Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
b
Penyebab Perkembangan Narkoba di Indonesia
Dalam buku Undang-Undang Psikotropika dijelaskan pada mulanya di Indonesia
hanya mengenal jenis candu yang dibawa oleh pedagang Cina. Candu yang digunakan
dengan memakai cangklong, di Jawa disebut "nyeret", dan dikonsuinsi oleh Cina-Cina
tua (singkhek) dan orang-orang kaya. Candu lalu berkembang dan diproyeksi untuk
kepentingan kedokteran sebagai obat penenang, penghilang rasa sakit dan diproduksi
untuk berbagai jenis morfin, heroin dan kokain.
Memasuki awal orde baru, jenis-jenis zat yang seharusnya untuk kepentingan
kedokteran atau penelitian kesehatan, pemanfaatannya inulai disalahgunakan dan
diperdagangkan secara luas. Padahal penyalahgunaan zat-zat tersebut sangatlah
berbahaya bagi kehidupan manusia.
Kemudian pada era tahun 90-an hingga sekarang, terasa sekali bahwa peredaran
NAZA/NARKOBA semakin berkembang, dengan jenis-jenis dan tingkat efektifitas yang
meningkat. Hal ini diperlihatkan dengan maraknya kasus-kasus peredaran NAZAI
NARKOBA, dan juga memperlihatkan tingkatan konsumen yang menyeluruh, mulai dari
tingkat usia, ekonomi, profesi ataupun status sosial. Ironisnya, peredarannya mulai
merambah ke pedesaan.
Selain itu, para pengedar NAZA/NARKOBA tersebut saat ini terlihat
seolah
mereka memiliki kekebalan hukum, bebas melakukan transaksi di tempat-tempat hiburan
malam, bahkan di lingkungan sekolah.
Meningkatnya jumlah penyalahgunaan NAZAINARKOBA sedikitnya dipengaruhi
oleh adanya segmentasi yang terkait dengan pasar, barang, suplier (pemasok) dan
konsumen.
Berbagai inforinasi seperti trend barang (NAZA) yang dikonsumsi, tingkatan
konsumen, daerah-daerah strategis pemasaran, pemegang kekuasaan, atau informasi
lainnya, akan menjadi masukan bagi suplier (pemasok), dalam memperluas jaringannya.
Mengenai jaringan dan kapasitas distribusi NAZAINARKOBA, khususnya yang
berasal dari luar negeri, dapat beredar di Indonesia dengan cara diselundupkan. Karena
itu maka jalur-jalur transportasi dengan berbagai elemen yang ada didalarnnya, menjadi
faktor yang cukup vital.
Apabila tidak ada tindakan tegas, maka terjadinya peredaran dan penyeludupan
narkoba dan sejenisnya di Indonesia akan semakin mudah, meskipun hukum dan
perundang-undangnya telah ditingkatkan.
Berhasil tidaknya peranan Pemerintah dalam mengatur segi-segi hukum, ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, pertahanan keamanan, keagamaan, dan segi-segi lain melalui
departemen-departemen atau instansi-instansi yang ada, secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh pada kepribadian masyarakat. Sebagai contoh kurikulum
pendidikan pemerintah, khususnya yang mengajarkan tentang dimensi moral, keimanan
dan ketaqwaan
serta budi pekerti luhur, baik berupa pendidikan
agama maupun
pendidikan pancasila yang diajarkan sejak sekolah tingkat dasar hingga perguruan tinggi
belum maksimal. Padahal pendidikan moral ini merupakan salah satu yang menjadi
dasar dalam menepis segala bentuk perilaku negatif dalam diri setiap manusia.
Jenis-jenis Narkoba dan Zat Aditif
Berbagai jenis zat NAZA yang sering digunakan menurut Undang-undang
Psikotropika antara lain :
a.
