SiMBeR SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN PERALATAN LISTRIK RUMAH TANGGA SECARA OTOMATIS BERBASIS ATMEGA16 PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya DISUSUN OLEH: BAMBANG PURWANTO NIM: 08506131023 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa proyek akhir ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Yogyakarta, 5 April 2011 Yang menyatakan, Bambang Purwanto NIM. 08506131023 iv SiMBeR SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN PERALATAN LISTRIK RUMAH TANGGA SECARA OTOMATIS BERBASIS ATMEGA16 Oleh: Bambang Purwanto NIM. 08506131023 ABSTRAK Tujuan pembuatan proyek akhir yang berjudul “SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Peralatan Listrik Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16” adalah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan optimalisasi penggunaan energi listrik. Dengan adanya alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga, diharapkan dapat mengurangi besarnya penggunaan energi listrik pada waktu beban puncak dan menghemat penggunaan energi listrik. Metode yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah pembuatan sistem manajemen beban rumah tangga secara otomatis berbasis mikrokontroller ATmega16. Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah membuat konsep rancangan perangkat keras, membuat konsep rancangan perangkat lunak, analisis kebutuhan, identifikasi alat dan bahan, perancangan perangkat keras, perancangan perangkat lunak, serta pengoperasian dan pengujian. Perancangan perangkat keras terdiri dari: catu daya, perangkat kontrol dan pengolah data yang berupa sistem minimum mikrokontroller ATmega16, LCD monitor, tombol seting, sensor level air dan sensor cahaya, serta saklar relay. Tombol seting digunakan untuk memasukkan nilai seting yang berupa waktu beban puncak, waktu penggunaan dispenser, mode operasi pompa air, dan mode operasi dispenser. LCD digunakan untuk menampilkan data yang ada didalam mikrokontroller. Sensor level air yang berfungsi untuk mendeteksi level air didalam tanki penampungan air. Sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi tingkat pencahayaan lingkungan. Mikrokontroller ATmega16 akan mengolah semua data berdasarkan seting yang telah dilakukan. Dari pengolahan data tersebut, akan ditampilkan ke LCD yang berupa level air didalam tanki penampungan air dan waktu. Hasil pengolahan data juga dikirimkan ke saklar relay untuk mengendalikan pompa air, dispenser dan lampu. Berdasarkan Hasil pengujian dan unjuk kerja dari “SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Peralatan Listrik Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16” telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan perencanaan. SiMBeR dapat digunakan untuk mengendalikan pompa air, dispenser, dan lampu. Kata kunci: SiMBeR, Rumah tangga, Mikrokontroller ATmega16, LCD, Otomatis. v MOTTO “Manjadda wa jada, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses” vi PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, Karya ini kupersembahkan kepada: Kedua orangtuaku yang telah memberikan banyak dukungan. Kakakku yang telah banyak memberikan saran. Keponakanku yang banyak memberikan keceriaan. Sahabat-sahabatku kelas B angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan semangat. Jazakumullah khairan katshhiran, semoga Allah memberikan kalian semua kebaikan yang banyak. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur ke pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan penuh rasa syukur, akhirnya laporan Proyek Akhir dengan judul “SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Peralatan Listrik Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis Atmega16” dapat diselesaikan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan teima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Wardan Suyanto, Ed. D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak Mutaqin, M. Pd., M. T. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Bapak Drs. Nur Kholis, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Bapak Drs. Giri Wiyono, M. T. selaku Dosen Pembimbing Proyek Akhir. 6. Bapak dan ibu dosen, serta teknisi di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. viii 7. Bapak , ibu, kakak, dan keponakanku, terima kasih atas semua do’a, dukungan dan saran yang selalu diberikan. 8. Teman-teman Kelas B angkatan 2008 yang telah memberikan banyak masukan, bantuan dan motivasi. 9. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan atas terselesaikannya proyek akhir ini. Dalam penyususna tuga akhir ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dam isi maupun penyusunannya, untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan proyek akhir ini. Penulis berarap semoga proyek akhir ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Yogyakarta, 10 April 2011 Penulis, Bambang Purwanto ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv ABSTRAK .................................................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6 C. Batasan Masalah ......................................................................... 8 D. Rumusan Masalah ...................................................................... 9 E. Tujuan ......................................................................................... 10 F. Manfaat ....................................................................................... 10 G. Keaslian Gagasan ....................................................................... 11 x BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH ............................. 13 A. Energi Listrik .............................................................................. 13 B. Pola Beban Listrik....................................................................... 14 C. Demand Side Management ......................................................... 18 D. Saklar Otomatis Pada Pompa Air ............................................... 22 E. Saklar Otomatis Pada Lampu ..................................................... 24 F. Mikrokontroller ATmega16 ....................................................... 25 1. Fitur ATmega16 .................................................................. 27 2. Konfigurasi Pin AVR ATmega16 ........................................ 29 3. Blok Diagram AVR ATmega16 ........................................... 32 4. Arsitektur Mikrokontroller AVR RISC ................................ 33 5. Peta Memori AVR ATmega16 ............................................. 33 6. Timer/ Counter .................................................................... 35 7. EEPROM ............................................................................ 40 8. Interupsi ............................................................................... 41 9. Tunda ................................................................................... 43 G. Catu Daya ................................................................................... 44 H. LCD (Liquid Crystal Display) .................................................... 48 I. Push Button ................................................................................ 49 J. IC LM393 ................................................................................... 50 K. LDR (Light Dependent Resistance) ............................................ 52 L. Relay ........................................................................................... 53 M. Transistor .................................................................................... 54 N. Diagram Alir (Flowchart) .......................................................... 59 BAB III KONSEP PERANCANGAN ALAT ........................................... 61 A. Konsep Rancangan Perangkat Keras (Hardware) ...................... 61 B. Konsep Rancangan Perangkat Lunak (Software) ....................... 62 C. Analisis Kebutuhan .................................................................... 63 D. Identifikasi Alat dan Bahan yang Dibutuhkan ........................... 64 xi E. Perancangan Perangkat Keras (Hardware) ................................ 67 1. Catu Daya (Power Supply) .................................................. 67 2. Perangkat Kontrol dan Pengolah Data ................................ 72 3. LCD Monitor ....................................................................... 74 4. Tombol Seting ..................................................................... 74 5. Sensor .................................................................................. 75 6. Saklar Relay ........................................................................ 81 7. Pembuatan PCB dan Perakitan Komponen ......................... 82 8. Pembuatan Boks .................................................................. 83 F. Perancangan Perangkat Lunak ................................................... 85 G. Rencana Pengoperasian dan Pengujian Alat .............................. 92 1. Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian dan Pengambilan Data ............................................................... 93 2. Lokasi Pengujian dan Pengambilan Data ............................ 95 3. Prosedur Pengoperasian Alat .............................................. 95 4. Bagian alat yang akan diuji ................................................. 96 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 100 A. Hasil Pengujian Alat ................................................................... 100 1. Catu Daya (Power Supply) .................................................. 100 2. Saklar Relay ........................................................................ 103 3. Kesesuaian Waktu ............................................................... 105 4. Tombol Seting ..................................................................... 105 5. Sensor Level Air ................................................................. 106 6. Sensor Cahaya ..................................................................... 107 7. Pengaturan Operasi Peralatan Listrik Menggunakan SiMBeR ............................................................................... 107 B. Pembahasan ................................................................................ 109 1. Perangkat Keras .................................................................. 109 2. Perangkat Lunak .................................................................. 110 3. Penghematan Energi Listrik ................................................ 113 xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 117 A. Kesimpulan ................................................................................. 117 B. Keterbatasan ............................................................................... 118 C. Saran ........................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 120 LAMPIRAN ................................................................................................. 123 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kurva karakteristik beban listrik. ................................................. 2 Gambar 2. Pola beban harian.. ....................................................................... 15 Gambar 3. Water level control dan water pressure switch. ........................... 23 Gambar 4. Rangkaian saklar otomatis pada lampu........................................ 25 Gambar 5. Konfigurasi pin ATmega16.......................................................... 29 Gambar 6. Blok diagram AVR ATmega16..................................................... 32 Gambar 7. Arsitektur Mikrokontroller AVR RISC. ........................................ 33 Gambar 8. Regulator tegangan positif (7812) dan negatif (7912). ................ 45 Gambar 9. Catu daya teregulasi tegangan positif........................................... 47 Gambar 10. Prinsip pemasangan transistor eksternal NPN pada regulator tegangan tetap.............................................................................. 47 Gambar 11 Bentuk fisik LCD LMB162AFC. ................................................ 48 Gambar 12. Push Button. ............................................................................... 49 Gambar 13. Konfigurasi pin LM393.............................................................. 50 Gambar 14. Bentuk fisik IC LM393. ............................................................. 50 Gambar 15. Simbol diagram relay. ................................................................ 53 Gambar 16. Jenis transistor (a). Transistor NPN, (b). Transistor PNP. ......... 55 Gambar 17. Pemberian bias maju (a) Transistor PNP, (b) Transistor NPN. . 55 Gambar 18. Grafik kurva kolektor dengan garis beban transistor. ................ 56 xiv Gambar 19. Grafik kerja transistor................................................................. 56 Gambar 20. Rangkaian transistor sebagai saklar. .......................................... 58 Gambar 21. Skema alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga........ 62 Gambar 22. Catu daya teregulasi tegangan positif......................................... 67 Gambar 23. Prinsip pemasangan transistor eksternal NPN pada regulator tegangan tetap. .......................................................................... 68 Gambar 24. Skema Rangkaian Catu Daya (Power Supply)........................... 69 Gambar 25. Skema Rangkaian Sistem Mikrokontroller AVR ATmega16..... 73 Gambar 26. Skema Rangkaian LCD monitor 16x2 karakter. ........................ 74 Gambar 27. Skema Rangkaian Tombol Seting. ............................................. 75 Gambar 28. Water level control ..................................................................... 77 Gambar 29. Rangkaian saklar otomatis pada lampu...................................... 80 Gambar 30. Skema Rangkaian Sensor Level Air dan Sensor Cahaya........... 80 Gambar 31. Skema Rangkaian Saklar Relay.................................................. 81 Gambar 32. SiMBeR (Sistem Manajemen Beban Rumah Tangga)............... 84 Gambar 33. SiMBeR, Sensor Level Air, dan Sensor Cahaya........................ 84 Gambar 34. Diagram alir Program Utama. .................................................... 86 Gambar 35. Diagram alir Subrutin................................................................. 87 Gambar 36. Diagram alir Menu Seting (awal)............................................... 88 Gambar 37 Diagram alir Menu Seting (sambungan). .................................... 89 Gambar 38. Diagram alir Seting Mode Operasi Pompa Air. ......................... 90 xv Gambar 39. Seting Mode Operasi Dispenser................................................. 91 Gambar 40. Diagram alir eksekusi operasi pompa air. .................................. 91 Gambar 41. Diagram alir aksekusi operasi dispenser. ................................... 92 Gambar 42. Diagram alir eksekusi operasi lampu. ........................................ 92 xvi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT B. .......................... 30 Tabel 2. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT C. .......................... 30 Tabel 3. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT D........................... 31 Tabel 4. Kombinasi register TCCRn.............................................................. 36 Tabel 5. Sumber interupsi pada AVR ATmega16. ......................................... 41 Tabel 6. Konfigurasi register MCUCR. ......................................................... 42 Tabel 7. Konfigurasi bit ISC01 dan ISC00..................................................... 42 Tabel 8. Konfigurasi bit ISC11 dan ISC10..................................................... 43 Tabel 9. Konfigurasi register GICR. .............................................................. 43 Tabel 10. Berbagai tipe regulator beserta batasan tegangan masukan........... 46 Tabel 11. Konfigurasi pin LCD LMB162AFC. ............................................. 49 Tabel 12. Simbol-simbol dalam diagram alir................................................. 60 Tabel 13. Bahan pembuatan rangkaian catu daya.......................................... 64 Tabel 14. Bahan pembuatan rangkaian sistem minimum. ............................. 65 Tabel 15. Bahan pembuatan rangkaian LCD monitor.................................... 65 Tabel 16. Bahan pembuatan rangkaian tombol seting. .................................. 66 Tabel 17. Bahan pembuatan rangkaian sensor level air dan sensor cahaya... 66 Tabel 18. Bahan pembuatan rangkaian saklar relay. ..................................... 67 Tabel 19. Rencana pengujian Power Supply 6 V........................................... 96 xvii Tabel 20. Rencana pengujian Power Supply 8 V........................................... 96 Tabel 21. Rencana pengujian rangkaian Saklar Relay. .................................. 96 Tabel 22. Rencana pengujian kesesuaian waktu antara waktu sesungguahnya dengan waktu pada SiMBeR. ........................................................ 97 Tabel 23. Rencana pengujian fungsi tombol.................................................. 97 Tabel 24. Rencana pengujian Sensor Level Air............................................. 98 Tabel 25. Rencana pengujian Sensor Cahaya. ............................................... 98 Tabel 26. Rencana pengujian SiMBeR saat mengontrol peralatan listrik rumah tangga. ................................................................................ 99 Tabel 27. Hasil pengujian Power Supply 6 V. ............................................... 101 Tabel 28. Hasil pengujian Power Supply 8 V. ............................................... 102 Tabel 29. Hasil pengujian rangkaian Saklar Relay. ....................................... 104 Tabel 30. Hasil pengujian kesesuaian waktu antara waktu sesungguahnya dengan waktu pada SiMBeR. ........................................................ 105 Tabel 31. Hasil pengujian fungsi tombol. ...................................................... 106 Tabel 32. Hasil pengujian Sensor Level Air. ................................................. 107 Tabel 33. Hasil pengujian Sensor Cahaya...................................................... 107 Tabel 34. Hasil pengujian SiMBeR saat mengontrol peralatan listrik rumah tangga. ........................................................................................... 108 Tabel 35. Penghematan energi listrik............................................................. 109 xviii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambar PCB dan Susunan Komponen..................................... 124 Lampiran 2. Program Mikrokontroller AVR ATmega16 Dengan Bahasa C ....................................................................................................... 