BAB I - Digital Library UWP

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan dunia komunikasi dan informasi usaha dewasa ini
telah berhasil menciptakan teknologi dan peralatan canggih dan diwarnai
oleh persaingan yang sangat ketat. Hal ini menyebabkan masing-masing
perusahaan berusaha agar produknya dapat bersaing di pasaran dengan
produk yang sejenis, baik karakteristik produk maupun varian produk itu
sendiri.
Sehingga dalam era globalisasi sekarang, revolusi teknologi
komunikasi dan informasi sampai mengakibatkan terjadinya perubahan
yang
luar
biasa.
Seiring
dengan
perkembangan
usaha
tersebut
menyebabkan pola hidup masyarakat menjadi berubah dari yang semula
untuk memenuhi kebutuhan dasar sekarang mengarah kepada kebutuhan
non dasar salah satunya adalah kebutuhan dalam berkomunikasi. Era
komunikasi global yang berlangsung di Indonesia, telah muncul suatu
fenomena baru dalam kehidupan masyarakat umum dan para pelaku bisnis
khususnya. Fenomena tersebut adalah pengguna pesawat telepon
genggam, atau yang disebut dengan HP (hand phone), dan ada pula yang
mengatakan ponsel (telepon seluler).
Kehadiran pesawat telepon ini bukan lagi merupakan barang
langka, melainkan sudah merupakan barang kebutuhan. Berbagai
2
kemudahan yang didapat oleh konsumen pengguna telepon, dari tahun ke
tahun makin meningkat secara cepat, seperti halnya pengguna telepon di
Indonesia, dimana konsumen telepon berkisar pada kaum menengah ke
atas karena harga produk tersebut yang relatif mahal dan sulit dijangkau
oleh kalangan menengah ke bawah, sehingga ponsel masih termasuk
dalam kategori barang mewah. Namun sekitar tahun terakhir ini kondisi
tersebut berubah, dimana ponsel sudah menjadi milik seluruh kalangan,
mulai dari pengusaha, pelajar, mahasiswa, pedagang, buruh dan sampai
kaum pengangguran, ini menunjukan bahwa konsumen ponsel meliputi
kalangan bawah sampai dengan para konglomerat dan bukan lagi termasuk
barang mewah .
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
komunikasi serta melihat perubahan kehidupan di awal abad ke–21 ini
menjadikan komunikasi sebagai sesuatu yang sangat vital dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan semakin majunya teknologi tersebut maka
seorang pegusaha di tuntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang
sedang terjadi karena jika tidak maka perusahaannya akan mengalami
kesulitan dalam pemasaran barang, sebab dengan sendirinya perusahaan
lain khususnya yang sejenis akan berlomba – lomba mencari cara terbaik
guna meningkatkan
volume penjualan. Pemasaran sebagai
suatu
keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan manusia harus dapat mencari suatu tanggapan perilaku dari
pihak lain dan tanggapan tersebut berupa pembelian. Hal tersebut
3
menandakan bahwa kepribadian dan perilaku konsumen (consumer
behavior) menjadi sasaran utama para produsen ponsel untuk terus
berinovasi dan memasarkan produknya sesuai dengan karakteristik
pembeli.
Untuk satisfaction index (indek kepuasan pelanggan), Nokia
meraih 95,6 kalah tipis dengan Samsumg yang meraih angka 98,2. Namun
secara keseluruhan Nokia tetap tampil sebagai merek terbaik di kategori
ponsel, karena Nokia memiliki jaringan pusat layanan (service center)
terbesar di Indonesia, dan pada bulan oktober 1999, Nokia meraih
penghargaan Global Marketing Award dari Markplus dan The Jakarta
Post. Harus diakui, pihak Nokia jeli melihat dinamika pasar dengan cara
yang cukup agresif yaitu mengembangkan jalur distribusi dan bekerja
sama dengan banyak pihak, ponsel yang diakui masyarakat sebagi ponsel
dengan teknologi yang Up To Date ini tak jarang menjadi Trend Setter dan
mempunyai nilai jual kembali yang tetap bagus.
Dengan melihat besarnya prosentase pangsa pasar dari ponsel
merek Nokia, maka dapat dilihat bahwa keputusan konsumen membeli
ponsel tersebut sangat tinggi, sehingga mampu membuat produk ponsel
tersebut berada pada posisi sebagai pemimpin pasar (market leader).
Dengan semakin banyaknya inovasi-inovasi yang diberikan dari
ponsel Nokia, membuat semakin banyak pilihan-pilihan bagi konsumen
untuk membeli. Seperti halnya yang terjadi pada warga kelurahan Bringin
Surabaya, ternyata mereka memilih ponsel merek Nokia karena, model,
4
warna yang beraneka ragam, harga produk yang terjangkau, jaminan yang
diberikan atas pembelian produk, layanan servis, serta kualitas produk
yang terjamin.
Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah : “
Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli
Ponsel Merek Nokia (Studi pada warga kelurahan Bringin)“.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
diajukan adalah : faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan konsumen
dalam membeli ponsel Merek Nokia warga kelurahan Bringin Surabaya?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel Merek Nokia warga
kelurahan Bringin Surabaya.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian memiliki beberapa harapan terhadap manfaat penelitian ini
yaitu:
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi
dan pertimbangan para pimpinan perusahaan untuk mengambil
5
keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi demi kemajuan
dan kelangsungan hidup perusahaan dalam melakukan pemasaran yang
efektif dan efisien.
2. Menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan bagi mahasiswa atau
pembaca.
3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
untuk tumbuh dan berkembang serta mendapatkan laba, dimana kegiatankegiatan tersebut diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran.
Beberapa definisi mengenai pemasaran telah disampaikan oleh
para ahli secara berbeda-beda tetapi mempunyai maksud dan tujuan yang
sama, disebabkan karena mereka melihat dari segi yang berbeda pula.
Menurut Kotler (1997: 8), pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Swasta (1995: 179), pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakn,
menentukuan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep paling pokok
yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia, yaitu suatu keadaan
7
yang dirasa tidak ada dalam diri seseorang, selain itu konsep pokok dalam
pemasaran adalah yang menyangkut keinginan manusia, yang merupakan
kebutuhan manusia yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian individu.
Manusia mempunyai keinginan yang hampir tidak terbatas, sedangkan
sumber daya yang terbatas. Keinginan mereka menjadi permintaan bila
didukung oleh daya beli, sehingga mereka memilih produk yang
menghasilkan kepuasan tertinggi untuk uang mereka.
2.2.
Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 13), manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta
pengukuran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Perusahaan perlu meningkatkan efisiensi pemasaran agar sesuai
dengan efisiensi dan kemampuan produksi. Perusahaan harus sadar bahwa
teknik –teknik penjualan yang baik tidak dapat lagi mengimbangi
kekeliruan yang diakibatkan, karena memproduksi produk yang salah, dan
bahwa memuaskan kebutuhan tertentu dari pelanggan adalah sangatlah
penting untuk kesuksesan perusahaan. Pergeseran dari sudut pandang
produsen ke sudut pandang konsumen inilah yang merupakan komponen
pokok dalam konsep pemasaran.
8
Konsep pemasaran berfungsi sebagai titik awal untuk membahas
pemasaran, karena konsep ini menggambarkan misi dasar dari bisnis.
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran
organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran dan pemberian kepuasan yang diinguinkan secara efektif dan lebih
efisien dari yang dilakukan oleh pesaing
2.3.
Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Swasta dan Irawan (2003: 78) mendefinisikan bahwa marketing
mix adalah, kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi. Berikut ini dibahas empat unsur
variabel marketing mix, yaitu :
1. Produk
Menurut Swasta dan Irawan (2003: 165), produk adalah suatu
sifat yang kompleks baik dapat diraba, termasuk bungkus, warna,
harga, prestise, perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan
pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan
atau kebutuhannya.
