BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek penelitian

advertisement
BAB III
OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
III.1
Objek penelitian
Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang
kemudian dipersempit menjadi sebuah bank umum syariah terpilih yang menjadi
objek dalam penelitian ini. Objek penelitian terpilih tersebut adalah Bank
Syariah Mandiri (BSM). Objek ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan.
III.1.1 Sejarah Singkat
Pada saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1998,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa yang menyebabkan pemerintah mengambil tindakan
dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan penggabungan (merger) dengan
beberapa
bank
lain.
Disaat
yang
bersamaan,
pemerintah
melakukan
penggabungan (merger) 4 (empat) bank, yaitu: Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo, yang kemudian menjadi bank baru
bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan
tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik
mayoritas baru PT Bank Susila Bakti (BSB).
39
Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, Bank Mandiri ingin
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank
Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang
memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system). Dengan adanya pemberlakukan undang-undang tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
bank konvensional menjadi bank syariah.
Setelah melalui proses, perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur
BI No. 1/24/KEP.BI/1999 pada 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999,
Bank Indonesia menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Setelah itu pada hari senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sebagai salah satu
Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia.
III.1.2 Profil Perusahaan
Gambar 3.1 Logo Bank Syariah Mandiri
40
Nama:
PT Bank Syariah Mandiri
Alamat:
Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5
Jakarta 10340 – Indonesia
Telepon:
(62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting)
Faksimili:
(62-21) 3983 2989
Situs Web:
www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri:
25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi:
1 November 1999
Modal Dasar:
Rp2.500.000.000.000,-
Modal Disetor:
Rp858.243.565.000,-
Kantor Layanan:
630 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh
Indonesia
Jumlah jaringan ATM BSM: 598 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 8,993, ATM
Bersama 33,558 unit (include ATM Mandiri dan ATM
BSM), ATM Prima 23,477 unit, EDC BCA 121,743 unit,
ATM BCA 8,350 dan Malaysia Electronic Payment System
(MEPS) 7,435 unit.
Jumlah Karyawan:
13.185 orang (Per November 2011)
B. Kepemilikan Saham
1.
PT
Bank
Mandiri 131.648.712 lembar saham (99,999999%)
(Persero)Tbk.:
41
2. PT Mandiri Sekuritas:
1 lembar saham (0,000001%).
III.1.3 Produk-produk
1. Pembiayaan Consumer
A. BSM Implan
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah
yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).
B. Pembiayaan Peralatan Kedokteran
Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas
pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan
untuk pembelian peralatan kedokteran.
C. Pembiayaan Edukasi BSM
Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan
tinggi/lembaga
pendidikan
lainnya
atau
uang
pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya
dengan akad ijarah.
D. Pembiayaan Dana Berputar
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal
kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat
dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
42
E. Pembiayaan Kepada Pensiunan
Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas
pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada
para pensuinan, dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui
pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap bulan
(pensiun bulanan). Akad yang digunakan adalah akad murabahah atau
ijarah.
F. Pembiayaan Umrah
Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang
digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah seperti
namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah
lainnya dengan akad ijarah.
G. Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya
Penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan untuk
pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan
pembiayaan melalui koperasi karyawan.
H. Pembiayaan Griya BSM
Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek,
menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal
(konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun
non developer, dengan sistem murabahah.
43
I. Pembiayaan Talangan Haji
Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah
khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat
haji dan pada saat pelunasan BPIH.
J.
BSM Customer Network Financing
BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSMCNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada
Nasabah
(agen,
dealer,
dan
sebagainya)
untuk
pembelian
persediaan/inventory barang dari Rekanan (ATPM, produsen/distributor,
dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan bank.