127 Lampiran 3. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Rumah Tangga ............... 163 Lampiran 4. Fitur Mikrokontroller AVR ATmega16 .................................... 164 Lampiran 5. Foto-Foto Pengujian Alat .......................................................... 165 xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasokan energi listrik tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Permintaan energi tumbuh sekitar 6,8% per tahun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk Indonesia adalah 119,2 juta jiwa (1971), 147,5 juta jiwa (1980), 179,4 juta jiwa (1990), 206,2 juta jiwa (2000), dan 238 juta jiwa (2010). Jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 285 juta jiwa pada tahun 2025 dan 360 juta jiwa pada tahun 2050. Kebutuhan energi listrik pada tahun 2010 adalah 34 GWe. Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat menjadi 94 GWe paha tahun 2025 dan 409 GWe pada tahun 2050. Estimasi pemenuhan kebutuhan energi listrik sebesar 71 GWe pada tahun 2025 dan 239 GWe pada tahun 2050, berdasarkan pertumbuhan energi nasional sebesar 5%. (Muhammad Subekti, 2010: www.mediaindonesia.com) Beban sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali pada waktu beban puncak sebesar 18.500 MW. Beban sistem ketenagalistrikan pada tengah malam hingga pagi hari hanya sekitar 14.000 MW. Perbedaan beban sebesar 4.500 MW menjadikan sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali beroperasi tidak optimal. (Muhammad Rifai, 2011: www.okezone.com) 1 2 Gambar 1. Kurva karakteristik beban listrik. (Sumber: http://imadudd1n.wordpress.com) PLN menghimbau pelanggan agar melakukan penghematan penggunaan energi listrik, terutama pada waktu beban puncak. Beban puncak terjadi pada pukul 17.00 hingga pukul 22.00. Beban buncak yang berkurang secara otomatis akan mengurangi penggunaan BBM. Pengurangan penggunaan BBM akan menghemat biaya subsidi negara, sehingga proses pembangunan pembangkit-pembangkit baru semakin lancar. (Sunggu Anwar Aritonang, 2005: www.pln-jabar.co.id) Kebutuhan akan energi listrik terus bertambah dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk. Kosumsi energi listrik yang tidak diimbangi dengan penyediaan energi listrik akan menyebabkan terjadinya krisis energi listrik. Krisis energi listrik dapat dicegah dengan melakukan penghematan dalam 3 penggunaan energi listrik (Demand Side Management). Konsumen harus melakukan penghematan dalam penggunaan energi listrik, karena belum tercapainya pemenuhan kebutukan energi listrik. Penerapan Demand Side Management sangat tepat bagi pelanggan perusahaan listrik, terutama pelanggan rumah tangga. Rumah tangga adalah konsumen pengguna energi listrik terbesar kedua setelah industri. Konsumen rumah tangga masih boros dalam menggunakan energi listrik. Pemborosan penggunaan energi listrik disebabkan penggunaan peralatan listrik yang cenderung berlebihan dan kurang tepat. Peralatan listrik rumah tangga yang banyak digunakan konsumen rumah tangga adalah lampu penerangan, dispenser, lemari pendingin, rice cooker, komputer, televisi, mesin cuci, pompa air, kipas angin, setrika, dan radio. Pemilik rumah belum menggunakan lampu hemat energi. Pemilik rumah terkadang lupa untuk mematikan (OFF) lampu penerangan, misalnya lampu teras dan lampu taman. Lampu teras yang sudah menggunakan saklar otomatis akan lebih hemat. Saklar lampu otomatis akan mematikan (OFF) lampu saat pencahayaan alami sudah cukup terang. Saklar lampu otomatis yang sudah ada dipasaran bekerja berdasarkan sensor cahaya. Sensor cahaya sangat rawan terhadap gangguan, seperti tertutup daun, terhalang benda, atau sensitifitasnya berkurang. Sensor cahaya yang bermasalah menyebabkan lampu terus menyala (ON), sehingga mengakibatkan pemborosan penggunaan energi listrik. Saklar lampu otomatis yang ada dipasaran memiliki kekurangan, sehingga dapat dibuat sebuah 4 saklar otomatis yang dapat mematikan lampu saat sensor cahaya mengalami masalah dan pencahayaan alami sudah cukup terang. Pemilik rumah tetap menyalakan (ON) dispenser saat tidak digunakan. Pemilik rumah tidak menggunakan dispenser dalam waktu yang relatif lama yaitu saat bekerja, bepergian, dan istirahat malam (tidur). Dispenser yang tetap menyala (ON) saat tidak digunakan menyebabkan pemborosan penggunaan energi listrik. Dispenser yang ada saat ini belum dapat mati (OFF) secara otomatis saat tidak digunakan, maka dapat dibuat sebuah alat yang mampu mengatur waktu operasi dispenser. Pemilik rumah sering membuka lemari pendingin. Lemari pendingin yang sering dibuka mengakibatkan semakin banyak suhu dingin yang terbuang, sehingga diperlukan energi listrik yang lebih banyak untuk mencapai suhu pengaturan. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) komputer saat tidak digunakan. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) televisi saat tidak ditoton. Pemilik rumah menggunakan mesin cuci tidak sesuai dengan kapasitasnya, sehingga proses pencucian tidak efisien. Pemilik rumah masih mengoperasikan pompa air secara manual, sehingga pompa air tidak segera mati (OFF) saat tanki tandon air sudah penuh. Pemilik rumah mengatur operasi pompa air menggunakan saklar otomatis. Saklar pompa air otomatis akan menghidupkan (ON) pompa air saat tanki tandon air kosong. Saklar pompa air otomatis akan mematikan (OFF) pompa air saat tanki tandon air penuh. Saklar pompa air otomatis yang ada dipasaran bekerja berdasarkan level air didalam tanki tandon air, sehingga memungkinkan pompa air beroperasi pada waktu beban puncak. Pompa air yang beroperasi pada waktu 5 beban puncak akan menambah besar beban puncak. Pompa air yang beroperasi pada waktu beban puncak dapat memperbesar kemungkinan MCB trip. Saklar pompa air otomatis yang ada dipasaran masih memiliki kekurangan, sehingga dapat dibuat saklar pompa air otomatis yang hanya mengoperasikan pompa air diluar waktu beban puncak. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) kipas angin saat tidak digunakan. Pemilik rumah menyetrika pakaian dalam jumlah sedikit dengan intensitas yang tinggi. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) radio saat tidak didengarkan. Alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga berfungsi untuk mengatur penggunaan beban peralatan listrik rumah tangga secara otomatis. Alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat mengalihkan operasi pompa air diluar waktu beban puncak secara otomatis. Alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat mematikan (OFF) dispenser secara otomatis pada saat tidak digunakan. Alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat mengendalikan lampu secara otomatis berdasarkan intensitas cahaya alami dan waktu. Alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat menghemat penggunaan energi listrik. 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain. 1. Pasokan energi listrik tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. 2. Beban sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali pada waktu beban puncak sebesar 18.500 MW. 3. Kosumsi energi listrik yang tidak diimbangi dengan penyediaan energi listrik akan menyebabkan terjadinya krisis energi listrik. 4. Konsumen rumah tangga masih boros dalam menggunakan energi listrik. 5. Pemilik rumah belum menggunakan lampu hemat energi. 6. Pemilik rumah terkadang lupa untuk mematikan (OFF) lampu penerangan, misalnya lampu teras dan lampu taman. 7. Saklar lampu otomatis yang sudah ada dipasaran bekerja berdasarkan sensor cahaya. Sensor cahaya sangat rawan terhadap gangguan, seperti tertutup daun, terhalang benda, atau sensitifitasnya berkurang. Sensor cahaya yang bermasalah menyebabkan lampu terus menyala (ON), sehingga mengakibatkan pemborosan penggunaan energi listrik. 8. Pemilik rumah tetap menyalakan (ON) dispenser saat tidak digunakan. Pemilik rumah tidak menggunakan dispenser dalam waktu yang relatif lama yaitu saat bekerja, bepergian, dan istirahat malam (tidur). 9. Pemilik rumah sering membuka lemari pendingin. Lemari pendingin yang sering dibuka mengakibatkan semakin banyak suhu dingin yang terbuang, 7 sehingga diperlukan energi listrik yang lebih banyak untuk mencapai suhu pengaturan. 10. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) komputer saat tidak digunakan. 11. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) televisi saat tidak ditoton. 12. Pemilik rumah menggunakan mesin cuci tidak sesuai dengan kapasitasnya, sehingga proses pencucian tidak efisien. 13. Pemilik rumah masih mengoperasikan pompa air secara manual, sehingga pompa air tidak segera mati (OFF) saat tanki tandon air sudah penuh. 14. Saklar pompa air otomatis yang ada dipasaran bekerja berdasarkan level air didalam tanki tandon air, sehingga memungkinkan pompa air beroperasi pada waktu beban puncak. Pompa air yang beroperasi pada waktu beban puncak akan menambah besar beban puncak. Pompa air yang beroperasi pada waktu beban puncak dapat memperbesar kemungkinan MCB trip. 15. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) kipas angin saat tidak digunakan. 16. Pemilik rumah menyetrika pakaian dalam jumlah sedikit dengan intensitas yang tinggi. 17. Pemilik rumah tidak mematikan (OFF) radio saat tidak didengarkan. 8 C. Batasan Masalah Karena keterbatasan penulis, maka tugas akhir ini hanya terbatas pada hal-hal sebagai berikut: 1. Beban sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali pada waktu beban puncak sebesar 18.500 MW. Pelanggan yang mengurangi pemakaian energi listrik pada waktu beban puncak dapat mengurangi beban sistem ketenagalistrikan. 2. Konsumen rumah tangga masih boros dalam menggunakan energi listrik. Pemborosan penggunaan energi listrik disebabkan penggunaan peralatan listrik yang cenderung berlebihan dan kurang tepat. 3. Saklar lampu otomatis yang sudah ada dipasaran bekerja berdasarkan sensor cahaya. Sensor cahaya sangat rawan terhadap gangguan, seperti tertutup daun, terhalang benda, atau sensitifitasnya berkurang. Sensor cahaya yang bermasalah menyebabkan lampu terus menyala (ON), sehingga mengakibatkan pemborosan penggunaan energi listrik. 4. Pemilik rumah tetap menyalakan (ON) dispenser saat tidak digunakan. Pemilik rumah tidak menggunakan dispenser dalam waktu yang relatif lama yaitu saat bekerja, bepergian, dan istirahat malam (tidur). Dispenser sangat tepat untuk diatur waktu penggunaannya, karena dayanya yang besar dan bahan yang diolah berupa air mineral. Dispenser yang dimatikan (OFF) saat tidak digunakan, tidak menyebabkan bahan yang diolah (air mineral) menjadi basi. 9 5. Saklar pompa air otomatis yang ada dipasaran bekerja berdasarkan level air didalam tanki tandon air, sehingga memungkinkan beroperasi pada waktu beban puncak. Pompa air memiliki daya yang cukup besar untuk ukuran konsumen rumah tangga. Pompa air otomatis yang beroperasi pada waktu beban puncak akan menambah besar beban puncak. Pengoperasian pompa air pada waktu beban puncak dapat memperbesar kemungkinan MCB trip. D. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai hal yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam tugas akhir ini adalah: 1. Apakah dapat dibuat alat untuk melakukan penyaklaran (pengaturan) beban peralatan listrik yang berupa pompa air, dispenser, dan lampu? 2. Bagaimana alat penyaklar (pengatur) beban peralatan listrik rumah tangga dapat bekerja untuk mengendalikan operasi pompa air, dispenser, dan lampu sesuai dengan sensor dan seting? 3. Apakah penggunaan alat penyaklar (pengatur) beban peralatan listrik rumah tangga dapat menghemat penggunaan energi listrik? 10 E. Tujuan Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah: 1. Merancang dan membuat alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga yang dapat memudahkan konsumen energi listrik untuk melakukan optimalisasi penggunaan energi listrik. 2. Mengukur unjuk kerja dari alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga. 3. Mengurangi penggunaan energi listrik pada waktu beban puncak. 4. Menghemat penggunaan energi listrik. F. Manfaat Pembuatan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi mahasiswa: a. Mahasiswa dapat mengasah kemampuan dalam menciptakan inovasi. b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan. 2. Bagi institusi pendidikan: a. Alat ini dapat dijadikan modul praktik dalam melakukan pengaturan penggunaan energi listrik (manajemen energi). b. Alat ini dapat dijadikan perangkat penunjang dalam praktik instalasi rumah tinggal. 11 3. Bagi masyarakat: a. Umur instalasi listrik rumah tangga dapat bertahan lebih lama, karena adanya pemerataan waktu penggunaan peralatan listrik sehingga kabel-kabel senantiasa dialiri arus yang stabil. b. Kemungkinan terjadi trip pada waktu beban puncak sangat kecil, karena beban listrik berdaya relatif besar seperti pompa air dioperasikan diluar waktu beban puncak. c. Biaya tagihan yang harus dibayar pelanggan turun, karena peralatan listrik dimatikan (OFF) secara otomatis pada saat tidak digunakan. 4. Bagi perusahaan listrik: a. Kemungkinan terjadinya beban lebih pada pembangkit sangat kecil, karena beberapa peralatan listrik dialihkan operasinya diluar waktu beban puncak. b. Kemungkinan terjadinya kerusakan pada transformator sangat kecil, karena daya yang disalurkan transformator pada saat beban puncak sudah berkurang. Dengan kata lain beban penyaluran daya transformator menjadi jauh dibawah batas maksimal kapasitas kerja transformator. 5. Keaslian Gagasan Ide pembuatan “Alat Pengatur Beban Perlatan Listrik Rumah Tangga” ini terinspirasi saat mengikuti Mata Kuliah Manajemen Energi. Pada perkuliahan tersebut dijelaskan tentang permasalahan penggunaan energi 12 listrik yang kurang optimal (boros) dan beban puncak yang besar. Salah satu cara untuk menekan besarnya daya beban puncak adalah dengan melakukan pemindahan waktu operasional peralatan listrik dan untuk mengoptimalisasi penggunaan energi listrik dapat dilakukan dengan cara mematikan peralatan listrik yang tidak terpakai. Sedangkan pada kenyataannya konsumen listrik belum terbiasa untuk melakukan langkah penghematan tersebut. Sehingga diperlukan sebuah alat yang dapat melakukan otomatisasi operasional peralatan listrik rumah tangga diluar waktu beban puncak dan melakukan penyaklaran peralatan listrik secara tepat guna. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Energi Listrik Energi listrik adalah energi yang mengalir pada suatu panghantar listrik yang mempunyai hambatan dan diberi beda potensial pada ujungujungnya sehingga mengalir arus listrik selama beberapa waktu. Energi listrik tidak dapat diciptakan tetapi dapat dihasilkan dari konversi energi panas atau energi gerak. Energi listrik tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah menjadi berbagai bentuk lain. Besarnya energi listrik yang dikeluarkan oleh suatu sumber arus listrik sebanding dengan beda potensial, kuat arus, dan waktu. (Endro Wahyono, 2008: 141) W = energi listrik (joule) = × × V = beda potensial (volt) I = kuat arus listrik (ampere) t = waktu (detik) Sesuai dengan hukum kekekalan energi bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Energi listrik sebagai salah satu bentuk energi memenuhi hukum ini. Dari berbagai bentuk energi, listrik 13 14 merupakan bentuk energi yang mudah diubah menjadi berbagai macam energi. (Budi Prasodjo, 2006: 99) Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Maka pengertian energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik (kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang lain). Energi listrik dilambangkan dengan W. (Tim Crayonpedia, 2008: www.crayonpedia.org) Energi listrik adalah energi yang ada karena beda potensial pada ujung-ujung sebuah beban. Beban yang memiliki beda potensial pada ujung ujungnya akan dialiri arus listrik. Arus listrik merupakan besarnya perpindahan muatan listrik setiap satuan waktu (detik). Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang banyak digunakan manusia. Energi listrik mudah dikonversi ke bentuk energi lain. B. Pola Beban Listrik Pelanggan industri memiliki pola konsumsi energi listrik yang flat atau tidak memiliki perbedaan tajam antara saat konsumsi tinggi dan konsumsi rendah. Pelanggan rumah tangga memilki pola konsumsi energi listrik yang sangat fluktuatif. Pelanggan rumah tangga menggunakan energi listrik pada malam hari (beban puncak) jauh lebih tinggi dari pada penggunaan energi listrik pada pagi hari dan siang hari. 15 Gambar 2. Pola beban harian. (Sumber : www.fiskal.depkeu.go.id) Gambar diatas menggambarkan tipikal pola beban harian dari listrik yang digunakan oleh masing-masing kelompok pelanggan di wilayah Jawa dan Bali pada tahun 2003. Total penjualan PLN merupakan penjumlahan (akumulasi) dari beban harian ini dalam satu tahun. Kurva pelanggan rumah tangga (residensial) merupakan kurva yang paling fluktuatif. Pelanggan rumah tangga menggunakan energi listrik sangat rendah pada pagi dan siang hari. Pelanggan rumah tangga menggunakan energi listrik sangat tinggi pada malam hari antara jam 18.00 hingga 21.00. Pola penggunaan listrik oleh pelanggan residensial sangat menentukan pola total penggunaan. Pola beban seperti tergambar pada Gambar 2 sangat menentukan kombinasi penggunaan jenis pembangkitan, yang tentunya berujung pada biaya pembangkitan. Jenis pembangkitan pada pagi dan siang hari yang dapat digunakan adalah pembangkitan yang dapat dinyalakan secara kontinyu dengan variable cost yang relatif rendah, misalnya pembangkit dengan bahan bakar batu bara. Jenis pembangkit dengan tenaga batu-bara memiliki karakter yaitu 16 dibutuhkan waktu yang lama untuk menyalakan dan mematikan (start-stop) pembangkit, fixed cost tinggi, tetapi variabel cost rendah. Jenis pembangkit untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban puncak adalah pembangkit yang start-stop time-nya lama, fixed cost relatif rendah, tetapi variable cost-nya mahal, seperti pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak. Pola pembangkitan seperti demikian akan menurunan share penjualan energi listrik ke industri dan mempunyai dampak negatif terhadap kombinasi penggunaan jenis pembangkitan. Share industri yang menurun dan share pelanggan residensial yang meningkat berarti PLN harus lebih banyak menggunakan pembangkit dengan start-stop yang cepat, fixed-cost rendah, tetapi variable cost-nya mahal. Penggunaan pembangkit yang start-stop-nya lama, fixed cost tinggi, tetapi variable cost rendah akan berkurang. Instalasi pembangkit dengan karakter demikian akan menjadi idle. Pembangkit yang dioperasikan secara tidak optimal akan menyebabkan inefisiensi. Inefisiensi berdampak negatif terhadap keberlanjutan operasi, serta investasi dalam rangka perggantian instalasi dan dalam rangka ekspansi pasokan PLN. (Anggito Abimanyu, 2004: 2-4) Beban puncak adalah suatu kondisi dimana sistem pembangkit tenaga listrik mendapatkan beban maksimal bila dibandingkan diwaktu-waktu lain dalam siklus 24 jam. Terjadinya beban puncak, karena pada waktu tersebut banyak pelanggang perusahaan listrik yang memanfaatkan energi listrik guna mendukung aktifitas yang sedang dilakukan. (Djiteng Marsudi, 2005: 181) 17 Beban puncak adalah interval waktu tertentu dimana pelanggan perusahaan listrik menggunakan energi listrik secara bersamaan dalam jumlah yang besar. Kenaikan dari beban dasar malam dimulai pukul 17.30 WIB dan puncaknya pada pukul 18.30 WIB - 20.30 WIB, kemudian menurun kembali sekitar pukul 22.30 WIB. (Ristek, 2009: 76) Beban sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali pada waktu beban puncak sebesar 18.500 MW. Beban sistem ketenagalistrikan pada tengah malam hingga pagi hari hanya sekitar 14.000 MW. Perbedaan beban sebesar 4.500 MW menjadikan sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali beroperasi tidak optimal. (Muhammad Rifai, 2011: www.okezone.com) Pelanggan rumah tangga menggunakan sedikit energi listrik pada pagi dan siang hari. Pelanggan rumah tangga menggunakan energi listrik sangat besar pada waktu malam hari (beban puncak). Pelanggan rumah tangga banyak menyalakan (ON) peralatan listrik pada malam hari (beban puncak). Besarnya perbedaan penggunaan energi listrik dapat menyebabkan penggunaan pembangkit tenaga listrik tidak efisien. Penggunaan pembangkit tenaga listrik yang tidak efisien menyebabkan pemborosan pemakaian bahan bakar, sehingga akan meningkatkan biaya operasi. 