155 BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi September 2015 Vol. 1 No. 3, p 155-158 ISSN: 2442-2622 PERKEMBANGAN BERBAGAI TIPE VAKSIN UNTUK MENANGGULANGI PENYAKIT KOI HERPESVIRUS : REVIEW Dewi Nur’aeni Setyowati1) 1 Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram Jl. Pendidikan 37 Mataram 83125 Email: [email protected] Koi Herpesvirus (KHV) merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menyerang koi dan karper. Kematian karena KHV tinggi mencapai 80-100%. Penyakit KHV menjadi permasalahan internasional karena menyerang berbagi benua yaitu Benua Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Berbagai cara dikembangkan untuk menanggulangi KHV, diantaranya adalah dengan cara vaksinasi. Tipe-tipe vaksin yang telah dikembangkan diantaranya adalah vaksin KHV hidup yang telah dilemahkan (live attenuated), vaksin KHV yang telah diinaktivasi dalam liposom, vaksin DNA, serta vaksin rekombinan. Berbagai tipe vaksin tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam menanggulangi penyakit KHV. Keywords: KHV, vaksin, penanggulangan I. PENDAHULUAN Koi herpesvirus (KHV) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit tersebut menyerang ikan koi (Cyprinus carpio koi) dan ikan mas (Cyprinus carpio) (Setyorini dkk., 2008). KHV dapat menyebabkan kematian pada ikan hingga 80-100% (Hartman et al., 2008). Penelitian Perelberg et al. (2003) menunjukkan bahwa infeksi virus KHV tidak menyebabkan kematian pada Carassius auratus; Ctenopharyngodon idellus; Hypophthalmichthys molitrix; Bidyanus bidyanus dan Oreochromis niloticus. Namun, penelitian Rahmawati dkk (2010) berdasar hasil PCR menunjukkan bahwa koi dan koki dapat menjadi inang KHV. Virus KHV menyerang ikan dengan berbagai macam umur, namun benih lebih mudah terserang virus tersebut dibandingkan ikan dengan umur lebih dewasa (Perelberg et al., 2003). KHV adalah virus DNA yang termasuk dalam Famili Herpesviridae. KHV disebut juga Cyprinus herpesvirus type-3 (CyHV3) (Srisuvan et al., 2010, Bandin & Dopazo, 2011). Secara taksonomi, anggota famili Herpesviridae terdiri dari genom DNA double stranded. Genom DNA tersebut terbungkus dalam kapsid isosahedral yang dikelilingi oleh lapisan tegument. Lapisan tegument dibungkus oleh envelope (Aoki et al., 2007). Envelope mempunyai spike yang mengelilingi permukaan virus (Carter et al., 2006). Kapsid berdiameter 100-110 nm, virion secara keseluruhan berdiameter 170-230 nm (Gambar 1). Genom KHV diperkirakan berukuran 277 kbp (Ronen et al., 2003) Gambar 1. Koi herpesvirus : a. Struktur Koi herpesvirus, b. Gambaran mikrograf elektron virion Koi herpesvirus (Mettenleiter et al., 2009 cit Michel et al., 2010) Penyakit KHV pertama kali teridentifikasi di Israel tahun 1998 diikuti dengan kematian dalam skala besar pada ikan budidaya. Kerugian yang lain akibat penyakit ini juga menyerang Amerika, Inggris, Jerman dan Indonesia. Di Eropa, Asia dan Afrika, infeksi virus tersebut tersebar secara luas dan menyebabkan 156 kehilangan yang besar pada spesies Cyprinus carpio (El-Din, 2011). Serangan KHV dapat menyebabkan kematian 80-100% pada ikan yang terinfeksi (Murwantoko et al, 2012). Tabel 1 menunjukkan daftar negara dan tahun dilaporkan terserang KHV pertama kali. Tabel 1. Data negara dan tahun dilaporkan terserang ..KHV pertama kali (Crane et al., 2005; ..Chinabut and Somsiri 2005) Eropa Amerika Asia Afrika Inggris (1998) USA Israel Afrika (1998) (1998) Selatan (2003) Belgia (1999) Indonesia (2002) Denmark China (2002) (2002) Jerman Jepang (2003) Belanda Thailand (2002) (2005) Swiss(2003) Singapura (2005) Luxemburg (2003) Italia (2003) Austria (2003) Perancis (2003) Di Indonesia, penyakit KHV teridentifikasi pertama kali tahun 2002 di Blitar, Jawa Timur, kemudian menyebar ke Subang, Jawa Barat. Survei menunjukkan bahwa KHV sebagian besar menginfeksi daerah Jawa, Bali, Sumatera Selatan, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Sulawesi. Sedikitnya ada 10 wabah KHV pada ikan karper dan koi di Indonesia yang menyebabkan kematian yang tinggi, dampak ekonomi dan sosial, dan berpotensi sebagai sumber infeksi yang akan menyebar ke daerah lain (Sunarto dan Cameron, 2006) Gejala luar ikan yang terinfeksi KHV meliputi pada insang ikan terdapat warna merah/kecoklatan dan putih , insang berdarah, mata cekung, kulit berwarna pucat/ melepuh. . Ikan sering ditemukan berenang dengan lamban, tidak terkontrol dan sukar bernapas (Hartman et al., 2008). Ikan yang terserang KHV juga mengalami kenaikan produksi lendir (Hedrick et al. 2005). Pengamatan mikroskopik pada insang sering menunjukkan jumlah bakteri dan parasit yang banyak sebagai infeksi sekunder KHV (Hedrick et al. 2000). Gejala internal ikan terinfeksi KHV tidak konsisten dan tidak spesifik, tetapi dapat berupa perlekatan organ dalam di rongga tubuh dan warna organ yang berbeda, ginjal dan limpa membesar (Hedrick et al., 2005; Goodwin, 2003). Penelitian Costes et al. (2009) menunjukkan bahwa gerbang utama masuknya KHV ke dalam tubuh ikan adalah lewat kulit. Organ yang mengalami kerusakan adalah insang dan ginjal membesar (El-Din, 2011). Berdasarkan penamaan carp interstitial nephritis gill necrosis virus (CNGV), virus menginfeksi ikan melalui insang, bereplikasi di insang, menginduksi lendir dan nekrosis, dan selanjutnya virus terlepas ke air. Dari insang, virus dapat cepat menyerang ke ginjal, virus berlokasi di sel darah putih dan menyebabkan kerusakan yang berat pada ginjal. Lokasi virus yang berada dalam sel darah putih memungkinkan virus dapat secara cepat tertransfer ke organ dalam lewat sel darah putih yang terinfeksi dan selanjutnya berkembang dalam sel epitel ginjal dan usus. Selanjutnya virus terlepas ke dalam air, virus dapat juga terlepas lewat luka atau bagian tubuh yang mengalami peradangan (Gilad et al., 2004 cit. El-Din, 2011). Penelitian Hedrick et al. (2000) menunjukkan bahwa DNA KHV ditemukan dalam jumlah banyak pada usus di awal infeksi. II. PENANGGULANGAN PENYAKIT KHV Sebagian besar infeksi virus yang akut menghasilkan imunitas yang abadi. Ikan yang dapat bertahan terhadap serangan penyakit, atau ikan yang diimunisasi secara natural, meskipun mempunyai level antibodi yang rendah, menjadi resisten/kebal terhadap infeksi penyakit. Sejauh ini, pemberantasan dan penggunaan disinfektan pada kolam yang terinfeksi menunjukkan kegagalan untuk melindungi ikan dari KHV. Seleksi ikan yang resisten terhadap KHV secara genetik juga tidak dapat dijalankan pada ikan hias seperti koi. Penggunaan pendekatan imunisasi natural akan menyebarkan virus yang patogen. Oleh karena itu, jalan untuk mengurangi bahaya KHV yaitu dengan imunisasi ikan secara aktif dengann vaksin (Ilouze et al., 2009). Keberadaan vaksin KHV merupakan kebutuhan mendesak untuk penanggulangan penyakit karena KHV(Yasumoto et al., 2006). Vaksinasi untuk Penanggulangan KHV Vaksinasi bertujuan untuk menginduksi imunitas aktif pada individu. Vaksin adalah suspensi keseluruhan (hidup/mati) atau fraksi bakteri/virus yang non patogenik, dan diberikan untuk menginduksi respon imun dan mencegah penyakit (Rao, 2006). Prinsip vaksinasi adalah untuk memperoleh respon imun (Bell, 2014). Vaksin mempunyai berbagai tipe diantaranya vaksin virus/bakteri yang