BLITAR PERHATIKAN PROSEDUR RTRW, AGAM PRIORITASKAN INDUSTRI BLITAR PERHATIKAN PROSEDUR RTRW, AGAM PRIORITASKAN INDUSTRI AGRO DAN WISATA Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten harus memperhatikan hajat hidup orang banyak. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang di mana RTRW yang disahkan menjadi peraturan daerah (perda) harus melalui serangkaian prosedur yang melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat. Demikian disampaikan Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Direktorat Jenderal (Ditjen) Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Lina Marlia saat menerima kunjungan konsultasi DPRD Kabupaten Blitar di Jakarta, Kamis (7/4). Menurut Lina, untuk mendapat persetujuan menteri, dokumen RTRW harus dilengkapi lampiran berita acara konsultasi publik, sebagai bukti yang sah bahwa muatan RTRW telah disepakati bersama dan mengakomodir kepentingan bersama. Hal ini penting, karena bila tidak melalui kesepakatan publik, RTRW yang disahkan dikhawatirkan hanya memfasilitasi kepentingan satu golongan, dan di pihak lain merugikan masyarakat. Seperti diketahui, akibat mangkir dari ketentuan yang berlaku tentang penyusunan RTRW, pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Blitar harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak khususnya masyarakat terkait dengan konversi lahan yang berdampak lingkungan. Banyaknya penyimpangan tata guna lahan produktif akibat lemahnya peraturan perundang-undangan yang ada menyebabkan timbulnya berbagai masalah penataan ruang. Reaksi negatif masyarakat yang kerapkali dihadapi membuat pemda berinisiatif memproses ulang penyusunan RTRW Kabupaten Blitar sesuai prosedur. Pedoman penyusunan RTRW yang sekarang menjadi acuan bagi setiap daerah, tidak disusun semata hanya untuk formalitas. Pedoman yang ada diharapkan dapat menjawab kebingungan daerah tentang apa yang harus mereka susun tentang RTRW dan memberi arahan tentang bagaimana menyusun RTRW yang baik. Pedoman penyusunan RTRW Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri (Permen) PU No. 16/2009 diharapkan dapat menjadi guideline bagi daerah untuk menyusun RTRW. Selain itu, pemerintah pusat dalam hal ini diwakili oleh Kementerian PU, turut terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pembinaan penataan ruang daerah. Tidak hanya memfasilitasi dengan page 1 / 3 menyusun acuan, pemerintah pusat juga ikut berperan aktif dalam penyusunan RTRW Kabupaten dengan pendampingan/asistensi langsung. Lina menjelaskan, bahwa meskipun pembangunan daerah dewasa ini dilakukan dengan sistem otonomi, pemerintah pusat tidak serta merta pasif dalam urusan pembangunan daerah karena bagaimanapun pembangunan daerah merupakan indikator keberhasilan pembangunan nasional. Selain itu, isu-isu lingkungan yang muncul di berbagai daerah terkait dengan keruangan/spasial harus dapat diselesaikan dengan baik dan cara yang dinilai efektif adalah dengan penyusunan RTRW. Bila semua masalah penataan ruang dapat ditangani, kesejahteraan dan hak-hak masyarakat dapat terjamin sehingga masyarakat dapat hidup dengan tenang dan aman. “Penataan ruang yang baik harus dapat berimplikasi pada investasi daerah. Dengan adanya RTRW, diharapkan stakeholder yang berinvestasi di daerah memperoleh kepastian hukum, sehingga nantinya pembangunan di daerah dapat berjalan dengan baik,” tegas Lina. RTRW Agam Kembangkan Agro Industri dan Wisata Dalam kesempatan terpisah, saat rapat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) yang membahas RTRW Kabupaten Agam, di Jakarta, Jumat (8/4), Lina Marlia mengatakan segala potensi yang dimiliki oleh daerah hendaknya dapat diakomodir dalam RTRW. Namun, tetap harus memperhatikan daya dukung lingkungan. “Segala masukan BKPRN yang merupakan kebijakan nasional juga harus diakomodir dalam RTRW,” tambah Lina. Berlokasi di daerah rawan bencana tsunami, abrasi dan gempa, Kabupaten Agam sendiri berupaya mengembangkan potensi industri agro, kelautan dan pariwisata yang ada di wilayahnya dengan berbasis mitigasi bencana. Bupati Agam Indra Catri mengatakan bahwa dalam penyusunan RTRW Kabupaten Agam, pembangunan permukiman diarahkan untuk menghindari kawasan rawan bencana, seperti jalur sesar aktif, bahaya gunung api, serta lokasi rawan tsunami, longsor dan banjir. Selain itu, juga dilakukan manajemen bencana yang meliputi prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Untuk mendukung potensi industri, agro, kelautan dan pariwisata yang ada di wilayah ini, ada beberapa upaya yang dilakukan. Antara lain dengan penetapan komoditas unggulan dan pengembangan industri pengolahan hasil produksi agro dan kelautan sesuai dengan komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar. Selain itu, dilakukan upaya pengembangan sistem pertanian organik dan pengembangan ekonomi perikanan dan kelautan melalui pendekatan minapolitan. RTRW Agam juga mempertimbangkan isu strategis lain yaitu adanya kesenjangan antara Agam Bagian Barat dan Agam Bagian Timur. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan infrastruktur tersebut adalah dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan serta pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang mampu mendukung pengembangan wilayah secara merata dan berkualitas. (ang/sha/nik) Pusat Komunikasi Publik page 2 / 3 090411 page 3 / 3 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)