pengaruh active cycle of breathing technique (acbt)

advertisement
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE
(ACBT) TERHADAP DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RUMAH
SAKIT PARU dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA
ARTIKEL
Disusun Oleh:
SITI AYUK SETIYO RINI
NIM : 010215A062
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT)
TERHADAP DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RUMAH SAKIT PARU
dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA
Disusun Oleh:
SITI AYUK SETIYO RINI
NIM
: 010215A062
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran, Februari 2017
Pembimbing utama
Ns. Priyanto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.MB
NIDN. 0625047601
ii
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE (ACBT)
TERHADAP DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RUMAH SAKIT PARU
dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA
Siti Ayuk Setiyo Rini*)
Ns. Priyanto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.MB**)
Ns. Eko Susilo, S.Kep., M. Kep**)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Sesak Napas adalah Gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Sesak napas adalah gejala yang
paling sering mengganggu kehidupan sehari-hari pada pasien PPOK. Untuk mengatasi
keluhan sesak napas pada pasien PPOK diperlukan tindakan, salah satunya adalah
dengan latihan pernapasan active cycle of breathing technique. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh active cycle of breathing technique terhadap
derajat sesak napas pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan jenis desain non equivalent
control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien PPOK rawat
inap di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dengan rata-rata pasien perbulan
sebanyak 78 pasien dan sampel sejumlah 26 responden dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Metode pengumpulan data dengan observasi derajat sesak napas
menggunakan skala borg dan wawancara. Hasil penelitian dianalisa dengan
menggunakan Wilcoxon Test dan Mann-Whitney Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh didapatkan nilai U hitung
sebesar 44.500 dengan p-value sebesar 0.028 (α =0.05), maka dapat dikatakan bahwa
ada pengaruh active cycle of breathing technique terhadap derajat sesak napas pada
pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
Disarankan bagi perawat untuk menggunakan active cycle of breathing technique
sebagai salah satu intervensi non farmakologis dalam mengurangi keluhan sesak napas
pada pasien PPOK.
Kata Kunci
Kepustakaan
: Active cycle of breathing technique/ACBT, Derajat Sesak Napas,
Pasien PPOK
: 33 (2006-2015)
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 1
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
ABSTRACT
Shortness of breath is the subjective symptoms of patients with the effort to get
air. Shortness of breath is the most frequent symptoms interfering with daily life in
COPD patients. To deal with complaints of breathlessness in COPD patients, it needs to
do active cycle of breathing exercises breathing technique. The purpose of this study
was to determine the effect of active cycle of breathing technique on the degree of
breathlessness in COPD patients at Lung Hospital dr. Ario Wirawan, Salatiga.
This study used quasi experiment with the type of design using non equivalent
control group design. The population in this study was all COPD patients hospitalized
in Lung Hospital dr. Ario Wirawan Salatiga with an average of 78 patients per month
and the samples of 26 respondents using accidental sampling technique. Data were
collected by observation of the degree of breathlessness by using borg scale and
interview. Results were analyzed by using the Wilcoxon test and Mann-Whitney Test.
The results showed that there was an effect by obtaining U count value of 44,500
with p-value of 0.028 (α = 0,05), it can be said that there was the influence of doing
active cycle of breathing technique on the degree of breathlessness in COPD patients at
Lung Hospital dr. Ario Wirawan, Salatiga.
It is advisable for nurses to use the active cycle of breathing technique as one of
the non-pharmacological interventions to reduce shortness of breath in COPD patients.
Keywords
: Active cycle of breathing technique / ACBT, Degree Shortness of
Breath, COPD Patients
Bibliographies : 33 (2006-2015)
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) adalah penyakit yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai oleh
hambatan aliran udara yang tidak
sepenuhnya
reversible,
bersifat
progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi paru terhadap partikel
atau gas yang beracun / berbahaya,
disertai efek ekstra paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat
penyakit (PDPI, 2011 : 6).
Karakteristik hambatan aliran
udara pada PPOK disebabkan oleh
gabungan antara obstruksi saluran
napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan
kerusakan parenkim (emfisema) yang
bervariasi pada setiap individu (PDPI,
2011 : 6).
