TINJAUAN PUSTAKA b Penyebab Perkembangan Narkoba di Indonesia Dalam buku Undang-Undang Psikotropika dijelaskan pada mulanya di Indonesia hanya mengenal jenis candu yang dibawa oleh pedagang Cina. Candu yang digunakan dengan memakai cangklong, di Jawa disebut "nyeret", dan dikonsuinsi oleh Cina-Cina tua (singkhek) dan orang-orang kaya. Candu lalu berkembang dan diproyeksi untuk kepentingan kedokteran sebagai obat penenang, penghilang rasa sakit dan diproduksi untuk berbagai jenis morfin, heroin dan kokain. Memasuki awal orde baru, jenis-jenis zat yang seharusnya untuk kepentingan kedokteran atau penelitian kesehatan, pemanfaatannya inulai disalahgunakan dan diperdagangkan secara luas. Padahal penyalahgunaan zat-zat tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia. Kemudian pada era tahun 90-an hingga sekarang, terasa sekali bahwa peredaran NAZA/NARKOBA semakin berkembang, dengan jenis-jenis dan tingkat efektifitas yang meningkat. Hal ini diperlihatkan dengan maraknya kasus-kasus peredaran NAZAI NARKOBA, dan juga memperlihatkan tingkatan konsumen yang menyeluruh, mulai dari tingkat usia, ekonomi, profesi ataupun status sosial. Ironisnya, peredarannya mulai merambah ke pedesaan. Selain itu, para pengedar NAZA/NARKOBA tersebut saat ini terlihat seolah mereka memiliki kekebalan hukum, bebas melakukan transaksi di tempat-tempat hiburan malam, bahkan di lingkungan sekolah. Meningkatnya jumlah penyalahgunaan NAZAINARKOBA sedikitnya dipengaruhi oleh adanya segmentasi yang terkait dengan pasar, barang, suplier (pemasok) dan konsumen. Berbagai inforinasi seperti trend barang (NAZA) yang dikonsumsi, tingkatan konsumen, daerah-daerah strategis pemasaran, pemegang kekuasaan, atau informasi lainnya, akan menjadi masukan bagi suplier (pemasok), dalam memperluas jaringannya. Mengenai jaringan dan kapasitas distribusi NAZAINARKOBA, khususnya yang berasal dari luar negeri, dapat beredar di Indonesia dengan cara diselundupkan. Karena itu maka jalur-jalur transportasi dengan berbagai elemen yang ada didalarnnya, menjadi faktor yang cukup vital. Apabila tidak ada tindakan tegas, maka terjadinya peredaran dan penyeludupan narkoba dan sejenisnya di Indonesia akan semakin mudah, meskipun hukum dan perundang-undangnya telah ditingkatkan. Berhasil tidaknya peranan Pemerintah dalam mengatur segi-segi hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan keamanan, keagamaan, dan segi-segi lain melalui departemen-departemen atau instansi-instansi yang ada, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada kepribadian masyarakat. Sebagai contoh kurikulum pendidikan pemerintah, khususnya yang mengajarkan tentang dimensi moral, keimanan dan ketaqwaan serta budi pekerti luhur, baik berupa pendidikan agama maupun pendidikan pancasila yang diajarkan sejak sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi belum maksimal. Padahal pendidikan moral ini merupakan salah satu yang menjadi dasar dalam menepis segala bentuk perilaku negatif dalam diri setiap manusia. Jenis-jenis Narkoba dan Zat Aditif Berbagai jenis zat NAZA yang sering digunakan menurut Undang-undang Psikotropika antara lain : a. Ganja atau Mariyuana adalah jenis tanaman perdu yang tingginya sekitar satu setengah meter. Daun ganja memiliki helai daun yang menjari dengan bentuk yang inemanjang, pinggirnya bergerigi dengan ujung daun yang lancip. Pemakaian ganja uinuinnya dengan melinting daun, batang ataupun bunganya yang sudah dikeringkan inirip dengan tembakau. Cara pemakaian dengan dihisap seperti inenghisap rokok, disebut rokok ganja atau tembakau ganja. Selain daunnya, biji ganja dapat dibuat minyak ganja, cara pemakaiannya diteteskan atau dioleskan pada rokok, yang efeknya sama dengan menghisap rokok ganja. Pengaruh penggunaan ganja cukup besar terhadap keinampuan berpikir. Hal ini dikarenakan ganja ineinpengaruhi konsentrasi dan daya ingat pemakai. Akhirnya melemahkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Sedangkan kondisi sakaw pada pencandu ganja adalah meningkatnya denyut nadi, rasa takut yang berlebihan, panik, depresi, kebingungan serta timbul halusinasi (khayalan). b. Serbuk heroin ("putaw") berasal dari getah bunga tanaman candu dan setelah inelalui proses ekstraksi menghasilkan bubuk atau serbuk bentuknya ada yang benvarna