analisis pengaruh jumlah uang beredar (jub), kurs dan suku bunga

advertisement
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS
DAN SUKU BUNGA TERHADAP LAJU INFLASI DI
INDONESIA TAHUN 1999-2014
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
ASTUTIK KOMARIYAH
NIM. B300120035
PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN – S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS DAN SUKU BUNGA
TERHADAP LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1999-2014
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
ASTUTIK KOMARIYAH
B 300 120 035
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing
Eni Setyowati, SE, MSi
2
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS DAN SUKU BUNGA
TERHADAP LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1999-2014
OLEH
ASTUTIK KOMARIYAH
B 300 120 035
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Pada hari Sabtu, 23 April 2016
Dan dinyatakan telah memenuni syarat
Dewan Penguji :
1.
Eni Setyowati, SE, MSi
( Ketua Dewan Penguji)
(
)
2. Maulidyah IH., Ir,MS
(Sekretaris Dewan Penguji)
(
)
3. Dr. Daryono Soebagiyo, MEc
( Anggota Dewan Penguji)
(
)
Dekan,
(Dr. Triyono, M.Si)
NIK : 642
3
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhya.
Surakarta, 23 April 2016
Penulis
ASTUTIK KOMARIYAH
B 300 120 035
4
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS DAN SUKU BUNGA
TERHADAP LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1999-2014
ASTUTIK KOMARIYAH
B 300 120 035
ABSTRAKSI
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir
ekonomi. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat atau mengukur
stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan
berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Gejolak perekonomian yang terjadi salah
satunya karena adanya faktor inflasi. Tujuan dari pelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana
pengaruh Jumlah uang beredar (JUB), KURS dan suku bunga terhadap laju inflasi di indonesia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier
berganda metode (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KURS berpengaruh positif dan
signifikan terhadap laju Inflasi dan jumlah uang beredar dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap laju inflasi di Indonesia.
Kata Kunci: Jumlah Uang Beredar (JUB), Nilai Tukar (KURS), Suku Bunga SBI (BIRATE), Inflasi.
ABSTRACT
Inflation is one of the many economic problems get the attention of economic thinkers. One of the
macro-economic indicators that are used to see or measure the stability of a country's economy is
inflation. Changes in these indicators will impact on the dynamics of economic growth. The turmoil
partly because the inflation factor. Pelitian The purpose of this is to analyze how the influence of
money supply (JUB), EXCHANGE and the interest rate to the inflation rate in Indonesia. The
analytical method used in this research is using multiple linear regression analysis method (OLS). The
results of this study indicate that EXCHANGE positive and significant effect on the rate of inflation
and the money supply and interest rates had no significant effect on the rate of inflation in Indonesia.
Keywords : Money Supply (JUB), Exchange Rate (RATE), SBI (BIRATE), Inflation
1.
PENDAHULUAN
Kestabilan perekonomian suatu negara menjadi tolok ukur bagi berkembangnya
perekonomian secara berkelanjutan. Namun, permasalahan kestabilan perekonomian juga
menjadi masalah klasik terutama bagi negara berkembang. Hampir disetiap negara baik
negara-negara yang maju maupun negara yang sedang berkembang menghadapi masalah
kestabilan serta
masalah pertumbuhan ekonomi. Masalah yang selama ini menjadi
perhatian khusus di tiap–tiap negara salah satunya ialah masalah inflasi. Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang dimana kehidupan ekonominya sangat bergantung pada
tata moneter dan perekonomian dunia, selalu menghadapi masalah tersebut.
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian
para pemikir ekonomi. Menurut Sudarso (1991), salah satu indikator ekonomi makro yang
digunakan untuk melihat atau mengukur stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi.
Perubahan dalam indikator ini akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi.
Gejolak perekonomian yang terjadi salah satunya karena adanya faktor inflasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan inflasi di Indonesia yaitu suku
bunga acuan bank indonesia atau dengan kata lain BI Rate yang menjadi signal bagi
perbankan untuk menetapkan tingkat suku bunganya seperti tabungan, deposito dan kredit.
Menurut Yodiatmaja (2012:3) perubahan BI Rate akan mempengaruhi beberapa variabel
makroekonomi yang kemudian diteruskan kepada inflasi. Perubahan berupa peningkatan level
BI Rate bertujuan untuk mengurangi laju aktifitas ekonomi yang mampu memicu inflasi. Pada
saat level BI Rate naik maka suku bunga kredit dan deposito pun akan mengalami kenaikan.