Kotler dan Amstrong (1992: 7), mengemukakan bahwa produk
adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan
perhatian, untuk dimilki, diinginkan ataupun dikonsumsi untuk
9
memenuhi
suatu
kebutuhan
dan
keinginan.
Philip
Kotler
menggambarkan tiga komponen utama yang membentuk sebuah
produk, antara lain :
1. Actual Produck / produk aktual
Actual Produck yaitu atribut utama yang dimiliki produk tersebut
meliputi, tingkat mutu, ciri, gaya, nama merek dan kemasan.
2. Core Produck / produk inti
Core produck adalah manfaat utama dari produk tersebut yang
benar-benar dicari
3. Augmented Produck / produk tambahan
Augmented Produck adalah manfaat atau servis tambahan yang
diperoleh dari produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan
konsumen meliputi, pelayanan purna jual, servis, garansi dan lainlain.
Secara garis besar produk dapat diklasifisikan menjadi 2
(dua) golongan utama, yaitu :
1) Barang Konsumsi (Consumer Goods)
Barang Konsumsi (Consumer Goods) adalah barang yang
dipakai oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi tanpa
melalui proses rekayasa lebih lanjut. Berdasarkan cara
pembelian yang dilakukan konsumen, barang konsumsi dapat
dibedakan sebagai berikut :
10
1. Convinience Goods
Convinience
Goods
adalah
barang
yang
frekuensi
pembeliannya tinggi dan mudah diperoleh, mudah dipakai,
mudah dibeli dengan pengorbanan yang paling minimum,
tingkat perbandingan antar produk relatif rendah dan tersedia
dimana-mana.
2. Shopping Goods
Shopping
Goods
adalah
produk
yang
dalam
proses
pembeliannya antara produk yang satu dengan produk yang
lain atas dasar kesesuaian, kualitas, harga, model dan warna
sebelum memutuskan untuk membeli. Barang ini memiliki
daya tarik tertentu terhadap konsumen dengan harga yang
relatif tinggi dan hanya tersedia di tempat-tempat tertentu.
3. Speciality Goods
Speciality Goods ciri istimewa atau keunikan yang dimiliki
oleh suatu barang meliputi kualitas, servis yang diberikan dan
mempunyai suatu ciri khas atau keunikan tertentu sehingga
pembeli
mau
memperolehnya.
berdaya
upaya
Pembeli
tidak
untuk
lagi
membelinya
atau
membandingkan-
bandingkan produk ini dengan produk lain karena loyalitas
terhadap merek (brand loyalty) yang tinggi.
11
4. Unsought Product
Unsought Product adalah produk yang sebenarnya tidak
diketahui oleh konsumen atau mungkin tahu tapi tidak terpikir
untuk membeli. Produk-produk ini biasanya produk inovasi
baru.
2) Barang Industri
Barang industri yaitu, barang yang diproduksi dengan
maksud menciptakan consumer goods maupun sebagai
pelengkap. Jadi motif pembeliannya adalah untuk proses labih
lanjut guna kepentingan dalam industri. Pembeli barang-barang
industri ini adalah perusahaan-perusahaan atau suatu lembaga
organisasi.
2. Harga
Menurut Kotler (1997: 82) harga adalah jumlah uang yang
pelanggan bayar untuk produk tertentu. Harga harus sebanding dengan
penawaran nilai kepada pelanggan, jika tidak pembeli akan berpaling
ke produk pesaing. Dalam kebijakansanaan harga, menejemen hanya
menentukan harga pokok dari produknya, karena konsumen bersedia
melakukan pembelian terhadap suatu produk apabila harga itu sesuai
dengan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Faktor-faktor
atau masalah lain yang harus dipertimbangkan dalam penetapan harga
ini adalah, biaya termasuk potongan dan ongkos kirim, keuntungan,
praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar.
12
3. Distribusi
Saluran distribusi disebut saluran perdagangan atau saluran
pemasaran. Definisi dari saluran pemasaran ini dikemukakan oleh The
American Marketting Association, yang menekankan bahwa saluran
merupakan suatu struktur unit organisasai dalam prusahaan dan luar
perusahaan yang terdiri atas agen, pedagang besar, pengecer, dealer,
melalui mana sebuah komuditi, produk atau jasa yang dipasarkan.
Konsumen dapat merasa tertarik pada barang dan jasa yang
ditawarkan apabila mereka dengan cepat memperolehnya, dan
sebaliknya apabila konsumen mengalami kesulitan dalam memperoleh
barang dan jasa, maka konsumen akan beralih ke barang dan jasa dari
perusahaan lain. Dalam hal ini perusahaan melakukan strategi
distribusi yang paling efisien dan efektif, sehingga barang dan jasa
yang ditawarkan dapat lebih cepat dan mudah diperoleh oleh
konsumen.
4.
Promosi
Promosi
merupakan
komponen
yang
dipakai
untuk
memberitahukan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan
dengan tujuan untuk mendorong permintaan. Termasuk dalam kegiatan
promosi ini adalah :
1. Iklan, yaitu beberapa bentuk penyajian promosi dari ide-ide barang
atau jasa oleh sponsor melalui sebuah media meliputi, radio,
televisi, majalah, brosur dan lain-lain.
13
2. Personal selling/ penjualan personal yaitu, presentasi orang dalam
suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan
maksud untuk menjual, meliputi ; telemarketing, door to door, dan
pameran.
3. Promosi penjualan yaitu, perangsang jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan atas suatu produk dan jasa,
seperti undian, kupon, dan pemberian contoh produk.
4. Publisitas
yaitu,
segala
hubungan
nonpersonal
untuk
mengkomunikasikan dan meminta tanggapan secara langsung dari
konsumen, antara lain dengan melalui telepon, fax, email dan lainlain
5. Hubungan masyarakat yaitu, program yang dirancang untuk
memajukan dan menjaga citra perusahaan atau produknya, hal ini
dapat berupa seminar, sponsor, serta pemberitahuan kepada pers.
2.4.
Merek
Kotler (2000: 460), menyatakan bahwa merek adalah nama istilah,
tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang/ jasa dari seorang atau
kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing.
Pada hakekatnya merek mengidentifikasikan penjual dan pembuat
produk. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo, atau simbol lain.
Berdasarkan undang-undang merek dagang, penjual diberikan hak eklusif
14
untuk menggunakan mereknya untuk selamanya. Jadi merek berbeda
dengan aktifitas lain seperti hak paten dan hak cipta yang mempunyai
batas waktu.
Merek sebenarnya adalah janji penjual untuk secara konsisten
memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli,
sehingga merek terbaik memberikan jaminan mutu dan bukan sekedar
simbol.
2.4.1. Ekuitas Merek
“The term brand equity refers to the value inherent in a well know
brand name” (Schiffman dan Kanuk, 1994: 230), dapat diartikan, ekuitas
merek merupakan nilai yang dimiliki oleh sebuah merek.
Sebuah merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak
mengalami penyusutan. Hal ini membutuhkan pemeliharaan atau
kesadaran merek, kualitas, dan fungsi yang diyakini dari merek tersebut,
assosiasi merek yang positif, dan lain-lain secara terus menerus (Kotler,
1997 : 65)
Menurut Hawkins dkk (2001 : 350), “ brand equity is the value
consumer assign to a brand above and beyond the functionl characteristics
of the product ”. Dapat diartikan
ekuitas merek adalah nilai yang
diberikan konsumen untuk merek tertentu dan diyakini berdasarkan
karakteristik fungsional produk.
15
2.4.2. Loyalitas Merek
Seorang konsumen yang loyal terhadap suatu merek tertentu
merupakan asset yang berharga bagi perusahaan dan kelangsungan suatu
merek dimasa mendatang. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek,
merupakan pelanggan yang setia terhadap suatu perusahaan. Sebagaimana
didefinisikan Griffin (1995: 13), bahwa seseorang pelanggan yang loyal
terhadap suatu merek adalah konsumen yang melakukan pembelian secara
berulang-ulang pada perusahaan yang sama, membeli lini produk dan jasa
yang ditawarkan dan memberitahukan kepuasan yang didapat dari produk
yang dikonsumsi.
