BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Berbagai istilah yang dipakai untuk menunjukkan manajemen sumber daya manusia antara lain: manajemen sumber daya manusia (MSDM), manajemen sumber daya insani, manajemen personalia, manajemen kepegawaiaan, manajemen perburuhan, manajemen tenaga kerja, administrasi personalia (kepegawaian), dan hubungan industrial. Manajemen sumber daya manusia timbul sebagai masalah baru pada tahun 1960-an, sebelum itu kurang lebih pada tahun 1940-an yang mendominasi adalah manajemen personalia. Antara keduanya jelas terdapat perbedaan di dalam ruang lingkup dan tingkatannya. Manajemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia; sedangkan manajemen personalia lebih banyak berkaitan dengan sumber daya manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan, yang umum dikenal dengan sector modern itu. Tugas manajemen personalia adalah mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar manusia dapat secara efektif di integrasikan ke dalam berbagai organisasi guna mencapai tujuannya. Manajemen sumber daya manusia sebenarnya merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial, yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi 6 maupun pengembangan dirinya. Istilah manajemen sumber daya manusia (MSDM) kini semakin populer, menggantikan istilah personalia. Meskipun demikian istilah personalia ini masih tetap dipergunakan dalam banyak organisasi untuk memahami departemen yang menangani kegiatan-kegiatan seperti rekrut tenaga kerja, seleksi, pemberian kompensasi dan pelatihan karyawan. Dan (MSDM) Manajemen Sumber Daya Manusia pada akhir-akhir ini merupakan istilah yang banyak dipergunakan dalam berbagai forum diskusi, seminar, lokakarya dan sejenisnya. Pergantian istilah dari manajemen personalia dengan manajemen sumber daya manusia, dianggap sebagai suatu gerakan yang mencerminkan pengakuan adanya peranan vital dan menunjukkan pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi atau bidang produksi, pemasaran, keuangan maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin penting peranannya dalam pencapaian tujuan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya manusia (SDM) dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut dengan Manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia. Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut beberapa ahli, diantaranya: a. Menurut Hall T. Douglas dan Goodale G. James bahwa Manajemen sumber daya 7 manusia adalah: suatu proses melalui mana kesesuaian optimal diperoleh di antara pegawai, pekerjaan organisasi dan lingkungan sehingga para pegawai mencapai tingkat kepuasan dan performansi yang mereka inginkan dan organisasi memenuhi tujuannya”. b. Menurut Edwin Flippo yang di alihbahasakan oleh Moh Masud bahwa Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. c. Menurut Malayu Hasibuan Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan. d. Menurut Bashir Barthos Manajemen sumber daya manusia timbul sebagai suatu masalah baru pada dasawarsa 1960-an. Manajemen SDM mencakup masalahmasalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan, dan perlindungan sumber-sumber daya manusia baik yang berada dalam hubungan kerja maupun yang berusaha sendiri. e. Menurut Amin Widjaja Tunggal Manajemen sumber daya manusia adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan rekrutmen, penempatan, pelatihan, dan pengembangan anggota organisasi. f. Menurut T. Hani Handoko Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, 8 seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk B. mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Fungsi – Fungsi Manajemen Berdasarkan pendapat Malayu S.P Hasibuan (2001:21), fungsi – fungsi Manajemen yaitu sebagai berikut : 1. Tugas dan fungsi manajerial, terdiri dari: a. Planning ( Perencanaan ) Perencanaan berarti menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dan merupakan fungsi terpenting diantara semua fungsi manajemen. b. Organizing ( Pengorganisasian ) Pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi, personalia, dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada satu tujuan. Mengorganisasikan berarti membagi pekerjaan diantara para individu dan kelompok serta mengkoordinasikan aktifitas mereka, agar setiap individu dapat mengetahui secara jelas apa yang menjadi tugas sehingga mereka dapat bekerja benar. 9 c. Directing ( Pengarahan ) Dalam bekerja, setiap individu mempunyai perbedaan fisik dan mental, nilai-nilai individual sesuai dengan keadaan sosial ekonomi mereka. Tugas manajer adalah menyelaraskan tujuan perusahaan dengan tujuan individu agar tidak terjadi konflik dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan pengarahan, dalam bentuk tindakan yang mengusahakan agar semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan sehingga tujuan perusahaan pun tercapai. d. Controling ( Pengendalian ) Fungsi terakhir dari manajemen adalah pengendalian. Pengendalian merupakan aktivitas untuk mengkoreksi adanya penyimpangan- penyimpangan dan hasil yang telah dicapai, dibandingkan dengan rencana kerja telah ditetapkan sebelumnya. 