Ganja atau Mariyuana adalah jenis tanaman perdu yang tingginya sekitar satu
setengah meter. Daun ganja memiliki helai daun yang menjari dengan bentuk yang
inemanjang, pinggirnya bergerigi dengan ujung daun yang lancip. Pemakaian ganja
uinuinnya dengan melinting daun, batang ataupun bunganya yang sudah
dikeringkan
inirip dengan tembakau. Cara pemakaian dengan
dihisap seperti
inenghisap rokok, disebut rokok ganja atau tembakau ganja. Selain daunnya, biji
ganja dapat dibuat minyak ganja, cara pemakaiannya diteteskan atau dioleskan pada
rokok, yang efeknya sama dengan menghisap rokok ganja. Pengaruh penggunaan
ganja cukup besar terhadap keinampuan berpikir. Hal ini dikarenakan ganja
ineinpengaruhi konsentrasi dan daya ingat pemakai. Akhirnya melemahkan
kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Sedangkan kondisi sakaw pada
pencandu ganja adalah meningkatnya denyut nadi, rasa takut yang berlebihan,
panik, depresi, kebingungan serta timbul halusinasi (khayalan).
b.
Serbuk heroin ("putaw") berasal dari getah bunga tanaman candu dan setelah inelalui
proses ekstraksi menghasilkan bubuk atau serbuk bentuknya ada yang benvarna
putih adapula kecoklat-coklatan (brown sugar). Diperjual belikan dalain paket-paket
yang dibungkus dalam kantong plastik atau kertas biasa yag dilipat-lipat sampai
bungkusan yang terkecil selebar kuku jari.
c.
Kokain berasal dari ekstrak daun coca, berbentuk kristal, serbuk dan bubuk sehalus
tepung. Cara pemakaian dihisap inelalui hidung. Kokain mempunyai pengaruh
ketergantungan dan berdainpak tinggi, terhadap fisik dan mental, sehingga ciri-ciri
fisik dan phsikologi pemakainya hampir serupa dengan kondisi peinakai NAZA
jenis lainnya. Kokain biasanya berbentuk tablet dengan warna putih, cairan dengan
warna beninglputih, tepung dengan warna putih dan berbentuk bubuk kristal.
d. Alkohol, terdapat dalam berbagai kadar dalam minuman keras (dari 1 hingga 45%
atau lebih). Minuman keras ini diperjual belikan dalam kemasan botol berbagai
bentuk besar atau kecil, yang diproduksi oleh pabrik, industri lokal (tradisional) dan
ada pula yang dimport.
e.
Amphetamine (MDMA = 3,4-MethyleneDioxy-Meth-Amphetamine),yang dipasaran
disebut dengan nama "shabu-shabu" (berbentuk kristal), ekstasi (berbentuk tablet
benvarna-warni). Cara pemakaian dihisap melalui suatu alat yang disebut "bong".
Sedangkan ekstasi atau inex cara pemakaiannya dengan ditelan. NAZA jenis ini
merusak syaraf otak, jantung dan otot
yang pada gilirannya bila tidak segera
dihentikan pemakaiannya akan mendatangkan kematian. Dampak peinakaian shabushabu menjurus kepada perilaku kekerasan. Efek lain pada tubuh adalah impotensi,
berat badan menurun, kejang-kejang, paranoid, kerusakan pada usus, ginjal, jantung
yang berakhir dengan kematian. Efek lain yang sangat berbahaya walaupun tanpa
sebab yang jelas adalah timbulnya keinginan untuk bunuh diri, mencelakakan orang
lain dan bahkan keinginan untuk membunuh orang lain.
f.
Sedativa/hipnotika, jenis ini berupa tablet atau pil, bentuknya seperti obat-obatan
resep dokter lainnya, ada yang dalam bentuk kemasan (papan) yang berisi 10 tablet
atau tanpa kemasan (lepas).
g.
Morphine, Moiphin berasal dari candu inentah yang diolah dengan bahan-bahan
kiinia lainnya. Morphine sebenai-nya dipakai sebagai obat penenang (obat bius),
namun seringkali disalahgunakan, sehingga berakibat buruk bagi si pemakai.
