12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Task-Technology Fit Theory
Merupakan tingkat kemampuan teknologi dalam membantu individu dalam kinerja
portofolio tugas. Task-Technology Fit dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson (1995). TaskTechnology Fit adalah tingkat dimana teknologi membantu individu dalam pelaksanaan tugastugasnya atau tugas jabatan. Secara lebih spesifik, Task- Technology Fit merupakan penyesuaian
antara kebutuhan akan tugas-tugas, kemampuan individu dan fungsi teknologi. Prioritas TaskTechnology Fit adalah interaksi antara tugas, teknologi, dan individu. Berbagai macam tugas yang
pasti (sebagai contoh, saling ketergantungan antara tugas dengan kebutuhan informasi dari
beberapa unit organisasi) membutuhkan berbagai macam fungsi teknologi yang pasti (sebagai
contoh, integrasi database dengan seluruh data perusahaan yang dapat diakses untuk seluruhnya.
Model ini mengindikasikan bahwa kinerja akan meningkat ketika sebuah teknologi menyediakan
fitur dan dukungan yang tepat dikaitkan dengan tugas.
2.1.2 Pengertian Teknologi Informasi
Secara umum, teknologi diartikan sebagai suatu koleksi teknik produksi, pengetahuan, dan
keterampilan untuk mengubah input menjadi output (Maharsi, 2000). Penggunaan teknologi
informasi telah menjadi hal yang umum bagi perusahaan atau organisasi, tetapi baru sebagian kecil
fungsi teknologi informasi tersebut yang dimanfaatkan dari seluruh kemampuan teknologi
informasi dalam dunia usaha. Pada prinsipnya teknologi informasi yang digunakan disesuikan
12
dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan yang menggunakannya. Perusahaan tidak harus
selalu memakai teknologi yang baru selama kebutuhan organisasi terhadap teknologi informasi
yang telah ada sudah terpenuhi. Selain dari itu, investasi di bidang teknologi informasi dalam suatu
organisasi perusahaan umumnya dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja
individual anggota organisasi dan institusi.
Menurut Halim (2004), definis teknologi informasi yaitu kebijakan, standar dan
pengembangan infrastruktur seperti perangkat keras (hardware) dan jaringan (networking) yang
hanya salah satu bagian kecil dari format perusahaan selain proses dan prosedur, supplier, rekanan
dan lain sebagainya.
Menurut Amir (1996) dalam Sudarsono (2004), teknologi informasi merupakan sistem
yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, basis data, sumber daya manusia dan
fasilitas-fasilitas untuk memproses informasi pada suatu organisasi yang mampu meningkatkan
akutasi dan kecepatan dalam pemrosesan informasi serta mengarahkan perusahaan untuk
mencapai keunggulan bersaing.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi merupakan
perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti,
perangkat keras, perangkat lunak, database, networking, dan peralatan telekomunikasi lainnya
yang digunakan oleh suatu organisasi/perusahaan untuk memproses informasi dan menyediakan
informasi bagi pemakai dalam rangka pengambilan keputusan.
Maharsi (2000) menyatakan bahwa kehadiran teknologi informasi memberikan banyak
manfaat bagi perusahaan. Teknologi informasi mampu meringankan aktivitas bisnis yang
kompleks serta menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat
13
dipahami dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan
manajemen. Selain itu dengan adanya teknologi informasi juga membantu perusahaan dalam
efisiensi operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat bersaing dan mampu menghadapi
pasar global.
2.1.3 Pengertian Sistem
Suatu perusahaan dikatakan baik jika telah memiliki sistem dan prosedur yang memadai.
Penggunaan sistem dan prosedur yang tepat dapat mendukung kelancaran operasi perusahaan.
Sistem dan prosedur sangat penting peranannya karena membantu manajemen untuk memperoleh
informasi tentang efisiensi dan efektivitas perusahaan.
Menurut Mcleod (2001) sistem adalah himpunan dari unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu. Sistem adalah sekelompok komponen
yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima
input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (O’Brien, 2005), begitu
juga dengan Romney (2006) yang mendefinisikan sistem sebagai rangkaian dari dua atau lebih
komponen-komponen yang saling berintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.
Mulyadi (2008) mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Sedangakan Subari
(2004) mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk melaksanakan tugas pokok perusahaan.
Dari beberapa pengertian diatas, sistem dapat dikatakan sebagai sesuatu yang terdiri dari
beberapa subsistem kecil yang saling terintegrasi dan menjalankan fungsinya masing-masing
untuk mendukung sistem yang lebih besar, guna tercapainya tujuan.
