BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1` Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1`
Perilaku
2.1.1
Definisi
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsep dasar atau modal untuk perkembanagn
perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu
kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo,
2007).
Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian
yang sangat berbeda satu sama lainnya. Perilaku dapat diartikan sebagai respons
organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada.
Sedangkan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul
berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang
dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang, baik dari
dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007).
12
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.2
a.
Bentuk Perilaku
Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan.
b.
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi langsung. Misalnya
pada pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour.
Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus
merupakan overt behaviour (Sarwono, 2011).
2.2 Perilaku Seksual Remaja
2.2.1
Definisi
Menurut Sarwono (2011) yang mengutip pendapat Sinkins, perilaku seksual
remaja adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,
bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak
apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya.
Tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius,
seperti perasaan bersalah, depresi, marah misalnya pada para gadis-gadis yang
terpaksa menggugurkan kandungannya.
Universitas Sumatera Utara
14
Hasil yang sama ditujukan pula oleh Sanderowitz dan Paxman, akibat
psikososial lainnya adalah ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial
yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil. Juga akan terjadi cemoohan
dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainnya adalah terganggunya
kesehatan dan risiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi. Selain itu, juga ada
akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena diperlukan ongkos
perawatan dan lain-lain (Sarwono, 2011).
2.2.2
Fase Perkembangan Perilaku Seksual
Perubahan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon
reproduksi atau hormon seks baik pada anak laik-laki maupun pada anak perempuan
akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan.
Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase berikut:
a.
Pra remaja
Pada masa ini ada beberapa indikator yang telah ditentukan untuk menentukan
identitas gender laki-laki atau perempuan. Pada masa pra remaja ini mereka sudah
mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman
sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.
b.
Remaja awal
Pada masa ini remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah
sering kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami
Universitas Sumatera Utara
15
c. Remaja menengah
Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka
mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan
fisik. Namun demikian, perilaku seksual mereka masih secara alamiah.
d. Remaja akhir
Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah
mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran (Soetjiningsih, 2010).
2.2.3
Pola Perilaku Seksual Remaja
Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosio-kultural. Berdasarkan faktorfaktor tersebut aktifitas seksual remaja amat erat kaitannya dengan faktor-faktor itu.
Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual,
membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan
heteroseksual.
2.2.4
Faktor-Faktor Penyebab Masalah Seksualitas pada Remaja
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku seksual tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan
karena adanya penundaan usia perkawinan, maupun karena norma sosial yang makin
lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
16
Sementara usia kawin ditunda, untuk remaja yang tidak dapat menahan diri
akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya
teknologi canggih (video casette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggam, internet
dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode
ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari
media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya karena masih banyak orang tua
yang mentabuhkan pengetahuan seks pada anaknya (Jahja, 2011)
2.3 Remaja
2.3.1
Definisi
Menurut Kemenkes RI (2015) yang mengutip pendapat World Health
Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk
2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk
dunia. Masa remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting
Universitas Sumatera Utara
17
seperti yang dinyatakan oleh Jahja (2011), yang diawali dengan matangnya organorgan fisik dan seksual sehingga mampu bereproduksi. Masa remaja ini meliputi:
a.
Remaja awal : 12-15 tahun
b.
Remaja maya : 15-18 tahun
c.
Remaja akhir : 19-22 tahun
Secara umum, masa anak remaja atau adolesen adalah salah satu fase
perkembangan hidup manusia ketika seorang individu yang belum dewasa dalam
umur belasan tahun mencapai kulminasi pertumbuhan jasmaniah dan mental. Secara
kronologis, masa anak remaja umumnya berlangsung:
a. Anak-anak putri yang berumur kira-kira 12-15 tahun
b. Anak-anak putra yang berumur 13/14-16/17 tahun
Secara biologis dan kimiawi, pada anak remaja itu mulai tumbuh fungsi
daripada alat-alat kelamin yang sebenarnya, yaitu mulai mengeluarkan kelenjarkelenjar kelamin (hormon genetalia) yang sanggup memproduksikan jenisnya. Secara
psikologis, oleh karena pertumbuhan dan perkembangan mental serta pengaruhnya
hormon-hormon genetalia kepada jasmani dan rohani, maka tingkah laku anak-anak
remaja, bukan lagi sebagai anak-anak sebelumnya, tetapi sudah mengarah kepada
tingkah laku orang dewasa. Secara sosio kultural, remaja mulai mengenal,
menemukan dan dikenalkan, kepada norma-norma atau nilai hidup orang dewasa, dan
belajar dan diajar untuk melaksanakannya. Remaja disebut warga muda dari
masyarakat. Dan secara totalitas, bahwa anak remaja mulai tumbuh dan berkembang
menjadi pribadi orang dewasa (Fudyartanta, 2011).