2. Tugas dan Fungsi Operasional, terdiri dari : a. Pengadaan ( Procurement ) Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, oreantasi, dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan 10 perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan. b. Pengembangan ( Development ) Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini ataupun masa yang akan datang. Pengembangan pegawai dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan melalui program pelatihan dan pengembangan yang tepat agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. c. Kompensasi ( Competasion ) Kompensasi adalah pemberian jasa langsung ( Direct ) dan tidak langsung (indirect ), uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan balas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil maksudnya sesuai dengan prestasi kerj yang diberikan pegawai untuk perusahaan, sedangkan layak diartikan dapat memenuhi primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsitensinya. 11 d. Pengintregrasian ( Intergration ) Pengintregrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan pegawai, agar terciptanya kerja sama yang baik dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba dan pegawai mendapatkan kebutuhan dari hasil kerjanya. e. Pemeliharaan ( Maintenance ) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas pegawai, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasrkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedeoman kepada internal dan eksternal. f. Kedisiplinan ( Discipline ) Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan perusahaan. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial. g. Pemberhentian ( Separation ) 12 Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut diarahkan pada pemaksimalan dan pemanfaatan pegawai dalam merealisasikan pencapaian tujuan dengan memperhatikan keinginan dari pegawai. C. Pengertian Kepuasan Kerja Aktivitas hidup manusia beraneka ragam dan salah satu bentuk dari segala aktivitas yang ada adalah bekerja. Bekerja memiliki arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Hal ini didorong oleh keinginan manusia untuk memenuhi adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun manusia sepertinya tidak pernah puas dengan apa yang didapat, seperti gaji yang tinggi dan sebagainya. Karena itu salah satu tugas manajer personalia adalah harus dapat menyesuaikan antara keinginan para pegawai dengan tujuan dari instansi. Walaupun kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat 13 individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja (Prof.Dr.Veithzal Rivai,MBA : 2004). Dan pendapat M.L Blum yang dikutip oleh Moh. As'ad dalam buku "Psikologi lndustri" (2000:102) mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu sikap yang umum sebagai hasil dari berbagai sifat khusus individu terhadap faktor kerja, karakteristik individu dan hubungan sosial individu di luar pekerjaan itu sendiri. Menurut Susilo Martoyo dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia" (2006: 123-124), kepuasan kerja, merupakan : Keadaan emosional pegawai dimana terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja pegawai dari instansi atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan untuk pegawai yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan menyangkut bahwa kepuasan penyesuaian kerja pegawai merupakan terhadap sikap positif faktor-faktor yang yang mempengaruhinya. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara yang 14 bertugas dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat secara profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil, adalah pengemban tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna sehingga pegawai negeri sipil tunduk pada hierarki organisasi. Namun demikian setiap pelaksana dituntut untuk selalu berprestasi, terutama dengan tugas-tugas sehari-hari yang menjadi kewajiban dan diatur dalam deskripsi pekerjaan (job description). Manajemen sumber daya manusia di lingkungan pegawai negeri sipil, secara hakikatnya tidaklah berbeda dengan pengelolaan manajemen sumber daya manusia pada instansi. Pada beberapa hal memang ada perbedaan, tetapi bukanlah perbedaan yang esensial dan berarti, pada setiap organisasi, sebingga pegawai negeri sipil yang bekerja juga mampu memperlihatkan prestasi kerja yang patut memperoleh penghargaan. Kepuasan kerja di lingkungan pegawai negeri sipil tidak dapat dilepaskan dan manajemen pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pembahan Atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Dalam Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa manajemen pegawai negeri sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna. Dengan demikian seorang pegawai negeri sipil harus profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasar sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititik beratkan pada 15 sistem prestasi kerja. Kebijakan (policy) manajemen terhadap pegawai negeri sipil mencakup penataan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumberdaya pegawai negeri sipil, pemindahan (mutasi), gaji, tunjangan-tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak dan kewajiban serta kedudukan hukum (pasal l2 dan 13). Kepuasan kerja pegawai negeri sipil sebagai salah satu unsur yang berhubungan erat dengan hasil (Outcome) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) secara keseluruhan, merupakan suatu gambaran tentang prestasi kerja pegawai negeri sipil yang bersangkutan. Jika pengisian DP3 akurat dan penilaian tepat, maka akan diketahui tingkat kepuasan yang dirasakan oleh individu pegawai negeri sipil. Tingkat kepuasan berpengaruh kuat pada pelaksanaan pekerjaan atau kinerja dalam arti luas. Pegawai negeri sipil yang mengalami kelesuan dalam bekerja, bukan karena beratnya beban kerja, akan tetapi boleh jadi karena rendahnya tingkat kepuasan yang dimakan. 