Adapun bentuk-bentuk inorplline yaitu bubuk atau serbuk benvai~laputih yang
mudah larut dalain air. Penggunaannya dengan cara menyuntikkannya di urat
lengan, dicampur dengall rokok. dicampur dengan rninuinan dan juga sering
ditaburkan pada luka sayatan yang dibuat ole11 pemakainya. Berupa cairan berwarna
putih yang disimpan dalaln sampul atau botol dan cara peinakaiannya dengan
disuntikkan. Berbentuk balok kecil dengan ukuran. warna dan inerk yang berbeda
sepei-ti "999 (triple nine), OK, AA, IA". Serta dalam bentuk kecil-kecil dan
berwai-na putih..
Pengaruh Penggunaan NAZA
Mereka yang mengkonsuinsi NAZA akan mengalanli gangguan nlental dan
perilaku, sebagai akibat terganggunya sisteln pada sel-sel susunan saraf pusat diotak.
Gangguan pada sisteln sel-sel susunan saraf pusat tadi mengakibatkan terganggunya
fungsi kognitif, fungsi afektif dan psikoinotor.
Hawari (2000), menjelaskan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA
akan nlengakibatkan terjadinya adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan)
NAZA yang dikenal dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik atau sindrom
otak organik, yaitu kegelisahan dan kekacauan dala~n fungsi kognitif, afektif dan
psikotnotor. Orang yang mengkonsunlsi
narkoba akan mengalami kecenlasan dan
depresi. Menurut Hawari (2000) kecemasan adalah gangguan dalam alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, depresi adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga kegairahan hidup
menui-un, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.
Kaplan dan Sadock (1 982) menyatakan bahwa penyalahguilaan dan ketergantungan
NAZA terjadi pada mereka yang mengalami gangguan psikologis (kejiwaan) yaitu
berupa ketegangan, kecemasan, depresi, perasaan ketidakwajaran, dan hal-ha1 lain yang
tidak menyenangkan. Selain dari gangguan afektif, ada pula faktor kepribadian yang
digambarkan sebagai kepribadian pasif-agresif yaitu ciri kepribadian yang ditandai
dengan adanya dorongan agresivitas namun dimanifestasikan dalam sikap dan tindakan
yang pasif, dan pasif dependen yaitu ciri kepribadian yang ditandai dengan sikap
ketergantungan pada orang lain yang dimanifestasikan dalam sikap dan tindakan yang
pasif (tidak inelakukan sesuatu).
Studi Tentang Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris "communication berasal dari bahasa
"
Latin "communicatio" yang bersumber dari kata "communis" yang berarti "sama
makna", Ruben dalam Muhamad (1995) menyatakan komunikasi manusia adalah suatu
proses melalui mana individu dalam hubungannya dengan kelompok, dalam organisasi
dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Sementara itu Sendjaja (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah
tindakan untuk berbagi inforrnasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan
koinunikasi yang terlibat di dalarnnya guna mencapai kesamaan inakna. Tindakan
komuiiikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks yaitu komunikasi antar
pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.
Pengei-tian kolnunikasi sebagai sebuah proses u~itukmerubah perilaku orang lain
dinyatakan oleh Hovland dalam Effendy (1986) bahwa seseorang akan dapat merubah
sikap, pendapat, atau perilaku orang lain, apabila koinunikasi tersebut terjalin dengan
efektif.
Tubbs dan Moss (1996) mendefinisikan komunikasi sebagai proses mencipatakan
makna diantara dua orang atau lebih. Konteks koinunikasi tersebut terdiri dari
komunikasi dua arah, wawancara, komunikasi keloinpok kecil, komunikasi publik,
komunikasi organisasional, komunikasi massa, dan komunikasi antar budaya.
Selanjutnya dikatakan bahwa kriteria komunikasi yang efektif secara sederhana
digambarkan sebagai keberhasilan orang menyampaikan apa yang dimaksudkannya.