Menurut Howard (1994: 129),”Brand loyalty is term widely used in
practice to describe how much consumers shift among brands, and it is, of
course, particularly appropriate for routine buying whwre product change
is less”. Dapat diartikan bahwa loyalitas merek merupakan batasan yang
menggambarkan sejumlah mana konsumen memilih diantara berbagai
merek, untuk kemudian melakukan pembelian ulang tanpa melakukan
perpindahan merek.
Menurut Mowen (1995: 531),” Brand loyalty is defined as the degree
to which a customer holds a positive attitude toward a brand, has a
commitment to it, and intends to continue purchasing it in the future”.
Dapat diartikan bahwa loyalitas merek adalah tingkat dimana konsumen
mempunyai sikap positif terhadap merek, mempunyai komitmen terhadap
16
merek tersebut dan mempunyai niat untuk melakukan pembelian ulang
dimasa mendatang.
2.5.
Perilaku Konsumen
2.5.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Kebutuhan konsumen harus menjadi pertimbangan yang utama bagi
perusahaan dengan cara selalu melihat perilaku konsumen tersebut.
Meskipun sampai saat ini belum ada pandangan yang sama mengenai
definisi tentang perilaku konsumen, namun para ahli telah banyak
memberikan pandangan dan merumuskan definisi perilau konsumen.
Perilaku (behavior) pada hakekatnya merupakan tindakan nyata konsumen
yang dapat diobservasi secara langsung (Paul dan Jerry: 1999). Untuk
lebih jelasnya, berikut ini disajikan beberapa definisi perilaku konsumen
dari para ahli :
1.
Loudon dan Bitta (1993: 5) mengemukakan bahwa “consumer
behavior may be defined as the decision process and physicalactivity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing
of goods and services”. Dapat diartikan bahwa, perilaku konsumen
sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara
fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan
atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.
2.
Engel et al (1992: 3) mengungkapkan bahwa “consumer behavior is
the devined as the actsw of individuals directly the decision process
17
that precede and determine these acts”. Dapat didefinisikan bahwa
perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan individual yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barangbarang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.\
2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Dalam
melaksanakan
pembelian
ada
mempengaruhi konsumen dalam mengambil
beberapa
faktor
yang
keputusan. Hal ini
menyangkut 2 faktor, yaitu :
1.
Konsumen sebagai individu yang meliputi faktor internal
2.
Konsumen sebagai kelompok sosial, budaya tertentu yang meliputi;
faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal tersebut meliputi :
1.
Kebudayaan
Menurut Kotler (1997 : 153), kebudayaan didefinisikan
sebagai faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Pada kenyataanya banyak perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh kebudayaan dan pengaruhnya akan berubah pada
setiap waktu sesuai dengan perkembangan dan perubahan jaman dari
masyarakaat tertentu.
18
2.
Kelas Sosial
Menurut Kotler dan Amstrong (1992 : 163), kelas sosial
adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu
masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat dan perilaku
yang sama. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk
menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas tetentu adalah
kekayaan,
kekuasaan,
kehormatan
dan
ilmu
pengetahuan
(pendidikan).
3.
Kelompok Referensi
Menurut Kotler (1997: 157), kelompok referensi adalah
kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang. Anggota kelompok referensi
sering menjadi penyebar pengaruh dalam kategori selera dan hobi..
Termasuk dalam kelompok referesi ini antara lain serikat buruh,
perkumpulan agama, kesenian, keluarga teman, tetangga, rekan
kerja, dan sebagainya.
4.
Keluarga
Menurut Kotler (1997: 158), keluarga adalah organisasi
pembelian konsumen yang paling berpengaruh. Anggota keluarga
merupakan kelompok acuan / referensi primer, yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak atau dapat berbentuk keluarga besar yang terdiri dari
Ayah, Ibu, anak, saudara, kakek, dan nenek.
19
Faktor Internal Meliputi :
1.
Motivasi
Menurut Kotler (1987: 263), motivasi adalah suatu
kebutuhan yang cukup kuat dan mendesak untuk mengarahkan
seseorang agar puas terhadap kebutuhan tersebut. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenis muncul dari tekanan biogenis seperti
lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan lain bersifat
psikogenis, mereka muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Suatu
kebutuhan akan menjadi motif jika seseorang didorong hingga
mencapai tingkat intensitas yang memadai, jadi motifasi dapat
dikatakan sebagai kebutuhan yang cukup mendorong seseorang
untuk bertindak.
2.
Persepsi
Menurut Kotler (1997: 164), persepsi adalah proses
bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasi dan
menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung
pada
rangsangan
fisik
tetapi
juga
pada
rangsangan
yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan.
20
3.
Belajar
Menurut Kotler (1997: 165), belajar menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang yang berasal dari pengalaman.
Pada dasarnya belajar merupakan perubahan yang diperoleh melalui
pengalaman dalam melakukan persepsi atau berbuat dengan melihat
produk, jasa atau merk tertentu. Proses belajar terjadi karena adanya
interaksi antara manusia dengan lingkungan tertentu, sebagai hasil
interaksi ini maka terbentuklah kebutuhan dan tanggapan.
4.
Kepribadian
Menurut
Kotler
(1992:
174),
kepribadian
adalah
karakteristik psikologis yang unik, berbeda dari setiap orang yang
menimbulkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama.
Kepribadian
sangat
bermanfaat
untuk
menganalisis
perilaku
konsumen bagi bebrapa pilihan produk atau merek.
5.
Kepercayaan dan Sikap
Kepercayaan dan sikap ikut mempengaruhi perilaku dan
pandangan. Menurut Kotler (1997: 167), sikap adalah evaluasi,
perasaan
emosional
dan
kecenderungan
tindakan
yang
menguntungkan atau yang tidak menguntungkan dan bertahan lama
dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap
mengarahkan orang-orang berperilaku secara konsisten terhadap
obyek yang serupa. Sedangkan kepercayaan adalah suatu gagasan
21
deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu (Kotler, 1997:
166). Kepercayaan membentuk citra terhadap produk dan merek
yang sesuai dengan yang dipercaya oleh konsumen.
2.5.3.
Ruang
Lingkup
Dan
Pentingnya
Perilaku
Konsumen
Bagi
Manajemen Pemasaran
Bagi manajemen pemasaran perilaku konsumen sangatlah
penting, karena dengan mengamati perilaku konsumen maka perusahaan
akan lebih mengetahui dan memahami masalah kebutuhan konsumen,
seperti apa kebutuhan konsumen, bagaimana selera mereka, dan
sebagainya. Seorang pemasar perlu mengetahui beberapa peranan yang
mungkin dimainkan orang dalam suatu keputusan pembelian (menurut
Assuari, 1999 : 13), yaitu :
1.
Initiator
Yaitu individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu,
atau yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak
mempunyai wewenang untuk melakukannya sendiri.
2.
Influencer
Yaitu individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik
secara sengaja atau tidak sengaja.
22
3.
Dicider
Yaitu individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak,
apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana
membelinya.
4.
Buyer
Yaitu
individu
yang
melakukan
transaksi
pembelian
yang
sesungguhnya.
5.
User
Yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
2.5.4.
Tahap Keputusan Dalam Proses Membeli
Menurut Kotler (1999 : 257), proses perilaku konsumen dalam
mengambil keputusan membeli mempergunakan lima tahap yang dilalui
konsumen
yaitu; pengenalan masalah, mencari informasi, penilaian
alternative, membuat keputusan membeli, dan perilaku setelah membeli.
Adapun proses dari tahap-tahap tersebut adalah :
Gambar 2.1
Proses pengambilan keputusan
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Penilaian
Alternatif
Keputusan
Membeli
Perilaku Pasca
Pembelian
23
1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah adalah tahap ketika konsumen mengenali
adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan
antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya.
Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal (dari dalam) seperti
halnya kebutuhan normal seseorang yaitu, lapar, haus, sek akan
muncul ke tingkat lebih tinggi untuk mencapai dorongan. Kebutuhan
juga timbul karena rangsangan eksternal (dari luar) seperti halnya rasa
kagum, ketertarikan sebuah tayangan iklan. Pada tahap ini para
pemasar perlu meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau
masalah apa yang muncul, apa yang menarik mereka, dan bagaimana
menarik itu membawa konsumen pada produk tertentu.
2. Pencarian Informasi
Adalah tahap dari proses keputusan pembeli, yang merangsang
konsumen untuk mencari informasi lebih banyak. Seorang konsumen
yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi
mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang
dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen mungkin akan
membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam
ingatan
atau melakukan pencarian informasi lebih lanjut yang
berhubungan
dengan
kebutuhan
tersebut.
Dalam
memperoleh
informasi, konsumen dapat melalui beberapa sumber seperti :
24
1. Sumber pribadi
= keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber komersial
= iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pameran.
3. Sumber publik
= media masa, organisasi konsumen.
4. Sumber pengalaman = penggunaan produk, menguji, menangani.
Sumber-sumber informasi ini memberikan pengaruh yang
relatif berbeda-beda sesuai dengan jenis produk dan ciri-ciri pembeli.
Setiap macam sumber bisa melaksanakan fungsi yang berbeda dalam
mempengaruhi keputusan membeli, seperti halnya sumber informasi
yang bersifat komersial biasanya berfungsi pemberitahuan sedangkan
sumber pribadi berfungsi sebagai pengukuhan dan penilaian.
Mengenai sumber informasi yang digunakan oleh konsumen,
pemasar perlu mengidentifikasikan sumber-sumber itu dengan cermat
dan menilai pentingnya masing-masing sumber informasi itu.
Konsumen perlu diminta keterangannya tentang bagaimana mereka
pertama kali mendengar merek, apakah informasi yang masuk
selanjutnya, dan pentingnya beberapa sumber informasi yang berbeda
secara selektif. Pemasar akan memperoleh kesimpulan bahwa
informasi ini penting dan mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan
konunikasi yang efektif terhadap pasar sasaran.
3. Penilaian Alternatif
Pemasar perlu mengetahui tentang penilaian alternatif,
bagaimana konsumen memperoleh informasi untuk sampai pada
25
pilihan mereka. Beberapa konsep dasar akan membantu dalam
memperjelas proses penilaian konsumen.
1. Konsep pertama adalah sifat-sifat produk, yaitu bahwa setiap
konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifatsifat atau ciri-ciri tertentu, seperti halnya, jenis, bentuk, tampilan,
ukuran, harga, kualitas, kemasan, model, ketahanan, suasana,
warna, cita rasa, lokasi dan sebagainya.
2. Konsep kedua adalah, pemasar perlu memperhatikan pentingnya
ciri-ciri produk dari pada penonjolan ciri-ciri. Konsumen mungkin
mengaitkan pentingnya bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda itu
dengan ciri-ciri yang sesuai, sehingga satu perbedaan dapat dibuat
antara pentingnya suatu ciri dengan penonjolannya.
3. Konsep ketiga adalah seperangkat kepercayaan dimana konsumen
berbeda-beda terhadap ciri-ciri produk yang sebenarnya sesuai
dengan pengalamannya, dan dampak dari persepsi selektif,
perubahan makna informasi secara selektif, dan kemampuan
mengingat kembali secara selektif.
4. Konsep keempat adalah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri-ciri,
yaitu
menggambarkan
bagaimana
konsumen
mengharapkan
kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang
berbeda-beda bagi setiap ciri.
26
5. Konsep kelima adalah prosedur penilaian yaitu konsumen
terbentuk terhadap beberapa pilihan di antara sekian banyak ciriciri obyek.
4. Keputusan Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat
pembelian. Konsumen biasanya akan cenderung membeli merek yang
paling disukainya, namun demikian ada dua faktor yang dapat
mencampuri maksud membeli dan keputusan membeli, yaitu :
1. Pendirian atau sikap orang lain
2. Faktor situasional yang tak terduga
Keputusan konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau
membatalkan keputusan membeli dipengaruhi oleh pandangan risiko
seseorang. Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan
rasa adanya risiko dalam diri konsumen serta memberikan informasi
dan dukungan untuk mengurangi risiko yang dirasakan.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir
saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca
pembelian, dimana pemasar harus mementau kepuasan pasca
27
pembelian,
tindakan
pasca
pembelian
dan
pemakaian
serta
pembuangan pasca pembelian.
Konsumen yang puas akan tertus melakukan pembelian sampai
menjadi pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan
pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan
menyebarkan berita tersebut pada teman-teman nereka. Karena itu,
perusahaan harus beruisaha memastikan kepuasan konsumen pada
semua tingkat dalam proses pembelian.
2.5.5.
Perilaku Konsumen dan Pengambilan Keputusan Konsumen
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana para konsumen
membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka
menggunakan ataupun membuang produk-produk yang mereka beli.
Sebelum konsumen sampai pada keputusan membeli, konsumen harus
mengenal kebutuhan mereka lebih dahulu, jika informasi tambahan
dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan pembelian, maka
konsumen akan berupaya melakukan pencarian informasi tersebut.
Menurut Stanton (1985 : 165), jika keputusan yang diambil adalah
membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang
menyangkut merek, harga, toko, warna. Dalam proses beli pada titik ini
para pemasar berusaha untuk menentukan motif beli pelindung dari
konsumen.
28
Menurut Angipora (2002 : 163), faktor-faktor yang menentukan
jadi tidaknya suatu barang dibeli, adalah ukuran, warna, kecocokan dan
model/ desain. Selain itu jaminan yang diberikan atau disediakan oleh
perusahaan (penjual) terhadap produk yang dihasilkan atau dibeli juga
menjadi bahan pertimbangan khusus konsumen sebelum memutuskan
membeli atau tidak terhadap barang yang diinginkan. Secara umum
jaminan tersebut berupa garansi, penggantian kembali atas produk yang
cacat atau tidak berfungsi dengan baik, menyediakan berbagai peralatan
dan perlengkapan berupa spare parts, dan menyediakan tempat-tempat
perbaikan perawatan di berbagai tempat yang mudah dihubungi
konsumen. Konsumen dalam hal ini juga harus memahami lima
tingkatan produk sebagai pilihan dalam membeli produk yang
diinginkan (Angipora : 152-155), yaitu :
1. Produk utama (Core Benefit) yaitu tingkatan/ manfaat yang paling
mendasar dari produk tersebut. Misalnya kualitas produk yang
terjamin., harga yang terjangkau dan kehandalan waktu penggunaan.
2. Produk Dasar (Basic Product) yaitu, produk yang mencerminkan
versi dasar (fungsional) yang dapat dirasakan oleh panca indera.
Misalnya warna yang menarik, model yang beraneka ragam, dan
tombol keypad yang mudah dalam pengoperasiannya
3. Produk Yang Diharapkan (Expected Product) yaitu, serangkain
atribut dan kondisi yang diharapkan oleh pelanggan pada saat
mereka membeli suatu produk. Misalnya jaminan yang diberikan,
29
kenyamanan waktu penggunaan, image/ penilaian produk tersebut
dibanding merek lain, sinyal yang kuat dan spare part/ komponen
pengganti yang tersedia di pasaran.
4. Produk Yang Ditingkatkan (Augmented Product) adalah, sesuatu
pelayanan tambahan yang diberikan perusahaan untuk memenuhi
keinginan pelanggan, seperti membedakan produk yang ditawarkan
dengan produk pesaing. Misalnya features/ keistimewaan yang
dimiliki produk, dan servis (tempat perbaikan) yang tersedia.
