12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang diperjualbelikan tersebut digunakan untuk jangka waktu yang lama dalam tujuan menunjang pengembangan suatu organisasi atau perusahaan. Kegiatan jual-beli dana tersebut dilakukan dalam suatu lembaga resmi yang disebut bursa efek. Sundjana dan Berlin (2003:424) mendefinisikan pasar modal dalam dua arti sebagai berikut : Pengertian pasar modal dalam arti yang sempit : “ Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka waktu yang panjang.” Pengertian pasar modal dalam arti yang luas : 1. “ Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank - bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan serta surat – surat berharga jangka panjang dan pendek.” Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 ayat 13 mendefinisikan pasar modal sebagai berikut : “ Pasar modal adalah kegiatan bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli didalam kegiatan jual beli dana jangka panjang baik 13 dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, dan berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif untuk melakukan investasi bagi investor maupun masyarakat. 2.1.1 Peranan Pasar Modal Hampir semua negara di dunia ini memiliki pasar modal, yang bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industry dan keseluruhan fasilitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pasar modal dalam suatu negara bisa berperan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau menerbitkan obligasi (Jogiyanto 2007). 2.1.2 Mekanisme Perdagangan di Pasar Modal Suatu saham yang telah tercatat dibursa dapat dijual dan dibeli di lantai bursa. Agar perusahaan tercatat dalam bursa, perusahaan tersebut harus melalui proses penawaran perdana, yang diawali dengan penyampaian daftar emisi saham yang seringkali disebut Initial Public offering (IPO). Setelah melalui penawaran perdana, selanjutnya saham diperjualbelikan di lantai bursa. Harga saham selanjutnya, ditentukan oleh tingkat penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Jadi, dari penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa pasar modal dan bursa efek ada dua hal yang saling berkaitan, yaitu pasar primer, tempat dimana sekuritas pertama kali diterbitkan dan dijual. Sedangkan, pasar memperdagangkan sahamnnya (www.idx.co.id). sekunder yaitu tempat pemilik saham 14 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Pasar modal sebagai tempat bertemunya penjual (emiten) dan pembeli (investor) tentu memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasar modal seperti dikemukakan (Husnan 2001) sebagai berikut: 1. Penawaran sekuritas, yang berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal 2. Permintaan sekuritas, ini berarti bahwa masyarakat harus mempunyai dana yang cukup besar untuk dipergunakan dalam membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan di pasar modal. 3. Kondisi politik dan ekonomi, dimana politik yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang akhirnya mempengaruhi penawaran dan permintaan sekuritas. 4. Hukum dan peraturan, hukum yang jelas akan melindungi pemodal dari informasi yang tidak jelas 5. Para lembaga-lembaga pendukung pasar modal akan membantu kegiatan pasar modal secara tepat. Lembaga ini antara lain adalah kusodian, biro administrasi efek, wali amanat (trustee), akuntan, notaries, konsultan hukum dan penilai. Berdasarkan pendapat diatas ditarik kesimpulan, bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pasar modal diantaranya: permintaan dan penawaran sekuritas, kondisi politik dan ekonomi, para lembaga-lembaga pendukung pasar modal, risiko valuta asing, informasi, dam biaya transaksi. 15 2.2 Variabel Makro Ekonomi Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Hubungan yang dipelajari adalah hubungan secara kausal dan fungsional antara variabel-variabel yang agregatif. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. Terdapat beberapa variabel yang terdapat dalam makro ekonomi yaitu : 2.2.1 Inflasi Inflasi adalah suatu kondisi dimana tingkat harga meningkat secara terus-menerus (Mishkin, 2001). Sedangkan menurut (Pohan, 2008) inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Laju inflasi merupakan gambaran harga-harga. Harga yang membungbung tinggi tergambar dalam inflasi yang tinggi. Sementara itu, harga yang relatif stabil tergambar dalam angka inflasi yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa bila yang naik harganya hanya satu barang saja maka bukan inflasi, tetapi bila kenaikan mengakibatkan harga barang dan jasa yang lai juga naik maka disebut inflasi. 16 2.2.2 Tingkat Suku Bunga SBI 2.2.2.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan system diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI. Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder. 2.2.2.2 Karakteristik SBI Karakteristik dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dimuat dalam leaflet Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id adalah sebagai berikut: 1. Jangka waktu maksimum 12 bulan. 2. Denominasi, dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan yang tertinggi Rp 100 miliar. 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. 4. Pembelian SBI didasarkan dengan nilai tunai yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Nilai Tunai = ( ) 5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar dimuka, yang diperoleh dengan rumus berikut : Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 17 6. Pajak penghasilan atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15% 2.2.2.3 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI Tata cara transaksi penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang memuat dalam Leaflet Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id yaitu: 1. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang. 2. Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan pada hari Selasa. 3. Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang, dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari Kamis. 4. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan tingkat penawaran diskonto yang terendag sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. 5. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari terjadinya pemalsuan, pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan (BDS) sebagai tanda bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank Indonesia tanpa dipungut biaya penyimpanan. 2.2.3 Nilai Tukar Rupiah 2.2.3.1 Pengertian Nilai Tukar Setiap negara memiliki mata uang yang berbeda dari negara lain, dan juga nilai setiap mata uang akan memiliki nilai yang berbeda pula jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. Dewasa ini, dengan semakin luasnya transaksi perdagangan internasional maka tingkat kebutuhan akan valuta asing pun meningkat. Suatu negara sudah dipastikan akan bertransaksi dengan negara lain maka arus keluar-masuknya suatu valuta ke suatu negara dimungkinkan 18 terjadi. Agar dapat digunakan di suatu negara yang berbeda maka valuta negara asal haruslah diubah ke dalam valuta negara tujuan. Dari proses yang seperti inilah muncul istilah “nilai tukar” atau exchange rate. Rodriguez & Carter (2006:91) menyatakan bahwa : “Exchange rate is the price of one currency in terms of another currency”. Artinya bahwa nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang yang dibandingkan dengan jenis mata uang lain. Madura (2006:88) menyatakan bahwa : “Nilai tukar atau kurs mengukur suatu valuta dari perspektif lain”. Dari definisi-definisi diatas maka dapat kita simpulkan bahwa nilai tukar atau kurs merupakan ukuran harga perspektif valuta yang diekspresikan dari valuta asing. 2.2.3.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar Terdapat beberapa jenis kurs atau nilai tukar dipasar valas yaitu: 1. Kurs Spot (Spot Rate) Menurut Salvatore (1997 : 18) “Kurs yang digunakan sebagai landasan transaksi spot” 2. Kurs Forward (Forward Rate) Menurut Salvatore (1997 : 18) “Kurs yang disepakati hari ini namun berlaku di beberapa waktu kemudian” Dalam penelitian ini digunakan Kurs tengah yakni rata-rata dari kurs jual dan kurs beli. 19 Kurs Tengah = Sumber: (www.bi.go.id) 2.2.3.3 Faktor Yang mempengaruhi Nilai Tukar Menurut Sri Handaru (2002:77) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran atas mata uang, antara lain yaitu : laju inflasi, tingkat pendapatan, tingkat bunga, dan control pemerintah. Menurut Suseno (1990, dalam Pahlevi 2003) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah relative rendah terhadap mata uang negara lain terutama mata uang dollar Amerika, akan mendorong peningkatan ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor. Menurutnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akan berdampak pada peningkatan bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan dan akan mempengaruhi harga saham di bursa efek. 2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perusahaan yang melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tidak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila aktivitas ekonomi sekarang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. (Madura, 2003). 20 2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham Bagian dari efek yang paling banyak diperdagangkan pada pasar modal adalah saham. Saham merupakan bentuk kepemilikan terhadap suatu perusahaan. Definisi menurut Sunariyah (2007: 126) yang dimaksud dengan saham adalah: “ Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.” 2.3.2 Jenis – Jenis Saham Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun maksud dari pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:367), saham dapat dibedakan menjadi: 1. Berdasarkan cara pengalihannya a. Saham atas unjuk (Bearer stock) Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhatihati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (Registered stock) Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus 21 memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. 2. Berdasarkan manfaatnyaa. a. Saham biasa (Common stock) Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain: saham biasa unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang stabil, dan lain-lain. b. Saham preferen (Prefered stock) Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, antara lain: saham preferen kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain. Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Di samping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham biasanya juga memperoleh keuntungan dari capital gain. Adapun karakteristik saham biasa yaitu: 1. Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti. Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen dan capital gain. Pembayaran dividen kepada investor bergantung pada kebutuhan manajemen perusahaan yang menyangkut kondisi dan rencana perusahaan di masa yang akan datang. 2. Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum pemegang saham yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu perusahaan. Hak suara yang dimiliki pemegang saham adalah sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan demikian setiap pembelian saham dapat berperan untuk menentukan masa depan perusahaan. 22 3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan demikian emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar kembali harga pembelian saham yang telah diterbitkannya. Berbeda dengan obligasi, perusahaan memiliki kewajiban unutk mengembalikan baik itu berupa bunga atau nominalnya. 2.3.3 Macam-macam Nilai Saham Saham yang diperdagangkan dilantai bursa memiliki nilai pasar dan nilai-nilai lainnya, terdapat empat konsep yang memberikan makna yang berbeda menurut Helfert (2000:447), yaitu: 1. Nilai pari atau nilai nominal (par value/face value), yaitu merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham tersebut. 2. Nilai buku (book value) menunjukkan aktiva bersih (net asset) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukkan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham dilikuidasi. 3. Nilai intrinsik (fair value) adalah nilai saham yang menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. 