dimatikan/diinaktivasi (Killed/Inactivated vaccine), virus/bakteri yang dilemahkan (live attenuated vaccine), vaksin DNA, dan vaksin rekombinan (Rao, 2014; Hansson et al., 2000, Bell, 2014). Berbagai tipe vaksin tersebut telah dikembangkan untuk menanggulangi penyakit KHV. Vaksin KHV yang dimatikan/diinaktivasi (Killed/Inactivated Vaccine) Vaksin virus KHV yang dimatikan telah dikembangkan oleh Miyazaki et al. (2008). Virus KHV yang sudah dikultur pada sel KF-1 diinaktivasi dengan menggunakan formalin. KHV yang sudah dimatikan 157 dibawa oleh liposom (entrapment in liposome). Penggunaan liposom sebagai pembawa peptida, protein dan vaksin DNA membutuhkan teknologi yang simpel dan mudah untuk produksi skala besar dengan hasil vaksin yang tinggi (Gregoriadis et al., 1999). Liposom berupa lipid yang dapat menggabungkan antigen, faktor imunomodulatori, dan molekul target sehingga potensial sebagai vaksin (Altin and Parish, 2006). Liposom diketahui mudah masuk ke dalam sel (Miyazaki et al., 2008). Liposom mempunyai kemampuan menggabungkan molekul air terlarut dan minyak terlarut pada fase aqueous dan ase lipid dari liposom sehingga sejak 1970 sudah digunakan uuntuk mengirimkan obat ke dalam sisi spesifik dari tubuh (Gregoriadis et al., 1999). Penelitian Yoshimura et al., (2004) dalam Miyazaki et al., (2008) telah mengembangkan liposom sebagai suspensi di dalam air sehingga dapat dicampur dengan pakan pellet moist maupun direndam pada pellet kering untuk aplikasi di lapangan. Prosedur penelitian Miyazaki et al., (2008) dalam membuat vaksin KHV yang telah diinaktivasi adalah dengan cara mematikan/menginaktivasi KHV menggunakan formalin. Setelah KHV mati, liposom ditambahkan ke dalam KHV. Liposom yang telah ditambahkan di KHV menjadi vaksin liposom-KHV. Kelemahan dari vaksin yang telah diinaktivasi adalah membutuhkan dosis yang lebih banyak, durasi proteksi lebih pendek daripada vaksin hidup yang telah dimodifikasi, biasanya membutuhkan adjuvant untuk meningkatkan efisiensi (Pridgeon and Klesius, 2010, Hansson et al., 2000). Pada vaksin KHV yang dikembangkan Miyazaki et al. (2008) menggunakan liposom untuk meningkatkan efisiensi vaksin. Sedangkan keunggulan vaksin yang dimatikan adalah lebih aman karena tidak berpotensi menjadi virulen (Rao, 2006; Pridgeon and Klesius, 2010) serta lebih murah dibanding vaksin hidup yang dilemahkan (Rao, 2006). untuk menjadi protein imunogenik dan terekspresi dalam permukaan sel (Adams et al., 2008). Vaksin DNA untuk menanggulangi KHV telah dikembangkan oleh Nuryati et al. (2010) menggunakan gen yang menyandi glikoprotein (ORF 25 KHV). Gen glikoprotein KHV (GP) diligasi ke dalam plasmid pAct. Selanjutnya pAct-GP diinjeksi ke ikan karper sebagai vaksin DNA (Nuryati et al., 2010). Keunggulan dari vaksin DNA adalah stabil, tidak mengandung protein sehingga tidak ada respon imun melawan vektor. Sedangkan kelemahan vaksin DNA adalah integrasi DNA ke dalam genom inang dapat memicu terjadinya mutagenesis, ekspresi antigen dalam inang dapat menyebabkan induksi sistem imun yang kurang responsif terhadap antigen tersebut (Rao, 2006). Vaksin Rekombinan Vaksin rekombinan adalah vaksin yang diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan atau menggunakan rekayasa genetika. Dalam teknik vaksin rekombinan, gen yang diinginkan diinsersi ke dalam vektor kemudian diekspresikan proteinnya (Rao, 2006). Vaksin rekombinan untuk menanggulangi penyakit KHV telah dikembangkan oleh Costes et al. (2008) dan Murwantoko et al. (2012). Vaksin yang dikembangkan oleh Costes et al. (2008) menggunakan genom KHV, sedangkan vaksin yang dikembangkan