5. Produk Potensial (Potential Product) yaitu, semua tambahan yang
mencakup segala peningkatan pada produk yang mungkin dilakukan
dimasa
mendatang.
Misalnya
menambah
layanan
servis,
mengembangkan fasilitas yang telah ada, sebagai contoh adanya
digital camera.
Sedangkan menurut Swasta dan Irawan (2003 : 121), jika yang
diambil adalah membeli, maka pembeli (konsumen) akan menjumpai
serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merek,
penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.
2.6.
Penelitian Terdahulu
Abi SatyoAryo Widagdo, Universitas diponegoro Semarang
(
2012 ) “ Analisis Faktor Pembentuk Keputusan Pembelian Pada Ponsel
Nokia
( Studi Kasus Pada Mahasiswa Ekonomika dan Bisnis UNDIP
Semarang ) ”. Disini peneliti memliki persamaan dengan penelitian yang
30
ada yaitu sama – sama meneliti faktor pembelian terhadap ponsel
bermerek nokia namun dalam pengambilan data sampel penelitian
peneliti mengambil data pada masyarakat umum dalam hal ini bertempat
di kelurahan beringin, surabaya. Sedangkan pada penelitian terdahulu
sampel data yang digunakan mengambil data pada ruang lingkup kampus
dan mahasiswa yang ada dilingkungan tersebut.
Indah Maulidia P.S, Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
Jawa Timur ( 2012 ). “ Analisis Atribut Produk Yang Dipertimbangkan
Konsumen Dalam Membeli Handphone Merek Samsung Bersistem
Operasi Adroid ( Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jatim )”.
Disini peneliti memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang ada
yaitu sama meneliti tentang faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian pada suatu merek produk
handphone, namun terdapat pula perbedaannya antara lain yaitu berupa
merek handphone yang dijadikan obyek penelitian dan juga data
responden atau sampel data penelitian yang digunakan dimana pada
penelitian terdahulu memakai merek samsung beroperasi sistem android
dan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa UPN
sedangkan pada peneliti merek handphone yang digukan bermerek nokia
dan sampel data penelitian diambil dari sejumlah masyarakat di
lingkungan kelurahan beringin.
31
2.7.
Kerangka Konseptual
Gambar 2.2
Kerangka konseptual
Harga Terjangkau (X1)
Harga Terjangkau (X1)
Warna (X2)
Warna (X2)
Kualitas (X3)
Kualitas (X3)
Jaminan (X4)
Spare Part (X5)
Jaminan (X4)
EXPLORA
TORY
Faktor
Spare Part (X5)
Service (X6)
Service (X6)
Model (X7)
Model (X7)
Handal (X8)
Handal (X8)
Tombol Keypad (X9)
Tombol Keypad (X9)
Digital Kamera (X10)
Digital Kamera (X10)
Image (X11)
Image (X11)
Kenyamanan (X12)
Kenyamanan (X12)
Features / Keistimewaan (X13)
Features / Keistimewaan (X13)
Sinyal yang kuat (X14)
Sinyal yang kuat (X14)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan skripsi ini adalah jenis kuantitatif,
bertujuan memberikan gambaran secara tepat keadaan atau gejala tertentu
untuk menentukan adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan
gejala yang lain dengan menggunakan alat bantu penelitian berupa angket
tanya jawab ( kuisioner ).
Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, peristiwa – peristiwa,
pengetahuan, atau subyek studi. Proses penelitian tersebut memperhatikan
konteks studi dengan menitik beratkan pada pemahaman, pemikiran, dan
persepsi peneliti. Metode kasus yang digunakan dalam penelitian warga
Kelurahan Beringin ini bertujuan untuk membandingkan antara teori dan
praktik suatu kasus yang ada. Perbandingan ini mengenai hubungan sebab
akibat dari faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ponsel Merek Nokia warga kelurahan Bringin Surabaya.
33
3.2.
Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah suatu konsep atribut atau karakteristik yang
memiliki harga atau nilai yang bervariasi dan memiliki suatu ukuran.
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi
variabel-variabel. Penelitian termasuk penetapan cara dan satuan
pengukuran variabelnya.
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Harga terjangkau (X1) yaitu, harga ponsel Nokia bervariatif sehingga
memungkinkan untuk dibeli konsumen sesuai dengan daya beli/ uang
yang dimiliki.
2. Warna (X2) yaitu banyaknya ragam pilihan warna casing/ cover ponsel
Nokia yang ditawarkan, dan bisa diganti-ganti
3. Kualitas produk (X3) adalah mutu ponsel merek Nokia yang lebih
unggul dibandingkan merek lain.
4. Jaminan (X4) adalah pelayanan yang diberikan dalam pembelian ponsel
merek Nokia, terhadap produk yang cacat atau tidak berfungsi.
5. Spare parts (X5) yaitu, suku cadang/ komponen pengganti dari ponsel
Nokia, yang tersedia di pasaran.
6. Service (X6) adalah kemudahan tempat-tempat perbaikan ponsel merek
Nokia yang ada pada counter-counter resmi.
34
7. Model (X7) adalah bentuk fisik / bentuk nyata dari ponsel Nokia dalam
berbagai tipe yang berbeda dengan tipe yang lain dimana memiliki
keistimewaan tersendiri.
8. Handal (X8) yaitu, ponsel merek Nokia pada waktu penggunaan/
pengoperasiannya dalam berkomunikasi dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat.
9. Tombol keypad (X9) adalah tombol-tombol yang ada pada ponsel
Nokia yang memudahkan konsumen dalam pengoperasiannya.
10. Digital Camera (X10) merupakan salah satu kecanggihan teknologi yang
terdapat pada ponsel Nokia, yaitu dapat merekam/ memotret gambar
11. Image (X11) adalah, kesan dari ponsel merek Nokia yang dinilai positif
oleh konsumen dibandingkan merek lain.
12. Kenyamanan (X12) yaitu ponsel merek Nokia dengan berbagai tipe
yang dikeluarkan telah memberikan manfaat yang lebih dibandingkan
dengan produk ponsel merek lain.
13. Features / keistimewaan (X13) yaitu fasilitas yang diperoleh dari ponsel
Nokia dalam melakukan komunikasi meliputi, pelayanan pesan singkat,
pengalihan panggilan, panggilan menunggu, kotak suara, identitas
pemanggil, dan lain-lain.
14. Sinyal yang kuat (X14) yaitu, ponsel Nokia dengan kualitas sinyal yang
kuat memberikan kelancaran konsumen dalam berkomunikasi.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Ordinal, yaitu skala yang bertujuan untuk membedakan antara
35
tingkatan (preferensi) data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih
rendah khususnya dalam mengidentifikasi perilaku seorang konsumen
(Santoso dan Tjiptono,2001 : 98).
Metode analisis data yang digunakan untuk memberikan bobot
nilai kuisioner adalah skala Likert yang melibatkan serangkaian
pernyataan berkaitan dengan sikap dari responden. Rentang nilai yang
digunakan adalah 1 sampai dengan 5, dimana ; (1) sangat tidak setuju,
(2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
3.3.
Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diamati. Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna ponsel
merek Nokia.
2. Sampel
Teknik penentuan sampel secara non probabilitas yang digunakan secara
Accidental Sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan orang atau
unit yang paling mudah dijumpai atau diakses (Santoso dan Tjiptono,
2001: 90). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menurut teori Malhotra dimana jumlah sampel pada alat uji analisis
faktor ditentukan dari 4 atau 5 kali jumlah variabel-variabel, dalam
penelitian ini sebanyak 14, sehingga apabila dikalikan 5 menjadi 70
orang responden. Tetapi untuk mendapatkan hasil
yang lebih
36
representatif dan mewakili, maka penelitian ini mengambil sebanyak 100
orang responden, yaitu sesuai dengan ukuran sampel yang ideal untuk
proses Analisis Faktor antara 50 sampai 100 sampel (Santoso, 2002 : 94).
Jadi sampel penelitian ini adalah 100 orang pengguna ponsel
Merek Nokia yang berada di kelurahan Bringin Surabaya.