K. Pembiayaan Griya BSM Optima
Pembiayaan Griya BSM Optima adalah pembiayaan untuk
pembelian rumah tinggal (konsumer) yang telah bersertifikat, baik baru
maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer, dan
memungkinkan bagi Nasabah untuk menambah fasilitas pembiayaannya
guna pemenuhan kebutuhan konsumer lainnya sepanjang DSR dan
coverage atas agunannya masih meng-cover total pembiayaannya.
L. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi
Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk
pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang
dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang
muka dari pemerintah.
44
Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah
adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli
barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga
pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
M. Pembiayaan Griya BSM DP 0%
Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk
pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di
lingkungan developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan
adanya uang muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai
taksasi).
Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah
adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli
barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga
pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
N. Pembiayaan Kendaraan Bermotor
BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan
pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem
murabahah.
2. Produk Dana
A. BSM Tabungan
a.Tabungan BSM
45
Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah
Mutlaqah yang penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang
disepakati.
b. BSM Tabungan Berencana
Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil
berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
c. BSM Tabungan Simpatik
Tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati.
d. BSM Tabungan Investa Cendekia
Tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan
jumlah setoran bulanan tetap (installment) dan dilengkapi dengan
perlindungan asuransi.
e. BSM Tabungan Mabrur
Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan
ibadah haji & umrah.
f. BSM Tabungan Dollar
Tabungan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya
dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM.
g.BSM Tabungan Kurban
Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah
dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah. Pelaksanaannya bekerja
sama dengan Badan Amil Qurban.
46
h. BSM Tabungan Pensiun
Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang
disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT
Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia.
B. BSM Giro
a. BSM Giro
Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk
kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah
yad dhamanah.
b. BSM Giro Valas
Sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk
kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah
yad dhamanah.
c. BSM Giro Singapore Dollar
Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar
untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip
wadiah yad dhamanah.
d. BSM Giro Euro
Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar
untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip
wadiah yad dhamanah.
47
C. BSM Deposito
a. BSM Deposito
Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah
yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
b. BSM Deposito Valas
Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar
yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
3. Produk Jasa
A.
Jasa Produk
a. BSM Card
BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi
penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada mesinATM.
BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan
untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC
Prima-BCA.
b. BSM Sentra Bayar
BSM Sentra Bayar merupakan layanan bank dalam menerima
pembayaran tagihan pelanggan
c. BSM SMS Banking
BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
48
d. BSM Mobile Banking
BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda
dalam melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di
ponsel nasabah.
e. BSM Net Banking
BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
f. Pembayaran melalui menu Pemindahbukuan di ATM (PPBA)
Layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan, asuransi,
lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu
pemindahbukuan di ATM. Akad yang digunakan adalah wakalah wal
ujrah. Akad wakalah wal ujrah adalah akad yang memberikan
kewenangan bagi bank untuk mewakili nasabah dalam melakukan
pembayaran tagihan-tagihannya. Atas jasanya, bank diberikan upah
(yang disebut Ujrah).
g. BSM Jual Beli Valas
Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau
mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh
Bank Syariah Mandiri dengan nasabah.
h. BSM Electronic Payroll
Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini
Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel.
49
i. Transfer Uang Tunai
Layanan BSM Transfer Uang Tunai untuk mengirim uang
tunai di seluruh pelosok negeri dengan mudah dan aman. Uang tetap
dapat dikirim meskipun di lokasi tersebut belum tersedia layanan
perbankan.
B. Jasa Operasional
a. BSM Transfer Lintas Negara Western Union
Adalah jasa pengiriman uang/penerimaan kiriman uang secara
cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu
negara (domestik).
b. BSM Kliring
Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya
berada dalam satu wilayah kliring.
c.
BSM Inkaso
Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda
wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan
dikredit ke rekening nasabah.
d. BSM Intercity Clearing
Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank di
luar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima
danan hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan
harinya.
50
e. BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu
kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer
ekfektif dalam hitungan menit.
f.