Secara uinum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disainpaikan dan yang
dimaksucikan ole11 pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang
ditangkap dan dipahami oleh penerima, untuk keberhasilan suatu komunikasi yang
efektif, maka diperlukan suatu strategi dalam komunikasi.
Effendy (1993) menyatakan bahwa peran penting strategi komunikasi yang
merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ha1 ini, strategi
komunikasi dituntut hams mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis
dengan pendekatan yang sewaktu-waktu dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan
kondisi. Strategi komunikasi dalam pengelompokkan pasien bertujuan untuk memastikan
bahwa komunikan (pasien ketergantungan NAZA) mengerti akan pesan yang diterima
sehingga terbina dengan baik yang pada akhirnya akan termotivasi untuk sembuh dari
ketergantungan NAZA.
Faktor kemampuan menjadi faktor penting untuk membentuk aktivitas komunikasi.
Kemampuan disini mencakup ke~nampuanpribadi dalam beraktivitas komunikasi, dalam
penelitian misalnya kemampuan mengikuti kegiatan rohani, kemampuan melakukan
kegiatan jasmani, melakukan tatap muka dengan
orang tua,
berpartisipasi dalam
kegiatan komunikasi kelompok.
Individu yang satu umumnya berbeda dengan individu yang lainnya dalam ha1
kemampuannya. Perbedaan itu bersumber kepada berbagai kombinasi karakteristik
individu. Dalam penelitian ini perbedaan karakteristik individu yaitu pendidikan, status
sekolah, pekerjaan orang tua dan lamanya menjadi pasien di Rumwattik Pamardisiwi,
menjadi indikator-indikator yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan motivasi
pemulihan.
Motivasi
Soewarno (1980) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata "motive" yang
berarti sesuatu pernyataan batin yang benvujud daya kekuatan untuk bertindak atau
bergerak, baik secara langsung ataupun melalui saluran perilaku yang mengarah terhadap
sasaran. Dari dasar kata motive inilah lahir kata "motivasi" yang berarti dorongan yang
ada dalam diri seseorang untuk berbuat dalam rangka mencapai tujuannya. Surya Brata
(197 1) menyebutkan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivtas tertentu guna mencapai suatu sasaran.
Keller (1 948) mengatakan bahwa tnotivasi itu tidak dapat dilihat akan tetapi hanya
dapat diarnati dari perilaku yang dihasilkannya, yaitu dari cara atau pola pemenuhnn
kebutuhan atau pencapaian tujuan yang dikehendaki. Motivasi dapat inenjelaskan tentang
alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan, karena motivasi inerupakan daya
pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat (maupun tidak berbuat) sesuatu guna
~nencapaitujuan yang diinginkan.
Handoko (1995) mendefinisikan bahwa "motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor
yang
terdapat
dalaln
mengorganisasikan
diri
manusia
tingkah lakunya."
yang
menimbulkan,
inenggerakkan
dan
Motif adalah suatu alasallldorongan yang
rnenyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Dalam suatu
niotif terdapat dua unsur pokok yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin
dicapai. Proses interaksi antar kedua unsur ini di dalam diri manusia dipengaruhi oleh
faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (ekstemal) diri manusia sehingga
menimbulkan inotivasi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Perubahan motivasi
dapat terjadi dalam waktu relatif singkat, apabila inotivasi yang pertama mendapat
hambatan atau tidak mungkin dipenuhi. Jadi, inotivasi adalah sesuatu keadaan siap
terjadinya suatu perbuatan.
Young P.T dalam Budianti (1983) berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu
proses yang dapat menimbulkan suatu tingkahlaku, dimana tingkah laku itu diatur
sedeinikian rupa sehingga dapat mencapai suatu keberhadilan. Jadi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, harus mempunyai motivasi dalam mengarahkan tingkah lakunya.
Young P.T dalam Budianti (1 983) menyatakan :
......"the
process of arousing
action, sustaining the activity in progress, and regulating the pattern of activity". Selain
itu Kamlesh (1983) mengatakan : "Motivation is a process by which an individual is
inspired, goaded or coaxed to do something". ''In other words, it is that psychophysiological condition of organism which causes an individual to work or stive to fulfil
his need" .
