional/ regional, koran
arti yang kurang tepat, karena dengan
harian/
demikian
maupun
santai,
mingguan,
formal
majalah,
buletin,
jender
disamakan
jurnal, radio bahkan televisi tak pernah
pengertiannya dengan sex yang berarti
sepi dari ulasan seputar jender. Buku-
jenis kelamin.
buku yang mengusung tema ini banyak
bermunculan, bagaikan jamur di musim
Pemerhati
dikutip
oleh
jender
sebagaimana
Nasaruddin
Umar
hujan (lalu apakah anda memiliki salah
1
Di dunia Barat menurut Showalter wacana
jender mulai ramai dibicarakan pada awal tahun 1977.
Elaine Showalter, Speaking of Gender, (new York:
Routledge, 1989), hal. 5.
18
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
menawarkan
diantaranya:
bermacam
terminologi,
2
merupakan
1. Dalam
Webster
Dictionaryi
sebagai
sosial budaya, lebih dari itu jender
New
jender
perbedaan
World
didefinisikan
yang
konsep
analisis
yang
dapat digunakan untuk menjelaskan
sesuatu.
tampak
Dari deskripsi makna jender di
antara laki-laki dan perempuan dilihat
atas disimpulkan bahwa jender berbeda
dari segi nilai dan tingkah laku.
dengan
2. Women’s Studies Encyclopedia: suatu
konsep
kultural
digunakan
Jender
untuk
secara
umum
mengidentifikasi
berupaya
perbedaan laki-laki dan perempuan dari
(distinction)
segi sosial budaya. Dengan kata lain
dalam hal peran, perilaku, mentalitas
jender ditekankan pada perkembangan
dan karakteristik emosional antara
aspek
laki-laki
feminitas
membuat
yang
sex.
pembedaan
dan
perempuan
yang
berkembang dalam masyarakat.
3. H.T Wilson dalam Sex and Gender:
suatu
dasar
(rujuliyah)
(nisa`iyah).
karakteristik
atau
dan
Jender
adalah
sifat-sifat
yang
diidentikkan dengan suatu jenis kelamin
menentukan
tertentu yang merupakan produk dari
perbedaan sumbangan laki-laki dan
interaksi sosial yang berlangsung secara
perempuan pada kebudayaan dan
evolusional.
kehidupan
untuk
maskulinitas
kolektif
yang
sebagai
Sementara itu, sex digunakan
akibatnya mereka menjadi laki-laki
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-
dan perempuan.
laki dari perempuan dari aspek anatomi
4. Hilary M. Lips dalam Sex & Gender:
biologi, meliputi perbedaan komposisi
an Introduction mengartikan jender
kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi
sebagai
fisik,
harapan-harapan
budaya
reproduksi
lainnya.
dan
karakteristik
terhadap laki-laki dan perempuan
biologis
Aksesoris
organ
(cultural expectations for women and
reproduksi ditentukan oleh faktor organ
men).
penentu jenis kelamin yang biasa disebut
5. Elaine Showalter: jender lebih dari
dengan gonad. Laki-laki memiliki buah
sekedar pembedaan laki-laki dan
pelir yang berfungsi untuk memproduksi
perempuan dilihat dari konstruksi
hormon
testoterone.
Hormon
ini
berfungsi untuk memproduksi sperma,
2
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan
Jender Perspektif Al-Qur`an, (Jakarta: Penerbit
Paramadina, 1999), hal. 33-35.
mengatur
perkembangan
tulang,
19
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
pergerakan otot, penyimpanan lemak,
emosional/
perilaku
rasional dll.
seksual,
pola
raut
muka,
pelebaran dada, penegakan tulang rawan
dan
ketajaman
perempuan
suara.
memiliki
Sedangkan
ovum
yang
berfungsi untuk memperoduksi hormon
prolactin,
extrogen
Hakikat
jender
dapat
dilihat
progestron.
