BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut Stoner dan Wankel (2004 : 2), manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Menurut Terry (2004 : 2), manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi diatas , menurut penulis manajemen adalah suatu proses dimana terdapat beberapa tahapan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. 2.1.2. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu faktor yang terpenting untuk dapat memperkenalkan produk kita kepada masyarakat. Menurut Cannon, et al. (2008 : 8), pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. Menurut Philip Kotler (2004), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Menurut Rangkuti (2009), pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan keuntungan. 11 Menurut Kotler dan Amstrong (2009), mendefiniskan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial di mana melalui proses ini individu dan kelompok berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk serta nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Dari definisi diatas, menurut penulis pemasaran adalah suatu tahapan atau proses untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari perusahaan tersebut dengan cara mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen. 2.1.3. Pengertian Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran menurut Sulaksana dalam buku “Integrated Marketing Communication” (2004 : 23) adalah “proses penyebaran informasi tentang perusahaan dan apa yang hendak ditawarkan kepada sasarannya”. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar atau perusahaan. Tanpa komunikasi, konsumen maupun masyarakat keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk dan jasa. Menurut William F. Arens (2005 : 14), komunikasi pemasaran adalah proses menjalin dan memperkuat hubungan yang saling menguntungkan dengan karyawan, pelanggan, serta semua pihak terkait dengan mengembangkan dan mengkoordinasikan program komunikasi strategis agar memungkinkan mereka melakukan kontrak konstruktif dengan perusahaan/merek produk melalui berbagai media. Berdasarkan beberapa definisi mengenai komunikasi pemasaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan pemasaran, dilakukan kegiatan komunikasi untuk menyampaikan pesan berupa produk dan jasa yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik melalui serangkaian kegiatan promosi melalui berbagai jenis saluran yang tersedia. 12 2.1.3.1 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication) Menurut Shimp, Terence A. (2004), IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. Lima Ciri Utama IMC (Terence A. Shimp, 2004:24-29): 1) Mempengaruhi perilaku. Tujuan IMC adalah untuk mempengaruhi khalayak sasarannya. Hal ini berarti komunikasi pemasaran harus melakukan lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran merek atau “memperbaiki” perilaku konsumen terhadap merek. Sebaliknya kesuksesan IMC membutuhkan usaha-usaha komunikasi yang diarahkan kepada peningkatan beberapa bentuk respon dari perilaku konsumen. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk menggerakkan orang untuk bertindak. 2) Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan (prospect). Prosesnya diawali dari pelanggan atau calon pelanggan kemudian berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi persuasif. 3) Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan ‘kontak’. IMC menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh ‘kontak’ yang menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan mereka, sebagai jalur penyampai pesan yang potensial. Ciri utama dari elemen IMC ketiga ini adalah bahwa ia merefleksikan kesediaan menggunakan bentuk kontak komunikasi apa pun, asalkan merupakan yang terbaik dalam upaya menjangkau khalayak, dan tidak menetapkan suatu media tertentu sebelumnya. 4) Berusaha menciptakan sinergi. Dalam definisi IMC terkandung kebutuhan akan sinergi (kesinambungan). Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi penjualan, event, dan lain-lain) harus berbicara dengan satu suara; koordinasi merupakan hal yang amat penting untuk menghasilkan citra merek yang kuat dan utuh, serta dapat membuat konsumen melakukan aksi. Kegagalan dalam mengkoordinasi semua elemen komunikasi dapat menghasilkan 13 pengulangan upaya yang sia-sia atau lebih buruk lagi, pesan yang kontradiktif, mengenai merek. 