SHOULDER INJURY Disusun oleh : NAMA : Arius Suwondo NIM : 07/250602/KU/12185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009 1 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai syarat dalam seleksi asisten anatomi yang berjudul “SHOULDER INJURY” dengan baik. Makalah ini bertujuan agar Penulis dapat lebih memahami mengenai struktur anatomi bahu dan kelainan anatomi yang mungkin terjadi. Di dalam makalah ini, tercantum struktur anatomi normal bahu, fungsi gerak normal bahu, dan berbagai jenis abnormalitas yang mungkin terjadi pada bahu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan Penulis pada khususnya. Yogyakarta, 3 Juni 2009 Arius Suwondo NIM. 07/250602/KU/12185 2 DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................ i Kata Pengantar................................................................................................. ii Daftar Isi ......................................................................................................... iii I. Struktur Anatomi Normal Bahu ................................................................. 1 Tulang dan Sendi ........................................................................................... 1 Ligamen dan Tendo ....................................................................................... 4 Otot ................................................................................................................. 4 Nervus ............................................................................................................. 5 Pembuluh Darah ............................................................................................. 6 Bursa ............................................................................................................... 6 II. Cedera Bahu ............................................................................................... 8 Dislokasi Bahu ................................................................................................ 8 Fraktur Clavicula ............................................................................................ 9 Fraktur Humerus ............................................................................................. 9 Brachial Plexus Injuries .................................................................................. 10 Rotator Cuff Injury ......................................................................................... 10 Daftar Pustaka ................................................................................................. 12 3 I. STRUKTUR ANATOMI NORMAL BAHU Bahu merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh. Sebagai bagian dari alat ekstremitas atas, bahu memiliki peranan penting karena fungsinya yang memiliki kebebasan gerak paling besar di antara sendi – sendi tubuh yang lain. Sebelum membahas mengenai cedera dan abnormalitas pada bahu, sangat diperlukan pemahaman mengenai struktur anatomi normal pada bahu dan bagaimana cara kerja dari bahu. Bahu terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terdalam bahu terdiri dari tulang dan sendi, lapisan berikutnya terdiri dari ligamen dan kapsul sendi, kemudian lapisan terakhir terdiri dari otot dan tendon. Dengan mempelajari struktur bahu dan bagaimana struktur – struktur tersebut saling terhubung, kita bisa mengetahui bagaimana bahu bekerja, bagaimana bahu bisa mengalami cedera, dan bagaimana melakukan terapi pada bahu yang mengalami cedera. Struktur penting pembentuk bahu dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: • tulang dan sendi • ligamen dan tendon • otot • nervus • pembuluh darah • bursa TULANG DAN SENDI Tiga tulang utama penyusun bahu adalah humerus, scapula, dan clavicula. Scapula merupakan susunan kompleks dengan penempelan otot pada beberapa sisinya yang berfungsi untuk membantu gerakan dan stabilisasi dari bahu. Scapula berbentuk segitiga datar dan berada di posterolateral thorax, di posterior