5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Menurut Surya

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Prestasi Belajar
Menurut Surya (2004), prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan
tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah
melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seuruh ranah itu,
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan
rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2009).
Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001) Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai yang diberikan oleh guru.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah
usaha yang dicapai dari proses belajar, penguasaan pengetahuan atau keterampilan
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai yang
diberikan oleh guru.
2.1.1. Aspek aspek dalam Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang ideal dituntut memenuhi 3 aspek sekaligus yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik :
1) Aspek Kognitif
Menurut Daryanto (2001) dalam hubungan dengan satuan
pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi
tujuan pengajaran pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa
dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
menurut Taksonomi Bloom, antara lain meliputi:
a) Pengetahuan (knowladge)
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam Taksonomi
Bloom, seringkali disebut dengan aspek ingatan (recall). Dalam jenjang
kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah lain sebagian tanpa
mengerti atau dapat menggunakannya.
b) Pemahaman (comprehension)
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar mengajar, siswa dituntut memahami dan mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang tanpa keharusan menghubungkannya
dengan hal-hal lain.
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Penerapan (aplication)
Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip serta teori
dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan lain-lain
yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka
kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan sematamata.
d) Analisis (analysis)
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
atau komponen-komponen pembentukannya.
e) Sintesis (synthesis)
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang
ada.
f) Penilaian (evaluasi)
Dalam jenjang ini seorang dituntut untuk dapat mengevaluasi
situasi keadaan, pernyataan dalam konsep berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Yang penting dalam evaluasi adalah menciptakan kriteria
tertentu. (Daryanto, 2001)
2) Aspek Afektif
Aspek afektif meliputi 5 jenjang kemampuan, meiputi:
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a) Menerima (receiving), yakni kepekaan dalam menerima rangsangan
(Stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah
situasi dan gejala.
b) Menjawab (responding), yakni reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar.
c) Menilai (valuing), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus.
d) Organisasi (organitation), yakni pengembangan nilai ke dalam suatu
sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan
nilai lain dan kemantapan, prioritas nilai yang dimilikinya.
e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai (Characterized by
a value or value complex).
3) Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan keterampilan itu
meliputi:
a) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari
sudah merupakan kebiasaan).
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan.
c) Kemampuan dan ketepatan.
d) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e) Kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi
seperti gerakan ekspresif dan interpretative.
Dalam praktek belajar mengajar disekolah, aspek kognitif cendrung
dominan daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Misalnya seorang
siswa secara kognitif dalam mata pelajaran shalat baik, tetapi aspek afektif
dan aspek psikomotorik kurang bahkan jelek, karena banyak di antara mereka
yang tidak bisa mempraktikan gerakan-gerakan shalat secara baik.
Kecendrungan yang sama juga terjadi pada mata pelajaran lainnya.
Meskipun demikian tidak berarti aspek afektif dan psikomotorik diabaikan
(Tohrin, 2008).
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedang faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor intern
a) Faktor jasmani
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses belajar seseorang akan tergangggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan-gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta
tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah (Slameto, 2010).
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh dan badan.
Cacat itu dapat berupa but, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah
kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang
cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindar atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu (Slameto, 2010).
b) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam
faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:
(1) Intelegensi
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 2010).
(2) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan obyek (Dalyono, 2009).
(3) Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai
berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy
some activity or content”.
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi
berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan
dari situ diperoleh kepuasan (Dalyono, 2009).
(4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “teh capacity to
learn”. Dengan perkataan lain nakat adalah kemampuan untuk belajar.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi yang nyata sesudah
belajar atau berlatih. Orang berbakat mengetik, misalnya akan lebih
cepat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang
kurang tidak berbakat di bidang itu (Dalyono, 2009).
(5) Motivasi
James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai
berikut: Motive is an effective-conative factor which operates in
determining in the direction of an individual‟s behavior to ward an
end or goal, consiustly apprehended or unconsioustly”.
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorongnya.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan
dan
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif di atas juga dapat
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihanlatihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif
yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, di dalam membentuk motif
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang kuat itu dapat dilakukan dengan adanya latihan/kebiasaan dan
pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu
sangatlah perlu dalam belajar (Slameto, 2010).
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru (Slameto, 2010).