5) Menjalin hubungan. Karakteristik IMC yang kelima adalah kepercayaan bahwa komunikasi pemasaran yang sukses membutuhkan terjalinnya hubungan antara merek dengan pelanggannya. Dapat dikatakan bahwa pembinaan hubungan adalah kunci dari pemasaran modern dan bahwa IMC adalah kunci dari terjalinnya hubungan tersebut. Suatu hubungan merupakan “pengait” yang tahan lama antara merek dengan konsumen. Ia membangkitkan pembelian yang berulang dan bahkan loyalitas terhadap merek. Komponen-komponen dari komunikasi pemasaran terpadu (IMC) terdiri dari : • Iklan • Promosi penjualan • Hubungan masyarakat (public relation) • Penjualan perseorangan (personal selling) • Publisitas (publicity) 2.1.4. Iklan 2.1.4.1 Pengertian Iklan Iklan adalah media promosi yang dibayar oleh perusahaan untuk mempromosikan produk atau jasa kepada publik atau calon pelanggan. Dalam upaya meraih minat konsumen, iklan dapat dilakukan melalui strategi: • Iklan persuasif (persuasive advertising), yakni strategi mempengaruhi konsumen melalui kualitas produk agar konsumen tersebut mau membeli produk kita, bukan produk perusahaan lain. • Iklan perbandingan (comparative advertising), yakni strategi beriklan dengan membandingkan dua produk atau lebih secara langsung. • Iklan pengingat (reminder advertising), yakni strategi beriklan untuk mengingatkan ke konsumen tentang keberadaan produk kita. 14 2.1.4.2. Media Iklan Selain itu juga, media periklanan dapat dilakukan melalui media indoor dan media outdoor. - Media indoor (dalam ruangan) • Media audio merupakan media yang hanya dapat didengar, dalam hal ini adalah radio dan telepon. Media audio yang lebih banyak digunakan adalah radio karena pengiklanan pada media ini biayanya relatif murah. Di samping itu, karena sifatnya audio maka tidak diperlukan keterampilan khusus untuk menyampaikan pesan yang disampaikan seperti halnya yang disampaikan dalam media cetak yang memerlukan kecakapan untuk memahami pesan yang disampaikan. • Media audio visual ,erupakan media yang dapat dilihat dan didengar. Dalam hal ini yang termasuk dalam media audio visual adalah televisi, internet dan bioskop. Media ini harganya relatif mahal sehingga benar-benar diperlukan keterampilan khusus dan kecakapan dalam proses penyampaiannya. Media ini cukup efektif karena dapat menimbulkan imajinasi tentang produk pada konsumen dan juga tidak harus memiliki keterampilan khusus dalam memahami pesan yang disampaikan. - Media outdoor (luar ruangan) • Billboard merupakan iklan yang dipasang pada papan-papan besar bergambar yang dianggap strategis, mudah dilihat di jalan raya yang ramai dilalui oleh kendaraan. Media ini hanya bersifat mengingatkan sehingga diperlukan pesan yang jelas, singkat, mudah dipahami dan gambar yang menarik. • Signboard merupakan media berupa papan-papan kecil dengan gambar petunjuk arah suatu lokasi tertentu. Media ini ditempatkan pada jalan yang menuju lokasi tersebut. • Umbul-umbul merupakan media yang menampilkan gambar dengan warna yang mencolok sehingga memberikan suasana yang meriah. • Sticker merupakan iklan yang dipasang pada kendaraan-kendaraan umum seperti bus kota dan taksi. Umumnya, pemasangan iklan menggunakan sticker dipilih untuk kendaraan umum yang melalui jalur padat. 15 Selain itu juga media iklan meliputi koran, televisi, radio, majalah dan internet, yang masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu : 16 Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media Iklan Media Kelebihan Kekurangan Koran Cakupan pasar yang luas, Kualitas gambar yang buruk; harga yang murah; waktu rentang waktu yang singkat yang singkat untuk beriklan; halaman yang kusut; cakupan pasar lokal yang persaingan gambar dari media baik; pemilihan yang selektif iklan lain. berdasarkan geografis. Televisi Pengaruh yang sangat besar; Harga yang tinggi untuk jangkauan yang luas; produksi dan menarik dari segi kurang dapat memilih waktu persiapan penglihatan, suara, gerakan; pemirsa; kesempatan untuk yang lama; menampilkan secara kreatif; komersial; yang tiggi; singkat; membawa hiburan yang pengendalian; sensitif keuntungan siar; kekusutan pesan perhatian lebih waktu yang untuk kehilangan untuk pilihan media baru Radio Harga yang murah; frekuensi Tidak ada gambar; pesan yang tinggi; menengah; sangat singkat; kekusutan komersial; mudah dibawa; pemilihan kurang yang selektif diperhatikan berdasarkan ketimbang geografi dan demografi televisi; tingkat keterkaitan yang lebih rendah membuatnya untuk lebih berganti mudah frekuensi stasiun Majalah Kualitas produk yang tinggi; Kemungkinan tampilan yang jangka panjang; pemilihan terbatas; rentang waktu yang pasar lokal dan regional; lama antara penempatan dan kepemilikan, dan pencetakan iklan; harga yang kredibilitas; pembaca yang tinggi; beragam kurang meyakinkan dibanding media utama yang lainnya. 