putih adapula kecoklat-coklatan (brown sugar). Diperjual belikan dalain paket-paket yang dibungkus dalam kantong plastik atau kertas biasa yag dilipat-lipat sampai bungkusan yang terkecil selebar kuku jari. c. Kokain berasal dari ekstrak daun coca, berbentuk kristal, serbuk dan bubuk sehalus tepung. Cara pemakaian dihisap inelalui hidung. Kokain mempunyai pengaruh ketergantungan dan berdainpak tinggi, terhadap fisik dan mental, sehingga ciri-ciri fisik dan phsikologi pemakainya hampir serupa dengan kondisi peinakai NAZA jenis lainnya. Kokain biasanya berbentuk tablet dengan warna putih, cairan dengan warna beninglputih, tepung dengan warna putih dan berbentuk bubuk kristal. d. Alkohol, terdapat dalam berbagai kadar dalam minuman keras (dari 1 hingga 45% atau lebih). Minuman keras ini diperjual belikan dalam kemasan botol berbagai bentuk besar atau kecil, yang diproduksi oleh pabrik, industri lokal (tradisional) dan ada pula yang dimport. e. Amphetamine (MDMA = 3,4-MethyleneDioxy-Meth-Amphetamine),yang dipasaran disebut dengan nama "shabu-shabu" (berbentuk kristal), ekstasi (berbentuk tablet benvarna-warni). Cara pemakaian dihisap melalui suatu alat yang disebut "bong". Sedangkan ekstasi atau inex cara pemakaiannya dengan ditelan. NAZA jenis ini merusak syaraf otak, jantung dan otot yang pada gilirannya bila tidak segera dihentikan pemakaiannya akan mendatangkan kematian. Dampak peinakaian shabushabu menjurus kepada perilaku kekerasan. Efek lain pada tubuh adalah impotensi, berat badan menurun, kejang-kejang, paranoid, kerusakan pada usus, ginjal, jantung yang berakhir dengan kematian. Efek lain yang sangat berbahaya walaupun tanpa sebab yang jelas adalah timbulnya keinginan untuk bunuh diri, mencelakakan orang lain dan bahkan keinginan untuk membunuh orang lain. f. Sedativa/hipnotika, jenis ini berupa tablet atau pil, bentuknya seperti obat-obatan resep dokter lainnya, ada yang dalam bentuk kemasan (papan) yang berisi 10 tablet atau tanpa kemasan (lepas). g. Morphine, Moiphin berasal dari candu inentah yang diolah dengan bahan-bahan kiinia lainnya. Morphine sebenai-nya dipakai sebagai obat penenang (obat bius), namun seringkali disalahgunakan, sehingga berakibat buruk bagi si pemakai. Adapun bentuk-bentuk inorplline yaitu bubuk atau serbuk benvai~laputih yang mudah larut dalain air. Penggunaannya dengan cara menyuntikkannya di urat lengan, dicampur dengall rokok. dicampur dengan rninuinan dan juga sering ditaburkan pada luka sayatan yang dibuat ole11 pemakainya. Berupa cairan berwarna putih yang disimpan dalaln sampul atau botol dan cara peinakaiannya dengan disuntikkan. Berbentuk balok kecil dengan ukuran. warna dan inerk yang berbeda sepei-ti "999 (triple nine), OK, AA, IA". Serta dalam bentuk kecil-kecil dan berwai-na putih.. Pengaruh Penggunaan NAZA Mereka yang mengkonsuinsi NAZA akan mengalanli gangguan nlental dan perilaku, sebagai akibat terganggunya sisteln pada sel-sel susunan saraf pusat diotak. Gangguan pada sisteln sel-sel susunan saraf pusat tadi mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif, fungsi afektif dan psikoinotor. Hawari (2000), menjelaskan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA akan nlengakibatkan terjadinya adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) NAZA yang dikenal dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik atau sindrom otak organik, yaitu kegelisahan dan kekacauan dala~n fungsi kognitif, afektif dan psikotnotor. Orang yang mengkonsunlsi narkoba akan mengalami kecenlasan dan depresi. Menurut Hawari (2000) kecemasan adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kegairahan hidup menui-un, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kaplan dan Sadock (1 982) menyatakan bahwa penyalahguilaan dan ketergantungan NAZA terjadi pada mereka yang mengalami gangguan psikologis (kejiwaan) yaitu berupa ketegangan, kecemasan, depresi, perasaan ketidakwajaran, dan hal-ha1 lain yang tidak menyenangkan. Selain dari gangguan afektif, ada pula faktor kepribadian yang digambarkan sebagai kepribadian pasif-agresif yaitu ciri kepribadian yang ditandai dengan adanya dorongan agresivitas namun dimanifestasikan dalam sikap dan tindakan yang pasif, dan pasif dependen yaitu ciri kepribadian yang ditandai dengan sikap ketergantungan