1. Teori – Teori Kepuasan Kerja Teori kepuasan kerja menurut Wesley dan Yulk dapat diterangkan menurut tiga macam teori, yaitu: Pertama, discrepancy theory mengemukakan bahwa untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian, Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja tergantung pada discrepancy antara should he (expectation, needs atau values) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai 16 melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wanous dan Lawler (dalam As'ad, 2003: 105) mengemukakan bahwa sikap karyawan terhadap pekerjaannya tergantung pada bagaimana ketidaksesuaian (discrepancy) yang dirasakan. Kedua, equity theory yang dikembangkan oleh Adam (1963). Pada prinsipnya teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas sepanjang mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun di tempat lain. Teori ini mengidentifikasi elemen-elemen equity meliputi tiga hal, yaitu: (a) input, adalah sesuatu yang berharga yang dirasakan oleh pegawai sebagai masukan terhadap pekerjaannya; (b) out comes, adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai dari hasil pekerjaannya; (c) comparisons persona, adalah perbandingan antara input dan out comes yang diperolehnya. Ketiga, Two factor theory yang dikemukakan oleh Herzberg (1966). Prinsip teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan variabel yang kontinyu (dalam As'ad, 2003: 108). Berdasarkan hasil penelitiannya Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu: (a) statisfers atau motivator, factor-faktor atau situasi yang 17 dibuktikannya sebagai sumber kepuasan yang terdiri dari: achievement, recognition, work it self, responsibility dan advancement; dan (b) dissatifiers atau hygiene factors, yaitu faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, seperti: company policy and administration, supervision tehnical, salary, interpersonal relations, working condition, job security dan status. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, meliputi : a) Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan pegawai terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi pegawai dapat terpenuhi. Hal ini meliputi : system dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi. b) Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pegawai. Hal ini meliputi: jenis pekerjaan, pimpinan / atasan yang baik yang mau menghargai pekerjaan bawahannya, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan pegawai dan umur. c) Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama pegawai, dengan atasannya 18 maupun pegawai yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini meliputi : rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar. d) Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai. Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. Dari definisi faktor-faktor diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang memiliki peran yang penting bagi instansi dalam memilih dan menempatkan pegawai dalam pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau sepantasnya dilakukan. Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja : 1. Kerja yang secara mental menantang. Kebanyakan pegawai menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan pegawai akan mengalamai kesenangan 19 dan kepuasan. 2. Ganjaran yang pantas. Para pegawai menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan: yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula pegawai berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 3. Kondisi kerja yang mendukung. Pegawai peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan 20 bahwa pegawai lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem (terlalu banyak atau sedikit). 4. Rekan kerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan pegawai, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. 5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka. 3. Fungsi-fungsi kepuasan kerja Kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri. Pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah untuk mencapai 21 kematangan psikologis dan akan menjadi frustasi yang menyebabkan pegawai akan senang melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah atau bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan mengakibatkan turunnya kinerja pegawai dan sebaliknya. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti yang penting, baik bagi pegawai maupun instansi terutama karena menciptakan keadaan positif dalam lingkungan kerja (Susilo Martoyo, 2006). 4. Pengukuran kepuasan kerja Pengukuran kepuasan kerja sangat bervariasi. Informasi yang didapat dari kepuasan kerja ini bisa melalui tanya jawab secara perorangan, dengan angket ataupun dengan pertemuan suatu kelompok kerja. Jika menggunakan tanya jawab sebagai alatnya, maka pegawai diminta untuk merumuskan tentang perasaannya terhadap aspek-aspek pekerjaan. Cara lain adalah dengan mengamati sikap dan tingkah laku orang tersebut. Didalam pengukuran kepuasan kerja, metode yang digunakan adalah dengan membuat kuesioner yang berhubungan dengan masalah kepuasan kerja yang meliputi faktor finansial, faktor fisik, faktor sosial dan faktor psikologi, yang kemudian disebar pada responden untuk dijawab atau diisi sesuai keadaan yang sebenarnya. 