(7) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah
“Preparedness to Respon or React”. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberi respon atau reaksi (Slameto, 2010).
c) Faktor kelelahan
Pada faktor ini, kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani
terjadi karena terjadi kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. (Dalyono,
2009)
Kelelahan rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing sehingga
sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk kerja.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kelelahan rohani akan terjadi terus menerus memikirkan masalah yang
dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu
sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa
dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. (Slameto, 2010)
2) Faktor ekstern (Dalyono, 2009)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor, di antaranya:
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
(1) Cara orang tua mendidik
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan dari kebutuhan anaknya
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan
kelengkapan/melengkapi alat belajarnya, tidak mau tahu bagaimanakah
kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam
belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil
dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi
karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran
menumpuk sehingga kesulitan mengalami ketinggalan dalam belajarnya
dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai/hasil
belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang
tidak mencintai anaknya. Di sinilah bimbingan dan penyuluhan
memegang peranan yang penting. Anak/siswa yang mengalami
kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan
bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang
tua sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut (Slameto,
2010).
(2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau
dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar
anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan
kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap
yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh sebagainya. Begitu
juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang
lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem yang sejenis
(Slameto, 2010).
Demi kelancaran belajar anak serta keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan
yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang.
Disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak sendiri (Dalyono, 2009).
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan
belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan
semerawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu
banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering
terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan
keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar
rumah, akibatnya belajarnya kacau (Slameto, 2010).
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana
rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal di
rumah, anak juga dapat belajar dengan baik (Syah, 2000).
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lai-lain,
juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu
hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak
hidup dalam keadaan miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akibatnya kesehatan anak terganggu, sehinggau belajar anak terganggu.
Akibatnya yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak
merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belaja
anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah sebagai
pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya
untuk bekerja, hal yang begitu juga akan mengganggu belajar anak.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak
yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga
yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk
belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar (Slameto, 2010).
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering
mempunyai kecendrungan untuk memanjakan anak. Anak hanya
bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat
memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat
mengganggu belajar anak (Slameto, 2010).
(5) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadangkadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan
pengertian dan mendorongnya, namun sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembangannya (Dalyono, 2009).
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat
pendidikan
atau
kebiasaan
di
dalam
keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk
belajar.
b) Faktor Sekolah
(1) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo
adalah menyajikan bahan pelajaran orang kepada orang lain agar
orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di
dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut
sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar
dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan
pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah
setepat-tepatnya dan seefisienn serta seefektif mungkin (Slameto,
2010).
(2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran itu. Kurikulum kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap
belajar. (Syah, 2000)
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(3) Relasi Guru Dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
gurunya. (Syah, 2000)
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan
menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal
tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan
mempelajari
mata
pelajaran
yang
diberikannya,
akibatnya
pelajarannya tidak maju. (Slameto, 2010)
(4) Relasi Siswa Dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat kurang menyenangkan
teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya
makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebihlebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan
yang tidak-tidak karena disekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah
siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat
diterima kembali ke dalam kelompoknya. Menciptakan relasi yang
baik antar siswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh positif
terhadap belajar siswa. (Slameto, 2010).
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan
administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lainlain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staff
beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya
kepada siswa. Banyak sekolah yang dalam pelakasanaan disiplin
kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang
bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak
ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin untuk
mengembangkan motivasi yang kuat. (Slameto,2010)
(6) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi
lebih giat dan lebih maju. (Slameto, 2010)
(7) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar
disekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang hari, sore/malam hari.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa
terpaksa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung
jawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk
dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih
segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa belajar pada
kondisi yang capek atau sudah lelah, misalnya pada siang hari, akan
mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu
disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada
kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat
akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. (Slameto, 2010)
(8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa
kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak
berhasil dalam mempelajari mara pelajarannya, guru semacam itu
merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat
perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal
ter sebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi
harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yng Penting
tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. (Slameto, 2010).
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(9) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus
memadai dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat
belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa?
(Slameto, 2010)
(10) Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam
hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat
akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu
untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus
menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan
kurang beristiraha, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu
belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan
meningkatkan hasil belajar. (Slameto, 2010)
(11) Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah. Di samping untuk
belajar waaktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan
lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang
harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi
untuk kegiatan lain. (Slameto, 2010).