Transfer Dalam Kota (LLG)
Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.
g. BSM Transfer Valas
Transfer valas terdiri dari:
•
Transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke
nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri
•
Transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain
baik dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM.
h. BSM Pajak Online
Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar
kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import)
secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai.
i.
BSM Pajak Import
Memberikan kemudahan kepada importir untuk membayar
pajak barang dalam rangka import secara on-line sebagai syarat untuk
mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.
j. BSM Referensi Bank
Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri
atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu.
51
k. BSM Standing Order
Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri
kepada
nasabah
yang
dalam
transaksi
financialnya
harus
memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya secara
berulang-ulang.
Dalam
pelaksanaannya
nasabah
memberikan
instruksi ke bank hanya satu kali saja.
C. Jasa Investasi
a. Reksadana
i.
Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD)
Bank Syariah Mandiri telah terdaftar sebagai Agen Penjual
Efek Reksa Dana (APERD) berdasarkan Surat Tanda Terdaftar
Nomor: 25/BL/STTD/APERD/2007 dari Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan tanggal 24 April 2007.
ii.
Produk Reksa Dana yang Dipasarkan Melalui Bank
Syariah Mandiri
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal unutk selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, Reksa Dana dapat berbentuk Perseroan Tertutup atau
Terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif. Bentuk hukum Reksa
Dana yang dipasarkan melalui Bank Syariah Mandiri adalah
52
Kontrak Investasi Kolektif. Adapun produk Reksa Dana yang
ditawarkan melalui Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:
Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang (MISB)
Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri
Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Campuran
(balanced fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya
diinvestasikan oleh Manajer Investasi dalam portofolio Efek
Saham Syariah, Efek Pasar Uang Syariah dan Obligasi Syariah.
Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRA
Syariah)
Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri
Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Saham (equity
fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan
oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam portofolio Efek
Saham Syariah.
b. Sukuk Ritel
Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual di Pasar Perdana,
menawarkan produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang
bersifat ritel atau yang dikenal dengan istilah Sukuk Negara Ritel. Sukuk
Negara Ritel adalah Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) yang
dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia
53
melalui Agen Penjual di Pasar Perdana dalam negeri. Pemesanan
pembelian Sukuk Negara Ritel hanya dapat dilakukan oleh perseorangan
Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) yang masih berlaku, dengan jumlah minimum pembelian
ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Memorandum Informasi yang
diterbitkan setiap Penerbitan Sukuk Negara Ritel.
Penunjukan Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual Sukuk
Negara Ritel ditetapkan oleh Pemerintah. Produk Sukuk Negara Ritel
yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:
1.
Sukuk Negara Ritel Seri SR-001
2.
Sukuk Negara Ritel Seri SR-002
4. Layanan
A. Syariah Mandiri Prioritas
Layanan personal dengan fasilitas yang mengutamakan
kenyamanan dalam keseimbangan baik dalam layanan finansial
maupun layanan non finansial. Dengan menempatkann dana minimal
Rp 250juta Personal Relationship Officer perusahaa akan membantu
nasabah
menentukan
pilihan
perencanaan
keuangan,
termasuk
konsultasi zakat, waqaf hingga pembagian harta waris.
54
III.1.4 Struktur Organisasi
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
55
III.2
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat hypothesis testing yakni bertujuan untuk menguji
adanya pengaruh tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan
likuiditas terhadap tingkat profitabilitas bank umum syariah. Dalam penelitian ini
akan diuji hubungan variabel independen dan variabel dependen. Dalam mengkaji
pengaruh tingkat pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi,dan
likuiditas terhadap tingkat profitabilitas bank umum syariah, penelitian ini
berfokus pada suatu bank umum syariah yang dalam hal ini adalah PT Bank
Syariah Mandiri sebagai unit analisis. Data diambil dalam beberapa urutan waktu
(time series), yakni laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri pada tahun
2008 – 2011.
