BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan
atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Menurut Tandelilin (2010:2) :
“ Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.
Menurut Sunariyah (2011:4) :
“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana.”
Dari berbagai pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa
investasi merupakan suatu kegiatan penempatan sejumlah dana pada alokasi yang
diperkirakan dapat memberikan keuntungan di masa mendatang.
2.1.2
Bentuk-bentuk investasi
Dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal dua bentuk (Fahmi, Hadi
2009:7) yaitu :
22
23
1.
Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud seperti
tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
2.
Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti
saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
2.1.3
Tipe-tipe Investasi
Pada saat seorang pebisnis atau mereka yang memiliki kelebihan dana dan ingin
berinvestasi maka ia dapat memilih dan memutuskan tipe aktiva keuangan seperti
apa yang akan dipilihnya. Dalam hal ini ada dua tipe investasi yang dapat
dipilihnya (Fahmi, Hadi 2009:7) yaitu :
1.
Direct Investment
Direct Investment (investasi langsung) adalah mereka yang memiliki dana
dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva
keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melaui para perantara
atau berbagai cara lainnya. Investasi langsung ada beberapa macam yaitu dapat
disarikan sebagai berikut :
a.
Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan : tabungan dan
deposito
24
b.
Investasi langsung dapat diperjualbelikan :
I
Investasi langsung di pasar uang : T-bill dan deposito yang
dapat dinegosiasikan
II
c.
Investasi langsung di pasar modal
Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities): Tbond, Federal agency securities, municipal bond, corporate bond,
convertible bond.
d.
Saham-saham (equity securities) : saham preferen (preffered
stock), saham biasa (common stock)
e.
Investasi langsung di pasar turunan :
I
Opsi : waran (warrant), opsi put (put option), opsi
cal (call option)
II
2.
Future contract
Indirect Investment
Indirect investment (investasi tidak langsung) adalah mereka yang
memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak
terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan
memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. Mereka yang melakukan
kebijakan indirect investment
umumnya cenderung tidak terlibat dalam
pengambilan keputusan penting pada suatu perusahaan. Contohnya membeli
25
saham dan obligasi yang dijual di pasar modal dan itu juga biasanya dilakukan
melalui perusahan investasi atau adanya perantara (agent).
Dengan begitu kita dapat memahami bahwa perantara (agent) tersebut
akan mendapatkan sejumlah keuntungan yang dianggap sebagai fee.
2.1.4
Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
Mengacu pada pendapat Tandelilin (2010:7), kesejahteraan dalam hal ini adalah
kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini
ditambah nilai pendapatan masa datang.
Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat
ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi
konsumsinya saat ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk
ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika diinvestasikan akan
memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor di masa datang,
yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor tersebut.
Mengacu pada pendapat Tandelilin (2010), ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, yaitu :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang
yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu
ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang.
26
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, sesorang dapat menghindarkan diri dari risiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara
di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu.
Untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi dalam keputusan maka
diperlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam
bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1.
Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
2.
Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual).
3.
Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
4.
Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan
dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh
untuk diinvestasikan kedalam portofolionya.
27
2.2
Return dan Risiko Investasi
2.2.1
Return
Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return dapat
memberikan motivasi kepada investor dalam berinvestasi. Keberanian investor
dalam menanggung risiko yang dihadapinya dalam berinvestasi juga diimbangi
dengan imbalan yang akan diperoleh
Menurut Gitman (2012:311) :
“The total gain or loss experienced on an investment over a given period
of time: calculated by dividing the asset’s cash distributions during the
period, plus change in value, by its beginning-of-period investment value.”
Menurut Jogiyanto (2009:199),
return dapat berupa return terealisasi yang sudah terjadi atau return yang
diharapkan yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang. Return terealisasi (realized return) merupakan return yang
telah terjadi.
Return terealisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
dari perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return yang diharapkan
(expected return) dan risiko di masa mendatang. Return yang diharapkan
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa
mendatang. Return terdiri dari dua komponen yaitu capital gain (loss) dan yield.
2.2.2
Risiko Investasi
Menurut Gitman( 2012:310), risiko (risk) adalah :
“ A measure of the uncertainty surrounding the return that an investment
will earn or, more formally, the variability of returns associated with a
given asset.”
28
Sehingga
secara
umum
risiko
dapat
ditangkap
sebagai
bentuk
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
Dalam berinvestasi, investor tidak hanya akan mendapatkan imbalan dari
investasi yang dilakukannya tetapi juga risiko yang harus ditanggung atas
investasi. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, dimana semakin
besar risiko yang harus ditanggung oleh investor maka semakin besar pula return
yang diperoleh.
2.2.3
Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis
Terdapat beberapa jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh para investor
dalam melakukam kegiatan investasi seperti yang dikemukakan oleh (Halim,
2005:42) diantaranya :
1.
Risiko sistematis
Risiko sistematis ini merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
a.
Risiko tingkat bunga
Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Naik
turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan dan pinjaman akan
mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya, yaitu jika suku
bunga bank mengalami kenaikan maka publik akan menyimpan dananya di bank
29
seperti dalam bentuk deposito, namun jika suku bunga bank terjadi penurunan
maka publik akan mempergunakan dana tersebut untuk membeli saham.
b.
Risiko pasar
Risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah
dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian.
c.
Risiko Daya Beli
Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan
menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga
yang diperoleh dari investasi sehingga nilai riil pendapatan menjadi kecil. Daya
daya beli masyarakat mengalami penurunan pada saat inflasi, namun pada saat
inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan terjadi peningkatan.
d.
Risiko Mata Uang
Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain (risiko mata uang, naiknya turunnya nilai mata
uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, seperti
dengan dollar, yen, euro dan lainnya. Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan
membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya).
2.
Risiko tidak sistematis
30
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan
melakukan diverifikasi, Karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau
industri tertentu. Yang termasuk risiko tidak sistematis adalah:
a.
Risiko Bisnis
Merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan
emiten. Perkembangan dalam bidang trend, mode dan dinamika lainnya telah
mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan pembelian
b.
Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. Menyangkut juga
kemampuan likuiditas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya,
seperti membayar gaji karyawan, teknisi, membayar listrik, telepon, dan biaya
operasional lainnya).
Dengan adanya risiko-risiko investasi di atas, maka investor dituntut untuk
berhati-hati dalam melakukan suatu investasi. Informasi yang lengkap dan
pemahaman yang komprehensif, akan membantu investor dalam melakukan
keputusan unvestasi apa yang paling tepat untuknya.
31
2.3
Nilai Tukar (Kurs)
2.3.1
Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu
pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson,
2004:305).
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing (Sukirno, 2004:397).
2.3.2
Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar
dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke
dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely
floating), sistem mengambang terkendali (managed floating), dan sistem terpatok
(pegged) (Madura, 2006:156).
1.
Sistem Tetap (Fixed)
Pada sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar mata uang
dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang
sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka
32
pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada
dalam kisaran yang diinginkan.
2.
Sistem Mengambang Bebas (Freely Floating)
Pada sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate
system), nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah.
Pada
sistem
mengambang
bebas
memperbolehkan
adanya
fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar
akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan
permintaan dari mata uang tersebut.
3.
Sistem Mengambang Terkendali (Managed Floating)
Sistem nilai tukar ini berada diantara sistem tetap dan mengambang bebas. Nilai
tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan
resmi. Hal ini hampir sama dengan sistem tetap, pemerintah sewaktu-waktu dapat
melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata
uangnya.
4.
Sistem Terikat (Pegged)
Sistem nilai tukar terikat (pegged exchange rate system), dimana mata uang lokal
diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada suatu jenis mata uang
tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang
dijadikan ikatan tersebut.
33
2.3.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar (Kurs)
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh
banyak faktor (Sukirno, 2004: 402), yaitu :
1.
Perubahan dalam Citarasa Masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka, perubahan
citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barangbarang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan
kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor
berkurang dan dapat menyebabkan ekspor
meningkat. Sedangkan, perbaikan
kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk
mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan
permintaan dan penawaran valuta asing.
2.
Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah
suatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang dalam negeri yang
dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan
apabila harga naik, maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang
impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang
impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan dalam penawaran
dan permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
34
3.
Kenaikan Harga (Inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi
yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta
asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan oleh efek inflasi sebagai berikut : (i)
inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di
luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii)
inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena
itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan
permintaan terhadap valuta asing bertambah , dan keadaan (ii) menyebabkan
penawaran terhadap valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan
bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).
4.
Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam
mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang
rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri.
Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan
menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal
mengalir ke suatu negara, permintaan terhadap mata uangnya bertambah, maka
nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot
apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan
tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
35
5.
Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi terhadap nilai mata
uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila
kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan
terhadap mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh
karenanya nilai mata uang negara itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut
menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang
negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai
mata uang negara tersebut akan merosot.
2.4 Laju Inflasi
2.4.1 Pengertian Inflasi
Laju inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus Sukirno (2004). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya
dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain
(Boediono, 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan
persentase yang sama.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan
harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008). Bahkan
mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan
harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan
harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang
36
cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000).
Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat
dikatakan akan menyebabkan inflasi.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan di mana
terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang
terusmenerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja
dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan
sebagai inflasi. Kenaikan yang terjadi sekali saja meskipun dalam presentase yang
besar, bukanlah merupakan inflasi.
2.4.2 Penggolongan Inflasi
Inflasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu (Boediono, 1998: 162) :
a) Inflasi Ringan : < 10 % per tahun
b) Inflasi Sedang : 10 – 30 % per tahun
c) Inflasi Berat : 30 -100 % per tahun
d) Hiperinflasi : 2 100 % per tahun
2.4.3. Menentukan Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi digunakan untuk menggambarkan perubahan – perubahan
harga – harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Untuk
menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen dari satu periode
tertentu dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada periode
37
sebelumnya. Rumus yang dipakai untuk menentukan laju inflasi adalah sebagai
berikut (Suharyadi Purwanto, 2003: 152) :
π=
dimana
π
x 100
:
: Laju Inflasi
IHKτ : Indeks harga konsumen periode ke τ
IHKτ-1
: Indeks harga konsumen periode t-1 ( periode lalu)
2.4.4. Jenis – jenis Inflasi
Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang berlaku,
inflasi dibedakan dalam dua spesifikasi yaitu dilihat dari sebab awal inflasi dan
ditinjau dari asal inflasi, yang dijabarkan sebagai berikut (Sukirno, 1994: 333336).
2.4.4.1. Inflasi dilihat dari sebab awalnya :
1) Demand-Pull Inflation
Demand-pull Inflation disebabkan oleh permintaan masyarakat
akan barang – barang (agregate demand) bertambah. Inflasi ini biasanya
terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat.
Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi
38
dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan
ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini
akan menimbulkan inflasi. Selain pada masa perekonomian berkembang
pesat, Demand–pull Inflation juga dapat berlaku pada masa perang atau
ketidakstabilan politik yang terus menerus.
Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak
yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut
pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral.
Pengeluaran
pemerintah
yang
berlebihan
tersebut
menyebabkan
permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut
menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
2) Cost Push Inflation
Inflasi jenis Cost – Push inflation terjadi karena kenaikan biaya produksi,
yang disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar, dampak inflasi luar
negeri terutama negara- negara partner dagang, peningkatan harga – harga
komoditi yang diatur pemerintah ( administered price) , dan terjadi
negative supply shocks akibat bencana alam dan tergangggunya distribusi.
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang pesat
ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan –
perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan
berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji atau upah
yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan
39
tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan
biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan
harga – harga berbagai barang.
2.4.4.2. Inflasi ditinjau dari asal Inflasi :
1) Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi ini timbul misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri, panenan
gagal dan sebagainya.
2) Inflasi dari luar negeri (imported inflaction)
Inflasi ini timbul karena kenaikan harga – harga di luar negeri atau di
negara – negara mitra dagang kita. Inflasi juga dapat bersumber dari
barang – barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang –
barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan – perusahaan. Kenaikan
harga barang impor akan menaikkan biaya produksi, dan kenaikan biaya
produksi mengakibatkan kenaikan harga –harga.