5
Ketika suku bunga deposito naik, masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank dan
jumlah uang yang beredar berkurang. Pada suku bunga kredit, kenaikan suku bunga akan
merangsang para pelaku usaha untuk mengurangi investasinya karena biaya modal semakin
tinggi. Hal inilah yang meredam aktivitas ekonomi dan pada akhirnya mengurangi tekanan
inflasi.
Oleh sebab itu untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil
diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi baik bank indonesia,
pemerintah maupun swasta. Inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja, karena dapat menimbulkan
dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi sangat penting diperhatikan mengingat
dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidak stabilan pertumbuhan ekonomi
yang lambat dan pengangguran yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan
inflasi agar stabil sangat penting untuk dilakukan.
Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit ini dan adanya perubahan inflasi di
Indonesia, sehingga dalam hal ini penulis
melakukan penelitian untuk menyelesaikan
permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : Analisis
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), KURS dan Suku Bunga Terhadap Laju Inflasi Di
Indonesia.
2.
METODE
2.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian adalah Inflasi (INF)
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Jumlah Uang Beredar (JUB), KURS,
dan Suku Bunga (BIRATE).
2.2 Definisi Operasional
a. Laju Inflasi
Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi dalam periode tahunan yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) melalui statistik ekonomi keuangan Indonesia
(SEKI) dengan satuan persen (%).
b.
Jumlah Uang Beredar (JUB)
Data jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) untuk Indonesia. Data operasional
yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia (BI) berdasarkan perhitungan tahunan dinyatakan dalam bentuk satuan miliar
rupiah.
c.
Nilai tukar kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (Kurs)
Adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar. Nilai tukar rupiah terhadap
menggunakan kurs tengah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d.
dolar
Suku Bunga SBI
Adalah suku bunga sertifikat bank Indonesia berjangka 1 bulan (SBI 1 Bulan)
dan merupakan instrumen kebijakan moneter bank sentral. Angka suku bunga SBI
dalam satuan persen.
2.3 Alat dan Model Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk
menganalisa pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar terhadap tingkat inflasi. Adapun alat analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah pendekatan non-parametrik menggunakan model Regresi Linier Berganda sehingga
dapat dianalisis mengenai pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar
rupiah terhadap dollar terhadap tingkat inflasi.
6
Adapun model yang digunakan adalah sebagai berikut:
INF = +
Keterangan :
JUB +
KURS +
BIRATE +
INF
= Inflasi
JUB
= Jumlah uag beredar
KURS = Kurs
BIRATE = BI rate
= Intercept atau konstanta
= Koefisien Regresi Jumlah uang beredar
= Koefisien Regresi Jumlah kurs (nilai tukar)
=Koefisien Regresi Jumlah suku bunga BIRATE
= Koefisien regresi
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Estimasi Model Regresi OLS
INF
12,3887148009 - 0,00000136JUB
0,270606857727BIRATE
= 0,667342
DW stat = 2,490603
2.
=
-
+
0,0020168917834*KURS
+
F stat = 8,024370
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas (Jarque Berra)
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque Berra dengan
formulasi hipotesis;
: distribusi
normal dan
: distribusi
tidak normal.
Tingkat signifikansi yang dugunakan (α) sebesar 0,05 dengan kriteria pengujian;
diterima bila JB ≤ 0,05 dan
ditolak bila JB > 0,05. Dapat dilihat bahwa besar nilai
probabilitas dari hasil pengujian adalah 0,461075 > 0,05 maka
diterima.
Kesimpulan yang dapat diambil distribusi residual
normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas (VIF)
Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
TK
TPEN
VIF
7,123492
4,050749
Kriteria
10
<
10
<
10
INV
3,631631
<
Sumber: Hasil Olah Data Dengan E-Views 7
Keterangan
Tidak ada masalah multikolinieritas
Tidak ada masalah multikolinieritas
Tidak ada masalah multikolinieritas
Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai VIF tidak lebih dari 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikoliniaritas dan
model regresi layak untuk dipakai.
c.
Hasil Uji Heteroskedastisitas (White)
Hasil output menunjukkan nilai Obs*R-Square (Chi-squares) adalah 8.423523
sedangkan nilai probabilitas pada chi-square adalah 0.4921 yaitu lebih kecil dari
, dengan begitu kita dapat menolak hipotesis nol bahwa tidak terdapat
masalah Heteroskedastisitas dalam model.
