Penilaian Kinerja Perusahaan Melalui EVA

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN MELALUI EVA
Oleh :
Drs. Josuama, SH, MM *)
*)
Staf Pengajar FE-Universitas Methodist Indonesia
Summary
In general, the organization is run by humans, and performance appraisal is an assessment of human
behaviors that execute the target role in the organization. Performance assessment aims to motivate
employees to achieve organizational goals and adhere to standards of behavior set earlier in the form
of formal management policy or plan as outlined in the budget in order to produce the desired actions
and results.Every company that was established aiming to maximize profits for growth and survival.
This is achieved through the cooperation of all levels of management to achieve company goals and
prosperity, especially in the areas of financial management by utilizing information and resources
owned by the company in an efficient and effective.
Financial performance measurement is very important for companies to determine the success of the
company to achieve predetermined objectives in a way or method that is commonly used as the
analysis of financial ratios, especially ROI (Return on Investment) that calculates profit based on
accounting methods, which calculate ROI analysis by DuPont who is more integrative approach to
using financial reports as the element composition analysis, EVA (Economic Value Added) that
assesses the financial performance berdasarka profit after tax after deducting the cost of capital, and
others.
Recommends that the measure EVA is better used for assessing the performance of the company since
taking into account the added value that is used to enhance the company's growth companies that are
not taken into account in calculating ROI analysis is only based on results of the accounting method of
income alone.
Keywords: EVA, the performance of the company
I. Pendahuluan
Sasaran utama perusahaan yang
didirikan adalah untuk memaksimumkan
kekayaan pemegang sahamnya
dan
tanggung jawab ini berada di pundak manajer
terhadap pendapatan, biaya dan investasi
dalam
perusahaan
melalaui
pemanfaatansumber daya yang terbatas pada
perusahaan secara efektif dan efisien. Setiap
tanggung jawab manajer dievaluasi kinerjanya
untuk dinilai tercapat\i tidaknya tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Oleh sebab itu, tolok ukur kinerja
dikembangkan untuk mempengaruhi perilaku
para manajer dalam mewujudkan tujuan
perusahaan.
Laba adalah selisih dari pendapatan
dan keuntungan dari transaksi tertentu yang
32
sifatnya insidentil setelah dikurangi beban dan
rugi
dari
transaksi
tertentu
yang
sifatnyainsidentil. Selanjutnya laba merupakan
pengukuran
atas
perubahan
kekayaan
pemegang saham maupun estimasi laba masa
depan. Ada dua konsep laba yang dikenal,
yakni laba akuntansi dan laba ekonomi. Laba
akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi
aktual, sedangkan laba ekonomi merupakan
arus kas ditambah dengan perubahan nilai
wajar aktiva yang mencapai komponen yang
sudah atau belum direalisasikan.
Mengingat tujuan perusahaan adalah
untuk memaksimumkan kekayaan perusahaan
atas pengembalian atau nilai bagi pemegang
saham, maka tolok ukur kinerja berdasarkan
laba akuntansi kurang relevan karena tidak
mencerminkan
nilai
yang
sebenarnya,
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
selanjutnya laba ekonomi lebih tepat dipakai
untuk mengukur perubahan nilai pemegang
sahamnya. Penilaian kinerja akuntansi lebih
mudah dan lazim digunakan melalui teknik
analisis rasio, namun seperti laba akuntansi
penilaian kinerja akuntansi kurang dapat
mencerminkan nilai yang sebenarnya kerena
terdapat distorsi akuntansi (akibat perlakuan
berbeda untuk transaksi ekonomi yang sama)
sehingga kurang relevan dengan tujuan
perusahaan.
Selanjutnya
penilaian
kinerja
ekonomi mengarah pada pengukuran nilai
tambah atau nilai sebenarnya yang dihasilkan
manajer bagi perusahaan. Penilaian kinerja
ekonomi dapat melengkapi kinerja akuntansi
melalui analisis rasio, misalnya ROI dan RI
(Residual Income) yang menilai laba atas
pengembalian investasi perusahaan, sedangkan
penilaian kinerja ekonomi melalui EVA dan
MVA mengkur pengembalian investasi bagi
perusahaan.
ROI merupakan tolok ukur kinerja
dengan pendekatan rasio yang dihitung melalui
hasil perkalian margin laba rasio operasi
dengan rasio perputaran aktiva operasi, atau
menilai
laba
atas
investasi
dengan
menunjukkan seberapa produktiktif investasi
itu digunakan untuk m enghasilkan penjualan.