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam
masyarakat.
(1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian
dalam
kegiatan
masyarakat
yang
terlalu
banyak,
misalnya
berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, dan lain-lain,
belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam
mengatur waktunya.
Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat
supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih
kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan ini misalnya kursus
bahasa inggris, PKK Remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.
(Slameto, 2010)
(2) Mass Media
Mass media yang baik akan memberi pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga belajarnya, sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa suka
nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas,
percabulan, akan kecendrungan untuk berbuat seperti tokoh yang
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalannya cerita. Jika
tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik),
pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan bisa mundur sama
sekali. Maka perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol
yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat. (Slameto, 2010)
(3) Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaull yang
baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang
bersifat buruk juga.
Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka begadang,
keluyuran, pecandu rokok, film, minum-minum, lebih-lebih lagi
teman bergaul lawan jenis yang amoral, pejinah, pemabuk dan lainlain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang bahaya dan pastilah
belajarnya jadi berantakan. (Slameto, 2010)
(4) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang
tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di
situ. Anak/siswa tertarik berbuat sesuatu seperti yang dilakukan
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
orang-orang yang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan
bahkan anak/siswa kehilangan semngat belajar karena perhatiannya
semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan
yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya yang tidak baik tadi.
Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar
yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,
antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya,
anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orangorang lingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang
ada di lingkungannya (Slameto, 2010).
2.2.
Motivasi Belajar
Menurut Sobur (2003) motif adalah tujuan. Tujuan ini disebut intensif.
Intensif ini diartikan sebagai suatu tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang
bermotif, sedangkan motivasi menunjuk pada seluruh proses gerakan berupa
usaha yang disadari, bisa dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif,
membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya seuatu energi yang ada pada diri
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu, hal tersebut
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan (Sadirman, 2000).
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Santrock (2008) motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah dan kegigihan perilaku, artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan dan penilaian mengenai sikap dan nilai pengetahuan
dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih
luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi
(Uno, 2008).
Belajar menurut Santrock (2008) adalah pengaruh permanen atas
perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui
pengalaman.
2.2.2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indicator atau unsur yang mendukung (Uno, 2008).
Sardiman (2000) menyatakan beberapa pendapat tentang motivasi
belajar antara lain: motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Seseorang yang memiliki
motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk belajar. Anak akan
terdorong dan tergerak untuk memulai aktivitas atas kemauannya sendiri,
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyelesaikan tugas tepat waktu dan gigih serta tidak putus asa saat
menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas jika anak tersebut mempunyai
motivasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada
pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu menguasai, memanipulasi
dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi rintangan dan
memelihara kualitas belajar serta bersaing melalui usaha untuk melebihi
perbuatannya yang lalu dan mengungguli perbuatan orang lain.
2.2.3. Aspek-aspek Motivasi
Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda
berdasarkan cara yang juga berbeda. Diantaranya adalah perpektif behavioral,
perspektif humanistis, perspektif kognitif, dan perspektif sosial (Santrock,
2008).
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman sebagai
kunci dalam menentukan motivasi murid. Imbalan atau insentif berupa
peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku
murid. Perspektif humanistis menitikberatkan pada kapasitas murid guna
mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib murid.
Perspektif ini berkaitan erat dengan teori Abraham Maslow tentang teori
kebutuhan dimana kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum
menunaikan kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan yang
digambarkan Maslow terdiri atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri, namun tidak semua orang setuju dengan pendapat
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Maslow karena mungkin saja kebutuhan aktualisasi diri untuk sebagian murid
lebih dianggap penting dibandingkan dengan kebutuhan harga diri (dalam
Santrock, 2008).