7
d.
Hasil uji Linieritas – Ramsey Reset
Tabel 2
Hasil Uji linieritas
Value
df
Probability
F-statistic
0.045388
(2, 10)
0.9558
Likelihood ratio
0.144586
2
0.9303
Sumber: Hasil Olah Data Dengan E-Views 7
3.
Uji Linieritas yang digunakan dalam penelitian adalah uji Ramsey-Reset dengan
formulasi hipotesis;
: model linier (spesifikasi model benar) dan
: model tidak
linier (spesifikasi model salah). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar
0,05 dengan kriteria pengujian;
diterima bila F hitung atau statistik F ≤ 0,05 dan
ditolak bila F hitung atau statistik F > 0,05. Nilai probabilitas dari hasil pengujian
sebesar 0.9558 > 0,05 maka
diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model yang
dipakai linier.
Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Tabel 3
Hasil Uji hipotesis
Variabel
t statistik
Prob,t
alfa
JUB
-1,171751
0,2640
>
0,05
JUB tidak berpengaruh Signifikan
KURS
2,606938
0,0229
<
0,05
KURS berpengaruh signifikan
BIRATE 0,994801 0,3395 > 0,05
Sumber: Hasil Olah Data Dengan E-Views 7
Ket
BIRATE tidak berpengaruh signifikan
Dari tabel 3 hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa :
1. Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel JUB diperoleh
sebesar -1,171751
dengan probabilitas sebesar 0,2640 . Nilai probabilitas lebih besar dari 0.05
(0,2640
0.05) maka dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara JUB dengan
inflassi.
2. Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel Kurs diperoleh
sebesar 2,606938
dengan probabilitas sebesar 0,0229 . Nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05
(0,0229 < 0.05) maka dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Kurs dengan inflasi.
3. Hasil uji hipotesis (uji t) untuk variabel SBI diperoleh
sebesar 0,994801
dengan probabilitas sebesar 0,3395 . Nilai probabilitas lebih besar dari 0.05
(0,3395 > 0.05) maka dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara SBI dengan
inflasi.
b. Uji Simultan (Uji F)
Hasil perhitungan dengan menggunakan program E-Views 7 dapat
diketahui bahwa
sebesar 8,024370 dengan nilai probabilitas sebesar
0,003359 , karena nilai probabilitas kurang dari 0.05 (0,003359 < 0.05) maka
8
Ha diterima dan menolak Ho. Jadi Itu artinya model yang dipakai dalam
penelitian ini eksis.
Uji Interpretasi R2
Pada tabel uji interpretasi terlihat nilai R2 = 0,667342 artinya variasi INF dapat
dijelaskan oleh variasi independen yaitu jumlah uang beredar (JUB), nilai tukar (KURS)
dan suku bunga SBI (BIRATE) sebesar 66,73% , sisanya dijelaskan oleh variasi lain, yang
tidak disertakan dalam model.
d. Interpretasi ekonomi
Berdasarkan hasil interprestasi statistik selanjutnya dilakukan interpretasi ekonomi
dengan mengaitkan terhadap teori-teori ekonomi yang melandasi. Interpretasi ekonomi
mencoba mengaitkan jumlah uang beredar (JUB), nilai tukar (KURS) dan suku bunga
(BIRATE) dengan Inflasi.
Hasil dari penelitian tersebut didukung oleh teori yang ada, menghasilkan pola
hubungan kausalitas dua arah di mana pertumbuhan nilai tukar riil dengan inflasi mempunyai
pergerakan searah yang ditunjukkan fungsi impulse response. Hal ini bermakna bahwa
depresiasi rupiah akan mendorong terjadi kenaikan inflasi di Indonesia. Pengaruh yang
berkebalikan ditujukan oleh pengaruh pertumbuhan nilai tukar riil rupiah terhadap
pertumbuhan output yaitu negatif. Gambar fungsi impulse response pengaruh kejutan
pertumbuhan nilai tukar riil menunjukkan adanya kontraksi pertumbuhan output Indonesia
akibat pertumbuhan nilai tukar riil rupiah (depresiasi). Dampak inflasioner dari pertumbuhan
nilai tukar riil rupiah (depresiasi) terhadap inflasi di Indonesia ini sesuai dengan pengamatan
Hakan dan Mehmet (2003) di Turki, Ito dkk (2001) di Asia Timur yang menunjukkan inflasi
setelah adanya depresiasi pada negara-negara yang mereka amati. Pertumbuhan output
mempunyai perilaku yang serupa dengan perilaku inflasi. Pertumbuhan output yang telah
mengalami penurunan akibat depresiasi hanya bersifat temporer.