Sedangkan RI adalah metode penilaian kinerja
melalui perbedaan antara laba operasi dan
minimum pengembalian yang diperlukan
aktiva operasi perusahaan, atau laba operasi
dikurangi hasil perkalian antara minimum rate
of return dengan aktiva operasi. ROI dan RI
menyebabkan manajer enggan melakukan
investasi pada proyek-proyek yang akan
mengurangi
ROI
divisi
tetapi
akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan secara
keseluruhan.
Oleh karena kedua metode memiliki
kelemahan, maka manajemen dituntut untuk
memberikan suatu pengukuran kinerja yang
mampu menggambarkan penciptaan nilai
perusahaan bagi seluruh pemegang sahamnya.
Untuk menjawab keterbatasan dari
penilaian
kinerja
akuntansi
tersebut
digunakanlah penilaian berdasarkan nilai, yaitu
penilaian atas arus kas pada masa yang akan
datang bagi pemegang saham yang dikenal
dengan pendekatan konsep laba ekonomi.
Manajer akan dinilai dan dibayar berdasarkan
hasil yang telah dicapainya, tetapi dalam
pengukuran berdasarkan nilai manajer
diberikan imbalan berdasarkan hasil yang
dicapai pada masa yang akan datang melalui
evaluasi secara konsisten yang mendorong
manajer
meningkatkan
nilai
perusahaan.Pengukuran nilai tambah tambah
yang banyak digunakan dewasa ini, yaitu
EVA. Gagasan munculnya EVA cukup simpel,
karena
perusahaan
benar-benar
menguntungkan dan menciptakan nilai jikalau
labanya melebihi biaya modal yang digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan.
Suatu perusahaan dapat melaporkan
laba bersih positif, meskipun masih tidak
menguntungkan secara ekonomis jika laba
bersih tersebut lebih kecil dari biaya ekuitas
yang merupakan dana yang diinvestasikan
pemegang saham di tempat lain untuk
mendapatkan
pengembalian
(return).
Pengembalian yang diperoleh dari tempat lain
atas investasi dengan risiko yang sama
ditunjukkan oleh biaya ekuitas. Biaya ini
merupakan biaya kesempatan (opportunity
cost) dan bukan biaya akuntansi.
II. Pembahasan
2.1 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian kerja adalah penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kreteria yang
ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja
dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya guna mendorong dan menegakkan
perilaku yang semestinya melalui umpan balik
hasil kinerja waktu dan penghargaan baik yang
bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Penilaian
kinerja
keuangan
bermanfaat
untuk:
mengelola
operasi
organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum;
membantu pengambilan keputusan mengenai
karyawan seperti promosi, transfer, dan
pemberhentian
;
mengidentifikasikan
kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan menyediakan kreteria seleksi
dan evaluasi program pelatihan karyawan;
menyediakan
umpan
balik
bagi
karyawanmengenai cara atasan menilai kinerja
mereka, dan menyediakan suatu dasar bagi
distribusi penghargaan.
33
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
2.2 ROI,
Manfaat
Keterbatasannya
Penerapan
dan
ROI adalah salah satu bentuk dari
rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan guna
menghasilkan laba melalui keseluruhan dana
yang diinvestasikan dalam aktiva yang
digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
Pengembalian atas investasi (ROI) berkaitan
erat dengan salah satu konsep keuangan dalam
dunia bisnis, yakni setiap nilai dari aktiva
harus diperhadapkan dengan ekuitas dari pasar
keuangan yang harus dibayar kembali pada
suku bunga pasar. Pembayaran kembali hanya
dapat dilakukan bila terjadi surplus dari
operasi yang bersumber dari penggunaan
aktiva secara efisien dan efektif.
Walaupun konsep ROI cukup
sederhana dalam penerapannya dan terdapat
keterbatasan, tetapi penerapan konsep ROI
cukup bermanfaat untuk : mendorong para
manajer untuk lebih memperhatikan relasi
antara penjualan, biaya-biaya, dan investasi
seperti yang seharusnya dilakukan oleh
seorang manajer pusat investasi; meningkatkan
efisiensi biaya dan mencegah kelebihan
investasi (over investment) pada aktiva
operasi. Teringat pada statement Albert
Einstein :” Segala sesuatu seharusnya
sesederhana mungkin, tetapi bukan lebih
sederhana.”
ROI tidak mengindikasikan lamanya
suatau investasi dikelola, dan sering
dinyatakan sebagai suatu tingkat pengembalian
tahunan yang lazim dinyatakan untuk suatu
tahun fiskal. Konsep ROI begitu populer
karena mudah dipahami setiap orang sebagai
akibat kesederhanaannya dan secara tradisi
dianut oleh para eksekutif keuangan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Konsep ROI adalah perangkat yang sederhana,
tetapi terlalu sederhana dalam konteks
penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Keterbatasan pengukuran kinerja
melalui analisis ROI membuat manajer tidak
ingin melakukan investasi pada proyek-proyek
yang akan mengurangi ROI divisi, tapi akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan secara
keseluruhan; mendorong perilaku myopic,
yakni para manajer akan fokus pada hasil
jangka pendek dengan mengorbankan manfaat
untuk jangka panjang.