14
2.1.4 Pengertian Informasi
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan. Informasi menunjukkan hasil dan pengolahan data yang telah diorganisasikan dan
berguna bagi orang yang menerimanya.
Adapun definisi informasi berdasarkan para ahli diantaranya, Abdul Kadir (2002: 31);
McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa
sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Menurut Anton
M. Meliono (1990: 331) informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu.
Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan. Sedangkan menurut Gordon B.
Davis (1991: 28), informasi adalah data yang telah diolah menjadisebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilankeputusan saat ini atau mendatang.
Berdasarkan definisi-definisi informasi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa informasi adalah sekumpulan fakta-fakta yang telah diolah menjadi data, sehingga menjadi
lebih berguna dan menjadi informasi saat dibaca atau diketahui oleh orang yang membutuhkan
akan informasi tersebut dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Menurut Hall (2001), informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan apabila informasi tersebut berkualitas artinya informasi tersebut
harus memenuhi empat hal yaitu:
1) Relevan (relevance)
Informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiaptiap individu satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-musabab
kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih
relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan.
15
2) Akurasi (accuracy)
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan, dan harus
jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan dapat terjadi karena sumber informasi (data)
mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.
3) Tepat waktu (timeliness)
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang
usang tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan akan berakibat fatal atau kesalahan dalam keputusan dan tindakan.
Kondisi demikian menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk
mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya memerlukan teknologi-teknologi terbaru.
4) Lengkap (complete)
Bagian informasi yang esensial bagi pemakai tidak boleh ada yang hilang atau kurang.
Misalnya, sebuah laporan harus menyajikan semua perhitungan dan menyajikannya dengan jelas
sehingga tidak menimbulkan laporan yang ambigu.
Sumber informasi adalah data. Data itu berupa kenyataan yang menggambarkan suatu
kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kemudian data diolah melalui suatu metode untuk
menghasilkan informasi. Data diolah melalui suatu model sehingga menjadi informasi, penerima
kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang
kemudian menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data
tersebut akan ditangkap sabagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya
membentuk suatu siklus.
16
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Wilkinson (2000), sistem informasi merupakan suatu kerangka kerja di mana
sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi
keluaran (informasi) guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Robert A. Leitch dan K. Roscoe
Davis dalam buku Jogiyanto HM., (1999: 11) mendefinisikan sistem informasi sebagai
suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan menurut
O’Brien (2005), sistem informasi adalah suatu kombinasi terartur apapun dari people (orang),
hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks and data
communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data) yang mengumpulkan,
mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk organisasi.
Sistem informasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi secara optimal
dan berbasis komputer yang dapat menghimpun dan menyajikan berbagai jenis data yang akurat
untuk berbagai macam kebutuhan. Suatu sistem informasi pada dasarnya terbentuk melalui suatu
kelompok kegiatan operasi yang tetap yaitu, mengumpulkan data, mengelompokkan data,
menghitung, menganalisa dan menyajikan laporan. Sasaran sistem informasi yaitu, meningkatkan
penyelesaian tugas yang menuntut pemakai harus lebih produktif sehingg menghasilkan output
yang memiliki mutu yang tinggi, meningkatkan efektivitas secara keseluruhan (sistem harus
mudah dan sering digunakan), dan meningkatkan efektivitas ekonomi (keuntungan yang diperoleh
dari sistem harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan).
17
2.1.6 Sistem Informasi Organisasi
Informasi merupakan komoditas yang tak ternilai untuk dapat menempatkan perusahaan
sebagai market leader ataupun dalam menjaga keberadaan perusahaan dalam kompetisi di era
globalisasi. Para manajer dewasa ini menyadari bahwa kebutuhan akan informasi yang relevan dan
tepat waktu tidak dapat dielakkan. Mereka semakin menuntut adanya sistem informasi yang cepat,
akurat, dan relevan.
