Tugas Makalah Filsafat Farmasi “ LANDASAN ONTOLOGI “ Oleh

advertisement
Tugas Makalah Filsafat Farmasi
“ LANDASAN ONTOLOGI “
Oleh:
Kelompok 3
1. Della Fibrilia
(201210410311086)
2. Khaerisma Ayu K
(201210410311092)
3. Abdi Rahman I
(201210410311099)
4. Yuni Suryani A
(201210410311112)
5. Wendi Okta F
(201210410311118)
6. Nurul Muthmainnah (201210410311119)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2012/2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas rahmat-NYA maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Landasan Ontologi”
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas “Mata Kuliah Filsafat Farmasi ”.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalh ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.Amin.
Malang, 3 Desember 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
2.1 Pengertian pengetahuan ........................................................................... 5
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ..................................... 5
2.3 Jenis-jenis pengetahuan ........................................................................... 8
2.4 Hubungan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan .................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 12
3.2 Daftar Pustaka ..................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman dahulu bangsa-bangsa di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di
alam ini dipengaruhi oleh dewa, oleh karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus
ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada
dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris membawa implikasi yang besar.
Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan
dieksplotasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan
teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad raya
(makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Dari penelitian makrokosmos
bermunculan ilmu astronomi, fisika, kimia dan sebagainya, sedangkan dari mikrokosmos
muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya. Filsafat ilmu muncul atau ada
karena manusia ingin mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi
bomerang bagi kehidupan umat manusia. Disamping itu salah satu tujuan filsafat ilmu
adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrument bukan tujuan.
Saat ini filsafat ilmu merupakan suatu topik yang digunakan untuk menganalisis dan
dijadikan suatu topik diskusi eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya.
Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan unsur-unsur yang
terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu prosedur-posedur pengamatan, pola
argumen, metode penyajian, penghitungan, peramalan metafisik dan mengevaluasi dasardasar validitasnya bedasarkan sudut pandang logika formal, metodologi praktis dan
metafisika.
Jangkauan filafat ilmu apabila ditinjau dari paradigma keluasannya ada beberapa
dimensi yang bisa menjadi cakupan kajiannya. dimensi filsafat, dimensi logis, cultural
dimension (dimensi kebudayaan), historical dimension (dimensi sejarah), humanistic
dimension (dimensi kemanusiaan), recreational dimension (dimensi rekreasi), dan system
dimension (dimensi sistem).
4
Sedangkan dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga
hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan
cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan.
Perkataan “ontology” berasal dari perkataan dari Yunani “ yang ada”, ontologi
merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin. Ontology menggunakan kategori-kategori ada-menjadi , aktualitas- potensialitas,
nyata-tampak, perubahan, eksistensi-non eksistensi, esensi, keniscayaan yang ada sebagai
yang ada.
Ontologi membahas tentang yang ada melalui pemikiran universal, dan berupaya mencari inti
yang termuat dalam setiap kenyataan, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
2. Komponen-komponen apa saja yang dapat pada ontologi ?
3. Aliran-aliran apa saja yang terdapat dalam ontologi ?
4. Bagaimana ditinjau ontologi terhadap ilmu pengetahuan?
5. Bagaimana Argumen ontology ditinjau dari presfektif agama?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian tentang ontolgi
b. Dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang komponen-komponen ontologi
c. Dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang aliran-aliran ontologi
d. Mengetahui tinjauan ontology terhadap ilmu pengetahuan
e. Mengetahui ontologi ditinjau dari presfektif agama
5
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Pengertian Ontologi
Istilah ontologi muncul sekitar abad ke-17 yang dikenal dengan ungkapan mengenai
“filsafat mengenai yang – ada” (philosophia entis). Martin Heidegger (1889-1976)
memahami ontologi sebagai analisis eksistensi dan yang memungkinkan adanya eksistensi.
Para eksistensialis menunjukkan bahwa pengetahuan apa pun yang dikembangkan haruslah
dikembalikan pada eksistensi dan ke-eksistansi-an manusia sebagai “ Ada” yang mengadakan
atau “pengada actual” (causa efficiens).
Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos yang berarti ada,
dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Adapun dalam Kamus
Filsafat Ontologi merupakan suatu studi tentang sisi esensial dari yang ada. Dalam bahasa
inggris disebut ontologi memiliki pengertian :
1. Suatu asumsi tentang eksistensi (kehadiran, keberadaan) yang mendasari setiap
pola konseptual atau setiap teori atau sistem idea
2. Suatu cabang penelitian metefisika yang berhubungan dengan kajian eksistensi
itu sendiri
Menurut Ibnu Khaldun ontologi merupakan teori tentang yang wujud (suatu yang wujud) dan
kadang-kadang juga ontologi disamakan dengan metefisika. metafisika juga disebut sebagai
prote-filisofia atau filsafat yang pertama.
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hakikat yang ada (ultimate
reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret, Ontologi membahas tentang yang ada secara universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan,
2.2 Komponen-komponen ontologi
Komponen-komponen yang akan diuraikan pada pembahasan saat ini, meliputi :
1. Objek Formal ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
6
tampil dalam kuantitas atau jumlah, sedangkan telaahnya akan menjadi kualitatif.
Realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau
hylomorphisme. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Zina objek pemikiran menjadi objek
sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri.
Referensi tentang kesemuanya itu cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya lebih
di jelaskan. Ontologi di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima.
Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif
bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
2. Metode dalam Ontologi
Metode dalam ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi
dalam ontologi, yaitu :
1. Abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2. abstraksi bentuk, mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang
sejenis, dan
3. abstraksi metaphisik. mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas
Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen
tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang
diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan
hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab
dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di
hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan
Suatu Contoh :
1. Pembuktian a priori
7
Yang Memakai baju toga adalah calon sarjana
Pak Syarifudin memakai baju toga
Jadi > Pak Syarifudin calon sarjana
2. Pembuktian a posteriori
Pak Lukman merupakan mantan lurah Cimindi
Pak Lukman seorang Pengusaha Emas
Jadi > Salah seorang mantan lurah Cimindi adalah seorang pengusaha emas
2.3 Aliran-aliran dalam ontologi
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas
atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni :
1. Aliran Naturalisme (kenyataan yang bersifat kealaman), aliran naturalisme mendasarkan
ajarannya pada penelitian “alam”
2. Aliran Meterialisme (kenyataan yang bersifat benda mati),
3. Aliran Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani),
4. Aliran Hylomorfisme (yang sungguh ada kecuali berupa Tuhan dan Malaikat berupa bahan
bentuk)
5. Aliran Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai “kenyataan” yang tidak
mengandung makna) .
Contoh dari paradigama ontologi filsafat, menghendaki sesuatu yang bersifat rasional
sehingga menghasilkan hipotesis yang raisonal pula. Setelah menemukan hipotesis yang
rasional maka dibuktikan secara empiris, sebagaimana mengikuti metode ilmiah. Metode
Ilmiah merupakan metode yang membuktikan bahwa suatu hal tersebut bersifat logis,
kemudian menarik sebuah hipotesis yang disertai dengan bukti empiris.
Materialisme adalah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada yang terdalam bersifat
material. Apakah kenyataan itu mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat
teleogis atau tidak) merupakan suatu pertanyaan ontologis.
Dalam prakteknya, penyelesaian masalah ontologis mempunyai berbagai macam
jawaban filsafati yang berbeda-beda, sesuai dengan titik tolak pemikiran yang digunakan.
Kita dapat memberi contoh hal tersebut misalnya dengan berbagai pandangan atau aliran
filsafat seperti jawaban natiralisme, materialisme, idealisme. Salah satu tokoh aliran filsafat
idealisme yang paling terkenal adalah Hegel. Menurut Hegel akal adalah kepastian yang
sadar tentang semua realitas yang ada, ia menegaskan bahwa yang nyata adalah rasional, dan
8
yang rasional adalah nyata. Idealisme absolut merupakan landasan filsafat Hegel yang
menempatkan ide absolut sebgai hakikat ontologis.
Contoh lain dari jawaban ontologis adalah aliran materialisme. Aliran ini berusaha
melampaui pengertian “alam” dan mendasarkan diri pada macam substansi atau kenyataan
terdalam yang dinamakan materi. Kaum meterialis pada masa lampau memandang alam
semesta tersusun dari zat-zat renik yang terdalam tersebut dan memandang alam semesta
dapat diterangkan berdasarkan hukum-hukum dinamika, contohnya hal ini dikenal dengan
rumus fisika dewasa ini dengan E = MC2, yang menggambarakan bahwa tenaga E
kedudukannya dapat saling dipertukarkan dengan massa m. jadi istilah pokok yang melandasi
ajaran materialisme adalah “materi”. Contoh dari artikulasi ontologi materi adalah teori
evolusi Charles Darwin
2.4 Tinjauan ontologi terhadap ilmu pengetahuan
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno. Dimana awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan
dibidang ontology seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan terhadap air yang
merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
Asalnya air dapat di amati dari beberapa bentuknya. Air dapat menjadi benda halus berbentuk
uap, ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi benda keras berupa es, Secara totalitas
air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun manusia. Para filosof selalu mencari apa yang pertama yang ada dibelakang yang ada
dan bersifat hakiki atau dasar yang dibelakang segala yang ada.