17 Internet Pilihan media yang beragam Pemecahan pemirsa dengan dan fleksibel dapat memuat tingkat yang luar biasa (jutaan iklan lebih meyakinkandan situs); peningkatan kekusutan lebih efektif, dalam beberapa (seperti hal, perubahan penambahan dapat lebih dan cepat halaman iklan); dan gangguan teknik yang dapat dibuat menghambat tampilan iklan; mudah; tidak situs menampilkan munculnya semudah membawa dapat majalah maupun koran informasi dalam jumlah yang hampir tak terbatas; dapat menjadi personal lebih dari media lainnya melalui kemampuan lajur dan sasaran. Sumber: (Rangkuti, 2009) 2.1.4.3. Penetapan Tujuan Iklan Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (nasional, regional, lokal; konsumen, industri, eceran; produk, merek, lembaga; dan sebagainya) yang dirancang untuk mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferens dan sebagainya). Manajemen periklanan merupakan proses lima tahap yang dikenal dengan 5M: penetapan tujuan (Mission), keputusan tentang anggaran (Money), keputusan pesan (Message), penetapan media (Media) dan evaluasi mengenai kampanye (Measurement). Tahapan proses manajemen periklanan. 18 Penetapan Tujuan Penetapan Anggaran Keputusan Penetapan Media Evaluasi Gambar 2.1 Tahap Proses Manajemen Periklanan Penetapan tujuan periklanan harus berdasarkan keputusan-keputusan sebelumnya mengenai pasar sasaran, penentuan posisi pasar dan bauran pemasaran. Setelah pasar sasaran, strategi penentuan posisi, dan bauran pemasaran jelas, baru ditetapkan tujuan periklanan. Tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya, yakni memberi informasi, persuasi, mengingatkan para pembeli, menambah nilai dan membantu aktivitas perusahaan. • Iklan informatif bertujuan membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan kepada pasar tentang produk baru, mengusulkan kegunaan baru suatu produk, mengusulkan kegunaan baru suatu produk, memberitahukan tentang perubahaan harga menjelaskan cara kerja suatu produk, menjelaskan pelayanan yang tersedia, mengoreksi kesan yang salah, mengurangi kecemasan pembeli dan membangun citra perusahaan. Ini biasanya dilakukan secara besarbesaran pada tahap awal suatu jenis produk. • Iklan persuasif bertujuan membentuk permintaan selektif suatu merek tertentu. Ini dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merk, mendorong alih merk, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli menerima kunjungan penjualan, contohnya seperti Gilette memperkenalkan pisau cukur Mach3 pada tahun 1998 dengan harga relatif tinggi dan sekarang mulai menikmati kesuksesannya. • Iklan pengingat bertujuan untuk mengingatkan konsumen pada produk yang sudah mapan dengan menunjukkan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, mengingatkan di mana produk dapat dibeli, membuat pembeli tetap ingat produk itu walau tidak sedang musim dan mempertahankan 19 kesadaran puncak. Iklan Marlboro atau Cola-Cola tersebar di berbagai negara, baik di majalah, televisi dan media lainnya. Ini berfungsi mengingatkan konsumen untuk membeli Marlboro atau Cola-Cola. • Iklan penambah nilai bertujuan menambah nilai merk pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas dan penguatan persepsi konsumen. iklan yang efektif menyebabkan merk dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih prestisius dan mungkin super dalam persaingan. • Iklan bantuan aktivitas lain bertujuan membantu memfasilitasi usaha lain perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran, misalnya iklan yang membantu pelepasan promosi penjualan (kupon), membantu wiraniaga (perkenalan produk), menyempurnakan hasil komunikasi pemasaran yang lain (konsumen dapat mengidentifikasikan paket produk di toko dan mengenal nilai produk lebih mudah setelah melihat iklan). 2.1.4.4 Dimensi Iklan Menurut Panwar dan Agnihotri dalam “Journal Communication Spectrum, Volume 2 No. 2 Agustus 2012 – Januari 2013”, dimensi dari iklan yaitu : 1. Pesan Memiliki pengaruh yang kuat dalam mengubah perilaku dan minat. Pesan yang berhubungan dengan atribut produk mampu secara signifikan mengubah kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Kotler dan Amstrong (2010:435), langkah ini meliputi isi pesan, struktur pesan dan format pesan. 2. Slogan Hal yang dikaitkan dengan objek, meliputi tanda, simbol dan objek. 