34
2.3
EVA, Manfaat
Keterbatasannya
Penerapan
dan
Keterbatasan analisis ROI dan rasio
keuangan yang selama ini digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, maka
pada tahun l99l dikembangkan EVA oleh
Konsultan Stern Steward & Co sebagai cara
untuk mengukur profitabilitas operasi yang
sesungguhnya dengan memperhitungkan biaya
modal (cost of capital). EVA merupakan
ukuran kinerja keuangan yang lebih mampu
mengukur laba ekonomis perusahaan yang
sebenarnya dibandingkan dengan metode atau
cara pengukuran yang lain.
Eva adalah laba operasi setelah pajak
setelah dikurangi biaya modal ahaan. Teknik
perhitungan EVA dianggap sangat tepat untuk
menilai kinerja operasional ekonomis suatu
perusahaan dan sekaligus untuk menjawab
keinginan eksekutif dalam mengajukan suatu
ukuran yang adil dengan mempertimbangkan
harapan-harapan kreditur dan pemegang
saham.
Penerapan
tolok
ukur
EVA
menunjukkan banyak perusahaan dengan
kinerja keuangan seoleh-olah baik dan
sahamnya diminati ternyata mengalami
kerugian. Kreditur dan investor yang akan
melakukan investasi jangka panjang akan
fokus pada perbaikan kinerja perusahaan pada
masa yang akan datang menggunakan EVA
sebagai indikator dalam berinvestasi dan
menilai kemampuan manajemen mengelola
modal. Di samping itu para investor dan
kreditur perlu mengetahui tren pergerakan
EVA perusahaan setiap tahun untuk
memprediksi kinerja perusahaan pada masa
yang akan datang. Sedangkan investor yang
hanya mengharapkan capital gain atau investor
yang berinvestasi dalam jangka pendek cukup
memperhatikan nilai ROI.
EVA dapat ditingkatkan melalui
upaya: 1)memperoleh lebih banyak laba tanpa
menggunakan lebih banyak modal, seperti
menekan biaya-biaya, bekerja dengan biaya
produksi dan pemasaran yang lebih rendah
agar diperoleh margin laba yang lebih besar;
meningkatkan perputaran aktiva, baik dengan
cara menaikkan volume penjualan atau bekerja
dengan aktiva yang lebih rendah (over assets);
dan 2)mmemperoleh pengembalian (return)
yang lebih tinggi dari biaya modal atas
investasi baru dengan tujuan mencapai
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
pertumbuhan perusahaan. Bila EVA>0, terjadi
proses nilai tambah perusahaan, kinerja
perusahaan baik. Bila EVA=0,menunjukkan
posisi impas perusahaan. Bila EVA<0, berarti
total biaya modal perusahaan lebih besar dari
laba operasi setelah pajak yang diperolehnya
sehingga kinerja keuangan perusahaan tersebut
tidak baik.
Penggunaan EVA untuk penilaian
kinerja keuangan perusahaa memberi manfaat
seperti: EVA merupakan suatu kinerja
perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa
memerlukan ukuran lain baik berupa
perbandingan
dengan
menggunakan
perusahaan
sejenis
atau
menganalisa
kecenderungan (trend); hasil perhitungan EVA
mendorong pengalokasian dana perusahaan
untuk investasi dengan biaya modal rendah;
EVA dapat digunakan untuk menentukan
sasaran yang harus dicapai manajer terutama
terhadap pemakaian modal secara efektif dan
efisien sehingga menghasilkan nilai bagi
pemegang saham; dan EVA dapat juga
dipadankan dengan konsep balanced scored
untuk menetapkan tujuan finansial guna
menggerakkan terciptanya nilai tambah bagi
pemegang saham.
Selain manfaat, EVA juga memiliki
keterbatasan dalam pengukuran kinerja
keuangan
perusahaan
karena
hanya
menciptakan nilai pada suatu periode tertentu,
padahal
nilai
perusahaan
merupakaan
akumulasi EVA selama umur perusahaan.
Suatu perusahaan yang memiliki nilai EVA
positif pada periode tertentu tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah, hal ini terjadi
karena nilai EVA pada masa sebelumnya
negatif.