dengan memperhatikan sistem relasi
Hormon-hormon ini memberi pengaruh
antara laki-laki dan perempuan. Paling
terhadap pembentukan sifat-sifat dasar
tidak terdapat 3 kategori umum dalam
perempuan.
wacana jender mutakhir jika dianalisis
Sebagian
dan
C. Ontologis Jender
kalangan
melihat
perbedaan biologis antara laki-laki dan
dari konsep status dan peran jenis:
1. Status dan peran yang sama bagi
perempuan memberi pengaruh terhadap
laki-laki
perilaku manusia. Perbedaan anatomi
Perbedaan yang ditolerir hanyalah
biologis dan komposisi kimia dalam
sejauh
tubuh berpengaruh pada perkembangan
biologis semata
emosional
a. Elastisitas peran yang lintas jenis
dan
kapasitas
intelektual
antara laki-laki dan perempuan.
Menyangkut
perbedaan
maupun
perempuan.
menyangkut
persoalan
kelamin dijadikan filsafat dan
jender
acuan
dengan sex secara sederhana dapat
sering
disimak pada tabel berikut:
“Seharusnya tak ada peran jenis
perilaku.
dikemukakan
kelamin,
Jender
Sex
1. Diciptakan
2. Sosial budaya
tetapi
yang
adalah:
kesepakatan
tentang pembagian kerja antara
oleh 1. Takdir Allah
manusia
Jargon
laki-laki dan perempuan. Dan
2. Fisik-biologis
yang penting tak ada kerja yang
3. Bentuk
diklaim sebagai kerja perempuan
3. Sifat-sifat
yang
anatomi
relatif
dapat
tetap
yang
atau laki-laki”. Oleh sebab itu,
baik laki-laki maupun perempuan,
berubah,
seperti:
sah-sah saja secara bersamaan
lemah
lembut/
melakukan
keras,
sensitif/
maupun domestik.
tidak
aktivitas
publik
peka,
20
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
b. Kata kunci: menuju masyarakat
tanpa peran jenis
c. Konsep
perempuan
ini
masyarakat
hidup
a. Status superior laki-laki terhadap
dianut
oleh
dengan pandangan
sekuler,
sedangkan
disebabkan
oleh
superioritas fisik, psikis maupun
intelektualnya.
b. Laki-laki berperan di sektor dan
mayoritas masyarakat beragama
wilayah
masih bersikap alergis terhadap
perempuan domestik. Pola ini
perspektif ini.
biasanya
2. Perempuan dan laki-laki memperoleh
status
yang
(tanggung
sama
jawab)
namun
yang
peran
berbeda.
publik,
sedangkan
diberlakukan
secara
ketat. Jika terpaksa perempuan
harus meloncat pada peran publik,
hal
ini
dikategorikan
karena
Pembedaan peran ini berakar pada
darurat. Menurut dunia kelompok
asumsi
biologi/
ini, kesejahteraan dunia hanya
implikasi
dapat digapai melalui pembedaan
bahwa
reproduksi
kodrat
mempunyai
sosial yang khas bagi perempuan.
a. Kaum perempuan bertanggung
jawab
pada
peran
domestik
reproduktif, sedangkan laki-laki
pada
peran
legitimasi
terkadang
publik.
tertentu
Dengan
perempuan
dilibatkan
c. Kata kunci: hegemonisasi jenis
kelamin
d. Dianut
oleh
“fundamentalis
kelompok
agama”
dan
kelompok kepentingan tertentu.
dalam
perkara publik.
b. Kata kunci: sama bukan berarti
D. Ketidakadilan
Jender
Gerakan Feminisme
dan
Perbedaan jender sesungguhnya
identik
c. Merupakan
pandangan
“mainstream” dewasa ini. Dianut
oleh
peran yang rigid.
masyarakat
beragama
maupun sekuler.
