1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Kebanyakan kasus nyeri karena fraktur sekarang di akibatkan oleh tinggainya angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang di akibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat-alat yang memenuhi standar keselamatan dalam berkendaraan. Seperti menggunakan helem yang standar untuk pengendara sepeda motor dan menggunakan sabuk pengaman untuk pengendara mobil. Klien dengan fraktur fedis datang dengan nyeri tekan akut, pembengkakan nyeri saat bergerak dan spasme otot. Mobilitas atau kemampuan fisik klien untuk melakukan aktivitas kehidupan seharihari perubahan dan klien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan menggunakan alat bantu dan bantuan mobilitas. Berdasarkan data-data tersebut di atas maka kelompok kami tertarik untuk membahas kasus fraktur khususnya Fraktur Femur 1/3 Dekstra dan juga untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah GADAR dalam praktek lapangan. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran umum mengenai fraktur meliputi definisi, manifestasi klinis, etiologi serta komplikasi yang ditimbulkan akibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang bisa menimbulkan fraktur. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu: b. Memahami konsep dasar dari “Fraktur Femur 1/3 Dekstra” c. Menentukan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan “Fraktur Femur 1/3 Dekstra” khususnya yang kami angkat disini adalah nyeri akibat fraktur pada Tn. K yaitu Fraktur Femur 1/3 Dekstra. 2 d. Menyusun rencana tindakan keperawatan dalam perawatan klien dengan “Fraktur Femur 1/3 Dekstra” e. Menyusun dokumentasi keperawatan C. Ruang Lingkup Keperawatan Dalam menulis makalah ini penulis membahas mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, asuhan keperawatan serta studi kasus mengenai klien dengan “Fraktur Femur 1/3 Dekstra”. D. Metode Penulisan Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif. Adapun tenik pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan makalah ini adalah studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk memperoleh materimateri yang bersifat teoritis dan studi kasus dengan mengambil data langsung pada klien mengalami “Fraktur Femur 1/3 Dekstra” guna menyempurnakan makalah ini. E. Sistematika Penulisan Makalah ini tersusun secara sistematis yang terdiri atas 5 bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus C. Ruang Lingkup D. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian 2. Patofisiologi 3. Penatalaksanaan Medis B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 2. Diagnosa 3 3. Perencanaan 4. Evaluasi BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian B. Diagnosa C. Perencanaan D. Implementasi E. Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR 1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RANGKA 1) Sistem Rangka Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi kartilago utama. 1. Rangka aksial terdiri dari beberapa tulang yang membentuk aksis panjang tubuh yang melindungi organ-oran pada kepala, leher dan torso. a. Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang dipisahkan oleh diskus vertebra. b. Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebra c. Kerangka toraks (rangka iga) meliputi tulang-tulang iga dan sternum yang membungkus dan melindungi organ-organ thoraks. 2. Rangka aperdikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai dan tulang pektoral (serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial. 3. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih. 2) Fungsi Sistem Rangka 1. Memberikan topangan dan bentuk pada tubuh 2. Pergerakan tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi sebagai pengungkit jika otot berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan. 3. Perlindungan sistem rangka, melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh. 4. Pembentukan sel darah (hematopoisis) sumsum tulang merah, yang ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebra, tulang pipi pada kranium dan pada bagian ujung tulang panjang. Merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit darah. 5 5. Tempat penyimpanan mineral. 3) Komposisi Jaringan Tulang 1. Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks ekstrakuler. Sel-sel tersebut adalah osteoblast dan osteoklas. 2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam organik tulang seperti fosfor dan kalsium. 3. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang concelles, parositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanalikuli) yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran havers. 4) Anatomi Tulang Panjang yang Tipikal 1. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang membungkus medula atau rongga sumsum sentran yang besar. a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adi posa) atau sumsum merah bergantung usia individu b. Endosteum melapisi rongga sumsum, jaringan ini terdiri dari jaringan ikat areolar vaskuler. c. Periosteum adalah lembaran jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosa rapat, lapisan dalam bersifat osteogenik (pembentuk tulang) terdiri dari suatu lapisan tunggal osteoblas periosteum membungkus diafisis. 2. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga ronggarongga sumsum dengan mudah bersambungan. a. Epifisis tersusun dari tulang concellus internal, yang diselubungi tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (artilago). b. Kartilago artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan tulang yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari rongga persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya pergerakan. 6 5) Klasifikasi Tulang Menurut Bentuknya 1. Tulang panjang, ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk silindaris serta terdiri dari epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat dan berperan dalam pergerakan. 2. Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang pergelangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan kekompakan kepada area yang pergerakannya terbatas. 3. Tulang pipih, pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada. Struktur tulangtulang yang mirip lempeng ini perlindungan dua lempeng tulang kompak pembungkus laposan rongga. 4. Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak termasuk kategori di atas, meliputi tulang vertebra dan tulang asikel telinga 5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau bersambungan dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya. Salah satu contohnya adalah patella (tempurung lutut) yang merupakan tulang sesamoid terbesar. 7 Gambar kerangka manusia: gambar dari depan gambar dari belakang 8 2. DEFINISI FRAKTUR a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan Winn de Jong, 1998). b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis dan luasnya. (Bruner dan Suddart) c. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Sylvia Anderson Price. Larraie Mc Carty Klilson, 1995) d. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari setiap oleh tulang (Lynda Juall Capenito, 1999). e. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. 1) Macam-Macam Fraktur a. Fracture (fraktur tertutup) yaitu fraktur yang tertutup karena integritas kulit masih utuh atau tetap tidak berubah. b. Compound fracture (fraktur terbuka) yaitu fraktur karena integritas kulit robek atau terbuka dan ujung menonjol sampai menembus kulit. c. Fracture complete adalah retak atau patahnya tulang yang luas dan melintang biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang. d. Fracture incomplete adalah patah tulang melintang tetapi tidak terjadi dislokasi. e. Retak tak komplit yaitu hanya sebagian dari tulang yang retak. 9 gambar fraktur Berikut ini adalah berbagai jenis khusus fraktur a. Green stick: Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkak. b. Transversal: Fraktur sepanjang garis tengah tulang. c. Oblik: Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil dibandingkan transversal). d. Spiral: Fraktur memuntir seputar batang tulang. e. Kominutif: Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah). f. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) g. Patologik: Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget, metatasis tulang, tumor) h. Avulsi: Tertariknya fragmen tulang oleh fragmen atau tanda pada perlekatannya. i. Impaksi: Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. j. Epifisial: Fraktur melalui episis. 10 Gambar jenis-jenis fraktur: 11 3. PATOFLOW Trauma Proses Patologi, penuaan, ,mal nutrisi Rusak atau terputusnya kontinuitas tulang Kerusakan jaringan lunak dan kulit PO Port dientry Non infeksi Infeksi Hemoragi Vasodilata si eksudat plasma dan migrasi leukosit Hipovolemik Hipotensi Inflamasi Delayed union Sembu h Hematoma Serabut saraf dan sumsum tulang Periostum dan korteks tulang Serabut saraf putus Hilangnya fragmen tulang Kehilangan sensasi Deformitas Suplai O2 ke otak Supresi saraf Mal union Deformitas Nyeri Gg. body image Imobilisasi Atropfi otot Shock hipovolemik, kesadaran Toleransi aktivitas Kerusakan integritas kulit Syndrom konus nodularis: anestesia, gg. defekasi, gg. miksi, impotensi, hilangnya reflek anal. 12 4. ETIOLOGI 1) Trauma: Merupakan penyebab utama yang sering menyebabkan terjadinya fraktur seperti kecelakaan dan lain-lain. 2) Patologi: Merupakan fraktur yang disebabkan karena timbulnya fraktur seperti osteoporosis dan tumor. 3) Malnutrisi: Karena kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal. 5. MANIFESTASI KLINIK Pada kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal. 1) Nyeri Terjadi karena terputusnya kontinuitas jaringan dan tulang. Nyeri hampir selalu muncul dan biasanya parah, terutama pada ujung tulang yang tidak dapat digerakkan. 2) Menurunnya fungsi ekstremitas normal dan abnormal Disebabkan oleh ketergantungan fungsional otot pada stabilitas otot 3) Bengkak Berasal dari proses vasodilatasi eksudasi plasma dan adanya peningkatan leukosit pada jaringan di sekitar tulang. 4) Spasme Otot Dapat menambah rasa sakit dan tingkat kecacatan kekuatan otot yang sering disebabkan karena tulang menekan otot. 5) Krepitasi Sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya. 6) Pemendekatan tulang Terjadi pada fraktur panjang, yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. 6. KOMPLIKASI 1) Mal union yaitu proses penyembuhan tulang berjalan dengan normal tetapi bentuknya abnormal. 