costa 2 – costa 7. Clavicula merupakan salah satu tulang utama penyusun bahu, berbentuk S dengan dua pertiga medial cembung ke ventral dan sepertiga lateral cekung ke 4 ventral. Tulang ini merupakan komponen utama penghubung lengan atas dengan axial skeleton. Clavicula juga merupakan tempat penempelan beberapa otot penyusun bahu, yaitu m. pectoralis major, m. trapezius, m. sternoclaedomastoid, m. sternohyoid, m. subclavius. Humerus merupakan tulang terbesar pada ekstremitas atas. Humerus bersama dengan scapula dan clavicula merupakan penyusun utama bahu, tiga tulang ini akan saling terhubung membentuk sendi utama bahu. Bahu memiliki empat sendi utama, yaitu: • Articulatio glenohumeral Sendi ini merupakan sendi utama dari bahu. Articulatio glenohumeral merupakan jenis sendi spheroid yang memiliki proporsi besar dalam gerakan bahu. Jenis sendi spheroid merupakan sendi multiaksial dengan tiga derajat kebebasan gerak yaitu fleksi – ekstensi, abduksi – adduksi, rotasi, dan sirkumduksi. Sendi ini tersusun dari bagian cavitas glenoidalis scapula dengan caput humeri yang kemudian disupport oleh cincin kartilago yang disebut labrum glenoidale. • Articulatio acromioclavicular Articulatio acromioclavicular tersusun dari bagian lateral clavicula dengan bagian medial anterior acromium. Termasuk articulatio plana dengan sendi datar. Sendi ini merupakan struktur penting dalam transmisi beban pada ekstremitas atas dan bahu ke axial skeleton. Sendi ini merupakan jenis sendi plana dengan kebebasan gerak yang sangat terbatas. Geraknya ada 3 yaitu : sumbu sagital (angkat bahu), sumbu transversal (ayunkan bahu), sumbu longitudinal (bahu ditarik ke depan n belakang) • Articulatio sternoclavicular Articulatio sternoclavicular tersusun dari facies sternalis clavicula, kartilago costa 1, dan bagian superolateral manubrium sterni. Articulatio sternoclavicular merupakan satu – satunya sendi yang menghubungkan 5 ekstremitas atas dengan axial skeleton. Sendi ini berfungsi pada semua gerakan dari ekstremitas atas dan bergerak dalam berbagai arah, yaitu ventral, dorsal, kranial, dan kaudal. • Articulatio scapulothoracic Sendi ini merupakan false joint yang tersusun dari scapula dengan costa thorac. Otot utama penyusun sendi ini adalah m. serratus anterior dan m. trapezius. Sendi ini memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas selama bahu bergerak. Kartilago articularis merupakan struktur penting yang melapisi permukaan tulang pada setiap sendi. Kartilago ini berfungsi mengabsorbsi beban dan memberi permukaan yang halus sehingga memudahkan tulang sendi untuk bergerak. Pada bahu, kartilago articularis melapisi permukaan dari caput humeri dan daerah cekungan pada cavitas glenoidalis scapula. 1. Struktur anatomi bahu I LIGAMEN DAN TENDON 6 Ligamen merupakan struktur yang menghubungkan tulang dengan tulang. Pada bahu terdapat beberapa ligamen penting, yaitu lig. coracoacromial, lig. coracohumeral, lig. tranversum humeral, dan lig. glenohumeral. Ligamen – ligamen tersebut membentuk kapsul sendi pada articulatio glenohumeral yang menghubungkan humerus dengan cavitas glenoidalis. Selain pada articulatio glenohumeral, juga terdapat ligamen lain seperti lig. acromioclavicular, lig. coracoclavicular, lig. conoid, lig. trapezoid pada articulatio acromioclavicular dan lig. sternoclavicular, lig. interclavicular, lig. costoclavicular pada articulatio sternoclavicular. Selain ligamen, juga terdapat tendon yang merupakan struktur penghubungkan tulang dengan otot – otot pada bahu. Ligamen dan tendon ini merupakan komponen utama untuk stabilisasi bahu dan mencegah terjadinya dislokasi. OTOT Selain sendi dan tulang, juga terdapat otot – otot pada bahu. Otot – otot ini bersama dengan tulang dan sendi bahu sangat berperan dalam melakukan berbagai gerakan pada bahu. Otot – otot ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: otot ekstrinsik - otot ini berguna dalam stabilisasi dan gerakan aktif dari scapula. 