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Sarwono (2011) yang mengutip pendapat Muangman, definisi
remaja lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria,
yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri
Menurut Fudyartanta (2011) tentang periodisasi masa remaja secara terperinci
adalah sebagai berikut:
a. Umur 11-12 tahun yaitu masa pra-remaja putri, disebut juga masa puber putri
b. Umur 13-15/16 tahun merupakan masa remaja putri
c. Umur 13-15 tahun merupakan masa pra-remaja putra
d. Umur 16-18/19 tahun merupakan masa remaja putra
e. Umur 17-19/20 tahun menginjaklah masa pre-dewasa putri
f. Umur 19-21/22 tahun merupakan masa pre-dewasa
Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang dari pada anak perempuan,
maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun
pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.
Akibatnya, sering kali laki-laki tampak kurang matang untuk usianya dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
19
dengan perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan
perilaku remaja yang lebih muda.
2.3.2
Aspek-Aspek Perkembangan pada Masa Remaja
a. Perkembangan fisik
Hasil yang sama ditujukan pula oleh Papalia dan Olds (Jahja, 2011)
perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris,
dan keterampilan motorik. Perubahan dalam tubuh ditandai dengan pertambahan
tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, kematangan organ seksual dan
fungsi reproduksi.
b. Perkembangan kognitif
Menurut Jahja (2011) yang mengutip pendapat Santrock, Pada tahap ini
remaja telah mampu berspekulasi tentang sesuatu, di mana mereka telah mulai
membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang
terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir
logis.
c. Perkembangan kepribadian dan sosial
Hasil yang sama ditujukan pula oleh Papalia dan Olds (Jahja, 2011),
perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan
dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti
perubahan dalam berhubungan dengan orang.
Universitas Sumatera Utara
20
d.
Perkembangan psikologis remaja
Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada ciri-ciri
psikologis tertentu pada seseorang. Menurut Sarwono (2011) yang mengutip
pendapat Allport, ciri-ciri psikologis adalah:
1.
Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan kemampuan
seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri
juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang. Sebaliknya
tumbuh perasaan ikut memiliki.
2.
Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivication) yang
ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan
kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan dirinya sendiri
sebagai sasaran. Ia tidak marah jika dikritik dan di saat-saat yang diperlukan ia
bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai
orang luar.
3.
Memiliki falsafah hidup tertentu. Hal ini dapat dilakukan tanpa perlu
merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. Orang yang sudah
dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam kerangka susunan objek-objek lain
dan manusia-manusia lain di dunia. Orang seperti ini tidak lagi mudah
terpengaruh dan pendapat-pendapat serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas.
2.3.3
Tugas - Tugas Perkembangan Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah fase remaja. Masa
ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu
Universitas Sumatera Utara
21
dan merupakan masa transisi yang dapat diarahakan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat. Masa remaja ditandai dengan:
a.
Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen
b.
Minat seksualitas
c.
Kecenderungan untuk merenung atau memerhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika
dan isu-isu moral (Fudyartanta, 2011).
2.3.4
Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan
yang terjadi selama masa remaja:
1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal sebagai masa storm dan stress. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap
konsep diri remaja.
3.
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada
Universitas Sumatera Utara
22
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka
pada hal-hal yang lebih penting.
4.
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanakkanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.
5.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini (Jahja, 2011).
2.3.5
Alasan dan Kebutuhan yang umum untuk Berpacaran Selama Masa
Remaja
Alasan yang umum untuk berpacaran selama masa remaja adalah untuk
hiburan, sosialisasi, status, masa pacaran dan pemilihan teman hidup. Sedangkan
kebutuhan remaja yaitu kebutuhan akan pengendalian diri, kebutuhan akan
kebebasan, kebutuhan akan rasa kekeluargaan, kebutuhan akan penerimaan sosial,
kebutuhan akan penyesuaian diri dan kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial
(Sarwono, 2011).
2.3.6
Berbagai Konflik yang Dialami oleh Remaja
Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk
bebas dan merdeka, konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan
kepada orang tua, konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial, konflik
antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika ia kecil dahulu
(Fudyartanta, 2011).