3.4.
Jenis Data
1. Data Primer
Dalam penelitian ini, data yang dipakai berupa data primer, yaitu
data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden, terhadap
penyebaran kuisioner pada lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Dan ada pula data pendukung atau yang disebut data sekunder
yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan saja.
3.5.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Pengguna ponsel Nokia yang berada di kelurahan Bringin Surabaya
berupa jawaban kuesioner.
2. Buku , majalah, tabloid, internet dan sebagainya.
37
3.6.
Pengumpulan Data
Dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan
menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1. Kuisioner
Merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban
dari responden.
2. Wawancara
Wawancara / interview secara langsung kepada responden.
3. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian.
3.7.
Teknik Analisis
1. Uji Kualitas Data
Ada 2 (dua) konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu :
reliabilitas dan validitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan
kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid.
2. Reliabilitas
Pertanyaan mendasar untuk mengukur reliabilitas data adalah
“bagaimana konsistensi data yang dikumpulkan”. Pengukuran reliabilitas
menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien, yang dapat
diukur melalui tiga pendekatan, yaitu : koefisien stabilitas, koefisien
ekuivalensi dan reliabilitas konsistensi internal. Pengujian reliabilitas
38
dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS
dengan menggunakan reliabilitas konsisitensi internal.
Reliabilitas dapat ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha
Cronbach (α). Jika nilai alpha berkisar antara 0,60 – 0,80 maka dapat
ditafsirkan bahwa hasil pengukuran relativ konsisten apabila dilakukan
pengukuran ulang. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari
0 – 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00
berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin
rendah mendekati angka 0 berarti menunjukan
semakin rendahnya
reliabilitas.
3. Validitas
Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang
akurat. Jika sinonim dari reliabilitas adalah konsistensi maka esnsi dari
validitas adalah akurasi. Suatu instrument pengukur dikatakan valid jika
instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas, yaitu :
content
validity,
criterio-related
validity
dan
construct
validity.
Pengukuan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS dengan menggunakan construct validity. Teknik korelasi
yang digunakan adalah korelasi person dan jawaban responden atas
pertanyaan.
39
4. Metode Analisis Faktor
Metode analisis data menggunakan Metode Analisis Faktor, yaitu
suatu teknik analisis statistic multivariate yang digunakan untuk
mengurangi (mereduksi) data, meringkas sejumlah variabel menjadi lebih
sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Santoso dan Tjiptono, 2001 :
248). Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian,
maka penelitian menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS
for windows.
Model analisis faktor secara umum sebagai berikut :
Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ………. + AimFm + ViUi
Dimana :
Xi
= Standarisasi variabel ke i
Aij
= Standarisasi koefisien regresi berganda variabel I pada
common faktor j
F
= Common factor
Vi
= Standarisasi koefisien regresi dari variabel I pada factor
unik j
Ui
= Faktor unik variabel i
m
= Number of common factor
Faktor-faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan
berkorelasi dengan faktor-faktor umum. Faktor itu sendiri
sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dengan
variabel yang diobservasi. Persamaanya adalah sebagai berikut :
40
Fi = Wi1X1 + Xi2X2 + Wi3X3 + ……… + WikXk
Dimana :
Fi
= Estimasi faktor ke-i
Wi
= Bobot atau skor koefisien faktor
K
= Jumlah variabel
Secara umum, tahap-tahap Analisis Faktor meliputi :
1. Penentuan Tujuan Analisis Faktor
Tujuannya adalah mengkonfirmasi komponen-komponen yang akan
dianggap dapat mewakili seperangkat variabel yang diteliti.
2. Desain Analisis Faktor
Korelasi yang akan dicari menggunakan analisis faktor ini adalah
komponen-komponen yang mendasari korelasi diantara variabelvariabel yang ada, sehingga nantinya didapat beberapa komponen
(variabel) yang bisa dianggap mewakili semua variabel yang ada.
3. Pembuatan Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis adalah Normalitas dan
Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), dengan asumsi bahwa
multikolonieritas diterima (<,7). Normalitas diukur melalui ukuran
kemiringan distribusi data (skewness), sedangkan kecukupan sampel
diukur melalui pengukuran Bartlett test of spheiricity dan Measure of
Sampling Adequasy (MSA).
41
1. Normalitas
Normalitas adalah salah satu syarat suatu data dapat diolah dengan
menggunakan statistik multivariate. Tetapi untuk menentukan
normal tidaknya suatu data yang terbentuk multivariat tidaklah
mudah, karena normalitas suatu data yang bersifat multivariat
harus diukur secara khusus. Kita dapat melihat normalitas masingmasing variabel asumsi bahwa jika semua variabel normal, maka
variabel multivariatnyapun akan normal. Salah satu cara mengukur
data adalah melalui nilai satatistik Z. jika nilai Z lebih besar dari
nilai kritis, maka distribusi tersebut tidak normal.
2. Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu yang menunjukan “saling hubungan
yang kuat” antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga
akan mempengaruhi “independensi” masing-masing variabel.
Multikolinieritas yang tinggi akan mengakibatkan variabel-variabel
independensi akan saling mempengaruhi dalam menjelaskan
variabel
dependen
dan
penganalisaan
faktor
ini
akan
mempengaruhi dalam hal pengelompokannya nanti, oleh karena itu
sedapat mungkin dihilangkan atau diperkecil. Salah satu cara untuk
melihat ada atau tidaknya multikolinieritas yang tinggi adalah
dengan melihat tabel matriks korelasi tersebut, dapat kita lihat dari
Barlett test of sphericity.
42
3. Ukuran Kecukupan Sampling (MSA)
Kim dan Mueller (1994 : 122) mengungkapkan bahwa indek inti
image berkisar antara 0 sampai dengan 1. Indeks akan menjadi 1
jika semua unsur matriks korelasi inverse bernilai nol, yang
menunjukan bahwa semua variabel dapat diprediksi tanpa
kesalahan. Artinya bahwa indeks inti image nilainya mendekati
satu, maka akan semakin menunjukan bahwa semua variabel dapat
diprediksikan dengan kesalahan kecil.
4. Menurunkan Faktor-Faktor dan Menduga Kesesuaian
Metode yang digunakan adalah Common Factor Analysis, metode
dimana faktor laten yang kita inginkan tidak ditentuka terlebih
dahulu, jadi kita biarkan data dengan sendirinya mengelompok
menjadi beberapa faktor (variabel).
5. Interprestasi Faktor-Faktor
Dengan
menggunakan
program
SPSS,
kita
langsung
dapat
menginterprestasikan hasil-hasil perhitungannya, dengan cara sebagai
berikut :
1. Menentukan Normalitas dan Linieritas data yang akan diolah.
2. Menentukanh nilai MSA melalui tabel-tabel KMO dan Barlett’s
Test.
3. Menentukan jumlah komponen yang dipertahankan dengan
menggunakan nilai Eigenvalue melalui Tabel Total Variance atau
dengan analisis Scatter Plot dari komponen yang didapat.
43
4. Menentukan / menilai besarnya penjelasan (variance) serta Unique
variance masing-masing variabel terhadap komponen yang
dipertahankan melalui Tabel Komunalitas.
5. Menentukan kriteria signifikan factor loading, yaitu menentukan
factor loadings yang layak untuk dipertimbangkan.
Pada Analisis Faktor ada beberapa konsep statistik yang berhubungan,
yaitu :
1.
Barlett’s of Spherically
Barlett’s of Spherically yaitu tes yang digunakan untuk menguji
interdepensi antara butir-butir yang menjadi indicator suatu
variabel atau faktor. Analisis ini bermaksud untuk menyatakan
bahwa butir-butir yang dimaksud tidak berkorelasi satu dengan
yang lainnya dalam populasi. Apabila ternyata terbukti ada variabel
yang berkorelasi, maka satu dari variabel tersebut tidak perlu
dianalisis.
2.