2.5
Suku Bunga
2.5.1
Pengertian suku bunga
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku
bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai
40
presentase dari jumlah yang dipinjamkan. Suku bunga dibedakan menjadi dua
(Samuelson, 2004:190) yaitu :
1.
Suku bunga nominal (disebut juga suku bunga uang) adalah suku bunga
atas uang dalam ukuran uang.
2.
Suku bunga riil, dikoreksi karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga
nominal dikurangi tingkat inflasi.
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan
dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas
(Brigham, 2001: 158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung
pada :
a.
Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan modal
yang ditanamkan.
b.
Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut.
c.
Tingkat inflasi yang diperkirakan.
Menurut
Miller,
RL
dan
Vanhoose,
DD
(1993:137)
dalam
Puspopranoto (2004:69) menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana dinilai
dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga
adalah rasio dari bunga terhadap sejumlah pinjaman.
41
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Suku bunga
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat dalam kehidupan seharihari dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan ekonomi. Suku bunga
mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi,
membeli rumah, membeli obligasi atau menyimpan dalam rekening tabungan.
Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau
pimpinan perusahaan apakah melakukan investasi pada proyek baru atau
perluasan kapasitas.
Kenaikan tingkat
bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap
setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan
laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga
menurun dan berakibat turunnya harga saham di pasar. Sebaliknya, penurunan
tingkat bunga akan menaikan harga saham di pasar dan laba bersih per saham,
sehingga mendorong harga saham meningkat (Samsul, 2006).
Tingkat suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat
diperoleh pemodal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal.
Tingkat bunga selain ukuran untuk investasi berisiko nol, tingkat suku
bunga juga dijadikan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk menggunakan dana dari investor. Pendapatan yang diharapkan investor
pada alternatif investasi yang lain seperti tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank
42
Indonesia), deposito ataupun obligasi merupakan tingkat bunga yang biasanya
digunakan
oleh
para
investor
untuk
memutuskan,
apakah
ia
akan
menginvestasikan dananya dalam bentuk saham atau dalam bentuk lain.
2.5.2
Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian
Menurut Sunariyah (2011:82), tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi
dalam suatu perekonomian, antara lain :
a.
Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang
mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b.
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.
c.
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
d.
Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan
produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol
tingkat inflasi.
43
2.5.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku
bunga yaitu, (Madura, 2003) :
1.
Pertumbuhan Ekonomi
Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga
permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi
ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian
baik). Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat.
Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan mengubah
strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada
permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang
menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.
2.
Inflasi
Saat tingkat inflasi suatu negara meningkat maka tingkat suku bunga juga
akan semakin meningkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan
naiknya harga barang dan diperkirakan di masa depan harga barang akan semakin
naik (expected inflation rate) sehingga masyarakat banyak membeli barangbarang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki
masyarakat akan menurun sehingga muncul permintaan terhadap uang. Naiknya
permintaan uang akan menyebabkan tingkat suku bunga meningkat.
44
3.
Defisit Anggaran Pemerintah
Defisit anggaran merupakan suatu kondisi saat pengeluaran lebih besar
daripada pendapatan. Untuk menutupi defisit pemerintah melakukan peminjaman
sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan
sebaliknya.
2.6.2
Suku Bunga Bank Indonesia
2.6.2.1 Pengertian BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id).
Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan menyebutkan
bahwa :
45
“BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank
Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter” (Siamat, 2005:139).
Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa, BI rate berfungsi sebagai
sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan,
penurunan, atau tidak berubahnya BI rate tersebut.
2.7
2.7.1
Harga Saham
Pengertian saham
Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa disebut sebagai emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia
pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Menurut Hanafi (2012:427) :
“Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang
saham memperoleh pendapatan dari dividen dan capital gain (selisih
antara harga jual dengan harga beli).”
Menurut Darmadji (2006:5) :
“Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
46
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut.”
Sedangkan menurut Harjito (2002:230) :
“Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya
atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga
merupakan bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).”
Di pasar sekunder atau dalam aktiva perdagangan saham sehati-hari, harga
saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi
karena adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut.
Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham.
Supply dan demand terjadi karena berbagai faktor, baik yang sifatnya
spesifik atas saham (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut
bergerak), maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi Negara ,
kondisi sosial-politik, maupun rumor-rumor yang berkembang (Darmadji,
2006:13).
Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa.
Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa,
sehingga sering disebut harga penutupan (closing price). Oleh karena itu, harga
saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari
bursa. Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran.
Pada saat permintan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan
cenderung meningkat, sebaliknya pada saat
banyak pemilik saham menjual
saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami
penurunan (Anoraga, 2006:59).
47
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa saham adalah
surat bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas
sebagian kekayaan perusahaan. Hal ini berarti jika seorang investor membeli
saham, maka investor tersebut menjadi salah satu pemilik perusahaan, dimana
proporsi kepemilikannya sesuai dengan jumlah kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pemegang saham tersebut.
Terdapat beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji, 2006:131) :
1.
Previous Price menunjukan harga penutupan hari sebelumnya.
2.
Open atau opening price menunjukkan harga
pertama kali pada saat
pembukaan sesi I perdagangan, yaitu pada jam 09.30 WIB.
3.
High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan hari tersebut.
4.
Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
5.
Closing Price atau Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas
suatu saham, yaitu pada jam 16.00 WIB.
6.
Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
terakhir yang terjadi pada hari tersebut.
48
2.7.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Alwi (2003:87), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pergerakan harga saham atau indeks saham antara lain :
1.
Faktor Internal (Lingkungan Mikro)
Faktor Internal (lingkungan mikro) antara lain adalah :
a.
Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b.
Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c.
Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcement) seperti perubahan dan pergaantian direktur, manajemen, dan
struktur organisasi.
d.
Pengumuman pengambilan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi
dan lainnya.
e.
Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f.
Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
49
g.
Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir fiskal, Earning Per Share (EPS) dan
Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio, Net Profit Margin, Return On
Assets (ROA), dan lain-lain.
2.
Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)
Faktor Eksternal (lingkungan makro) antara lain :
a.
Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b.
Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap
manajernya.
c.
Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti saham
perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
d.
Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar, juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di
bursa efek suatu negara .
e.
Berbagai isu, baik dari dalam negeri dan luar negeri.
50
2.7.3
Nilai Saham
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go
public . Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perushaan penerbitnya. Jika
perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan
tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam
jumlah yang tinggi pula.
Pemberian dividen yang tinggi, akan menarik minat investor untuk
membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang
bersangkutan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai
saham.
Menurut Martalena (2011:57), nilai dari suatu saham dapat memiliki empat
konsep yaitu :
1.
Nilai Nominal
Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan akuntansi dan hukum.
Nilai ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal disetor
penuh dibagi dengan jumlah saham yang sudah diedarkan.
2.
Nilai Buku per Lembar Saham
Menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang merupakan nilai ekuitas
dibagi dengan jumlah lembar saham.
3.
Nilai Pasar
51
Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk
di bursa saham.
4.
Nilai Intrinsik
Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham yang
sebenarnya. Nilai intrinsik ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di
masa mendatang (yang berasal dari capital gain dan dividen).
2.8.1
Pengaruh Nilai Tukar (IDR/USD) terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Nilai tukar mata uang asing adalah harga satu satuan uang dalam satuan
mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu
pasat tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Bila ingin
menukarkan satu mata uang nasional dengan mata uang lain, maka melakukannya
berdasarkan nilai tukar yang berlaku (Samuelson, 2004:305).
Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda
terhadap setiap jenis saham, yaitu statu saham dapat terkena dampak positif
sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Kenaikan Kurs Dollar US
yang tajam terhadap Rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang
memiliki hutang dalam Dollar US sementara produk emiten tersebut dijual secara
lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak
positif dari kenaikan Kurs Dollar US tersebut.
52
Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursak Efek, dan emiten yang terkena dampak positif
akan meningkat harga sahamnya. (Samsul, 2006).