4. Nilai pasar (market value) adalah harga saham biasa yang terjadi di pasar modal. Harga dibentuk oleh penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi. Analisis harga saham ditunjukkan untuk menilai nilai intrinsic (NI) suatu saham dan membandingkannya dengan nilai pasar saat ini, seperti yang dikemukakan oleh Helfert (2000:468) sebagai berikut: 23 1. Apabila NI > nilai pasar, maka harga saham terlalu rendah (undervalue). Jika seseorang telah memiliki saham sebaiknya tidak dijual karena akan mendapat capital loss atau mempertahankan saham yang dimilikinya. 2. Apabila NI < nilai pasar, maka harga saham lebih besar (overvalue), jika investor menjual sahamnnya pada saat ini maka akan mendapat capital gain. 3. Apabila NI = nilai pasar, maka harga saham wajar dan berada pada kondisi keseimbangan. Dalam hal ini setiap investor harus mampu memperkirakan berapa dan kapan manfaat yang diharapkan akan diterima dan manfaat tersebut di present value kan dengan tingkat suku bunga yang layak. Tingkat suku bunga ini harus memperlihatkan risk free rate (tingkat suku bunga bebas risiko) premi atas risiko. 2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Sebagai salah satu instrument ekonomi, pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sejumlah factor (Weston dan Brigham, 2001:26) sebagai berikut: 1. Proyek laba per lembar saham saat diperoleh laba 2. Tingkat resiko dari proyeksi laba 3. Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas 4. Kebijakan pembagian deviden 5. Kendala eksternal seperti kegiatan perekomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. 24 2.3.5 Indeks Harga Saham Gabungan 2.3.5.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan merupakan salah satu indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Menurut Anoraga (2001:101) indeks harga saham gabungan adalah : “ Suatu harga yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.” IHSG menggunakan semua saham yang tercatat di BEI sebagai komponen perhitungan IHSG di BEI adalah dengan menggunakan rata-rata tertimbang. Besar kecilnya bobot tergantung dari besar kecilnya pengaruh dari perubahan harga suatu saham terhadap keseluruhan harga saham yang ada. Jumlah saham yang tercatat di BEI sangat banyak, maka seringkali konsultan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, dalam perhitungan digunakan sampel dari keseluruhan saham tercatat. BEI menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan rumus Paasche karena rumus ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap indeks jika terjadi perubahan pada harga yang bersangkutan. 2.3.5.2 Jenis-Jenis Indeks Harga Saham Beberapa jenis indeks harga saham menurut Hadianto (2002:201) jenis indeks yang diperdagangkan di BEI terdapat empat jenis, yaitu : 1. Indeks Individual Menggunakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 2. Indeks harga saham sektoral 25 Merupakan sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam Sembilan sektor menurut klasifikasi industry yang ditetapkan BEI. 3. Indeks LQ 45 Menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan. 4. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai indikator pergerakan saham yang tercatat di BEI baik saham biasa maupun preferen. Dari jenis-jenis indeks diatas kita dapat mengetahui situasi secara umum berkaitan dengan harga saham individual, ataupun pergerakan saham secara keseluruhan. Indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam factor yang berpengaruh. Bila lebih dicermati, indeks harga saham yang berkembang tidak saja memuat fenomena-fenomena ekonomi semata tetapi juga memuat fenomena social dan politik. Indeks harga saham mengalami penurunan menunjukan kondisi pasar mengalami kelesuan begitu juga sebaliknya. 2.3.5.3 Penentu IHSG Situasi pasar secara umum dapat diketahui menggunakan IHSG. Ada dua metode perhitungan IHSG yang umum dipakai (Ang, 1997) : 1. Metode rata-rata (Average Method) Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi IHSG = Sumber: www.idx.co.id … … … … … … … … … … … (1) 26 Keterangan: IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan ∑Ps = Total Harga Saham Divisor = Harga dasar saham 2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Merupakan suatu metode yang menambah bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang : a. Paasche Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan. IHSG = ( ( ) ) … … … … … … … … … … … (2) Sumber : (en.wikipedia.org) Keterangan : Ps = Harga saham sekarang Ss = Jumlah saham yang beredar Pbase = Harga dasar saham 27 b. Laspreyes Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. IHSG = ( ( ) ) … … … … … … … … … … … (3) Sumber : (en.wikipedia.org) Keterangan : Ps = Harga saham sekarang Ss = Jumlah saham awal Pbase = Harga dasar saham 2.4 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila 28 tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah, 2006). Pengaruh signifikan dari suku bunga terhadap harga saham sebagaimana yang ditemukan Granger (dalam Mok, 1993) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negative antara suku bunga dan harga saham. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh negative suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia. 2.5 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bagi investor depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi 29 perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI (Jose Rizal,2007). Hal ini dapat dilihat sekilas dari argument Syahrir (2001:21), mengenai kurs Rupiah terhadap dollar AS. Apabila terjadi penurunan kurs rupiah secara berlebihan akan berdampak mempertinggi biaya produksi serta menurunnya laba perusahaan, selanjutnya harga perusahaan tersebut akan anjlok sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mengalami penurunan. Jadi, sulit untuk diharapkan untuk perkembangan pasar modal yang dinamis apabila kurs rupiah mengalami depresiasi atau devaluasi yang berkali-kali, dan juga sulit membayangkan sebuah negara akan mampu mengembangkan pasar modalnya bila kondisi hutang luar negerinya menumpuk sehingga tingkat debt series ratio mencapai persentase yang amat tinggi.