Menurut perspektif kognitif, tekanan ekstrinstik seperti yang
dipentingakan oleh perspektif behavioris tidak terlalu dilebih-lebihkan. Yang
menjadi hal fundamental adalah tanggung jawab para murid untuk
mengontrol prestasi murid sendiri. Perspektif ini sejalan dengan gagasan
White dalam Santrock (2008) mengatakan bahwa ide seseorang dalam
menghadapi lingkungan siswa secara efektif, menguasai dirinya sendiri dan
memproses informasi secara efisien bukan dikarenakan kebutuhan biologis,
tetapi karena desakan motivasi intrinsik untuk berinteraksi dengan
lingkungannya secara efektif. Menurut perspektif sosial, kebutuhan afiliasi
atau keterhubungan merupakan motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Hal ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan
pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi
siswa tercermin dalam motivasi siswa untuk menghabiskan waktu bersama
teman, kawan dekat, keterikatan siswa dengan orang tua dan keinginan untuk
menjalin hubungan positif dengan guru. Siswa sekolah yang merasakan
hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap
akademik yang positif dan lebih senang bersekolah. Dalam suatu studi yang
berskala luas, salah satu faktor terpenting dan lebih senang bersekolah. Dalam
sebuah studi yang berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan prestasi murid adalah persepsi murid mengenai hubungan positif atau
negatif murid dengan gurunya (McCombs dalam Santrock, 2008).
Dari berbagai perspektif psikologis yang dikelompokkan Santrock,
maka Santrock membagi motivasi menjadi 2 aspek (2008), yaitu :
a. Motivasi Intristik
Sumber motivasi intristik ini, meliputi kebutuhan (need), minat
(interest), kesenangan (enjoyment) dan rasa ingin tahu (curiosity). Motivasi
intrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan atau dorongan dari luar diri individu, melainkan karena kesadaran
dan keinginan dari dalam diri sendiri. Misalnya siswa belajar karena
penghayatan akan kebutuhannya manimba ilmu, maka ia memilih untuk
memperdalam ilmunya karena dorongan hatinya untuk menjadi sorang
pembelajar, kegiatan belajar yang disertai dengan motivasi intristik akan
menimbulkan perasaan senang dan sama sekali tidak menjadikan belajar
sebagai beban, malah senang menerima tantangan dalam proses belajar
murid(Santrock, 2008). Winkel (1996) mengatakan bahwa terbentuknya
motivasi intristik dapat juga dipengaruhi oleh orang lain yang memegang
peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara
belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada
suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah
ikut menambahkan kesadaran tersebut.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Motivasi Ekstrinsik
Pada motivasi ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar
nilai yang terkandung dalam objek menjadi sasaran atau tendensi tertentu.
Sumber motivasi ekstrinsik ini meliputi imbalan (rewards), tekanan sosial
(social pressure) dan penghindaran diri dari hukuman (punishment). Motivasi
ekstrinsik menurut Santrock (2008), muncul karena dipengaruhi insentif
eksternal baik positif maupun negatif. Contoh motivasi ini timbul pada
kegiatan belajar karena kewajiban, belajar demi menghindari hukuman,
belajar demi memperoleh hadiah atau materi, belajar demi meningkatkan
harga diri atau mengikuti arus persaingan, belajar untuk dipuji dan banyak
macam lainnya. Imbalan ekstrinsik dapat berguna untuk mengubah perilaku,
akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat melemahkan
pembelajaran. Dalam sebuah studi, murid yang sudah lebih dulu tertarik
dengan seni dan tidak mengetahui bahwa akan ada imbalan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk menggambar ketimbang murid yang juga tertarik
pada seni tapi tahu akan ada imbalan atau hadiah. Motivasi ekstrinsik bukan
berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam
cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar (Djamarah,
2002).
2.2.4. Fungsi Motivasi
Adapun fungsi motivasi menurut Sardiman (2000) motivasi memiliki
tiga fungsi, yaitu :
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak disetiap kegiatan yang dikerjakan.
b. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan ingkah laku yaitu kearah
tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, ia menyediakan suatu
orientasi tujuan.
c. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, dalam hal ini berarti
menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
2.2.5. Faktor yang Mepengaruhi Motivasi
Syah (2010) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, yakni :
1. Faktor internal siswa, meliputu dua aspek, yakni : (a) aspek fisiologis
(bersifat jasmaniah), (b) aspek psikologis (bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organorgan khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan
indera penglihat juga sangat mepengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Aspek Psikologis
Aspek ini pada umumnya, meliputi : (a) intelegensi siswa, semakin
tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, begitu pun sebaliknya. (b) sikap siswa, sikap
negative maupun positif siswa dapat menentukan kelangsungan proses
belajar. (c) minat siswa, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu karena adanya
keingintahuan yang besar pada bidang tertentu. (d) bakat siswa, bakat
merupakan kamampuan individu untuk melakuakan tugas tertentu tenpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. (e) motivasi
siswa, kekurangan atau ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang
bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar materi-materi
pelajaran baik di sekolah atau dimanapun.