Diagnosis PPOK dipertimbangkan
bila timbul tanda dan gejala salah
satunya adalah sesak. Sesak disini
bersifat progresif (sesak bertambah
berat seiring berjalannya waktu),
bertambah berat dengan aktivitas atau
bisa juga bersifat persistent (menetap
sepanjang hari). Sesak disini biasa di
jelaskan oleh bahasa pasien sebagai
“perlu usaha untuk bernapas”, berat,
sukar bernapas, terengah-engah (PDPI,
2011 : 24).
Pada PPOK, terjadi penurunan
oksigenasi darah dan peningkatan CO2
arteri. Salah satu metode fisioterapi
dada yang dapat diaplikasikan adalah
Active Cycle of Breathing Technique
(ACBT) yang mempunyai tujuan utama
membersihkan jalan napas dari sputum.
Selain itu, tujuan lain dari ACBT
adalah meningkatkan ventilasi di paruparu, mensinkronkan dan melatih kerja
abdomen
dan
thorax
untuk
menghasilkan tekanan inspirasi yang
cukup dan untuk melakukan ventilasi
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 2
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
maksimal. Peningkatan ventilasi akan
diikuti dengan peningkatan perfusi
sehingga kadar CO2 artei darah akan
berkurang dan dapat memperbaiki
kinerja alveoli untuk mengefektifkan
pertukaran gas tanpa meningkatkan
kerja pernapasan serta mengatur dan
mengkoordinasi kecepatan pernapasan
sehingga mengurangi keluhan sesak
napas dan mempermudah pasien dalam
bernapas. Tidak seperti Postural
Drainage
dan
Percussion
and
Vibration, ACBT menuntut partisipasi
aktif dari pasien. Metode ini terdiri tiga
subteknik yaitu Breathing Control
(BC),Thoracic Expansion Exercise
(TEE)
dan
Forced
Expiration
Technique (FET). (Moffat dkk., 2007 :
94 ; Plymouth Hospitals, 2015 ; Guy’s
and St Thomas Hospitals, 2015).
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti tanggal 07 November 2016 di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga pada 8 pasien PPOK yang
menjalani perawatan, didapatkan data
bahwa keluhan sesak napas mereka
timbul
bervariasi.
Dua
orang
mengatakan sesak napasnya muncul
setiap hari sehingga harus berhenti dari
pekerjaannya dengan skala 8/ sesak
sangat berat, tiga orang mengatakan
sering merasa sesak ketika menaiki
tangga dengan skala 6/sesak berat,
sementara
tiga
orang
sisanya
mengatakan sering beristirahat untuk
mengambil napas ketika berjalan cukup
jauh dengan skala 5/sesak berat..
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk meneliti adakah pengaruh active
cycle of breathing technique terhadap
derajat sesak napas pada pasien PPOK
di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga?
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui “Pengaruh active
cycle of breathing technique terhadap
derajat sesak napas pada pasien PPOK
di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga.”
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan cara
quasi experiment (eksperimen semu).
quasi experiment adalah eksperimen
yang belum atau tidak memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen yang sebenarnya,
karena
variabel-variabel
yang
seharusnya dikontrol atau dimanipulasi
tidak dapat atau sulit dilakukan.
Jenis desain dalam penelitian ini
berbentuk non equivalent control group
design. Rancangan ini digunakan untuk
membandingkan hasil pretest dan
posttest dari dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok
intervensi.
Pada
rancangan
ini
kelompok intervensi diberi perlakuan
berupa Active Cycle of Breathing
Technique sementara kelompok kontrol
tidak diberi perlakuan. Pengukuran
dilakukan
sebelum
dan
setelah
pemberian perlakuan selesai. Sementara
untuk pengambilan sampel tidak
dilakukan secara acak.
Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga pada tanggal 10-24 Januari
2017. Populasi dalam penelitian ini
diambil dari jumlah rata-rata pasien
perbulan yaitu 78 orang. Sementara
sampel dalam penelitian ini sebesar 26
orang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu 13 orang sebagai kelompok
intervensi dan 13 orang responden
sebagai kelompok kontrol. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan cara accidental
sampling.
Penentuan
sampel
dalam
penelitian ini berdasarkan kebetulan,
yaitu
siapa
saja
yang
secara
kebetulan/incidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 3
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.
Variabel bebas dalam penelitian
ini yaitu active cycle of breathing
technique sedangkan variabel terikatnya
adalah derajat sesak napas.
Penelitian ini menghasilkan data
kuantitatif pengaruh active cycle of
breathing technique terhadap derajat
sesak napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga. Setelah data terkumpul melalui
observasi dan wawancara, maka data
melalui beberapa tahap yaitu : 1)Editing
2) Scoring (pemberian skor), 3) Coding
(pemberian kode), 4) Tabulating, 5)
Entering, 6) Cleansing, data yang sudah
diolah kemudian dilakukan analisis
secara bertahap sesuai tujuan penelitian,
meliputi :Analisis Univariat dan
Analisis Bivariat.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1.
Derajat Sesak Napas Responden
Sebelum
Diberikan
Teknik
Pernapasan Active Cycle of
Breathing Technique
Tabel
1
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Derajat Sesak Napas
Responden
Sebelum
Diberikan
Teknik Pernapasan Active Cycle of
Breathing Technique di Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
Derajat
Sesak
napas
Sesak
napas
derajat II
(3-4)
Sesak
napas
derajat III
Intervensi
Kontrol
%
f %
F
4
4
30.8
30.8
4
3
30.8
23.1
(5-6)
5 38.5
6
Sesak
46.2
napas
derajat IV
(7-8)
13 100.0 13
Jumlah
100.0
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa sebelum diberikan
latihan pernapasan active cycle of
breathing technique, derajat sesak napas
responden
kelompok
intervensi
sebagian besar dalam kategori sesak
napas derajat IV (skala 7-8), yaitu 5
orang (38.4%). Begitu juga pada
kelompok kontrol, sebagian besar
memiliki kategori sesak napas derajat
IV (skala 7-8) sejumlah 6 orang
(46.2%).
2.
Derajat Sesak Napas Responden
Sesudah
Diberikan
Teknik
Pernapasan Active Cycle of
Breathing Technique
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Derajat Sesak Napas
Responden
Sesudah
Diberikan
Teknik Pernapasan Active Cycle of
Breathing Technique di Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
Derajat
Sesak
napas
Sesak
napas
derajat I
(0.5-2)
Sesak
napas
derajat II
(3-4)
Sesak
napas
derajat III
(5-6)
Sesak
napas
Intervensi
Kontrol
%
f %
f
4
30.8
1
7.7
7
53.8
5
38.5
2
15.4
6
46.2
0
0.0
1
7.7
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 4
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
derajat IV
(7-8)
Jumlah
13 100.0
13
100.0
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa kelompok intervensi,
derajat sesak napas responden sesudah
diberikan latihan pernapasan active
cycle of breathing technique sebagian
besar dalam kategori sesak napas
derajat II (skala 3-4), yaitu sejumlah 7
orang (53.8%). Sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar masih
mengeluh berada dalam sesak napas
derajat III (skala 5-6) sejumlah 6 orang
(46.2%).
kemudian median berkurang menjadi
2.00
setelah
diberikan
latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique. Hasil uji wilcoxon test
didapatkan nilai p-value sebesar 0.001
(α =0.05), maka dapat dikatakan bahwa
ada perbedaan yang signifikan derajat
sesak napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga sebelum dan sesudah diberikan
latihan pernapasan active cycle of
breathing technique pada kelompok
intervensi.
2.
Analisis Bivariat
Analisa bivariat ini dugunakan
untuk mengetahui pengaruh latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique terhadap derajat sesak napas
pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga.
1.
Perbedaan Derajat Sesak Napas
Responden Sebelum dan Sesudah
Diberikan Latihan Pernapasan
active
cycle
of
breathing
technique
pada
Kelompok
Intervensi
Tabel 3 Perbedaan Derajat Sesak
Napas Responden Sebelum dan
Sesudah
Diberikan
Latihan
Pernapasan active cycle of breathing
technique pada Kelompok Intervensi
di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga
Intervensi N
Median
p-value
Pretest
13
3.00
0.001
Posttest
13
2.00
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat
diketahui bahwa pada kelompok
intervensi sebelum diberikan latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique median/nilai tengah 3.00,
Perbedaan Derajat Sesak Napas
Responden Sebelum dan Sesudah
Penelitian
pada
Kelompok
Kontrol
Tabel 4 Perbedaan Derajat Sesak
Napas Responden Sebelum dan
Sesudah Penelitian pada Kelompok
Kontrol di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga
Intervensi N
Median
p-value
Pretest
13
3.00
0.005
Posttest
13
3.00
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat
diketahui bahwa pada kelompok kontrol
sebelum penelitian nilai tengahnya
sebesar 3.00, kemudian nilai tengah
tetap/tidak mengalami perubahan yaitu
3.00 sesudah perlakuan. Hasil uji
wilcoxon test didapatkan nilai p-value
sebesar 0.005 (α =0.05), maka dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan derajat sesak napas pada
pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga sebelum dan
sesudah penelitian pada kelompok
kontrol.
3.
Pengaruh
active
cycle
of
breathing technique terhadap
Derajat Sesak Napas
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 5
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
Tabel 5 Pengaruh active cycle of
breathing technique terhadap Derajat
Sesak Napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga
Derajat
N
Median
p-value
sesak
napas
Kontrol
13
3.00
0.028
Intervensi
13
2.00
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat
diketahui bahwa pada kelompok kontrol
nilai tengahnya sebesar 3.00, sementara
nilai tengah pada kelompok intervensi
yaitu 2.00 sesudah perlakuan. Hasil man
whitney U test didapatkan nilai p-value
sebesar 0.028 (α =0.05), maka dapat
dikatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan active cycle of breathing
technique terhadap derajat sesak napas
pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian derajat sesak
napas yang telah dilakukan pada pasien
PPOK di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga ditemukan bahwa
derajat sesak napas responden sebelum
diberikan latihan pernapasan active
cycle of breathing technique pada
kelompok intervensi, derajat sesak
napas responden sebagian besar dalam
sesak napas derajat IV (skala 7-8) yaitu
sejumlah 5 orang (38.5%). Begitu juga
pada kelompok kontrol, sebagian besar
memiliki sesak napas derajat IV (skala
7-8) sejumlah 6 orang (46.2%).
Dispnea sering disebut sebagai
sesak
napas,
napas
pendek,
breathlessness, atau shortness of breath.
Dispnea adalah gejala subjektif berupa
keinginan
penderita
untuk
meningkatkan upaya mendapatkan
udara pernapasan (Djojodibroto, 2009 :
57). Sesak napas merupakan gejala
nyata adanya gangguan trakeobronkhial,
parenkim paru, dan rongga pleura. Saat
terjadi sesak napas, ada peningkatan
kerja pernapasan akibat bertambahnya
resistensi elastik paru (seperti pada
pneumonia, atelaktasis, dan penyakit
pleura), dinding dada, (obesitas,
kifoskoliosis),
atau
meningkatnya
resistensi nonelastisitas (emfisema,
asma, dan bronkhitis) (Muttaqin, 2008:
36).
Alsagaff (1996) mengemukakan
bahwa
mekanisme
sesak
napas
sebenarnya berasal dari dua teori, teori
pertama adalah teori kerja pernapasan
dari Marshall yang menekankan pada
peningkatan
energi
jika
kerja
pernapasan bertambah dan selanjutnya
akan menyebabkan sesak napas. Teori
kedua adalah teori Oxygen Cost of
Breathing yang dikemukakan oleh
Harrison pada tahun 1950. Harrison
berpendapat, gangguan mekanis dari
alat pernapasan yang disebabkan oleh
beberapa
penyakit
paru
akan
meningkatkan kerja otot pernapasan
yang melebihi pasokan energi aliran
darah, akibatnya terjadilah penumpukan
bahan-bahan
metabolik.
Bahan
metabolik merangsang reseptor sensorik
yang terdapat di dalam otot dan akan
menimbulkan sensasi sesak napas.
Berdasarkan
hasil
penelitian
pasien mengalami derajat sesak napas
yang bermacam-macam. Menurut PDPI
(2011 : 24), sesak napas pada pasien
PPOK
bersifat
progresif
(sesak
bertambah berat seiring berjalannya
waktu), bertambah berat dengan
aktivitas atau bisa juga bersifat
persistent (menetap sepanjang hari).