Universitas Sumatera Utara
23
Kelalaian orang tua dalam
mendidik (memberikan ajaran
dan bimbingan tentang nilainilai agama
Perselisihan atau konflik
orang
tua
(antara
anggota keluarga)
Sikap perlakuan orang tua
yang buruk terhadap anak
Perceraian orang tua
Kehidupan ekonomi keluarga
yang
morat/marit
(miskin/fakir)
Penjualan
alat-alat
kontrasepsi yang kurang
terkontrol
Hidup menganggur
Kurang dapat
memanfaatkan waktu
luang
Perilaku
menyimpang
Diperjual
belikannya
minuman keras/obat-obatan
terlarang secara bebas
Kehidupan moralitas
masyarakat yang bobrok
Beredarnya film-film
bacaan-bacaan porno
atau
Pergaulan negatif (teman bergaul
yang sikap dan perilakunya kurang
memperhatika nilai-nilai moral
Gambar 2.1.1 Sarwono, SW Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menyimpang
pada remaja
Universitas Sumatera Utara
24
2.4 HIV/AIDS
2.4.1
Definisi
Menurut Sarwono (2011) yang mengutip pendapat Sumitro, salah satu
penyakit kelamin yang sangat ditakuti oleh remaja sejak 1986 adalah AIDS. Penyakit
ini diketahui disebabkan oleh virus-virus tertentu yaitu HIV yang jika menyerang
manusia menyebabkan daya tahan tubuh terhadap serangan kuman penyakit menjadi
hilang. Akibatnya, penderita pelan-pelan akan meninggal karena badannya makin
lama makin lemah.
HIV adalah virus yang menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat
berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk system
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit,
tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita
dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang
terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan
waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk berubah
menjadi AIDS yang mematikan (WHO, 2008).
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Acquired artinya di dapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan. Immuno berarti
sistem kekebalan tubuh. Deficiency artinya kekurangan, sedangkan Syndrome adalah
kumpulan gejala. AIDS adalah sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan
kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Universitas Sumatera Utara
25
Penularan virus HIV dapat terjadi melalui darah, air mani, hubungan seksual, atau
cairan vagina. Namun virus ini tidak dapat menular lewat kontak fisik biasa, seperti
berpelukan, berciuman, atau berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV
atau AIDS (Nursalam, 2011).
2.4.2
Definisi ODHA
ODHA mengacu pada Orang dengan HIV dan AIDS. ODHA digunakan
sebagai pengganti istilah untuk seseorang yang dinyatakan positif terinveksi HIV.
ODHA mulai digunakan untuk menggantikan istilah pengidap, penderita, dan istilah
lain yang dinilai kurang manusiawi. Penggunaan kata ODHA diajurkan oleh Prof Dr
Antom M. Moeliono, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Dekdibdud, kepada aktivis YPI Al. Husein Habsy dan Alm Suzana Murni. Sekarang,
istilah ODHA sudah digunakan secara luas untuk menggantikan kata pengidap Istilah
ODHA untuk di dunia digunakan PLWHA yaitu singkatan dari People Living With
HIV AIDS.
2.4.3
Sejarah HIV/AIDS
Sejarah HIV AIDS diawali saat diidentifikasi sejenis simpanse sebagai
sumber infeksi HIV ke manusia di Afrika Selatan. Simian Immunodeficiency
Virus (SIV) diyakini yang menularkan virus ke tubuh manusia. Virus ini bermutasi
menjadi Human Immunodeficiency Virus (HIV) saat manusia memburu hewan ini
untuk pangan. Pada keadaan ini diduga terjadi kontak dengan darah simpanse yang
telah terinfeksi virus imunodefisiensi. Perlahan namun pasti, virus ini menyebar ke
seluruh daratan Afrika dan bagian lain di seluruh dunia. Dalam sejarah HIV AIDS,
Universitas Sumatera Utara
26
beberapa pihak masih mencurigai adanya sumber infeksi HIV lain, bahkan ada yang
pernah mengatakan sumber infeksi HIV adalah akibat adanya kecelakaan produk
penelitian biologi. Namun hal ini tidak benar karena sebelum epidemik terjadi
pertama kali pada tahun 1975, belum ada teknologi saat itu yang mampu untuk
merancang jenis virus tersebut.
Pada tahun 1986, tipe virus HIV-2 ditemukan dan diisolasi dari penderita
AIDS di Afrika Selatan. Transmisi virus HIV-2 serupa dengan transmisi virus HIV-1
dan mengakibatkan gejala-gejala infeksi yang tidak berbeda dengan gejala-gejala
yang diakibatkan virus HIV-1. Pada penderita yang terinfeksi virus HIV-2, perjalanan
menjadi AIDS dinyatakan lebih lambat dan lebih ringan dibandingkan penderita yang
terinfeksi virus HIV-1. Selain itu, di tahap awal, penularan virus HIV-2 lebih rendah
dibandingkan penularan virus HIV-1. Namun, pada tahap lanjut, risiko penularan
infeksi HIV-2 lebih tinggi dibandingkan penularan infeksi HIV-1.
