BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Menurut Surya (2004), prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seuruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2009). Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah usaha yang dicapai dari proses belajar, penguasaan pengetahuan atau keterampilan 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru. 2.1.1. Aspek aspek dalam Prestasi Belajar Prestasi belajar yang ideal dituntut memenuhi 3 aspek sekaligus yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik : 1) Aspek Kognitif Menurut Daryanto (2001) dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut Taksonomi Bloom, antara lain meliputi: a) Pengetahuan (knowladge) Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi Bloom, seringkali disebut dengan aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah lain sebagian tanpa mengerti atau dapat menggunakannya. b) Pemahaman (comprehension) Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut memahami dan mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c) Penerapan (aplication) Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip serta teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan sematamata. d) Analisis (analysis) Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentukannya. e) Sintesis (synthesis) Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. f) Penilaian (evaluasi) Dalam jenjang ini seorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi keadaan, pernyataan dalam konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi adalah menciptakan kriteria tertentu. (Daryanto, 2001) 2) Aspek Afektif Aspek afektif meliputi 5 jenjang kemampuan, meiputi: 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a) Menerima (receiving), yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (Stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala. b) Menjawab (responding), yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. c) Menilai (valuing), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. d) Organisasi (organitation), yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, prioritas nilai yang dimilikinya. e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai (Characterized by a value or value complex). 3) Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan keterampilan itu meliputi: a) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari sudah merupakan kebiasaan). b) Keterampilan pada gerakan-gerakan. c) Kemampuan dan ketepatan. d) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ e) Kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretative. Dalam praktek belajar mengajar disekolah, aspek kognitif cendrung dominan daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Misalnya seorang siswa secara kognitif dalam mata pelajaran shalat baik, tetapi aspek afektif dan aspek psikomotorik kurang bahkan jelek, karena banyak di antara mereka yang tidak bisa mempraktikan gerakan-gerakan shalat secara baik. Kecendrungan yang sama juga terjadi pada mata pelajaran lainnya. Meskipun demikian tidak berarti aspek afektif dan psikomotorik diabaikan (Tohrin, 2008). 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor intern a) Faktor jasmani (1) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Proses belajar seseorang akan tergangggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah (Slameto, 2010). (2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh dan badan. Cacat itu dapat berupa but, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindar atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu (Slameto, 2010). b) Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: (1) Intelegensi 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 2010). (2) Perhatian Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek (Dalyono, 2009). (3) Minat Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan (Dalyono, 2009). (4) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “teh capacity to learn”. Dengan perkataan lain nakat adalah kemampuan untuk belajar. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang tidak berbakat di bidang itu (Dalyono, 2009). (5) Motivasi James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut: Motive is an effective-conative factor which operates in determining in the direction of an individual‟s behavior to ward an end or goal, consiustly apprehended or unconsioustly”. Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif di atas juga dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihanlatihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, di dalam membentuk motif 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang kuat itu dapat dilakukan dengan adanya latihan/kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangatlah perlu dalam belajar (Slameto, 2010). (6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru (Slameto, 2010). (7) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah “Preparedness to Respon or React”. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi (Slameto, 2010). c) Faktor kelelahan Pada faktor ini, kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. (Dalyono, 2009) Kelelahan rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk kerja. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kelelahan rohani akan terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. (Slameto, 2010) 2) Faktor ekstern (Dalyono, 2009) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, di antaranya: a) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: (1) Cara orang tua mendidik Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dari kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan kelengkapan/melengkapi alat belajarnya, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga kesulitan mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya. Di sinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting. Anak/siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut (Slameto, 2010). (2) Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh sebagainya. Begitu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem yang sejenis (Slameto, 2010). Demi kelancaran belajar anak serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang. Disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri (Dalyono, 2009). 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semerawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau (Slameto, 2010). Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik (Syah, 2000). (4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lai-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keadaan miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ akibatnya kesehatan anak terganggu, sehinggau belajar anak terganggu. Akibatnya yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belaja anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar (Slameto, 2010). Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak (Slameto, 2010). (5) Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadangkadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya, namun sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya (Dalyono, 2009). 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (6) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. b) Faktor Sekolah (1) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo adalah menyajikan bahan pelajaran orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisienn serta seefektif mungkin (Slameto, 2010). (2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran itu. Kurikulum kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. (Syah, 2000) 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (3) Relasi Guru Dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. (Syah, 2000) Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. (Slameto, 2010) (4) Relasi Siswa Dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebihlebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena disekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. (Slameto, 2010). 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lainlain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staff beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Banyak sekolah yang dalam pelakasanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin untuk mengembangkan motivasi yang kuat. (Slameto,2010) (6) Alat Pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. (Slameto, 2010) (7) Waktu Sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang hari, sore/malam hari. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa belajar pada kondisi yang capek atau sudah lelah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. (Slameto, 2010) (8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mara pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal ter sebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yng Penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. (Slameto, 2010). 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (9) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa? (Slameto, 2010) (10) Metode Belajar Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristiraha, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. (Slameto, 2010) (11) Tugas Rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah. Di samping untuk belajar waaktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan lain. (Slameto, 2010). 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. (1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan ini misalnya kursus bahasa inggris, PKK Remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya. (Slameto, 2010) (2) Mass Media Mass media yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga belajarnya, sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, percabulan, akan kecendrungan untuk berbuat seperti tokoh yang 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalannya cerita. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan bisa mundur sama sekali. Maka perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. (Slameto, 2010) (3) Teman Bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaull yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka begadang, keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minum, lebih-lebih lagi teman bergaul lawan jenis yang amoral, pejinah, pemabuk dan lainlain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah belajarnya jadi berantakan. (Slameto, 2010) (4) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik berbuat sesuatu seperti yang dilakukan 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ orang-orang yang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semngat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orangorang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya (Slameto, 2010). 2.2. Motivasi Belajar Menurut Sobur (2003) motif adalah tujuan. Tujuan ini disebut intensif. Intensif ini diartikan sebagai suatu tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif, sedangkan motivasi menunjuk pada seluruh proses gerakan berupa usaha yang disadari, bisa dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya seuatu energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu, hal tersebut didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan (Sadirman, 2000). 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Santrock (2008) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku, artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. 2.2.1. Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian mengenai sikap dan nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (Uno, 2008). Belajar menurut Santrock (2008) adalah pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. 2.2.2. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang mendukung (Uno, 2008). Sardiman (2000) menyatakan beberapa pendapat tentang motivasi belajar antara lain: motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Seseorang yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk belajar. Anak akan terdorong dan tergerak untuk memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menyelesaikan tugas tepat waktu dan gigih serta tidak putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas jika anak tersebut mempunyai motivasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu menguasai, memanipulasi dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas belajar serta bersaing melalui usaha untuk melebihi perbuatannya yang lalu dan mengungguli perbuatan orang lain. 2.2.3. Aspek-aspek Motivasi Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan cara yang juga berbeda. Diantaranya adalah perpektif behavioral, perspektif humanistis, perspektif kognitif, dan perspektif sosial (Santrock, 2008). Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Imbalan atau insentif berupa peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Perspektif humanistis menitikberatkan pada kapasitas murid guna mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib murid. Perspektif ini berkaitan erat dengan teori Abraham Maslow tentang teori kebutuhan dimana kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum menunaikan kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan yang digambarkan Maslow terdiri atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri, namun tidak semua orang setuju dengan pendapat 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Maslow karena mungkin saja kebutuhan aktualisasi diri untuk sebagian murid lebih dianggap penting dibandingkan dengan kebutuhan harga diri (dalam Santrock, 2008). Menurut perspektif kognitif, tekanan ekstrinstik seperti yang dipentingakan oleh perspektif behavioris tidak terlalu dilebih-lebihkan. Yang menjadi hal fundamental adalah tanggung jawab para murid untuk mengontrol prestasi murid sendiri. Perspektif ini sejalan dengan gagasan White dalam Santrock (2008) mengatakan bahwa