pada orang lain yang dimanifestasikan dalam sikap dan tindakan yang pasif (tidak inelakukan sesuatu). Studi Tentang Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris "communication berasal dari bahasa " Latin "communicatio" yang bersumber dari kata "communis" yang berarti "sama makna", Ruben dalam Muhamad (1995) menyatakan komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya dengan kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Sementara itu Sendjaja (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah tindakan untuk berbagi inforrnasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan koinunikasi yang terlibat di dalarnnya guna mencapai kesamaan inakna. Tindakan komuiiikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pengei-tian kolnunikasi sebagai sebuah proses u~itukmerubah perilaku orang lain dinyatakan oleh Hovland dalam Effendy (1986) bahwa seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain, apabila koinunikasi tersebut terjalin dengan efektif. Tubbs dan Moss (1996) mendefinisikan komunikasi sebagai proses mencipatakan makna diantara dua orang atau lebih. Konteks koinunikasi tersebut terdiri dari komunikasi dua arah, wawancara, komunikasi keloinpok kecil, komunikasi publik, komunikasi organisasional, komunikasi massa, dan komunikasi antar budaya. Selanjutnya dikatakan bahwa kriteria komunikasi yang efektif secara sederhana digambarkan sebagai keberhasilan orang menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara uinum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disainpaikan dan yang dimaksucikan ole11 pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima, untuk keberhasilan suatu komunikasi yang efektif, maka diperlukan suatu strategi dalam komunikasi. Effendy (1993) menyatakan bahwa peran penting strategi komunikasi yang merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ha1 ini, strategi komunikasi dituntut hams mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis dengan pendekatan yang sewaktu-waktu dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi. Strategi komunikasi dalam pengelompokkan pasien bertujuan untuk memastikan bahwa komunikan (pasien ketergantungan NAZA) mengerti akan pesan yang diterima sehingga terbina dengan baik yang pada akhirnya akan termotivasi untuk sembuh dari ketergantungan NAZA. Faktor kemampuan menjadi faktor penting untuk membentuk aktivitas komunikasi. Kemampuan disini mencakup ke~nampuanpribadi dalam beraktivitas komunikasi, dalam penelitian misalnya kemampuan mengikuti kegiatan rohani, kemampuan melakukan kegiatan jasmani, melakukan tatap muka dengan orang tua, berpartisipasi dalam kegiatan komunikasi kelompok. Individu yang satu umumnya berbeda dengan individu yang lainnya dalam ha1 kemampuannya. Perbedaan itu bersumber kepada berbagai kombinasi karakteristik individu. Dalam penelitian ini perbedaan karakteristik individu yaitu pendidikan, status sekolah, pekerjaan orang tua dan lamanya menjadi pasien di Rumwattik Pamardisiwi, menjadi indikator-indikator yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan motivasi pemulihan. Motivasi Soewarno (1980) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata "motive" yang berarti sesuatu pernyataan batin yang benvujud daya kekuatan untuk bertindak atau bergerak, baik secara langsung ataupun melalui saluran perilaku yang mengarah terhadap sasaran. Dari dasar kata motive inilah lahir kata "motivasi" yang berarti dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk berbuat dalam rangka mencapai tujuannya. Surya Brata (197 1) menyebutkan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivtas tertentu guna mencapai suatu sasaran. Keller (1 948) mengatakan bahwa tnotivasi itu tidak dapat dilihat akan tetapi hanya dapat diarnati dari perilaku yang dihasilkannya, yaitu dari cara atau pola pemenuhnn kebutuhan atau pencapaian tujuan yang dikehendaki. Motivasi dapat inenjelaskan tentang alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan, karena motivasi inerupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat (maupun tidak berbuat) sesuatu guna ~nencapaitujuan yang diinginkan. Handoko (1995) mendefinisikan bahwa "motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalaln mengorganisasikan diri manusia tingkah lakunya." yang