1. m. trapezius 2. m. levator scapulae leher - vertical 3. m. rhomboid major dan m. rhomboid minor 4. m. serratus anterior membantu inspirasi 5. m. pectoralis minor otot intrinsik - otot ini menghubungkan scapula dan humerus 1. m. deltoid 2. m. teres major 7 3. Rotator Cuff ( otot – otot ini berguna dalam stabilisasi sendi bahu dan gerakan – gerakan rotasi pada bahu ) 1. m. supraspinatus 2. m. infraspinatus 3. m. teres minor 4. m. subscapularis rotasi internal NERVUS Inervasi pada ekstremitas atas berasal dari plexus brachialis yang berasal dari ramus anterior cervical 5-8 dan thoracal 1. Plexus ini kemudian dibagi berdasarkan letak percabangannya, yaitu: 1. Cabang – cabang supraclavicular - n. subclavia berasal dari truncus superior dengan serabut saraf dari C5 dan C6. Nervus ini mempersarafi m. subclavius dan articulatio sternoclavicularis. - n. suprascapular berasal dari truncus superior dengan serabut saraf dari C5 dan C6. Nervus ini mempersarafi m. supraspinatus, m. infraspinatus, dan sendi – sendi bahu. - n. dorsal scapular berasal dari R. anterior n. spinalis C5 dan C4. Nervus ini mempersarafi m. rhomboideus. 2. Cabang – cabang infraclavicular - n. pectoralis lateralis berasal dari fasiculus lateralis dengan serabut saraf dari C5 – C7. Nervus ini mempersarafi m. pectoralis major dan m. pectoralis minor. - n. pectoralis medial berasal dari fasiculus medialis dengan serabut saraf dari C8 – T1. Nervus ini mempersarafi m. pectoralis minor dan sebagian m. pectoralis major. 8 - n. subscapularis superior berasal dari fasiculus posterior dengan serabut saraf dari C5 dan C6. Nervus ini mempersarafi bagian cranial m. subscapularis. - n. subscapularis inferior berasal dari fasiculus posterior dengan serabut saraf dari C5 dan C6. Nervus ini mempersarafi bagian kaudal m. subscapularis dan m. teres major. - n. axillaris berasal dari cabang terminal fasiculus posterior dengan serabut saraf dari C5 dan C6. Nervus ini mempersarafi m teres minor, m. deltoideus, dan sendi – sendi bahu. PEMBULUH DARAH Vaskularisasi pada bagian ekstremitas atas berasal dari a. subclavia yang kemudian menjadi a. axillaris pada tepi lateral costa 1. Arteri axillaris dibagi menjadi tiga bagian oleh m. pectoralis minor, yaitu: 1. Di antara tepi lateral costa 1 dan tepi cranial m. pectoralis minor mempercabangakan a. thoracica superior 2. Di belakang m. pectoralis minor melepaskan dua cabang, yaitu a. thoraco acromialis dan a. thoracica lateralis 3. Di antara tepi kaudal m. pectoralis minor dan m. teres major mempercabangkan a. subscapularis, a. circumflexa anterior humeri, dan a. circumflexa posterior humeri. Kemudian lanjutan a. axillaris ini melintas di belakang m. pectoralis minor lanjut ke lengan atas sebagai a. brachialis BURSA Bursa merupakan struktur yang terdapat di antara bagian tubuh yang memiliki fungsi gerak. Struktur ini terdiri dari lapisan membran synovial di antara dua permukaan yang bergerak dengan kandungan cairan lubrikasi yang berguna untuk mengurangi gesekan pada saat sendi melakukan gerakan. Salah satu 9 struktur bursa penting pada bahu adalah lapisan di antara otot – otot rotator cuff dan lapisan otot bahu bagian luar. 2. Struktur Anatomi bahu II 10 II. CEDERA BAHU Bahu merupakan bagian tubuh dengan kebebasan gerak paling besar di antara bagian tubuh yang lain, hal ini merupakan faktor resiko terjadinya cedera. Beberapa cedera bahu yang sering terjadi adalah sebagai berikut: DISLOKASI BAHU Dislokasi bahu merupakan cedera karena trauma tersering pada bahu. Ada beberapa kasus tersering dislokasi pada bahu, yaitu: Dislokasi Articulatio Glenohumeral Karena derajat kebebasan geraknya, articulatio glenhumeral memiliki resiko tinggi mengalami dislokasi karena trauma direct maupun indirect. Dislokasi biasa terjadi karena ekstensi dan eksorotasi humerus secara berlebihan., kemudian caput humeri terdorong ke depan, capsula articularis fibrosa dan labrum glenoidale tertarik lepas dari bagian depan cavitas glenoidalis bahu yang menyebabkan dislokasi anterior articulatio glenohumeralis. Dislokasi Articulatio Sternoclavicular Dislokasi articulatio sternoclavicular jarang terjadi karena sendi ini termasuk sendi kuat dengan kemampuan mentransmisikan beban yang diterima ke sepanjang tulang clavicula. Jika beban yang didapat melebihi kemampuan sendi ini, sering mengakibatkan fraktur clavicula, namun jarang mengakibatkan dislokasi articulatio sternoclavicular. Dislokasi Articulatio Acromioclavicular Meskipun ligamen coracoclavicular sangat kuat, namun articulatio acromioclavicular sendiri merupakan sendi yang lemah dan mudah cedera jika mendapat trauma. Saat ligamen coracoclavicular robek, bahu akan terpisah dengan clavicula dan terlihat jatuh karena berat dari ekstremitas atas. Pada dislokasi articulatio acromioclavicular tampak acromion lebih menjol dan clavicula bergeser ke superior. 11 Terapi dan penanganan pada cedera dislokasi bahu dibagi dalam dua tahap: 1. Istirahatkan bahu dan imobilisasi untuk melindungi bahu dari cedera lebih lanjut. Imobilisasi bahu dilakukan selama 5 – 7 hari, jika ada komplikasi seperti fraktur, imobilisasi dilakukan lebih lama sesuai tingkat keparahan. 2. Medical treatment dengan: Relokasi bahu oleh tenaga kesehatan profesional yang berpengalaman. Terapi medika mentosa dan Reposisi: -MUA[ManipulasiUnderGeneralAnastesi] -Hangin Arm Teknik -Hipocratic Methode -Kocher -Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian ekternal rotasi formarm secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri Pemberian NSAID untuk mengurangi rasa nyeri dan inflamasi FRAKTUR CLAVICULA Clavicula merupakan salah satu tulang yang paling sering mengalami fraktur. Fraktur pada clavicula bisa terjadi secara indirect maupun direct karena trauma langsung pada bahu. Fraktur tersebut biasa terjadi pada titik terlemah clavicula, yaitu titik pertemuan bagian sepertiga lateral dan dua pertiga medial. Setelah terjadi fraktur, m. sternocleidomastoideus akan mengangkat bagian medial dari clavicula sehingga menunjukkan penonjolan. Selain itu, m. trapezius juga tidak mampu menahan bagian lateral dari clavicula sehingga bahu akan terlihat terjatuh. Namun, dengan adanya lig. coracoclavicular mencegah dislokasi articulatio acromioclavicular sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. FRAKTUR HUMERUS 12 Fraktur humerus paling sering terjadi pada orang lanjut usia dan penderita osteoporosis, biasanya karena terjatuh pada siku sewaktu lengan atas berada dalam posisi abduksi. Fraktur pada humerus paling sering terjadi pada collum chirurgicum humeri. Humerus merupakan tulang dengan banyak perlekatan saraf di sekitarnya, sehingga fraktur pada humerus dapat menyebabkan komplikasi jika terjadi kompresi terhadap nervus di sekitarnya seperti n. axillaris pada collum humeri, n. radialis pada sulcus radialis, n. ulnaris pada medial epicondylus, dan n. mediana pada bagian distal humerus. BRACHIAL PLEXUS INJURIES Cedera pada plexus brachialis akan mempengaruhi gerakan dan sensasi cutaneus pada ekstremitas atas. Cedera ini dapat di sebabkan karena gangguan pada regio lateral cervical maupun gangguan di regio axilla. Gejala dan tanda dari cedera plexus brachialis akan terlihat bermanifestasi sebagai paralysis dan anestesi. Cedera plexus brachialis dibagi menjadi: Cedera plexus brachialis bagian superior (Erb Duchenne Palsy) Cedera yang terjadi karena ex: jatuh terlempar dari motor, regangan berlebih pada bahu saat kelahiran bayi yang mengakibatkan kanaikan sudut antara leher – bahu. Akibatnya bisa terjad paralysis pada otot yang di suplai, yaitu m. deltoid, m. bicep brachii, m. brachialis, dan m. brachiolradialis. Manifestasi klinis dari cedera plexus brachialis ini adalah penampakan adduksi bahu, medial rotasi tangan, dan ekstensi siku. Selain itu juga mengalami anesthesi pada bagian lateral bahu. Plexus brachialis neuritis akut Kelainan ini merupakan kelainan neurologis berupa inflamasi pada plexus brachialis yang biasa dikarenakan adanya infeksi traktus respiratorius atas, pemberian vaksin, dan non-spesifik trauma. Kelaianan ini biasa terjadi pada truncus superior dari plexus brachialis. Manifestasi klinisnya berupa nyeri pada bahu yang mulai terasa saat malam hari, otot terasa lemah, dan atrofi otot. 13 Kompresi fasciculus dari plexus brachialis Cedera ini biasanya dikarenakan hiperabduksi sampai di atas kepala sehingga terjadi kompresi pada proc. Coracoideus dan tendon m. pectoralis minor. Tanda – tanda dari cedera ini bisa berupa nyeri, erithem, tangan terasa lemah, tingling, dan mati rasa. Cedera plexus brachialis bagian inferior (Klumpke Paralysis) Cedera ini merupakan cedera yang jarang terjadi. Biasanya cedera ini terjadi saat ekstremitas atas tertarik ke atas, misalnya ketika menggenggam sesuatu saat jatuh. ROTATOR CUFF INJURY Rotator cuff merupakan grup dari otot yang bekerja bersama pada articulatio glenohumeral berfungsi untuk stabilitas dan mengontrol gerakan rotasi. Cedera pada otot – otot rotator cuff ini bisa disebabkan karena trauma pada tendon dari otot – otot pembentuk rotator cuff, maupun pada otot – ototnya. Otot yang paling sering mengalami cedera adalah m. suprasinatus. Inflamasi yang berulang – ulang pada rotator cuff, terutama pada bagian tendon m. supraspinatus yang relatif avaskular merupakan penyebab tersering rasa nyeri dan robek pada tendon otot – otot rotator cuff. Inflamasi ini bisa terjadi karena gerakan yang berulang – ulang (seperti pada atlet baseball) maupun karena trauma akibat mengangkat beban yang terlalu berat. Untuk mengetahui kelainan pada otot – otot rotator cuff bisa dilakukan beberapa tes, yaitu: Empty Can Test pasien dimnta mengangkat tangan ke depan dengan ibu jari menunjuk ke lantai (seperti memegang barang yang tidak nampak) kemudian menahan tangan dalam posisi tersebut saat tekanan diberikan pada tangan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa tendon m. supraspinatus. 14 Drop Arm Test (Codman’s Test) Menggerakkan tangan pasien ke arah samping (abduksi), kemudian menyuruh pasien menggerakkan tangan ke medial (adduksi). Jika pasien tidak bisa melakukan secara perlahan, atau jika pasien merasa nyeri, hal tersebut menunjukkan adanya cedera sobekan pada rotator cuff. Abrasion Sign Pasien diminta duduk dan mengangkat tangan ke sisi pemeriksa dengan siku menekuk. Pasien diminta menggerakkan tangan (rotasi) ke depan dan belakang. Jika terdengar bunyi (crepitus) kemungkinan terjadi inflamasi Neer’s Sign Tangan pasien diangkat hingga di atas kepala Jika terasa sakit dan tidak nyaman, kemungkinan terjadi inflamasi m. supraspinatus dan tendon dari otot biscep Hawkins-Kennedy Test Tangan pasien di angkat hingga 90° di depan pasien, siku menekuk, kemudian di arahkan ke medial tubuh. Jika terasa nyeri, maka kemungkinan terjadi masalah pada m. supraspinatus. Terapi: arthroscopic techniques suture anchor 15 REFFERENSI Hall, Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Ganong. 2003. Review of Medical Physiology 23th Edition. Philadelphia: McGraw Hill. Tortora, Gerrard J. 2007. Human Anatomy and Physiology. Philadelphia: Wiley. Moore, K. L. 2006. Clinical Oriented Anatomy 5th Edition. Philadelphia: Lippincott William and Willkins. Anderson MK, Hall SJ, Martin, M: Sports Injury Management, 2nd ed. Baltimore, Lippincott Williams & Wilkins, 2000. Anatomic Variation: Text, Atlas and World Literature. Baltimore, Urban & Schwarzenberg, 1988. Ger R, Abrahams P, Olson T: Essentials of Clinical Anatomy, 3rd ed. New York, Parthenon, 1996. Halpern BC: Shoulder injuries. In Birrer RB, O'Connor FG (eds): Sports Medicine for the Primary Care Physician, 3rd ed. Boca Raton, FL, CRC Press, 2004. Keegan JJ, Garrett FD: The segmental distribution of the cutaneous nerves in the limbs of man. Anat Rec 102:409, 1948. Salter RB: Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System, 3rd ed. Baltimore, Lippincott Williams & Wilkins, 1999. Fergusson MWJ (eds): Gray's Anatomy, 38th ed. Edinburgh, UK, Churchill Livingstone, 1995. 16 17