Mendukung
pendapat dari Young dalam Budianti (1983), Kamlesh lebih
menekankan bahwa motivasi itu juga
merupakan suatu proses yang dapat
membangkitkan, merangsang serta memikat seseorang untuk bertingkah laku sehingga
ada stimulus dari luar diri yang dapat menimbulkan motivasi pada seseorang. Tapi
disamping itu perlu adanya kekeuatan dari dalam diri seseorang yang berupa kondisi
jiwa.
Keadaan ini dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya, sehingga ia akan bertingkah laku serta berjuang untuk mencapainya.
Motivasi tidak akan pernah berakhir. Motivasi itu akan menetap, bahkan merupakan
sesuatu yang kompleks ada dalam diri seseorang.
Motivasi yang ada dalam diri pasien membangkitkan, merangsang serta memikat
penderita ketergantungan narkoba untuk mencapai petnulihan. Disini memang hams ada
motivasi yang kuat dalam diri pasien, karena itu merupakan yang paling penting mtuk
mencapai pemulihan pasien sendiri. Orangtua pun tidak dapat mengatasi kalau tidak dari
dalam diri pasien itu sendiri. Sepanjang kehidupannya seseorang selalu mempunyai
motivasi untuk bertingkah laku, sehingga motivasi itu sendiri harnpir merupakan suatu
karakteristik umurn bagi seseorang. Dalam ha1 ini Maslow mengatakan : ". ...assume that
motivation is constant, never ending fluctuating, and complex and that it is an almost
universal characteristic of practically every organismic state of affairl'..Seperti yang
telah dijelaskan sebelurnnya bahwa untuk mencapai tingkat kesembuhan pada pasien
perlu adanya kekuatan dalam diri seseorang yang berupa kondisi jiwa. Kondisi jiwa
antara pasien yang satu dengan pasien yang yang lain berbeda-beda, sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing, misalnya, pekerjaan orang tua, pendidikan pasien,
lamanya menjadi pasien dan status sekolah pasien.
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Motivasi
Kerangka pengalaman komunikan yang harus dimengerti oleh komunikator antara
lain : kondisi kepribadian dan kondisi fisik komunikan yang terdiri dari pengetahuan
komunikan mengenai pokok persoalan, kemampuan komunikan untuk inenerima pesanpesan lewat media yang digunakan, pengetahuan komunikan terhadap perbendaharaan
kata-kata yang digunakan. Selanjutnya Sendjaja, (1994) mengatakan bahwa
sebagai
individu, komunikan mempunyai karakterustik sosial ekonomi dan psikologis.
Karakteristik sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan, kemampuan bahasa asal
daerah, agama dan pekejaan. Sedangkan karakteristik psikologi meliputi aspirasi cita-cita
hidup, sikap dan tingkah laku individu, yang menyangkut keterbukaan komunikasi dan
kebiasaan berkomunikasi.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik
individu memiliki hubungan yang signifikan dengan pengelompokan pasien terhadap
motivasi untuk sembuh dari ketergantungan NAZA Proses penyembuhan bagi pasien
penderita ketergantungan NAZA juga dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri.
Pasien yang berada dalam rumah perawatan ketergantungan Narkotika "Pamardisiwi"
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, dan ini di duga mempengaruhi motivasi si
pasien untuk sembuh dari ketergantungan narkotika.
Menurut Kartona dan Gulo (1987) menyatakan bahwa motivasi inerupakan (1)
kontrol batiniah dari tingkah laku seperti yang diwakili oleh kondisi-kondisi fisiologis,
ininat-minat, kepentingan-kepentingan, sikap-sikap dan aspirasi-aspirasi; dan (2)
kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu sikap atau perilaku yang dipenuhi
oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan. Menurut
Siagian (1989) motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau
dan rela mengarahkan kemampuan, tenaga dan waktunya untuk mencapai tujuan. Jadi
motivasi pasien untuk sembuh dari ketergantungan NAZA merupakan daya pendorong
yang mengakibatkan pasien mau dan rela mengarahkan kemampuan, tenaga dan
waktunya untuk mengikuti semua kegiatan di Rumwattik Pamardisiwi.