3. Media Metode komunikasi umum yang berisikan pesan iklan, seperti televise, Koran, majalah dan lain-lain. Media disusun dengan pertimbangan yang membuat iklan dapat tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran. 20 2.1.5 Personal Selling 2.1.5.1 Pengertian Personal Selling Menurut Kotler (2002, p626) penjualan pribadi (personal selling) adalah interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih guna melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesanan. Menurut Shimp (2003, p281) personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orang perorang dimana seseorang wiraniaga berhubungan dengan calon pembeli dan berusaha mempengaruhi agar mereka membeli produk atau jasanya. Penjualan perseorangan adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka, yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Komunikasi yang dilakukan orang secara individu dapat lebih fleksibel dibandingkan alat-alat promosi lainnya. Dengan cara seperti ini, salesman dapat megetahui keinginan, motif dan perilaku konsumen sekaligus dapat melihat reaksi konsumen mengenai produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Penjualan personal, memiliki tiga ciri khusus : 1. Konfrontasi personal : Penjualan personal mencakup hubungan yang hidup, lang-sung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masingmasing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat. 2. Mempererat : Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungar mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan. Wiraniaga biasa-nya sudah benar-benar mengetahui minat pelanggan yang terbaik. 3. Tanggapan : Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga. 2.1.5.2 Dimensi Personal Selling Menurut Kotler dan Amstrong (2010), dimensi personal selling meliputi: 1. Approach Saat tenaga penjual bertemu dan menyapa pembeli untuk membuka hubungan atau untuuk suatu awal yang baik. Langkah ini melibatkan penampilan pejual, kata-kata pembuka, dan penjelasan lanjut. 2. Presentation 21 Saat tenaga penjual menceritakan riayat produk, menjelaskan hal-hal yang berhubugan dengan produk. 3. Handling Objection Saat tenaga penjual menyelidiki, mengklarifikasi dan mengatasi keberatan konsumen. 4. Closing Saat penjual menanyakan keputusan pembelian konsumen. Konsumen lebih mudah untuk mendapatkan produk yang diinginkan dengan proses yang ada. 2.1.6. Brand Image 2.1.6.1 Pengertian Citra Soleh Soemirat Soleh Soemirat dan Elvinaro (2007:113) memberikan definisi atau pengertian citra tentang bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Sedangkan Suharta Abdul Manjid (2009:70) memberikan definisi citra sebagai image yang terbentuk dimasyarakat (konsumen/pelanggan) tentang baik buruknya perusahaan. 2.1.6.2 Pengertian Citra Merek (Brand Image) Menurut Aaker dalam Simamora (2003:96), Brand Image adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi – asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen. Jadi Brand Image adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang pelanggan berkaitan dengan merek. Kepercayaan merek membentuk brand image setiap pelanggan. Menurut Joe Kent Kerby, ada beberapa elemen yang terkandung didalam brand image suatu produk yaitu : 1. Ketahanan (tenacity) berkaitan dengan kualitas dan brand image produk itu sendiri. 2. Kesesuaian (congruence) berkaitan dengan kesesuaian antara brand image dan karakteristik brand. 3. Keseksamaan (precision) menentukan berapa akurat dan jelasnya image yang ingin ditampilkan. 22 4. Konotas (connotative) merupakan pendapat konsumen dari kepribadian produk yaitu dari semua karakteristik merek produk sejenis yang diterima, konsumen menemukan brand produk yang satu berbeda dengan brand produk yang lainnya. 2.1.6.3 Pembentukan Brand Image Pembentukan brand image dalam benak konsumen tidak terjadi dalam waktu sekedap, melainkan dalam waktu bertahun-tahun. Pembentukan brand image ini dipengaruhi oleh : 1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Pelayanan yang disediakan 3. Reputasi perusahaan 4. Kebijaksanaan perusahaan 5. Kegiatan-Kegiatan perusahaan itu sendiri. Brand Image merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari brand yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; Pertama melalui pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan kepuasan emosional. brand tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh kosumen dan juga memenuhi kebutuhan individual konsumen – yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan brand tersebut. Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari brand tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo, fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak brand, media dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut atribut yang berbeda. Setiap alat pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting demi kesuksesan sebuah brand, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau 23 seimbang, ketika nantinya akan membentuk gambaran total dari brand, tersebut. Gambaran inilah yang disebut Brand Image atau reputasi brand, dan image ini bisa berupa image yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya. Brand Image terdiri dari atribut objektif / instrinsik seperti ukuran kemasan dan bahan dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi yang ditimbulkan oleh brand produk tersebut. Brand Image merepresentasikan inti dari semua kesan menngenai suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari: 1. Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk; 2. Kesan tentang keuntungan fungsional produk; 3. Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut; 4. Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu; 5. Semua imajeri dan makna simbolik yang terbentuk dalam benak konsumen termasuk juga imajeri dalam istilah karakteristik manusia. 2.1.6.4 Komponen Brand Image Menurut Keller (1993) mendefinisikan sebuah Brand Image sebagai persepsi mengenai sebuah brand sebagaimana direfleksikan oleh asosiasi merek yang terdapat di dalam benak konsumen. Brand Image terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Attributes (Atribut) Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam senuah produk atau jasa. a. Product related attributes (atribut produk): Didefinisikan sebagai bahanbahan yang diperlukan agar fungsi produk yang dicari konsumen dapat bekerja. Berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu jasa yang ditawarkan, dapat berfungsi. b. Non-product related attributes (atribut non-produk): Merupakan aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa. Terdiri dari: informasi tentang harga, kemasan dan desain produk, orang, peer group atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut, bagaimana dan dimana produk atau jasa itu digunakan. 24 2. Benefits (Keuntungan) yaitu Nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut. a. Functional benefits : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah. b. Experiental benefits : berhubungan dengan perasaan yang muncul dengan menggunakan suatu produk atau jasa. Benefit ini memuaskan kebutuhan bereksperimen seperti kepuasan sensori, pencarian variasi, dan stimulasi kognitif. c. Symbolic benefits : berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan sosial atau ekspresi personal dan self-esteem seseorang. Konsumen akan menghargai nilai-nilai prestise, eksklusivitas dan gaya fashion dari sebuah brand karena hal-hal ini berhubungan dengan konsep diri mereka 3. Brand Attitude (Sikap merek) Didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu brand, apa yang dipercayai oleh konsumen mengenai brand tertentu – sejauh apa konsumen percaya bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut atau keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut bagaimana baik atau buruknya suatu produk jika memiliki atribut atau keuntungan tersebut. Brand image adalah penting karena kontribusinya dalam memilih merek yang cocok untuk dirinya. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi perilaku pembelian mereka ataupun Brand Equity. Sebuah brand image yang terkomunikasi dengan baik dapat membangun posisi merek yang bagus, membedakan merek dari persaingan, meningkatkan performa brand pasar, dan berperan penting pada pembangunan ekuitas brand (Keller, 1993). 2.1.6.5 Dimensi Brand Image Menurut Mohammad dalam jurnal “Pengaruh Brand Image dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk KFC di Cabang Bakso Grand Mall oleh Mahasiswa Universitas Negeri Padang, ada 3 indikator brand image : 1 Corporate Image (citra pembuat), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau jasa. Citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas, jaringan perusahaan, serta pemakai itu sendiri/ penggunanya. 25 2 User Image (citra pemakai), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi: pemakai itu sendiri, serta status sosialnya. 3 Product Image (citra produk), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Meliputi: atribut dari produk, manfaat bagi konsumen, serta jaminan. 2.1.7 Repurchase 2.1.7.1 Pengertian Repurchase Menurut Deskripsi.com (2011) dalam Setyawan dan Ihwan (2004) repurchase atau pembelian ulang merupakan prilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Repurchase intention juga merupakan niat pembelian ulang yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Repurchase merupakan hal untuk membeli kembali. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakn repurchase merupakan pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen terhadap suatu produk. Ada lima tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh seseorang menurut Wikipedia (2011) dalam Duncan (2005), yaitu: a. Pengenalan masalah Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menetukan produk yang akan dibeli. b. Pencarian informasi Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam meomri (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). c. Mengevaluasi alternatif Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 26 d. Keputusan pembelian Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. e. Evaluasi pasca pembelian Merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan. 2.1.