2.4 Penyesuaian Akuntansi Atas EVA
Guna memperbaiki praktek pelaporan
keuangan standar yang dianggap tidak
memadai untuk dipakai, pengguna nilai
tambah ekonomi telah menyesuaikan laba
yang disiapkan di bawah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum (GAAP)
dengan maksud menghasilkan angka-angka
EVA
yang
dapat
diandalkan
untuk
memperbaiki bias (pemutarbalikan) karena ada
kecenderungan manajer
mempermainkan
angka-angka akuntansi atau kekurangan dalam
model GAAP.
Kegagalan
untuk
melaporkan
investasi dalam modal intelektual dilakukan
dengan memanipulasi laporan keuangan
bersumber dari aplikasi akuntansi akrual.
Metode akrual mengajarkan perusahaan bahwa
perusahaan mengakui penghasilan ketika
terjadi tidak perlu ketika mendapatkan kas.
Adakalanya perusahaan mendapat kas sebelum
penghasilan diterima yaitu ketika pelanggan
memberikan uang muka dan kadangkala
penghasilan diperoleh pada saat kas diterima.
Walaupun logika akrual memaksakan untuk
mengakui penghasilan pada saat terjadi, tidak
perlu
ketika
kas
diterima.
Manajer
perusahaan memiliki cukup keleluasaan untuk
menentukan saat penghasilan diakui dalam
kegiatan bisnisnya.
Mengkapitalisasi pengeluaran atas
modal manusia dan intelektual adalah gagasan
yang menyulitkan akuntan bukan karena
mekanismenya rumit tetapi karena aktiva yang
dihasilkan (pengetahuan atau keahlian) lebih
sulit jika dibandingkan dengan aktiva fisik
untuk diamati, diukur dan diaudit. Penyesuaian
membutuhkan asumsi mengenai kinerja yang
akan datang yang mungkin tidak disetujui oleh
investor atau manajer. Angka-angka dalam
penyesuaian akuntansi berpengaruh terhadap
perhitungan nilaiEVA suatu perusahaan
(Young dan O’Byrne,2001:188).
Penyesuaian akuntansi atas EVA
dirancang untuk:
- Mengubah bias dalam GAAP yang
mewajibkan
akuntansi
‘upaya
keberhasilan”
mengeluarkan
biaya
penelitian dan pengembangan.
- Membuat akuntansi pengembalian atas
modal lebih baik bagi tingkat pengembalian
ekonomis, internal dengan mengganti
“sinking fund” dan penyusutan dan
penyusutan ekonomis untuk amortisasi dan
penyusutan dengan metode garis lurus.
- Mengakui biaya tunai periode mendatang
pada suatu basis nilai sekarang, misalnya
biaya pajak yang ditangguhkan, biaya
piutang ragu-ragu, dan biaya jaminan.
- Meningkatkan akuntabilitas untuk dana
pemegang saham dengan menghapus
pencadangan dari akuntansi bunga,
mengakui hutang di luar neraca, dan
mengakui opsi saham sebagai suatu biaya
bisnis.
- Membatasi kemampuan manajemen untuk
mengelola
pendapatan
dengan
menghapuskan penumpukan (accrual)
untuk piutang ragu-ragu.
35
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
-
-
Menghapuskan beban bukan tunai seperti
amortisasi goodwill, dan biaya pajak yang
ditangguhkan.
Membuat EVA sekarang sebagai suatu
pengukuran dari nilai pasar dengan
mengkapitalisasi restrukturisasi dan beban
khusus lainnya, mengeluarkan pendapatan
dan
aktiva
non-operasi,
dan
mengkapitalisasi bagian dari beban modal.