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara
sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Selanjutnya
dijelaskan, motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan ole11 faktor di dalam
diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor diluar diri yang disebut faktor
ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan
pendidikan, berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor
luar dapat ditimbulkan oleh berbagai surnber, yaitu lingkungan, kegiatan penyuluhan atau
faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi faktor dari dalam maupun faktor dari luar
motivasi timbul karena adanya rangsangan.
Motivasi untuk pulih bagi pasien ketergantungan NAZA juga ditentukan dari
dalam diri antara lain sikap, pengalaman, berbagai harapannya dimasa yang akan datang
saerta cita-cita yang menjangkau masa depannya. Sedangkan motivasi yang ditentukan
oleh faktor dari luar timbul dari lingkungan di Rumwattik Pamardisiwi, kegiatan
penyuluhan dan pengobatan. Maka dengan menggunakan pengeloinpokkan pasien
tersebut maka perlakuan yang dilakukan oleh pihak Rumwattik Pamardisiwi terhadap
kelompok-kelompok pasien penderita ketergantungan NAZA berbeda-beda.
Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi
Wibowo dalam Pudjiati (1992) mengatakan komunikasi yang efektif bukan
sekedar menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa kata-kata, tetapi
menyangkut bagaimana agar orang lain mau tertarik perhatiannya, dapat mendengar,
mengerti, dan melakukan sesuai dengan pesan yang disampaikan. Sedangkan Schramm
dalam Effendy (1993) inenyebutkan bahwa kondisi yang harus dipenuhi agar suatu
pesan dapat membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, adalah (a) pesan harus
dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian
komunikan; (b) pesan hams menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dengan komunikan sehingga sama-sama mengerti; (c)
pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa
cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut; dan (d) pesan harus menyarankan suatu jalan
untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan
berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Aktivitas komunikasi pasien adalah aktivitas yang dilakukan pasien dalam usaha
memperoleh informasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk
pulih dari ketergantungan NAZA. Aktivitas komunikasi dapat berarti tindakan atau
respon seseorang terhadap sumber dan pesan bila ditinjau dari pengertian model
komunikasi linier. Pada pendekatan komunikasi interpersonal, dimana komunikasi
ditekankan pada konsep saling membagi pengalaman (Tubbs and Moss, 1996), maka
tindakan atau respon seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai perilaku komunikasi.
Aktivitas komunikasi seseorang pada umurnnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan. Motivasi dapat membangkitkan, merangsang serta memikat
seseorang untuk bertingkah laku. Sigmund Freud (1927) menyatakan bahwa orang-orang
tidak selamanya menyadari hal-ha1 yang diinginkannya, dan karenanya kebanyakan
aktivitasnya dipengaruhi oleh motif atau kebutuhan bawah sadar. Jadi motivasi sangat
berpengaruh dalam menimbulkan aktivitas seseorang.
Efektifitas komunikasi interpersonal didapatkan dari berbagai peluang individu
untuk menyampaikan pesan dan mendapatkan umpan balik secara personal. Menurut
R a b a t (1985), komunikasi interpersonal dapat dinyatakan efektif
bila pertemuan
komunikasi merupakan ha1 yang menyenangkan bagi komunikan, komunikasi yang
efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Bentuk komunikasi interpersonal memiliki kelebihan
sendiri. Komunikasi
interpersonal, seperti bentuk komunikasi tatap muka, pada beberapa ha1 dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan seperti kesulitan menangkap dan memahami materi suatu
pesan. Pada bentuk komunikasi ini, ketidak jelasan dapat langsung dinyatakan kepada
sumbernya. Komunikasi tatap muka mampu menimbulkan kesadaran, membangkitkan
minat dan mampu menyentuh tahap persuasi.