Correlation Matrix
Correlation Matrix yaitu matriks korelasi yang merupakan sajian
dari hasil korelasi antar butir menunjukan koefisien korelasi (r)
antar butir satu dengan butir lainnya yang mungkin dapat atau tidak
dimasukkan ke dalam analisis.
3.
Communality
Communality yaitu jumlah varian yang diberikan tiap-tiap butir
dengan butir lain yang dipertimbangkan. Koefisien communality
44
tersebut cukup efektif apabila bernilai 50%. Apabila terjadi
communality 50%, maka harus dipertimbangkan besarnya muatan
faktor.
4.
Eigenvalue
Eigenvalue yaitu nilai yang menunjukan jumlah varian yang
berasosiasi dengan masing-masing faktor. Faktor yang mempunyai
eigenvalue 1 dimasukkan ke dalam model. Sedangkan yang
nilainya kurang dari 1 merupakan faktor yang tidak dimasukkan ke
dalam model.
5.
Faktor Loading
Factor Loading merupakan koefisien korelasi antara variabelvariabel dengan faktor-faktornya. Faktor loading yang bernilai
besar menunjukkan besarnya pengaruh variabel observasi terhadap
faktor.
6.
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy
(MSA)
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy (MSA)
adalah angka indeks untuk menggantikan besarnya koefisien
korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial.
Apabila tidak dapat menjelaskan variabel lain dan analisis faktor
tidak sesuai untuk diterapkan.
45
7.
Faktor Matrix
Faktor Matrix yaitu faktor yang berisi muatan faktor yang telah
dipilih. Dari faktor matrix ini dapat dilihat pengaruhnya dari
variabel terhadap faktornya.
46
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1.
Diskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Nokia
Berawal pada tahun 1865, ketika seorang insinyur, Fredrik Idestam
mendirikan sebuah pabrik bubuk kayu di Finlandia bagian selatan dan
mulai memproduksi kertas medium tradisional untuk berkomunikasi.
Selama masa industrialisasi Eropa, kebutuhan kertas dan karton meningkat
dan Nokia berkembang dengan pesat. Produk Nokia diekspor pertama kali
ke Rusia dan kemudian ke Inggris serta Prancis. Pabrik Nokia
memperkerjakan banyak tenaga dan sebuah komunitas kecil berkembang
disekitarnya. Sebuah komunitas dengan nama Nokia tetap eksis di
pinggiran sungai Emakkoski bagian Filandia. Pembangkit listrik tenaga air
(dari sungai Emakkoski) yang digunakan pabrik bubuk kayu juga menarik
perhatian perusahaan Finnish Rubber Works untuk mulai menggunakan
nama Nokia sebagai nama merek mereka. Sebagai tambahan produksi
sepatu (galoshoes) dan ban, perusahaan kemudian mulai memproduksi
karet, komponen industri dan jas hujan. Setelah perang dunia ke-II,
Finnish Rubber Works membeli sebagaian besar perusahaan yang sedang
berkembang pesat seiring dengan bertambahnya kebutuhan energi untuk
transmisi, telegraph dan jaringan telepon. Akhirnya pemilik perusahaan
47
Rubber Works dan Cable Works melakukan konsolidasi. Pada tahun
1967, Nokia Corporation terbentuk dengan meleburnya perusahaan Nokia
Company yang memproduksi kertas dan Finnish Rubber Works yang
memproduksi kabel untuk telegraph. Pada awal tahun 1970-an, pertukaran
informasi terbesar bidang telepon adalah Switch Electro-mechanical
analog. Nokia mulai mengembangkan teknologi digital switch (Nokia DX
200) dan menjadi sukses. Nokia DX 200, yang dilengkapi dengan bahasa
komputer tingkat tinggi dan mikroprosesor Intel akhirnya berubah menjadi
platform multifungsi yang tetap menjadi dasar infrastruktur jaringan Nokia
sampai sekarang. Pada saat yang sama, peraturan baru mengijinkan
otoritas telekomonikasi Finish untuk membangun jaringan mobile untuk
mobil yang terhubung ke jaringan umum. Hasilnya adalah Nordic Mobile
Telephony (NMT). Pada tahun 1981, bersamaan dengan mulai
beroprasinya NMT- jaringan selular multinasional pertama didunia di
Skandinavia, Nokia pun memproduksi ponsel mobil pertamanya. Selama
beberapa dekade, NMT dekenalkan pada banyak negara dan menciptakan
industri mobile phone yang berkembang pesat. Pada akhir 1980-an sebuah
standar untuk mobile telephone digital dikembangkan. Standar ini dikenal
sebagai GSM (Global System for Mobile Communications). Pada tahun
1991 Nokia membuat kesepakatan untuk memenuhi jaringan GSM
terhadap sembilan negara Eropa dan pada Agustus 1997 Nokia telah
memasarkan sistem GSM sampai dengan 59 operator pada 31 negara. Pada
Mei 1992, Nokia melakukan divestasi besar-besaran untuk melepaskan
48
bisnis-bisnis
sampingannya
dan
memfokuskan
diri
pada
bidang
telekomunikasi. Saat ini Nokia terbagi menjadi empat divisi besar, yaitu
Nokia Networks, Nokia Mobile Phones, Nokia Ventures Organizations,
dan Nokia Research Center. Dengan penguasaan pasar ponsel sekitar 30%,
saat ini Nokia menjadi produsen ponsel nomor satu di dunia. Produk
produk Nokia untuk jaringan GSM, walaupun tersedia juga ponsel-ponsel
Nokia untuk AMPS, CDMA, atau TDMA, biasanya sangat unggul dalam
segi desain. Di Indonesia, Nokia sempat merajai pasaran sekitar tahun
1998-1999 dengan ponsel sejuta umatnya, yaitu Nokia 5110. Saat itu
ponsel ini mengungguli ponsel lain dengan terobosan bentuknya yang
tanpa sudut serta ukuran yang kecil. Secara umum dengan ponsel-ponsel
Nokia yang beredar bisa di kelompokkan menjadi seri 3xxx, 5xxx, 6xxx,
7xxx, 8xxx, serta 9xxx. Tahun 1998 Nokia meluncurkan ponsel 5110,
6110, 6510, 8810, serta 9110, kecuali 6510 yang dual band, ponsel lainnya
berbasis GSM 900. Dan pada tahun 1999 tipe 3210, 7110, 8210, serta
8850 diluncurkan, sedangkan ponsel-ponsel terbaru Nokia adalah 3310,
3330, 6210, 6250, serta 9210.
4.1.2. Karakteristik Responden
Berdasarkan jawaban yang diberikan responden dalam atribut
identifikasi kuesioner mengenai jenis kelamin, diperoleh sebanyak 85
responden adalah laki-laki dan 15 responden adalah wanita dimana 100
responden tersebut memilki dan menggunakan ponsel merek Nokia. Pada
49
bagian ini diuraikan identitas variabel sesuai dengan karakteristik
responden.
Tabel 4.1.
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
85
Perempuan
15
Total
100
Sumber : hasil kuesioner diolah
Persentase
85%
15%
100%
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 85 responden
dengan persentase sebesar 85% adalah laki-laki, sedangkan sebanyak 15
responden perempuan dengan persentase sebesar 15%, dimana semuanya
pengguna ponsel merek Nokia.
Tabel 4.2.
Usia Responden
Pernyataan
Rentang Usia
Usia anak-anak
< 17 Thn
Usia remaja
17 – 30 Thn
Usia dewasa/lansia
>30 thn
Total
Sumber : hasil kuesioner diolah
Jumlah
13
38
49
100
Persentase
13%
38%
49%
100%
Pada tabel diatas menunjukan bahwa responden yang usia anakanak sebanyak 13, usia remaja sebanyak 38, sedangkan usia dewasa/lansia
sebanyak 49 orang.
50
4.2.