Infeksi HIV-2 lebih sering ditemukan di daratan Afrika. Kasus pertama
infeksi virus HIV-2 ditemukan di Amerika Serikat tahun 1987 dan kemudian
ditemukan pula kasus-kasus infeksi HIV-2 di bagian dunia yang lain. Infeksi virus
HIV menyebar dengan cepat ke seluruh pelosok dunia, terutama akibat penularan
secara kontak atau hubungan badan. Sebesar 75% kasus terjadi akibat faktor risiko
ini, terutama hubungan badan lain jenis (Anonim, 2012)
2.4.4
Gejala Klinis
Masa inkubasi 6 bulan sampai 5 tahun, Window period selama 6-8 minggu
adalah waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh
Universitas Sumatera Utara
27
pemeriksaan laboratorium, seorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5
tahun, jika tidak diobati maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS, Gejala
klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti : Diare, Kandidiasis mulut
yang luas, Pneumonia interstisialis limfositik, Ensefalopati kronik. Menurut WHO
(2011), ada beberapa gejala dan tanda mayor antara lain :kehilangan berat badan (BB)
> 10%, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1 bulan. Sedangkan tanda minornya adalah
: Batuk menetap > 1 bulan, Dermatitis pruritis (gatal), Herpes Zoster berulang,
Kandidiasis orofaring, Herpes simpleks yang meluas dan berat, Limfadenopati yang
meluas. Tanda lainnya adalah : Sarkoma Kaposi yang meluas, Meningitis
kriptokokal.
Gejala AIDS timbul 5-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Beberapa orang tidak
mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami
gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan
turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut
biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam
kondisi tidak aktif selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus
menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin
tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik (WHO, 2011). Gejala
mayor HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam waktu yang singkat
2. Diare tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
3. Demam berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Universitas Sumatera Utara
28
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS KPAN (2013) adalah sebagai berikut
batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan), kelainan kulit dan iritasi (gatal), infeksi
jamur pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh
tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha.
2.4.5
HIV Ada dalam Tiap Cairan Tubuh
Darah (plasma dan serum) 10-50 ml², urin <1 ml², air liur/saliva <1 ml², air
mani/semen 10-50 ml², air susu ibu <1 ml², air mata <1 ml², keringat 0 ml², cairan
otak 10-1000 ml², cairan/sekret vagina <1 ml², dan sekret telinga 5-10 ml², darah
18,000/ul, mani: 11,000/ul, cairan vagina: 7,000/ul, cairan amnion: 4,000/ul dan ASI
dan air liur: 1/ul (Muhaimin, 2009).
2.4.6
Penularan HIV
Terjadi melalui luka/perlukaan, kontak dengan cairan tubuh HIV+, hubungan
seksual, IDU, transfusi darah/transplantasi organ dan ibu ke bayi.
2.4.7
PMS sebagai co-factor
1. Ulcerative: sifilis dan chancroid 3-9 kali, herpes Simplex 2 kali
2. Inflamasi: Go, chlamidia, Trichomoniasis 3-5 kali, bacterial Vaginosis 1,5-2 kali
2.4.8
Keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS
memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Penyakit IMS misalnya:
Sifilis, Kencing Nanah (Gonore), klamidia, genitalia, infeksi trikomonas dan kutil
Kelamin. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah seseorang
Universitas Sumatera Utara
29
tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman. Gejala yang timbul tergantung
pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin timbul adalah
keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus, nyeri atau terasa panas
waktu kencing, benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut,
pembengkakan di pangkal paha, perdarahan setelah berhubungan kelamin, nyeri pada
perut bawah (wanita) dan nyeri pada buah pelir (Muhaimin, 2009)
2.4.9
Pencegahan
Konseling dan tes HIV sukarela yang dikenal sebagai Voluntary Counseling
and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat sebagai pintu
masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS berkelanjutan. Program VCT
dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien dengan memberikan layanan dini dan
memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini
termasuk pencegahan primer melalui konseling dan KIE (komunikasi, informasi, dan
edukasi) seperti pemahaman HIV, pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention
of Mother To Child Transmission – PMTCT) dan akses terapi infeksi oportunistik,
seperti tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual. Secara umum tes HIV
berguna untuk mengetahui perkembangan kasus HIV/AIDS serta untuk meyakinkan
bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV
(Kumalasari, 2013).
Menurut KPAN (2013) ada 4 hal sederhana mencegah penularan HIV AIDS
yaitu program ABCD :
1. Abstinence – Tidak berhubungan seks (selibat)
Universitas Sumatera Utara
30
2. Be Faithful – Selalu setia pada pasangan
3. Condom – Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko
4. Drugs – Jauhi Napza
5. Equipment - Jangan pakai jarum suntik atau peralatan tajam lainnya bersama-sama
dengan orang yang terinfeksi HIV.