Berpijak dari alasan Thales, ontology merupakan cabang filsafat yang mendeskripsikan
hakekat wujud. Di mana ilmu pengetahuan dari segi ontology selalu mengkaji yang telah
diketahui atau yang ingin diketahui. Dari fenomena yang terjadi disekitarnya manusia
melakukan berbagai aktifitas untuk mengetahui apa sebenarnya di balik apa yang diraba oleh
pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian yang bersifat empiris yang dapat diuji
oleh pancaindra manusia.
Ontologi merupakan kawasan ilmu yang tidak bersifat otonom, ontology merupan
sarana ilmiah yang menemukan jalan untuk menagani masalah secara ilmiah. Oleh karena itu
ontologis dari ilmu pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu
adalah hal-hal atau benda-benda yang empiris.
9
Adapun dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan dengan Pandangan Pokok Pikiran
sebagai berikut:
1. Menoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu adalah
satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang
asal berupa meteri atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas
dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan
menentukan perkmbangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut
dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran.
a. Meterialisme, aliran ini menggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani,
aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan
dan satu-satunya fakta.
b. Idealisme, Sebagai lawan materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan
spritualisme. Idialisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti ruh.
2. Dualisme,
setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani,
ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut dualisme.
Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebgai asal sumbernya, yaitu
hakikat materi dan hakikat ruhani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde
(1770).
3. Pluralisme,
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua
nyata. pluralisme dalm Dictionory of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang
mnyatakan bahwa keyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua
entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan Empedocles yang
menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air,
api, dan udara.
4. Nihilisme,
bersal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang
tidak mengakui viliditas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.
10
Dalam novelnya itu Bazarov sebagai tokoh sentral mngatakan lemahnya kutukan ketika ia
menerima ide nihilisme.. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844. 1900 M)
dilahirkan di Rocken di Prusia, dari kelurga pendeta dalam pandangannya bahwa “ Allah
sudah mati” Allah kristiani dengan segalah petrintah dan larangannya sudah tidak mrupakan
rintangan lagi.
5. Agnosticisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. baik
hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahsa Grik Agnostos
yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini karena belum dapatnya
orang menegnal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyagkal adanya kenyataan mutlak yang
bersifat transcendent. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokohtokohnya seperti, Soren Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal sebagai
julukan bapak filsafat.
2.4 Argumen ontologi ditinjau dari presfektif agama
Filsafat agama mengajukan beberapa argumen tentang adanya Tuhan. Salah satu di
antara argumen-argumen tradisonal yang diberikan filsafat agama ialah argumen ontologisme
teori tentang wujud dan hakekat yang ada.
Argumen ontologi dimajukan pertama kali oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya.
Yang dimaksud dengan idea adalah definisi dan konsep universal dari setiap sesuatu. Kuda
mempunyai idea atau konsep universal. Idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiaptipa kuda yang nyata dalam alam nyata, baik kuda itu kecil atau besar, jantan atau betina,
warna hitam, putih atau berbelang, baik pincang atau tidak, baik hidup ataupun sudah mati.
Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh
kuda, baik kuda itu berada di Amerika, Eropa, atau Afrika, Asia maupun Australia.
Manusia juga mempunyai idea. Idea manusia adalah badan hidup yang kita kenal dan yang
bisa berfikir. Dengan kata lain idea manusia ialah hayawan natiq atau makhluk yang berfikir.
Konsep Hayawan natiq ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar
kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia eropa, Afrika, Asia, India, China dan sebagainya.
Demikian setiap sesuatu di alam mempunyai idea, dan idea inilah yang merupakan hakekat
sesuatu itu. idie inilah yang menjadi dasar wujud sesuatu. Idea berada dalam alam tersendiri
yaitu alam idea. Alam idea berada diluar alam nyata ini, dan senantiasa berupa, bukanlah
hakekat tapi hanyalah banyangan, gambaran dari idea-ideanya yang ada dalam alam idea.
