BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumber

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengelolaan sumber daya air tidak terlepas dari daur hidrologi, salah satu
komponennya adalah presipitasi atau hujan, Setiap turun hujan, tidak semua air
hujan terserap ke dalam tanah. Air yang tidak
terserap
berupa
aliran
permukaan. Aliran permukaan akan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan
menuju saluran-saluran air. Hujan sebagai sumber utama air yang turun ke
permukaan bumi menjadi data dasar yang mempengaruhi daur hidrologi yang
terjadi di suatu daerah dan akan menentukan karakter hidrologi daerah tersebut
(Utomo dkk, 2012). Setiap kejadian hujan memiliki karakteristik berupa lama
hujan, tebal hujan, dan intensitas hujan. Kejadian hujan mempengaruhi debit
aliran dan debit suspensi sehingga mempengaruhi pengelolaan daerah aliran
sungai secara keseluruhan.
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) memerlukan data hidrologi,
berupa kuantitas air, kualitas air, dan sedimentasi. Sedimentasi dapat dideteksi
dengan pengeluaran suspensi. Suspensi adalah hasil kejadian erosi baik erosi
permukaan maupun erosi tebing sungai (Soedjoko dan Suryatmojo, 2005).
Kajian mengenai muatan suspensi mempunyai arti penting dalam pengembangan
dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Besar kecilnya suspensi
merupakan salah satu parameter keberhasilan pengelolaan DAS. Suspensi yang
terangkut oleh aliran sungai dapat menjadi indikator tingkat erosi. Erosi dalam
1
jumlah besar dapat menimbulkan permasalahan yang mengganggu kestabilan
lingkungan DAS.
MDM Watugede merupakan kawasan yang terdiri dari empat desa yaitu
Desa Mertelu, Desa Hargo Mulyo, Desa Ngalang, dan Desa Pengkol.
Penggunaan pada MDM Watugede terdiri dari 7 tipe penutupan lahan dengan
didominasi oleh tegalan (76,284%), Sawah Tadah Hujan (10,150%), dan
Belukar/Semak (6,499%) (RPM DAS Mikro Watugede, 2014). Pengolahan
lahan yang dilakukan masyarakat mengalami perbedaan antara bagian atas,
tengah, dan bawah. Pada bagian atas memiliki ketinggian lebih dari 500 mdpl,
bagian tengah memiliki ketinggian 321 – 420 mdpl. Pada bagian ini pengolahan
lahan lebih sering di lakukan oleh masyarakat. Sedangkan pada bagian bawah
memiliki ketinggian 220 – 320 mdpl.
Sistem pengelolaan pada lahan perkebunan dan pertanian memerlukan
pengelolaan yang lebih intensif untuk mencapai hasil yang optimal karena
jangka waktu penanaman hingga pemanenan lebih singkat dibandingkan
tanaman kehutanan yang memerlukan waktu yang lebih lama hingga mencapai
masa panen. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan pada air dan
tanah, seperti bertambah tingginya sedimentasi, dan meningkatnya erosi.
Oleh karena itu itu dengan gangguan-gangguan yang akan terjadi perlu
dilakukan pengamatan atau pemantauan pada outlet yang tersedia dengan tujuan
untuk mengetahui jumlah tanah yang larut akibat runoff yang terjadi.
2
1.2. Rumusan Masalah
Pada wilayah sekitar MDM Watugede sebagian besar memiliki topografi
kelerengan tinggi (25 – 40%) dan penutupan lahan didominasi oleh tegalan.
Berdasarkan keadaan topografi tersebut perlu dilakukan pengamatan debit dan
erosi karena hujan membawa material tanah yang terangkut sebagai hasil dari
erosi lahan sehingga mengakibatkan adanya suspensi dalam debit aliran.
Semakin tinggi erosi yang dihasilkan maka semakin besar muatan suspensi yang
dialirkan oleh sungai.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Membuat kurva muatan suspensi (Suspended Rating Curve) di MDM
Watugede, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
2. Mengetahui debit suspensi di MDM Watugede, Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi upaya konservasi
tanah dan air dalam pengelolaan kawasan, khususnya untuk pengelolaan di area
MDM Watugede.
3
Download