PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini bencana alam merupakan salah satu permasalahan cukup serius yang dihadapi negara kita. Penyebab utama terjadinya bencana alam tersebut adalah karena perbuatan manusia itu sendiri. Salah satu bencana yang sering dihadapi yaitu banjir. Bencana banjir menyebabkan tanah longsor, kerusakan lahan, dan infrastruktur. Pada umumnya, banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam durasi yang lama sehingga menimbulkan aliran permukaan karena daya infiltrasitanah yang kurang baik dan meluapnya air sungai akibat debit sungai yang melampaui debit puncak sungai tersebut. Penggunaan atau perubahan tata guna lahan juga merupakan penyebab kerusakan lahan yang berakibat banjir. Banyak lahan yang sebelumnya merupakan hutan lindung atau habitat berbagai macam vegetasi dirubah menjadi kawasan perkebunan, perumahan dan perindustrian untuk kepentingan manusia. Hal ini berdampak pada berkurangnya daya infiltrasi tanah karena penebangan pepohonan (vegetasi). Dampak serius yang terjadi akibat perubahan tata guna lahan tersebut adalah aliran tanah yang tidak terbendung dan berkurangnya air yang meresap kedalam tanah. Tanah menjadi kritis, dan terjadi ketimpangan distribusi air pada musim kemarau dan musim hujan. Sungai merupakan pendistribusi air yang memegang peranan penting dalam terjadinya banjir maupun kekeringan pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Sejumlah sungai di Sumatera Utara Dewasa ini berada dalam kondisi Universitas Sumatera Utara kritis dan cukup berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kualitas maupun kuantitas yang menurun menimbulkan kekurangan air pada musim kemarau dan menyebabkan banjir pada musim penghujan. Luas daerah pengaliran sungai yang telah kritis di kota medan + 592.000 hektar, tersebar luas di satuan wilayah sungai (SWS) Wampu-Besitang, SWS Belawan-Belumai-Ular, SWS BahBolon, SWS Barumun Kualah, SWS Batang Gadis-Batang Toru. Sedangkan yang rawan terhadap banjir mencapai 115.903 hektar, terdiri dari daerah perkotaan 7.996 hektar, daerah industri 4.549 hektar, dan daerah pertanian/pedesaan 103.903 hektar, serta sarana transportasi yang rawan banjir terdapat sepanjang 386,40 km (Anonimus, 2006). Banjir maupun kekeringan yang terjadi pada daerah aliran sungai (DAS) memiliki fenomena yang tidak sederhana. Suatu DAS terdiri dari faktor penyusun yaitu tanah vegetasi dan air sebagai objek dan pendayagunaan unsur-unsur tersebut oleh manusia sebagai subjek. Diantara subjek dan objek tersebut terjadi hubungan timbal balik yang menghasilkan kondisi hidrologis dari wilayah DAS tersebut (Asdak, 1995). Adapun penyebab utama suatu daerah aliran sungai sering terjadi banjir adalah curah hujan yang tinggi dan saluran drainase yang buruk serta kondisi tanah dengan daya infiltrasi yang kurang baik. Dalam upaya penanggulangan banjir, kita perlu melakukan pendugaan debit maksimum (puncak) suatu sungai dalam DAS tertentu. Pendugaan ini dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan bangunan pengendali banjir. Analisis frekuensi diperlukan dalam menghasilkan Universitas Sumatera Utara pendugan debit puncak suatu DAS tertentu dengan cara memperkirakan frekuensi suatu kejadian pada masa lalu dan yang akan datang. Menurut Sri harto (1993), analisis frekuensi dilakukan dengan seri data dari rekaman curah hujan atau data debit. analisis ini dianggap yang paling baik karena dilakukan terhadap data yang terukur langsung dan tidak melewati pengalihragaman terlebih dahulu. Perhitungan debit rencana dengan metode rasional untuk perancangan bangunan pengairan dan memerlukan data intensitas hujan dalam durasi dan periode ulang tertentu dapat diperoleh dari kurva IDF (Intensity Duration Frekuency). Proses terjadinya banjir dimulai saat terjadinya curah hujan yang tinggi pada suatu DAS yang tidak diimbangi dengan daya infiltrasi tanah dan saluran drainase yang baik. Apabila hal ini berlangsung dalam durasi yang lama, akan timbul aliran permukaan (run off) yang berangsur-angsur akan menimbulkan banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki saluran drainase, memperbanyak tanaman pelindung agar dapat menahan laju curah hujan yang tinggi dan mengikat agregasi tanah sehingga tahan terhadap pengikisan oleh aliran permukaan serta membuat bangunan pengendali banjir di daerah yang rawan banjir. Langkah-langkah penanggulangan tersebut perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir sehingga membantu manusia dalam menangani permasalahan banjir tersebut. Sungai Bah Bolon merupakan salah satu sungai yang berada di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat, baik masyarakat petani maupun non petani. Sungai Bah Universitas Sumatera Utara Bolon, disamping sebagai penyalur air untuk kebutuhan irigasi pertanian dan perkebunan juga sebagai penyedia air bersih dan sanitasi bagi masyarakat khususnya yang tinggal di daerah tepi sungai. Apabila terjadi kelebihan debit air yang melampaui debit puncak sungai tersebut maka akan terjadi banjir hingga tanah longsor. Hal ini akan berdampak kerusakan lingkungan dan ekosistem pinggiran sungai dan masyarakat akan kesulitan dalam memanfaatkan sumber daya sungai tersebut untuk kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan langkahlangkah penanggulangan yang tepat seperti bangunan pengendali banjir dan saluran drainase, pendugaan debit puncak dengan metode rasional dalam kala ulang tertentu dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk perencanaan bangunan pengendali banjir maupu saluran drainase tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pola distribusi frekuensi yang tepat pada DAS Bah Bolon. 2. Untuk menghitung debit puncak aliran sungai pada DAS Bah Bolon dengan menggunakan metode rasional. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Universitas Sumatera Utara Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai pedoman bagi para tenaga ahli dan masyarakat dalam pembuatan bangunan pengendali banjir dan saluran drainase dalam upaya penanggulangan banjir pada suatu daerah, khususnya daerah aliran sungai (DAS) Bah Bolon Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara