11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antenatal Care Antenatal Careadalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan tidak normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan dan dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal. Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga masa post partum berjalan sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.Pelayananantenatal care(ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Antenatal Care(ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal "7T"yaitu: 11 Universitas Sumatera Utara 12 a. Timbang (Berat Badan) b. Ukur (Tekanan) darah c. Ukur (Tinggi) fundus uteri d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama hamil f. Tes terhadap penyakit menular seksual g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Tujuan Antenatal Care adalah : a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Menyiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Universitas Sumatera Utara 13 2.1.1. Pelayanan/Asuhan Standar Minimal 7T yang Diberikan 1. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan Penimbangan berat badan pada umur kehamilan trimester I dan II bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum dan sesudah hamil. Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil, di hitung mulai trimester I sampai trimester III berkisar antara 9-13,5 kg, penimbangan berat badan mulai trimester III bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu. Kenaikan berat badan setiap minggu pada kehamilan yang tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg (Mandriwati, 2008). Tabel 2.1. Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Berat Badan Ibu Sebelum Hamil Berat badan Sebelum Hamil (BB/TB(m2) Berat badan kurang (underweight) Berat badan normal (normal weight) Berat badan berlebih (overweight) Obesitas Sumber : Dewi, 2012 BMI <19,8 19,8-26,0 26,0-29.0 > 29,0 Kenaikan BB Total yang Dianjurkan (Kg) 12,5-18 11,5-16 7-11,5 < 6,8 Bahaya kenaikan berat badan yang berlebih pada ibu hamil meliputi : 1. Bayi besar resiko kesulitan pada saat persalinan. 2. Pada kehamilan trimester III merupakan tanda bahaya kemungkinan terjadinya preeklamsia. 3.Bisa merupakan gejala penyakit diabetes melitus pada ibu hamil. Universitas Sumatera Utara 14 Sedangkan bahaya penurunan berat badan yang berlebih meliputi : 1. Janin tidak Berkembang 2. Kurang gizi dan anemia sehingga mengalami kesulitan saat persalinan. Pengukuran tinggi badan bertujuan untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil seehingga bisa mendeteksi faktor resiko. Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan tinggi badan adalah keadaan rongga panggul (Mandriwati, 2008). 2. Ukur Tekanan Darah Pemeriksaan ini sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan. Tekanan darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan ibu mudah lelah sehingga dapat menambah buruk morning sickness yang dihadapi di awal kehamilan. Tekanan darah yang terlalu rendah juga berakibat menurunnya pasokan darah yang diterima organ tubuh karena jantung tidak memompa dengan kuat. Adapun tekanan darah yang terlalu tinggi juga sangat berbahaya. Tekanan darah tinggi dapat memicu preeklampsia yang berakibat fatal bagi ibu dan janin (Dewi, 2012). 3. Ukur Tinggi Fundus Uteri Untuk mengukur tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan pita meter (cm) dan menggunakan penunjuk badan. Berikut tabel tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan. Universitas Sumatera Utara 15 Tabel 2.2. Tinggi Fundus Berdasarkan Usia Kehamilan Usia kehamilan 12 minggu 16 minggu Dalam cm - 20 minggu 22-27 minggu Tinggi Fundus Menggunakan Penunjuk Badan Teraba di atas simfisis fubis Di tengah, antara simfisis pubis dan umbilikus. Pada umbilikus 20 cm (±2 cm) Usia kehamilan dalam minggu = cm (±2 cm) 28 minggu 28 cm (±2 cm) Di tengah, antara umbilikus dan prosesus sifoideus. 29-35 minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm (±2 cm) 36 minggu 36 cm (±2 cm) Pada prosesus sifoideus. Sumber :Rukiyah, 2009 4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap Pemberian imunisasi TT lengkap dapat dilakukan dengan interval, lama perlindungan serta persentase yang berbeda. Tabel 2.3.Pemberian Imunisasi TT 0,5 CC Imunisasi Interval TT 1 Pada ANC pertama TT 2 4 mgg setelah TT 1 TT 3 6 bln setelah TT 2 TT 4 1 thn setelah TT 3 TT 5 1 thn setelah TT 4 Sumber : Vivian, 2012 Lama Perlindungan 3 tahun 10 tahun 10 tahun 25 thn/seumur hidup. Perlindungan % 80% 95 % 99% 99% 5. Pemberian Tablet Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan Zat besi berfungsi dalam pembentukan darah, terutama membentuk sel darah merah (hemoglobin) dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi diperlukan saat kehamilan memasuki 20 minggu. Kebutuhan terhadap zat besi Universitas Sumatera Utara 16 sebanyak 30 mg per hari. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, dan ikan(yani, 2013).Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (=zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet/ hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh/ kopi agar tidak mengganggu penyerapannya(Dewi, 2012). Menurut Hilman et al. (1999) dalam Sue Jordan (2004), efek samping zat besi meliputi obstipasi, mual, muntah, dan kram. Penyerapan zat besi bisa meningkat bila ada zat asam dalam lambung dan bisa terhambat bila diminum bersamaan dengan makanan minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi, cokelat, buah-buahan yang mengandung alkohol (durian, nanas). Cara minum tablet besi sehingga membantu penyerapan lebih baik bersamaan dengan minuman vitamin C/ jus/ buah jeruk atau minum bersamaan dengan makan daging atau ikan sehingga menstimulasi asam lambung(Mandriwati, 2008). 