III.2.1 Jenis dan sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
sumbernya berasal dari laporan keuangan bulanan yang telah dipublikasikan
oleh Bank Syariah Mandiri, dari website Bank Syariah Mandiri dan website
Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
diamati sebanyak 48 (empat puluh delapan) periode laporan keuangan bulanan
mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2011.
56
III.2.2 Penentuan Sampel
Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah
yang terdaftar di Indonesia. Sampel merupakan bank umum syariah resmi yang
beroperasi di Indonesia karena terdaftar pada Bank Indonesia.
Adapun penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai objek penelitian.
Kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Bank umum syariah di Indonesia yang telah beroperasi minimal 5 tahun.
b. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.
c. Bank
umum
syariah
yang mempublikasikan
laporan
keuangan
bulanannya untuk periode 2008, 2009, 2010,2011.
d. Bank umum syariah yang sedang berkembang dengan cukup pesat.
e. Bank umum syariah yang merupakan salah satu bank syariah terbesar di
Indonesia.
f. Bank umum syariah yang cukup banyak mendapat sorotan di mata
masyarakat.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat diambil 1 (satu) sampel yaitu
Bank Syariah Mandiri. Hal ini karena Bank Syariah mandiri merupakan bank
umum syariah yang pertumbuhannya sedang melaju pesat dan cukup banyak
mendapat sorotan di mata masyarakat serta telah memenuhi kriteria sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
57
III.2.3 Metode Pengumpulan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
bulanan Bank Syariah Mandiri. Pengumpulan data dilakukan dengan
mendokumentasikan data-data laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri
dari tahun 2008 hingga tahun 2011 yang diperoleh dari laporan keuangan yang
dipublikasikan secara online melalui website Bank Syariah Mandiri dan website
Bank Indonesia.
III.2.4 Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif dengan menggunakan data penelitian yang diukur dengan
menggunakan skala rasio. Untuk melakukan analisis teradap variabel
independen yaitu Pembiayaan Bagi Hasil, Permodalan, Efisiensi Operasi,
Likuiditas dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 serta variabel dependen
yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Gross Profit
Margin (GPM) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, digunakan model
regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for
windows.
Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan yaitu:
1. Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan metode yang bekaitan dengan
pengumpulan data dan penyajian data sehingga memberikan informasi yang
58
berguna. Statisika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data
yang akan digunakan dan bukan untuk mengambil kesimpulan hasil uji.
Statistika deskriptif memperlhatkan jumlah data yang diuji, nilai minimum,
nilai maksimum dan nilai rata-rata data yang diolah serta memberikan nilai
standar deviasi dari data yang akan diolah.
2. Uji Regresi Linear Ganda
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh
pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Permodalan, Efisiensi Operasi, Likuiditas
terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Adapun persamaan model regresi
berganda adalah sebagai berikut:
Y = b0 + b1x1 + b2x2+ b3x3 + b4x4 + e……..(3.1)
Dimana:
Y = Variable dependen, yaitu variable yang nilainya akan dihitung
bo = Titik potong garis regresi pada sumbu vertikal (Y) atau konstanta, yaitu
nilai Y yang diprediksi bila x1, x2, x3, dan x4 sama dengan 0 (nol).
b1 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen,
yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x1 berubah sebesar satu
satuan.
59
b2 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen,
yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x2 berubah sebesar satu
satuan.
b3 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen,
yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x3 berubah sebesar satu
satuan.
b4 = Tingkat kemiringan garis regresi atau koefisien regresi atau tangen,
yaitu besarnya perubahan nilai Y bila nilai x4 berubah sebesar satu
satuan.
x1 = Pembiayaan bagi hasil yang merupakan variabel independen, yaitu
varibel yang digunakan untuk memprediksi nilai Y.
x2 = Permodalan yang merupakan variabel independen, yaitu variabel yang
digunakan untuk memprediksi nilai Y.
x3 = Efisiensi Operasi yang merupakan variabel independen, yaitu variabel
yang digunakan untuk memprediksi nilai Y.
x4 = Likuiditas yang merupakan variabel independen, yaitu variabel yang
digunakan untuk memprediksi nilai Y.