2. Faktor eksternal siswa, meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.
a. Lingkungan sosial, seperti para guru, teman-teman sekelas serta temanteman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial, seperti letak sekolah, kondisi bangunan sekolah,
kondisi rumah, tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa, faktor-faktor tersebut dapat menentukan motivasi
belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa. Strategi apa yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
efesiensi proses belajar materi tertentu dapat mempengaruhi motivasi
belajarnya.
2.3. Kualitas Pengajaran
Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris (quality) dan sepadan dengan
kata “mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sangat familiar
dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum kualitas dapat diartikan “mutu” yaitu
gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para
siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan pula bahwa kualitas memiliki arti tingkat baik
buruknya suatu kadar, derajat, taraf, atau mutu di sesuatu (KBBI dalam Budiman,
2010).
Sesuai dengan arti di atas secara subtantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu
mengandung dua hal, pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah “sesuatu yang
menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah sesuatu yang menunjukkan
kedudukan dalam suatu skala” (Uwes dalam Budiman, 2010). Sedangkan secara
umum mutu adalah “gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang
atau jasa yang menunjukkan kemampuannya di dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan atau tersirat” (Umaidi dalam Budiman, 2010).
Selaras dengan kutipan di atas Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu
dapat diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik
buruknya hasil yang dicapai sesuatu atau seseorang dalam melakukan suatu
proses” (Nurhasan dalam Budiman, 2010).
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun definisi mutu menurut Armai Arif adalah “usaha yang dilaukan
oleh seseorang, lembaga (institusi) atau organisasi dalam upaya menyempurnakan
suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien” (Arif dalam
Budiman, 2010). Jadi mutu merupakan merupakan orientasi utama dari suatu
produk sejauhmana suatu produk memenuhi kriteria, standard atau rujukan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas atau
mutu adalah tingkatan atau kadar dari suatu benda, manusia, atau yang lainnya.
Jika dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu, kualitas nomor dua, dan
seterusnya. Jika dilihat dari kadarnya, ada kualitas baik, kualitas sedang, dan
kualitas buruk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “pengajaran”
berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut), dengan penambahan imbuhan “peng” dan akhiran “an” dalam
kamus tersebut diartikan proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan
(kbbi.web.id, 2015). Para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda dalam
melihat pengajaran.
Selanjutnya, dalam bahsa Arab, pengajaran disebut “taklim” (terkadang
ditulis “ta‟lim”) yang berasal dari kata „allama, dan padanannya “hazzaba”
(terkadang ditulis “hadzdzaba”). Dalam Kamus Arab-Inggris susunan Elias &
Elias (1992), kata-kata tersebut berarti: to educat; to train; to teach; to instruct,
yakni mendidik, melatih, dan mengajar. Ungkapan kata “allama al-„ima” berarti to
teach atau to instruct (mengajar) (Syah, 2005).
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selanjutnya, istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction
atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do
something; to teach to do something; to furnish with information, yakni memberi
pegarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu; memberi
informasi.
Istilah
instruction
(pengajaran)
menurut
Reber
(1988)
berarti:pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengatahuan (Syah, 2005).
Sementara itu, Tardif (1987) memberi arti instruction secara labih rinci
yaitu: A preplanned, goal directed educational process designed to facilitate
learning. Artinya, pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang
untuk mempermudah belajar (Syah, 2005).
Pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “suatu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar” (Sudjana,
2000).
Dari pengertian kualitas dan pengajaran diatas, maka dapat disimpulkan
definisi dari kualitas pengajaran adalah tingkatan atau kadar seorang dosen untuk
berusaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual anak didik agar mau
belajar dengan kehendaknya sendiri.
2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran
Dalam suatu pengajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pengajaran yang dilakukan menjadi berkualitas
seyogyanya harus ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lengkapnya agar proses belajar-mengajar menjadi lancar dan mencapai tujuan
yang diinginkan, adapun hal-hal yang dapat menunjang proses pengajaran
tersebut diantaranya adalah :
1. Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran.
Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu
harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara
teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan.