Semakin tinggi nilai kurs atau nilai tukar rupiah menunjukkan semakin
merosotnya nilai rupiah (Rp) terhadap dolar AS (USD). Penguatan dolar AS
terhadap rupiah ini menyebabkan jumlah utang perusahaan dan biaya produksi
menjadi bertambah besar jika dinilai dengan rupiah. Naiknya biaya produksi
tentunya akan menyebabkan perusahaan menaikkan harga jual produknya.
Hal ini kemudian dapat menurunnya tingkat penjualan pada perusahaan
sehingga laba juga menurun. Terjadinya penurunan laba perusahaan pada
akhirnya juga akan menyebabkan permintaan saham berkurang karena banyak
investor yang mengalihkan dananya di pasar uang yang lebih menguntungkan
sehingga secara teoritis Nilai tukar rupiah memiliki pengaruh terhadap harga
saham.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Suramaya (2012), bahwa
hanya kurs yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG sedangkan tingkat inflasi,
suku bunga SBI dan perrtumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar
(IDR/USD) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
53
2.8.2
Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau
investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam
presentase yang ditetapkan oleh bank. Bagi bank, bunga merupakan komponen
pendapatan yang paling tinggi. Dari total pendapatan yang diterima bank,
sebagian besar diperoleh dari bunga pinjaman.
Suku bunga yang tinggi, akan dapat menimbulkan tingginya volume
tabungan masyarakat. Makin tinggi tingkat suku bunga yang ditawarkan bank
mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung, artinya masyarakat
cenderung akan mengurangi konsumsinya guna menambah saldo tabungan yang
dimiliki. Selain itu, suku bunga yang tinggi akan berdampak pada melonjaknya
biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami persaingan dalam
investasinya, artinya para investor lebih cenderung memilih berinvestasi ke pasar
uang atas tabungan dibandingkan pasar modal.
Sebaliknya, suku bunga yang rendah, baik suku bunga pinjaman maupun
suku bunga simpanan akan berdampak pada menurunnya keinginan masyarakat
untuk menabung, karena perusahaan dapat mengambil kredit atau menambah
modal atau investasi dengan tingkat bunga yang rendah.
Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga
saham. Karena dengan kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan beban
bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan
mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat
54
turunnya harga saham di pasar. Sehingga, menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
atau deposito.
Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan harga saham
di pasar dan laba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat.
Maka, investor akan mengalihkan investasinya di perbankan ke pasar modal.
Investor akan memborong saham, sehingga harga saham terdorong naik akibat
meningkatnya permintaan saham (Samsul, 2006).
Hal tersebut dapat ditunjang oleh hasil penelitian Muhammad Zuhdi Amin
(2012), bahwa secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG,
tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap IHSG, nilai kurs dolar
(USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG, dan Indeks Dow Jones
berpengaruh positif terhadap IHSG. Variabel yang paling dominan terhadap IHSG
adalah tingkat suku bunga SBI.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat suku
bunga berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.8.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tingkat inflasi adalah dimana keadan nilai mata uang suatu Negara dalam
keadaan sedang naik dan mempengaruhi semua aspek perekonomian yang ada
dinegara. Pengaruh inflasi ini sunggah berperan aktif dalam perekonomian yang
ada di Indonesia biasanya factor inflasi ini dipengaruhi oleh factor makroekonomi
Negara tersebut contohnya di Indonesia ketika harga Bahan Bakar Minyak naik
55
pada tahun 2013 menciptakan tingkat inflasi yang cukup tinggi di Indonesia
(BPS,2013).
Namun BPS badan pusat statistic Indonesia mencatat bahwa fluktuatif
inflasi yang terjadi di Indonesia pada saat kenaikan harga bahan bakar minyak
terbilang wajar dan pada koridar yang masih sehat, namun setidaknya factor
inflasi ini berpengaruh terhadap pergerakan IHSG di bursa efek Indonesia IHSG
sempat melemah namun perlahan dan pasti IHSG kembali menguat seiring
dengan tingkat inflasi yang perlahan-lahan sudah mulai membaik (Kontan ,2013)
(www.idx.co.id ,2013)
Dari data yang sudah dipaparkan bahwa laju inflasi mempunyai tingkat
signifikansi yang cukup tinggi terhadap menguat ataupun melemahnya IHSG.
Download