2) Non union yaitu suatu kegagalan dalam penyembuhan tulang, walaupun sudah pada waktunya ditandai dengan nyeri pada waktu digerakkan. 13 3) Delayed union yaitu proses tulang yang diperkirakan (lebih dari 4 bulan). 4) Kerusakan pembuluh darah seperti iskhemia. 5) Kerusakan saraf seperti kelumpuhan. 6) Infeksi tulang seperti osteomyelitis. 7) Kekakuan sendi seperti ankylosis. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Pemeriksaan Diagnostik a. Sinar-X : Mengevaluasi klien dengan kelainan muskuloskeletal. Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, porosi dan perubahan hubungan tulang. b. CT-Scan : Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen atau tendon. c. MRI : Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan magnet, gelombang radio & komputer untuk memperlihatkan abnormalitas jaringan lunak seperti jaringan otot, tendon dan tulang rawan. 2) Pemeriksaan Lab a. Pemeriksaan darah lengkap b. Pemeriksaan kimia darah 8. PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan dari fraktur adalah: a. Immobilisasi b. Pembedahan c. Penggunaan fiksasi internal seperti pen, plate, screw, wire d. Perawatan pre-operasi e. Direncanakan untuk mempersiapkan keadaan jasmani klien dan psikososial f. Perawatan post-operatif 14 Pengkajian berkesinambungan dilakukan oleh perawat pada 24-48 jam pertama setelah operasi. a. Tanda-tanda vital : shock, hipovolemik b. Luka : eritema, rasa panas area luka, observasi drainase c. Intake & output : memonitor melalui kateter dan muntah d. Kenyamanan : frekuensi pola tidur e. Pengkajian pernafasan : menentukan apakah pasien batuk efektif f. Pengkajian abdomen : bising usus untuk memulai makan. Rehabilitatif a. Terapi panas dingin dan pijatan latihan isometric akan meningkatkan tensi otot tanpa menggerakkan sendi dekat luka. b. Latihan ROM pasif dan aktif membantu menjaga dan meningkatkan mobilitas sendi. B. FRAKTUR FEMUR 1. Definisi Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. 2. Klasifikasi Fraktur Femur Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : a. Fraktur Intrakapsuler 1) Terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (capital fraktur). 2) Hanya di bawah kepala femur. 3) Melalui leher dari femur. b. Fraktur Ekstrakapsuler; 1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. 2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil. 15 3. Etiologi Penyebab fraktur adalah : a. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu : 1) Osteoporosis Imperfekta 2) Osteoporosis 3) Penyakit metabolik b. Fraktur yang disebabkan oleh Trauma, yang dapat dibagi menjadi : 1) Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). 2) Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari fraktur femur adalah: a) Nyeri hebat di tempat fraktur b) Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah c) Rotasi luar dari kaki lebih pendek d) Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. 5. Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat timbul pasca operasi Fraktur Femur 1/3 Distal adalah: a) Infeksi Infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme patogen ke dalam daerah fraktur dan karena fiksasi internal yang di pasang di dalam tubuh pasien mungkin tidak steril atau karena teknik, perlengkapan dan keadaan operasi yang buruk (Adam, 1992). b) Nekrosis avaskular 16 Ini adalah komplikasi dini dari cedera tulang, karena iskemia terjadi selama beberapa jam pertama setelah fraktur (Appley,1995). c) Deep Venous Trombosis ( DVT ) Komplikasi yang paling sering ditemukan pada cedera dan operasi. Di Indonesia insidensi yang sebenarnya tidak diketahui. Penyebab utama Deep Venous Thrombosis pada pasien pembedahan adalah hiperkoagulabilitas darah, terutama akibat aktivasi faktor X oleh tromboplastin yang dilepas oleh jaringan yang rusak. Faktor-faktor sekunder yang penting, seperti imobilisasi yang lama, kerusakan endotel dan peningkatan jumlah dan kelengketan trombosit dapat diakibatkan oleh cedera atau operasi (Appley,1995). 6. Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dari fraktur femur adalah: a) X-Ray b) Bone scans c) Tomogram d) MRI Scans e) Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler f) CCT kalau banyak kerusakan otot. 7. Penatalaksanaan Medis a. Terapi latihan Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerakan tubuh, baik secara aktif maupun pasif (Priatna, 1985). b. Open Reduction Internal Fixation Apabila diartikan dari masing-masing kata adalah sebagai berikut; Open berasal dari bahasa Inggris yang berarti buka, membuka, terbuka (Jamil,1992), Reduction berasal dari bahasa Inggris yang berarti koreksi patah tulang (Ramali, 1987), Internal berasal dari bahasa Inggris yang berarti dalam (Ramali, 1987), Fixation berasal dari bahasa Inggris yang berarti keadaan ditetapkannya dalam satu kedudukan yang tidak dapat berubah (Ramali, 1987). Jadi dapat disimpulkan sebagai koreksi patah 17 tulang dengan jalan membuka dan memasang suatu alat yang dapat membuat fragmen tulang tidak dapat bergerak. c. Plate and screw Plate berarti struktur pipih atau lapisan (Dorland,1998). Screw berarti silinder padat (Dorland,2002). Plate and screw berarti suatu alat untuk fiksasi internal yang berbentuk struktur pipih yang disertai alat berbentuk silinder padat untuk memfiksasi daerah yang mengalami perpatahan. d. Traksi Traksi adalah penyembuhan fraktur yang bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Adapun metoda pemasangan traksi : 1) Traksi Manual Tujuan dari pemasangan traksi ini adalah untuk perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan dilakukan pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. 2) Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : a) Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. b) Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. C. ASUHAN KEPERAWATAN 18 1. PENGKAJIAN 1) Aktivitas/Istirahat Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri). 2) Sirkulasi Tanda : - Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). - Takikardia (Respon stress, hipovolemia). - Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera. 3) Neurosensori Gejala : - Hilang gerakan/sensasi, spasme otot - Kebas/kesemutan (parestesis) Tanda: - Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. - Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain). 4) Nyeri/Kenyamanan Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat ceder (mungkin terlokasasi pada area jaringan/kerusakan tulang: dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. - Spasme/kram otot (setelah imobilisasi). 5) Keamanan Gejala : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna. - Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tibatiba). 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan. 2) Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi. 3) Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama. 4) Resti konstipasi b.d imobilisasi. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN 19 1) Dx I a. Kaji TTV R/ mengetahui keadaan umum klien terutama yang mendukung diagnosa. b. Kaji keluhan nyeri/ketidaknyamanan: lokasi, karakteristik, intensitas, skala R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri. c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif R/ mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resdusi inflamasi pada jaringan yang cidera. d. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi. R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kekakuan otot. e. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi, retraksi R/ mengalihkan stimulus nyeri f. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian analgesik R/ membantu mengurangi nyeri. 2) Dx II a. Kaji tingkat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatian persepsi pasien terhadap imobilitas R/ klien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan. b. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas dalam R/ mencegah atau menurunkan insiden komplikasi kulit atau pernafasan. c. Berikan atau bantu dalam mobilisasi diri R/ mobilisasi diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan. d. Bantu atau dorong perawatan diri serta kebersihan, contoh: mandi 20 R/ meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol klien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung. e. Kolaborasi dengan dokter engenai program defekasi, ahli terapi fisik dan spesialis psikiatri klinik. R/ membantu mempercepat penyembuhan dan penerimaan diri. 3) Dx III a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna kelabu, memutih. R/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang memungkinkan disebabkan oleh alat dan pembentukan edema yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. b. Massa kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerukan. Tempat bantalan air/bantalan lain di bawah siku/tumit sesuai indikasi. R/ menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit. c. Ubah posisi dengan sering R/ mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit. 4) Dx IV a. Latihan klien untuk melakukan pergerakan yang melibatkan daerah abdomen seperti miring kanan dan kiri. R/ mempertahankan pergerakan usus b. Auskultasi bising usus R/ mengetahui adanya bising usus yang aktif c. Berikan cairan yang adekuat R/ mempertahankan kebutuhan cairan d. Berikan makanan tinggi serat R/ memperlancar proses buang air besar 4. EVALUASI 21 1) Menunjuk tindakan santai/tidak menangis 2) Menunjuk teknik yang mampu melakukan aktivitas 3) Menyatakan ketidaknyamanan hilang 4) Tidak menunjukkan adanya konstipasi. BAB III 22 PENGKAJIAN KEPERAWATAN IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. “K” Usia :28 Tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Agama : Islam Pekerjaan : TNI-AD No. Register : 31.59.51 Diagnosa Medis : Open Fraktur Femur 1/3 distal. Rencana Oerasi : ORIF Femur DATA FOKUS Tanggal 11-02-2008 Data Subyektif - Data Objyektif A. Pre Operasi 1. Keadaan Umum Somnolent. 2. Klien tampak gelisah. 3. TTV: TD: 159/97 mmHg Nd: 86 x/menit RR: 24 x/menit Sh: 38⁰C 4. Pernapasan: spontan,dengan O2 : 3 Liter. 5. Inform Consent: ada 6. Protese ( gigi palsu, cat kuku, kontak lens) : tidak ada. 7. Perhiasan : tidak ada. 8. Folly cateter/drain : ada. 9. Persiapan kulit cukur : ya. 10. Huknah gliserin : tidak. 11. Hasil LAB : Hematologi Darah rutin: Hb: 12,5 g/dL Ht: 38 % 23 Eritrosit: 4,2 juta/uL Leukosit: 11.400/uL BT: 2’ 30” CT: 3’ 40” 12. Hasil Rotgen, USG, CT-Scan MRI, Lain : ada. 13. IVFD: RL=1.500cc, Fimahes= 300cc. 14. Belum pernah di operasi. 