BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Reksa Dana 2.1.1. Sejarah Reksa Dana Bentuk asli dari Reksa Dana telah mengalami perubahan sesuai dengan usianya yang telah mencapai lebih dari 100 tahun. Ide asli dari Reksa Dana ini dimulai oleh British and Scottish Investment Trust pada tahun 1860-an. Seorang imigran dari cotlandia Robert Fleming yang dianggap sebagai penemu Reksa Dana ini datang ke Amerika untuk mengadu nasibnya. Setibanya di Amerika, dia mendapati bahwa modal yang dibawanya tidak mencukupi bila diinvestasikan secara individu. Sehingga ia mengajak beberapa temannya untuk mengumpulkan dana yang mereka miliki untuk kemudian secara bersama-sama diinvestasikan pada obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang benarbenar baik di jenis industri yang stabil. Dari sinilah awal berdirinya Scottish-American Investment Trust, yang kemudian berkembang dengan pesat dan diikuti oleh investor-investor lainnya. Para broker Amerika segera melirik ke jenis investasi yang cukup menarik ini dan membentuk cara menghimpun dana mereka sendiri, yang kemudian berkembang menjadi closed-end mutual funds atau Reksa Dana tertutup, meskipun dalam perkembangan selanjutnya closeend mutual fund ini semakin kalah populer dengan open-end mutual fund atau Reksa Dana terbuka. 2.1.2. Definisi Reksa Dana Di Indonesia investasi melalui Reksa Dana belum begitu terkenal. Hal ini tampak dari jumlah perusahaan Reksa Dana dan jenis Reksa Dana yang diterbitkan, masih belum begitu banyak dan tingkat pengenalan masyarakat terhadap Reksa Dana sendiri masih kurang. Bila dilihat dari arti katanya Reksa Dana terdiri dari dua kata yaitu “reksa” yang berarti “jaga” atau “pelihara”, dan “dana” yang berarti “(himpunan) uang”, sehingga bila digabungkan, maka dapat diartikan sebagai “pemeliharaan himpunan uang”. Menurut pengertian umumnya, Reksa Dana adalah salah satu bentuk investasi yang dalam bahasa asalnya disebut mutual funds, dimana para investor secara bersama-sama melakukan investasi mereka dalam suatu himpunan dana dan kemudian himpunan dana ini diinvestasikan dalam berbagai bentuk investasi seperti saham, obligasi ataupun melalui tabungan atau sertifikat deposito di bank-bank. Menurut Asril Sitompul,. SH.LL.M (2000, 3-4), dalam bukunya ada beberapa pengertian Reksa Dana antara lain : Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Reksa Dana sebagai berikut : “Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi” Menurut Walter Updegrave dalam bukunya “Investing In Mutual Fund” adalah sebagai berikut : “A mutual fund is essentially a company that pool money from investor like you and hires an investment adviser (usually know as the portofolio manager or fund manager to buy stock, bonds, money-market instrument, or a combination of all three of these securities with that pool of money. When you invest in a fund, you purchase shares that represent part ownership of the securities in the fund. These shares also entitle you to a share of the income and profits (or, yes, it happens, losses) that those securities generate” Reksa Dana adalah suatu perusahaan yang menghimpun uang dari pemodal seperti anda dan memperkerjakan seorang manajer investasi (biasanya disebut manajer portofolio atau manajer Reksa Dana) untuk membeli saham, obligasi, surat-surat berharga, atau gabungan dari efek-efek tersebut dengan uang yang terkumpul itu. Apabila anda melakukan investasi di dalam Reksa Dana, anda membeli saham yang mewakili sebagian dari kepemilikan efek dalam Reksa Dana tersebut. Dengan demikian, anda berhak atas bagian dari penghasilan dan keuntungan (atau kerugian) yang dihasilkan oleh efek tersebut. Menurut Amy L. Domini dan Peter D. Kinder dalam bukunya “Ethical Investing” adalah sebagai berikut : “A mutual fund pools its shareholders’ resources under professional management for specific purpose. The fund mnagers define the purpose when they start the fund and describe it in the fund’s prospectus. The purpose may be nebulous, like providing high income. Or it may be as specific as investing in companies returning from the brink of bankruptcy or in particular goverment securities” Mutual fund (Reksa Dana) menghimpun dana dari pemegang sahamnya di bawah pengelolaan manajemen profesional untuk tujuan tertentu. Manajer Reksa Dana menetapkan tujuan itu sewaktu memulai Reksa Dana dan mencantumkannya di dalam prospektus Reksa Dana. Tujuan tersebut bisa jadi abstrak, seperti menjanjikan penghasilan yang besar, atau dapat pula dibuat spesifik, seperti investasi pada perusahaan yang baru bangkit dari kebangkrutan atau pada efek-efek yang diterbitkan pemerintah. Dari beberapa definisi tentang Reksa Dana tersebut dapat kita ambil faktor-faktor yang menjadi unsur suatu Reksa Dana, yaitu : a. Suatu perusahaan atau badan usaha. b. Himpunan dana dari para investor. c. Dana dikelola oleh seorang manajer investasi. d. Dana diinvestasikan dalam berbagai jenis portofolio. e. Tujuan investasinya yakni untuk mendapatkan laba. Di Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal menetapkan bahwa Reksa Dana dapat didirikan dalam bentuk perusahaan perseroan atau dalam bentuk kontrak investasi kolektif (KIK) baik berbentuk Reksa Dana terbuka maupun Reksa Dana tertutup. 