22 D. Pengertian Kinerja Pegawai Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan pengertian atas kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, 23 dan dapat diukur. Jika kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai. Dessler (2000:87) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik. 1. Penilaian Kinerja Pegawai Yang dimaksud dengan sistem penilaian kinerja ialah proses yang mengukur kinerja 24 pegawai ( Prof.Dr.Tjutju Yuniarsih, 2009:162). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja pegawai adalah : 1. karakteristik situasi, 2. deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kinerja pekerjaan, a. 3. tujuan-tujuan penilaian kinerja, 4. sikap para pegawai dan manajer terhadap evaluasi. Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para pegawai dapat kita ketahui dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan evaluasi Seorang pimpinan menilai kinerja dari masa lalu seorang pegawai dengan menggunakan rating deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam keputusankeputusan promosi. demosi, terminasi dan kompensasi. 2) Tujuan pengembangan Seorang pimpinan mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang pegawai dimasa yang akan datang. Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja pegawai adalah : sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi atau instansi. 25 b. Manfaat penilaian kinerja Pegawai Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan pegawai yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi instansi dimana pegawai tersebut bekerja. Bagi pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Dan bagi organisasi atau instansi sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen sumber daya manusia secara efektif. 2. Pengukuran Kinerja Pegawai Secara teoritikal berbagai metode dan teknik mempunyai sasaran yang sama, yaitu menilai prestasi kerja para pegawai secara obyektif untuk suatu kurun waktu tertentu dimasa lalu yang hasilnya bermanfaat bagi organisasi atau instansi, seperti untuk kepentingan mutasi pegawai maupun bagi pegawai yang bersangkutan sendiri dalam rangka pengembangan karirnya. Untuk mencapai kedua sasaran 26 tersebut maka digunakanlah berbagai metode pengukuran kinerja pegawai yang dewasa ini dikenal dan digunakan adalah : 1. Rangking, adalah dengan cara membandingkan pegawai yang satu dengan pegawai yang lain untuk menentukan siapa yang lebih baik. 2. Perbandingan pegawai dengan pegawai, adalah suatu cara untuk memisahkan penilaian seseorang ke dalam berbagai faktor. 3. Grading, adalah suatu cara pengukuran kinerja pegawai dari tiap pegawai yang kemudian diperbandingkan dengna definisi masingmasing kategori untuk dimasukkan kedalam salah satu kategori yang telah ditentukan. 4. Skala gratis, adalah metode yang menilai baik tidaknya pekerjaan seorang karyawan berdasarkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Masing-masing faktor tersebut. Seperti kualitas dan kuantitas kerja, keterampilan kerja, tanggung jawab kerja, kerja sama dan sebagainya. 5. Checklists, adalah metode penilaian yang bukan sebagai penilai pegawai tetapi hanya sekedar melaporkan tingkah laku pegawai. 3. Penilaian Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negeri Sipil Penilaian pelaksanaan pekerjaan di lingkungan pegawai negeri sipil, adalah untuk mengukur kinerja dan lazim dikatakan sebagai 27 prestasi kerja. Derajat prestasi ditentukan oleh skor antara 50 sampai dengan 100. prestasi kerja (performance) adalah suatu proses panjang seorang pegawai atau pegawai yang mengabdikan dirinya pada instansi atau organisasi yang dapat dinilai melalui pencapaian sasaran yang hendak diraih dalam kurun waktu yang relatif singkat. Prestasi keja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu Prestasi kerja pegawai khususnya pegawai negeri sipil dapat diukur kontribusinya, baik terhadap hasil kerja yang harus dicapainya dalam kurun waktu tertentu, maupun hanya tahap - tahap pekerjaan yang dapat diselesaikannya dari keseluruhan target. Pengukuran kontribusi pegawai dapat menggunakan beberapa cara antara lain : (i) kelayakan pekerjaan (job worth), (ii) karakteristik perseorangan (personal characteristic), seperti senioritas atau pendidikan dan (iii) kualitas dari performance pegawai. Prestasi kerja dilingkungan pegawai negeri sipil, diatur berdasarkan peraturan pemerintah No.10 tahun 1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai negeri sipil sebagai penjabaran undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian. Menurut pasal 4 ayat 2 PP no.10 tahun 1979 tersebut, daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, unsur-unsur yang dinilai adalah : 1. Kesetiaan; 28 2. Prestasi kerja; 3. Tanggungjawab; 4. Ketaatan; 5. Kejujuran; 6. Kerjasama; 7. Prakarsa; 8. Kepemimpian; dan 9. Kesetiaan. 1. Kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah. Unsur kesetiaan terdiri atas sub-sub unsur penilaian sebagai berikut: a) Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap, tingkah laku, dan perbuatan; b) Menjunjung tinggi kehormatan negara dan atau pemerintah, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, atau golongan; c) Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelaiari haluan negara, politik pemerintah, dan rencanarencana Pemerintah dengan tujuan untuk melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna; d) Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak 29 pernah terlibat dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila Undang-Undang Dasar 1945, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau pemerintah; e) Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan tindakan yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah. 2. Prestasi Kerja, yaitu hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan. Unsur prestasi kerja terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya; b) Mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya; c) Mempunyai pengalaman di bidang tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya; d) Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan tugasnya; 30 e) Mempunyai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik; f) Melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasilguna; g) Hasil kerjanya melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah. 3. Tanggung Jawab, yaitu kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaikbaiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Selalu menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya dan tepat pada waktunya; b) Selalu berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan; c) Selalu mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri, orang lain, atau golongan; d) Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain; e) Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukannya; f) Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaikbaiknya barang-barang milik negara yang dipercayakan kepadanya. 31 4. Ketaatan, yaitu kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Unsur ketaatan terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Menaati peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang berlaku; b) Menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang dengan sebaik-baiknya; c) Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaikbaiknya sesuai dengan bidang tugasnya; d) Bersikap sopan santun. 5. Kejujuran. Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur kejujuran terdiri atas subsub unsur sebagai berikut: a) Melaksanakan tugas dengan ikhlas; b) Tidak menyalahgunakan wewenangnya; c) Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang sebenarnya. 32 6. Kerjasama. Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Unsur kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan bidang tugasnya; b) Menghargai pendapat orang lain; c) Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila yakin bahwa pendapat orang lain itu benar; d) Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang lain; e) Selalu mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu dan bidang tugas yang ditentukan; f) Selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun tidak sependapat. 7. Prakarsa. Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan. Unsur prakarsa terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Tanpa menunggu petunjuk 33 atau perintah dari atasan, mengambil diperlukan keputusan dalam atau melakukan melaksanakan tindakan tugasnya, tetapi yang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum pimpinan b) Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar besarnya; c) Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna kepada atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas. 8. Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut: a) Menguasai bidang tugasnya; b) Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; c) Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain; d) Mampu menentukan prioritas dengan tepat e) Bertindak tegas dan tidak memihak; f) Memberikan teladan baik; g) Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama; h) Mengetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan; 34 i) Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan tugas; j) Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan: k) Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan. a. Tujuan Pengukuran Kinerja Pegawai Tujuan mengevaluasi kinerja pegawai dapat dikategorikan atas dua tujuan pokok, yaitu: 1. Untuk tujuan administrasi pengambilan keputusan promosi dan mutasi, misalnya: a. Sebagai dasar pengambilan keputusan promosi dan mutasi. b. Untuk menentukan jenis-jenis latihan kerja yang diperlukan. c. Sebagai kriteria seleksi dan penempatan pegawai. d. Sebagai dasar penilaian program latihan dan efektivitas jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, sistem pengawasan, kondisi kerja dan peralatan. e. 2. Sebagai metode pembayaran gaji dan upah. Tujuan individual employee development, yang meliputi: a. Sebagai alat ukur mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personal dan dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan. b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan 35 kecakapan kerja yang baik. c. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja Pegawai sehingga dapat tercapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik. d. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk mengobservasikan perilaku dari bawahannya supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya. e. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahankelemahan dimasa lampau dan meningkatkan kemampuankemampuan pegawai selanjutnya. b. Tata Cara Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil Penilaian dilakukan oleh Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau pejabat lain yang setingkat dengan itu. Pejabat Penilai melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang berada dalam lingkungannya pada akhir bulan Desember tiap-tiap tahun. Jangka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan. Skor masing-masing komponen sebagaimana pasal 5 ayat 1 PP no.10 tahun 1979 bahwa nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut : (i) 91-100 = predikat amat baik, (ii) 76-90 = predikat baik, 36 (iii) 61-75 = predikat cukup, (iv) 51-60 = predikat sedang, dan (v) = peringkat kurang. < 50 Nilai untuk masing-masing unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan, adalah rata - rata dari nilai sub-sub unsur penilaian. Setiap unsur penilaian ditentukan dulu nilainya dengan angka, kemudian ditentukan nilai sebutannya. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Pejabat Penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila ia telah membawahkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan. Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk suatu mutasi kepegawaian, sedangkan Pejabat Penilai belum 6 (enam) bulan membawahi Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, maka Pejabat Penilai tersebut dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan mengunakan bahan-bahan yang ditinggalkan oleh Pejabat Penilai yang lama. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah diisi diberikan oleh Pejabat Penilai kepada Pegawai Negeri Sipil yang dinilai. Apabila Pegawai Negeri Sipil yang dinilai menyetujui penilaian terhadap dirinya seperti tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, maka ia membubuhkan tanda tangannya pada tempat yang tersedia. Pegawai Negeri Sipil wajib mengembalikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditandatangani olehnya kepada Pejabat Penilai selambat-lambatnya 37 dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditandatangani oleh Pejabat Penilai dan oleh Pegawai Negeri Sipil yang dinilai dikirimkan oleh Pejabat Penilai kepada Atasan Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung dari Pejabat Penilai, selambatlambatnya 14 (empat belas) hari terhitung mulai diterimanya kembali Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai. Penilaian pelaksanaan tersebut diatas merupakan bawah pertimbangan dalam rangka pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan dan pangkat tertentu sebagai mana diatur dalam pasal 17 dan 20 undang – undang No.43 tahun 1999, juncto pasal 5, PP nomor 100 tahun 2000 bahwa persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural adalah : Semua unsur penilaian prestasi kinerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir. Artinya pegawai negeri sipil dikatakan berprestasi minimal nilai unsure – unsur DP3nya dalam 2 tahun terakhir adalah baik. Pengertian prestasi kerja berdasarkan standar kepegawaian yang dijelaskan dalam penjelasan PP nomor 10 tahun 1979 pasal 4 bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang pegawai negeri sipil antara lain dipengaruhi oleh : kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan pegawai negeri sipil yang bersangkutan. Secara garis besar ukuran prestasi kerja tersebut dapat terlihat 38 dalam : (i) kuantitas pekerjaan, (ii) kualitas pekerjaan dan (iii) ketepatan waktu pelaksanaan. E. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Meskipun hanya merupakan salah satu faktor dari banyak faktor berpengaruh lainnya, kepuasan kerja juga mempengaruhi tingkat kinerja pegawai. Dengan kepuasan kerja yang diperoleh diharapkan kinerja pegawai yang tinggi dapat dicapai para pegawai. Tanpa adanya kepuasan kerja, pegawai akan bekerja tidak seperti apa yang diharapkan oleh instansi, maka akibatnya kinerja pegawai menjadi rendah, sehingga tujuan instansi secara maksimal tidak akan tercapai. Sehingga dapat diketahui bahwa tidak hanya kemampuan pegawai saja yang diperlukan dalam bekerja tetapi juga motivasi dalam bekerjapun sangat mempengaruhi pegawai untuk kinerjanya lebih baik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh para pimpinan / atasan untuk memotivasi pegawainya adalah dengan menciptakan kepuasan dalam bekerja agar tercapainya kinerja pegawai didalam instansi tersebut meskipun disadari bahwa hal itu tidak mudah. Kaitan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan juga dikemukakan oleh Ostroff (1992) ditunjukkan oleh keadaan perusahaan dimana karyawan yang lebihterpuaskan cenderung lebih efektif daripada perusahaan-perusahaan dengan karyawan yang kurang terpuaskan. Dessler (2000) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai 39 produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan membangun kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien. Hasil penelitian dari McNeese– Smith (1996) menunjukkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional merupakan variabel independen yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap sikap manajemen terhadap strategi perusahaan yang tercermin melalui kinerja karyawan. Penelitian lain dilakukan oleh Eva Kris Diana Devi (2009) menyimpulkan bahwa adanya Pengaruh Positif dan Signifikan antara Kepuasan Kerja dengan Kinerja Pegawai. 40