2.5 Laporan Keuangan PT Pantja Surya
Tabel 2.1
PT Pantja Surya
Neraca
Per 31 Desember
(dalam ribuan rupiah)
2004
AKT IVA
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas
94.000
Piutang Usaha
* Pihak Ketiga (setelah dikurangi pe nyisihan piutang ragu-ragu seju mlah
2004 : 10.265
2005 : 12.375
2006 ; ( 37.670 )
36.000
Persediaan
2.452.000
Beban dibayar di muka
299.000
Aktiva Lancar Lainnya
275.000
Total Aktiva Lancar
3.156.000
Aktiva Tidak Lancar
Peralatan Komputer
8.900
Perlengkapan
17.900
Kendaraan
42.100
Peralatan
27.000
Aktiva Pajak Tangguhan
96.300
Aktiva Tetap Lainnya
22.800
Total Aktiva Tetap
215.000
Total Aktiva
3.371.000
Kew aj iban
Kewajiban Lancar
Hutang usaha
Hutang pajak
Pinjaman Bank jangka pendek
Total Kewajiban Lancar
Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban Pajak Tangguhan
Pinjaman bank jangka panjang
Total Kewajiban tidak lancar
Total Kewajiban
Ekuitas
Modal disetor
Laba ditahan
Total Ekuitas Pemilik
Total Kewajiban dan Ekuitas Pemilik
Sumber: PT Pantja Surya, 2008
36
2005
2006
298.000
271.000
293.000
1.121.000
359.000
34.000
2.105.000
471.000
890.000
144.000
137.000
1.913.000
59.000
20.000
80.000
138.000
69.000
29.000
395.000
2.500.000
52.000
21.000
74.000
120.000
46.000
56.000
369.000
2.300.000
309.100
15.700
833.200
1.458.000
588.900
52.100
417.000
1.058.000
657.500
141.550
208.950
1.008.000
132.000
700.000
832.000
2.290.000
65.300
587.700
653.000
1.711.000
60.300
542.700
603.000
1.611.000
251.000
830.000
1.081.000
3.371.000
33.000
756.000
789.000
2.500.000
27.000
662.000
689.000
2.300.000
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Tabel 2.2
PT Pantja Surya
Laporan Laba –Rugi
Per 31 Desember
(dalam ribuan Rupiah)
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Beban Penjualan,Umum dan Administrasi
Laba Operasi
Pendapatan Lain-lain
EBIT
Beban Bunga
Laba Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan
Laba Bersih
2005
4.500.000
( 2.813.000 )
( 1.396.000 )
291.000
198.430
489.430
( 213.430 )
276.000
( 65.300 )
210.700
2006
4.700.000
( 3.008.000 )
( 1.504.000 )
188.000
173.360
361.360
( 193.360 )
168.000
( 32.900 )
135.100
Sumber : PT Pantja Surya, 2008
2.6 Penyesuaian Akuntansi atas EVA
2.6.1 Pajak Tangguhan (deferred tax)
Pajak
tangguhan adalah pajak
penghasilan terhutang pada periode yang akan
datang yang dihitung berdasarkan beda waktu
antara pelaporan komersial dan fiskal. Dari
Neraca PT Pantja Surya diketahui deferred tax
asset tahun 2004 sebesar Rp 96.300.000,-,
bahwa jumlah PPh ini terpulihkan pada
periode yang akan datang. Demikian juga
deferred tax asset tahun 2005 sebesar Rp
69.000.000,- terpulihkan pada periode
berikutnya. Selanjutnya deferred tax asset
tahun 2006 sebesar 46.000.000,- terpulihkan
pada periode berikutnya. Penurunan deferred
tax asset untuk setiap periode akibat penurunan
secara signifikan dari
rugi fiskal yang
diperkirakan perusahaan dan dipulihkan pada
periode berikutnya.
Deferred tax liabilities adalah jumlah
pajak penghasilan yang terhutang untuk tahun
2004,2005 dan 2006 sebesar Rp 132.000.000,-,
Rp 65.300.000,- dan Rp 60.300.000,-.
Penururunan pajak terhutang diakibatkan oleh
kerugian fiskal yang terhutang pada tahun
2005 dihapuskan atau tidak terhutang lagi pada
tahun 2006. Pergerakan saldo deferred tax
asset dan liabilities PT Pantja Surya cukup
menggembirakan karena hutang
pajak
perusahaan yang kecil dan pajak yang
terpulihkan lebih besar dari jumlah pajak yang
terhutang.
Untuk perhitungan EVA, pengaruh
deferred tax harus dieliminasi karena deferred
tax asset dan liabilities bukan biaya yang
bersifat tunai sehingga perlu penyesuaian
terhadap NOPAT dan invested capital.
Penurunan deferred tax asset sebesar Rp
27.300.000,- pada tahun 2005 ditambahkan
kembali ke NOPAT, dan penurunan deferred
tax liabilities tahun 2005 sebesar Rp
69.000.000,- dikurangkan dari NOPAT.