Pada kebanyakan orang, aktivitas komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan
mereka
berkomunikasi.
Dalam
mengamati
aktivitas
komunikasi,
seyogyanya
dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan komunikasi sesuai
dengan tujuan dan kebutuhannya berdasarkan
penalaran sendiri. Menurut Kincaid
(1985), tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah inenentukan dan inemahami realitas
agar tujuan-tujuan yang lain dapat diseieksi dan dicapai, setiap komunikator maupun
penerima mempunyai seperangkat tujuan dan penalaran sendiri-sendiri, tetapi mereka
tidak bisa puas dengan penjelasan itu. Aktivitas komunikasi lebih banyak persamaailnya
dari perbedaannya.
Partisipasi melakukan kegiatan koinunikasi kelompok inerupakan salah satu
suinber informasi. Partisipasi merupakan salah satu diinensi dalain efek koinunikasi yang
dipengaruhi oleh komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.
Sebagaimana dikemukakan oleh Gonzales dalam Jahi (1988) terdapat tiga efek
komunikasi, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan
kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuanlpemahaman. Efek afektif berhubungan
dengan emosi, perasaan dan sikap. Efek konatif berhubungan dengan perilaku yang
nampak. Keith Davis mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mentallpikiran dan
emosilperasaan
seseorang di dalain situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberi sumbangan kepada kelompok, dalam mencapai tujuan serta turut bertanggung
jawab terhadap yang dilakukannya.
Keith Davis menjabarkan partisipasi atas pengertian : (1) Partisipasi/keikutsertaan
/keterlibatan/peranserta, sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan
perasaan, lebih dari pada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah, (2)
Makna kesediaan memberi sesuatu sumbangan dalam mencapai tujuan kelompok, baik
berupa rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok, dan (3) Makna tanggung
jawab sebagai anggota (pasien), untuk merasa memiliki. Bila pasien berparsipasi dengan
serius mengikuti kegiatan komunikasi kelompok yang dilaksanakan dirurnah perawatan
ketergantungan narkotika "pamardisiwi" maka akan termotivasi untuk sembuh dari
ketergantungan narkotika. Dengan demikian motivasi sangat berbengaruh dalain
meniinbulkan aktivitas komunikasi seseorang.
Bila tujuan yang akan dicapainya tidak jelas, inaka motivasi untuk beraktivitas
inencapai tujuan tidak pernah ada. Dengan demikian motivasi akan timbul bila tujuan
yang akan dicapai itu jelas dan yakin dapat dicapainya.
Kamlesh (1983) menyatakan : "Motivation is purposive: without the presence of
goals this process may not start at all". Biasanya bila seseorang telah mencapai
tujuannya serta dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan merasa puas serta merasa telah
berhasil. Demikian pula halnya dengan motivasi, aktivitas yang didasari oleh adanya,
motivasi dan telah mencapai tujuannya, akan merupakan suatu kepuasan bagi seseorang,
Berkaitan dengan penelitian ini, pasien penderita ketergantungan Narkoba
mempunyai motivasi kuat untuk sembuh dari ketergantungannya NAZA akan aktif
berkomunikasi untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas komunikasi pasien diantaranya
dapat dilihat dari fiekwensi pasien dalam mengikuti kegiatan-kegiatan rohaniah atau
mental selama mengikuti rehabilitas di rumah perawatan ketergantungan narkotika,
frekuei~sitatap mukz dengan orang tua, fiekwensi pasien dalam mengkuti kegiatankegiatan jasmani atau fisik yang diikuti selama rehabilitas serta berpartisipasi dalam
mengikuti kegiatan komunikasi kelompok yang ada di rehabilitas perawatan
ketergantungan narkotika. Dalam aktivitas komunikasi tersebut pasien dikelompokan
agar mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda, misalnya untuk pasien yang berjenis
kelamin wanita mendapatkan porsi olah raga yang berbeda dengan laki-laki, pasien yang
baru juga mendapatkan porsi olah raga yang berbeda dari pasien yang lama.
Download