3. Status dan peran yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Superioritas
laki-laki atas perempuan dianggap
sudah kodrat alam (given).
tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan jender. Tetapi
yang terjadi adalah sebaliknya. Ternyata
perbedaan
jender
telah
melahirkan
berbagai ketidakadilan terutama bagi
perempuan.menurut Mansour Fakih, ada
lima ketidakadilan jender yang menimpa
perempuan,
yaitu
1)
marginalisasi
perempuan baik di rumah tangga, di
21
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
tempat
kerja,
maupun
di
bidang
kegiatan
kehidupan masyarakat lainnya yang pada
Fungsi
Reproduksi
Produksi
akhirnya
pemiskinan
Tanggungja
Pencari
Pencari
ekonomi perempuan. 2) Subordinasi.
wab nafkah
nafkah
nafkah
tambahan
utama
berakibat
pada
Adanya anggapan bahwa perempuan
irasional dan emosional mengakibatkan
perempuan tidak bisa memimpin dan
Ketidakadilann
ini
lantas
harus ditempatkan pada posisi yang tidak
melahirkan gerakan feminisme. Gerakan
penting. 3) Stereotype yang merugikan
ini pada intinya suatu kesadaran akan
perempuan.
adanya
Adanya
anggapan
penindasan
dan
pemerasan
perempuan bersolek untuk memancing
terhadap perempuan dalam masyarakat,
perhatian
tempat kerja dan dalam keluarga, serta
setiap
lawan
jenis
kekerasan
menyebabkan
seksual
dikaitkan
adanya tindakan sadar oleh terutama
dengan label ini. 4) Kekerasan yang
perempuan
menimpa perempuan karena dianggap
mengubah keadaan ini.
maupun
laki-laki
untuk
lemah. 5) Adanya pembagian kerja secara
Menurut mereka semestinya laki-
seksual. Perempuan domestik laki-laki
laki dan perempuan duduk sama rendah,
publik.
berdiri sama tinggi. Tidak terdapat
Ketidakadilan jender dimaksud
perbedaan yang mendasar antara laki-laki
dapat terlihat pada tabel pembedaan laki-
dan perempuan kecuali pada empat hal
laki dan perempuan secara jender sebagai
yang memang khas perempuan, yaitu
berikut:3
mensturasi, mengandung, melahirkan
Perempuan
Laki-
dan menyusui.
laki
Meskipun
para
feminis
Pembagian
Kerja
Kerja
mempunyai kesadaran yang sama tentang
kerja
feminim
maskulin
adanya
Stereotype
Feminim
Maskulin
mereka
Ruang
Domestik
Publik
menganalisis
lingkup
ketidakadilan
berbeda
jender,
pendapat
sebab-sebab
tetapi
dalam
terjadinya
ketidakadilan tersebut dan juga berbeda
pendapat tentang bentuk dan target yang
3
Farha Ciciek, “Gender dalam Wacana
Mutakhir”, dalam M. Hajar Dewantoro dan Asmawi
(ed.), Rekonstruksi Fiqh Perempuan dalam Peradaban
Masyarakat Modern, (Yogyakarta: Penerbit Ababil,
1996), hal. 116.
hendak
dicapai
dalam
perjuangan
22
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
mereka. Gerakan tersebut dapat dilihat
Fakih misalnya penah menyatakan bahwa
pada tabel berikut:
tokoh-tokoh perempuan yang terlibat
Aliran
Sebab
Target
dalam
n
dalam
gerakan
ini,
kehidupan
rumah
tangganya
Kesalahan
Kesetara
(Jangan-jangan feminisme lebih sebagai
perempuan
an
proyek).
sendiri
Dan untuk situasi lokal tertentu,
yang
tidak mampu
termasuk
bersaing
dianggap “tidak laku”, karena ternyata
karena
dengan
Tapanuli
isu
ini
sering
kaum perempuannya merasa nyaman dan
kalah
kualitas
Sosialis/
intensif
ternyata tetap mengambil pola tradisional
Ketidakadila
Liberal
secara
laki-
menikmati
pola
patriarkhi
tersebut.