Sesak disini biasa di jelaskan oleh
bahasa pasien sebagai “perlu usaha
untuk bernapas”, berat, sukar bernapas,
terengah-engah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa posttest latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique dengan nilai terendah derajat
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 6
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
sesak napasnya pada pasien penderita
penyakit paru obstruktif kronik pada
kelompok intervensi sesudah dilakukan
latihan pernapasan active cycle of
breathing technique adalah sesak napas
derajat I dan nilai tertinggi adalah
derajat III.
Menurut PDPI (PDPI, 2011 : 2021) sesak napas pada pasien PPOK
disebabkan salah satunya karena
keterbatasan aliran udara dan air
trapping yang disebabkan karena
adanya peradangan, fibrosis, dan
eksudet luminal dalam saluran udara
kecil berkorelasi dengan penurunan
FEV1 dan rasio FEV1/FVC. Penurunan
FEV1 merupakan gejala yang khas pada
PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini
menyebabkan udara terperangkap dan
mengakibatkan hiperinflasi. Meskipun
emfisema lebih dikaitkan dengan
kelainan pertukaran gas dibandingkan
dengan FEV1 berkurang, hal ini
berkontribusi juga pada udara yang
terperangkap yang terutama terjadi pada
alveolar. Ataupun saluran napas kecil
akan menjadi hancur ketika penyakit
menjadi lebih parah. Hiperinflasi
mengurangi kapasitas inspirasi seperti
peningkatan
kapasitas
residural
fungsional, khususnya selama latihan
(kelainan
ini
dikenal
sebagai
hiperinflasi dinamis), yang terlihat
sebagai dyspnea dan keterbatasan
kapasitas latihan. Hiperinflasi yang
berkembang pada awal penyakit
merupakan
mekanisme
utama
timbulnya dyspnea pada aktivitas.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian
responden (58.8%) mengalami sesak
napas derajat II yang sebelum intervensi
kebanyakan mengalami sesak napas
derajat IV (38.5%). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari (2015) yang menyatakan selain
lebih
memudahkan
dalam
mengeluarkan
sputum,
setelah
dilakukan tindakan active cycle of
breathing technique didapatkan juga
manfaat lain berupa sesak napas
menurun dan mobilisasi sangkar thoraks
menjadi lebih baik.
Kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian diatas bahwa pasien
penderita penyakit paru obstruktif
kronik mengalami penurunan derajat
sesak napas setelah melakukan latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa posttest latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique dengan nilai terendah derajat
sesak napasnya pada pasien penderita
penyakit paru obstruktif kronik pada
kelompok kontrol sesudah dilakukan
penelitian adalah sesak napas derajat I
dan nilai tertinggi adalah derajat IV.
Walaupun
tidak
dapat
disembuhkan (incurable) dan sering
menjadi ireversibel, dapat diupayakan
agar progresifitas perburukan fungsi
pernapasan diperlambat dan exercise
tolerance ditingkatkan. Penatalaksanaan
pasien sebaiknya berdasarkan panduan
dan disesuaikan dengan gejala dan
tingkat gangguan kemampuan.
Hasil wawancara dengan perawat
didapatkan hasil bahwa nebulizer adalah
tindakan yang biasa dilakukan untuk
mengeluarkan secret pada penderita
PPOK, ditambah dengan kolaborasi
pemberian obat pengencer dahak oleh
dokter. Diharapkan dengan keluarnya
dahak dari saluran pernapasan, keluhan
sesak napas akibat adanya sumbatan
dapat
berkurang.
Bronkodilator
merupakan obat yang bekerja pada
saluran napas perifer untuk mengurangi
perangkap udara, sehingga mengurangi
volume paru residu dan gejala serta
meningkatkan kapasitas berolahraga.
Sehingga
meskipun
tanpa
dilakukan latihan pernapasan active
cycle of breathing technique derajat
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 7
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
sesak napas pada pasien PPOK dapat
turun meskipun turunnya tidak secepat
ketika
dibantu
dengan
latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique.
Kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian diatas bahwa pasien
penderita penyakit paru obstruktif
kronik mengalami penurunan derajat
sesak napas yang lebih signifikan
setelah melakukan latihan pernapasan
active cycle of breathing technique
dibandingkan dengan pasien yang tanpa
melakukan latihan pernapasan active
cycle of breathing technique.
Berdasarkan hasil tabel 3, setelah
dilakukan latihan pernapasan active
cycle of breathing technique pada
kelompok
intervensi,
maka
menunjukkan bahwa ada perbedaan
derajat sesak napas pada pasien PPOK
di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga sebelum dan sesudah diberikan
latihan pernapasan active cycle of
breathing technique pada kelompok
intervensi dengan nilai rata-rata 3.00
yang sebelumnya berubah menjadi 2.00
setelah dilakukan latihan pernapasan
active cycle of breathing technique.
Hasil uji wilcoxon test didapatkan nilai
Z hitung sebesar - 3.358 dengan p-value
sebesar 0.001 (α =0.05), maka dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan derajat sesak napas pada
pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga sebelum dan
sesudah diberikan latihan pernapasan
active cycle of breathing technique pada
kelompok intervensi.
Sedangkan
pada
kelompok
kontrol yang tidak diberikan latihan
pernapasan active cycle of breathing
technique menunjukkan bahwa nilai
tengahnya 3.00 yang sebelumnya dan
tetap 3.00 setelah penelitian. Hasil uji
wilcoxon test didapatkan nilai Z hitung
sebesar - 2.828 dengan p-value sebesar
0.005 (α =0.05), maka dapat dikatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
derajat sesak napas pada pasien PPOK
di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga sebelum dan sesudah diberikan
latihan pernapasan active cycle of
breathing technique pada kelompok
kontrol.
Berdasarkan dari hasil man
whitney U test pada penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh
didapatkan nilai U hitung sebesar
44.500 dengan p-value sebesar 0.028 (α
=0.05), maka dapat dikatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan active
cycle of breathing technique terhadap
derajat sesak napas pada pasien PPOK
di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga. Pengaruh ini terlihat pada
perbedaan antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol pada posttest
yaitu nilai maksimum skor derajat sesak
napas
pada
responden,
dimana
responden yang diberikan latihan Active
Cycle of Breathing Technique (ACBT)
derajat sesak napas maksimalnya sesak
napas derajat III (skala 5-6) sementara
pada
kelompok
kontrol
nilai
mkasimalnya skor derajat sesak napas
pada responden masih berada dalam
derajat IV (skala 7-8).
Hal ini karena Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) adalah
siklus
latihan
pernapasan
yang
digunakan untuk menghilangkan sekresi
bronkial berlebih. Di dalam Active
Cycle of Breathing Technique (ACBT)
termasuk pengulangan siklus dari 3
latihan pernapasan, yaitu fase kontrol
pernapasan, ekspansi dada dan teknik
ekspirasi paksa (FET) (Moffat dkk.,
2007 : 94 ; Plymouth Hospitals, 2015 ;
Guy’s and St Thomas Hospitals, 2015).
Kontrol
pernapasan
dapat
memperbaiki kontrol inspirasi sehingga
dapat meminimalkan kerja pernapasan
serta mengurangi kelelahan dan
membantu pasien dalam meringankan
sesak napas saat istirahat maupun saat
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 8
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
beraktivitas. Kontrol pernapasan juga
mendidik kembalinya pola pernapasan
normal sehingga penderita akan terbiasa
melakukan pernapasan yang teratur
ketika muncul serangan sesak napas
(Joshi & Kotwal, 2008).
Teknik
selanjutnya
adalah
ekspansi dada atau teknik kontrol
inspirasi (Thoracic Expansion Exercises
/TEE). Teknik ini dipercaya dapat
membantu melonggarkan jalan napas
dari sekresi bronkial berlebihan
(sputum). Selain itu juga dapat
membantu pergerakan sekresi dan
memperluas
jaringan
paru-paru,
meningkatkan volume paru-paru dan
memobilisasi dada sehingga diharapkan
dapat membantu meningkatkan proses
ventilasi dan perfusi (Joshi & Kotwal,
2008).