18 C. Demand Side Managent Demand Side Management atau manajemen energi listrik pada sisi konsumen merupakan suatu kegiatan terencana yang dilakukan untuk mengubah pola konsumsi pelanggan, sehingga dapat memperbaiki kurva beban dan mengurangi biaya rekening listrik. Beberapa program manajemen energi listrik pada sisi konsumen adalah sebagai berikut: (Husna, 2006: 2733) 1. Energy conservation program (program konservasi energi) bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi konsumen dan kebutuhan tenaga listrik secara keseluruhan. 2. Peak Clipping (Pemangkasan Beban Puncak) adalah pengendalian beban puncak dengan melakukan upaya untuk mengurangi pemakaian listrik pada waktu beban puncak. 3. Valley Filling yaitu pengendalian beban puncak dengan melakukan upaya untuk menggunakan listrik pada periode dimana beban sistem pembangkit relatif rendah atau pada luar waktu beban puncak. Penggunaan listrik pada luar waktu beban puncak dapat memperbaiki faktor kapasitas penggunaan sistem pembangkit yang pada gilirannya akan mengurangi biaya operasi. 4. Load Shifing (Penggeseran Beban) yaitu mendorong pelanggan agar menggeser pemakaian listrik pada periode luar waktu beban puncak tanpa mengorbankan kepentingan pelanggan. Pelanggan akan mengurangi pemakaina listrik pada waktu beban puncak 19 (pukul 18.00 sampai dengan 22.00) dengan mengalihkan konsumsi listrik pada luar waktu beban puncak (pukul 22.00 sampai dengan 18.00). Pelanggan menggunakan jumlah energi listrik yang sama, tetapi waktu pemakaiannya berubah. 5. Flexible load membolehkan management program pemadaman atau yaitu program pengurangan yang permintaan pelanggan utama (key customers demand) untuk memperbaiki fleksibilitas dengan cara menyesuaikan penyediaan kapasitas pembangkitan dan permintaan pelanggan. 6. Load building program bertujuan untuk meningkatkan konsumsi pelanggan secara keseluruhan. Pelanggan dapat memilih program sesuai dengan kebutuhan, agar tidak mengganggu kenyamanan. Pelanggan juga perlu mempertimbangkan katagori beban peralatan listrik yang akan diatur waktu pemakaiannya. 1. Interuptable load merupakan beban yang sudah tertentu waktu pemakaiannya, sehingga pada waktu beban puncak peralatan tersebut akan terhenti supai listriknya secara manual ataupun otomatis. 2. Curtable load adalah beban yang dapat dimatikan pada kondisi tertentu dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Program pada manajemen energi listrik pada sisi pelanggan yang akan diterapkan pada proyek akhir ini adalah energy conservation program, peak 20 clipping dan load shifing. Energy conservation program diterapkan untuk mengurangi beban beban peralatan listrik yang pada umumnya tetap menyala (ON) saat tidak digunakan. Beban peralan listrik yang tetap menyala (ON) saat tidak digunakan adalah dispenser, lemari pendingin, rice cooker dan lampu. Dispenser dan rice cooker tanpa disadari menyedot paling banyak energi. Dispenser menghabiskan 400 watt dan rice cooker sampai 500 watt. Dispenser sering dibiarkan menyala dari pagi sampai malam hari. (Andri Haryanto, 2008: www.detik.com) Pelanggan rumah tangga dapat menghemat penggunaan energi listrik dengan cara mematikan dispenser bila tidak digunakan, mematikan lemari pendingin bila tidak diggunakan dalam jangka waktu yang lama, dan mematikan rice cooker bila nasi didalamnya sudah hampir habis. Pelanggan yang mematikan lemari pendingin dalam keadaan berisi makanan didalamnya akan mengakibatkan makanan tersebut cepat busuk. Makanan didalam lemari pendingin yang mati (OFF) cepat busuk kerena kristal-kristal es didalam lemari pendingin akan mencair dan membasahi makanan. Pelanggan yang mematikan rice cooker dalam keadaan berisi nasi didalanya akan menyebabkan nasi tersebut cepat basi, karena nasi tersebut terkena tetesan uap sisa penanakan nasi. Pelanggan yang mematikan dispenser tidak akan mengalami kerugian apapun saat mematikan dispenser. Air didalam dispenser tetap dapat dikonsumsi setelah dispenser dimatikan (OFF) dan dinyalakan kembali (ON). Pelanggan harus melakukan proses pengaturan pemakaian 21 dispenser secara manual, karena sampai saat ini belum ada dispenser yang dilengkapi dengan saklar waktu otomatis. Pelanggan harus mematikan lampu bila tidak diperlukan. Pelanggang menggunakan saklar lampu otomatis untuk mengendalikan lampu yang berada diluar ruangan, misalnya lampu teras dan lampu taman. Saklar lampu otomatis yang sudah ada dipasaran bekerja berdasarkan sensor cahaya. Sensor cahaya sangat rawan terhadap gangguan, seperti tertutup daun, terhalang benda, atau sensitifitasnya berkurang. Sensor cahaya yang bermasalah menyebabkan lampu terus menyala (ON), sehingga mengakibatkan pemborosan penggunaan energi listrik. Saklar lampu otomatis yang ada dipasaran memiliki kekurangan, sehingga dapat dibuat sebuah saklar otomatis yang dapat mematikan lampu saat sensor cahaya mengalami masalah dan pencahayaan alami sudah cukup terang. Peak clipping dan load shifing diterapkan untuk melakukan penghematan penggunaan pompa air. Pelanggan rumah tangga yang masih mengoperasikan pompa air secara manual ataupun otomatis memungkinkan pompa air beroperasi pada waktu beban puncak. Saklar pompa air otomatis yang ada dipasaran hanya bekerja berdasarkan volume air didalam tanki tandon air. Saklar pompa air otomatis akan mengisi tanki tandon air saat tanki tandon air kosong, walaupun pada waktu beban puncak. Pompa air yang dioperasikan pada waktu beban puncak akan menambah beban puncak. Beban puncak dapat dikurangi dengan mengoperasikan beban motor (pompa air) diluar waktu beban puncak. Saklar pompa air otomatis yang digunakan harus dapat memindahkan operasi pompa air diluar waktu beban puncak. 22 Penghematan pada waktu beban puncak akan berdampak signifikan kepada sistem ketenagalistrikan. Pelanggan yang banyak menggunakan peralatan listrik pada waktu beban puncak menyebabkan kenaikan beban puncak. Beban yang tinggi dan terus naik pada waktu beban puncak menyebabkan cadangan operasi pemnbangkit semakit menipis bahkan defisit. Pelanggan yang berhemat dengan mematikan lampu 50 watt saja pada waktu beban puncak jam 18.00 sampai 22.00, maka pemadaman bergilir karena defisit sebesar 500 MW tidak akan terjadi. (Herman Nugroho, 2008: www2.jogja.go.id) D. Saklar Otomatis Pada Pompa Air Pompa air banyak dipergunakan di rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mengalirkan air. Pompa air dipakai untuk mengalirkan air dari sumur langsung ke kran, atau dari sumur menuju tanki tandon air. Alat kontrol yang banyak dipakai untuk mengontrol pompa air di rumah tangga, yaitu pressure switch (bekerja berdasarkan tekanan air di sisi keluaran pompa air) dan level control (berdasarkan ketinggian permukaan air yang berada di dalam tangki tandon air). Level control hanya cocok dengan sistem yang menggunakan tanki tandon air sebelum air didistribusikan ke pengguna, karena pelampung alat ini harus dimasukkan ke dalam tanki tandon air. (Prihadi Setyo, 2009: prihadisetyo.wordpress.com) 23 Gambar 3. Water level control dan water pressure switch. (Sumber: prihadisetyo.wordpress.com) Prinsip kerja kedua alat ini sama yaitu switching (pemutus dan penghubung arus listrik). Water level control membuka dan menutup tuas penghubung arus berdasarkan gaya berat pelampung. Water pressure switch membuka dan menutup tuas penghubung arus berdasarkan gaya akibat tekanan air di sisi keluaran pompa air. Water level control mematikan (OFF) pompa air bila kedua pelampung mengambang di permukaan level air. Water level control menghidupkan (ON) pompa air bila kedua pelampung tergantung, sehingga operasi pompa air (start-stop) jarang terjadi. Water pressure switch mengakibatkan start stop lebih sering karena begitu tekanan sisi keluar pompa turun akibat kran terbuka maka pompa akan hidup (ON). Water pressure switch akan mematikan (OFF) pompa air sesaat setelah semua aliran keluar pompa tertutup. Operasi yang sering terjadi pada pompa air yang menggunakan water pressure switch menyebabkan switch-nya akan lebih cepat rusak. Water level control dan water pressure switch mengoperasikan pompa air berdasarkan level dan tekanan air. Water level control dan water pressure switch sangat memungkinkan pompa air bekerja 24 pada waktu beban puncak. Pompa air yang beroperasi pada waktu beban puncak dapat menambah beban puncak. Saklar otomatis pada pompa air harus dibuat agar dapat mengoperasikan pompa air saat level air rendah dan diluar waktu beban puncak. E. Saklar Otomatis Pada Lampu Pemilik rumah sering menggunakan saklar otomatis untuk mengendalikan lampu teras atau lampu taman. Saklar otomatis yang ada dipasaran menggunakan photocell sebagai sensor cahaya. Photocell yang terkena sumber cahaya yang sangat terang akan memiliki nilai hambatan (resistansi) yang sangat kecil. Photocell yang tidak terkena sumber cahaya (didalam kegelapan) akan memiliki nilai hambatan (resistansi) yang sangat besar. IC op-amp uA741 digunakan sebagai IC pembanding tegangan. Photocell yang tidak terkena sumber cahaya (didalam kegelapan) akan memiliki nilai hambatan (resistansi) yang sangat besar, sehingga tegangan pada masukan pembalik dari IC op-amp uA741 akan lebih kecil dari tegangan referensi pada masukan yang tidak membalik. Output dari IC op-amp uA741 menjadi positif dan transistor BC109 yang difungsikan sebagai saklar relay ON untuk mengaktifkan relay. Kontak relay NO menjadi NC saat relay ON, sehingga lampu hidup (ON). Dioda 1N4007 difungsikan sebagai dioda freewheeling. (Yudi Johan, 2009: http://yudidjohan.wordpress.com) 25 Gambar 4. Rangkaian saklar otomatis pada lampu. (Sumber: http://yudidjohan.wordpress.com) Saklar otomatis pada lampu yang ada dipasaran (Gambar 4) memiliki kekurangan bahwa saat sensor cahaya photocell tertutup oleh benda lain atau sensitifiasnya berkurang maka lampu akan terus menyala (ON). Lampu yang menyala setiap hari akan mengakibatkan pemborosan dalam pemakaian energi listrik. Saklar otomatis pada lampu harus dibuat beroperasi dengan mempertimbangkan waktu. Saklar otomatis pada lampu harus dapat mematikan lampu saat siang hari saat sensor cahaya mendeteksi gelap dan memberikan peringatan kepada pemilik rumah bahwa saklar otomatis pada lampu mengalami gangguan. F. Mikrokontroller ATmega16 Mikrokontroller AVR ATmega16 adalah salah satu jenis mikrokontroller yang sangat populer digunakan saat ini. AVR adalah 26 mikrokontroller RISC (Reduce Instruction Set Compute) 8 bit berdasarkan arsitektur Harvard, yang dibuat oleh Atmel pada tahun 1996. AVR mempunyai kepanjangan Advanced Versatile RISC atau Alf and Vegard’s Risc processor yang berasal dari nama dua mahasiswa Norwegian Institute of Technology (NTH), yaitu Alf-Egil Bogen dan Vegard Wollen. AVR memiliki keunggulan dibandingkan dengan mikrokontroller lain, keunggulan mikrokontroller AVR yaitu AVR memiliki kecepatan eksekusi program yang lebih cepat karena sebagian instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock, lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroller MCS51 yang memiliki arsitektur CISC (Complex Instruction Set Compute) dimana mikrokontroller MCS51 membutuhkan 12 siklus clock untuk mengeksekusi 1 instruksi. Selain itu, mikrokontroller AVR memiliki fitur yang lengkap (ADC Internal, EEPROM Internal, Timer/ Counter, Watchdog Timer, PWM, Port I/O, komunikasi serial, komparator, I2C, dan lain-lain), sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini, programmer dan desainer dapat menggunakannya untuk berbagai aplikasi sistem elektronika seperti robot, otomasi industri, peralatan telekomunikasi, dan berbagai keperluan lain. Secara umum mikrokontroller AVR dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATmega, dan ATtiny. Pemrograman Mikrokontroler AVR dapat menggunakan low level language (assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA, dll) tergantung compiler yang digunakan. Bahasa assembler mikrokontroller AVR memiliki kesamaan instruksi, sehingga jika pemrograman satu jenis mikrokontroller AVR sudah dikuasai, maka akan 27 dengan mudah menguasai pemrograman keseluruhan mikrokontroller jenis AVR, namun bahasa assembler relatif lebih sulit dipelajari dari pada bahasa C, untuk pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan waktu yang lama, serta penulisan programnya akan panjang. Sedangkan bahasa C memiliki keunggulan dibandingkan dengan bahasa assembler yaitu independent terhadap hardware serta lebih mudah untuk menangani proyek yang besar. Bahasa C memiliki keuntungan-keuntungan yang dimiliki bahasa mesin (assembly), hampir semua operasi yang dapat dilakukan oleh bahasa mesin, dapat dilakukan oleh bahasa C dengan penyusunan program yang lebih sederhana dan mudah. Bahasa C sendiri sebenarnya terletak di antara bahasa pemrograman tingkat tinggi dan assembly. (Heri Andrianto, 2008: 3) 1. Fitur ATmega16 Fitur-fitur yang dimiliki ATmega16 sebagai berikut: a. Mikrokontroller AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya rendah. b. Arsitekstur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz. c. Memiliki kapasitas Flash memori 16 KByte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 KByte. d. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. e. CPU yang terdiri atas 32 register. 28 f. Unit interupsi internal dan eksternal. g. Port USART untuk komunikasi serial. h. Fitur Periperal Tiga buah Timer/ Counter dengan kemampuan pembandingan. Dua buah Timer/ Counter 8 bit dengan Prescaler terpisah dan Mode Compare. Satu buah Timer/ Counter 16 bit dengan Prescaler terpisah, Mode Compare, dan Mode Capture. Real Time Counter dengan Oscillator tersendiri 4 channel PWM 8 channel, 10-bit ADC 8 Single-ended Channel 7 Differential Channel hanya pada kemasan TQFP 2 Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x Byte-oriented Two-wire Serial Interface Programmable Serial USART Antarmuka SPI Watchdog Timer dengan oscillator internal On-chip Analog Comparator 29 2. Konfigurasi Pin AVR ATmega16 Gambar 5. Konfigurasi pin ATmega16. (Sumber: www.alldatasheet.com) Konfigurasi pin ATmega16 dengan kemasan 40 pin DIP ( Dual In-line Package) dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar diatas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin ATmega16 sebagai berikut: a. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya. b. GND merupakan pin Ground. c. Port A (PA0 sampai PA7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin masukan ADC. d. Port B (PB0 sampai PB7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel 1. 30 Tabel 1. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT B. Pin PB7 PB6 PB5 PB4 PB3 PB2 PB1 PB0 Fungsi Khusus SCK (SPI Bus Serial Clock) MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output) MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input) (SPI Slave Select Input) AIN1 (Analog Comparator Negative Input) AC0 (Timer/ Counter0 Output Compare Match Output) AIN1 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interupt 2 Input) T1 (Timer/ Counter 1 External Counter Inpu ) T0 T1 (Timer/ Counter0 External Counter Input) XCK (USART External Clock Input Output) e. Port C (PC0 sampai PC7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT C. Pin PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 Fungsi Khusus TOSC2 (Timer Oscillator Pin2) TOSC1 (Timer Oscillator Pin ) TDI (JTAG Test Data In) TDO (JTAG Test Data Out) TMS (JTAG Test Mode Select) TCK (JTAG Test Clock) SDA (Two-wire Serial Bus Data Input/ Output Line) SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line) f. Port D (PD0 sampai PD7) merupakan pin input/ output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel 3. 31 Tabel 3. Fungsi Khusus masing-masing pin pada PORT D. Pin PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 PD1 PD0 g. Reset Fungsi Khusus OC2 (Timer/ Counter2 Output Compare Match Output) ICP (Timer/ Counter1 Input Capture Pin) OC1A (Timer/ Counter1 Output Compare A Match Output) OC1B (Timer/ Counter1 Output Compare B Match Output) INT1 (External Interrupt 1 Input) INT0 (External Interrupt 0 Input) TXD (USART Output Pin) RXD (USART Input Pin) merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroller. h. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. i. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC. j. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC. 32 3. Blok Diagram AVR ATmega16 Gambar 6. Blok diagram AVR ATmega16. (Sumber: www.alldatasheet.com) 33 4. Arsitektur Mikrokontroller AVR RISC Gambar 7. Arsitektur Mikrokontroller AVR RISC. (Sumber: www.alldatasheet.com) 5. Peta Memori AVR ATmega16 a. Memori Program Arsitektur AVR mempunyai dua memori utama, yaitu memori data dan memori program. Selain itu, ATmega16 memiliki memori EEPROM untuk menyimpan data. ATmega16 memiliki 16 Kbyte Onchip In-system Reprogrammable Flash memory untuk menyimpan program. Karena semua instruksi AVR memiliki format 16 atau 32 bit, Flash diatur dalam 8K x 16 bit. Untuk keamanan program, memori program, flash dibagi menjadi dua bagian, yaitu program boot dan aplikasi. Bootloader adalah program kecil yang bekerja saat start up 34 time yang dapat memasukan seluruh program aplikasi ke dalam memori prosesor. b. Memori Data (SRAM) Memori data AVR ATmega16 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah register umum, 64 buah register I/ O dan 1 Kbyte SRAM internal. General Purpose register menempati alamat data terbawah, yaitu $00 sampai $1F. Sedangkan memori I/O menempati 64 alamat berikutnya mulai dari $20 hingga $5F. Memori I/O merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai periperal mikrokontroller seperti control register, timer/ counter, fungsi-fungsi I/O, dan sebagainya. 