Kemampuan dalam merencanakan program belajar mengajar merupakan
muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman
yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pengajaran. Keterampilan
dalam menyusun rencana pengajaran ini adalah merencanakan pengelolaan
kegiatan
belajar
mengajar,
merencanakan
pengorganisasian
bahan
pengajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat
dan metode pengajaran dan merencanakan penilaian prestasi murid untuk
kepentingan pengajaran (Usman dalam Budiman, 2010).
2. Kemampuan dalam menjelaskan.
Yang dimaksud dengan keterampilan dalam menjelaskan dalam
pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang
lainnya, misalnya sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau atau dengan
sesuatu yang belum diketahui. Pemberian penjelasan merupakan salah satu
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa
di dalam kelas (Usman dalam Budiman, 2010).
3. Kemampuan menggunakan media pembelajaran.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
bantu untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif dalam pencapaian
tujuan pengajaran. Peranan alat bantu memegang peranan yang sangat
penting sebab sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat mudah dipahami
oleh siswa. Media atau alat pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat
merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Dengan
kata lain, terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak
langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru) (Usman dalam
Budiman, 2010).
4. Kemampuan menggunakan metode.
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan
dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan
siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif.
Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi
antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga proses
pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal (Anitah, Dkk dalam Budiman
2010).
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Kemampuan mengelola kelas.
Pengelolaan kelas adalah ketermapilan guru untuk menciptakan dan
memlihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran (Usman dalam Budiman, 2010).
6. Kemampuan mengevaluasi.
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran perlu
dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi artinya
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat
usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengetahui posisi atau
kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya, untuk mengetahui
tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengatahui hingga
sejauhmana siswa telah mendayagunakan kapasitasnya kognitifnya untuk
keperluan belajar dan untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna
metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar megajar
(Syah dalam Budiman, 2010).
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Dari penjelasan di atas motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa
untuk menumbuhkan semangat belajar sehingga mereka dapat mencapai prestasi
belajar yang diinginkan, namun setiap individu memiliki motivasi belajar yang
berbeda-beda, ada yang memiliki motivasi belajar yang rendah, sedang dan tinggi.
Semakin kuat motivasi belajar, maka semakin baik pula prestasi belajar yang akan
dicapai mahasiswa itu.
Untuk menumbuhkan motivasi belajar, ada beberapa faktor yang biasanya
mempengaruhi motvasi belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, yang
mana kedua faktor ini sangat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Faktor
intrinsik yaitu pengaruh yang datang dari dalam diri mahasiswa, faktor intrinsik
tersebut dipengaruhi oleh minat atau kemauan, sikap, alasan atau dorongan,
tujuan, hasrat atau tekad, dan aktivitas (Ridwan, 2013).
Sementara faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang datang dari luar diri
mahasiswa, faktor ekstrinsik ini dipengaruhi oleh guru, teman, orang tua dan
keluarga, lingkungan masyarakat, serta fasilitas belajar. Dari kedua faktor tersebut
dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, semakin baik kedua faktor yang
didapat maka semakin baik pula prestasi belajarnya.
2.5. Hubungan antara Kualitas Pengajaran dengan Prestasi Belajar
Dari penjelasan di atas dosen berperan penting untuk meningkatkan
prestasi belajar mahasiswa, dosen yang dapat menciptakan suasana lingkungan
yang baik, dapat mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual anak didik agar
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mau belajar dengan kehendaknya sendiri menjadi faktor penting yang harus
dimiliki dosen dalam proses belajar mengajar.
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas belajar, jika hal
ini dapat dipenuhi oleh pengajar maka akan dapat membantu mahasiwa dalam
memahami mata kuliah dan dapat mencapai target nilai yang ingin dicapainya.
2.6. Kerangka Pemikiran
Dari uraian diatas kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam diagram, sebagai berikut:
Kualitas Pengajaran
Motivasi Belajar
Prestasi Belajar
Penelitian ini mengidentifikasikan sejauh mana hubungan motivasi belajar
dan metode belajar terhadap prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.
2.7. Hipotesis Penelitian
Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dengan
motivasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dengan
prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana.
Ha3 : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar bahasa Inggris pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Mercu Buana.
Ha4 : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas pengajaran dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar bahasa Inggris pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download