Teknik yang terakhir adalah
Teknik ekspirasi paksa atau teknik
mengontrol
ekspirasi
(Forced
expiratory
Techniques
/FET).
Diharapkan dengan penggabungan dari
3 teknik diatas masalah peningkatan
sekret pada jalan napas dapat diatasi
sehingga proses ventilasi dan perfusi
udara pernapasan dapat kembali normal.
Dengan kembalinya proses ventilasi dan
perfusi dengan baik, diharapkan pola
pernapasan pasien kembali normal
sehingga keluhan sesak napas dapat
berkurang atau hilang.
KESIMPULAN
1.
Sebelum
diberikan
latihan
pernapasan active cycle of
breathing technique, derajat sesak
napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga sebagian besar
dalam kategori sesak napas
derajat IV (skala 7-8) yaitu
sejumlah 5 orang (38.4%). Begitu
juga pada kelompok kontrol,
sebagian besar dalam kategori
2.
3.
4.
5.
sesak napas derajat IV (skala 7-8)
yaitu sejumlah 6 orang (46.2%).
Pada kelompok intervensi, derajat
sesak napas responden sesudah
diberikan latihan pernapasan
active
cycle
of
breathing
technique sebagian besar dalam
kategori sesak napas derajat I
(skala 0.5-2), yaitu sejumlah 7
orang (53.8%). Sedangkan pada
kelompok
kontrol,
terjadi
perubahan derajat sesak napas
dari derajat IV(skala 7-8) menjadi
derajat III (skala 5-6) sejumlah 6
orang (46.2%).
Ada perbedaan derajat sesak
napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga sebelum dan
sesudah
diberikan
latihan
pernapasan active cycle of
breathing
technique
pada
kelompok intervensi dengan pvalue sebesar 0.001 (α =0.05).
Ada perbedaan derajat sesak
napas pada pasien PPOK di
Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga sebelum dan
sesudah penelitian pada kelompok
kontrol dengan p-value sebesar
0.005 (α =0.05).
Ada pengaruh active cycle of
breathing technique terhadap
derajat sesak napas pada pasien
PPOK di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga dengan pvalue sebesar 0.028 (α =0.05).
SARAN
1.
Bagi Perawat
Diharapkan bisa menjadi acuan
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan sebagai intervensi
non
farmakologis
dalam
mengurangi keluhan sesak napas
dan mengeluarkan secret pada
pasien
PPOK
dengan
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 9
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
2.
3.
4.
menggunakan active cycle of
breathing technique.
Bagi
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan/ Lahan Penelitian
Bagi institusi pelayanan di Rumah
Sakit sebaiknya diharapkan untuk
terus
berpartisipasi
dalam
meningkatkan perilaku pasien
PPOK untuk mengurangi keluhan
sesak napas dengan active cycle of
breathing
technique
serta
mengaplikasikannya
dalam
kehidupan berperilaku sehari-hari
sehingga pengobatan PPOK yang
dijalani pasien bisa dilakukan
secara optimal.
Bagi Pasien
Diharapkan pasien agar dapat
melakukan latihan pernapasan
active
cycle
of
breathing
technique
secara mandiri,
mengingat manfaat dari active
cycle of breathing technique ini
untuk mengeluarkan dahak dan
mengurangi
sesak
napas
khususnya bagi penderita PPOK.
Sehingga pasien dapat merasakan
manfaat dari active cycle of
breathing
technique
dan
penurunan derajat sesak napasnya.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya dapat menggali lebih
dalam faktor instrinsik seperti
adanya penyakit gagal jantung
dan anemia yang menyertai pasien
serta dapat mempengaruhi derajat
sesak napas pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Affyarsyah,dkk,
2009.
“Manfaat Rehabilitasi Paru dalam
Meningkatkan
atau
Mempertahankan
Kapasitas
Fungsional dan Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Paru Obtruktif
Kronik di RSUP Persahabatan”. J
Respir Indo 2009;29 : hal 70-78.
Jakarta
:
Departemen
Pulmonologi
dan
Ilmu
Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
–SMF- Paru, RS Persahabatan.
Alamsyah,
HS.