60
e = Error pada garis regresi, merupakan selisih nilai Y yang diprediksi
dengan nilai Y yang diprediksi dengan nilai Y yang diperoleh atau
disebut residu (Y – Y0).
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis, karena
secara teoritis penelitian akan menghasilkan niai parameter yang lebih sah
bila terpenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai adanya hubungan antara satu
residual pengamatan dan residual pengamatan lainnya. Autokorelasi
sering terjadi didalam data deret waktu (time series) karena suatu
pengamatan dalam jenis ini biasanya dipengaruhi oleh data sebelumnya.
Dasar pengambilan keputusan :
1.
Melihat nilai Durbin-Watson stat (DW) untuk mendeteksi adanya
gangguan autokorelasi pada model regresi.
2.
Melihat nilai dU dan dL pada tabel statistik Durbin-Watson untuk
taraf kepercayaan 95% dan jumlah samlple (n) = 48 dan jumlah
variabel dependen (k’) = 4.
3.
Jika nilai DW > batas atas (dU) maka tidak ada korelasi namun
jika nilai (dL) maka terjadi autokorelasi.
61
Jika terjadi autokorelitas namun berdasarkan hasil uji normalitas
data tersebut masih normal maka data dapat dipakai, terutama jika data
yang digunakan merupakan data rentet waktu (time series). Deteksi
normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik pengujian normalitas. Dasar pengambilan keputusan
adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal,
maka
model
regresi
berganda
memenuhi
asumsi
normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengukuti
arah garis diagonal, maka regresi beranda tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang
sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model
regresi. Di dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi berganda ditemukan adanya hubungan atau korelasi antara
pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi operasi, dan likuiditas. Jika
terjadi kolerasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi
berganda yang baik dan layak dipakai seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas (pembiayaan bagi hasil, permodalan, efisiensi
62
operasi, dan likuiditas). Jika terjadi multikolinearitas, maka salah satu
variabel bebas harus dikeluarkan dari model regresi berganda. Dasar
pengambilan keputusan :
1. Melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk mendeteksi
adanya gangguan multikolinearitas pada model regresi.
2. Membandingkan nilai VIF yang didapat dengan batas nilai. Apabila
nilai VIF > 10 maka telah terjadi gangguan multikolinearitas.
c. Uji Heterokreditas
Uji heterokedisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual atau
sama dalam suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedasitas. Dan jika varians berbeda, disebut heterokedasitas. Model
regresi berganda yang baik dan layak dipakai adalah yang tidak terjadi
heterokedasitas.
Mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas pada suatu model
regresi bergada dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu Y adalah residual (Yprediksi – Ysesungguhnya) yang telah
di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
63
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedasitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedasitas.
III.2.5 Metode Penyajian Data
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
mempelajari
penjelasan
di
perpustakaan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan topik
skripsi ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder
yang akan digunakan sebagai landasan teori dan dasar analisis dalam skripsi
ini.
2. Observasi
Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan Bank Syariah Mandiri
yang diperoleh dari website resmi Bank Syariah mandiri dan Bank
Indonesia untuk periode empat tahun sejak tahun 2008 sampai dengan tahun
2011.
64
III.2.6 Uji Statistik
Untuk menguji pengaruh secara simultan atau parsial variabel bebas
terhadap variabel terikat maka dilakukan uji F dengan melihat Fhitung dan
probability value-nya. Untuk pengujian pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat maka dilakukan uji t dengan melihat t hitung dan
probability value-nya.
A.
Uji Simultan atau Uji F
Uji secara simultan dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F statistik
dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikansi
koefisien determinasi R2 . nilai F statistik dengan demikian dapat
digunakan untuk mengevalusai hipotesis bahwa apakah tidak ada
variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rataratanya dengan derajat kepercayaan (degree of freedom) k-1 dan n-k
tertentu.