2.1.3. Keuntungan Reksa Dana Sebagai suatu instrument investasi, Reksa Dana mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain atau investasi langsung dipasar modal. Berikut ini adalah beberapa keuntungannya : 1. Manajemen Profesional, sebuah Reksa Dana dikelola oleh manajer investasi yang ahli dibidangnya, yang secara full-time bertugas mencari alternatif investasi terbaik dalam cakupan investasi yang diijinkan. Manajer investasi juga memiliki akses riset yang luas dari berbagai analis yang membantu mereka dalam mengambil keputusan. 2. Batas minimum investasi rendah, Reksa Dana memberikan peluang kepada investor kecil untuk berinvestasi di pasar modal. Untuk itu, nilai minimum agar bisa membuka rekening investasi di Reksa Dana juga dibuat sekecil mungkin agar terjangkau oleh masyarakat umum. 3. Diversifikasi Portofolio. Melakukan diversifikasi berarti menyebar risiko investasi anda pada berbagai instrumen untuk mengurangi risiko investasi. Jika memiliki sedikit dana kita sulit melakukan diversifikasi karena harga instrumen investasi yang mahal. Sehingga tidak berisiko kehilangan uang kehilangan banyak uang ketika nilai investasi tersebut turun. Akan tetapi dengan menggabungkan dana bersama para investor lain, diversifikasi ini dimungkinkan. Hal yang perlu diingat, diversifikasi tidak menghilangkan risiko turunnya nilai investasi tapi mengurangi risiko tersebut. 1. Likuiditas. Seperti membeli saham, unit penyertaan Reksa Dana sangat likuid. Kapan pun anda mau menjual kembali unit penyertaan yang anda pegang, maka Reksa Dana wajib membelinya. Sedangkan untuk Reksa Dana tertutup tergantung kepada ada atau tidaknya pembeli karena Reksa Dana tertutup tidak wajib membeli sahamnya dari investor. 2. Investasi Reksa Dana tidak berjangka waktu seperti umumnya deposito berjangka, sehingga sangat fleksibel sekiranya pemodal membutuhkan dana dapat mencairkan investasi Reksa Dananya pada saat Reksa Dana tersebut diperlukan. Reksa Dana membayar atau membagikan labanya setelah dikurangi dengan imbalan jasa dan biaya ke para investornya sendiri. Distribusi pendapatan berasal dari uang yang didapatkan dari investasinya. Sedangkan distribusi laba kapital (capital gain) merupakan laba dari penjualan investasi. Reksa Dana yang berlainan membayar distribusi mereka pada jadual yang berbeda dari satu kali sehari hingga satu kali dalam setahun. Banyak Reksa Dana yang menawarkan para investornya opsi (option) menanamkan kembali seluruh atau sebagian dari distribusi mereka ke dalam Reksa Dana. Investor Reksa Dana membayar pajak distribusi yang mereka dapatkan dari Reksa Dana, biarpun uangnya diinvestasikan kembali ataupun dibayarkan secara tunai. Tapi jika suatu Reksa Dana merugi lebih banyak dari pada yang dihasilkan dalam setahun, Reksa Dana itu bias mengurangi laba di masa depan. Hingga laba menyamai akumulasi rugi, distribusi masih tidak dipungut pajak, walaupun harga saham mungkin naik hingga merefleksikan untung. 2.1.4. Risiko Reksa Dana Menurut Jaka E. Cahyono (2002, 52-54). Sebagai sarana investasi, Reksa Dana memiliki beberapa risiko investasi, antara lain : 1. Risiko berkurangnya nilai UP (Unit Penyertaan) Nilai Unit Penyertaan Reksa Dana bisa naik atau turun sejalan dengan kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan efek utang yang menjadi sarana investasi Reksa Dana tersebut. Penurunan nilai aktiva bersih Unit Penyertaan Reksa Dana juga bisa terjadi karena adanya biaya-biaya yang dikenakan atas Reksa Dana tersebut. 2. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik Bagi Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka, perkembangan politik di luar negeri dapat mempengaruhi perekonomian dan politik nasional. Perubahan didalam perekonomian dan politik suatu negara ini pada gilirannya juga dapat mempengaruhi pandangan umum terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia. Akhirnya, pandangan umum tersebut bisa membuat investor melikuidasi portofolio efeknya sehingga harga efek tersebut pun turun. 