hubungan
yang
Hanya
saja
laki
barangkali, status quo terjadi karena
Sistem sosial Keadilan
belum
strukturali (patriarkhal)
struktur
terbukanya
cakrawala
kaum
perempuan setempat, sehingga mestinya
s
mereka
Konservat Kesalahpamah Pembagi
terlebih dahulu untuk kemudian secara
if
bebas mempertimbangkan kembali pola
an
terhadap an peran
perlu
mendapat
pencerahan
hubungan yang lebih berkeadilan.
nilai-nilai
Sampai dengan hari ini untuk
kondisi Indonesia gerakan feminisme
E. Jender dan Hukum Islam
Banyak kalangan melihat bahwa
masih belum menunjukkan hasil yang
dengan
ada bias jender yang begitu impresif
perempuan masih didominasi oleh laki-
dalam hukum Islam, utamanya fiqh dan
laki dan perempuan masih tersubordinasi,
sebagiannya telah menjadi qanun (hukum
mendapatkan stereotype dan ketidak
positif). Zaitunah Subhan, misalnya,
adilan jender lainnya. Oleh sebab itulah
menulis sebuah disertasi yang kemudian
wacana
diterbitkan
signifikan.
Relasi
ini
tetap
digulirkan,
gerakan
dilanjutkan
dan
laki-laki
oleh
LKiS
Yogyakarta
relevan
untuk
feminisme
terus
dengan judul yang agak provokatif Tafsir
mendapat
Kebencian: Studi Bias Jender dalam
perlu
“amunisi” serta semangat baru.. Mansour
Tafsir
Qur`an.
Menurutnya,
banyak
23
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
persoalan hukum (Islam) yang ditafsirkan
demikian, ayat Alquran selalu terbuka
dari ayat-ayat Alquran dengan bias jender
untuk interpretasi baru, tidak pernah
yang cukup kental. Nawawi Bantani
tertutup dalam interpretasi tunggal. Oleh
barangkali
seorang
karena itu, kita harus memahaminya
mufassir Indonesia yang juga menulis
secara konteks masyarakat yang selalu
kitab fiqh, salah satunya berjudul ‘Uqud
berubah dan berkembang.4 Misalnya ayat
al-Lujain fi Bayan Huquq az-Zawjain,
tentang kesaksian wanita dinilai 1: 2
yang terkena bias jender dengan warna
hanya terkait dengan transaksi jual beli
patriarkhi yang demikian kuat. Kitab
yang tidak tunai dan menurut konteks
yang banyak dibaca oleh para santriwati
saat itu keterlibatan wanita masih sangat
di beberapa pesantren tersebut betul-betul
langka dalam dunia bisnis. Ketika dunia
menekankan pentingnya kepatuhan isteri
sekarang telah berubah dan jauh lebih
terhadap suami. Dalam hal pelayanan
maju, dimamana keterlibatan perempuan
seks, sebagai contoh, katanya hanya
dalam kehidupan sosial dan ekonomi
larangan syar‟i saja yang membolehkan
telah menjadi lumrah, maka penting
perempuan menolak “ájakan” suaminya.
adanya kontekstualisasi dan reinterpretasi
Seorang isteri harus selalu siap sedia
ayat tersebut.
termasuk
salah
kapan dan dimanapun, bahkan di atas
pelana unta.