1024 alamat memori berikutnya mulai dari $60 hingga 45F digunakan untuk memori SRAM internal. c. Memori Data EEPROM ATmega16 terdiri dari 512 byte memori data EEPROM 8 bit, data dapat ditulis/ baca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan data terakhir yang ditulis pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini, atau dengan kata laian memori EEPROM bersifat nonvolatile. Alamat EEPROM mulai $000 sampai 1FF. 35 6. Timer/ Counter Mikrokontroller AVR ATmega16 memiliki tiga buah timer diantaranya timer 0 ( 8 bit ), timer 1 ( 16 bit ), dan timer 2 ( 8 bit ). a. Timer/ Counter 8 Bit Timer/ counter 0 dan timer/ counter 2 adalah timer/ counter 8 bit yang mempunyai multifungsi. Fitur-fiturnya yaitu: Counter satu kanal Timer dinolkan saat match compare (autoreload) Glitch-free, Phase Correct Pulse Width Modulator (PWM) Frekuensi generator 10 bit clock prescaler Interupsi timer yang disebabkan timer overflow (TOVn) dan compare match (OCFn) Timer/ counter 8 bit dapat menghitung maksimal hingga 255 (00-FF) hitungan, dimana periode setiap hitugan (clock-nya) tergantung dari setting prescaler-nya. Untuk mengatur jenis mode operasi dari timer/ counter dan mengatur prescaler digunakan register timer/ counter control register TCCRn (n= 0, 2). TCCRn adalah register 8 bit yang dapat dilihat pada tabel 4. 36 Tabel 4. Kombinasi register TCCRn. 7 6 5 4 3 2 1 0 FOCn WGMn0 COMn1 COMn0 WGMn1 CSn2 CSn1 CSn0 TCCRn Keterangan untuk setiap bit: Bit7 : FOCn (Force Output Compare) Bit6 dan Bit3 : WGMn0 dan WGMn1 (Waveform Generation Unit) Bit mengontrol kenaikan dari counter, sumber nilai maksimum dan mode operasi timer/ counter, yaitu mode normal, clear timer, compare match, dan dua tipe PWM. Mode-mode operasi timer Mode normal Timer digunakan untuk menghitung saja, membuat delay, menghitung selang waktu. Mode PWM, phase correct Memberikan bentuk gelombang phase correct PWM resolusi tinggi. Mode phase correct PWM berdasarkan operasi dualslope. Counter menghitung 37 berulang-ulang dari BOTTOM ke MAX dan dari MAX ke BOTTOM. CTC (Clear Timer on Compare Match) Pada mode CTC, nilai timer yang ada pada TCNTn akan di-nol-kan lagi jika TCNTn sudah sama dengan nilai yang ada pada register OCRn, sebelumnya OCRn diset dulu, karena timer 0 dan 2 maksimal 255, maka range OCR 0-255. Fast PWM Memberikan pulsa PWM frekuensi tinggi. Fast PWM berbeda dengan mode PWM lain, Fast PWM berdasarkan operasi single slope. Counter mengitung dari BOTTOM hingga TOP kemudian kembali lagi mulai menghitung berawal dari BOTTOM. b. Timer/ Counter 1 ( 16 Bit ) Pada mode normal, TCNT1 akan menghitung naik dan membangkitkan interupt Timer/ Counter 1 ketika nilainya berubah dari 0xFFFF ke 0x0000. Untuk menggunakan timer yang menghitung mundur cukup dengan memasukkan nilai yang diinginkan ke TCNT1 dan menunggu sampai terjadi interupt, tetapi untuk timer yang menghitung maju, maka nilai yang dimasukkan ke dalam TCNT1 nilainya harus 65536-(timer value). 38 c. Prescaler Pada dasarnya timer hanya menghitung pulsa clock. Frekuensi pulsa clock yang dihitung tersebut bisa sama dengan frekuensi crystal yang digunakan atau dapat diperlambat menggunakan prescaler dengan faktor 8, 64, 256 atau 1024. Berikut penjelasannya: Sebuah AVR menggunakan crystal dengan frekuensi 8 MHz dan timer yang digunakan adalah timer 16 bit, maka maksimum waktu timer yang bisa dihasilkan adalah: = 1 ×( = 0,125 ℎ + 1) × 65336 = 0,008192 Untuk menghasilkan waktu timer yang lebih lama dapat digunakan prescaler, misalnya 1024, maka maksimum waktu yang bisa dihasilkan adalah: = 1 ×( = 0,125 ℎ + 1) × × 65336 × 1024 = 8,388608 39 d. Penghitungan Waktu Timer = (1 + ℎ) − × Dimana: TCNT : Nilai timer (Hex) fCLK : frekuensi clock (crystal) ayang digunakan (Hz) Ttimer : Waktu timer yang diinginkan (detik) N : Prescaler (1, 8, 64, 256, 1024) 1+FFFFh : Nilai maksimum timer adalah FFFFh dan overflow saat FFFFh ke 0000h Contoh: Diinginkan sebuah timer 16 bit bekerja selama 1 detik, dengan frekuensi clock sebesar 11,0592 MHz dan prescaler 1024 maka diperoleh nialai TCNT sebesar: = (1 + ℎ) − 1 × 11059200 1024 = 10000ℎ − 10800 = 10000ℎ − 2 30ℎ = 5 0ℎ 40 Dengan demikian, nilai TCNT1H=D5h dan TCNT1L=D0h. e. Maksimum Waktu Timer Timer 16 bit AVR ATmega16 dapat menghasilkan waktu tunda maksimum sebesar 6,068055555 detik pada frekuensi 11,0592 MHz. Dengan nilai maksimum FFFFh maka akan dihasilkan waktu timer selama: ℎ= 65535 = ( × 11059200 1024 × 10800) = 6,06805555 7. EEPROM (Electrically Eraseable Programmable Read Only Memory) EEPROM (Electrically Eraseable Programmable Read Only Memory) adalah salah satu dari tiga tipe memori pada AVR (dua lainnya adalah SRAM dan flash). Sifat EEPROM, tetap dapat menyimpan data saat tidak ada suplai dan juga dapat diubah saat program sedang berjalan. Oleh karena itu EEPROM sangat berguna jika sistem yang dibangun memerlukan penyimpanan data meskipun suplai dimatikan. Untuk menulis ke EEPROM tentu saja kita harus menyeting register yang bersangkutan. 41 8. Interupsi Interupsi adalah kondisi dimana pada saat program utama dieksekusi/ dikerjakan oleh CPU kemudian tiba-tiba berhenti untuk sementara waktu karena ada rutin lain yang harus ditangani terlebih dahulu oleh CPU, dan setelah selesai mengerjakan rutin tersebut CPU kembali mengerjakan instruksi pada program utama. ATmega16 memiliki 21 sumber interupsi. Tabel 5. Sumber interupsi pada AVR ATmega16. 42 Interupsi eksternal Pada ATmega16 terdapat 3 pin untuk interupsi eksternal, yaitu INT0, INT1, dan INT2. Interupsi eksternal dapat dibangkitkan apabila terdapat perubahan logika 1 atau logika 0 pada pin INT0, INT1, dan INT2. pengaturan kondisi keadaan menyebabkan terjadinya interupsi eksternal diatur oleh register MCUCR (MCU Control Register). Tabel 6. Konfigurasi register MCUCR. a. Bit ISC01 dan ISC00 menentukan kondisi yang dapat menyebabkan interupsi eksternal pada pin INT0. Konfiguragi bit ISC01 dan ISC00 dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 7. Konfigurasi bit ISC01 dan ISC00. ISC01 0 0 ISC00 0 1 1 0 1 1 Keterangan Logika 0 pada INT0 menyebabkan interupsi Perubahan logika pada pin INT0 meyebabkan interupsi Perubahan logika dari 1 ke 0 pada pin INT0 menyebabkan interupsi Perubahan logika dari 0 ke 1 pada pin INT0 menyebabkan interupsi b. Bit ISC11 dan ISC10 memetukan kondisi yang dapat menyebabkan interupsi eksternal pada pin INT1. Konfigurasi ISC11 Dan ISC10 dapat dilihat pada tabel dibawah. 43 Tabel 8. Konfigurasi bit ISC11 dan ISC10. ISC11 0 0 ISC10 0 1 1 0 1 1 Keterangan Logika 0 pada INT1 menyebabkan interupsi Perubahan logika pada pin INT1 meyebabkan interupsi Perubahan logika dari 1 ke 0 pada pin INT1 menyebabkan interupsi Perubahan logika dari 0 ke 1 pada pin INT1 menyebabkan interupsi Pemilihan pengaktifan inetrupsi eksternal diatur oleh register GICR (General Interupt Control Register), seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Tabel 9. Konfigurasi register GICR. Bit-bit INT0, INT1, INT2 pada register GICR digunakan untuk mengaktifkan masing-masing interupsi eksternal. Ketika bit-bit tersebut di set 1 (aktif) maka Interupsi eksternal akan aktif jika bit I (Interupt) pada SREG (Status Register) di set 1 juga (enable Interupt), instruksi untuk mengaktifkan global interupt yaitu “sei”. Program interupsi dari masing-masing interupsi akan dimulai dari vektor interupsi pada masingmasing jenis interupsi eksternal. 9. Tunda Tunda atau delay adalah suatu instruksi untuk menunda eksekusi suatu alur program selama waktu yang telah ditentukan. Dalam 44 menggunakan fungsi tunda, dapat menggunakan pustaka tunda yang ditambahkan pada bagian header: #include<delay.h> Instruksi-instruksi di pustaka tunda: a. delay_us(unsigned int n) Menghasilkan tundaan selama n mikrosekon, n harus merupakan konstanta. b. delay_ms(unsigned int n) Menghasilkan tundaan selama n milisekon, n harus merupakan konstanta. G. Catu Daya Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (Direct Current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik atau AC (Alternating Current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Suplai daya atau tegangan catu suatu rangkaian elektronik yang berubah-ubah besarnya dapat menyebabkan pengaruh yang sifatnya merusak 45 fungsi kerja rangkaian elektronik yang dicatunya. Oleh sebab itu, jika dari suatu rangkaian elektronik diharapkan suatu kinerja yang prima dan tahan lama, salah satu syaratnya adalah menggunakan catu daya yang stabil dan mampu menekan riak (ripple) semaksimal mungkin. Catu daya yang stabil dan dapat diatur sering disebut dengan regulated power supply. Catu daya ini menggunakan komponen aktif sehingga harganya cukup mahal. Maka dari itu saat ini banyak digunakan catu daya dalam bentuk IC yaitu IC regulator tegangan. IC regulator tegangan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni regulator tegangan tetap (3 kaki) dan tegulator tegangan yang dapat diatur (3 kaki atau lebih). IC regulator tegangan tetap yang sekarang populer adalah keluarga 78xx untuk tegangan positif dan seri 79xx untuk tegangan negatif. Bentuk IC dan susunan kakinya adalah seperti terlihat pada Gambar 4. Besarnya tegangan keluaran IC seri 78xx dan 79xx ini dinyatakan dengan dua angka terakhir pada serinya. Contoh IC 7812 adalah regulator tegangan positif dengan tegangan keluaran 12 volt, IC 7912 adalah regulator tegangan negatif dengan tegang keluaran -12 volt. Gambar 8. Regulator tegangan positif (7812) dan negatif (7912). 46 Besarnya tegangan masukan (Vin dalam nilai DC) pada regular seri 78xx dalam beberapa variasi tegangan keluaran dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 10. Berbagai tipe regulator beserta batasan tegangan masukan. Tipe Rugulator 7805 7806 7808 7810 7812 7815 7818 7824 Vo Vin min Vin maks 5V 6V 8V 10 V 12 V 15 V 18 V 24 V 7V 8V 10,5 V 12,5 V 14,5 V 17,5 V 21 V 27 V 20 V 21 V 25 V 25 V 27 V 30 V 33 V 38 V Batasan nilai tegangan masukan IC regulator yang terdapat dalam tabel adalah nilai DC, dalam arti bukan tegangan sekunder trafo, sedangkan tegangan trafo dinyatakan dalam harga RMS, maka: = √2 Dengan demikian dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa catu daya teregulasi adalah catu daya yang dapat menghasilkan tegangan keluaran yang nilai/ harga tegangannya senantiasa selalu tetap setiap saat sesuai dengan yang diharapkan. (Sunomo, 1996: 82) 47 Gambar 9.. Catu daya teregulasi tegangan positif. Pemakaian heatshink (alumunium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk mencatu menc tu arus yang besar. Di dalam datasheet, kompenen IC regulator tegangan maksimal bisa dilewati arus mencapai 1 Ampere. Kemampuan memberikan catu catu daya dari IC regulator tegan tegangan dapat ditingkatkan kapasitasnya kap sitasnya dengan menambahkan transistor luar atau eksternal, ternal, baik transistor NPN maupun PNP. Dengann penambahan transistor luar, maka sebagian besar dari arus akan dilewatkan pada transistor luar iini, sehingga IC regulator tegangan tegan n hanya berfungsi sebagai pengontrol tegangan saja. Transistor yang sering digunakan adalah transistor 2N 3055. Gambar 10. Prinsip pemasangan transistor eksternal NPN pada regulator tegangan tetap. 48 H. LCD (Liquid Crystal Display) LCD adalah suatu display dari bahan cairan kristal yang pengoperasiannya menggunakan sistem matriks. LCD banyak digunakan sebagai display dari alat-alat elektronika seperti kalkulator, multimeter digital, jam digital, dan sebagainya. LCD dapat dengan mudah dihubungkan dengan mikrokontroller AVR ATmega16. Modul LCD LMB162AFC yang merupakan LCD dengan display dua baris dengan masing-masing baris sebanyak 16 kolom. Modul LCD LMB162AFC dapat diakses 4 bit maupun 8 bit interface. Namun rutin-rutin pada mikrokontroller yang digunakan sudah dirancang untuk mengakses madul LCD ini secara 4 bit interface. LCD LM162AFC yang secara fisik adalah sebagai berikut: Gambar 11. Bentuk fisik LCD LMB162AFC. Rancangan interface LCD tidak memerlukan banyak komponen pendukung. Hanya diperlukan sebuah resistor dan sebuah variabel resistor untuk memberi tegangan kontras pada matriks LCD. 49 Tabel 11. Konfigurasi pin LCD LMB162AFC. I. Push Button Push button merupakan saklar yang di operasikan secara manual. Push button ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik. Ada dua macam push button, yaitu push button NO (Normaly Open) dan push button NC (Normaly Close). Push button NO menghubungkan rangkaian ketika ditekan dan kembali keposisi terbuka ketika dilepas. Sebaliknya push button NC membuka rangkaian ketika push button ditekan dan kembali pada posisi menutup ketika push button dilepas. Gambar 12. Push Button. 50 J. IC LM393 LM393 adalah sebuah IC yang berfungsi sebagai pembanding tegangan (Voltage Comparator). IC ini dapat diaplikasikan pada berbagai perangkat elektronik, diantaranya digunakan dalam rangkaian pengisi baterai (Batteray Charger), Switching Power Suplay, PC motherboard, Cordless Telephone, dan perangkat komunikasi. LM393 berupa IC DIP (Dual In-line Package) 8 pin. Adapun konfigurasi pin pada IC LM393 adalah sebgai berikut: Gambar 13. Konfigurasi pin LM393. Gambar 14. Bentuk fisik IC LM393. 51 Terminal-terminal yang terdapat pada op-amp mempunyai fungsi atau arti sebagai berikut: (Sunomo, 1996: 47) 1. Terminal masukan Seperti yang terlihat pada gambar 8, op-amp mempunyai dua terminal masukan yang masing-masing bertanda (-) dan (+). Kedua masukan ini disebut masukan diferensial, karena tegangan keluaran Vo bergantung pada perbedaan tegangan antara kedua terminal masukan tersebut. Jika terminal (-) mendapat tegangan lebih positif dari pada terminal masukan (+), maka keluaran Vo negatif. Jika terminal masukan (-) lebih negatif daripada terminal masukan (+), maka Vo positif. Jadi singkatnya, polaritas tegangan keluaran Vo akan selalu berlawanan dengan polaritas tegangan pada terminal masukan (-). 2. Terminal keluaran Meskipun op-amp mempunyai dua buah terrminal masukan, op-amp hanya memilki satu terminal keluaran. Ujung terminal ini dihubungkan ke beban. 3. Terminal suplai daya Terminal-terminal op-amp yang harus dihubungkan ke catu daya agar op-amp dapat bekerja ditandai dengan +V dan –V. Terminal +V dihubungkan ke sumber tegangan positif sedangkan 52 terminal –V dihubungkan ke sumber negatif. Ini berlaku jika op-amp memang dimaksudkan untuk digunakan dengan sistem suplai tiga polaritas (+), (0), dan (-). Jika op-amp hendak digunakan dengan sistem catu daya yang mempunyai dua polaritas (+) dan (0) atau GND, maka terminal +V dihubungkan ke VCC dan –V dihubungkan ke GND. K. LDR (Light Dependent Resistance) LDR (Light Dependent Resistance) merupakan salah satu contoh sensor cahaya yang terbuat dari bahan cadmium sulfoselenoid (CDS) yang sangat peka terhadap perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaannya. LDR akan sangat resisten jika tidak terkena cahaya, sebaliknya nilai resistansi LDR akan sangat rendah bila terkena cahaya yang sangat terang. Kemampuannya menyerap cahaya memudahkan LDR mengatur letak sumber cahaya agar bisa mengenai permukaan sensor dengan optimal. Tetapi penggunaan LDR harus dirangkai seri dengan resistor variabel (trimmer) yang terhubung ke sumber dan salah satu kaki LDR terhubung ke ground, sesuai dengan persamaan pembagi tegangan, maka persamaan pembagi tegangan yang akan digunakan sebagai berikut. = × + 53 Dimana: VOUT : Tegangan keluaran LDR VS : Tegangan sumber DC RLDR : Hambatan LDR terukur RS : Hambatan Resitor Variabel (Trimmer) L. Relay Relay adalah sebuah piranti elektro mekanik yang dioparasikan berdasarkan variasi masukan, untuk mengontrol piranti-piranti lain yang dihubungkan pada keluaran relay. Relay berfungsi untuk memutuskan atau mengalirkan arus listrik yang dikontrol dengan memberikan tegangan suplai pada koilnya. Ada dua jenis relay berdasarkan tegangan untuk menggerakkan koilnya, yaitu relay DC dan relay AC. Pada rangkaian ini menggunakan relay DC dengan tegangan 6 volt. Gambar 15. Simbol diagram relay. Kontak-kontak ini dapat digunakan mengontrol arus yang lebih besar dalam rangkaian. Fungsi utama relay adalah untuk mengontrol arus yang 54 lebih besar dalam rangkaian dengan arus kecil yang melewati koil relay. Pada simbol diatas terdiri atas sebuah kumparan dan dua set kontak, satu diantaranya terbuka (Normally Open atau NO), dan lainnya tertutup (Normally Close atau NC). Sewaktu ada tegangan suplai pada koil relay, maka kontak NO akan terhubung dan kontak NC akan terbuka. Sebaliknya saat tidak ada suplai pada koil relay maka kontak NO kembali terbuka dan kontak NC kembali terhubung. M. Transistor Transistor merupakan komponen aktif dengan besar arus dan tegangan atau daya keluaran dikendalikan oleh arus masukan. Transistor dibagi menjadi dua tipe yaitu sambungan bipolar atau disebut Bipolar Junction Transistor (BJT) dan transistor tipe efek medan atau Field Effect Transistor (FET). Transistor dari tipe sambungan bipolar merupakan transistor yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronika. Secara prinsip, transistor sambungan bipolar dapat dipahami sebagai sebuah sambungan (junction) antara dua buah dioda PN yang saling bertolak belakang. Dua buah dioda tersebut adalah dioda emitor-basis atau disebut dioda emitor dan dioda kolektor-basis atau disebut dioda kolektor. Susunan dari dua buah dioda PN ini menentukan jenis dari transistor. Jenis transisitor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu jenis NPN dan PNP. Transistor bipolar ini memiliki tiga buah elektroda yang 55 masing-masing disebut dengan emitor atau emitter (E), basis atau base (B), dan kolektor atau collector (C). Gambar 16. Jenis transistor (a). Transistor NPN, (b). Transistor PNP. Transistor dapat bekerja jika ada bias maju (forward bias) yang diberikan padanya. Bias maju merupakan proses pembuatan tegangan pada bahan penyusun transistor sehingga jenis P lebih positif dari pada jenis bahan N. Adanya bias maju ini memungkinkan adanya aliran elektron dari emitor ke kolektor dan arus mengalir dari kolektor ke emitor. Gambar 17. Pemberian bias maju (a) Transistor PNP, (b) Transistor NPN. Transistor memiliki tiga kondisi kerja, yaitu kondisi jenuh (saturasi), kondisi aktif dan kondisi sumbat (cut off). Penentuan tiga macam kondisi kerja ini didasarkan pada grafik kurva kolektor dan garis beban transistor. 56 Gambar 18. Grafik kurva kolektor dengan garis beban transistor. Gambar grafik kurva kolektor dan garis beban transistor diatas mengisyaratkan adanya desain kerja transistor yang dapat dibuat. Salah satu desain kerja transistor yang paling umum digunakan dalam dunia digital adalah transistor saklar. Transistor saklar merupakan salah satu jenis desain rangkaian transistor yang didasarkan pada dua kondisi kerja transistor, yaitu kondisi sumbat (cut off) dan kondisi jenuh (saturasi). Kondisi sumbat menggambarkan sebuah saklar salam posisi terbuka. Kondisi jenuh menggambarkan sebuah saklar dalam kondisi tertutup. Gambar 19. Grafik kerja transistor. 