6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani (Rukiyah, 2009). 7. Temu Wicara (Konseling dan Pemecahan Masalah) Satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan Universitas Sumatera Utara 17 permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki(Mandriwati, 2008). Temu wicara meliputi anamnesa yaitu biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien(Rukiyah, 2009). 2.1.2.Standar Minimal Kunjungan Kehamilan Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1 1 2, yaitu sebagai berikut: a. 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu). b. 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28). c. 2 kali pada trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36). Pada setiap kali kunjungan antenatal care perlu didapatkan informasi yang sangat penting. a.Trimester I (sebelum minggu ke 14) 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. Universitas Sumatera Utara 18 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya). b. Trimester II (sebelum minggu ke 28) 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan mananganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya). 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejalagejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). c. Trimester III (antara minggu ke 28-36) 1) Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan. Universitas Sumatera Utara 19 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya). 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejalagejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). 7) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. d. Trimester III (setelah minggu 36) 1) Menjalin hubungan saling percya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persipan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan sebagainya). 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (tanya ibu tentang gejalagejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). 7) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Universitas Sumatera Utara 20 8) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), pemantauan dan pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga haras mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/ acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan melakukan rujukan. Hasil yang diharapkan adalah : a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan. b. Meningkatkannya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. c. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. d. Ibu hamil, suami dan keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. e. Mengurus transportasi rujukan bila sewaktu-waktu terjadi kedaruratan. Universitas Sumatera Utara 21 2.1.3. Kunjungan Antenatal Care(ANC) Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. a. Kunjungan Ibu Hamil K1 Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. b. Kunjungan Ulang Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. c. Kunjungan Ibu Hamil K4 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Antenatal Care(ANC). Sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat: 1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu). 2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28). Universitas Sumatera Utara 22 3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36). 2.2. Bidan Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional maupun nasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International Gynecologist and Obstetritian (FIGO) Tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1980 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian bidan adalah sebagai berikut : Menurut kutipan asli pengertian bidan sebagai berikut A midwife is a person who having been regulary admitted to a midwifery educational program fully recognized in the country in which it is located, has succsessfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requiste qualificatin to be registered and or legally licensed to practise midwifery. She must be able to give the necessary supervision, care and advice to women during pregnancy, labor and postpartum, to conduct deliveries on her own responsibility and to care for the newborn and the infant. This care includes preventive measures, the detection of abnormal condition in mother and child. The procurement of medical assitance, and the execution of emergency measures in the absense of medical help.She has an imprtant task in counseling and education not only for patients, but also within the family and community. Universitas Sumatera Utara 23 Pengertian tersebut diatas, memberikan arti : Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Bidan harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita memimpin persalinan atas tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana, dan asuhan anak. Bidan bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat- tempat pelayanan lainnya. Defenisi tersebut secara berkala direview dalam pertemuan Internasional/ Kongres ICM. Defenisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane, Australia ditetapkan sebagai berikut : Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan yang diakui di negaranya telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Universitas Sumatera Utara 24 Pengertian bidan menurut Kepmenkes No. 900/ MENKES/ SK/ VII/2002 :Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, sedangkan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)ialah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintahdan organisasi profesi di wilayah negara republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. 2.2.1. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang di berikannya dengan maksud peningkataan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Universitas Sumatera Utara 25 a. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi: 1. Layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. 2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan layanan kesehatan. 3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan juga layanan rujukan yang dilakukan bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya. b. Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan. Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan. parameter tersebut antara lain: 1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi. 2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan. 3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan. 4. Menurunnya angka kematian neonatal. 5. Cakupan penanganan resiko tinggi. 6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal. Universitas Sumatera Utara 26 c. Pelayanan kebidanan yang adil Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan dalam pelayanan inidimulai dengan: 1. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai. 2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani. 3. Adanya penelitian untuk mengembangkan /meningkatkan pelayanan. 4. Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan. Tingkat ketersediaan tersebut di atas adalah syarat utama untuk terlaksananya pelayanan kebidanan yang aman. Selanjutnya diteruskan dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai kebutuhan klien dan tidak membedakan pelayanan kepada siapapun (Dwiana, 2009). 2.3. Dukun Bayi Menurut Anggorodi (2009) dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun temurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan kemampuan ini adalah melalui magang dari pengalaman sendiri atau saat membantu melahirkan. Pengertian dukun bayi terlatih adalah seorang dengan jenis kelamin wanita yang dapat dan mampu membantu persalinan dan merawat bayi yang telah mendapatkan pelatihan sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menolong persalinan normal, minimal tentang kebersihandalam menolong Universitas Sumatera Utara 27 persalinan. Peran dukun bayi terlatih ini tidak berbeda jauh dengan peran bidan dalam kehidupan dimasyarakat, yang membedakan hanya latar belakang dan jenis pendidikan formal yang peroleh, disamping itu dukun bayi terlatih berada langsung dibawah pengawasan pimpinan puskesmasatau bidan kordinator di puskesmas, dengan demikian seluruh tugas dan kegiatanyang dilakukannya langsung dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada pimpinan puskesmas dan bidan kordinator di Puskesmas. Saat ini fasilitas pelayanan belum mampu menjangkau masyarakat secara luas seperti saat ini yang dilakukan melalui program pembangunan dibidang kesehatan. Masyarakat didaerah pedesaan umumnya memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bersifat tradisional, pelayanan kesehatan tersebut tidak terbatas pada penyembuhan penyakit tetapi juga pertolongan peralinan. Sampai saat ini keberadaan dukun bayi masih menjadi pilihan yang utama bagi masyarakat didesa kurang mampu untuk menjangkau pelayanan persalinan yang disediakan oleh pemerintah seperti bidan didesa maupun bidan dipuskesmas, atau masyarakat itu sendiri yang tidak mampu untuk menjangkau pelayanan akibat keterbatasan tingkat ekonomi, masalah sosial budaya yang ditradisikan oleh nenek moyang maupun faktor lainnya. Secara historis keberadaan dukun bayi terlatih sangat dekat dengan pertolongan persalinan dan pemeriksaan kehamilan oleh bidan dimasyarakat Indonesia, mengingat dimasa lalu jumlah tenaga medis (bidan/dokter) masih sangat Universitas Sumatera Utara 28 sedikit. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai pemerintah membuat program penempatan bidan didesa (Diah, 2012). 2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosiopsikologis seperti pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit, keuntungan yang diharapakan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu (Notoatmodjo, 2007). Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangkautama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan untukmeramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model (HBM) merupakanmodel kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi olehinformasi dari lingkungan. Menurut Health Belief Model (HBM) kemungkinanindividu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasildari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakitdan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006) Teori HBM oleh Lewin (1954) adalah Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, adaempat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni : Universitas Sumatera Utara 29 1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut.Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akantimbul apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit 2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakitakan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu ataumasyarakat. Penyakit polio misalnya, akan dirasakan lebih serius bila dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akanlebih banyak dilakukan apabila dibandingkan dengan pencegahan (pengobatan)flu. 3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafis andbarriers).Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yangdianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakanini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintanganrintangan yangditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaattindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkinditemukan didalam menentukan tindakan tersebut. 