BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi

advertisement
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit “ darah tinggi “ merupakan suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustarni, 2006).
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (Djoko Santoso,2010).
Sedangkan menurut Bustan (2007) Hipertensi merupakan keadaan
peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut kesuatu organ target
seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung coroner (untuk pembuluh
darah jantung) dan hypertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ
diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang
membawa kematian.
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg140
(Mahardani, 2010). Menurut suatu populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
11
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
12
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia tahun
2007, menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi
hipertensi yang digunakan di Indonesia.
Klasifikasi hipertensi menurut WHO dan JNC 7 terdapat pada tabel
2.1 dan tabel 2.2
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (Andy Sofyan, 2012)
Kategori
Optimal
Normal
Tingkat 1
(HT ringan)
Tingkat 2
(HT sedang)
Tingkat 3
(HT berat)
Tingkat 4
(HT malingna)
Tekanan
Sistolik
(mmHg)
Darah Tekanan
Diastolik
(mmHg)
≤ 120
≥ 130
140-159
≤ 80
≤ 85
90-99
160-179
100-109
≥ 180
≥ 110
≥ 210
≥ 120
Darah
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut The Joint National (Arif
Muttaqin, 2009).
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi
Tahap 1
Hipertensi
Tahap 2
Tekanan
Darah Tekanan
Darah
Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
≤ 120
≤ 80
120-139
80-89
140-150
90-99
≥ 160
≥ 100
12
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
13
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi menurut Hasil Konsensus
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Andy Sofyan, 2012).
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi
Tahap I
Hipertensi
Tahap II
Hipertensi
Sistol Terisolasi
Tekanan
Darah
Sistolik
(mmHg)
≤ 120
120-139
140-159
Tekanan
Darah
Diastolik
(mmHg)
≤ 180
80-89
90-99
≥ 160
≥ 100
≥ 140
≤ 90
Berdasarkan penyebab hipertensi (Agoes et al, 2011) :
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab dari hipertensi esensial disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain seperti bertambahnya umur, stress, asupan gizi yang tidak
seimbang dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi primer, sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui antara
lain obat-obatan, gangguan ginjal, endokrin, berbagai penyakit
neurologik, dan lain-lain.
3. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Brunner (2002), mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksassi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada edula di
otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistem saraf simpatis, yang
13
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
14
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai
mempengaruhi
faktor
respons
seperti
kecemasan
pembuluh
darah
dan
ketakutan
terhadap
dapat
rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresikan epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
14
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
15
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi
menurut Nurarif dan Kusuma (2013) adalah :
a. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan
perubahan kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak
penderita hipertensi mengabaikan kondisinya karena memang gejala
yang tidak dirasakan.
b. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala dan
kelelahan. Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena
mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Hipertensi yang
15
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
16
menaun dan tergolong hipertensi berat, biasanya akan menimbulkan
keluhan yang sangat nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah,
sesak
nafas,
nafas
pendek
(terengah-engah),
gelisah,
pandangan mata kabur dan berkunang-kunang, emosional, telinga
berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian
belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat
atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urine, bahkan mimisan
(Martuti, 2009).
5. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
1. Usia
Hipertensi primer muncul antara usia 30-50 tahun. Angka
kejadian meningkat pada usia 50-60 tahun dari pada usia 60 tahun
lebih.
Studi epidemiologi, prognosis lebih buruk bila klien
menderita hipertensi usia muda (Black & Hawk, 2005; LeMone &
Burke, 2008). Menurut Kumar dan Fausto (2005) pertambahan
usia dapat mengakibatkan perubahan fisiologis dan peningkatan
resistensi
perifer
serta aktifitas
simpatik
serta kurangnya
sensitifitas baroreseptor (pengatur tekanan darah), peran ginjal
aliran darah serta laju filtrasi glomerulur menurun.
2. Genetik
Genetik atau keturunan adalah jika salah satu anggota keluarga
pernah memiliki riwayat terkena hipertensi maka anaknya pun
16
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
17
dapat terkena hipertensi sebagai penyakit menurun atau
genetik. Penelitian pada penderita hipertensi pada orang yang
kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukan bahwa
kasus-kasus tertentu ada komponen keturunan yang berperan
(Sheps, 2005).