Nilai F kemudian diperbandingkan dengan F table atau F yang
diperoleh dengan menggunakan tingkat signifikasi 5% dan degree of
freedom pembilang dan penyebut, yaitu V1 = k dan V2 = n-k-1 dimana
kemudian kriteria yang digunakan adalah : Bila Fhitung > Ftabel, maka H0
ditolak. Bila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima. Bila terjadi H0 diterima,
maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya model regresi yang
diperoleh sehingga mengakibatkan tidak signifikan pula pengaruh dari
65
variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen.
B.
Uji Parsial atau Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel independen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan nilai ttabel dengan thitung menggunakan uji dua sisi, hal ini
dikarenakan kedua variabel saling mempengaruhi. Uji dua sisi dilakukan
baik dari sisi kanan maupun kiri.
Uji t dilakukan dengan melalui prosedur berikut :
1. Membuat hipotesis melalui uji dua sisi
Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel independen dan signifikan
terhadap variabel dependen
Ha : Terdapat pengaruh variabel independen dan signifikan
terhadap variabel dependen
2. Menghitung nilai thitung dan mencari nilai ttabel dari tabel distribusi
3. Bandingkan nilai thitung untuk masing-masing estimator dengan nilai
ttabel dari table. Keputusan menolak atau menerima H0 sebagai
berikut :
a. Jika nilai thitung > nilai ttabel maka H0 ditlak atau menerima
H1
b. Jika nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima atau menolak
H1
66
4. Pada uji dua sisi terdapat 2 daerah penolakan, yaitu penolakan sisi
kiri jika thitung <- ttabel dan penolakan sisi kanan jika thitung> ttabel
Grafik 3.1
Grafik Keputusan Uji t Dua Sisi
Ho ditolak
Ho ditolak
Ho diterima
- ttabel ½α
C.
0
ttabel ½α
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen dalam persamaan atau model yang akan
diteliti. Semakin besar nilai koefisien determinasinya maka semakin
besar pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
III.2.7 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 7 (tujuh) variabel rasio
berbeda, yaitu :
1. Return on Assets (ROA)
2. Return on Equity (ROE)
3. Gross Profit Margin (GPM)
67
4. Mudharabah Musyarakah Ratio (MMR)
5. Capital Adequeacy Ratio (CAR)
6. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Semua variabel ini dipilih berdasarkan keputusan penulis yang
berlandaskan Pudjo (1996) dalam Rahmawati (2008) yang mengatakan bahwa
rasio umum yang digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan
perbankan adalah ROA, ROE, dan GPM. Dan berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP lampiran 14 tentang pedoman perhitungan rasio
keuangan dalam menghitung permodalan, rentabilitas, dan likuiditas.
Sedangkan rasio pembiayaan bagi hasil berdasarkan Samad dan Hasan (1999).
III.2.7.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabelvariabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tingkat profitabilitas Bank Syariah Mandiri yang di perhitungkan
dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Gross Profit
Margin (GPM). Ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Return on Assets (ROA)
Return on Asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
memperoleh laba atas pemanfaatan asset yang dimiliki. Rasio ini
68
diperoleh dengan cara membagi laba sebelum pajak pada tahun berjalan
dengan rata-rata total asset yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA maka
semakin baik karena menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin
efektif karena tingkat pengembaliannya semakin besar. Sesuai dengan
surat ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal
ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada di bawah 1 % maka perusahaan
tersebut berada pada zona tidak aman. Rasio ini diformulasikan sebagai
berikut :
b. Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui
penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba
setelah pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata modal disetor (equity).
Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh
perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Sesuai dengan surat
ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas minimal ROE
yang baik adalah 10%. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :
69
c. Gross Profit Margin (GPM)
Gross
Profit
Margin
merupakan
rasio
untuk
mengukur
kemampuan bank menghasilkan laba dari operasional. Rasio ini
diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengurangan pendapatan
operasi dan biaya operasi dengan pendapatan operasi. Semakin basar
nilai GPM maka akan semakin besar pula efisiensi perusahaan
menjalankan
operasionalnya
berdasarkan
pendapatan
operasional.