57 Kondisi cut off terjadi ketika nilai arus kolektor (IC) sangat kecil. Sangat kecilnya arus kolektor disebabkan oleh sangat kecilnya atau tidak ada arus yang mengalir pada basis (IB). Saat demikian, nilai tegangan kolektoremitor (VCE) berada dalam kondisi maksimal mendekati tergangan sumbernya (VCC). = −( × ) Karena nilai IC sangat kecil dan dapat dianggap nol, maka persamaan tersebut menjadi: = Kondisi jenuh terjadi ketika arus kolektor (IC) berada pada posisi maksimum dengan nilai tegangan kolektor-emitor (VCE) mendekati nol. Besarnya nilai arus kolektor ini ditentukan oleh besarnya perbandingan antara nilai tegangan catu pada kolektor dengan nilai hambatan kolektornya. Persamaan yang ada yaitu: Maka: =0 = Dalam aplikasinya, transistor sebagai saklar dapat digambarkan seperti pada Gambar 14. Pada gambar tersebut, transistor berfungsi sebagai saklar terbuka ketika arus basis sangat kecil atau bisa dikatakan tidak ada 58 (IB=0). Transistor akan berfungsi sebagai skalar tertutup ketika besarnya arus basis minimal sama dengan besarnya arus basis saturasi (IB=IB saturasi). Adapun besarnya arus basis tersebut dirumuskan dengan persamaan seperti dibawah ini. = − Gambar 20. Rangkaian transistor sebagai saklar. Kondisi jenuh (saturasi) dibagi dalam dua macam, yaitu soft saturasi dan hard saturasi. Soft saturasi merupakan kondisi dimana transistor jenuh secara terbatas atau hampir jenuh. Kondisi soft saturasi dimungkinkan karena penggunaan arus (βDC) yang ada hanya sedikit lebih kecil dari pada penguatan arus pada kondisi aktif transistor. Dengan kata lain, IB hanya cukup untuk mengoperasikan transistor pada titik atas dari garis beban DC. Kondisi hard saturasi merupakan kondisi dimana transistor berada dalam keadaan jenuh penuh. Kondisi hard saturasi sangat tepat bila diaplikasikan dalam sistem digital. Kondisi hard saturasi dimungkinkan karena nilai 59 penguatan arus (βDC) yang cukup besar, yaitu 10. Dengan kata lain, kondisi hard saturasi dapat dicapai ketika besar arus kolektor (ICSAT) sepuluh kali dari nilai arus basis (IB). N. Diagram Alir (Flowchart) Dalam merancang sebuah program, pembuat menganggap sebuah program rancangannya sudah selesai jika program tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Program yang dirancang perlu ditelusuri lagi untuk keperluan pengembangan lebih lanjut dari cara kerja program rancangan tersebut. Untuk itu, sebuah program yang baik tidak hanya berjalan dengan baik saja, namun program tersebut harus dapat ditelusuri kembali dengan mudah. Dengan struktur program yang teratur, maka bila terjadi kesalahan fungsi program, programmer akan dengan mudah menemukan kesalahan tersebut dan kemudian dapat segera memperbaikinya. Teknik rancang sebuah program dengan struktur yang baik biasanya diawali dengan pembuatan diagram alir (flowchart). Diagram alir digunakan untuk menggambarkan terlebih dahulu mengenai apa yang harus dikerjakan sebelum mulai merancang program. Simbol-simbol diagram alir ditunjukkan pada tabel 12. 60 Tabel 12. Simbol-simbol dalam diagram alir. BAB III KONSEP PERANCANGAN ALAT A. Konsep Rancangan Perangkat Keras (Hardware) Adapun alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga terdiri atas: 1. Perangkat pengolah data dan kontrol yang digunakan adalah mikrokontroler ATmega16. 2. Perangkat pendeteksi cahaya yang kemudian di-interface dengan perangkat kontrol sebagai parameter kondisi pencahayaan alami. 3. Perangkat pendeteksi level air didalam tanki tandon air yang kemudian di-interface dengan perangkat kontrol sebagai parameter cadangan air di dalam tanki tandon air. 4. Saklar Relay yang di-interface dengan perangkat kontrol sebagai sarana penyaklaran terhadap catu daya peralatan listrik dengan tegangan kerja 220 volt. 5. LCD Monitor yang berfungsi sebagai displai. 6. Tombol Seting untuk menentukan nilai seting parameter waktu beban puncak, waktu pengisian tandon air dari kosong hingga penuh, waktu penggunaan dispenser, mode operasi pompa air, dan mode operasi dispenser. 61 62 Gambar 21. Skema alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga. B. Konsep Rancangan Perangkat Lunak (Software) Piranti pengolah data dan kontrol yang berupa mikrokontroler ATmega16 akan ditanami (di-download) program. Program ditulis dengan bahasa C, dimana nantinya program ini akan diterjemahkan oleh software compiler menjadi bahasa mesin, sehingga mampu dikenali dan dijalankan oleh perangkat elektronik (mikrokontroller). Program ini berisi alur berfikir SiMBeR yang sudah disesuaikan dengan batasan-batasan tertentu. Sehingga 63 berdasarkan program yang telah dibuat, parameter nilai (batasan-batasan), input sensor level air, input sensor cahaya dan waktu, akan didapatkan suatu eksekusi proses yang nantinya dapat mengoptimalisasi penggunaan peralatan listrik rumah tangga. C. Analisis Kebutuhan Untuk merealisasikan pembuatan alat “SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16”, maka dibutuhkan: 1. Rangkaian Power Supply. 2. Rangkaian Mikrokontroller sebagai perangkat kontrol dan pengolah data yang merupakan satu kesatuan dari prosesor, memori, timer/ counter, unit detak dan bagian I/ O yang dibuat dalam satu chip tunggal. 3. Rangkaian LCD Monitor sebagai interface antara pengguna (user) dengan SiMBeR. 4. Rangkaian Tombol Seting. 5. Rangkaian Sensor Level Air dan Sensor Cahaya. 6. Rangkaian Saklar Relay yang digunakan sebagai interface dengan peralatan yang dikontrol oleh SiMBeR. 64 D. Identifikasi Alat dan Bahan yang Dibutuhkan Rangkaian catu daya dibuat dengan dua sumber. Sumber PLN sebagai catu daya utama dan baterai sebagai catu daya cadangan. Relay digunakan sebagai rangkaian pemindah sumber catu daya. Berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan rangkaian catu daya adalah seperti yang tercantum pada tabel 13. Tabel 13. Bahan pembuatan rangkaian catu daya. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Bahan Transformator Step Down Dioda Bridge Capasitor Elektrolit IC Regulator Tegangan Transistor Heatshink LED Resistor Relay Saklar Power Fuse Housing dan Fuse Baterai Spesifikasi Non CT, 2 A KBPC808 2200 uF, 10 uF 7806, 7808 2N 3055 Untuk Transistor 2N 3mm 0.25 W, 1 kΩ 12 Volt, 8 pin, 1A 24VDC 6.5A 250V 2A 250V 9 Volt Rangkaian Mikrokontroller sebagai perangkat kontrol dan pengolah data adalah semuah rangkaian sistem minimum mikrokontrller AVR ATmega16. Berbagai bahan yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian sistem minimum adalah seperti yang tercantum pada tabel 14. 65 Tabel 14. Bahan pembuatan rangkaian sistem minimum. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Bahan IC ATmega16 Crystal Kapasitor Keramik Kapasitor Mylar Microswitch Resistor LED Dioda Kapasitor Elektrolit Soket IC Pin Deret Lurus Pin Deret Lurus Soket IDC Kabel Flat Specer Spesifikasi DIP 40 pin 11.0592 MHz 33 pF 100 nF 4 kaki 0.25 W, 1 kΩ 3mm 1N4002 1000 uF, 10 uF DIL 40 pin 2x40 pin 1x40 pin 5x2 pin Isi 10 kabel Medium Rangkaian LCD monitor digunakan untuk menampilkan waktu dan data seting pada alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga. Berbagai bahan yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian LCD monitor adalah seperti yang tercantum pada tabel 15. Tabel 15. Bahan pembuatan rangkaian LCD monitor. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bahan LCD Resistor Variabel Resistor Pin Deret Lurus Soket Deret Pin Deret Bengkok L Soket IDC Kabel Flat Specer Spesifikasi 16x2 karakter 10 kΩ 1 kΩ 1x40 pin 1x40 pin 2x40 pin 5x2 pin Isi 10 kabel Medium 66 Rangkaian tombol seting digunakan untuk memasukkan data pada alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga. Berbagai bahan yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian tombol seting adalah seperti yang tercantum pada tabel 16. Tabel 16. Bahan pembuatan rangkaian tombol seting. No. 1. 2. 3. 4. 5. Bahan Push Button Resistor Deret Soket IDC Kabel Flat Specer Spesifikasi Medium 8x1 kΩ 5x2 pin Isi 10 kabel Medium Rangkaian sensor level air berfungsi untuk mengetahui level ketinggian air didalam tanki tandon air. Rangkaian sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi tingkat pencahayaan lingkungan diluar rumah. Berbagai bahan yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian sensor level air dan sensor cahaya adalah seperti yang tercantum pada tabel 17. Tabel 17. Bahan pembuatan rangkaian sensor level air dan sensor cahaya. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bahan Limit Switch Bandul Pengapung Kabel telepon LDR IC komparator tegangan Resistor variabel Resistor Deret Soket IDC Kabel Flat Specer Spesifikasi Medium, Tuas Panjang Medium Isi 6 kabel Kecil LM393 10 kΩ 8x1 kΩ 5x2 pin Isi 10 kabel Medium 67 Rangkaian saklar relay berfungsi untuk mengendalikan ((ON/OFF) peralatan listrik rumah tangga. Berbagai bahan yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian saklar relay adalah seperti yang tercantum pada tabel 18. Tabel 18.. Bahan pembuatan rangkaian saklar relay. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Dioda Resistor Transistor Relay Soket IDC Kabel Flat Specer Spesifikasi 1N4002 470 Ω BC547 6 Volt, 5 pin, Kontak 7A 250VAC 5x2 pin Isi 10 kabel Medium E. Perancangan ancangan Perangkat Keras (Hardware) ( 1. Catu Daya (Power Power Supply) Supply Catu Daya ( (Power Supply)) merupakan rangkaian yang menyediakan catu daya untuk setiap komponen pada rangkaian. SiMBeR (Sistem Maanajemen najemen Beban Rumah Tangga) terdiri dari komponen komponenkomponen elektronik yang membutuhkan catu daya yang stabil. Rangkaian catu daya yang akan dibuat mengacu pada rangkaian catu daya teregulasi bersumber dari buku “Elektronika II” karangan Sunomo. Gambar 22. Catu daya teregulasi tegangan positif. 68 Gambar 23. Prinsip pemasangan transistor eksternal NPN pada regulator tegangan tetap. Kedua rangkaian tersebut harus dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan. Besarnya tegangan keluaran yang dibutuhkan adalah tegangan DC 12 volt, 6 volt, dan 5 Volt. Catu daya yang akan dibuat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama yaitu adaptor yang berguna untuk mengubah tegangan AC 220 volt menjadi tegangan DC 12 volt. Bagian kedua adalah sistem pemindah catu daya yang bersumber dari PLN ke baterai cadangan. Bagian ketiga adalah regulasi tegangan keluaran menjadi 5 volt. Bagian keempat adalah regulasi tegangan keluaran menjadi 6 volt. Sistem pemindah daya berfungsi untuk memindahkan sumber tegangan yang semula dari PLN ke baterai cadangan pada saat catu daya listrik dari PLN terhenti. Rangkaian yang akan dibuat seperti pada gambar 24. 69 Gambar 24. Skema Rangkaian Catu Daya (Power Supply). Rangkaian catu daya terdiri dari komponen transformator stepdown. Transformator ini mendapat supply dari tegangan jala-jala PLN, kemudian tegangan tersebut diturunkan dari 220 volt pada sisi primer menjadi 12 volt pada sisi sekunder. Tegangan AC 12 volt akan disearahkan menggunakan dioda jembatan. Tegangan yang keluar dari dioda bridge masih berdenyut, maka digunakan electrolit condensator 2200uF untuk menekan riak gelombang (ripple). Sedangkan electrolit condensator 10uF berfungsi untuk menjaga kestabilan tegangan keluaran saat terjadi perubahan yang mendadak pada beban. Rangkaian Relay (RL1 dan RL2) berfungsi untuk melakukan seleksi terhadap beban yang tetap mendapatkan catu dari baterai saat supplay dari PLN terhenti. Dari tegangan 12 volt, maka tegangan akan dimasukkan ke IC regulator tegangan LM7806 untuk mendapatkan tegangan DC 6 volt yang stabil. Setelah itu tegangan keluaran DC 6 volt akan dilewatkan pada transistor 70 penguat daya 2N 3055, sehingga tegangan keluaran akan stabil pada nilai 5,4 volt. Tegangan 5.4 volt telah sesuai dengan spesifikasi suplai tegangan yang tertera pada datasheet Mikrokontroller AVR ATmega16. Tegangan 5,4 volt ini dapat digunakan untuk mencatu Sistem Mikrokontroller, LCD Monitor, Tombol Seting, dan Sensor. Catu daya untuk mensuplai rangkaian Saklar Relay berasal dari tegangan keluaran adaptor sebesar 12 volt yang dimasukkan pada IC regulator tegangan LM7808. IC regulator tegangan LM7808 akan mengeluarkan tegangan 8 volt. Tegangan keluaran 8 volt tersebut akan dilewatkan pada transistor penguat daya 2N 3055, sehingga tegangan keluaran akan stabil pada nilai 7,4 volt. Selanjutnya tegangan 7,4 volt ini dapat digunakan untuk mencatu rangkaian Saklar Relay. Pada rangkaian Saklar Relay, tegangan DC 7,4 volt dilewatkan dahulu pada dioda bridge yang berfungsi sebagai sistem pemisah sumber saat terjadi tegangan balik. Karena adanya rugirugi tegangan yang melewati dioda bridge sebesar 1,4 volt, maka tegangan yang digunakan untuk mensuplai relay adalah 6 volt. Rangkaian Catu Daya (Power Supply) ini tersusun atas beberapa komponen antara lain: a. Transformator Step Down Transformator Step Down merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC 220 Volt menjadi tegangan AC 12 Volt. 71 b. Dioda Bridge Dioda Bridge merupakan komponen yang berfungsi untuk menyearahkan gelombang AC menjadi gelombang DC yang masih kasar. c. Kapasitor Kapasitor yang digunakan adalah jenis electrolit condensator 2200uF yang befungsi sebagai perata tegangan yang telah disearahkan oleh dioda bridge. Sedangkan electrolit condensator 10uF berfungsi sebagai penyetabil tegangan keluaran rangkaian catu daya bila terjadi perubahan beban secara tiba-tiba. d. IC LM7806 IC LM7806 berfungsi untuk membatasi tegangan agar output yang keluar maksimal 6 volt DC yang nantinya akan digunakan untuk mencatu Sistem Mikrokontroller, LCD Monitor, Tombol Seting, dan Sensor. e. IC LM7808 IC LM7808 berfungsi untuk membatasi tegangan agar output yang keluar maksimal 8 volt DC yang nantinaya akan digunakan untuk mencatu Saklar Relay. 72 f. Relay Relay pada rangkaian catu daya berfungsi untuk melakukan seleksi terhadap beban yang tetap mendapatkan catu dari baterai saat supply dari PLN terhenti. g. Transistor 2N 3055 Transistor 2N 3055 berfungsi sebagi penguat daya pada catu daya teregulasi. Sebagian besar arus keluaran akan dilewatkan pada transistor 2N 3055, sehingga IC regulator tegangan hanya berfungsi sebagai pengontrol tegangan. h. Fuse Fuse berfungsi sebagai pengaman terhadap hubung singkat. 2. Perangkat Kontrol dan Pengolah Data Perangkat Kontrol dan Pengolah Data pada SiMBeR adalah berupa Sistem Mikrokontroller AVR ATmega16. Skema dasar rangkaian sistem mimimum mengacu pada buku “Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMEGA16 Menggunakan Bahasa C” karangan Heri Andrianto. Skema rangkaian sistem minimum mikrokontroller adalah seperti gambar berikut. 73 Gambar 25. Skema Rangkaian Sistem Mikrokontroller AVR ATmega16. Rangkaian Mikrokontroller AVR ATmega16 tersusun dari rangkaian sistem minimum yaitu IC ATmega16, oscilator eksternal dan reset. Oscilator eksternal berfungsi untuk menentukan kecepatan eksekusi program. Rangkaian oscilator eksternal terdiri dari komponen capasitor dan crystal dengan nilai 11.0592 MHz. Crystal dengan nilai 11.0592 MHz digunakan agar didapatkan nilai yang tepat saat menggunakan fungsi timer dengan periode 100 ms. Tombol reset berfungsi untuk mereset mikrokontroller. PORT A difungsikan sebagai port keluaran ke driver saklar relay. PORT B difungsikan sebagai port masukan dari sensor level air dan sensor cahaya. PORT C difungsikan sebagai port keluaran untuk di-interface dengan LCD monitor. PORT D difungsikan sebagai port masukan dari tombol seting parameter. 74 3. LCD Monitor LCD monitor berfungsi untuk menampilkan informasi yang ada pada SiMBeR. Informasi tersebut terdiri dari waktu nyata sekarang (jam, menit, dan detik), seting waktu beban puncak, seting waktu penggunaan dispenser, mode operasi pompa air, dan mode operasi dispenser. Skema dasar rangkaian LCD monitor mengacu pada buku “Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMEGA16 Menggunakan Bahasa C” karangan Heri Andrianto. Skema rangkaian LCD monitor adalah seperti gambar 26. Resistor variabel RV1 berfungsi untuk mengatur tegangan kontras tampilan karakter pada LCD. Gambar 26. Skema Rangkaian LCD monitor 16x2 karakter. 4. Tombol Seting Tombol Seting berfungsi untuk memasukkan data seting oleh pengguna (user) ke dalam SiMBeR. Pengguna (user) dapat melakukan seting data berupa waktu nyata sekarang (jam, menit, dan detik), waktu 75 beban puncak, waktu penggunaan dispenser, mode operasi pompa air, dan mode operasi dispenser. Skema dasar rangkaian tombol seting mengacu pada buku “Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMEGA8535” karangan M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P. Skema rangkaian tombol seting adalah seperti gambar 27. Pin D bit ke-2, 3, 4 dan 5 difungsikan sebagai input. Resistor sebesar 1 kΩ berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke mikrokontroler. Tegangan 5 volt yang dilewatkan pada resistor sebesar 1 kΩ memberikan input data pada Pin D bit ke-2, 3, 4 dan 5 berlogika 1. Saat semua tombol ditekan maka arus akan langsung mengalir ke ground, sehingga input data pada Pin D bit ke-2, 3, 4 dan 5 menjadi berlogika 0. Gambar 27. Skema Rangkaian Tombol Seting. 