Menyangkut kewarisan, dimana
surat an-Nisa/ 4: 11 secara normatif
Bagi Zaitunah ketentuan hukum
menegaskan bahwa perempuan mendapat
yang diturunkan dari ayat Alquran yang
separoh dari pria berkenaan dengan
sekalipun menurut ahli fiqh/ ushul fiqh
karakter muatan hukum ayat Alquran
sudah bersifat pasti dan final, perlu
yang dipermaklumkan secara bertahap.
mendapat tafsiran ulang. Reinterpretasi
Jika
mutlak diperlukan mengingat bahwa
bagian dari harta yang diwariskan, maka
Alquran berbicara dengan transparan
telah terjadi revolusi hukum manakala
yang
reformasi
perempuan justru menjadi ahli waris
pemikiran manusia sepanjang zaman.
yang mendapat bagian tertentu sekalipun
Kesan
dengan
selalu
yang
pemikiran
konstruktif
intelektual
menerima
diberikannya
kritis
mengenai
dan
penjelasan
membuka
wawasan
setiap
generasi.
Dengan
sebelumnya
porsi
setengah
perempuan
yang
bagian
adalah
baru
mencapai
laki-laki.
Sekarang
4
Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi
Bias Gender dalam Tafsir Qur`an, (Yogyakarta: LkiS,
1999), hal. 181.
24
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
dimana situasi sosialnya telah berubah
seorang
secara
juga
meninggalkan seorang isteri, dua ibu
dilakukan reinterpretasi. Di beberapa
bapak dan dua orang anak perempuan
negara seperti Somalia dan Turki bahkan
yang
telah
adalah:
signifikan,
dilakukan
maka
reformasi
perlu
ketentuan
meninggal
dunia
menurutAlquran
dengan
pembagiannya
Seperdelapan
untuk
isteri,
waris, sehingga bagian perempuan sama
masing-masing seperenam untuk ibu dan
persis dengan laki-laki, yaitu 1:1. Mereka
bapak dan dua pertiga untuk kedua anak
berkeyakinan bahwa dengan ketentuan
perempuan
tersebut mereka tetap dalam rangka
keseluruhannya adalah 27/24. Karena
melaksanakan ajaran Islam (dan juga
penyebut lebih kecil dari pembilang
berkeyakinan
dengan
maka ditetapkanlah konsep ‘awl, yaitu
memberlakukan ketentuan tersebut insya
penyebut5 disamakan dengan pembilang
Allah mereka juga akan masuk surga).
(27/27). Dengan demikian isteri yang
Sebagian
bahwa
berkeyakinan
tersebut.
Jumlah
bahwa
dalam Alquran ditetapkan secara eksplisit
perubahan sebagaimana dilakukan pada
mendapatkan seperdelapan atau 3/24,
beberapa negeri Islam tersebut memang
dalam
dimungkinkan karena Alquran sendiri
memperoleh 3/27 atau 1/9, ibu- bapak
telah membuktikan dirinya tidak dapat
yang mestinya mendapat 4/24, masing-
diterapkan secara konsisten. Konsep awl
masing menjadi 4/27, dan dua anak
dalam sistem kewarisan kaum Sunni
perempuan yang mestinya memperoleh
menurut mereka adalah bukti betapa
hak 16/24 menjadi hanya 16/27.6
kenyataannya
hanya
akan
pelaksanaan hukum waris Islam, bahkan
Dielaborasi lebih lanjut bahwa
bisa berubah oleh suatu sebab yang kecil,
problem seperti ini belum pernah terjadi
yaitu struktur keluarga. Komposisi ahli
pada masa Rasulullah SAW. Ibnu Arabi
waris
mengakibatkan
memberi penjelasan bahwa kasus ini baru
pembagian
muncul untuk pertama kalinya pada masa
tertentu
ntidak
dapat
terlaksananya
pemerintaham
diatur secara sharih dalam Alquran.5 Hal
Namun tidak didapatkan informasi yang
yang sama pernah juga dikemukakan
akurat tentang siapa orang pertama yang
oleh David S. Powers. Sebagai contoh,
5
M. Atho Mudzhar, Membaca Gelombang
Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi, (Yogyakarta:
Titian Ilahi Pers, 1998), hal. 161.
Umar
Ibn
Khattab.7
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
6
David S. Powers, Studies in Qur`an and
Hadith: The Formation of Islamic Law of Inheritence,
(Los Angeles: University of California Press, 1986),
hal. 66.