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian menurut Wikipedia ( 2011 ) dalam Duncan ( 2005 ) : a. Motivasi (motivator) Merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. b. Persepsi (perception) Merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut. c. Pembentukan sikap (attitude formation) Merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal. d. Integrasi (integration) Merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka mendorong seseorang untuk membeli dan 27 perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. 2.1.7.3 Indikator Pembelian Kembali (Repurchase) Menurut Hawkins (2005), dimensi pembelian kembali (repurchase) yaitu : 1 Mereferensikan produk tersebut ke orang lain 2 Keinginan untuk menggunakan produk yang sama 3 Pembelian ulang berdasarkan evaluasi produk yang baik 2.2 Kerangka Pemikiran Iklan • Pesan • Slogan • Media Repurchase • Brand Image Personal Selling • Approach • Presentation • Handling Product Image • User Image • Corporate Image orang Keinginan untuk mengggunakan produk yang sama • Pembelian berdasarkan ulang evaluasi produk yang baik Objection • ke lain • • Referensi Closing 2.3 Hipotesis Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013 28 2.3. Hubungan Antar Variabel 2.3.1. Hubungan Iklan terhadap Brand Image Jurnal The Role of Advertising in Brand Image Development ciptaan Tony (2009) ” Advertising has a central role to play in developing brand image, whether at the corporate, retail, or product level.” Dapat disimpulkan bahwa iklan memiliki peran sentral untuk bermain dalam mengembangkan citra merek, baik di korporasi, ritel, atau tingkat produk. 2.3.2. Hubungan Personal Selling terhadap Brand Image Berdasarkan jurnal Effectiveness of Marketing Strategies and Corporate Image on Brand Equity as a Sustainable Competitive Advantage ciptaan Alireza A., dkk. (2012) mengatakan bahwa personal selling mempengaruhi citra dari suatu merek. Kemampuan personal selling mempengaruhi citra dari suatu merek tersebut. Personal selling memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand image walaupun hanya kecil. 2.3.3. Hubungan Brand Image terhadap Repurchase Berdasarkan jurnal Pengaruh Brand Image dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk Kentucky Fried Chicken (KFC) di Cabang Bakso Grand Mall oleh Mahasiswa Universitas Negeri Padang ciptaan Fitria Engla Sagita (2010), dapat disimpulkan bahwa citra merek yang kuat dapat membuat pelanggan melakukan pembelian secara berulang-ulang. Brand image (citra merek) mempunyai peran yang sangat penting karena dapat membedakan suatu perusahaan atau produk dengan yang lain. 29 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis 1 : Pengaruh antara variabel iklan (X1) terhadap brand image (Y) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel iklan (X1) terhadap brand image (Y). Ha : Ada pengaruh antara variabel iklan (X1) terhadap brand image (Y). Hipotesis 2 : Pengaruh personal selling (X2) terhadap brand image (Y) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel personal selling (X2) terhadap brand image (Y). Ha Ada pengaruh antara variabel personal selling (X2) terhadap : brand image (Y). Hipotesis 3 : Pengaruh iklan (X1) terhadap repurchase (Z) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel iklan (X1) terhadap repurchase (Z). H1 : Ada pengaruh antara variabel iklan (X1) terhadap repurchase (Z). Hipotesis 4 : Pengaruh personal selling (X2) terhadap brand image (Y) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel personal selling (X2) terhadap brand image (Y). Ha : Ada pengaruh antara variabel personal selling (X2) terhadap brand image (Y). 30 Hipotesis 5: Pengaruh iklan (X1) dan personal selling (X2) terhadap brand image H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel iklan dan personal selling terhadap brand image (Y). Ha : Ada pengaruh antara variabel iklan dan personal selling terhadap brand image (Y). Hipotesis 6 : Pengaruh brand image (Y) terhadap repurchase (Z) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel brand image (Y) terhadap repurchase (Z). Ha : Ada pengaruh antara variabel brand image (Y) terhadap repurchase (Z). Hipotesis 7 : Pengaruh iklan (X1), personal selling (X2), brand image (Y) dan repurchase (Z) H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel iklan (X1) dan personal selling (X2) terhadap brand image (Y) dan dampaknya kepada repurchase (Z) . Ha : Ada pengaruh antara variabel iklan (X1) dan personal selling (X2) terhadap brand image (Y) dan dampaknya kepada repurchase (Z). 31