ide seseorang dalam menghadapi lingkungan siswa secara efektif, menguasai dirinya sendiri dan memproses informasi secara efisien bukan dikarenakan kebutuhan biologis, tetapi karena desakan motivasi intrinsik untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Menurut perspektif sosial, kebutuhan afiliasi atau keterhubungan merupakan motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Hal ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi siswa tercermin dalam motivasi siswa untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan siswa dengan orang tua dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Siswa sekolah yang merasakan hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah. Dalam suatu studi yang berskala luas, salah satu faktor terpenting dan lebih senang bersekolah. Dalam sebuah studi yang berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan prestasi murid adalah persepsi murid mengenai hubungan positif atau negatif murid dengan gurunya (McCombs dalam Santrock, 2008). Dari berbagai perspektif psikologis yang dikelompokkan Santrock, maka Santrock membagi motivasi menjadi 2 aspek (2008), yaitu : a. Motivasi Intristik Sumber motivasi intristik ini, meliputi kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan (enjoyment) dan rasa ingin tahu (curiosity). Motivasi intrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari luar diri individu, melainkan karena kesadaran dan keinginan dari dalam diri sendiri. Misalnya siswa belajar karena penghayatan akan kebutuhannya manimba ilmu, maka ia memilih untuk memperdalam ilmunya karena dorongan hatinya untuk menjadi sorang pembelajar, kegiatan belajar yang disertai dengan motivasi intristik akan menimbulkan perasaan senang dan sama sekali tidak menjadikan belajar sebagai beban, malah senang menerima tantangan dalam proses belajar murid(Santrock, 2008). Winkel (1996) mengatakan bahwa terbentuknya motivasi intristik dapat juga dipengaruhi oleh orang lain yang memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menambahkan kesadaran tersebut. 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Motivasi Ekstrinsik Pada motivasi ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung dalam objek menjadi sasaran atau tendensi tertentu. Sumber motivasi ekstrinsik ini meliputi imbalan (rewards), tekanan sosial (social pressure) dan penghindaran diri dari hukuman (punishment). Motivasi ekstrinsik menurut Santrock (2008), muncul karena dipengaruhi insentif eksternal baik positif maupun negatif. Contoh motivasi ini timbul pada kegiatan belajar karena kewajiban, belajar demi menghindari hukuman, belajar demi memperoleh hadiah atau materi, belajar demi meningkatkan harga diri atau mengikuti arus persaingan, belajar untuk dipuji dan banyak macam lainnya. Imbalan ekstrinsik dapat berguna untuk mengubah perilaku, akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat melemahkan pembelajaran. Dalam sebuah studi, murid yang sudah lebih dulu tertarik dengan seni dan tidak mengetahui bahwa akan ada imbalan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggambar ketimbang murid yang juga tertarik pada seni tapi tahu akan ada imbalan atau hadiah. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar (Djamarah, 2002). 2.2.4. Fungsi Motivasi Adapun fungsi motivasi menurut Sardiman (2000) motivasi memiliki tiga fungsi, yaitu : 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak disetiap kegiatan yang dikerjakan. b. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan ingkah laku yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, ia menyediakan suatu orientasi tujuan. c. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, dalam hal ini berarti menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. 2.2.5. Faktor yang Mepengaruhi Motivasi Syah (2010) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yakni : 1. Faktor internal siswa, meliputu dua aspek, yakni : (a) aspek fisiologis (bersifat jasmaniah), (b) aspek psikologis (bersifat rohaniah). a. Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organorgan khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat juga sangat mepengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Aspek Psikologis Aspek ini pada umumnya, meliputi : (a) intelegensi siswa, semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu pun sebaliknya. (b) sikap siswa, sikap negative maupun positif siswa dapat menentukan kelangsungan proses belajar. (c) minat siswa, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu karena adanya keingintahuan yang besar pada bidang tertentu. (d) bakat siswa, bakat merupakan kamampuan individu untuk melakuakan tugas tertentu tenpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. (e) motivasi siswa, kekurangan atau ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi pelajaran baik di sekolah atau dimanapun. 2. Faktor eksternal siswa, meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. a. Lingkungan sosial, seperti para guru, teman-teman sekelas serta temanteman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. b. Lingkungan non-sosial, seperti letak sekolah, kondisi bangunan sekolah, kondisi rumah, tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa, faktor-faktor tersebut dapat menentukan motivasi belajar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Strategi apa yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ efesiensi proses belajar materi tertentu dapat mempengaruhi motivasi belajarnya. 2.3. Kualitas Pengajaran Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris (quality) dan sepadan dengan kata “mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum kualitas dapat diartikan “mutu” yaitu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pula bahwa kualitas memiliki arti tingkat baik buruknya suatu kadar, derajat, taraf, atau mutu di sesuatu (KBBI dalam Budiman, 2010). Sesuai dengan arti di atas secara subtantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu mengandung dua hal, pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah “sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah sesuatu yang menunjukkan kedudukan dalam suatu skala” (Uwes dalam Budiman, 2010). Sedangkan secara umum mutu adalah “gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya di dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat” (Umaidi dalam Budiman, 2010). Selaras dengan kutipan di atas Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai sesuatu atau seseorang dalam melakukan suatu proses” (Nurhasan dalam Budiman, 2010). 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Adapun definisi mutu menurut Armai Arif adalah “usaha yang dilaukan oleh seseorang, lembaga (institusi) atau organisasi dalam upaya menyempurnakan suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien” (Arif dalam Budiman, 2010). Jadi mutu merupakan merupakan orientasi utama dari suatu produk sejauhmana suatu produk memenuhi kriteria, standard atau rujukan. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu adalah tingkatan atau kadar dari suatu benda, manusia, atau yang lainnya. Jika dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu, kualitas nomor dua, dan seterusnya. Jika dilihat dari kadarnya, ada kualitas baik, kualitas sedang, dan kualitas buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “pengajaran” berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), dengan penambahan imbuhan “peng” dan akhiran “an” dalam kamus tersebut diartikan proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan (kbbi.web.id, 2015). Para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat pengajaran. Selanjutnya, dalam bahsa Arab, pengajaran disebut “taklim” (terkadang ditulis “ta‟lim”) yang berasal dari kata „allama, dan padanannya “hazzaba” (terkadang ditulis “hadzdzaba”). Dalam Kamus Arab-Inggris susunan Elias & Elias (1992), kata-kata tersebut berarti: to educat; to train; to teach; to instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar. Ungkapan kata “allama al-„ima” berarti to teach atau to instruct (mengajar) (Syah, 2005). 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Selanjutnya, istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something; to teach to do something; to furnish with information, yakni memberi pegarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu; memberi informasi. Istilah instruction (pengajaran) menurut Reber (1988) berarti:pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengatahuan (Syah, 2005). Sementara itu, Tardif (1987) memberi arti instruction secara labih rinci yaitu: A preplanned, goal directed educational process designed to facilitate learning. Artinya, pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar (Syah, 2005). Pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar” (Sudjana, 2000). Dari pengertian kualitas dan pengajaran diatas, maka dapat disimpulkan definisi dari kualitas pengajaran adalah tingkatan atau kadar seorang dosen untuk berusaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual anak didik agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. 2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran Dalam suatu pengajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran yang dilakukan menjadi berkualitas seyogyanya harus ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap- 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lengkapnya agar proses belajar-mengajar menjadi lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, adapun hal-hal yang dapat menunjang proses pengajaran tersebut diantaranya adalah : 1. Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran. Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan. Kemampuan dalam merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pengajaran. Keterampilan dalam menyusun rencana pengajaran ini adalah merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran dan merencanakan penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran (Usman dalam Budiman, 2010). 2. Kemampuan dalam menjelaskan. Yang dimaksud dengan keterampilan dalam menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Pemberian penjelasan merupakan salah satu 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas (Usman dalam Budiman, 2010). 3. Kemampuan menggunakan media pembelajaran. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pengajaran. Peranan alat bantu memegang peranan yang sangat penting sebab sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat mudah dipahami oleh siswa. Media atau alat pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Dengan kata lain, terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru) (Usman dalam Budiman, 2010). 4. Kemampuan menggunakan metode. Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal (Anitah, Dkk dalam Budiman 2010). 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Kemampuan mengelola kelas. Pengelolaan kelas adalah ketermapilan guru untuk menciptakan dan memlihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran (Usman dalam Budiman, 2010). 6. Kemampuan mengevaluasi. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengatahui hingga sejauhmana siswa telah mendayagunakan kapasitasnya kognitifnya untuk keperluan belajar dan untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar megajar (Syah dalam Budiman, 2010). 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Dari penjelasan di atas motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menumbuhkan semangat belajar sehingga mereka dapat mencapai prestasi belajar yang diinginkan, namun setiap individu memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda, ada yang memiliki motivasi belajar yang rendah, sedang dan tinggi. Semakin kuat motivasi belajar, maka semakin baik pula prestasi belajar yang akan dicapai mahasiswa itu. Untuk menumbuhkan motivasi belajar, ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi motvasi belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, yang mana kedua faktor ini sangat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Faktor intrinsik yaitu pengaruh yang datang dari dalam diri mahasiswa, faktor intrinsik tersebut dipengaruhi oleh minat atau kemauan, sikap, alasan atau dorongan, tujuan, hasrat atau tekad, dan aktivitas (Ridwan, 2013). Sementara faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang datang dari luar diri mahasiswa, faktor ekstrinsik ini dipengaruhi oleh guru, teman, orang tua dan keluarga, lingkungan masyarakat, serta fasilitas belajar. Dari kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, semakin baik kedua faktor yang didapat maka semakin baik pula prestasi belajarnya. 2.5. Hubungan antara Kualitas Pengajaran dengan Prestasi Belajar Dari penjelasan di atas dosen berperan penting untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, dosen yang dapat menciptakan suasana lingkungan yang baik, dapat mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual anak didik agar 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mau belajar dengan kehendaknya sendiri menjadi faktor penting yang harus dimiliki dosen dalam proses belajar mengajar. Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas belajar, jika hal ini dapat dipenuhi oleh pengajar maka akan dapat membantu mahasiwa dalam memahami mata kuliah dan dapat mencapai target nilai yang ingin dicapainya. 2.6. Kerangka Pemikiran Dari uraian diatas kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram, sebagai berikut: Kualitas Pengajaran Motivasi Belajar Prestasi Belajar Penelitian ini mengidentifikasikan sejauh mana hubungan motivasi belajar dan metode belajar terhadap prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. 2.7. Hipotesis Penelitian Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dengan motivasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dengan prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. Ha3 : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. Ha4 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/