Penurunan deferred tax asset tahun 2005
sebesar Rp 69.000.000,- dikurangkan dari
invested capital. Penyesuaian yang sama juga
dilakukan untuk tahun 2006. Perhitungan
penyesuaian untuk deferred tax dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
37
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Tabel 2.3
PT Pantja Surya
Deferred Tax
(dalam ribuan rupiah)
Uraian
Deferred Tax Asset
Deferred Tax Liabilities
2004
96.300
132.000
2005
69.000
65.300
Penyesuaian tahun 2005 :
NOPAT :
(+) Penurunan Deferred Tax Asset
(-) Penurunan Deferred Tax Liabilities
Inv. Capital
: (- ) Deferred Tax Asset tahun 2005
Penyesuaian tahun 2006 :
NOPAT
:
Inv. Capital
:
( +) Penuurunan Deferred Tax Asset
( - ) Penurunan Deferred Tax Liabilities
( + )Deferred Tax Asset tahun 2006
2006
46.000
60.300
:
:
:
Rp
Rp
Rp
27.300.000,66.700.000,69.000.000,-
:
:
:
Rp
Rp
Rp
23.000.000,5.000.000,46.000.000,-
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan
2.6.2 Allowance for bad debt- Third parties
Penyisihan piutang ragu-ragu untuk
pihak ketiga (Allowance for bad debt-Third
parties) PTPantja Surya dari tahun 2005
sampai tahun 2006 mengalami kenaikan
piutang usaha untuk pihak ketiga dari tahun ke
tahun, sehingga kenaikan tersebut harus
disesuaikan
terhadap
NOPAT
setelah
dikurangi pajak. Tarif pajak pada tahun 2005
dan 2006 masing-masing 23,65 % dan 19,58%
dihitung dengan rumus : pajak yang
terhutang dibagi laba sebelum
pajak
kemudian dikali 100 %. Untuk membalikkan
dampak penambahan biaya jaminan atas
hutang pajak yang ditangguhkan, maka
38
kenaikan allowance setelah pajak tahun 2005
ditambahkan ke NOPAT sebesar Rp
1.610.985,- dan nilai allowance for bad debt
tahun 2005 sebesar Rp 12.375.000,ditambahkan ke invested capital. Kenaikan
allowance setelah pajak tahun 2006
ditambahkan ke NOPAT sebesar Rp
20.342.239,- dan nilai allowance for bad debt
tahun 2006 sebesar Rp 36.670.000,ditambahkan ke invested capital. Allowance
for bad debt-Thirs parties merupakan piutang
usaha
setelah dikurangi nilai penyisihan
piutang ragu-ragu pada pihak ketiga
perusahaan sebagai konsumen. Rekapitulasi
perhitungannya terlihat pada tabel berikut ini:
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Tabel 2.4
PT Pantja Surya
Allowance for Bad Debt-Third parties
Uraian
Allowance for bad debt
2004
Rp 10.265.000,-
Penyesuaian tahun 2005 :
NOPAT
:
Inv. Capital
:
Penyesuaian tahun 2006
NOPAT
:
:
Inv. Capital
:
2005
Rp 12.375.000,-
2006
Rp 37.670.000,-
( + ) Kenaikan allowance setelah pajak :
= Rp 2.110.000,- - ( 23,65 % x Rp 2.110.000,-)
= Rp 1.610.985,( + ) Allowance for bad debt tahun 2005
= Rp 12.375.000,( + ) Kenaikan allowance setelah pajak :
= Rp 25.295.000,- - ( 19,58 % x Rp 25.295.000,- )
= Rp 20.342.239,( + ) Allowance for bad debt tahun 2006
= Rp 37.670.000,-
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan.
2.7 NOPAT PT Pantja Surya
Untuk menghitung nilai laba bersih
setelah pajak, nilai biaya bunga harus
diabaikan. Nilai NOPAT diperoleh dari
laporan laba rugi perusahaan yang merupakan
komponen yang sangat berpengaruh untuk
mencari nilai tambah perusahan untuk menilai
kinerja perusahaan dan dihitung dengan rumus
: NOPAT = EBIT ( 1 – Tarif Pajak ) + Total
Penyesuaian
Tabel 2.5
NOPAT PT Pantja Surya
Uraian
2005
2006
Laba operasi
Rp 291.000.000,Rp 188.000.000,Ditambah :
Pendapatan lain-lain
198.430.000,173.360.000,EBIT
Rp 489.430.000,Rp 361.360.000,Dikurangi :
Pajak
65.300.000,32.900.000,Penurunan Deferred Tax Asset
27.300.000,23.000.000,Penurunan Deferred Tax Liab.
( 66.700.000,- )
( 5.000.000,-)
Kenaikan Allowance for Bad Debt
1.610.985,20.342.239,NOPAT
Rp 386.340.985,Rp 366.802.239,Sumber : Laporan tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan.
39
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
2.8 Penghitungan Biaya Modal PT Pantja
Surya
unsur penting yang dihitung, yaitu biaya
hutang dan biaya ekuitas.
Salah satu hal yang menjadi
pertimbangan saat melakukan investasi pada
pusat laba adalah sumber dana bagi
perusahaan, baik dari dana pinjaman maupun
dana yang berasal dari pemegang saham. Biaya
investasi dalam suatu proyek, sebuah divisi
atau suatu perusahaan berorientasi pada
pengembalian (return) yang diharapkan oleh
penyedia dana. Suatu investasi dikatakan
menguntungkan
jika
investasi
itu
menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih
besar dari biaya modal yang diinvestasikan.