3. Risiko Likuiditas Reksa Dana Terbuka PMI wajib membeli kembali unit penyertaan dari investor. Untuk memenuhi kewajiban ini PMI bisa menjual sebagian portofolio investasinya. Kalau pada suatu saat PMI tidak mempunyai uang tunai yang cukup besar untuk membeli kembali UP dari investor dan pada saat yang sama PMI tersebut juga kesulitan menjual portofolio investasinya, PMI tersebut diijinkan untuk memperoleh pinjaman guna melunasinya. Namun pinjaman tersebut dibatasi dan disesuaikan dengan kondisi PMI yang bersangkutan. Artinya, kalau setelah meminjam sejumlah dana yang dikelolanya dan penjualan kembali oleh investor terus berlangsung, maka bisa jadi penjualan kembali tersebut akan tertunda sampai kondisi memungkinkan. 4. Risiko Wanprestasi Risiko ini muncul jika ada pihak terkait seperti emiten, Bank Kustodian, pialang atau agen penjual, gagal memenuhi kewajibannya. Kegagalan pihak terkait dalam melunasi kewajibannya ini dapat mempengaruhi nilai aktiva bersih Reksa Dana. Wanprestasi misalnya dilakukan oleh beberapa penerbit obligasi selama krisis moneter, yakni tidak membayar kupon bunga pada waktunya. 5. Risiko Berkaitan dengan Peraturan Dalam berinvestasi Reksa Dana mempunyai batasan-batasan tertentu, misalnya tidak boleh membeli efek di luar negeri dan membeli efek yang diterbitkan oleh perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva Reksa Dana pada saat pembelian. 2.1.5. Jenis-jenis Reksa Dana Dalam hal ini Bapepam membedakan Reksa Dana menjadi enam kelompok : 1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Fund), yaitu Reksa Dana yang berinvestasi pada pasar uang seperti deposito, SBI dan obligasi jangka pendek. Biasanya tingkat pengembalian Reksa Dana pasar uang lebih tinggi dari jasa giro tapi lebih rendah dari deposito, akan tetapi bisa dicairkan setiap saat. Reksa Dana pasar uang juga sangat sesuai untuk investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun), sebagai pelengkap investasi deposito atau tabungan yang sudah ada. Reksa Dana ini memberi manfaat dalam hal diversifikasi investasi dan likuiditas yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan investasi langsung dalam deposito. Investasi Reksa Dana pasar uang yang tidak terbatas pada deposito tetapi juga pada SBI dan obligasi menaikkan tingkat diversifikasi investasi Reksa Dana ini, sedangkan kemudahan penarikan dana maksimum tujuh hari sejak permohonan meningkatkan likuiditas Reksa Dana pasar uang. Keuntungan lain dari Reksa Dana pasar uang adalah tidak adanya biaya pembelian dan biaya penjualan kembali pada Reksa Dana ini. 2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed-income Fund), investasi utama Reksa Dana ini ada pada obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan pemerintah. Seperti halnya Reksa Dana pasar uang, jenis ini selalu memperoleh pendapatan dari pembayaran kupon (bunga), dan memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari suku bunga. Akan tetapi nilai Reksa Dana ini seperti halnya obligasi bisa berfluktuasi sejalan dengan perubahan bunga. Jika bunga naik harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Reksa Dana ini memiliki karakteristik potensi return yang lebih besar dibandingkan Reksa Dana pasar uang, sementara risk dari Reksa Dana ini juga lebih besar dibandingkan dengan risiko Reksa Dana pasar uang. Return investasi yang lebih besar umumnya dihasilkan dari obligasi yang secara teoritis memberikan hasil yang lebih tinggi dari deposito. Naik turunnya harga pasar obligasi dapat menyebabkan naik turunnya NAV/unit dari Reksa Dana pendapatan tetap. Inilah risk yang mungkin terjadi pada Reksa Dana pendapatan tetap. Reksa Dana ini umumnya cocok untuk investor dengan tujuan investasi jangka menengah dan panjang (> 3 tahun) dengan risiko menengah. Umumnya Reksa Dana pendapatan tetap memberikan pembagian keuntungan berupa uang tunai (dividen) yang dibayarkan secara teratur, misalnya per tiga bulan, per enam bulan, atau tahunan. 3. Reksa Dana Saham (Equity Fund), jenis Reksa Dana ini umumnya menginvestasikan dananya pada saham yang terdaftar di bursa saham. Walaupun dalam jangka pendek Reksa Dana saham bisa berfluktuasi secara signifikan, akan tetapi dalam jangka 3-5 tahun tingkat pengembaliannya diharapkan bisa mengalahkan Reksa Dana lainnya. Investasi pada saham merupakan investasi pada perusahaan-perusahaan, yang dalam jangka panjang (secara teoritis), akan memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada deposito maupun obligasi. Namun, dalam jangka pendek terdapat risiko, karena harga-harga saham yang terus berfluktuasi. Dibandingkan dengan Reksa Dana pendapatan tetap dan Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana ini memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar oleh karena itu Reksa Dana saham juga dikenal sebagai Reksa Dana pertumbuhan. Reksa Dana ini menjadi alternatif menarik bagi investor yang mengerti potensi investasi pada saham untuk jangka panjang. Jadi, selain harus mengerti bahwa investasi saham merupakan investasi jangka panjang, investor juga harus mengerti dan bersedia menerima risiko investasi yang menyertainya. 