Penjelasan adanya penurunan pertumbuhan output ketika terjadi depresiasi disebabkan
beberapa faktor. Pertama, depresiasi nilai tukar riil rupiah telah menyebabkan barang-barang
modal sebagai input produksi harganya terlalu mahal sehingga mengurangi barang-barang
modal tersebut yang pada akhirnya menurunkan kapasitas produksi industri dalam negeri dan
berdampak kepada penurunan pertumbuhan output.
Selanjutnya, pelemahan mata uang rupiah menyebabkan barang-barang produksi dalam
negeri yang mempunyai kandungan impor tinggi mengalami kenaikan biaya produksi
sehingga harus meningkatkan harga jual kepada konsumen. Kenaikan harga barang-barang
tersebut menyebabkan penurunan konsumsi masyarakat. Hal ini menyebabkan sektor
produksi mengalami disinsentif untuk produksi. Hasil ini sejalan dengan temuan dari Odusula
dan Akinlo (2001) serta Berument dan Pasaogullari yang menemukan adanya dampak
kontraksi output yang diakibatkan kejutan pertumbuhan nilai tukar riil.
Depresiasi nilai tukar riil rupiah yang dibarengi dengan perubahan manajemen nilai
tukar pada pertengahan tahun 1997 mendorong perbaikan posisi neraca transaksi berjalan
dengan mengalami surplus tahun pada awal tahun 1998. Surplus yang terjadi dalam neraca
transaksi berjalan Indonesia dipicu adanya kenaikan secara relatif harga produk luar negeri
yang menyebabkan penurunan impor. Penurunan impor ini juga secara simultan
meningkatkan surplus neraca perdagangan yang merupakan komponen dalam neraca
transaksi berjalan meningkat secara signifikan.
Dengan demikian depresiasi ini mengakibatkan harga-harga barang luar negeri lebih
mahal sehingga mendorong konsumen domestik memilih barang dalam negeri yang dapat
mengurangi aliran dana ke luar negeri. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya
perbaikan posisi neraca transaksi berjalan. Analisis dekomposisi varian pengaruh
pertumbuhan nilai tukar riil rupiah relatif kecil terhadap pertumbuhan neraca transaksi
berjalan belum memberikan konfirmasi keberadaan J-curve dalam perilaku pertumbuhan
neraca transaksi berjalan Indonesia yang terkait dengan pertumbuhan nilai tukar riil rupiah.
Temuan ini belum mampu memberikan konfirmasi atas temuan dari Onafowora (2003) yang
menyatakan fenomena J-curve di sebagian Asia Tenggara, antara lain Malaysia dan Indonesia.
Pernyataan tersebut ternyata sejalan dengan apa yang diperoleh dari hasil penelitian ini.
Bahwa nilai tukar (KURS) membawa pengaruh terhadap Inflasi.
c.
9
4.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Dari hasil uji asumsi klasik diperoleh kesimpulan bahwa uji normalitas distribusi normal,
pada uji heteroskedastisitas tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model, pada
uji multikoliniaritas model regresi tidak terdapat multikoliniaritas dan model regresi
layak untuk dipakai, pada uji linieritas atau spesifikasi model adalah model yang dipakai
linier.
b. Setelah melakukan analisis regresi dan pengujian statistik dapat disimpulkan variabel
KURS berpengaruh signifikan terhadap inflasi pada tingkat α = 0,05 dengan koefisien
sebesar 0,0229, sedangkan variabel JUB dan BIRATE tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap inflasi pada tingkat α = 0,05 dengan koefisien JUB sebesar 0,2640 dan
koefisien BIRATE sebesar 0,3395. Dari ketiga variabel yaitu jumlah uang beredar (JUB),
Kurs, dan Suku bunga SBI terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak signifikan
secara individual. Dengan demikian ketiga variabel tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi bagi investor.
c. Dari hasil uji statistik yaitu uji F nilai probabilitas sebesar 0,003359 < 0,05 maka model
yang dipakai eksis, dan nilai pada koefisien
0,667342 yang artinya 66,73%
variabel INF dapat dijelaskan oleh variabel JUB, KURS dan BIRATE.