15. Marker area operasi: ya. 16. Pasien tampak meringis kesakitan B. Intra Operasi 1. Anestesi mulai pk. 11.30 WIB s/d 14.00 WIB 2. Jenis anestesi : General 3. Posisi operasi: Supine 4. Desinfeksi kulit: bethadine 7,5%; bethadine 10%,alcohol 70%. 5. Diatermi : ya. 6. Lokasi operasi: femur 1/3 distal. 7. Perdarahan: 1.500 cc. 8. Urine: 350cc. 9. IWL: 300cc. 10. Balance cairan: Intake: 1.800cc Output: 2.150cc Balance: -350cc 11. Pada saat dilakukan tindakan operasi banyak sekali terdapat orang di dalam ruangan tersebut 12. Banyak sekali menggunakan alat-alat dalam tindakan operasi 13. selama intra operasi pasien bernapas dengan alat VENTILATOR ,dengan saturasi O2 97 – 100 % C. Post Operasi 1. TTV: TD: 130/70 mmHg 24 Nd: 89x/menit RR: 22x/menit Sh: 36,5⁰C 2. 3. 4. 5. 6. Keadaan umum: buruk. Kesadaran: somnolent. Pernapasan: spontan Akral dingin Membrane mukosa mulut kering ANALISA DATA Klien / Umur : Tn”K”/28 tahun Kamar/Ruang : OK. IX Tanggal 11-02- Data Pre Operasi 2008 DS : DO : - Keadaan Umum Somnolent. - TTV: TD: 159/97 mmHg Masalah Nyeri Proses : Fraktur pedis dextra ↓ amputasi pedis dextra ↓ Kerusakan jaringan lunak - Etiologi Kerusakan jaringan lunak - Spasme otot 25 Nd: 86 x/menit ↓ Persepsi nyeri ↓ nyeri RR: 24 x/menit Sh: 38⁰C - Klien tampak gelisah Pasien tampak meringis kesakitan 11-022008 Intra Operasi Defisit a. Dx. I cairan tubuh volume Perdarahan berlebih. DS : DO : - Perdarahan: 1.500 cc. - Urine: 350cc. - IWL: 300cc. - Balance cairan: Intake: 1.800cc Output: 2.150cc Balance: -350cc - Mukosa mulut kering. - Turgor kulit 11-022008 tidak elastic. b. Dx. II Resiko tidak Efek anestesi DS: - efektifnya jalan DO: napas - RR: 24 x/menit - bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/- klien mendapatkan anestesi general. - selama intra operasi pasien bernapas dengan alat VENTILATOR ,dengan saturasi O2 26 11-02- 97 – 100 % c. Dx. III 2008 DS : - Resti infeksi Proses pembedahan DO : - TTV: TD: 130/70 mmHg Nd: 89x/menit RR: 22x/menit Sh: 36,5⁰C - Pada saat dilakukan tindakan operasi banyak sekali terdapat orang di dalam ruangan tersebut - Banyak sekali menggunakan alatalat operasi 11-022008 Post Operasi Resiko tidak Penumpukan sekret DS : - efektifnya jalan DO : RR: 24 x/menit napas - bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/- klien mendapatkan anestesi general. - selama intra operasi pasien bernapas dengan alat VENTILATOR ,dengan saturasi O2 97 – 100 % 27 DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama klien /umur: Tn.K /28 th Ruang: OK.IX No 1 Masalah/Diagnosa Pre Operasi Tanggal Tanggal Nama ditemukan 24-12-2008 teratasi jelas Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spase otot. 2 Intra Operasi 24-12-2008 a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih. b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi. c. Resti infeksi b.d pembedahan proses 28 3 Post Operasi Resiko tidak 24-12-2008 efektifnya napas b.d penumpukan secret jalan 29 RENCANA KEPERAWATAN Klien / Umur : Tn”K”/28 tahun Ruang : OK.IX Tanggal DX 24-12- 1 2008 Tujuan & KH Rencana Tindakan Dalam waktu 1 x 1. Pertahan 24 jam masalah kan nyeri bagian yang sakit klien nyeri ketegangan nyeri jaringan pertahankan lokasi karakteristik 2. menjadi dan termasuk nyeri ringan intensitas Mempengaruhi Pantau an TTV. keefektifan intervensi tingkat 4. Kolabora dengan obat R/: pilihan/pengawas 3. dalam yang cedera. dan si R/:Men dan mengurangi berkurang (1 – 3) – (0) Paraf ghilangkan nyeri Evaluasi skala - Skala 1. imobilisasi berkurang dengan 2. KH: Rasional ansietas dokter mempengaruhi pemberian persepsi terhadap mengurangi rasa nyeri. dapat nyeri. 3. R/:Peni ngkatan TTV dapat mengindifikasika n terjadinya peningkatan skala nyeri mengurangi rasa nyeri. 30 24-12- 2 a. Dalam waktu 1 1. 2008 x 24 jam masalah kebutuhan cairan Pertahankan penggantian cairan. cairan 2. tubuh 3. fluktuasi Kaji kecepatan KH : syok. sejak tanda-tanda memerlukan tabulasi Kolaborasi tanda – tanda dengan syok dalam hipovolemik. darah. - ketat untuk dokter mencegah pemberian ketidakseimban gan Balance dan kelebihan cairan cairan. seimbang. - dengan Pantau TTV. awal Tidak ada 4. R/: keseimbangan teratasi dengan - 1. 2. Turgor R/: memberikan kulit pedoman untuk elastis,membra penggantian n mukosa pink cairan dan lembab. mengkaji dan respon kardiovaskuler. 3. R/: untuk mencegah terjadinya syok lebih lanjut. 4. R/: meresusitasi cairan yang hilang selama operasi. b. Dalam 1. Ukur TTV 1. R/ : masih waktu 1 x 24 2. Auskultasi bunyi adanya tanda jam dan gejala masalah napas 31 bersihan napas jalan 3. Obserpasi sputum efektif dengan KH : - Pernapasan adekuat - Tidak ada menunjukan untuk tanda adanya distres darah pernapasan 4. Berikan tambahan 2. R/ : perubahan oksigen bunyi menunjukan dipsnea atau terjadinya sianosis - Prekuensi komplikasi pernapasan/ pernapasan GDA dalam 3. R/ : untuk batas normal mencegah emboli lemak 4. R/: hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru 5. R/: meningkatkan sediaan oksigen untuk pernapasan optimal jaringan c. Dalam waktu 1. Bersihkan daerah 1.R/: mencegah - 1 x 24 jam yang akan dioperasi masalah dengan anti septik kontaminasi 2.R/: Untuk infeksi karena 2. Cek kadarluasa alat mengoptimalka proses n