Pencegahan HIV/AIDS melalui program pemerintah/LSM yaitu dengan
skrining darah donor, prevention of mother to child transmission (PMTCT), Harm
Reduction/NEP, substitusi (metadon), penerapan Universal Precaution. Pencegahan
melalui upaya medis adalah dengan pengobatan PMS, pemberian ARV dan
sirkumsisi/sunat. Sedangkan pencegahan HIV/AIDS dengan upaya struktural yaitu
ekonomi, budaya, hukum, kesetaraan gender, perubahan perilaku, diskriminasi,
norma dan nilai (Muhaimin, 2009).
Cara efektif untuk mencegah penularan HIV dan AIDS karena semua orang
tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila perilaku sehari-hari termasuk dalam perilaku
yang berisiko tinggi terpapar HIV. Maka yang perlu dilakukan antara lain:
1.
Mencari informasi yang lengkap dan benar tentang HIV dan AIDS;
2.
Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksual yang sering dialami dengan
pasangan maupun dengan orang yang memang paham mengenai hal ini;
3.
Menghindari penggunaan obat-obatan dan jarum suntik,tattoo,dan tindik;
4.
Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang sudah
terpapar HIV
Universitas Sumatera Utara
31
5.
Menghindari pelaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan
tidak bertanggung jawab (Anonim, 2012).
2.4.10 Pengobatan
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek medis klinis,
psikologis dan aspek sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan),
pencegahan
dan
pengobatan
infeksi
oportunistik
dan
pengobatan
antiretroviral.ARVmerupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat
menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja
secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun–tahun dan
dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat
mencegah AIDS. Semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV
memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi
penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan,
dukungan serta pengobatan. ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu
menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang
terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat
(KPAN, 2012).
2.5 Landasan Teori
Dalam membuat kerangka pikir, digunakan teori model perubahan perilaku
menurut teori Anderson. Menurut Anderson (1975) dalam Notoatmodjo pemanfaatan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors) dan faktor kebutuhan (need factors).
Universitas Sumatera Utara
32
1. Karakteristik predisposisi
Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda,
yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan dalam kelompok:
a. Ciri-ciri demografi seperti : jenis kelamin, umur, status perkawinan, keluarga dan
lain-lain.
b. Struktur sosial seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya. Kepercayaan kesehatan (health belief) seperti : keyakinan
penyembuhan penyakit
2. Karakter kemampuan
Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat
seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap
pelayanan kesehatan, Anderson (1975) membaginya kedalam 2 golongan yaitu:
a. Sumber daya keluarga, seperti: penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam
asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, dan
pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat, seperti: jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk
terhadap tenaga kesehatan, lokasi pemukiman penduduk. Menurut Anderson
semakin banyak sarana dan tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Karakteristik kebutuhan
Komponen yang paling langsung berhubungan denagn pemanfaatan
pelayanan kesehatan, Anderson menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili
kebutuhan pelayanan kesehatan, penilaian dari terhadap suatu penyakit merupakan
dari faktor kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber yaitu:
a. Penilaian individu adalah penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan
individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang
diderita.
b. Penilaian klinik merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang
merawatnya, yang mencerminkan antara lain dari hasil pemeriksaan dan
penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.
Karakteristik predisposisi dapat menggambarkan fakta bahwa setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbedabeda disebabkan karena adanya perbedaan ciri-ciri individu seperti umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras dan keyakinan individu (Anderson dalam
Notoatmodjo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
34
2.6 Kerangka Pikir
Karakteristik
1. Umur
2. Pendidikan
3. Jenis Kelamin
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Sumber Informasi
1. Teman Sebaya
2. Orang tua
3. Petugas Kesehatan
4. Media
Gambar 2.6 Teori Anderson (1975) tentang Perubahan Perilaku
Dalam skema tersebut menunjukkan bahwa perilaku remaja dipengaruhi oleh
karakteristik remaja yang terdiri dari individu tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan
dan jenis kelamin. Perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik selain itu juga
sumber informasi yang terdiri dari teman sebaya, orang tua, petugas kesehatan dan
media yang membentuk pengetahuan perilaku seksual dan pencegahan HIV/AIDS.
Kemudian timbul respon/sikap pada perilaku seksual masa remaja yang ditunjukkan
dengan tindakan-tindakan seksual dan suatu intensi/niat untuk berperilaku/bertindak.
Universitas Sumatera Utara
Download