menimbulkan, inenggerakkan dan Motif adalah suatu alasallldorongan yang rnenyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Dalam suatu niotif terdapat dua unsur pokok yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai. Proses interaksi antar kedua unsur ini di dalam diri manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (ekstemal) diri manusia sehingga menimbulkan inotivasi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Perubahan motivasi dapat terjadi dalam waktu relatif singkat, apabila inotivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin dipenuhi. Jadi, inotivasi adalah sesuatu keadaan siap terjadinya suatu perbuatan. Young P.T dalam Budianti (1983) berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan suatu tingkahlaku, dimana tingkah laku itu diatur sedeinikian rupa sehingga dapat mencapai suatu keberhadilan. Jadi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, harus mempunyai motivasi dalam mengarahkan tingkah lakunya. Young P.T dalam Budianti (1 983) menyatakan : ......"the process of arousing action, sustaining the activity in progress, and regulating the pattern of activity". Selain itu Kamlesh (1983) mengatakan : "Motivation is a process by which an individual is inspired, goaded or coaxed to do something". ''In other words, it is that psychophysiological condition of organism which causes an individual to work or stive to fulfil his need" . Mendukung pendapat dari Young dalam Budianti (1983), Kamlesh lebih menekankan bahwa motivasi itu juga merupakan suatu proses yang dapat membangkitkan, merangsang serta memikat seseorang untuk bertingkah laku sehingga ada stimulus dari luar diri yang dapat menimbulkan motivasi pada seseorang. Tapi disamping itu perlu adanya kekeuatan dari dalam diri seseorang yang berupa kondisi jiwa. Keadaan ini dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga ia akan bertingkah laku serta berjuang untuk mencapainya. Motivasi tidak akan pernah berakhir. Motivasi itu akan menetap, bahkan merupakan sesuatu yang kompleks ada dalam diri seseorang. Motivasi yang ada dalam diri pasien membangkitkan, merangsang serta memikat penderita ketergantungan narkoba untuk mencapai petnulihan. Disini memang hams ada motivasi yang kuat dalam diri pasien, karena itu merupakan yang paling penting mtuk mencapai pemulihan pasien sendiri. Orangtua pun tidak dapat mengatasi kalau tidak dari dalam diri pasien itu sendiri. Sepanjang kehidupannya seseorang selalu mempunyai motivasi untuk bertingkah laku, sehingga motivasi itu sendiri harnpir merupakan suatu karakteristik umurn bagi seseorang. Dalam ha1 ini Maslow mengatakan : ". ...assume that motivation is constant, never ending fluctuating, and complex and that it is an almost universal characteristic of practically every organismic state of affairl'..Seperti yang telah dijelaskan sebelurnnya bahwa untuk mencapai tingkat kesembuhan pada pasien perlu adanya kekuatan dalam diri seseorang yang berupa kondisi jiwa. Kondisi jiwa antara pasien yang satu dengan pasien yang yang lain berbeda-beda, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, misalnya, pekerjaan orang tua, pendidikan pasien, lamanya menjadi pasien dan status sekolah pasien. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Motivasi Kerangka pengalaman komunikan yang harus dimengerti oleh komunikator antara lain : kondisi kepribadian dan kondisi fisik komunikan yang terdiri dari pengetahuan komunikan mengenai pokok persoalan, kemampuan komunikan untuk inenerima pesanpesan lewat media yang digunakan, pengetahuan komunikan terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan. Selanjutnya Sendjaja, (1994) mengatakan bahwa sebagai individu, komunikan mempunyai karakterustik sosial ekonomi dan psikologis. Karakteristik sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan, kemampuan bahasa asal daerah, agama dan pekejaan. Sedangkan karakteristik psikologi meliputi aspirasi cita-cita hidup, sikap dan tingkah laku individu, yang menyangkut keterbukaan komunikasi dan kebiasaan berkomunikasi. Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik individu memiliki hubungan yang signifikan dengan pengelompokan pasien terhadap motivasi untuk sembuh dari ketergantungan NAZA Proses penyembuhan bagi pasien penderita ketergantungan NAZA juga dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri. Pasien yang berada dalam rumah perawatan ketergantungan Narkotika "Pamardisiwi" mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, dan ini di duga mempengaruhi motivasi si pasien untuk sembuh dari ketergantungan narkotika. Menurut Kartona dan Gulo (1987) menyatakan bahwa motivasi inerupakan (1) kontrol batiniah dari tingkah laku seperti yang diwakili oleh kondisi-kondisi fisiologis, ininat-minat, kepentingan-kepentingan, sikap-sikap dan aspirasi-aspirasi; dan (2) kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu sikap atau perilaku yang dipenuhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan. Menurut Siagian (1989) motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela mengarahkan kemampuan, tenaga dan waktunya untuk mencapai tujuan. Jadi motivasi pasien untuk sembuh dari ketergantungan NAZA merupakan daya pendorong yang mengakibatkan pasien mau dan rela mengarahkan kemampuan, tenaga dan waktunya untuk mengikuti semua kegiatan di Rumwattik Pamardisiwi. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Selanjutnya dijelaskan, motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan ole11 faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor diluar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor luar dapat ditimbulkan oleh berbagai surnber, yaitu lingkungan, kegiatan penyuluhan atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi faktor dari dalam maupun faktor dari luar motivasi timbul karena adanya rangsangan. Motivasi untuk pulih bagi pasien ketergantungan NAZA juga ditentukan dari dalam diri antara lain sikap, pengalaman, berbagai harapannya dimasa yang akan datang saerta cita-cita yang menjangkau masa depannya. Sedangkan motivasi yang ditentukan oleh faktor dari luar timbul dari lingkungan di Rumwattik Pamardisiwi, kegiatan penyuluhan dan pengobatan. Maka dengan menggunakan pengeloinpokkan pasien tersebut maka perlakuan yang dilakukan oleh pihak Rumwattik Pamardisiwi terhadap kelompok-kelompok pasien penderita ketergantungan NAZA berbeda-beda. Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi Wibowo dalam Pudjiati (1992) mengatakan komunikasi yang efektif bukan sekedar menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa kata-kata, tetapi menyangkut bagaimana agar orang lain mau tertarik perhatiannya, dapat mendengar, mengerti, dan melakukan sesuai dengan pesan yang disampaikan. Sedangkan Schramm dalam Effendy (1993) inenyebutkan bahwa kondisi yang harus dipenuhi agar suatu pesan dapat membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, adalah (a) pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan; (b) pesan hams menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan sehingga sama-sama mengerti; (c) pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut; dan (d) pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Aktivitas komunikasi pasien adalah aktivitas yang dilakukan pasien dalam usaha memperoleh informasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk pulih dari ketergantungan NAZA. Aktivitas komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan bila ditinjau dari pengertian model komunikasi linier. Pada pendekatan komunikasi interpersonal, dimana komunikasi ditekankan pada konsep saling membagi pengalaman (Tubbs and Moss, 1996), maka tindakan atau respon seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai perilaku komunikasi. Aktivitas komunikasi seseorang pada umurnnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan. Motivasi dapat membangkitkan, merangsang serta memikat seseorang untuk bertingkah laku. Sigmund Freud (1927) menyatakan bahwa orang-orang tidak selamanya menyadari hal-ha1 yang diinginkannya, dan karenanya kebanyakan aktivitasnya dipengaruhi oleh motif atau kebutuhan bawah sadar. Jadi motivasi sangat berpengaruh dalam menimbulkan aktivitas seseorang. Efektifitas komunikasi interpersonal didapatkan dari berbagai peluang individu untuk menyampaikan pesan dan mendapatkan umpan balik secara personal. Menurut R a b a t (1985), komunikasi interpersonal dapat dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan ha1 yang menyenangkan bagi komunikan, komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Bentuk