7
Muhammad Ibn Abdillah Ibn Arabi, Ahkam
Alquran, (Kairo: Isa al-Halabi, 1968), I: 353.
25
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
memperkenalkan prosedur pengurangan
wilayah.
bagian harta warisan secara proporsional.
bagian setiap ahli waris memang betul
Menurut satu versi riwayat, hal tersebut
merupakan nas
dilakukan sendiri secara kreatif oleh
implikasi hukum yang qat’iy. Kalaupun
khalifah Umar. Riwayat ini berdasarkan
kemudian terdapat perubahan, sehingga
pertanyaan yang diajukan oleh Zufar Ibn
tidak sama persis seperti apa yang
Abbas tentang siapa orang pertama yang
dikehendaki oleh teks ayat hanyalah
melakukan pengurangan melalui cara
merupakan pengecualian saja. Kita tentu
‘awl.8 Sumber lain mengindikasikan
dapat
bahwa Zaid ibn Sabit lah orang pertama
beberpa ketentuan hukum lain, karena
yang menerapkan ‘awl pada pembagian
khususnya
seperti kasus tersebut.9
memperkenalkan prosedur istisna`. Dan
Pengurangan bagian para ahli
Ketentuan
sarih
menemui
ijtihad
yang
mengatur
dan memiliki
pengecualian
mazhab
diperlukan
pada
memang
kasus
sekedar
oleh para ulama Sunni selama ini, karena
keadaannya
sistem awl itu lebih mendekati keadilan,
Artinya, kalau pada banyak kasus lain
meskipun dalam kenyataan hal ini berarti
yang terhitung normal, dan biasanya ini
mengubah bagian semua ahli waris dari
yang banyak terjadi,
apa yang btertuang secara sarih dalam
keberadaan ijtihad maka tidak ada pilhan
Alquran.
lain kecuali mengikuti kehendak zahir
dipungkiri
merupakan
yang
bersifat
oleh
khusus.
tidak dibutuhkan
mengandung
keadilan
hasi
transendental. Lagi pula, bila kita cermati
kreativitas berpikir ulama. Akan tetapi
secara lebih seksama, sesungguhnya
penulis kurang sependapat kalau kasus
tidak terjadi perubahan substantif pada
awl ini kemudian dijadikan alasan untuk
kasus „awl. Bagian yang diperoleh setiap
melakukan generalisasi bahwa berarti
ahli waris tidak lantas berbeda sama
setiap ayat waris dapat diberi interpretasi
sekali dengan yang dikehendaki oleh ayat
baru
pada
Alquran. Rasio yang mereka terima
stuktur sosial masyarakat Islam di setiap
bahkan sama sekali tidak mengalami
dengan
awl
ayat
yang
diperlukan
„awl
waris ini dapat diterima dan dibenarkan
Penulis melihat bahwa tidak perlu
karena
Syafii
pada
menyesuaikannya
perubahan. Isteri mendapat seperdelapan,
8
Abu Bakar Ahmad ibn al-Husayn alBayhaqi, as-Sunan al-Kubra, (Beirut: Dar Sadir, 1968),
VI: 253.
9
Sa‟id Ibn Mansur ibn Syu‟bah, Kitab asSunan, (Dabhil: Majlis „Ilmi, 1967), hal. 18-19.
dua ibu bapak masing-masing seperenam,
dan
dua
orang
anak
perempuan
26
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
memperoleh
pertiga.
bagian
Bila
sebanyak
dua
yang
menyatakan
bahwa
ada
yang
ketentuan-ketentuan
mendapat banyak dan ada yang mendapat
quraninini kita samakan penyebutnya,
lebih sedikit, namun ayat ini menjadi
maka bagian isteri adalah 3/24, ibu bapak
semacam prinsip umum yang oleh para
masing-masing 4/24, dan dua anak
ilmuan
perempuan 16/24. Terlihat dengan jelas
deduktif memunculkan asas bilateral.
bahwa rasio bagian antara isteri, ibu,
Jika pada era jahiliyah perempuan tidak
bapak, dan dua anak perempuan adalah
mendapat bagian sedikitpun dari harta
3:4:4:16. Jika karena penyebut lebih kecil
warisan, bahkan mereka menjadi bagian
dari pembilang, lalu penyebut disamakan
dari harta warisan itu sendiri, Islam
dengan pembilang bagiannya menjadi
merombaknya
3/27, 4/27, 4/27, dan 16/27, maka pada
perempuan sebagai ahli waris, setara
perbandingan
dengan laki-laki.
bagiannya
tidak
ada
perubahan apapun, tetap pada keadaan
semula, yaitu 3:4:4:16.
Dalam
memang
kemudian
dan
secara
menempatkan
Rasulullah sendiri memerintahkan
agar pembagian harta warisan merujuk
kajian
muncul
mawaris
fiqh
bias
mawaris
jender
yang
sepenuhnya kepada ketentuan Alquran
yang
memang
mengaturnya
diakibatkan oleh pola kekerabatan dan
sedemikian
kemasyarakat bangsa Arab yang bercorak
begiru terperinci mulai dari tata urutan/
patrilinial-patriakhat.
tetapi
proses pembagian, orang-orang yang
sebetulnya pembedaan tersebut timbul
berhak dan porsi bagiannya masing-
dalam bentuk pemahaman (fiqh(, bukan
masing. Selanjutnya Rasulullah berpesan
rumusan
alquran.
agar ketika faraid telah ditunaikan,
Sesunggunya kalau kita simak secara
kemudian masih terdapat sisa harta,
umum ada kesetaraan antara laki-laki dan
amaka sisa tersebut diberikan kembali
perempuan. Pesan imperatif Alquran
kepada ahli waris, dimana ahli waris laki-
pada surat annisa ayat 7 menunjukkan
laki diposisikan sebagai prioritas utama
dengan begitu jelas bahwa baik laki-laki
yang kemudian dikenal sebagai asabah:
original
Akan
dari
maupun perempuan memiliki porsi hak
tertentu
dari
harta
warisan
rupa.
telah
Aturan
dimaksud
10
‫انحقىا انفسائض بأههها فما بقً فالونً زجم ذكس‬
yang
ditinggalkan oleh pewaris. Pada bagian
akhir ayat tersebut memang ada klausul
10
Al-Imam Abu al-Husain Muslim Ibn alHajjaj al-Qusyairy an-Naisabury, Sahih Muslaim, Kitab
al-Fara`id, Bab Alhi al-fara`id, Hadis No. 1615,
(Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992) III: 1233.
27
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
Pemahaman terhadap hadis inilah
kemudian
yang menjadi
bagi
(5) keadilan dan persamaan, (6) jaminan
munculnya bias jender dalam rumusan
sosial, (7) saling tolong menolong, dan
fiqh
(8) kesempatan mendapat pendidikan.
mawaris.
menyusun
Para
pemahaman
awal
(3) amal, (4) saling kasih dan mencintai,
fuqaha
lantas
kewarisannya
‫ هه نباس نكم و أوتم نباس نهه‬.1
(al-
dengan menempatkan laki-laki sebagai
ahli waris yang mendapatkan keutaman
Baqarah (2): 187)
(an- ‫ اتقىا زبكم انري خهقكم مه وفس واحدة‬.2
dalam banyak hal. Misalnya mereka lalu
menetapkan bahwa hanya cucu dari pihak
Nisa`(4): 1.)