5. Sensor a. Sensor Level Air Sensor Level air berfungsi untuk mendeteksi volume air yang ada di dalam tanki tandon air. Prinsip yang digunakan untuk 76 mengetahui volume air didalam tanki tandon air sama dengan prinsip kerja water level control pada gambar 28. Modifikasi yang dibuat pada sensor level air adalah jumlah bandul pengapung yang digunakan adalah empat buah dan sensor level air bekerja pada tegangan DC 5 volt. Sensor level air dapat mengindikasikan level air dalam keadaan kosong (level 1), level 2, level 3, dan penuh (level 4). Skema dasar rangkaian sensor level air mengacu pada buku “Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMEGA8535” karangan M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P. Skema rangkaian sensor level air adalah seperti gambar 30. Pin B bit ke-2, 3, 4 dan 5 difungsikan sebagai input. Sensor level air menggunakan limite switch untuk mengubah logika input Pin B bit ke-2, 3, 4 dan 5. Resistor sebesar 1 kΩ berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke mikrokontroler. Tegangan 5 volt yang dilewatkan pada resistor sebesar 1 kΩ memberikan input data pada Pin B bit ke-2, 3, 4 dan 5 berlogika 1. Tuas limite switch dihubungkan dengan bandul pengapung. Bandul pengapung akan menarik tuas limite switch pada saat air yang ada didalam tanki tandon air kurang dari batas satu bandul pengapung. . Tuas limite switch yang tertarik oleh bandul pengapung akan mengubah logika input Pin B bit ke-2, 3, 4 atau 5 menjadi berlogika 0. Perubahan nilai yang diakibatkan oleh keadaan seperti ini akan dikirimkan ke perangkat kontrol dan pengolah data dengan menggunakan kabel. Semua bandul pengapung menarik tuas 77 limite switch, sehingga terdeteksi level 1. Mikrokontroller yang mendeteksi tanki tandon air level 1 dan berada diluar beban puncak, maka mikrokontroller akan mengeluarkan logika 1 pada saklar relay untuk menghidupkan (ON) pompa air. Semua bandul pengapung tidak menarik tuas limite switch, sehingga terdeteksi level 4. Mikrokontroller yang mendeteksi tanki tandon air level 4 akan mengeluarkan logika 0 pada saklar relay untuk mematikan (OFF) pompa air. Gambar 28. Water level control. (Sumber: prihadisetyo.wordpress.com) b. Sensor Cahaya Skema dasar rangkaian sensor cahaya mengacu pada artikel “Lampu otomatis menggunakan photocell (LDR)” yang ditulis oleh Yudi Djohan. Skema rangkaian lampu otomatis menggunakan photocell adalah seperti gambar 29. Mofikasi yang dilakukan adalah pada penggunaan IC pembanding tegangan dan rangkaian yang lebih efisien. Sensor cahaya menggunakan IC LM393 senbagai IC pembanding tegangan. IC LM393 dapat mengeluarkan logika 1 (5 78 volt) dan logika 0 (0 volt). Skema rangkaian sensor cahaya adalah seperti gambar 30. Sensor cahaya yang digunakan adalah LDR (Light Dependent Resistor). LDR berfungsi untuk mendeteksi perubahan pencahayaan lingkungan. LDR yang terkena sumber cahaya yang sangat terang akan memiliki nilai hambatan (resistansi) yang sangat kecil. LDR yang tidak terkena sumber cahaya (didalam kegelapan) akan memiliki nilai hambatan (resistansi) yang sangat besar. Dengan prinsip rangkaian pembagi tegangan, LDR dibuhungkan dengan sebuah IC pembanding tegangan, yaitu IC LM393. Resistor variabel 10 kΩ diseting sedemikian rupa sehingga pada output-nya mengeluarkan tegangan 3,83 volt. Tegangan output dari resistor variabel digunakan sebagai tegangan referensi pada terminal masukan inverting. Resistor 22 kΩ digunakan sebagai komponen yang diseri dengan LDR. LDR mempunyai resistansi diatas 61 kΩ pada saat keadaan pencahayaan disekitar rumah mulai gelap. = = = × + 5,22 × 61 Ω 22 Ω + 61 Ω 5,22 × 61 Ω 83 Ω = 3,836 79 Terminal masukan non inverting pada ICLM393 akan mendapatkan masukan tegangan sebesar 3,836 volt. Tegangan masukan pada terminal non inverting lebih besar dari tegangan masukan inverting, maka terminal keluaran pada IC LM393 akan berlogika 1. Data logika 1 dikirim ke pin B bit ke-7. Mikrokontroller mendapatkan data berlogika 1 pada pin B bit ke-7, maka mikrokontroller akan mengeluarkan logika 1 pada pin A bit ke-2 untuk menghidupkan (ON) kontrol saklar relay lampu. LDR mempunyai resistansi dibawah 60 kΩ pada saat keadaan pencahayaan disekitar rumah mulai terang. = = = × + 5,22 × 60 Ω 22 Ω + 60 Ω 5,22 = 3,82 × 60 Ω 82 Ω Terminal masukan non inverting pada ICLM393 akan mendapatkan masukan tegangan sebesar 3,82 volt. Tegangan masukan pada terminal non inverting lebih kecil dari tegangan masukan inverting, maka terminal keluaran pada IC LM393 akan berlogika 0. Data logika 0 dikirim ke pin B bit ke-7. Mikrokontroller mendapatkan data berlogika 0 pada pin b bit ke-7, maka 80 mikrokontroller akan mengeluarkan logika 0 pada pin A bit ke-2 untuk mematikan (OFF) kontrol saklar relay lampu. Gambar 29. Rangkaian saklar otomatis pada lampu. (Sumber: http://yudidjohan.wordpress.com) Gambar 30. Skema Rangkaian Sensor Level Air dan Sensor Cahaya. 81 6. Saklar Relay Skema dasar rangkaian saklar relay mengacu pada artikel “Lampu otomatis menggunakan photocell (LDR)” yang ditulis oleh Yudi Djohan. Skema rangkaian lampu otomatis menggunakan photocell adalah seperti gambar 29. Mofikasi yang dilakukan adalah rangkian saklar relay hanya menggunakan bagian penyaklaran yang berupa ON/OFF relay, relay yang digunakan sebanyak tiga buah, dan terdapat rangkaian pemisah sumber saat terjadi arus balik. Skema rangkaian saklar relay adalah seperti gambar 31. Gambar 31. Skema Rangkaian Saklar Relay. Saklar Relay memiliki komponen utama berupa transistor yang berfungsi sebagai saklar dan relay DC 6 Volt. Transistor ini akan bekerja mengaktifkan relay ketika pada bagian basis mendapatkan masukan logika high atau tegangan 5 volt oleh mikrokontroller, maka transistor 82 akan mangalami saturasi, sehingga coil relay teraliri arus dan menjadi magnet yang akan menarik kontak-kontak relay. Jika basis transistor mendapatkan logika low atau tegangan 0 volt, maka transistor akan berada dalam kondisi cut-off, sehingga coil hampir tidak teraliri arus, sehingga relay off. Dioda freewheeling berfungsi untuk melindungi transistor dari tegangan balik yang terlalu besar akibat perubahan arus pada coil. Sedangkan dioda brigde berfungsi untuk memisahkan sumber dengan beban saat terjadi arus balik. Penggunaan relay pada rangkaian Skalar Relay adalah untuk memastikan bahwa beban secara penuh terhubung atau terputus dengan sumber tegangan. 7. Pembuatan PCB dan Perakitan Komponen a. Pembuatan PCB Pembuatan PCB dilakukan dengan menggunakan software PCB Wizard Unlimited. Adapun proses pembuatan PCB adalah sebagai berikut: 1) Membuat layout PCB menggunakan software PCB Wizard Unlimited. Layout yang sudah jadi kemudian dicetak. 2) Layout hasil cetakan kemudian di-photo copy menggunakan kertas glossy. 3) Sablon layout kertas glossy pada PCB polos menggunakan setlika listrik. 83 4) PCB yang sudah disablon kemudian dilarutkan menggunakan larutan ferite clorida (FeCl) agar lapisan tembaga yang tidak terpakai hilang. 5) Pemeriksaan jalur PCB. 6) Lubangi PCB sesuai dengan pola yang tersablon menggunakan bor. 7) Bersihkan PCB dari tinta sablon, kemudian lapisi jalur layout pada PCB dengan pelapis PCB. b. Tahap perakitan komponen Pada tahap ini, komponen dipasang pada lubang PCB. Semua komponen harus dipastikan bahwa tempat ataupun posisi pemasangannya benar. Setelah selesai, maka komponen dapat disolder. Cara penyolderan harus benar, agar semua komponen terpasang dengan kuat. 8. Pembuatan Boks Pembuatan boks untuk SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16 menggunakan bahan aklirik transparan dengan ketebalan 2 mm. Boks dibuat berbentuk balok dengan tinggi 9.5 cm, lebar 13 cm, dan panjang 23 cm. Boks ini tersusun dari dua bagian yang terpisah, yaitu bagian dasar dan bagian penutup. Desain ini dibuat untuk memudahkan teknisi saat melakukan 84 pengecekan dan perbaikan. Sedangkan untuk boks Sensor Level Air menggunakan toples kecil. LCD Monitor Tombol Setting Kabel Power Fuse Baterai Terminal Sensor Perangkat Kontrol dan Pengolah Data Saklar Relay Catu Daya Saklar Power Terminal Output Kontrol Gambar 32. SiMBeR (Sistem Manajemen Beban Rumah Tangga). Sensor Level Air Sensor Cahaya Bandul Pengapung SiMBeR Gambar 33. SiMBeR, Sensor Level Air, dan Sensor Cahaya. 85 F. Perancangan Perangkat Lunak Pada SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16 diprogram menggunakan bahasa pemrograman C. Pemrograman dilakukan menggunakan software Code Vision AVR. Beberapa variabel yang merupakan data seting disimpan ke dalam EEPROM. Dengan demikian saat sistem tidak mendapatkan catu daya dan hendak digunakan kembali, pengguna (user) tidak perlu melakukan seting kembali. Program yang ditulis pada dengan bahasa C akan di-compile, kemudian file yang berekstensi *.hex akan di-download ke dalam mikrokontroller. Program SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16 secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram alir pada gambar 34 sampai dengan gambar 42. 86 Gambar 34. Diagram alir Program Utama. 87 Fasilitas ektrernal interup (INT0) digunakan untuk melakukan seting waktu (jam, menit, dan detik). Proses perpindahan dari satu menu ke menu lainnya dilakukan dengan menekan tombol U secara berulang-ulang. Adapun penjelasan lengkapnya seperti pada gambar 35. Gambar 35. Diagram alir Subrutin. 88 Fungsi input digunakan untuk seting parameter (batasan). Hal ini dilakukan agar waktu tetap berjalan pada waktu seting parameter dilakukan. Adapun penjelasan lengkapnya seperti pada gambar 36 dan gambar 37. Gambar 36. Diagram alir Menu Seting (awal). 89 Gambar 37. Diagram alir Menu Seting (sambungan). 90 Pada saat tampilan layar menapilkan waktu dan level air (menu utama). Mode operasi pompa air dapat diubah (ON/OFF) dengan menekan tombol +. Adapun penjelasan lengkapnya seperti pada gambar 38. Gambar 38. Diagram alir Seting Mode Operasi Pompa Air. Pada saat tampilan layar menapilkan waktu dan level air (menu utama). Mode operasi dispenser dapat diubah (ON/OFF) dengan menekan tombol -. Adapun penjelasan lengkapnya seperti pada gambar 39. 91 Gambar 39. Seting Mode Operasi Dispenser. Gambar 40. Diagram alir eksekusi operasi pompa air. 92 Gambar 41. Diagram alir aksekusi operasi dispenser. Gambar 42. Diagram alir eksekusi operasi lampu. G. Rencana Pengoperasian dan Pengujian Alat Pengoperasian alat SiMBeR dilakukan dengan menekan tombol seting. Tombol seting digunakan untuk memasukkan data-data yang diperlukan untuk mengoptimalisasi penggunaan pompa air, dispenser dan lampu. Selanjutnya berdasarkan waktu, seting, dan sensor, SiMBeR akan berkerja secara otomatis untuk mengontrol kerja operasi pompa air, dispenser dan lampu. Tombol seting terdiri dari empat buah push button yang memiliki fungsi masing-masing. Adapun keempat buah tombul tersebut adalah: 93 a. Tombol U berfungsi untuk memilih seting waktu (jam, menit, dan detik). b. Tombol S berfungsi untuk memilih menu seting. c. Tombol + memiliki dua fungsi, yaitu: Pada tampilan utama (tanpa melalui menu seting) berfungsi untuk memilih mode opersi pompa air. Pada setiap sub menu (melalui pilihan menu seting) berfungsi untuk menambah nilai seting waktu. d. Tombol – memiliki dua fungsi, yaitu: Pada tampilan utama (tanpa melalui menu seting) berfungsi untuk memilih mode opersi dispenser. Pada setiap sub menu (melalui pilihan menu seting) berfungsi untuk mengurangi nilai seting waktu. 1. Alat yang digunakan untuk pengujian dan pengambilan data adalah: a. SiMBeR SiMBeR sebagai alat yang akan diuji. b. Pompa Air Akuarium Pompa air akuarium sebagai pengganti pompa air sumur. Digunakan pompa air akuarium agar lebih memudahkan pengamatan saat pengujian. 94 c. Tanki Tandon Air Mini Tanki tandon air mini sebagai pengganti tanki tandon air sumur. Digunakan tanki tandon air mini agar lebih memudahkan pengamatan saat pengujian. d. Dispenser Dispenser sebagai beban rumah tangga yang dikendalikan oleh SiMBeR. e. Lampu Lampu sebagai beban rumah tangga yang dikendalikan oleh SiMBeR. f. Multimeter Multi meter digunakan untuk mengukur tegangan kerja pada catu daya dan untuk mengetahui koneksi relay. g. Timer Timer digunakan untuk membandingkan waktu pada SiMBeR dengan waktu sebenarnya. 95 2. Lokasi Pengujian dan Pengambilan Data Pengujian dan pengambilan data dari alat “SiMBeR Sebagai Alat Pengatur Beban Peralatan Listrik Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16” dilakukan di rumah. Hal ini dikarenakan untuk pengujian dan pengambilan data dari alat tersebut tidak memerluakan peralatan khusus yang tersedia di laboratorium dan pengujian ini memerlukan peralatan rumah tangga sebagai objek yang dikendalikan. 3. Prosedur pengoperasian alat adalah sebagai berikut: a. Pasang Fuse pada Fusehousing untuk mengaktifkan sistem baterai cadangan. b. Posisikan saklar power pada posisi ON untuk menghidupkan alat. c. Tekan tombol U untuk memilih seting waktu (jam, menit, dan detik). d. Tekan tombol + untuk mengatur waktu secara bertambah (increment) e. Tekan tombol – untuk mengatur waktu secara berkurang (decrement) f. Tekan tombol S untuk memilih menu seting. g. Tekan tombol + untuk mengatur waktu secara bertambah (increment) h. Tekan tombol – untuk mengatur waktu secara berkurang (decrement) i. Pada menu utama (tanpa mamilih menu seting), tekan tombol + berfungsi untuk memilih mode opersi pompa air. 96 j. Pada menu utama (tanpa mamilih menu seting), tekan tombol berfungsi untuk memilih mode opersi dispenser. 4. Bagian alat yang akan diuji meliputi: a. Rencana pengujian rangkaian catu daya Tabel 19. Rencana pengujian Power Supply 6 V. No. Input Voltage (volt) 1 2 9 12 IC LM 7806 Output Voltage (volt) Tr 2N 3055 Output Voltage (volt) Tabel 20. Rencana pengujian Power Supply 8 V. No. Input (volt) 1 2 Voltage IC LM7808 Output Voltage (volt) Tr 2N 3055 Output Voltage (volt) 9 12 b. Rencana pengujian rangkaian Saklar Relay Tabel 21. Rencana pengujian rangkaian Saklar Relay. No. Driver Relay 1 1 2 2 3 3 Logika Input 1 0 1 0 1 0 1 - Relay 2 - 3 - Keterangan 97 c. Rencana pengujian kesesuaian waktu antara waktu sesungguahnya dengan waktu pada SiMBeR Tabel 22. Rencana pengujian kesesuaian waktu antara waktu sesungguahnya dengan waktu pada SiMBeR. Waktu sesungguhnya Hari ke Waktu pada SiMBeR 1 2 3 4 d. Rencana pengujian Fungsi Tombol Tabel 23. Rencana pengujian fungsi tombol. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Tombol U S + + - - Penekanan Tombol 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 Keterangan Selisih Waktu 98 e. Rencana pengujian Sensor Level Air Tabel 24. Rencana pengujian Sensor Level Air. No. Limite Swtich 1 1 2 2 3 3 4 4 Keterangan (Logika Jalur Input Sensor) Kondisi Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung . f. Rencana pengujian Sensor Cahaya Tabel 25. Rencana pengujian Sensor Cahaya. No. 1 2 3 Kondisi Pencahayaan Linkungan Pencahayaan Cukup Terang Pencahayaan Cukup Terang (Sensor Bermasalah) Pencahayaan kurang (Gelap) Keterangan (Logika Jalur Input Sensor) 99 g. Rencana pengujian SiMBeR saat mengontrol peralatan listrik rumah tangga Tabel 26. Rencana pengujian SiMBeR saat mengontrol peralatan listrik rumah tangga. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kondisi Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi diluar seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa ON. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi didalam seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa ON. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi diluar seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa OFF. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi didalam seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa OFF. Saat didalam waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen ON. Saat diluar waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen ON. Saat didalam waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen OFF. Saat diluar waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen OFF. Pencahayaan cukup terang Pencahayaan cukup terang (sensor bermasalah) Pencahayaan kurang (gelap) Status Peralatan Listrik Pompa Air Dispenser Lampu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Alat Pengujian pada SiMBeR sebagai alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga secara otomatis berbasis ATmega16 dilakukan pada tiap-tiap bagian atau blok. Hali ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan. 1. Catu Daya (Power Supply) Pada rangkaian power supply terdiri dari transformator step down sebagai penurun tegangan, dioda bridge sebagai penyearah gelombang penuh, kapasitor sebagai filter, IC regulator tegangan sebagai penyetabil tegangan, dan transistor sebagai penguat daya. Rangkaian catu daya yang dibuat tersebut menghasilkan tegangan +12 V, +6 V, dan +8 V. Untuk mendapatkan tegangan yang stabil sesuai dengan yang diinginkan, maka digunakan IC regulator teganagan. IC LM7806 digunakan untuk menghasilkan tegangan sebesar +6 VDC dan IC LM 7808 digunakan untuk menghasilkan tegangan +8 VDC. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tegangan power supply menggunakan multimeter. Pengamatan tersebut menghasilkan tegangan yang tidak jauh berbeda dari tegangan keluaran yang diinginkan. Pada 100 101 bagian ini akan diamati tegangan keluaran dari transformator dan tegangan keluaran dari IC regulator tegangan LM7806 dan IC regulator tegangan LM7808. Tegangan keluaran dari transformator stepdown adalah 10,83 volt AC. Tegangan DC setelag melaui filter adalah 12,98 volt. Arus yang mengalir pada sistem adalah sebesar 280 mA. = × = 12,98 = 3.6 × 0.28 Tabel 27. Hasil pengujian Power Supply 6 V. No. Input Voltage (volt) 1 2 9 12 IC LM 7806 Output Voltage (volt) 5.83 5.8 = = (5.83 + 5.8) 2 (5.21 + 5.24) 2 Tr 2N 3055 Output Voltage (volt) 5.21 5.24 = 5.815 = 5.225 Berdasarkan hasil pengujian power supply, besarnya tegangan keluaran IC LM7806 adalah 5.815 volt. Idealnya, besar tegangan keluaran IC LM7806 adalah 6 volt. 102 Penyimpangan tegangan keluaran sebesar: = |6 − 5.815| × 100% = 3.08% 6 Penyimpangan yang terjadi cukup kecil yaitu sebesar 3.08%. penyimpangan tersebut masih dalam toleransi. Tegangan keluaran dari transistor 2N 3055 adalah 5.225 volt dirasa sangat baik. Hal itu dapat diabaikan mengingat masih dalam daerah operasi perangkat yang dicatu. Tabel 28. Hasil pengujian Power Supply 8 V. No. 1 2 Input Voltage (volt) 9 12 IC LM7808 Output Voltage (volt) 7.77 7.77 = Tr 2N 3055 Output Voltage (volt) 7.41 7.43 (7.41 + 7.43) 2 = 7.42 Berdasarkan hasil pengujian power supply, besarnya tegangan keluaran IC LM7808 adalah 7.77 volt. Idealnya, besar tegangan keluaran IC LM7808 adalah 8 volt. Penyimpangan tegangan keluaran sebesar: = |8 − 7.77| × 100% = 2.875% 8 Penyimpangan yang terjadi cukup kecil yaitu sebesar 2.875%. penyimpangan tersebut masih dalam toleransi. Tegangan keluaran dari 103 transistor 2N 3055 adalah 7.42 volt dirasa sangat baik. Tegangan keluaran ini digunakan untuk mencatu rangkaian saklar relay. Dalam rangkaian saklar relay terdapat dioda bridge yang digunakan untuk memisahkan sumber catu daya dengan koil relay saat terjadi tegangan balik. = = 7.42 − − 1.4 = 6.02 Dengan demikian nilai tegangan yang mencatu koil relay sangat mendekati ideal yaitu 6 volt. 2. Saklar Relay Rangkaian saklar relay dirancang menggunakan relay DC 6 volt. Apabila rangkaian mendapatkan logika 1 (high), maka kontak NO di dalam relay akan terhubung. Sedangkan apabila rangkaian mendapatkan logika 0 (low), kontak NO di dalam relay akan terputus. Untuk mengontrol relay digunakan rangkaian driver. Rangkaian driver relay dirancang dengan menggunakan transistor. Rangkaian ini memanfaatkan transistor sebagai saklar elektronis yang dapat menghidupkan dan mematikan relay. Setelah mencapai tegangan kerja, transistor akan berfungsi sebagai skalar tertutup. Saat demikian, kumparan relay mendapatkan arus listrik. Inti 104 besi akan mejadi magnet dan menarik kontak relay, sehingga kontak NO menjadi terhubung, dan kontak NC menjadi terputus. Pengujian driver relay ini memanfaatkan output dari mikrokontroler. Dimana output dari mikrokontroller ini akan mejadi input dari rangkaian driver relay. Relay yang digunakan sebagai saklar pada peralatan listrik rumah tangga adalah relay dengan kapasitas kotak 7A 250 VAC. = × =7 × 250 = 1750 Bila beban peralatan listrik yang dikendalikan dengan relay mempunyai faktor daya sebesar 0.8. = = 1750 × cos × 0.8 = 1400 Tabel 29. Hasil pengujian rangkaian Saklar Relay. No. Driver Relay 1 1 2 2 3 3 Logika Input 1 0 1 0 1 0 1 ON OFF - Relay 2 ON OFF - 3 ON OFF Keterangan Relay 1 ON Relay 1 OFF Relay 2 ON Relay 2 OFF Relay 3 ON Relay 3 OFF 105 3. Kesesuaian Waktu Tabel 30. Hasil pengujian kesesuaian waktu antara waktu sesungguhnya dengan waktu pada SiMBeR. Hari ke 1 2 3 4 Waktu sesungguhnya 19:41:00 19:41:02 19:41:04 19:41:06 Waktu pada SiMBeR 19:41:00 19:41:00 19:41:00 19:41:00 Selisih Waktu 00:00:00 00:00:02 00:00:04 00:00:06 Dalam pengujian mengenai kesesuian waktu anatara waktu yang sesungguhnya dengan waktu pada SiMBeR didapatkan selisih waktu 2 detik dalam waktu 24 jam. 4. Tombol Seting Dari pengujian tombol seting, didapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan semua tombol berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun uraikan fungsi masing-masing tombol adalah seperti pada tabel 31. 