4. Reksa Dana Campuran (Balanced Fund), Reksa Dana ini mencampurkan saham dan obligasi, komposisi saham biasa berkisar antara 50-65%, sisanya pada obligasi. Reksa Dana ini cocok bagi investor yang tidak menginginkan risiko terlalu besar dari modalnya, tetapi bersedia mengambil sedikit risiko untuk tambahan pendapatan ekstra. Melihat fleksibilitas baik dalam pemilihan jenis investasinya (saham, obligasi, deposito, atau efek lainnya), maupun komposisi alokasinya Reksa Dana campuran dapat berorientasi ke saham, ke obligasi, atau bahkan ke pasar uang. Dari sisi pengelolaan investasi, fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan dengan berpindah pindah dari saham ke obligasi, atau deposito, atau sebaliknya tergantung kondisi pasar, dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut sebagai usaha melakukan aktivitas market timing. Secara teoritis, potensi return dan risk Reksa Dana ini berada ditengah-tengah antara Reksa Dana pendapatan tetap dan Reksa Dana saham. Mengingat komposisi yang sangat bervariasi, sebelum menentukan pilihan pada suatu Reksa Dana campuran tertentu, investor harus benar-benar mengetahui bagaimana komposisi investasi yang terdapat pada Reksa Dana tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari prospektus (dan pembaharuan prospektus yang berisi laporan keuangan yang sudah diaudit dan diterbitkan enam bulan sekali). 5. Reksa Dana Sektoral. (Sector Funds), Reksa Dana sektoral berinvestasi pada sektor tertentu seperti sektor teknologi, sektor finasial. Fluktuasi harga Reksa Dana ini sangat tinggi. 6. Reksa Dana Internasional/Global (International/Global Fund), Reksa Dana ini menanamkan investasinya pada perusahaan yang berbasis di dalam dan luar negeri. Dari tujuan investasinya ini Reksa Dana dapat dipilah-pilah menjadi tiga kelompok. 1. Reksa Dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Kelompok ini disebut dengan istilah growth fund dan memfokuskan investasinya di sarana yang menawarkan potensi pertumbuhan paling besar, yakni saham. 2. Reksa Dana yang mengutamakan pendapatan yang konstan, atau yang disebut dengan istilah income fund. Untuk mencapai tujuan tersebut, Reksa Dana ini berinvestasi di sarana yang menawarkan hasil pasti, yakni obligasi dan surat hutang lainnya. 3. Reksa Dana yang mengutamakan keamanan modal daripada pertumbuhan, atau safety fund. Pilihan investasi Reksa Dana ini adalah instrumen yang aman, yakni sarana investasi di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat hutang berjangka pendek. 2.1.6. Perhitungan Net Asset Value (NAV) Hasil strategi dari suatu investasi yang dikerjakan oleh seorang manajer investasi akan terlihat pada net asset value atau nilai aktiva bersihnya. NAV/Unit merupakan ‘harga beli’ per unit penyertaan yang harus kita bayar, jika kita ingin berinvestasi dengan membeli Unit Penyertaan Reksa Dana. NAV/Unit juga sekaligus menjadi ‘harga jual’ per unit penyertaan jika kita ingin mencairkan investasi kita. Jadi, NAV/Unit adalah harga beli dan harga jual terutama untuk Reksa Dana yang open-end. Namun untuk Reksa Dana yang closed-end, NAB merupakan indikasi harga, karena harganya akan tergantung pada permintaan dan penawaran di bursa efek. NAV/Unit yang dipublikasikan setiap hari merupakan NAV/Unit penutupan hari sebelumnya. NAV ini diperoleh dengan membagi total nilai investasi Reksa Dana dengan jumlah total saham (untuk Reksa Dana closedend) atau dengan jumlah total Unit Penyertaan Reksa Dana (untuk Reksa Dana openend). Perhitungan ini diserahkan kepada bank kustodian sesuai peraturan yang diwajibkan BAPEPAM. Dalam melakukan perhitungan, bank kustodian harus mengetahui harga pasar dari instrumen-instrumen investasi Reksa Dana yang bersangkutan. Biaya-biaya yang dibebankan kepada Reksa Dana adalah biaya pengelolaan investasi yang diterima oleh manajer investasi, biaya bank kustodian, dan biaya akuntan publik yang selalu dikurangkan dari Reksa Dana pada setiap hari bursa, sehingga NAV yang diumumkan setiap hari sudah merupakan nilai investasi harian yang dimiliki oleh investor. NAV dihitung sebagai berikut : NAVt = NAKt – TKWt Di mana : NAVt adalah nilai aktiva bersih (net asset value) pada periode t NAKt adalah nilai aktiva pada periode t TKWt adalah total kewajiban Reksa Dana pada periode t Sedangkan NAV per Unit Penyertaan dihitung sebagai berikut : NAVt NAV/UPt = NUPt Di mana : NAV/UPt adalah NAV per unit penyertaan pada periode t NAVt adalah NAV pada periode t NUPt adalah jumlah unit penyertaan pada periode t Kenaikan NAV dalam Reksa Dana jenis ekuitas (Reksa Dana saham) dapat berasal dari dividen yang diterima dan capital gain. Sedangkan unsur-unsur yang dapat mengurangi NAV adalah fee untuk manajer investasi dan bank kustodian. Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-98/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996, Reksa Dana di dalam kebijakannya dapat memberikan uang tunai atas keuntungan yang diperolehnya kepada investornya. Pembagian uang tunai ini dikonversikan ke dalam unit penyertaan dan akan ditambahkan dalam account pemegang unit penyertaan atau atas permintaan pemegang unit penyertaan dapat dibagikan secara tunai dengan mengirimkan langsung ke rekeningnya. Dengan demikian NAV/Unit Reksa Dana tidak akan mengalami perubahan akibat pembagian uang tunai. 2.1.7. Model Pengukuran Kinerja Reksa Dana Dalam buku Mengapa harus Reksa Dana, halaman 147 – 151 ada 3 metode penilaian kinerja Reksa Dana, yaitu : 1. Sharpe Measure Pengukuran dengan metode sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atas risiko atau premium risk. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara laba rata-rata investasi yang bebas risiko (riskless). Dalam penelitian ini, investasi tanpa risiko diasumsikan sebagai tingkat bunga rata-rata dari Sertifkat Bank Indonesia (SBI). Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai berikut. Sj = Rj – Rf σ Di mana : Rj adalah laba rata-rata portofolio j selama jangka waktu pengukuran Rf adalah laba rata-rata investasi bebas risiko selama jangka pengukuran σj adalah standar deviasi portofolio j selama jangka waktu pengukuran Pengukuran Sharpe membagi risk premium (Rj – Rf) dengan standar deviasi dari portofolio selama periode pengukuran. Standar deviasi (σj) merupakan risiko fluktuasi yang dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari subperiode berikutnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang merupakan penjumlahan dari risiko pasar (systematic/market risk) dan risiko unit (unsystematic/unique risk). Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Pengertiannya adalah sebagai berikut investasi SBI tidak mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf investasi pada portofolio Reksa Dana mengandung risiko sehingga diharapkan menghasilkan tingkat laba yang lebih besar dari Rf. Sharpe mengukur berapa perbedaan Rj – Rf atau risk premium yang dihasilkan untuk setiap unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja Reksa Dana. 2. Treynor Measure Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium (Rj – Rf), seperti halnya Sharpe. Namun dalam Treynor digunakan pembagi (β) yang merupakan risiko sistematik atau juga disebut risiko pasar. Beta didapat dengan metode regresi linear antara perubahan laba portofolio setiap subperiode sebagai akibat dari perubahan laba dari pasar (market), dalam hal ini IHSG. Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut. Tj = Rj – Rf βj Di mana : Rj adalah laba rata-rata portofolio j selama jangka waktu pengukuran Rf adalah laba rata-rata investasi bebas risiko selama jangka waktu pengukuran βj adalah slope regresi garis lurus yang merupakan risiko sistematik dari portofolio Pengukuran kinerja secara Sharpe dan Treynor merupakan komplemen (pelengkap) satu terhadap yang lain, namun memberikan informasi yang berbeda. Portofolio yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Portofolio yang terdiversifikasi dengan baik akan mendapat peringkat yang sama untuk kedua jenis pengukuran. Perbedaan peringkat pada dua pengukuran di atas menunjukkan perbedaan baik-buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karena itu, kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. Seperti halnya metode Sharpe, dengan mempertimbangkan risiko, makin tinggi nilai pengukuran Treynor, makin baik kinerja Reksa Dana. 3. Jensen Measure Pengukuran metode Jensen didasarkan atas capital asset pricing model (CAPM). Jensen menggunakan rumus berikut untuk menilai kinerja manajer investasi yang didasarkan atas seberapa besar manajer investasi mampu memberikan laba di atas laba pasar. Makin tinggi nilai α positif, makin baik kinerjanya. α = (Rj – Rf) – β (Rm – Rf) Di mana : Rj adalah laba portofolio Rf adalah laba investasi bebas risiko Rm adalah laba dari market (pasar) β adalah risiko sistematik dari portofolio Dengan data laba untuk masing-masing minggu, serta data laba dari investasi bebas risiko dan laba dari market untuk setiap periode yang sama, dapat dibuat diagram hubungan linear antara. (Rj – Rf) = α + β (Rm – Rf) Sehingga regresi linear dari hubungan diatas dapat menentukan besarnya α yang merupakan perpotongan diagram (Rj – Rf) pada sumbu Y dan (Rm – Rf) pada sumbu X. Pengukuran Jensen dengan metode Treynor yang menggunakan laba ratarata dari semua variable (laba portofolio, laba bebas risiko). Metode Jensen menggunakan data setiap periode dari waktu ke waktu (time series) untuk seluruh data variable yang digunakan. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin baik. Pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe diterapkan untuk semua Reksa Dana, sedangkan untuk metode Treynor dan Jensen yang membutuhkan pengukuran risiko sistematik (β) hanya diterapkan pada Reksa Dana saham. Ada tiga istilah penting yang harus diperhatikan : 1. Standar deviasi (σ) memberikan gambaran mengenai besar kecilnya risiko fluktuasi perubahan NAB per unit dari subperiode ke subperiode berikutnya, dan disebut sebagai risiko total. Makin besar nilai σ, makin tinggi risiko perubahan NAB per unit yang terjadi. 2. Beta (β) adalah risiko pasar yang memberikan gambaran hubungan antara return portofolio dengan return dari pasar. Portofolio dengan β = 1 mempunyai risiko yang sama dengan risiko pasar (dalam hal ini IHSG), sehingga diharapkan memperoleh laba sama dengan yang dihasilkan oleh IHSG. Portofolio β < 1 mempunyai risiko yang lebih kecil dari risiko pasar, sehingga potensi laba yang didapat umumnya di bawah laba yang dihasilkan IHSG. Portofolio dengan β > 1 mempunyai risiko yang lebih besar dari risiko pasar, sehingga diharapkan mempunyai laba diatas laba IHSG. 3. R² memberikan gambaran mengenai keakurasian pendekatan regresi linear dalam menentukan β dan α. Makin besar nilai R², secara statistik semakin dapat dipercaya nilai β dan α yang diperoleh. 2.1.8. Perbandingan Kinerja Reksa Dana (Benchmark) Dalam buku Mengapa harus Reksa Dana, halaman 144, Tolak ukur atau benchmark umum digunakan untuk menilai kinerja manajer investasi dalam mengelola dana. Dalam hal manajer investasi mengelola porfolio nasabah tertentu, tolak ukur sebagai dasar penilai manajer investasi berdasarkan atau sesuai dengan aset alokasi investasi yang direncanakan. Dalam Reksa Dana, manajer investasi Reksa Dana dapat pula menentukan tolak ukur yang dikemukakan dalam prospektusnya sebagai pedoman bagi investor untuk menilai kinerja manajer investasi. Namun untuk dapat membandingkan kinerja satu Reksa Dana dengan Reksa Dana lain juga diperlukan suatu tolak ukur yang dapat dianggap mewakili satu jenis kelompok Reksa Dana. Mengingat belum adanya tolak ukur tertentu yan disepakati bersama oleh pihakpihak yang terlibat tolak ukur yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada segi kemudahan pengambilan data dan perhitungan, sehingga lebih tepat disebut sebagai pembanding. Pembanding kinerja Reksa Dana yang dipilih untuk masing-masing kelompok Reksa Dana adalah sebagai berikut; 1. Reksa Dana saham, pembandingnya IHSG. 2. Reksa Dana obligasi, pembandingnya rata-rata bunga deposito tiga bank pemerintah dan tiga bank swasta untuk periode 12 bulan. 3. Reksa Dana pasar uang, pembandingnya rata-rata bunga deposito tiga bank pemerintah dan tiga bank swasta untuk periode tiga bulan setelah pajak 4. Reksa Dana campuran, pembandingnya menggunakan ketiga pembanding diatas. 2.1.9. Pihak yang terkait dalam Reksa Dana 1. Manajer Investasi Manajer investasi adalah perusahaan bukan perorangan, yang kegiatan usahanya mengelola portfolio efek milik nasabah. Untuk dapat melakukan usahanya, perusahaan manajer investasi harus memperoleh ijin dari Bapepam untuk melakukan kegiatan sabagai manajer investasi. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, sebelum Bapepam mengeluarkan ijin kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan sebagai manajer investasi. Salah satu diantaranya adalah adanya paling sedikit seorang direksi dan seorang staf perusahaan yang telah memperoleh ijin perorangan sebagai Wakil Manajer Investasi. Ijin perorangan sebagai wakil manajer Investasi yang juga dikeluarkan oleh Bapepam baru dapat diperoleh jika seseorang telah mengikuti dan lulus ujian Wakil Manajer Investasi yang diadakan oleh Asosiasi Standar Profesional Pasar Modal, kemudian lulus dari wawancara yang dilakukan oleh Bapepam. Manajer Investasi bertanggungjawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisis dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan-keputusan investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-07/PM/1997 angka 7a tanggal 30 April 1997 kewajiban manajer investasi adalah: 1. Mengelola portfolio termaksud menurut kebijakan investasi yang tercantum dalam kontrak dan prospektus. 2. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua uang calon pemegang unit penyertaan disampaikan kepada Bank Kustodian selambat-lambatnya pada akhir hari kerja berikutnya. 3. Melakukan pembelian kembali unit penyertaan 4. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan Reksa Dana sebagaimana ditetapkan Bapepam. 2. Bank Kustodian Bank Kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu bank dalam bidang penyimpanan surat berharga serta administrasinya. Sama halnya seperti bank yang akan melakukan kegiatan ini harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Bapepam. Bank Kustodian bertindak sebagai penyimpan kekayaan serta administrator Reksa Dana. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-07/PM/1997 angka 7b tanggal 30 April 1997 mengenai kewajiban Bank Kustodian adalah : 1. Memberikan jasa penitipan kolektif dan kustodian sehubungan dengan kekayaan Reksa Dana. 2. Bertanggungjawab untuk menghitung nilai aktiva bersih unit dari Reksa Dana pada setiap hari bursa. 3. Membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan Reksa Dana atas perintah manajer investasi. 4. Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah unit penyertaan, jumlah unit penyertaan yang dimiliki setiap pemegang unit penyertaan, nama, kewarganegaraan, alamat serta identitas lain daripada para pemegang unit penyertaan. 5. Mengurus penerbitan dan penebusan dari unit penyertaan sesuai dengan kontrak. 6. Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemegang unit penyertaan. 3. Investor Investor sebagai pemegang unit penyertaan, memiliki hak-hak sebagai berikut: 1. Mendapatkan bukti kepemilikan unit penyertaan yang dimilikinya. 2. Menjual kembali sebagian atau seluruh unit penyertaan yang dimilikinya. 3. Memperoleh pembagian uang tunai. 4. Memperoleh laporan atau informasi tentang Reksa Dana. 5. Pembaharuan prospectus setiap 6 bulan sekali 6. Memperoleh hak pembagian harta dalam hal Reksa Dana yang dilikuidasi 2.1.10 Mekanisme Kerja Reksa Dana Mekanisme kerja yang terjadi dalam Reksa Dana, selain melibatkan manajer investasi Bank Kustodian dan investor juga melibatkan pelaku (perantara) di pasar modal serta di pasar uang, serta pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam. Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Reksa Dana La pora n Bula na n Ba pe pa m P e nga w a sa n 3 1 Inve stor M a na je r Inve sta si Pe ra nta ra 7 2 Pa sa r M oda l & P a sa r Ua ng 5 6 8 10 4 9 Ba nk Kustodia n Re ksa Da na Keterangan : 1. Permohonan pembelian investasi atau penjualan kembali unit penyertaan 2. Penyertaan dana pembelian unii penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali. 3. Perintah transaksi investasi. 4. Eksekusi transaksi investasi. 5. Konfirmasi transaksi. 6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta. 8. Informasi nilai aktiva bersih/unit secara harian melalui media massa 9. Laporan valuasi harian dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam. 2.2. Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi 2.2.1. Pengertian Pengembalian (return) Dalam melakukan investasi setiap investor mengharapkan tingkat pengembalian sebagai imbalan atas dana yang telah diinvestasikan dan juga imbalan atas kesediaannya menanggung risiko dan waktunya. Menurut Van Horne dan Wachowicz Jr, (1995:90) pengertian return adalah : “ Return can be define as the income received on an investment plus any change in market price usually expresed as a percent of the beginning market price of investment”. Pendapat lain mengenai return yang diharapkan menurut Van Horne dan Wachowics Jr, (1995:91) adalah : “ Expected return is weighted average of possible return, with the weighted being the probabilities of occurrence”. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor atas investasi yang dilakukannya. 2.2.2. Pengukuran Tingkat Pengembalian (return) Menurut Charles P. Jones (1996:129), tingkat pengembalian atau return investasi dari surat berharga dapat diukur berdasarkan perkembangan harga saham dan besarnya dividend yang dapat diperoleh dari saham tersebut yakni sama dengan dividend yield ditambah capital gain atau dikurangi capital loss. NAVt-NAVt-1 + Dt Ri = NAVt-1 Dimana: Ri adalah tingkat pengembalian Dt adalah besarnya dividend pada periode t NAVt adalah net asset value pada periode t NAVt-1 adalah net asset value pada periode t-1 2.2.3. Pengertian risiko Pengertian risiko menurut Agus Sartono (1995:148) adalah : “ probabilitas tidak tercapainya tingkat pengembalian yang diharapkan atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari return yang diharapkan”. Menurut Reilly (1997:253) risiko adalah : “ The variability of return from those that are expected”.”Risk as an uncertainty of future outcomes. An alternative definition might be the probability of one adverse outcome” Dalam melakukan investasi pada surat berharga akan dikenal dua macam risiko yaitu : (Suad Husnan, 1994:183) : 1. Risiko Sistematis (Systematic risk) Yaitu risiko yang tidak dapat dihapuskan atau dikurangi melalui diversifikasi tersebut ke dalam suatu portfolio. Systematic risk sering disebut juga indiversiable risk. 2. Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk) Yaitu risiko yang dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menempatkan investasi tertentu ke dalam suatu kombinasi dengan investasi lainnya dalam suatu portofolio. Unsystematic risk sering disebut juga diversiabel risk. Jumlah kedua risiko ini merupakan total dari suatu investasi. Risiko yang dapat disebar tidak penting bagi investor yang rasional dan mengetahui banyak informasi, karena mereka dapat mengatasinya dengan mendiversifikasikan investasinya. Risiko yang tidak dapat disebar perlu mendapatkan perhatian karena risiko ini tidak dapat dihilangkan dan risiko ini selalu ada bila melakukan investasi pada aktiva selain dari yang bebas risiko. 2.2.4. Pengukuran Risiko Suatu risiko dapat diukur dengan menggunakan 3 cara, yaitu : (Weston dan Brigham, 1993:121) : 1. Dengan menghitung besarnya range, yaitu selisih antara nilai terbesar dan terkecil dalam suatu periode tertentu. Range = Nilai Maximum – Nilai Minimum 2. Dengan menghitung standar deviasi, dimana besarnya risiko diperoleh dengan cara mencari akar dari varian. N Varians (Ri) = σi² = Σ [Ri –E (Ri)] ² i-1 ( n-1 ) n Standar Deviasi = σ = √ ∑ [ Ri – E (Ri) ]² i =1 ( n-1 ) Di mana : σ adalah standar deviasi Ri adalah tingkat hasil pengembalian (return) E (Ri) adalah tingkat hasil pengembalian (return) yang diharapkan n adalah jumlah sampel N adalah ukuran populasi 3. Koefisien variasi Koefisien Variasi (CV) adalah deviasi standar dibagi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Koefisien Variasi menunjukkan risiko dari setiap unit pengembalian dan ini sangat bermanfaat sebagai bahan pembanding bila tingkat pengembalian dari dua alternatif tidak sama rumusnya. σ Coefficient of Variation = CV = E (Ri) Di mana : CV adalah koefisien variasi σ adalah standar deviasi E (Ri) adalah tingkat pengembalian (return) yang diharapkan Perkembangan risiko menunjukkan adanya kemungkinan bahwa suatu hasil pengembalian yang nyata dapat lebih besar atau lebih daripada hasil pengembalian yang diharapkan. 2.2.5. Kovarian dan korelasi Pergerakan dua buah variabel yang berhubungan dapat diketahui dengan kovarians, Frank K. Reilly and Keith C. Brown, 1997 : 102) : “Covariance is an absolute measure of the extent to which two sets of numbers move together over time, that is, how often they move up or down together. In this regard, move together means they generelly above their means or below their means at the same time” Covariance antara I dan j didefinisikan dalam : COV ij = ∑ ( i – i ) (j – j ) n-1 Di mana : i adalah tingkat pengembalian j adalah tingkat pengembalian i adalah tingkat pengembalian yang diharapakan j adalah tingkat pengembalian yang diharapkan Jika return dari dua variabel bergerak searah, maka kovarians adalah positif. Sedang bila kovariansnya adalah nol, maka variabel tersebut adalah independen. Dan bila dua variabel bergerak berlawanan maka kovariansnya adalah negatif. Koefisien korelasi merupakan ukuran untuk mengidentifikasikan persamaan dan perbedaan dari perilaku dua variabel. Koefisien korelasi adalah nilai relatif dari kovarians dengan penyimpangan baku dari masing-masing variabel. Koefisien korelasi berada antara 1 (maksimum) dan –1 (minimum), J. Fred Weston, Scott Besley and Eugene F. Brigham, 1996 : 195. The relationship between two variabels is called correlation, and the correlation coefficient, r, measures the degree of the relationship between the variables. Rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah : r ij = COV ij σi σj Di mana : Cov ij adalah kovarians antara asset i dan portfolio j σi adalah standar deviasi dari portfolio i σj adalah standar deviasi dari portfolio j 2.2.6. Beta Menurut Reilly (1997 :289) tentang beta : “ Beta can be as a standardized measure of systematic risk” Beta dapat dipandang sebagai ukuran dan risiko sistematis atau risiko pasar. Dalam hal ini, pasar adalah indeks Harga Saham Gabungan, sehingga dapat dipergunakan rumus standar deviasi dengan E(Rm) – nya IHSG. Menurut A.H Manurung ( 1992 :96-97) beta dari suatu saham dapat dikelompokan kedalam 3 kelompok : a. Saham memiliki beta > 1 Disebut Saham Agresif, karena saham tersebut mengalami kenaikan lebih cepat dari pada pasar secara keseluruhan dimana situasi pasar sedang menunjukkan gejala meningkat (bullish) dan saham tersebut mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan dimana pasar dalam keadaan bearish. b. Saham memiliki beta < 1 Disebut saham lemah, yaitu saham yang mempunyai fluktuasi return lebih kecil dari pada return pasar secara keseluruhan. c. Saham mempunyai beta = 1 Disebut saham netral, yaitu saham yang mempunyai fluktuasi return secaa rata-rata sama dengan return pasar. Pada dasarnya koefisien beta dapat ditentukan berdasarkan rumus : (Frank K. Reilly and Keith C. Brown, 1997 : 320) Cov i,m Beta (βi) = σ² m Di mana : Cov i,m adalah kovarians antara asset I dan portfolio m σ² m adalah varians dari portfolio m