Manfaat penting suatu sistem informasi dalam kaitannya dengan kinerja perusahaan
diidentifikasi oleh Wilkinson et al. (1999) dan Ghasemi et al. (2011) sebagai berikut:
1. Mengurangi tingkat kesalahan
2. Mengurangi waktu untuk memperbaiki kesalahan
3. Mengurangi waktu tanggap dari workstation interaktif
4. Mempercepat waktu penyediaan laporan (informasi).
5. Meningkatkan keamanan sistem.
6. Memperbanyak update sumber record aktif.
7. Meningkatkan kepuasaan pemakai.
Perkembangan sistem informasi disatu sisi menguntungkan bagi perusahaan namun disisi
lain menimbulkan beberapa masalah bagi pihak manajemen (Maharsi, 2000), antara lain sebagai
berikut:
1) Untuk menerapkan sistem informasi dalam perusahaan memerlukan biaya yang besar. Biaya
yang diperlukan tidak hanya pada saat pengadaan sistem tersebut tetapi juga biaya
pemeliharaan dan biaya pengembangan apabila system tersebut mulai usang.
18
2) Sistem informasi tersebut yang diterapkan harus acceptable, yaitu dapat diterima oleh semua
pihak yang menggunakan. Jika tidak, akan menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan
seperti resistance to change (penolakan terhadap perubahan). Resistance to change muncul
karena tidak semua individu mudah menerima perubahan dan menganggap bahwa dengan
adanya perubahan berarti hambatan, bahkan dapat merupakan ancaman. Resistance to change
juga
dapat
timbul
karena
kurangnya
pengetahuan
atau
ketidakmampuan
dalam
mengoperasikan sistem informasi yang baru.
3) Perkembangan sistem informasi menuntut semakin banyaknya keahlian yang dimiliki oleh
karyawan atau pekerja organisasi. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan tambahan sangat
diperlukan.
4) Perkembangan sistem informasi memungkinkan hilangnya kesempatan kerja khususnya bagi
karyawan tingkat bawah karena dengan perkembangan sistem informasi hanya menciptakan
kesempatan kerja baru bagi tenaga ahli atau individu yang telah memenuhi kualifikasi.
Melihat adanya masalah yang timbul dalam perkembangan sistem informasi maka pihak
manajemen dalam mengimplementasikan suatu sistem hendaknya mempertimbangkan besarnya
biaya yang diperlukan dan manfaat yang akan diperoleh (cost–benefit analysis). Sistem informasi
akan diterapkan apabila dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan untuk mengimplementasikan sistem informasi.
2.1.7 Konsep Tugas
Merupakan definisi yang luas dari kegiatan yang dilakukan individu dalam pengubahan
input ke output. Karakteristik tugas yang penting meliputi: peningkatan penggunaan aspek-aspek
tertentu dari teknologi informasi. Misalnya: kebutuhan untuk dapat menjawab berbagai variasi dan
19
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diprediksi mengenai operasional perusahaan atau entitas
lain, yang akan meningkatkan ketergantungan terhadap kapasitas sistem informasi untuk
memproses data base informasi operasional.
2.1.8 Konsep Individu
Individu yang dimaksud disini adalah pengguna teknologi informasi dalam hal ini adalah
teknologi komputer dalam penyelesaian tugas. Igbaria et al. (1996) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong individu untuk memanfaatkan teknologi
komputer selain kegunaan yang dirasakan dan tekanan sosial, yaitu: 1) faktor kecemasan, 2)
ketrampilan, 3) dukungan organisasional, 4) pemanfaatan organisasional, dan 5) selain itu yang
perlu diperhatikan adalah karakteristik individu (training, pengalaman menggunakan komputer
dan motivasi) dapat mempengaruhi bagaimana mudahnya dan seberapa baiknya individu tersebut
mengutilisasi teknologi.
2.1.9 Pengertian Kinerja Individual dan Faktor yang Mempengaruhinya
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja
atau prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang). Kinerja dapat berupa penampilan kerja
perorangan maupun kelompok dalam suatu perusahaan. Kinerja individu merupakan suatu kondisi
yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak yang berkepentingan untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi. Kinerja individu merupakan hasil kerja individu
tersebut dengan mengkombinasikan kemampuan, usaha dan kesempatan dalam melaksanakan
tugasnya.
20
Individu yang memiliki kinerja yang tinggi akan selalu berorientasi pada prestasi, memiliki
percaya diri, berpengendalian diri, dan memiliki kompetensi. Goodhue dan Thomson (1995) dalam
Jumaili (2005) menyatakan bahwa pencapaian kinerja individu berkaitan dengan pencapain
serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Sutemeister
dalam Srimulyo (1999) dalam Maria (2009) mengemukakan pendapatnya bahwa kinerja
individual dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor kemampuan
a. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan, dan minat
b. Keterampilan : kecakapan dan kepribadian
2) Faktor motivasi
a. Kondisi sosial seperti lingkungan keluarga dan tempat tinggal
b. Fisiologis (persepsi) dan egoistis (sifat egois).
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku menusia dalam melakukan
peran yang dimainkannya untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Faustino Cardoso Gomes
(2003) dalam Helena Novita (2011) ada delapan kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kinerja individual, yaitu:
1) Quantity of work, merupakan jumlah kinerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu.
2) Quality of work, merupakan kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian
dan kesiapannya.
3) Job knowledge, merupakan luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.
4) Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
21
5) Cooperation, merupakan kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota
organisasi).
6) Dependability, merupakan kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian pekerjaan.
7) Initiative, merupakan semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar
tanggung jawabnya.
8) Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan
integrasi pribadi.
2.1.10 Penilaian Kinerja Individual
Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program
yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu
sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian
kinerja individual maka kita dapat mengetahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja
karyawan. Penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis
tentang prestasi kerja atau jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya
(Bambang Wahyudi, 2002:10). Penilaian kinerja individu pada dasarnya merupakan penilaian
perilaku manusia dalam melakukan peran yang dimaiankannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks penelitian sistem informasi, pemakai akan diberikan evaluasi berdasarkan
pada suatu kenyataan apakah suatu sistem informasi yang di terapkan dalam perusahaan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Secara umum, konsep evaluasi pemakai adalah suatu
penilaian yang dilakukan kepada pemakai suatu barang atau jasa tersebut. Pencapaian kinerja
22
individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan
teknologi informasi yang ada. Pengukuran kinerja individual melihat dampak teknologi sistem
informasi terhadap efektivitas penyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja dan
menjadikan pemakainya lebih produktif dan kreatif (Goodhue dan Thompson, 1995).
2.1.11 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Larry D. Stout dalam Bastian (2001:329) yang dimaksud dengan pengukuran
kinerja adalah proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah
pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk,
jasa ataupun suatu proses.
Menurut Mulyadi (2001) manfaat dari adanya pengukuran kinerja yaitu:
1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara
maksimum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi,
transfer dan pemberhentian karyawan.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dengan pengembangan karyawan dan menyediakan
kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Task-Technology Fit terhadap Kinerja Individual
Variabel kesesuaian tugas-teknologi merupakan korespondensi antara kebutuhan tugas,
kemampuan individual dan fungsi-fungsi teknologi dalam sistem informasi dalam organisasi
(Goodhue 1995 dalam Ellyana, Redy dan Hamzah 2009). Kebutuhan tugas harus sesuai dengan
23
kemampuan individu yang didukung dengan fungsi-fungsi teknologi sistem informasi (Hamzah
2009). Ketiga hal yaitu berupa kebutuhan tugas, kemampuan individu dan fungsi-fungsi teknologi
sistem informasi merupakan satu kesatuan. Goodhue (1995) mengajukan konstruk kecocokan
tugas-teknologi untuk dijadikan dasar evaluasi pemakai dalam mengukur keberhasilan suatu
sistem informasi. Keberhasilan tersebut akan ditunjukkan dengan meningkatnya kinerja khususnya
kinerja individu dalam organisasi. Dalam perspektif kecocokan tugas-teknologi, teknologi
dipandang sebagai suatu hal yang berhubungan langsung dengan penyelesaian tugas individu.
Kecocokan tugas-teknologi dalam hal ini didefenisikan sejauh mana fungsi teknologi sesuai/cocok
dengan kebutuhan tugas dan kemampuan individual (Goodhue & Thompson 1995).
Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa kesesuaian tugas-teknologi yang
merupakan fungsi karakteristik tugas dan karakteristik teknologi mempunyai hubungan terhadap
kinerja individu. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa kesesuaian tugas-teknologi dengan
kinerja individual menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Dukungan empiris hubungan task-technology fit dengan kinerja telah ditujukkan pada hasil
penelitian seperti Diana (2001) menunjukkan bahwa kesesuaian tugas-teknologi berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja karyawan akuntansi. Begitu juga dengan Jumaili (2000)
menunjukkan kesesuaian tugas-teknologi berdampak positif terhadap pemanfaat teknologi
informasi dan kinerja individu. Sunarta, I Nyoman (2005) dalam penelitiannya juga menunjukkan
bahwa task-technology fit berpengaruh positif terhadap kinerja individual.
Berdasarkan penjelasan variabel dan hasil-hasil penelitian diatas maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebaga berikut:
Ha: Task-Technology Fit berpengaruh terhadap kinerja individual.
24
Download