Perhitungan
biaya
modal dengan
menggunakan WACC memperhatikan dua
2.8.1 Biaya Hutang
Biaya hutang adalah tingkat bunga
sebelum pajak yang dibayar perusahaan
kepada pemberi pinjaman (kreditur). Biaya
hutang yang dipakai untuk menghitung WACC
adalah biaya hutang setelah pajak dengan
menggunakan rumus : Ki = Kd ( l – T ). Ki =
Biaya hutang setelah pajak, Kd = Biaya hutang
sebelum pajak ( suku bunga hutang ), dan T =
Tarif Pajak.
Tabel 2.6
PT Pantja Surya
Biaya Hutang
Uraian
Beban bunga
Pinjaman Bank Jk. Pendek
Pinjaman Bank Jk. Panjang
Total Htg Yg Menanggung Bunga
Tingkat Suku Bunga Hutang
Laba sebelum pajak
2005
Rp 213.430.000,417.000.000,587.700.000,Rp 1.004.700.000,21,34 %
2006
Rp 193.360.000,208.950.000,542.700.000,Rp 751.650.000,25,72 %
Rp
276.000.000,-
Rp 168.000.000,-
Rp
65.300.000,25,65 %
Rp
Pajak
Tarif pajak (T)
32.900.000,19,58 %
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan.
Ki tahun 2005
:
Ki tahun 2006
21,34 % ( l – 23,65 % ) = 16,2 %
:
25,72 % ( l -
19,58 % ) =
20,6 %
2.8.2 Biaya Ekuitas
Biaya hutang sebelum pajak sebagai dasar
untuk mengestimasi biaya ekuitas perusahaan
yang melebihi tingkat bebas risiko dengan
risiko
premium.Semakin
tinggi
risiko
perusahaan, semakin besar premiumnya dan
40
semakin besar bunga yang harus dibayar
perusahaan jika meminjam. Menghitung biaya
ekuitas PT Pantja Surya digunakan pendekatan
biaya hutang sebelum pajak ditambah risiko
premium.
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Tabel 2.7
PT Pantja Surya
Biaya Ekuitas ( Ke )
Uraian
Biaya hutang sebelum pajak (Kd)
Risiko premium pengembalian yang diharapkan
Biaya ekuitas (Ke) tahun 2005 =
= 21,24 % +
= 24,24 %
Biaya ekuitas (Ke) tahun 2006 =
= 25,72 % +
= 28,72 %
2005
21,24 %
3 %
2006
25,72 %
3 %
Kd
+ Risiko Premium
3%
Kd
+ Risiko Premium
3%
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan
Dengan diketahuinya biaya hutang dan biaya ekuitas, maka WACC dapat dihitung dengan rumus :
WACC = Ki. Wi + Ke. We
Tabel 2.8
PT Pantja Surya
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)
Uraian
2005
2006
Biaya hutang (Ki)
16,2 %
20,6 %
Biaya ekuitas (Ke)
24,24 %
28,72 %
Total Hutang
Rp 1.711.000.000,- Rp 1.611.000.000,Total Ekuitas
Rp 789.000.000,- Rp 689.000.000,Total Hutang dan Ekuitas
Rp 2.500.000.000,- Rp 2.300.000.000,Proporsi hutang pada total hu tang dan ekuitas
31,56 %
29,95 %
WACC tahun 2005
WACC tahun 2006
: ( 16,2 % x 68,44 % ) + ( 24,24 % x 31,56 % )
:
11,08 %
+
7,65 %
:
18,73 %
: ( 20,6 % x 70,04 % ) + ( 28,72 % x 29,95 % )
:
14,42 %
+
8,60 %
:
23,02 %
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan
2.9 Menghitung Invested Capital PT Pantja
Surya
Invested capital adalah modal yang
telah diinvestasikan perusahaan yang berasal
dari seluruh pinjaman jangka pendek dan
jangka panjang di luar hutang tanpa bunga
seperti hutang dagang, biaya yang masih harus
dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan
dan sebagainya ditakbahkan dengan ekuitas
perusahaan.
Penghitungan invested capital PT
Pantja Surya menggunakan pendekatan
keuangan yang terdiri dari kewajiban lancar,
kewajiban tidak lancar dan ekuitas perusahaan
41
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
yang selanjutnya disesuaikan dengan penyesuaian akuntansi yang ada.