4.2 Saran
a. Bagi peneliti berikutnya diharapkan memperpanjang periode penelitian dan juga
menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak sehingga dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih baik.
b. Variabel kurs adalah variabel yang mempunyai pengaruh paling besar dalam terjadinya
inflasi di indonesia. Jadi untuk menjaga kesetabilan nilai kurs agar tidak terjadi inflasi yang
sangat drastis maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikkan yaitu : perubahan harga
dari barang-barang ekspor, Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian
investasi dan perkembangan ekonomi.
c. Bagi para investor yang ingin berinvestasi di pasar modal, hendaknya memperhatikan
faktor-faktor makro ekonomi seperti kurs, suku bunga SBI, jumlah uang beredar dan
lain-lain untuk memprediksi pergerakan inflasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aniq, miftahul. 2015, pengaruh kurs, inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar dan harga minnyak
mentah terhadap jakarta islamic index (JII) di bursa efek indonesia periode 2012-2014. Skripsi
program studi ekonomi islam fakultas ekonomi dan bisnis islam universitas islam negeri
walisongo semarang.
_______________. Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia, Berbagai edisi.
_______________. Bank Indonesia. Laporan Kebijakan Moneter, Berbagai edisi.
_______________.Bank Indonesia.Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Berbagai edisi.
Boediono,1982. Ekonomi Mikro (edisi kedua). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Boediono,1982. Ekonomi Makro (edisi keempat). Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Endri (2008) “analisis factor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia tahun 1997-2005
Fery magaline (2006). Melakukan penelitian mengenai “pengaruh tingkat suku bunga SBI dan jumlah uang
beredar terhadap tingkat inflasi di Indonesia tahun 1995-2004”
Gujarati, Damodar, 2003. Ekonometri Dasar, Terjemahan oleh Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga.
10
Hakim, nurul. 2013, pengaruh produk domestik bruto, jumlah uang yang beredar, inflasi, current account, financial
account, dan harga minyak dunia terhadap kurs rupiah perdolar amerika serikat tahun 2002-2012.
Skripsi jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis universitas diponegoro semarang.
Insukindro.1987. Pengantar Ekonomi Moneter, Yogyakarta : BPFE
Irawan, Ferry.”Kebijakan Moneter, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi”, 2005.
Langi, theodores Manuela,2014 ”analisis pengaruh suku bunga BI, jumlah uang yang beredar, dan tingkat kurs
terhadap tingkat inflasi di Indonesia”. Jurnal berkala ilmiah efisiensi vol.14, no.2.
Mamik Wahjuanto (2010). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Laju Inflasi.
Nugroho, primawan wisma. 2012, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di indonesia periode 2000.12011.4. skripsi jurusan IESP fakultas ekonomi dan bisnis UNDIP.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter II. Yogyakarta : BPFE.
Perlambang, heru,2010 “analisis pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI, nilai tukar terhadap tingkat
inflasi”. Media ekonomi vol.19, no.2.
Prayitno dkk.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah
Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret
2002.
saputra, kurniawan. 2013, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di indonesia 2007-2012. Skripsi
jurusan IESP fakultas ekonomi dan bisnis universitas diponegoro semarang.
Sofyan, muhammad.2011, analisis pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suu bunga, jumlah uang yang beredar
(M2) dan inflasi terhadap jumlah tabungan di indonesia. Skripsi jurusan manajemen fakultas
ekonomi dan bisnis universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.
Wahyudi, eko. “pengaruh suku bunga BI (BI Rate) dan produk domestik bruto (PDB) terhadap laju inflasi di
Indonesia periode tahun 2000-2013”.
Warijiyo perry, 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. PPSK Jakarta.
Witjaksono, Ardian Agung, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga
Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang, 2010.
http://www.pusatmakalah.com/2015/02/makalah-inflasi-di-indonesia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah
https://www.academia.edu/8816398/Data_Jumlah_Uang_Beredar_JUB_Inflasi_dan_Kurs_Periode_
Tahun_1983-2012
http://berilmu.com/blog/sejarah-nilai-tukar-rupiah-dari-tahun-ke-tahun/
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/exchange-rates
11
Download