‫ نهسجال وصيب مما اكتسبىا و نهىساء وصيب‬.3
(an-Nisa`(4): 32.) ‫مما اكتسبه‬
anak laki-laki saja (baik cucu laki-laki
maupun
cucu
perempuan)
yang
‫ ومه اياته أن خهق نكم مه أوفسكم أشواجا‬.4
berkedudukan sebagai ahli waris. Adapun
(ar- ‫نتسكىىا إنيها و جعم بيىكم مىدة و زحمت‬
cucu dari pihak anak perempuan hanya
Rum:21)
berkedudukan sebagai zaw al-arham,
‫ و نهه مثم انري عهيهه بانمعسوف‬.5
(al-
yang pada adasrnya tidak memperoleh
Baqarah (2): 228)
bagian dari harta warisan, kecuali jika
Al-Baqarah (2): 177. .6
tidak terdapat zaw al-furud. Ketentuan
‫ و تعاووىا عهً انبس و انتقىي وال تعاووىا‬.7
seperti ini memang hanya dikenal dalam
(al-Ma`idah(5): 2) ‫عهً اإلثم وانعدوان‬
system kewarisan Sunni. Fuqaha Syi‟ah
‫ يسفع هللا انريه امىىا مىكم و انريه أو تىا انعهم‬.8
tidak sependapat dengan rumusan ini.
(al-Mujadalah (58): 11) ‫دزجاث‬
Barangkali ini terkait dengan fakta
sejarah bahwa Rasululah tidak memeliki
F. Penutup
penerus dari pihak anak laki-lakinya
Hukum
Islam
sesungguhnya
karena mereka wafat di usia muda
menempatkan perempuan sebagai mitra
sehinggta tidak sempat menikah dan
sejajar
karenanya juga tidak berketurunan.
berbagai ketentuan hukum lebih kepada
Sesungguhnya ada sejumlah nas
laki-laki.
Perbedaan
dalam
menempatkan laki-laki dan perempuan
yang berbicara tentang kemitrasejajaran
pada
perempuan dan laki-laki yang dapat
Memposisikan laki-laki sebagi pemimpin
dikelompokkan menjadi 8, yakni: (1)
perempuan,
statement
kehidupan rumah tangga harus dimaknai
umum
tentang
kesetaraan
perempuan dan laki-laki, (2) asal usul,
sebagai
kodratnya
terutama
pemenuhan
yang
dalam
tanggung
alami.
menata
jawab
28
Dimensi Jender|Fatahuddin Aziz Siregar
sesuai dengan takdir penciptaannya yang
laki-laki dan perempuan sesungguhnya
harus
juga dalam konteks manajemen rumah
ditunaikan
secara
baik
dan
berkeadilan. Terkait dengan kewarisan
tangga saja
rasio pembagian harta warisan 2:1 antara
.
.
Daftar Kepustakaan
al-Bayhaqi, Abu Bakar Ahmad ibn al-Husayn, as-Sunan al-Kubra, Beirut: Dar Sadir,
1968.
Farha Ciciek, “Gender dalam Wacana Mutakhir”, dalam M. Hajar Dewantoro dan
Asmawi (ed.), Rekonstruksi Fiqh Perempuan dalam Peradaban Masyarakat
Modern, Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996.
Ibn Arabi, Muhammad Ibn Abdillah, Ahkam Alquran, Kairo: Isa al-Halabi, 1968.
Ibn Mansur ibn Syu‟bah, Sa‟id, Kitab as-Sunan, Dabhil: Majlis „Ilmi, 1967.
M. Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi,
Yogyakarta: Titian Ilahi Pers, 1998.
Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyairy an-Naisabury, Al-Imam Abu al-Husain, Sahih
Muslaim, Jilid III, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992.
Powers, David S., Studies in Qur`an and Hadith: The Formation of Islamic Law of
Inheritence, Los Angeles: University of California Press, 1986.
Showalter, Elaine, Speaking of Gender, (New York: Routledge, 1989.
Subhan, Zaitunah, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur`an,
Yogyakarta: LkiS, 1999.
Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur`an, Jakarta: Penerbit
Paramadina, 1999.
29
Download