“Efek
Latihan
Pernapasan Terhadap Faal Paru,
Derajat Sesak Napas, dan
Kapasitas Fungsional Penderita
PPOK Stabil (tesis)”. Medan :
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis I Penyakit Paru FK.
USU.2010.
American Lung Association. 2015.
Lung Disease. Available from :
http://www.lung.org/lungdisease/influenza/in-depthresources/pneumonia-factsheet.html.
Diakses
pada
Desember 2016.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bersten, Andrew D & Neil Soni, 2009.
Oh’s Intensive Care Manual Sixth
edition.
Philadelphia
:
BUTTERWORTH
HEINEMANN ELSEVIER.
Davey, Patrick. 2006. At a Galnce
Medicine. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Djojodibroto,
Darmanto.
2009.
Respirologi
(Respiratory
Medicine). Jakarta : EGC.
Faisal, Mohamed, dkk.2012. “Efficacy
of Active Cycle of Breathing
Technique and Postural Drainage
in Patient with Bronchiectesis-A
Comparative Study”. Innovative
Journal of Medical and Health
Science 2:6 nov-dec 2012,
hal.129-132. Nitte University,
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 10
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
Mangalore,
India.
Diunduh
tanggal 20/12/2016 jam 14:09.
http://www.innovativejournal.in/i
ndex.php/ijmhs.
Guy’s and St Thomas Hospital. 2015.
Active Cycle of Breathing
Technique. Guy’s and St Thomas
Hospital : NHS Foundation Trust.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Joshi, Jayant & Prakash Kotwal, 2008.
Essentials of Orthopaedics and
Applied Physiotherapy. New
Delhi : Reed Elsevier India
Private Limited.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
nomor
1022/MENKES/SK/XI/2008
tentang Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Diakses pada September 2016.
Lestari, Ririt Ika, 2015. “ Manfaat
Active
Cycle
Breathing
Technique/ACBT Bagi Penderita
Penyakit Paru Obtruktif Kronik
(PPOK)”. Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Medical Record Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga, 2016.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Pustaka
Setia
Moffat,
Marilyn,
dkk.
2007.
Cardiovascular/Pulmonary
Essentials
:
Applying
the
preferred physicals therapist
practice
patterns.
Danvers
:SLACK incorporated.
Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.
Notoatmojo.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Nursalam.
2008.
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI), 2011. PPOK (Penyakit
Paru Obstruktif Kronik) :
Diagnosis dan Penatalaksanaan
(Revisi). Jakarta : PDPI.
Plymouth Hospitals. 2015. Active Cycle
of Breathing Technique. Plymouth
: NHS Trust.
Porter,
Stuart
B.
2013.Tidy’s
Physiotherapy. Beijing : Elsevier
Health Sciences.
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson,
2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
RI.
Available
from
:
www.depkes.go.id Diakses pada
Desember 2016.
Riwidigdo. 2009. Statistik Kesehatan.
Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 11
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
Saryono. 2011. Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Press.
http://www.klikparu.com Diakses pada
Desember 2016.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk
Penelitian. Bandung : CV
Alfabeta.
__________. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : CV. Alfabeta.
Somantri, Irman. 2007.Keperawatan
Medikal
Bedah
:
Asuhan
Keperawatan
Pada
Pasien
Dengan
Gangguan
Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba
Medika.
The Global Initiative for Chronic
Obstructive
Lung
Disease
(GOLD).
2015.
Executive
summery : Global Strategy for
The Diagnosis, Management, And
Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Medical
Communication
Resource.
Available
from
www.goldcopd.com.
Diakses
pada Desember 2016
The Pennine Acute Hospitals, 2014.
Active Cycle of Breathing
Technique (ACBT) an Information
guide. Manchester : The Pennine
Acute Hospitals NHS Trust.
World Health Organization (WHO).
2015.
Chronic
Obstructive
Pulmonary Disease
(COPD)
Available
from
:
http://www.who.int/respiratory/co
pd/en/. Diakses pada Desember
2016.
PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIQUE TERHADAP 12
DERAJAT SESAK NAPAS PADA PASIEN PPOK DI RUMAH SAKIT PARU dr.
ARIO WIRAWAN SALATIGA
Download