4. Isyarat atau tanda-tanda Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yangberupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya pesan- Universitas Sumatera Utara 30 pesanpada media massa,nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluargalain dari si sakit, dan sebagainya. 2.5.Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Greenmengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisis dari perilaku kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu : a. Faktor yang Mempermudah (Predisposing Faktors) Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu. 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan bagi masyarakat yang di desa-desa mereka tidak selalu membaca pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan kahamilan dari media cetak. Terlebih lagi kesadaran masyarakat untuk membeli bahan-bahan bacaan baik yang berupa buku maupun koran atau majalah masih rendah yang akibat dari minimalnya pengetahuan tentang kesehatan kehamilan, serta ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak Universitas Sumatera Utara 31 memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Notoadmojo, 2005). 2) Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan) atau (reaksi tertutup). Sikap terhadap pentingnya pemeriksaan ANC merupakan reaksi (respon) yang masih tertutup dari seseorang atau ibu hamil. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC, penghayatan tentang pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk pemeriksaan ANC yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi) kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi memang peran penting . Berbagai tindakan sikap yang berpengaruh terhadap pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC antara lain menerima (receiving), merespon, Universitas Sumatera Utara 32 menghargai, dan bertanggung jawab menerima sendiri. Artinya orang mau memperhatikan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan ANC. Merespon (reponding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga, sedangkan tanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. b. Faktor Pemungkin (Enabling Faktors) Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya yaitu biaya, jarak, dan ketersediaan transportasi. 1) Keterjangkauan Fasilitas Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit yang kesemua itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara 33 2) Ekonomi Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, krisis ekonomi yang berkepanjangan berakibat pada penurunan kemampuan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan kesehatan ibu hamil. Ketika biaya hidup semakin meningkat sementara pendapatan tidak meningkat maka banyak ibu hamil tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan. 3) Jarak Indonesia merupakan negara yang sangat luas sayangnya banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan. Jarak sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil. c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang dikarenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan. Universitas Sumatera Utara 34 Masyarakat Indonesia terdiri banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku masyarakat termasuk dalam perilaku kesehatan. Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Faktor Predisposisi : 1. Demografi (umur, Pendidikan dan Besar Keluarga) 2. Pengetahuan 3. Sikap Masyarakat terhadap Kesehatan 4. Tingkat Sosial Ekonomi Faktor pemungkin : 1. Sarana 2. Prasarana Perilaku Kesehatan Faktor penguat : 1. Dukungan Tokoh Masyarakat 2. Dukungan Tokoh Agama 3. Dukungan Petugas Kesehatan 4. Dukungan Swasta Gambar 2.1 Teori Perubahan Perilaku Sumber : Green, LW (1980) Universitas Sumatera Utara 35 2.6.Kerangka Pikir Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami. Kehamilan di mulai dari pembuahan dan berakhir dengan kelahiran manusia baru. Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Namun demikian tidak semua hasil persalinan dan kehamilan akan menggembirakan suami dan ibu. Ibu hamil bisa menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya pada ibu dan janin. Tujuan antenatal care (ANC) Menurut Depkes RI (2008) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan Antenatal adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti upaya koreksi/deteksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat. Pemeriksaan Kunjungan ANC yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan maupun dokter selama masa kehamilan tersebut diharapkan jika ada komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum dapat dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian ibu hamil. Selama kehamilan, ibu wajib memeriksakan kehamilannya baik saat trimester I,II dan III. Kunjungan antenatal care pada ibu hamil dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara 36 dukungan suami, status pendidikan, riwayat kehamilan dan petugas kesehatan. ANC menggambarkan perilaku ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya, dimana pemeriksaan tersebut dilakukan oleh ibu hamil baik ditenaga kesehatan (bidan), maupun dengan dukun bayi. Pemeriksaan tersebut akan berdampak pada kesehatan janinnya, jika ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada dukun bayi maka janinnya akan beresiko mengalami abortus, persalinan prematur, janin cacat, dan kematian janin dalam kandungan. - Tenaga Kesehatan Antenatal Care • Trimester I • Trimester II • Trimester III Kehamilan Pemeriksaan ANC Dukun Bayi + FAKTOR JANIN • Abortus /Keguguran • Persalinan Prematur • Janin Mengalami Kecacatan • Kematian Janin Dalam Kandungan FAKTOR IBU • Dukungan Suami • Status Pendidikan • Riwayat Kehamilan • Petugas Kesehatan ------------ = Diteliti’ = tidak diteliti Gambar 2.2.Kerangka Pikir Penelitian Universitas Sumatera Utara