Formulasi dari rasio ini adalah :
III.2.7.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas. Variabel independen
berkedudukan sebagai variabel penjelas, variabel yang mempengaruhi atau
variabel prediksi bagi variabel dependen. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Rasio Pembiayaan Bagi Hasil (Revenue Sharing)
Menurut Samad dan Hasan (1999), tingkat revenue sharing dapat
diperoleh
dengan
membandingkan
pembiayaan
berdasarkan
mudharabah dan musyarakah dengan jumlah total semua pembiayaan.
Rasio ini tidak mempunyai batasan minimum ataupun batasan
maksimum karena rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
70
tingkat pembiayaan bagi hasil terhadap seluruh pembiayaan yang
diberikan oleh bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
b. Rasio Solvabilitas (Permodalan)
Rasio solvabilitas dapat diukur dengan menggunakan suatu
indikator yaitu Capital Adequeacy Ratio (CAR). Rasio ini diperoleh
dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang
menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. Semakin
besar nilai CAR maka semakin sehat bank tersebut karena akan semakin
besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan
nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia No 9/13/PBI/2007, nilai batas
minimum CAR yang baik adalah 8%. Jika nilai CAR suatu perusahaan
berada dibawah 8% maka perusahaan tersebut tidaklah sehat. Rasio ini
dapat diformulasikan sebagai berikut :
71
c. Rasio Rentabilitas (Efisiensi Operasi)
Indikator yang digunakan untuk rasio rentabilitas adalah BOPO
(Beban operasional terhadap pendapatan operasional). Rasio ini
digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi terhadap
pendapatan operasi yang diperoleh oleh bank. Semakin kecil nilai
BOPO maka akan semakin baik karena menunjukan tingkat efisiensi
kegiatan operasional bank yang baik. Nilai BOPO yang baik berkisar
antara 75% hingga 90%. Jika suatu perusahaan mempunyai nilai BOPO
diatas 90% maka perusahaan tersebut tidak sehat karena beban
operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan baik oleh
pendapatan operasionalnya. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai
berikut :
d. Rasio Likuiditas
Indikator yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan
seluruh dana yang berhasil dihimpun. Istilah rasio LDR berubah
menjadi FDR (Financing to Deposit Ratio) dalam dunia perbankan
syariah. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP,
batas minimal nilai FDR yang baik adalah 80%. Rasio ini dapat
diformulasikan sebagai berikut:
72
Berdasarkan penjelasan diatas, maka operasional variabel dapat dibuat
tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Konsep
Variabel
Dimensi
Indikator
Variabel
Dependen
variabel yang
Return on
1. Laba sebelum pajak
dipengaruhi oleh
Assets (ROA)
2. Rata-rata total aset
Return on
1. Laba setelah pajak
Equity (ROE)
2. Rata-rata modal
variabel-variabel
independen
disetor
Independen
Gross Profit
1. Pendapatan operasi
Margin (GPM)
2. Biaya operasi
Variabel
Rasio
1. Pembiayaan
independen
Pembiayaan
berkedudukan
Bagi Hasil
sebagai variabel
(Revenue
penjelas,
Sharing)
variabel yang
(MMR)
mempengaruhi
Rasio
mudharabah
2. Pembiayaan
musyarakah
3. Total pembiayaan
1. Jumlah modal
73
variabel
Solvabilitas
dependen
(Permodalan)
(CAR)
sendiri
2. Jumlah akiva
tertimbang menurut
resiko
Rasio
Rentabilitas
(Efisiensi
Operasi)
1. Total beban
operasional
2. Total pendapatan
operasional
(BOPO)
Rasio
Likuiditas
(FDR)
1. Total kredit
pembiayaan
2. Total dana pihak
ketiga
74
Download