tingkat 3.Pertahankan pembedahan sterilitas tidak pembedahan terjadi, dengan KH: Luka sembuh pada selama 4. cuci tangan steril seterilisasi 3.R/: Pertahankan seterilitas 5. tutup luka dengan 4. R/:mencegah kasa seteril osteomiyelitis 5.R/: mencegah 32 - waktunya Tidak ada - purulen Tidak ada timbulnya inpeksi lebih lanjut eritema dan demam 24-122008 3 Dalam waktu 1 x 1. Ukur TTV 1.R/: masih adanya 24 jam masalah 2. Auskultasi bunyi tanda dan gejala resiko tidak menunjukan efektifnya jallan 3. Observasi sputum napas b.d penumpukan sekret. napas distres untuk tanda adanya darah pernapasan 2. dengan 4. Berikan tambahan KH : R/: perubahan bunyi oksigen menunjukan - Bertahap klien terjadinya bisa komplikasi melakukan mobilisasi dibantu mandiri pernapasan atau 3. R/: untuk mencegah emboli lemak 4.R/: hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru 5.R/: meningkatkan sediaan oksigen untuk pernapasan optimal jaringan 33 CATATAN PERKEMBANGAN Klien / Umur : Tn”K”/28 tahun Kamar/Ruang : OK. IX DX Hari/Tanggal 1 Kamis/ Pre Operasi 24-12-2008 Perkembangan 1. Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit. Hasil: klien diposisikan dengan posisi yang nyaman yaitu posisi supine. 2. Memantau TTV. Hasil : TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C 3. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan obat penghilang nyeri. Hasil : klien mendapat reculax 40 mg dan primperan 10 mg. 4. Mengajarkan teknik relaxasi yaitu nafas dalam. Hasil : klien menarik nafas dalam. Klien tampak lebih tenang. 2 Kamis/ 24-12-2009 Intra Operasi a. Dx.1 1. Mempertahankan keseimbangan cairan. Hasil: Intake IVFD RL=1.500cc, Fimahes= 300cc. 2. Memantau TTV. Hasil: TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C 3. Mengkaji sejak awal tanda-tanda syok. Hasil: membran mukosa mulut klien kering dan pucat, turgor kulit tidak elastis, Paraf 34 kapilari refil <3 detik. Balance cairan : Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc, Fimahes : 500 cc) Output : 2150 cc (perdarahan : 1500 cc, urin : 350 cc, IWL : 300 cc.) Balance: -350 cc 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian darah. Hasil: pasien di rencanakan mendapat darah tambahan jenis PRC 250 cc. Kamis/ 24-12-2009 b. Dx.2 1. Mengukur TTV Hasil: TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C 2. Mengauskultasi bunyi napas Hasil: bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. 3. mengobservasi sputum atau tanda adanya darah. Hasil: tidak terdapat darah pada selang ETT. 4. memberikan tambahan oksigen Hasil: selama intra operasi pasien bernapas dengan alat VENTILATOR ,dengan saturasi O2 97 – 100 % Kamis/ 24-12-2009 c. Dx.3 1. Membersihkan daerah yang akan dioperasi dengan anti septik Hasil : pasien didesinfeksi kulit dengan Desinfeksi kulit: bethadine 7,5%; bethadine 10%,alcohol 70%. 2. Mengecek kadarluasa alat 35 Hasil : semua instrumen dan peralatan yang digunakan dalam keadaan steril dan dalam batas waktu steril. 3. Mempertahankan sterilitas selama pembedahan Hasil : Semua tindakan dilakukan dengan prinsip steril dan tetap menjaga kesterilan. 4. Mencuci tangan steril Hasil : tangan bersih dan steril,menggunakan sarung tangan steril. 5. Menutup luka dengan kasa seteril Hasil : luka pos op diberi supratul kemudian ditutup dengan kasa steril,dan difiksasi dengan plaster. 3 Kamis/ 24-12-2009 Post Operasi 1. Mengukur TTV Hasil : TD. 159/90 mmHg Nd. 90 x/menit Sh. 38 ⁰C 2. Mengauskultasi bunyi napas Hasil: bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh -/3. Mengobserpasi sputum untuk tanda adanya darah Hasil : tidak terdapat darah pada selang ETT dan pada saat suction. 4. Memberikan tambahan oksigen Hasil : Pasien diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui nasal kanul sesampainya di ruang RR. EVALUASI Klien / Umur : Tn “K”/28 tahun 36 Kamar/Ruang Hari / Tanggal Kamis/ : OK. IX DX EVALUASI 1 Pre Operasi 24-12-2009 Paraf S:O: - Skala nyeri 5 (nyeri sedang). - Klien diposisikan dengan posisi - yang nyaman yaitu posisi supine. TTV: TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C - Klien mendapat reculax 40 mg - dan primperan 10 mg. Klien menarik nafas dalam. Klien tampak lebih tenang. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan Kamis/ 24-12-2009 2 Intra Operasi a. Dx .1 S:O: - TTV: TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C - Turgor kulit kering - Balance cairan : Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc, Fimahes : 500 cc) Output : 2150 cc (perdarahan : 1500 cc, urin : 350 cc, IWL : 300 cc.) - Balance: -350 cc 37 Membran mukosa mulut klien kering dan pucat, turgor kulit tidak elastis, kapilari refil <3 detik. A : Tujuan intervensi keperawatan teratasi sebagian. P : lanjutkan intervensi keperawatan - Cek balance cairan Observasi TTV Kaji tanda-tanda syok. Mendapat tambahan darah PRC 250 cc. b. Dx.2 S :- O : - Pasien bernapas dengan ventilator - TTV: TD. 159/90 mmHg Nd. 89 x/menit Sh. 38⁰C - Bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. A : Masalah keperawatan teratasi sebagian. P : Intervensi keperawatan dilanjutkan c. Dx.3 S :O: - Keadaan luka post op luka bersih,luka masih basah - luka post op diberi supraptul, 38 kemudian ditutup dengan kasa steril dan kemudian difiksasi dengan plaster. A : Masalah teratasi sebagian P Kamis/ 24-12-2009 3 : Intervensi keperawatan dilanjutkan Post Operasi S:O: - Pasien bernapas spontan dan diberi tambahan oksigen 3 liter, - melalui nasal kanul. bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh - -/tidak terdapat darah pada selang - ETT dan pada saat suction. Pasien diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui nasal kanul sesampainya di ruang RR. A : Masalah keperawatan teratasi sebagian P : Intervensi keperawatan dilanjutkan BAB IV PEMBAHASAN Dalam BAB ini penulis ingin membahas perbedaan antara asuhan keperawatan secara teoritis dengan asuhan keperawatan pada Tn.K dengan diagnose medis Fraktur Femur Distal, pembahasan ini mencakup : A. Pengkajian 39 Dalam pengkajian ini penulis mengkaji berdasarkan landasan teoritis dengan diagnosa medis Fraktur Femur 1/3 Distal dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. Pada tinjauan teoritis didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut : Nyeri hebat di tempat fraktur, Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah , Rotasi luar dari kaki lebih pendek, Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. Sedangkan pada kasus yang kami temukan tedapat tanda dan gejala pada Pre Operasi: keadaan umum somnolent, TTV: TD: 159/97 mmHg, Nd: 86 x/menit, RR: 24 x/menit, Sh: 38⁰C, pernapasan spontan, dengan O2 : 3 Liter, hasil LAB : Hb: 12,5 g/dL, Ht: 38 %, Eritrosit: 4,2 juta/uL, Leukosit: 11.400/uL, BT: 2’ 30”, CT: 3’ 40”, IVFD: RL=1.500cc, Fimahes= 300cc. Intra Operasi: jenis anestesi yang digunakan adalah anastesi General dengan posisi operasi: Supine, Lokasi operasi: femur 1/3 distal, terjadi perdarahan: 1.500 cc, urine: 350cc, IWL: 300cc, Balance cairan: Intake: 1.800cc, Output: 2.150cc, Balance: -350cc. dan Post Operasi: TTV: TD: 130/70 mmHg, Nd: 89x/menit, RR: 22x/menit, Sh: 36,5oC, keadaan umum buruk, kesadaran somnolent, pernapasan spontan, akral dingin, dan membrane mukosa mulut pasien kering. Secara umum semua tanda dan gejala yang terdapat pada teori hampir sama dengan data yang kami temukan pada kasus. B. Diagnosa Keperawatan Secara teoritis pada pasien dengan Fraktur Femur terdapat 4 diagnosa, yaitu: 1. 2. 3. 4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi. Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama. Resti konstipasi b.d imobilisasi. Sedangkan pada kasus kami menemukan diagnosa utama yaitu: 40 1. Pre Operasi a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spase otot. 2. Intra Operasi a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih. b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi. c. Resti infeksi b.d proses pembedahan 3. Post Operasi a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret Dari diagnosa teori dan diagnosa kasus, kurang kami temukan kesamaan. Dapat kami simpulkan bahwa diagnosa yang dijelaskan dalam teori diatas hanya untuk pasien yang dirawat di ruangan perawatan. Sedangkan diagnosa yang kami jelaskan diatas, merupakan diagnosa secara kegawat daruratan. C. Intervensi Sebelum melaksanakan implementasi terlebih dahulu kami membuat perencanaan, tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah kilen. Dalam penyusunan perencanaan ini kami menyesuaikan dengan landasan teori yang kami temukan pada relefansi. Adapun untuk setiap diagnosa, intervensi yang kami susun sebagai berikut: 1. Pre Operasi a. Ganguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spasme otot. 1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit 2) Evaluasi skala nyeri pertahankan lokasi dan karakteristik dan termasuk intensitas 3) Pantau TTV. 4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mengurangi rasa nyeri. 2. Intra Operasi a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih. 1) Pertahankan keseimbangan cairan. 2) Pantau TTV. 3) Kaji sejak awal tanda-tanda syok. 4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian darah. b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi. 41 1) Ukur TTV 2) Auskultasi bunyi napas 3) Atasi terjadinya cedera tulang / jaringan 4) Observasi sputum untuk tanda adanya darah 5) Berikan tambahan oksigen c. Resti infeksi b.d proses pembedahan 1) Bersihkan daerah yang akan dioperasi dengan anti septik 2) Cek kadarluasa alat 3) Pertahankan sterilitas selama pembedahan 4) Cuci tangan steril 5) Tutup luka dengan kasa seteril 3. Post Operasi a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret 1) Ukur TTV 2) Auskultasi bunyi napas 3) Atasi terjadinya cedera tulang / jaringan 4) Observasi sputum untuk tanda adanya darah 5) Berikan tambahan oksigen D. Implementasi Implementasi yang kami lakukan sesuai dengan perencanaan yang kami susun dan disertai dengan kemampuan klien. Secara garis besar semua tindakan yang telah kamui rencanakan dapat kami implementasikan, walaupun belum maksimal, yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan pengalaman kami yang kurang. E. Evaluasi Secara teoritis dilakukan dengan kriteria SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planning). Dalam mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah kami laksanakan, kami menggunakan kriteria tersebut, dengan hasil sebagai berikut : 1. Pre Operasi a. Ganguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spasme otot. 42 S : O : - Skala nyeri 5 (nyeri sedang). - Klien diposisikan dengan posisi yang nyaman yaitu posisi supine. - TTV: TD. 159/90 mmHg - Nd. 89 x/menit - Sh. 38⁰C - klien mendapat reculax 40 mg dan primperan 10 mg. - klien menarik nafas dalam. - Klien tampak lebih tenang. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 2. Intra Operasi a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih. S : O : - TTV: TD. 159/90 mmHg - Nd. 89 x/menit - Sh. 38⁰C - turgor kulit kering - Balance cairan : - Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc, Fimahes : 500 cc) - Output : 2150 cc (perdarahan : 1500 cc, urin : 350 cc, IWL : 300 cc.) - Balance: -350 cc - membran mukosa mulut klien kering dan pucat, turgor kulit tidak elastis, kapilari refil <3 detik. A : Tujuan intervensi keperawatan teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi keperawatan - Cek balance cairan - Observasi ttv - Kaji tanda-tanda syok. - Mendapat tambahan darah PRC 250 cc. 43 b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi. S : O : - Pasien bernapas dengan ventilator - TTV: TD. 159/90 mmHg - Nd. 89 x/menit - Sh. 38⁰C - Bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. A : Masalah keperawatan teratasi sebagian P : Intervensi keperawatan dilanjutkan c. Resti infeksi b.d proses pembedahan S : O : - Keadaan luka post op luka bersih,luka masih basah - Luka post op diberi supraptul, kemudian ditutup dengan kasa steril dan kemudian difiksasi dengan plaster. A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi keperawatan dilanjutkan 3. Post Operasi a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret S : O : - Pasien bernapas spontan dan diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui nasal kanul. - Bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh -/- Tidak terdapat darah pada selang ETT dan pada saat suction. - Pasien diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui nasal kanul sesampainya di ruang RR. A : Masalah keperawatan teratasi sebagian P : Intervensi keperawatan dilanjutkan 44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan fraktur femur merupakan rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan Fraktur Femur 1/3 Distal pada pre operasi yaitu : Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spase otot. Dan pada Intra Operasi ditemukan diagnosa keperawatan defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih, Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi, Resti infeksi b.d proses pembedahan. Sedangkan diagnose pada Post Operasi adalah Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret, hal itu disebabkan akibat penggunaan ETT sebagai media ventilator yang membantu klien 45 bernafas saat operasi karena dilakukan anastesi umum. Namun masalah ini tidak kami temukan pada asuhan keperawatan teori. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan Fraktur Femur 1/3 Distal di ruang operasi,walaupun kami hanya bisa melakukan observasi tapi kami telah mampu melaksanakan: 1. Pengkajian pada klien dengan pemeriksaan fisik serta data penunjang medis. 2. Menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien. 3. Mampu menyusun rencana keperawatan dengan melibatkan klien dan keluarga 4. Mampu mengemplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah kami laksanakan 6. Mampu membandingkan landasan teori dengan kasus yang kami temukan. B. Saran Berdasarkan sumber data yang kami dapatkan ,maka kami sarankan dalam pengkajian pada pasien fraktur di ok bedah harus detail lagi guna mengetahui segala gangguan dan keluhan dari pasien, pengkajian itupun merupakan salah satu pedoman bagi tim medis untuk melakukan tindakan berikutnya baik tindakan medis maupun bedah. Tidak kalah pentingnya kemaximallan bagi tim medis khususnya perawat dalam memberikan asuhan kepada pasien fraktur diruangan bedah mulai dari cuci tangan secara streil menyiapkan instrumen steril, lingkungan steril dan melakukan tindakan atau prosedur secara steril. Karena tingkat kesterilan tindakan sangat bverpengaruh pada hasil akhir operasi dan rekonstruksi pada tulang dan jaringan yang mengalami fraktur, sterilisitas tindakan untuk meminimalkan dan mencegah infeksi 46 merupakan salah satu hal yang utama dengan tindakan bedah khususnya rekonstruksi fraktur. Sangat diharapkan kerja sama tim bedah denggn tim anastesi lebih baik, mengingat tindakan bedah khususnya rekonstruksi fraktur merpakan tindakan bedah yang sangat berat bagi pasien. Diharapkan tim bedah berkonsultasi pada tim anastesi untuk menentukan jenis anastesi disesuaikan dengan keadaan umum pasien guna meringankan penderitaan klien. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC. Doengoes (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Ethel Sloane (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC. Editor Arief Mansjoer, Suprokarta. Wahyu Ika Wardhani. Wiwiek Setiawulan (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Esculapius. Fakulta Kedokteran. Indonesia. 47 Sylvia A. Prico Lorraine M. Wilson (1995). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC. Reksoprodjo, Soelarto (1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. http://senyumsehat.wordpress.com, di akses tanggal 14 Januari 2009 http://images.google.co.id