Pada wanita hamil yang merokok, risiko
terserang hipertensi pada ibu dan bayi juga lebih tinggi karena
pada kembar monozigot (satu telur) yang salah satunya adalah
penderita hipertensi, banyak ditemui juga yang mengidap
hipertensi (Martuti, 2009).
3. Pola makan
Mengkonsumsi tinggi sodium dapat menjadi factor penting
terjadinya hipertensi primer.
Diit tinggi garam mungkin
merangsnag pengeluaran hormon natriuretik yang mungkin
secara tidak lansung meningkatkan tekana darah.
Muatan
sodium juga merangsang mekanisme vasopresor dalam sistem
saraf pusat.
Studi juga menunjukan bahwa diet rendah
kalsium, kalium, dan magnesium berkontribusi terhadap
hipertensi (Black & Hawk, 2005; LeMone & Burke, 2008).
4. Kegemukan
Kegemukan terutama pada bagian tubuh atas dimana terjadi
peningkatan jumlah lemak dipinggang, abdomen dapat
dihubungkan dengan perkembangan hipertensi.
Seseorang
17
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
18
yang kelebihan berat badan pada daerah pantat, pinggul dan
paha beresiko lebih rendah untuk terjadi hipertensi sekunder.
5. Pengobatan Hipertensi
Pengobatan tekanan darah tinggi dapat dibagi menjadi dua yaitu
pengobatan nonfarmakologi dan pengobatan farmakologi. Pengobatan
nonfarmakologi yaitu ada diet sehat/diet hipertensi yang meliputi diet
rendah garam, diet kegemukan, diet rendah kolesterol dan lemak yang
terbatas, diet tinggi serat. Dan ada juga yang menggunakan gaya hidup
sehat seperti olahraga secara teratur, menghindari rokok dan minuman
alcohol, hidup santai dan tidak emosional (Martuti, 2009).
B. Daun Alpukat Sebagai Terapi
1. Pengertian
Berdasarkan taksonominya tanaman alpukat dapat diklasifikasikan
sebagai
berikut(
Kanisius,
2000)
:
Kerajaan
(Plantae),
Divisi
(Spermatophyta), Subdivisi (Angiospermae), Kelas (Dicotyledonae), Ordo
(Laurales), Family (Lauraceae), Genus (Persea), Spesies (Persea americana
miller).
Daun tumbuh berdesakan diujung ranting. Bentuk daun ada yang
bulat telur atau menjorong dengan panajng 10-20 cm, lebar 3 cm, dan
panajng tangkai 1,5-5 cm. bunga berbentuk malai, tumbuh dekat ujung
ranting dengan jumlah banyak, garis tengah 1-1,5 cm, warna putih
kekuningan, berbulu halus. Buah berbentuk bola berwarna hijau atau hijau
kekuningan dan biji berbentuk bola (Tersono, 2008).
18
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
19
Daun
merupakan
bagian
tanaman
yang
berfungsi
untuk
mempertahankan kehidupan, mengingat fungsinya tersebut maka alat ini
sering disebut dengan alat vegetatif, pada batasnya terdapat daun
berbentuk tunggal dan tersusun dalam bentuk spiral. Daun alpukat disebut
daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja,
tanpa upih atau pelepah daun. Bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat
pengambilan dan pengolahan zat-zat makanan serta alat penguapan air dan
pernafasan, daun berwarna hijau tua dan pucuk hijau muda sampai agak
kemerahan (Indriyani dan Sumiarsih 2002).
2. Kandungan Kimia Daun Alpukat
Hasil penelitian yang telah dilakukan Maryati et al, (2007) bahwa
penapisan fitokimia daun alpukat (Persea americana Mill) menunjukan
adanya golongan senyawa flavonoid, tannin katekat, kuinon, saponin, dan
steroid/tritelpenoid. Kandungan kimia daun alpukat juga dibuktikan oleh
Antia et al, (2005) bahwa ekstrak daun alpukat mengandung saponin,
tannin, phlobatanin, flavonoid, alkaloid, dan polisakarida. Penelitian lain
pada ekstrak methanol pada daun alpukat juga mengandung steroid,
tannin, saponin, flavonoid, alkaloid, fenol, antaquinon, triterpen (Asaolu et
al. 2010 dalam Prawita, 2012:5).