11
Dengan kata lain benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindara dan berubah ini
bukanlah benda-benda yang asli, bukanlah hakekat tapi hanya banyangan. yang hakekat dan
asli adalah idea-idea yang kekal lagi tetap dan terdapat di alam idea, yang sebenarnya
mempunyai wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat ditangkap dengan
pancaindra. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, benda-benda berwujud
karena idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud benda.
Idea-idea bukan bercerai berai tak ada hubungan satu sama lain, tetapi semuanya bersatu
dalam idea tertinggi yang diberi nama idea kebaikan, atau The Absolute Good yaitu yang
mutlak baik. Yang mutlak baik adalah sumber, tujaun dan sebab segala sesuatu yang ada.
Yang mutlak baik yaitu disebut Tuhan.
Dengan teori idea Plato mencoba membuktikan bahwa alam bersumber pada sesuatu
kekuatan gaib yang bernama The Absolute, atau yang Mutlak Baik.
Menurut St. Agustine (354-430 M). manusia mengetahui dari pengalamannya, bahwa
dalam hidup itu ada kebenaran. Dalam keadaan seperti itu akal manusia terkadang merasa
bahwa dia mengetahui tapi terkadang mereka ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu
adalah kebenaran. Dengan kata lain akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada
sesuatu kebenaran yang tetap, kebenaran yang tak berubah-ubah. Kebenaran yang tetap itulah
yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dan usaha mengetahui yang benar. Kebenaran
tetap dan kekal itu merupakan Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Mutlak itu disebut Tuhan.
Argumen lain Immanuel Kant (1729-1804) seorang filosof Jerman menurutnya ditambahkan
wujud tentang konsep sesuatu tidak membawa hal baru tentang konsep itu, dengan kata lain
konsep tentang kursi yang mempunyai wujud tidak ada perbedaanya. Konsep tentang Zat
Maha Besar dengan demikain tidak mengharuskan adanya Zat Maha Besar itu. Konsep
sesuatu yang terbesar sebagai konsep sudah sempurna sungguhpun konsep itu tak mempunyai
wujud pada hakekatnya.
Oleh karena itu argumen ontologis ini tidaklah dapat menyakinkan eties atau agnostic untuk
percaya pada adanya Tuhan. Argumen ini belum dapat mendorong mereka untuk mengakui
bahwa Tuhan mesti ada
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ontologis; cabang ilmu filsafat yang menelaah tentang objek apa yang ada dalam telaah
ilmu, dan wujud yang hakiki dari objek tersebut serta hubungan antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang akhirnya diharapkan
membuahan pengetahuan.
2. Komponen-komponen ontologi, meliputi Komponen Objek formal ontologi adalah
hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau
jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran
materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Komponen Metode dalam
Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu
:abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
3. Aliran-aliran ontologi, Naturalisme (kenyataan yang bersifat kealaman), Meterialisme
(kenyataan yang bersifat benda mati), Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani),
Hylomorfisme (yang sungguh ada keculai berupa Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk)
Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai “kenyataan” yang tidak mengandung
makna)
4. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan
penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. dimana awal mula alam pikran orang Yunani
telah menunjukkan perenungan dibidang ontologi seperti yang kita kenal “Thales” atas
perenungan terhadap air yang merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
5. Yang sebenarnya mempunyai wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat
ditangkap dengan pancaindra. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, bendabenda berwujud karena idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud benda.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmin,Wahyudi.1995. Aliran dan Teori Filsafat Islam Cet. I.Jakarta: Bumi Aksara
2. Amsal,Bahtiar.2006. Filsafat Ilmu.Jakarta: PT. Raja Grafindo
3. Charles,Issawi.1976. Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II.Jakarta: Tintamas
4. Ismaun.2004. Filsafat Ilmu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
5. Suriasumantri,Jujun S..1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
6. Kamaruddin. 2002. Kamus Istilah Karya Ilmiah Cet. II. Jakarta: Bani Aksara
7. Loren,Bagus.2002. Kamus Filsafat Cet. III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
8. Noeng, Muhadjir.2001. Filsafat Ilmu.Yogjakarta : Rake Sarasin
9. Sadullah, Uyoh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung: PT. Media Iptek.
10. Saepudin, Endang Anshari.1980. Agama dan Kebudayaan.Surabaya: Bina Ilmu.
11. Suriasumantri ,J.S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
14
Download