oleh Murwantoko et al. (2012) menggunakan gen ORF124 KHV (sub unit) yang menyandi membran glikoprotein KHV. Keuntungan dari vaksin rekombinan adalah lebih aman karena tidak ada resiko menjadi pathogen (Anderson, 2000), sistem produksi lebih efisien (Hansson et al, 2000). Sedangkan kelemahannya adalah dibutuhkan dosis yang berlipat serta membutuhkan adjuvant (Hansson et al., 2000) DAFTAR PUSTAKA Vaksin KHV hidup yang dilemahkan Vaksin hidup menggunakan KHV yang dilemahkan telah dikembangkan dengan injeksi intra muscular (Ronen et al., 2003). Vaksin KHV yang dilemahkan tersebut telah diproduksi di Israel dan telah diekspor ke beberapa Negara (Amerika, Jepang, Jerman, Kanada).(Yasumoto et al., 2006). Vaksin hidup secara umum menstimulasi semua fase dari sistem imun, menghasilkan respon lokal yang seimbang, sistemik, dan melibatkan sistem imun selular dan humoral. Namun, vaksin hidup yang dilemahkan membutuhkan jumlah protein yang banyak agar imunitas efisien dan tahan lama (Ilouze et al., 2010). Resiko dari vaksin hidup adalah kemungkinan untuk bermutasi menjadi virus yang virulen (Yasumoto et al., 2006). Vaksin DNA Vaksinasi DNA adalah sebuah poses dimana DNA yang mengkode antigen (belum menjadi antigen) dimasukkan ke dalam tubuh untuk perlindungan (Adams et al., 2008). Gen yang mengkode antigen tertentu dikloning (Rao, 2014). DNA yang sudah diligasi ke plasmid, dimasukkan ke dalam sel inang Altin, J. G., and C. R. Parish. 2006. Liposomal VaccineTargetting The Delivery of Antigen. Elsevier (40): 39-52. Anderson, C. 2000. Production and Delivery of Recombinant Sub Unit Vaccine. Stockholm. Royal Institute of Technology. Department of Biotechnology. 68p. Aoki, T., Hirono, I., Kurokawa, K., Fukuda, Nahary, R., Eldar, A., Davison, A.J., Waltzek, T.B., Bercovier, H., and Hendrick, R.P., 2007, “Genome Sequences of Three Koi Herpesvirus Isolates Representing the Expanding Distribution of an Emerging Disease Threatening Koi and Common Carp Worldwide”, Journal of Virology, Vol. 81, No.10, hal. 5058-5056. Bandin, I., and Dopazo, C.P., 2011, “Host Range, Host Specificity and Hypothesized Host Shift Events among Viruses of Lower Vertebrates. Review”. Veterinary Research, hal. 42-67. Bell, J. G. 2014. A Comparison of the Different Vaccines Available for the Control of Newcastle 158 Disese in Village Chickens. Rabats institute. Marocco. Carter, G. R., Wise, D. J., and Flores, E. F., 2006, Herpesviridae, IVISO, 14 p. Chinabut, S., and Somsiri, T., 2005, Koi Herpesvirus (KHV) Disease Outbreak in Thailand. GPS Monitoring in Thailand Costes, B., Raj, V.S., Michel, B., Fournier, G., Thirion, M., Gillet, L., Mast, J., Lieffrig, F., Bremont, M., and Vanderplasschen, A., 2009, “The Major Portal of Entry of Koi herpesvirus in Cyprinus carpio is the Skin”, Journal of Virology, Vol. 83, No. 7, hal. 2819-2830. Costes, B., Fournier, G., Miche, B., Delforge, C., Stalin Raj, V., Dewals, B., Gillet, L., Drion, P., Body, A., Schynts, F., Lieffrig, F., and A. Vanderplasschen. 2008. Cloning of The Koi Herpesvirus Genome as an Infectious Bacterial Artificial Chromosome Demonstrates that Disruption of the Thymidine Kinase Locus Induces Partial Attenuation in Cyprinus carpio koi. Journal of Virology. Vol 82 (10): 49554964. Crane, M., Sano, M., and Komar, C., 2004, Infection with Koi Herpesvirus-Disease Card. Bangkok: NACA, 11 pp. El-Din, M.M.M., 2011, “Histopathological Studies in Experimentally Infected Koi Carp (Cyprinus carpio koi) with Koi Herpesvirus in Japan”, World Journal of Fish and Marine Sciences, Vol. 3, No. 3, hal. 252-259. Gregoriadis, G., McCormack, B., Obrenovic, M., Saffie, R., Zadi, B., and Y. Perrie. 