Berikut ini senyawa yang dikandung oleh daun alpukat :
a. Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
19
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
20
berbagai jenis tumbuhan. Nilda (2011) hasil penelitian menjelaskan
bahwa isolat fraksi 7 dari daun alpukat (Persea americana Mill) yang
ada dalam ekstrak kental methanol merupakan senyawa alkaloid
aromatik.
b. Flavonoid
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang
berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang
terdapat dalam jumlah besar pada tumbuhan. Flavonoid yang lazim
adalah flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon. Flavonoid
tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Senyawa
flavonoid sering ditemukan dalam bentuk glikosida.
c. Saponin
Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid.
Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan
memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan
satuan-satuan isoprenoid.
d. Triterpenoid
Menurut Maryati et al, (2007) kandungan kimia daun alpukat
mempunyai campuran tujuh senyawa triterpenoid mempunyai gugusOH, -CH alifalik, C-C, C=O, C=C alifatik, dan struktur tidak
mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi. Triterpenoid adalah senyawa
20
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
21
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik yaitu skualena.
Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk Kristal, bertitik lebih tinggi dan
bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat
golongan, yaitu : triterpen, saponin, steroid, dan glikosida jantung.
e. Steroid
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang
mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Senyawa steroid banyak
ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan dapat ditemukan pada daun
alpukat (Persea americana Mill).
f. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar
seperti kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus
karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon.
Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai dari kuning pucat
sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya
lebih dari 450. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi
empat kelompok : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon
isoprenoid.
g. Tanin
Tannin merupakan komponen zat organic derivate polimer
glikosida yang terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama
21
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
22
tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer tannin adalah digallic
acid dan D-glukosa. Ekstrak tannin terdiri dari campuran senyawa
polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan
karbohidrat rendah.
3. Manfaat Daun Alpukat
Bagian tanaman alpukat yang memiliki banyak khasiat salah satunya
adalah bagian daun. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyebutkan
bahwa daun alpukat memiliki efek antifungsi (Rahayu dan Nurhidayat,
2009), antihipertensi (Koffi et al.. 2009), antimikroba (Gomez-Flores et
al.. 2008), kardioprotektor (Oeiwole et al.. 2007), antihiperlipidemia (Brai
et al.. 2007), hepatoprotektor (Martins et al.. 2006), antikonvulsan
(Oiewole dan Amabeoku, 2006), aktivitas hipoglikemia (Antia et al..
2005), vasorelaksan (Owolabi et al.. 2005), serta analgesic dan
antiinflamasi (Adevemi et all.. 2002).
Secara empiris daun alpukat digunakan untuk mengobati kencing
batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf, sakit pinggang, nyeri lambung,
saluran nafas membengkak, dan menstruasi tidak teratur (Biopharmaca
Reasearch Center, 2013).
a. Aktivitas diuretik
Batu ginjal merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh
adanya sedimen urin dalam ginjal dan saluran kemih. Peningkatan
kadar ureum dan kreatinin merupakan slah satu indicator terjadinya
gangguan fungsi ginjal. Ekstrak etanol daun alpukat melalui penapisan
22
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
23
fitokimia mengandung flavonoid dan mempunyai aktivitas diuretik
yang dapat memperlancar pengeluaran urin dan penghancur batu pada
saluran kemih (Wientarsih, 2010:57-58). Bukti ini juga diperkuat oleh
Madyastuti (2010) yang melaporkan bahwa pemberian infusum daun
alpukat dapat menaikan laju filtrasi glomerulus, menghambat kenaikan
ureum, dan kreatinin. Selain itu juga dapat menghambat kristalisasi
urin. Dengan demikian zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat
bersifat sebagai peluruh kencing atau memiliki aktivitas diuretik.
b. Antihipertensi
Glikosida pada daun alpukat dilaporkan memiliki aktivitas
menurunkan tekanan darah (Biopharmaca Research Center, 2013).
Azizahwati (2010) dalam Lusia (2011) hasil penelitiannya terbukti
daun alpukat memberikan efek dalam penurunan tekanan darah sebesar
58 mmHg pada mecit jantan dan 54,5 mmHg pada mecit betina dengan
pemberian dosis terapi 40 Mg/kgBB.
Salah satu cara kerja daun alpukat adalah dengan mengeluarkan
sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik.
Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka
pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan
mengalami penurunan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Sudarsono (1996) dalam Afdhal (2012) menunjukkan bahwa daun
alpukat dapat digunakan untuk pengobatan kencing batu dengan cara
kerja diuretik. Diuretik juga merupakan salah satu penatalaksanaan
23
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
24
yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, dengan kata lain efek
diuretik yang ada dalam daun alpukat juga dapat digunakan untuk
pengobatan hipertensi. Efek antihipertensi pada daun alpukat juga
dijelaskan oleh Runv (2010) bahwa seduhan daun alpukat menurunkan
tekanan darah sistol 12,19% dan diastole sebesar 10,23%.
c. Antihiperlipidemia
Azizahwati (2010) dalam Lusia (2011) mengatakan selain sebagai
antihipertensi. Hasil riset menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanol
daun alpukat memiliki efek antihiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah
kondisi yang disebabkan oleh kandungan lemak atau kolesterol yang
terlalu tinggi di dalam darah. Daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah pada penderita obesitas dengan hipertensi akan lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Bagi yang mengalami hiperlipidemia, pola makan berlemak
menjadi penyebab utama. Ditambah dengan gaya hidup kurang gerak
sehingga memicu hiperlipidemia.
Hiperlipidemia merupakan salah satu pemicu serangan jantung
yaitu manakala kolesterol dalam darah yang mengendap sebagai plak
di dinding pembuluh darah menyumbat pembuluh darah. Hipertensi
dan hiperlipidemia menjadi penyebab kematian paling tinggi saat ini.
d. Hipoglikemia
Kandungan senyawa kimia dalam daun alpukat yang dilaporkan
dari penelitian tentang uji aktivitas hipoglemik (kadar gula darah
24
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
25
rendah) ekstrak daun alpukat (Persea Americana Mill) ditemukan
senyawa saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, dan polisakarida melalui
uji fitokimia. Penelitian mengenai khasiat daun alpukat sebagai
hipogikemik telah dilakukan pada ekstrak air daun alpukat dengan
dosis 100 mg/kg BB dapat menurunkan ± 60 pada kadar glukosa darah
(Antia et al.. 2005).
e. Analgesik dan Antiinflamasi
Berdasarkan penelitian Adevemi et al.. (2002) dalam Fadhilah
(2012) menyebutkan bahwa ekstrak air daun alpukat menunjukkan
efek analgesik dan anti-inflamasi pada tikus udema yang diinduksi
oleh karagenin.
f. Antimikroba
Sebagai obat tradisional daun alpukat dilaporkan bersifat
antibakteri dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri
Staphylococcus aureus stain A dan B. Hasil penelitian juga dibuktikan
oleh Aditya (2010) menyebutkan bahwa daun alpukat (Persea
Americana Mill) mengandung beberapa zat kimia seperti saponin,
alkaloid, dan flavonoid yang mempunyai efek antimikroba terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu ekstrak daun alpukat juga
mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli
(Nastiti, 2010).
25
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
26
g. Antioksidan
Secara umum alkaloid sering digunakan dalam bidang pengubatan.
Daun alpukat dilaporkan memiliki aktifitas antioksidan dan membantu
dalam mencegah atau memperlambat kemajuan berbagai stress
oksidatif yang berhubungan dengan penyakit. Alkaloid dapat berfungsi
sebagai zat antioksidan hal ini didukung oleh penelitian uji antioksidan
(Hanani, 2005).
h. Antelmintik
Daun alpukat selain mengandung flavonoid dan saponin juga
mengandung tannin. Saponin dan tannin merupakan senyawa aktif
yang memiliki efek antelmintik. Saponin memiliki efek menghambat
kerja enzim kolinesterase yang menyebabkan penumpukan asetilkolin
sehingga otot cacing mengalami hiperkontraksi. Sedangkan tannin
merusak protein tubuh cacing sehingga permukaan tubuh cacing
menjadi tidak permeable lagi terhadap zat diluar tubuh cacing.
Berdasarkan hasil penelitian Reza (2010) disimpulkan bahwa infusa
daun alpukat memiliki pengaruh terhadap waktu kematian cacing
Ascaris suum, Goeze in vitro.
i. Insektisida
Ekstrak daun alpukat mempunyai potensi sebagai insektidsida.
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam suatu jenis tanaman dapat
bersifat sebagai bioaktif penolak nyamuk (Mustanir dan Rosnani,
2008).
26
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
27
4. Simplisia Alpukat
Simplisia alpukat merupakan daun alpukat yang sudah dikeringkan.
Pembuatan produk simplisia alpukat ini diawali dengan pemetikan daun
alpukat. Daun yang telah dipetik kemudian dicuci sampai bersih dan
dilayukan dengan cara dikering anginkan diruangan selama 24 jam.
Setelah pelayuan, daun dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil.
Proses selanjutnya adalah pengeringan daun alpukat, pengeringan
menggunakan beberapa teknik. Teknik sun-dried yaitu pengeringan daun
alpukat dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Teknik basket-fried
yaitu pengeringan daun alpukat dengan cara meletakan potongan daun
pada wadah bumbu yang lebar tipis, kemudian diletakkan di atas arang
panas. Teknik oven-dried yaitu pengeringan daun alpukat dengan cara
memasukkan potongan daun alpukat ke dalam oven dengan suhu 50°C.
Cara pembuatan air simplisia alpukat yaitu pertama rebus air sampai
mendidih, kemudian masukan simplisia alpukat kedalam gelas sebanyak ±
2 sendok teh, lalu tuangkan air mendidih ± 250 cc ke dalam gelas yang
berisi simplisia, tambahkan madu ± 1,5 sendok teh, biarkan air berubah
warna agak kecoklatan dan jika air sudah dingin air simplisia alpukat bisa
dikonsumsi. Keuntungan dari simplisia alpukat yaitu mudah dibuat, bisa
dikonsumsi jangka waktu yang lama, dapat juga mengobati penyakit lain
seperti batu ginjal, rematik, sakit kepala, dan nyeri lambung.
Daun alpukat berpotensi sebagai simplisia yang memiliki aktivitas
antioksidan. Hasil penelitian Antia et al, (2005) menunjukan bahwa
27
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
28
kandungan senyawa kimia daun alpukat pada uji aktivitas hipoglemik
(kadar gula darah) ekstrak daun alpukat ditemukan senyawa aktif seperti
saponin, tannin, flavonoid, dan alkaloid.
Saponin dalam daun alpukat memiliki efek diuretik dengan cara
menghambat enzim Na+/K+ ATPase yang dapat menurunkan reabsorpsi
natrium dan air sehingga menyebabkan peningkatan diuresis yang akan
berakibat pada penurunan volume darah. Flavonoid yang terkandung
dalam daun alpukat memiliki pengaruh sebagai penghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II yang menimbulkan efek vasodilatasi
sehingga terjadi penurunan dari total peripheral resistance yang
menyebabkan tekanan darah akan menurun. Alkaloid pada daun alpukat
bekerja seperti β blocker yang memiliki efek inotropik dan kronotropik
negatif terhadap jantung sehingga curah jantung dan frekuensi denyut
jantung berkurang yang menyebabkan tekanan darah menurun.
28
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
29
C. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari
topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam
tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono,2011).
Faktor resiko hipertensi :
1.
2.
3.
4.
Resiko terjadi
arteriosklerosis pada
Usia
Genetik
Pola makan
Kegemukan
arteri dan aorta
Hipertensi
Non Farmakologi
Farmakologi
Simplisia
alpukat.
Kandungan:
1. alkaloida
2. flavonoid
3. saponin
4. kalium
β blocker, diuretik,
vasodilatasi,
peningkatan diuresis
Tekanan darah
menurun
Gambar 2.1 Kerangka Teori Menurut Elsanti (2009), Permadi (2006),
Antia et al, (2005)
29
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
30
D. Kerangka Konsep
Lansia dengan
Hipertensi
Tekanan darah
sebelum
intervensi
Kelompok yang
diberikan
Status perubahan
simplisia alpukat
tekanan darah
1. Menurun
Tekanan darah
2. Tetap
setelah intervensi
3. Naik
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari tujuan penelitian ke dalam
dugaan yang jelas Saryono (2011). Berdasarkan uraian terisasi diatas dapat
ditarik hipotesis penelitian yaitu “terdapat perbedaan efektivitas simplisia
alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
Desa Pekiringan Kecamatan Karangmoncol Purbalingga”.
30
Efektivitas Simplisia Alpukat..., Umi Fulanah , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017
Download