106 Tabel 31. Hasil pengujian fungsi tombol. No. Tombol 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 U S + + - Penekanan Tombol 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 Keterangan Menu seting jam Menu seting menit Menu seting detik Keluar dari menu seting Menu seting jam beban puncak berawal Menu seting menit beban puncak berawal Menu seting jam beban puncak berakhir Menu seting menit beban puncak berakhir Menu seting waktu isi tandon air Menu seting jam gunakan dispenser berawal Menu seting menit gunakan dispenser berawal Menu seting jam gunakan dispenser berakhir Menu seting menit gunakan dispenser berakhir Keluar dari menu seting Melalui menu seting, menambah nilai Melalui menu seting, menambah nilai Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO pompa ON Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO pompa OFF Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO pompa ON Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO pompa OFF Melalui menu seting, mengurang nilai Melalui menu seting, mengurang nilai Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO dispenser ON Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO dispenser OFF Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO dispenser ON Dari Menu Utama, Mode INT-AUTO dispenser OFF 5. Sensor Level Air Dari pengujian sensor level air, didapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan sensor level air berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun uraikan pengujian sensor level air adalah seperti pada tabel 32. 107 Tabel 32. Hasil pengujian Sensor Level Air. No. Limite Swtich 1 1 2 2 3 3 4 4 Kondisi Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Tuas tidak tertarik bandul pengapung Tuas tertarik bandul pengapung Keterangan (Logika Jalur Input Sensor) 1 0 1 0 1 0 1 0 6. Sensor Cahaya Dari pengujian sensor cahaya, didapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan sensor cahaya berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun uraikan pengujian sensor cahaya adalah seperti pada tabel 33. Tabel 33. Hasil pengujian Sensor Cahaya. No. 1 2 3 Kondisi Pencahayaan Linkungan Pencahayaan Cukup Terang Pencahayaan Cukup Terang (Sensor Bermasalah) Pencahayaan kurang (Gelap) Keterangan (Logika Jalur Input Sensor) 0 1 1 7. Pengaturan Operasi Peralatan Listrik Menggunakan SiMBeR Dari pengujian pengaturan operasi peralatan listrik menggunakan SiMBeR, didapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan pengaturan operasi peralatan listrik menggunakan SiMBeR berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun uraikan pengujian pengaturan 108 operasi peralatan listrik menggunakan SiMBeR adalah seperti pada tabel 34. Tabel 34. Hasil pengujian SiMBeR saat mengontrol peralatan listrik rumah tangga. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kondisi Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi diluar seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa ON. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi didalam seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa ON. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi diluar seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa OFF. Level air dalam tanki minimal (Level 1) terjadi didalam seting waktu beban puncak, mode operasi eotopompa OFF. Saat didalam waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen ON. Saat diluar waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen ON. Saat didalam waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen OFF. Saat diluar waktu seting gunakan dispenser, mode operasi eotodispen OFF. Pencahayaan cukup terang Pencahayaan cukup terang (sensor bermasalah) Pencahayaan kurang (gelap) Status Peralatan Listrik Pompa Air Dispenser Lampu ON - - OFF - - ON - - ON - - - ON - - OFF - - ON - - ON - - - OFF - - OFF - - ON SiMBeR diuji di rumah tinggal dengan batas daya 900VA. SiMBeR digunakan untuk mengatur beban peralatan listrik rumah tangga berupa pompa air dengan daya 250 watt, dispenser dengan daya 300 watt dan lampu hemat energi dengan daya 5 watt. Seting penggunaan dispenser mulai jam 15.00 sampai dengan jam 07.00 dihari berikutnya. 109 Mode operasi dispenser dan pompa air diseting pada mode IntelegentAutomatic ON. Hasil penghematan energi listrik adalah sebesar 1 kWh/hari. Asumsi tarif per kWh menggunakan tarif listrik residensial dengan batas daya 900 VA. Tarif pada blok III adalah sebesar Rp 495,/kWh. Penghematan energi listrik yang akan didapatkan untuk satu rumah adalah seperti pada tabel 35. Tabel 35. Penghematan energi listrik. Sehari Sebulan (30 hari) Setahun Penghematan (kWh) 1 kWh 30 kWh 360 kWh Penghematan (rupiah) Rp 495,Rp 14.850,Rp 178.200,- B. Pembahasan 1. Perangkat Keras SiMBeR sebagai alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga secara otomatis berbasis Atmega16, dibagi menjadi dua bagian. Sistem mikrokontroller sebagai rangkaian utama, dan sersor sebagai masukan data yang akan diolah. Hasil perancangan alat ini terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras pada alat ini dibuat dengan sistem mekanik yang terbuat dari lembaran aklirik setebal 2 mm dan menggunakan bebeberapa komponen elektonik yang berfungsi sebagai perangkat input, perangkat display, perangkat pengendali, dan perangkat output. Pada perangkat input terdiri dari beberapa terminal masukan dari sensor dan tombol 110 seting yang digunakan sebagai masukan data ke mikrokontroller. Perangkat display terdiri dari sebuah LCD yang digunakan untuk menampilkan waktu dan nilai seting yang ada pada mikrokontroller. Sedangkan pada bagian output sistem terdiri dari rangkaian saklar relay yang digunakan untuk mengendalikan beban peralatan listrik rumah tangga. Dalam menanamkan (men-download) alur kerja pada sistem mikrokontroller, manggunakan bantuan program compiler yaitu Code Vision AVR. Proses kerja alat ini tergantung pada data masukan dari sensor, seting alat, dan alur kerja yang telah ditetapkan. Masukan data dari sensor level air dan sensor cahaya akan diolah sedemikian rupa oleh mikrokontroller. Hasil pengolahan data oleh mikrokontroller akan dikeluarkan melalui jalur output. Kemudian rangkain saklar relay yang terhubung dengan jalur output akan melakukan pengendalian peralatan listrik rumah tangga. 2. Perangkat Lunak Perangkat lunak digunakan untuk mengatur alur kerja dari mikrokontroller ATmega16 dalam megendalikan (mengatur) beban peralatan listrik rumah tangga. Pemrograman mikrokontroler menggunakan bahasa C dengan software Code Vision AVR. Pemrograman mikrokontroller dengan bahasa C. Pada sistem ini menggunakan mikrokontroller AVR ATmega16, dan menggunakan 111 crystal dengan frekuensi 11.0592 MHz. Pada bagian awal program dideklarasikan terlebih dahulu berbagai header yang dipakai. Header berfungsi untuk memanggil library yang akan digunakan. #include <mega16.h> menjelaskan bahwa program ini menggunakan source code dari ATmega16 untuk proses kompilasi. #include <stdlib.h> menjelaskan bahwa program ini menggunakan fungsi library untuk mengubah (mengonversi) tipe data integer menjadi karakter pada string. #include <delay.h> menjelaskan bahwa program ini menggunakan fungsi tunda waktu. #include <stdio.h> menjelaskan bahwa program ini menggunakan fungsi standart input dan output pada mikrokontroller. #include <lcd.h> menjelaskan bahwa program ini menggunakan fungsi LCD yang bertujuan untuk memudahkan proses interfacing antara program C dan modul alphanumeric LCD. Program ini juga memanfaatkan variabel dengan berbagai tipe data. Semua variabel ditulis dibelakang eeprom int, maka variabelnya dengan tipe data integer dan disimpan pada memori EEPROM. Semua variabel ditulis dibelakang unsigned char, maka variabelnya dengan tipe data unsigned char. Semua variabel ditulis dibelakang int, maka variabelnya dengan tipe data integer. Pin A0-A3 difungsikan sebagai output. Pin A4-A7 difungsikan sebagai input. Port B difungsikan sebagai input. Port C difungsikan sebagai output untuk diinterface dengan LCD. Pin D0 difungsikan sebagai output. Pin D1-D7 112 difungsikan sebagai input. Timer/ Counter 1 diaktifkan denga periode waktu 100 ms. Ekternal interup (INT0) diaktikan dengan mode low level. Fasilitas ekternal interup (INT0) digunakan memilih menu seting waktu. Cara menentukan menu seting waktu (jam, menit, atau detik) adalah dengan menekan tombol pada INT0 secara berulang-ulang. Menggunakan fungsi tunda waktu pada akhir subroutin bertujuan untuk memberikan jeda dari satu perintah ke perintah yang lain. Pin D bit ke-3 digunakan untuk mengubah nilai seting waktu secara bertambah (increment). Pada saat LCD menampilkan waktu dan level air (menu utama), pin D bit ke-3 berfungsi untuk mengubah mode operasi pompa air. Pin D bit ke-5 digunakan untuk mengubah nilai seting waktu secara berkurang (decrement). Pada saat LCD menampilkan waktu dan level air (menu utama), pin D bit ke-5 berfungsi untuk mengubah mode operasi dispenser. Pin D bit ke-4 digunakan untuk memilih menu seting. Menu seting yang dapat dipilih adalah waktu beban puncak, waktu isi tandon air , dan waktu penggunaan dispenser. Menggunakan fungsi tunda waktu bertujuan untuk memberikan jeda dari satu perintah ke perintah yang lain. Data sensor level air akan dimasukkan ke dalam mikrokontroller melaui jalur input pin B bit ke-2, 3, 4, dan 5 . Jika keadaan tanki tandon air kosong, maka mikrokontroller akan mejalankan prosedur program sehingga dapat ditentukan apakah pompa air ON jika berada diluar waktu beban puncak dan pompa air OFF jika berada didalam waktu beban 113 puncak. Data sensor cahaya akan dimasukkan ke dalam mikrokontroller melaui jalur input pin B bit ke-7. Jika keadaan sekitar sudah gelap maka mikrokontroller akan memerintahkan saklar relay untuk menghidupkan lampu. Tetapi bila keadaan sekitar cukup terang atau sudah diatas jam 06.00, maka mikrokontroller akan memerintahkan saklar relay untuk mematikan lampu. Dispenser akan dimatikan (OFF) dan dihidupkan (ON) secara otomatis oleh mikrokontroller sesuai dengan seting waktu penggunaan dispenser. Program pada alat pengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat dilihat pada lampiran 2. 3. Penghematan Energi Listrik Pelanggan perusahaan listrik banyak menyalakan (ON) peralatan listrik dalam waktu bersamaan dimulai dari jam 17.00 hingga jam 22.00. Hal ini dikarenkan antara jam 17.00 hingga jam 22.00 banyak anggota keluarga yang menggunakan peralatan listrik. Peralatan listrik rumah tangga yang banyak digunakan konsumen rumah tangga adalah lampu penerangan, dispenser, lemari pendingin, rice cooker, komputer, televisi, mesin cuci, pompa air, kipas angin, setrika, dan radio. Penggunaan energi listrik pada jam 17.00 sampai dengan 22.00 sangat besar bila dibandingkan waktu-waktu lain. Alat yang digunakan untuk mengatur penggunaan peralatan listrik rumah tangga telah dapat dibuat dengan nama SiMBeR (Sistem Manajemen Beban Rumah Tangga). SiMBeR adalah alat yang dibuat dengan perangkat pengolah data berupa 114 mikrokontroller AVR ATmega16. SiMBeR dilengkapi pula dengan LCD monitor dan tombol seting. LCD monitor berfungsi untuk menampilkan data seting. Tombol seting berfungsi untuk mengubah nilai data. SiMBeR dapat digunakan untuk mengatur waktu operasional pompa air, dispenser, dan lampu yang berada diluar ruangan (lampu teras dan lampu taman). SiMBeR dapat bekerja untuk mengatur waktu operasional pompa air agar pompa air beroperasi diluar waktu beban puncak. Pompa air yang beroperasi diluar waktu beban puncak akan mengurangi besarnya penggunaan energi diwaktu beban puncak. SiMBeR mengatur operasional pompa air berdasarkan sensor level air dan waktu beban puncak. Sensor level air akan mengirimkan data level air didalam tanki tandon air ke perangkat kontrol dan pengolah data. Perangkat kontrol akan menghidupkan (ON) pompa air jika tanki tandon air kosong (level 1) dan berada diluar waktu beban puncak. Perangkat kontrol akan menunda pengisian tanki tandon air bila tanki tandon air yang kosong terjadi pada waktu beban puncak. Perangkat kontrol akan mematikan (OFF) pompa air secara otomatis saat tanki tandon air telah penuh (level 4). SiMBeR dapat bekerja untuk mengatur waktu operasional dispenser agar dispenser dihidupkan (ON) hanya saat digunakan. SiMBeR mengatur operasional dispenser berdasarkan waktu seting penggunaan dispenser. SiMBeR mematikan (OFF) dispenser secara otomatis saat tidak digunakan. Pemilik rumah tidak menggunakan dispenser dalam 115 waktu yang relatif lama yaitu saat bekerja, bepergian, dan istirahat malam (tidur). Dispenser yang dimatikan (OFF) pada waktu tidak digunakan akan mengurangi beban penggunaan energi listrik, sehingga biaya tagihan yang harus dibayar semakin berkurang. SiMBeR dapat bekerja untuk mengatur waktu operasional lampu yang berada diluar ruangan (lampu teras dan lampu taman) agar lampu dimatikan (OFF) pada saat pencahayaan alami sudah cukup terang dan waktu sudah siang. SiMBeR mengatur operasional lampu berdasarkan sensor cahaya dan waktu. SiMBeR mematikan (OFF) lampu secara otomatis pada saat pencahayaan alami sudah cukup terang atau waktu sudah lebih dari jam 06.00. SiMBeR mematikan lampu secara otomatis berdasarkan parameter waktu digunakan sebagai sistem cadangan pada saat sensor cahaya mengalami masalah. Operasional lampu dengan sistem sensor cahaya dan parameter waktu akan lebih efektif dalam program penghematan penggunaan energi listrik. SiMBeR dapat digunakan untuk mengatur beban peralatan listrik rumah tangga berupa pompa air dengan daya 250 watt, dispenser dengan daya 300 watt dan lampu hemat energi dengan daya 5 watt. SiMBeR yang digunakan untuk mengatur operasi beban peralatan listrik rumah tangga dapat menghemat penggunaan energi listrik sebesar 1 kWh/hari. Asumsi tarif per kWh menggunakan tarif listrik residensial dengan batas daya 900 VA. Tarif pada blok III adalah sebesar Rp 495,-/kWh. 116 Penghematan energi listrik yang akan didapatkan untuk satu rumah adalah sebesar Rp 178.200,- dalam satu tahun. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah mengamati dan membahas “Sistem Manajemen Beban Rumah Tangga (SiMBeR) Sebagai Alat Pengatur Beban Peralatan Listrik Rumah Tangga Secara Otomatis Berbasis ATmega16”, maka didapatkan kesimpulan: 1. Alat yang digunakan untuk mengatur beban peralatan listrik rumah tangga telah dapat dibuat dengan nama SiMBeR. SiMBeR dapat mengatur beban peralatan listrik rumah tangga berupa pompa air, dispenser, dan lampu. 2. SiMBeR mengatur operasional pompa air berdasarkan sensor level air didalam tanki tandon air dan waktu beban puuncak. SiMBeR akan menghidupkan (ON) pompa air saat tanki tandon air kosong dan berada diluar waktu beban puncak. SiMBeR akan mematikan (OFF) pompa air saat tanki tandon air sudah penuh. SiMBeR akan menghidupkan (ON) dispenser pada saat berada dalam waktu seting penggunaan dispenser. SiMBeR akan mematikan (OFF) dispenser pada saat berada diluar waktu seting penggunaan dispenser. SiMBeR mengatur operasional lampu berdasarkan sensor cahaya dan waktu. SiMBeR akan menghidupkan (ON) lampu saat keadaan disekitar rumah sudah gelap. SiMBeR akan 117 118 mematikan (OFF) lampu saat keadaan disekitar rumah sudah cukup terang atau waktu sudah lebih dari jam 06.00. 3. SiMBeR yang digunakan untuk mengatur beban peralatan listrik rumah tangga dapat menghemat penggunaan energi listrik. B. Keterbatasan 1. Pengiriman data dari sensor level air ke sistem mikrokontroller masih menggunakan lima kabel, sehingga bila pemasangan SiMBeR jauh dari tanki tandon air maka biaya yang dibutuhkan untuk pembelian kabel semakin mahal. 2. Pada sistem ini masih menggunakan sistem rangkaian terpusat, jadi semua beban peralatan listrik rumah tangga diatur dari satu tempat. 3. Operasi pompa air hanya diluar beban puncak, sehingga pompa air memungkinkan untuk ON pada tengah malam saat mode IntelegentAutomatic. 4. Dalam mode Intelegent-Automatic ON, dispenser OFF mulai jam 00.00 sampai 03.59. 5. Pada sistem ini hanya dapat digunakan untuk mengatur sebuah pompa air, sebuah dispenser, dan sebuah lampu. C. Saran 1. Pengiriman data dari sensor level air ke sistem mikrokontroller masih menggunakan lima kabel, sehingga bila pemasangan SiMBeR jauh dari 119 tanki tandon air maka biaya yang dibutuhkan untuk pembelian kabel semakin mahal. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dibuat sensor level air dengan metode pengiriman data yang lebih hemat dalam pemakaian kabel. 2. Pada sistem ini masih menggunakan sistem rangkaian terpusat, jadi semua beban peralatan listrik rumah tangga diatur dari satu tempat. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dibuat sebuah sistem yang mandiri untuk menangani satu jenis beban. 3. Operasi pompa air hanya diluar beban puncak, sehingga pompa air memungkinkan untuk ON pada tengah malam saat mode IntelegentAutomatic ON. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dibuat agar operasi pompa air dilakukan diluar beban puncak dan waktu istirahat pada malam hari. 4. Dalam mode Intelegent-Automatic ON, dispenser OFF mulai jam 00.00 sampai 03.59. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dibuat seting waktu dispenser OFF. Hal ini agar penggunaan lebih sesuai dengan kebutuhan. 5. Pada sistem ini hanya dapat digunakan untuk mengatur sebuah pompa air, sebuah disperser, dan sebuah lampu. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk mengendalikan sampai dengan 15 beban peralatan listrik rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Anggito. (2004). Kajian-Kajian Dampak Perubahan Trend Penggunaan Tenaga Listrik Pada Sektor Industri. Diakses pada tanggal 13 April 2011, 20:58 dari http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian/kajian%20dampak%20peru bahan%20trend%20penggunaan%20Tenaga%20Listrik%20pd%20sektor %20industri.pdf Andrianto, Heri. (2008). Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMEGA16 Menggunakan Bahasa C (CodeVision AVR). Bandung: Informatika. Anonim. (2008). Energi dan daya Listrik 9.1. Diakses pada tanggal 15 Maret 2011, 07:24 dari http://www.crayonpedia.org/mw/Energi_Dan_Daya_Listrik_9.1 Ary, Heryanto, M., & Adi, P., Wisnu. (2008). Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMEGA8535. Yogyakarta: Andi. Haryanto, Andri. (2008). Rice Cooker dan Dispenser Paling Boros Listrik. Diakses pada tanggal 11 April 2011, 22:52 dari http://bandung.detik.com/read/2008/08/03/140134/982066/486/ricecooker-dan-dispenser-paling-boros-listrik Husna. (2006). Pengendalian Beban Yang Efektif Terhadap Kepuasan Pelanggan. Yogyakarta: UGM. Marsudi, Djiteng. (2005). Pembangkit Energi Listrik. Jakarta: Erlangga. Prasodjo, Budi. (2006). Teori dan Aplikasi Fisika SMP Kelas IX. Jakarta: Yudistira. 120 121 Ristek. (2009). Sains & Teknologi. Jakarta: Gramedia. Subekti, Muhammad. (2010). Stategi Menghadai Krisi Energi Naional. Diakses pada tanggal 12 April 2011, 01:24 dari http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/08/159646/68/11/StrategiMenghadapi-Krisis-Energi-Nasional- Sunomo. (1996). Elektronika II. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Wardhana, Lingga. (2006). Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi. Wahyono, Endro & Fahamsyah, Sandy. (2008). Super Referensi Rumus Fisika & Matematika SMP. Jakarta: Kawahmedia. --------- www.alldatasheet.com Diakses pada tanggal 19 Februari 2010, 14:26. 122 LAMPIRAN 123 124 Lampiran 1. Gambar PCB dan Susunan Komponen 125 126 127 Lampiran 2. Program Mikrokontroller AVR ATmega16 Dengan Bahasa C /***************************************************** This program was produced by the CodeWizardAVR V2.03.4 Standard Automatic Program Generator © Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com Project : SiMBeR Version : Rev.2 Date : 3/4/2011 Author : Bambang Purwanto Company : Universitas Negeri Yogyakarta Comments: Proyek Akhir 2011 Chip type Program type Clock frequency Memory model : ATmega16 : Application : 11,059200 MHz : Small External RAM size : 0 Data Stack size : 256 *****************************************************/ #include <mega16.h> 128 #include <stdlib.h> #include <delay.h> #include <stdio.h> // Alphanumeric LCD Module functions #asm .equ __lcd_port=0x15 ;PORTC #endasm #include <lcd.h> //variabel global int kali=0,sisa=0; int detik=0, menit=0, jam=0; int ejambepunawal=17, emenitbepunawal=0; int ejambepunakhir=22, emenitbepunakhir=0; int eotopompa=0, ewktisi=30, eotodispen=0; int ejamdispenawal=15, emenitdispenawal=0; int ejamdispenakhir=7, emenitdispenakhir=0; unsigned char cdetik[10],cmenit[10],cjam[10]; int pilihset=0,pilihsetalat=0; unsigned char cjambepunawal[10],cmenitbepunawal[10]; unsigned char cjambepunakhir[10],cmenitbepunakhir[10]; int konwktisi, levelair=0; int konjam, konmenit; int konjambepunawal=0, konminetbepunawal=0; 129 int konjambepunakhir=0, konminetbepunakhir=0; unsigned char cwktisi[10], clevelair[10]; unsigned char cjamdispenawal[10],cmenitdispenawal[10]; unsigned char cjamdispenakhir[10],cmenitdispenakhir[10]; int konjamdispenawal=0, konmenitdispenawal=0,konjambepunawal2; int konjamdispenakhir=0, konmenitdispenakhir=0; int lampuluar=0; // External Interrupt 0 service routine interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void) { // Place your code here pilihset=pilihset+1; if (pilihset==1) //ok //ok { lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" JAM "); } if (pilihset==2) //ok { lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" MENIT "); } if (pilihset==3) { lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" DETIK "); 130 } if (pilihset==4) //ok { pilihset=0; pilihsetalat=0; lcd_clear(); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" SiMBeR "); } delay_ms(300); } // Timer 1 overflow interrupt service routine interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void) { // Reinitialize Timer 1 value TCNT1H=0xFB; TCNT1L=0xC8; // Place your code here if (pilihset==0) { kali=kali+1; if ((PIND.3==1)&&(PIND.4==0)&&(PIND.5==1)) seting alat { pilihsetalat=pilihsetalat+1; if (pilihsetalat==1) //ok //ok, menu 131 { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("JAM BEBAN PUNCAK"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("BERAWAL = "); itoa(emenitbepunawal,cmenitbepunawal); itoa(ejambepunawal,cjambepunawal); lcd_gotoxy(12,1); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunawal); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjambepunawal); lcd_gotoxy(15,1); lcd_putsf(" "); } if (pilihsetalat==2) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("MNT BEBAN PUNCAK"); } if (pilihsetalat==3) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("JAM BEBAN PUNCAK"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("BERAKHIR= "); 132 itoa(emenitbepunakhir,cmenitbepunakhir); itoa(ejambepunakhir,cjambepunakhir); lcd_gotoxy(12,1); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunakhir); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjambepunakhir); lcd_gotoxy(15,1); lcd_putsf(" "); } if (pilihsetalat==4) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("MNT BEBAN PUNCAK"); } if (pilihsetalat==5) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" POMPA AIR "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("WKT ISI = MNT"); itoa(ewktisi,cwktisi); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cwktisi); } if (pilihsetalat==6) //ok 133 { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" JAM DISPANSER "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("BERAWAL = "); itoa(emenitdispenawal,cmenitdispenawal); itoa(ejamdispenawal,cjamdispenawal); lcd_gotoxy(12,1); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenawal); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenawal); lcd_gotoxy(15,1); lcd_putsf(" "); } if (pilihsetalat==7) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" MNT DISPANSER "); } if (pilihsetalat==8) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" JAM DISPANSER "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("BERAKHIR= "); 134 itoa(emenitdispenakhir,cmenitdispenakhir); itoa(ejamdispenakhir,cjamdispenakhir); lcd_gotoxy(12,1); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenakhir); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenakhir); lcd_gotoxy(15,1); lcd_putsf(" "); } if (pilihsetalat==9) //ok { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" MNT DISPANSER "); } if (pilihsetalat==10) //ok { pilihsetalat=0; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" SETING SELESAI "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" SiMBeR delay_ms(1000); kali=kali+10; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" "); "); 135 } delay_ms(500); kali=kali+5; } if ((PIND.3==0)&&(PIND.4==1)&&(PIND.5==1)) ++ { if (pilihsetalat==0) { eotopompa=eotopompa+1; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" POMPA AIR "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("INT-AUTO= if (eotopompa==1) { lcd_gotoxy(10,1); lcd_putsf("ON "); } if (eotopompa==2) { lcd_gotoxy(10,1); lcd_putsf("OFF "); eotopompa=0; } delay_ms(1000); "); //ok, seting 136 kali=kali+10; } if (pilihsetalat==1) //ok { ejambepunawal=ejambepunawal+1; //ok if (ejambepunawal>=24) { ejambepunawal=0; lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } itoa(ejambepunawal,cjambepunawal); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjambepunawal); } if (pilihsetalat==2) //ok { emenitbepunawal=emenitbepunawal+1; if (emenitbepunawal>=60) { emenitbepunawal=0; lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } itoa(emenitbepunawal,cmenitbepunawal); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunawal); //ok 137 } if (pilihsetalat==3) //ok { ejambepunakhir=ejambepunakhir+1; //ok if (ejambepunakhir>=24) { ejambepunakhir=0; lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } itoa(ejambepunakhir,cjambepunakhir); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjambepunakhir); } if (pilihsetalat==4) //ok { emenitbepunakhir=emenitbepunakhir+1; if (emenitbepunakhir>=60) { emenitbepunakhir=0; lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } itoa(emenitbepunakhir,cmenitbepunakhir); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunakhir); } //ok 138 if (pilihsetalat==5) //ok { ewktisi=ewktisi+1; if (ewktisi>=120) { ewktisi=0; lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } itoa(ewktisi,cwktisi); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cwktisi); } if (pilihsetalat==6) //ok { ejamdispenawal=ejamdispenawal+1; if (ejamdispenawal>=24) { ejamdispenawal=0; lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } itoa(ejamdispenawal,cjamdispenawal); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenawal); } if (pilihsetalat==7) //ok //ok 139 { emenitdispenawal=emenitdispenawal+1; //ok if (emenitdispenawal>=60) { emenitdispenawal=0; lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } itoa(emenitdispenawal,cmenitdispenawal); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenawal); } if (pilihsetalat==8) //ok { ejamdispenakhir=ejamdispenakhir+1; if (ejamdispenakhir>=24) { ejamdispenakhir=0; lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } itoa(ejamdispenakhir,cjamdispenakhir); lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenakhir); } if (pilihsetalat==9) { //ok //ok 140 emenitdispenakhir=emenitdispenakhir+1; //ok if (emenitdispenakhir>=60) { emenitdispenakhir=0; lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } itoa(emenitdispenakhir,cmenitdispenakhir); lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenakhir); } delay_ms(500); kali=kali+5; } if ((PIND.3==1)&&(PIND.4==1)&&(PIND.5==0)) { if (pilihsetalat==0) { eotodispen=eotodispen+1; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" DISPENSER "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("INT-AUTO= if (eotodispen==1) { "); //ok, seting - 141 lcd_gotoxy(10,1); lcd_putsf("ON "); } if (eotodispen==2) { lcd_gotoxy(10,1); lcd_putsf("OFF "); eotodispen=0; } delay_ms(1000); kali=kali+10; } /* if (pilihsetalat==1) //ok { ejambepunawal=ejambepunawal-1; if (ejambepunawal==-1) { ejambepunawal=23; } itoa(ejambepunawal,cjambepunawal); if (ejambepunawal<10) { lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(10,1); //ok 142 lcd_puts(cjambepunawal); } if (pilihsetalat==2) //ok { emenitbepunawal=emenitbepunawal-1; //ok if (emenitbepunawal==-1) { emenitbepunawal=59; } itoa(emenitbepunawal,cmenitbepunawal); if (ejambepunawal<10) { lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunawal); } if (pilihsetalat==3) //ok { ejambepunakhir=ejambepunakhir-1; if (ejambepunakhir==-1) { ejambepunakhir=23; } itoa(ejambepunakhir,cjambepunakhir); if (ejambepunakhir<10) //ok 143 { lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjambepunakhir); } if (pilihsetalat==4) //ok { emenitbepunakhir=emenitbepunakhir-1; if (emenitbepunakhir==-1) { emenitbepunakhir=59; } itoa(emenitbepunakhir,cmenitbepunakhir); if (ejambepunakhir<10) { lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitbepunakhir); } if (pilihsetalat==5) { ewktisi=ewktisi-1; if (ewktisi==-1) //ok //ok 144 { ewktisi=99; } itoa(ewktisi,cwktisi); if (ewktisi<10) { lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cwktisi); } if (pilihsetalat==6) //ok { ejamdispenawal=ejamdispenawal-1; if (ejamdispenawal==-1) { ejamdispenawal=23; } itoa(ejamdispenawal,cjamdispenawal); if (ejamdispenawal<10) { lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenawal); //ok 145 } if (pilihsetalat==7) //ok { emenitdispenawal=emenitdispenawal-1; //ok if (emenitdispenawal==-1) { emenitdispenawal=59; } itoa(emenitdispenawal,cmenitdispenawal); if (ejamdispenawal<10) { lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenawal); } if (pilihsetalat==8) //ok { ejamdispenakhir=ejamdispenakhir-1; if (ejamdispenakhir==-1) { ejamdispenakhir=23; } itoa(ejamdispenakhir,cjamdispenakhir); if (ejamdispenakhir<10) { //ok 146 lcd_gotoxy(11,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(10,1); lcd_puts(cjamdispenakhir); } if (pilihsetalat==9) //ok { emenitdispenakhir=emenitdispenakhir-1; if (emenitdispenakhir==-1) { emenitdispenakhir=59; } itoa(emenitdispenakhir,cmenitdispenakhir); if (ejamdispenakhir<10) { lcd_gotoxy(14,1); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(13,1); lcd_puts(cmenitdispenakhir); } delay_ms(500); kali=kali+5; */ } //ok 147 if ((PIND.3==1)&&(PIND.4==1)&&(PIND.5==1)&&(pilihsetalat!=0)) { if (kali>10) { sisa=kali-10; kali=10; } if (kali==10) { if (++detik>=60) { detik=0; if(++menit>=60) { menit=0; if (++jam>=24) { jam=0; } } } kali=sisa; sisa=0; } } //ok 148 if ((PIND.3==1)&&(PIND.4==1)&&(PIND.5==1)&&(pilihsetalat==0)) { if (kali>10) { sisa=kali-10; kali=10; } if (kali==10) { lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" "); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" "); if (++detik>=60) { detik=0; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" "); if(++menit>=60) { menit=0; lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" if (++jam>=24) "); //ok 149 { jam=0; detik=2; //Rev.1, kompensasi menyamakan waktu (reset error) lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf(" "); } } } kali=sisa; sisa=0; itoa(detik,cdetik); itoa(menit,cmenit); itoa(jam,cjam); lcd_gotoxy(5,0); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(6,0); lcd_puts(cdetik); lcd_gotoxy(2,0); lcd_putsf(":"); lcd_gotoxy(3,0); lcd_puts(cmenit); lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(cjam); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" SiMBeR "); 150 } konmenit=menit*100/60; konjam=(jam*100)+konmenit; konwktisi=(ewktisi*100)/60; //ok konminetbepunawal=(emenitbepunawal*100)/60; konjambepunawal=(ejambepunawal*100)+konminetbepunawal; konjambepunawal2=konjambepunawal-konwktisi; konminetbepunakhir=(emenitbepunakhir*100)/60; konjambepunakhir=(ejambepunakhir*100)+konminetbepunakhir; if ((PINB.2==1)&&(PINB.3==1)&&(PINB.4==1)&&(PINB.5==1)) //pompa air, ok { levelair=4; PORTA.0=0; } else if ((PINB.2==1)&&(PINB.3==1)&&(PINB.4==1)&&(PINB.5==0)) { levelair=4; } else if ((PINB.2==1)&&(PINB.3==1)&&(PINB.4==0)&&(PINB.5==0)) { 151 levelair=3; } else if ((PINB.2==1)&&(PINB.3==0)&&(PINB.4==0)&&(PINB.5==0)) { levelair=2; if (eotopompa==1) //intelegent automatic { if ((konjam>=konjambepunawal2)&&(konjam<konjambepunawal)) { PORTA.0=1; } } } else if ((PINB.2==0)&&(PINB.3==0)&&(PINB.4==0)&&(PINB.5==0)) { levelair=1; if (eotopompa==1) //intelegent automatic { if (konjam<konjambepunawal) //ok { PORTA.0=1; } if (konjam>=konjambepunakhir) { PORTA.0=1; } } //ok 152 if (eotopompa==0) //manual { PORTA.0=1; } } else { PORTA.0=0; levelair=0; lcd_gotoxy(11,0); lcd_putsf("ERROR"); } if (levelair!=0) { itoa(levelair,clevelair); lcd_gotoxy(11,0); lcd_putsf("LEV="); lcd_gotoxy(15,0); lcd_puts(clevelair); } konmenitdispenawal=((emenitdispenawal*100)+3000)/60; //dispenser, ok konjamdispenawal=((ejamdispenawal*100)-100+konmenitdispenawal); konmenitdispenakhir=((emenitdispenakhir*100)+1500)/60; 153 konjamdispenakhir=(ejamdispenakhir*100)+konmenitdispenakhir; if (eotodispen==1) //intelegent automatic { if (konjam>=konjamdispenawal) //ok { PORTA.1=1; } if ((konjam<konjamdispenawal)&&(jam<4)) //ok { PORTA.1=0; } if ((jam>=4)&&(konjam<konjamdispenakhir)) //ok { PORTA.1=1; } if ((konjam>=konjamdispenakhir)&&(konjam<konjamdispenawal)) //ok { PORTA.1=0; } } if (eotodispen==0) //manual { PORTA.1=1; } if (PINB.7==0) //lampu luar, ok 154 { lampuluar=0; PORTA.2=0; } else if (PINB.7==1) { lampuluar=1; PORTA.2=1; } if ((jam>=6)&&(jam<17)&&(lampuluar==1)) kerja 17-06 { PORTA.2=0; lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(" SiMBeR LL"); } } } } // Declare your global variables here void main(void) { // Declare your local variables here //batas waktu 155 // Input/Output Ports initialization // Port A initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=Out Func2=Out Func1=Out Func0=Out // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=0 State2=0 State1=0 State0=0 PORTA=0x00; DDRA=0x0F; // Port B initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00; DDRB=0x00; // Port C initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00; DDRC=0x00; // Port D initialization // Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=Out // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=P State1=T State0=0 PORTD=0x04; DDRD=0x01; 156 // Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00; TCNT0=0x00; OCR0=0x00; // Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: 10,800 kHz // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off // Input Capture on Falling Edge // Timer 1 Overflow Interrupt: On // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x05; TCNT1H=0xFB; TCNT1L=0xC8; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; 157 OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; // Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 2 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00; TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00; // External Interrupt(s) initialization // INT0: On // INT0 Mode: Low level // INT1: Off // INT2: Off GICR|=0x40; MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00; GIFR=0x40; // Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x04; 158 // Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off // Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80; SFIOR=0x00; // LCD module initialization lcd_init(16); // Global enable interrupts #asm("sei") while (1) { // Place your code here if ((PIND.3==0)&&(PIND.5==1)) //ok { if (pilihset==1) //ok, setting bertahap ++ { jam=jam+1; //ok if (jam==24) { jam=0; lcd_gotoxy(1,0); lcd_putsf(" "); } 159 itoa(jam,cjam); lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(cjam); } if (pilihset==2) //ok, setting bertahap ++ { menit=menit+1; //ok if (menit==60) { menit=0; lcd_gotoxy(4,0); lcd_putsf(" "); } itoa(menit,cmenit); lcd_gotoxy(3,0); lcd_puts(cmenit); } if (pilihset==3) //ok, setting bertahap ++ { detik=detik+1; //ok if (detik==60) { detik=0; lcd_gotoxy(7,0); lcd_putsf(" "); 160 } itoa(detik,cdetik); lcd_gotoxy(6,0); lcd_puts(cdetik); } delay_ms(300); } /* if ((PIND.3==1)&&(PIND.5==0)) { if (pilihset==1) //ok, setting bertahap -- { jam=jam-1; //ok if (jam==-1) { jam=23; } itoa(jam,cjam); if (jam<10) { lcd_gotoxy(1,0); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(cjam); } //ok 161 if (pilihset==2) //ok, setting bertahap -- { menit=menit-1; //ok if (menit==-1) { menit=59; } itoa(menit,cmenit); if (menit<10) { lcd_gotoxy(4,0); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(3,0); lcd_puts(cmenit); } if (pilihset==3) //ok, setting bertahap -- { detik=detik-1; //ok if (detik==-1) { detik=59; } itoa(detik,cdetik); if (detik<10) { 162 lcd_gotoxy(7,0); lcd_putsf(" "); } lcd_gotoxy(6,0); lcd_puts(cdetik); } delay_ms(300); } */ }; } 163 Lampiran 3. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Rumah Tangga 164 Lampiran 4. Fitur Mikrokontroller AVR ATmega16 165 Lampiran 5. Foto-Foto Pengujian Alat 166 167