1999. Vaccine Entrapment in Liposomes. Methods (19): 156162. Hansson, M., Nygren, P. A., and S. Stahl. 2000. Review Design and Production of Recombinant Sub Unit Vaccine. Biotechnol Appl Biochem (32): 9-107 Hartman, K. H., Yanong, R. P. E., Petty, B. D., Floyd, R. T. , Riggs, A. C., 2008, Koi Herpes Virus (KHV) Disease, University of Florida. Hedrick, R. P. O., Gilad, S., Yun, J., Spangenberg, R., Marty, M., Nordhausen, M., Kebus, H., Bercovier, and Eldar. A., 2000, “A Herpesvirus Associated with Mass Mortality of Juvenile and Adult Koi, A Strain of Common Carp”, J. Aquat. Anim. Health, No. 12, hal. 44–55. Hedrick, R. P., Gilad, O., Yun, S. C., McDowell, T. S., Waltzek, T. B., Kelley, G. O., Adkison, M. A., 2005, “Initial isolation and Characterization of a Herpes-like Virus (KHV) from Koi and Common Carp”, Bull. Fish. Res. Agen. Supplement. No.2, hal. 1-7. Ilouze, M., Davidovich, M., Diamant, A., Kotler, M., and Dishon, A., 2009, The Outbreak of Carp Disease Caused by CvHV-3 as a Model for New Emerging Viral Diseases in Aquaculture: a Review. The Ecological Society of Japan Michel, B., Fournier, G., Lieffrig, F., Costes, B., and Vanderplasschen, A., 2010, “Cyprinid herpesvirus 3. Emerging Infectious Disease”, Vol.16, No. 12. Miyazaki, T., Yasumoto, S., Kuzuya, Y., and T. Yoshimura. 2008. A Primary Study on Oral Vaccination with Liposomes Entrapping Koi Herpesvirus (KHV) Antigens Againts KHV Infection in Carp. Asian Fiheries Society. Manila. 99-184p. Murwantoko, Setyowati, D. N., Pratiwi, R., and M. Kawaichi. 2012. Cloning and xpression of ORF124 Koi Herpesvirus as a Vaccine. Indonesian Journal of Biotechnology. Vol 17 (1): 42-50. Nuryati, S., Alimuddin, Sukenda, Soejodono, R. D., Santika, A., Pasaibu, F. H., and K. Sumantadinata. 2010. Construction of a DNA Vaccine Using Glycoprotein Gene and Its Expression Towards Increasing Survival rate of KHV-infected Common Carp (Cyprinus carpio). Jurnal Natur Indonesia 13 (1): 47-52. Perelberg, A., Smirnov, M., Hutoran, M., Diamant, A., Bejerano, Y., Kotler, M., 2003, “Epidemiological Description of A New viral Disease Afflicting Cultured Cyprinus carpio in Israel”, Israeli J. Aquat, No. 55, hal.5-12. Rahmawati, T.W., Suprapto, H., and Agustono, 2010, “Pencarian Inang KHV (Koi Herpesvirus) dari beberapa Jenis Ikan: Koi (Cyprinus carpio), Koki (Carassius auratus), Komet (Carassius auratus auratus), Nila (Oreochromis niloticus) dan Lele (Clarias batrachus)”, 12 p. Rao, S. P. N., 2006, Vaccines, Davangere: Departement of Microbiology, JJMMC,hal. 1-5. Ronen, A., Perelberg, A., Abramowitz, J., Hutoran, M., Tinman, S., Bejerano, I., Steinitz, M., Kotler, M., 2003, “Efficient Vaccine Against the Virus Causing a Lethal Disease in Cultures Cyprinus carpio”, Vaccine, No. 21, hal. 4667-4684. Setyorini, N., Khusnah, A., Widajatiningrum, L., 2008, “Kelangsungan Hidup Ikan Koi (Cyprinus carpio koi) yang terinfeksi KHV (Koi Herpesvirus)”, Berkala Ilmiah Perikanan, Vol. 3, No. 1. Srisuvan, T., Patchimasiri, T., Tangdee, S., 2010, “Differentiation of Cyprinid Herpesvirus Type-3 Genotypes Collected from Bangkok, Thailand in 2009”, Thai-NIAH eJournal. http://www.dld.go.th/niah. Vol. 5, No.2, hal 5258. Sunarto, A., and Cameron, A., 2006, Epidemiology and Control of Koi herpesvirus in Indonesia, The 11th International Symposium on Veterinary Epidemiology and Economics Yasumoto, S., Kuzuya, Y., Yasuda, M., Yoshimuro, T., and Miyazaki, T., 2006, “Oral Immunization of Common Carp with Liposome Vaccine Fusing Koi herpesvirus Antigen”, Fish Pathology, Vol. 41, No. 4, hal. 141-145.