komunikasi interpersonal memiliki kelebihan sendiri. Komunikasi interpersonal, seperti bentuk komunikasi tatap muka, pada beberapa ha1 dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan seperti kesulitan menangkap dan memahami materi suatu pesan. Pada bentuk komunikasi ini, ketidak jelasan dapat langsung dinyatakan kepada sumbernya. Komunikasi tatap muka mampu menimbulkan kesadaran, membangkitkan minat dan mampu menyentuh tahap persuasi. Pada kebanyakan orang, aktivitas komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan mereka berkomunikasi. Dalam mengamati aktivitas komunikasi, seyogyanya dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan komunikasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya berdasarkan penalaran sendiri. Menurut Kincaid (1985), tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah inenentukan dan inemahami realitas agar tujuan-tujuan yang lain dapat diseieksi dan dicapai, setiap komunikator maupun penerima mempunyai seperangkat tujuan dan penalaran sendiri-sendiri, tetapi mereka tidak bisa puas dengan penjelasan itu. Aktivitas komunikasi lebih banyak persamaailnya dari perbedaannya. Partisipasi melakukan kegiatan koinunikasi kelompok inerupakan salah satu suinber informasi. Partisipasi merupakan salah satu diinensi dalain efek koinunikasi yang dipengaruhi oleh komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Gonzales dalam Jahi (1988) terdapat tiga efek komunikasi, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuanlpemahaman. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Efek konatif berhubungan dengan perilaku yang nampak. Keith Davis mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mentallpikiran dan emosilperasaan seseorang di dalain situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada kelompok, dalam mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap yang dilakukannya. Keith Davis menjabarkan partisipasi atas pengertian : (1) Partisipasi/keikutsertaan /keterlibatan/peranserta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah, (2) Makna kesediaan memberi sesuatu sumbangan dalam mencapai tujuan kelompok, baik berupa rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok, dan (3) Makna tanggung jawab sebagai anggota (pasien), untuk merasa memiliki. Bila pasien berparsipasi dengan serius mengikuti kegiatan komunikasi kelompok yang dilaksanakan dirurnah perawatan ketergantungan narkotika "pamardisiwi" maka akan termotivasi untuk sembuh dari ketergantungan narkotika. Dengan demikian motivasi sangat berbengaruh dalain meniinbulkan aktivitas komunikasi seseorang. Bila tujuan yang akan dicapainya tidak jelas, inaka motivasi untuk beraktivitas inencapai tujuan tidak pernah ada. Dengan demikian motivasi akan timbul bila tujuan yang akan dicapai itu jelas dan yakin dapat dicapainya. Kamlesh (1983) menyatakan : "Motivation is purposive: without the presence of goals this process may not start at all". Biasanya bila seseorang telah mencapai tujuannya serta dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan merasa puas serta merasa telah berhasil. Demikian pula halnya dengan motivasi, aktivitas yang didasari oleh adanya, motivasi dan telah mencapai tujuannya, akan merupakan suatu kepuasan bagi seseorang, Berkaitan dengan penelitian ini, pasien penderita ketergantungan Narkoba mempunyai motivasi kuat untuk sembuh dari ketergantungannya NAZA akan aktif berkomunikasi untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas komunikasi pasien diantaranya dapat dilihat dari fiekwensi pasien dalam mengikuti kegiatan-kegiatan rohaniah atau mental selama mengikuti rehabilitas di rumah perawatan ketergantungan narkotika, frekuei~sitatap mukz dengan orang tua, fiekwensi pasien dalam mengkuti kegiatankegiatan jasmani atau fisik yang diikuti selama rehabilitas serta berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan komunikasi kelompok yang ada di rehabilitas perawatan ketergantungan narkotika. Dalam aktivitas komunikasi tersebut pasien dikelompokan agar mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda, misalnya untuk pasien yang berjenis kelamin wanita mendapatkan porsi olah raga yang berbeda dengan laki-laki, pasien yang baru juga mendapatkan porsi olah raga yang berbeda dari pasien yang lama.