Tabel 2.9
PT Pantja Surya
Invested Capital
Uraian
Kewajiban Lancar:
Pinjaman Bank Jk Pdk
Kewajiban Tidak Lancar:
Kewajiban Pajak Tangguhan
Pinjaman Bank Jk. Pjg
Total Ekuitas
Ditambah :
Allowance for Bad Dedt-Third Parties
Dikurangi :
Deferred Tax Asset
Total Modal Yang Diinvestasikan
2005
2006
RP 417.000.000,-
Rp
208.950.000,-
65.300.000,587.700.000,Rp 789.000.000,-
60.300.000,542.700.000,Rp 689.000.000,-
12.375.000,-
37.670.000,-
69.000.000,Rp1.802.375.000,-
46.000.000,Rp1.492.620.000,-
Sumber : Laporan Tahunan PT Pantja Surya dan Hasil Olahan.
2.10 Menghitung EVA PT Pantja Surya
Dengan diperolehnya NOPAT, invested capital
dan cost of capital, maka selanjutnya dihitung
EVA. Untuk menghitung cost of capital (CoC)
digunakan rumus :
CoC
= WACC x Invested Capital
EVA (2005) =
=
=
=
NOPAT - CoC
NOPAT - ( WACC x Invested Capital )
Rp 386.340.985,- - ( 18,73 % x Rp 1.802.375.000,- )
Rp 48.756.147,50
EVA(2006) =
=
=
=
=
NOPAT - CoC
NOPAT - ( WACC x Invested Capital )
Rp 366.802.239,- - ( 23,02 % x rp 1.492.620.000,- )
Rp 366.802.239,- - Rp 343.601.124,Rp 23.201.115,-
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa
EVA pada tahun 2005 dan 2006 bernilai
positif
masing-masing
sebesar
Rp
48.756.147,50 dan Rp 23.201.115,-. Ini berarti
manajemen
perusahaan
telah
berhasil
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan
mampu memenuhi harapan para penyedia
dana. Berdasarkan laporan laba rugi PT pantja
Surya menunjukkan penurunan laba sebesar
Rp 75.600.000,- dari tahun 2005 ke 2006.
42
Walaupun terjadi penurunan laba pada tahun
2006, tapi manajemen perusahaan tersebut
masih dapat menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan dan nilai tambah ini membuktikan
kinerja perusahaan.
III. Kesimpulan
1. Orientasi operasi perusahaan selama ini
yang bertujuan untuk memaksimumkan
laba
sudah
saatnya
menuju
memaksimumkan nilai (value) yang sangat
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
berpengaruh terhadap motivasi dan etos
kerja pihak manajemen.
2. Penilaian kinerja akuntansi kurang
mencerminkan nilai yang sebenarnya
Karena terdapat distorsi akuntansi akibat
perlakuan berbeda untuk transaksi ekonomi yang sama.
3. Penilaian kinerja ekonomi mengarah pada
pengukuran nilai tambah atau nilai
sebenarnya yang dihasilkan manajer bagi
perusahaan.
4. Nilai EVA PT Pantja Surya bernilai positif
untuk tahun 2005 (
Rp 48.756.147,500,-) dan tahun 2006 ( Rp
23.201.115,-) yang menggambarkan
Bahwa pihak manajemen telah berhasil
menciptakan nilai ekonomis bagi peru
sahaan atau memaksimumkan nilai
pengembalian (return).
Sartono,
R. Agus. 2001. Manajemen
Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi
Keempat. Yogyakarta : BPFE
Sawir,
Agnes. 2005. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perushaan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Stice, Eark K. et al. 2004. Akuntansi
Intermediate, Edisi Lima Belas.
Jakarta : Salemba Empat
Wild, John J. 2005. Financial Statement
Analysis, Buku Satu, Edisi Delapan.
Jakarta : Salemba Empat
Young, S. David dan Stefen F. O’Byrne. 2001.
EVA dan Manajemen Berdasarkan
Nilai, Edisi Pertama. Jakarta :
Salemba Empat.
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston.
2006.
Dasar-dasar
Manajemen
Keuangan, Buku Satu, Edisi 10.
Jakarta : Salemba Empat
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen.
2004. Manajemen Biaya, Buku Dua,
Edisi Pertama. Jakarta : Salemba
Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar
Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober
2004.
Jakarta: Salemba Empat
Irmani, Rr. Financial Value Added: Suatu
Paradigma dalam Pengukuran Kinerja
dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Jurusan
AkuntansiFakultas
Ekonomi
Universitas Petra, Vol.7, No.l,
Mariani,
Lusi. 2008. Analisa Penerapan
Economic Value Added Sebagai Alat
Ukur Penilaian Kinerja Keuangan PT
Pantja Surya. Medan : FE-Universitas
Methodist Indonesia
Rudianto. 2006. Akuntansi
Jakarta : Gramedia
Indonesia
Manajemen.
Widiasarana
43
Download