Tehnik Analisis Data
Sebelum data dianalisis, data hasil kuesioner diolah terlebih dahulu
dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas data untuk
mendapatkan data yang benar-benar akurat. Dimana dalam penelitian ini
untuk mempermudah pengolahan data, pengujian validitas dan reliabilitas
data tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS.
4.2.1. Uji Outlier Univariate
Uji univariate dilakukan dengan mengamati nilai Zscore, yaitu
kasus yang memiliki nilai Zscore   3,0 berarti outlier.
51
Tabel 4.3.
Uji Outlier Univariate
Descriptive Statistics
Zscore(X1)
Zscore(X2)
Zscore(X3)
Zscore(X4)
Zscore(X5)
Zscore(X6)
Zscore(X7)
Zscore(X8)
Zscore(X9)
Zscore(X10)
Zscore(X11)
Zscore(X12)
Zscore(X13)
Zscore(X14)
Batas Outlier
N
Minimum
Maximum
Mean
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
-1,443
-1,911
-4,124
-2,333
-1,744
-1,983
-2,707
-1,861
-3,185
-1,810
-1,796
-1,934
-3,274
-1,664
-3,000
1,517
1,052
0,786
0,885
1,357
1,010
0,927
1,321
0,772
1,207
1,185
0,938
0,671
0,977
3,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Std.
Deviation
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Sumber : SPSS Out Put For Outlier Test Of Data
Berdasar tabel diatas tidak terdapat univariate untuk masingmasing variabel, kecuali X3 , X9 dan X13.
4.2.2. Uji Outlier Multivariate
Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
memilki gejala outlier multivariate adalah dengan menggunakan jarak
Mahalanobis Distance (MD) untuk setiap observasi. Jarak MD dapat
dihitung dan menununjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata sebuah
variabel dalam sebuah ruang multidimensional.Uji terhadap multivariate
dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak MD pada tingkat p<0,001.
Jarak MD itu dapat dievaluasi dengan nilai 2 pada derajat kebebasan
sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian.
52
Tabel 4.4
Uji Outlier Multivariate
Residuals Statistics (a)
12,540
-2,527
92,320
2,784
50,500
0,000
Std.
Deviati
on
15,020
1,000
7,170
14,953
10,261
1,537
100
5,380
-50,800
-1,896
-2,083
-61,310
-2,126
6,102
0,000
99,210
50,380
1,881
2,037
59,100
2,076
29,858
0,060
50,660
0,000
0,000
-0,003
-0,160
-0,003
13,860
0,012
15,957
24,821
0,927
1,007
29,356
1,014
4,519
0,015
100
100
100
100
100
100
100
100
0,062
0,302
0,140
0,046
100
Minimum
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error of
Predicted Value
Adjusted Predicted
Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage
Value
Maximum
Mean
N
100
100
Sumber : SPSS Out Put For Outlier Test Of Data
Diketahuai nilai X2
(0,001;14) sebesar 36,124 sehingga data
dikatakan outlier apabila nilai MD lebih besar dari 36,124. Berdasarkan
hasil
analisis MD terdapat nilai maximum yang kurang dari 36,124
sebanyak 1 case yaitu 29,858.
4.2.3. Uji Normalitas
Untuk mengetahui data tersebut normal maka dapat dilihat pada
tabel berikut.
53
Tabel 4.5
Uji Normalitas Univariate (masing-masing variabel)
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
Batas Normal
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic
Df
Sig.
0,259
100
0,000
0,272
100
0,000
0,344
100
0,000
0,272
100
0,000
0,250
100
0,000
0,273
100
0,000
0,267
100
0,000
0,210
100
0,000
0,274
100
0,000
0,225
100
0,000
0,220
100
0,000
0,246
100
0,000
0,319
100
0,000
0,259
100
0,000
≥ 0,050
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan data diatas semua variabel tingkat sig-nya = 0,000
4.2.4. Uji Validitas
Uji validitas data adalah untuk menguji apakah tiap butir
pertanyaan benar-benar telah sahih/ valid. Cara mengujinya adalah dengan
mengkorelasikan masing-masing skor item pertanyaan dengan skor
totalnya. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi validitas
≤5%. Tingkat signifikansi ini menunjukan derajat konsisitensi jawaban
semua responden yang menjadi obyek penelitian. Hasil uji validitas item
pertanyaan (instrumen kuesioner) dapat disajikan dalam tabel berikut :
54
Tabel 4.6
Uji Validitas Instrumen kuesioner
Pertanyaan
Koefisien Korelasi
Tingkat
Keterangan
Signifikansi
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
0,367
0,321
0,366
0,329
0,386
0,327
0,336
0,376
0,383
0,345
0,366
0,371
0,302
0,323
Rata-Rata
0,360
Batas
≥ 0,500
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Data Diolah
Syarat minimum untuk dianggap memenuhi validitas kostruk yang
baik, bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas, jadi
kalau antara butir dengan skor total di atas 0,3 dan tingkat signifikansi
antara butir dengan skor total lebih kecil dengan 0,05, maka butir dalam
instrumen tersebut dinyatakan valid (Sugiyono,1999 : 115). Apabila
koefisien korelasi yang dihasilkan berada di bawah 0,3 maka dapat
disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, sehingga harus
diperbaiki atau dibuang.
55
4.2.5. Uji Reliabilitas
Untuk selanjutnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran dapat dihandalkan kemantapan dan ketepatanya, yaitu dengan
uji reliabilitas, hasil ukur dalam penelitian ini digunakan metode Cronbach
dengan cara menghitung koefisien reliabilitas yang disebut koefisien
Alpha.
4.2.6. Analisis Faktor
Tujuan pertama penelitian ini sebagaimana dikemukakan dalam
Bab satu yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin
Surabaya.
Tujuan ini dicapai dengan terlebih dahulu membuat daftar
pertanyaan yang disusun dalam daftar pertanyaan. Dari pengumpulan data
yang ada, alat analisis yang dipergunakan yaitu analisis faktor.
Sesuai dengan metode yang telah dibahas pada bab tiga maka
langkah selanjutnya adalah memilih variabel yang dapat dilanjutkan
kepada analisis berikutnya. Pemilihan variabel yang akan diteruskan ke
model selanjutnya dengan menggunakan teknik analisisi faktor.
Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data
yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan
menamakannya menjadi faktor.
56
Selanjutnya tiap variabel dianalisis untuk mengetahui item mana
yang dapat dilanjutkan ke dalam analisis selanjutnya.
4.2.7. Nilai KMO (Kaiser Meter Olkin) dan Barlett’s Test
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor
dengan bantuan software komputer dengan program SPSS, memberikan
hasil bahwa nilai KMO dan Barlett’s Test adalah sebesar 0,518 dimana
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,049 atau lebih kecil dari 0,05.
Seperti terlihat pada tabel berikut :
57
Tabel 4.7
Nilai KMO dan Barlett’s Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
df
Sig.
0,518
107,707
91,000
0,049
Sumber : Lampiran 6
Dengan melihat hasil yang diperoleh menunjukkan dari 14 variabel
dan 100 sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. karena KMO dan
Barlett’s Test tersebut sudah diatas 0,5 dan tingkat signifikansi yang
muncul dibawah 0,05.
4.2.8. Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) dalam Anti Image Matrik
Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang dapat diproses
lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan dengan melihat
pada tabel Anti Image Matrices, khususnya angka-angka korelasi bertanda
“(a)” yang membentuk diagonal dari kiri atas kekanan bawah pada tabel
Anti Image Correlation, yang menandakan besaran Measure of Sampling
Adequacy (MSA) yang besarnya untuk masing-masing item pertanyaan
dapat diketahui dari tabel berikut :
58
Tabel 4.8
Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan
No
Daftar Pertanyaan
Nilai
MSA
1
Harga terjangkau
0,461
2
Ragam warna casing yang ditawarkan
0,411
3
Kualitas Produk
0,506
4
Jaminan terhadap produk yang diciptakan
0,595
5
Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan
0,655
6
Servis (tempat perbaikan)
0,623
7
Model (bentuk)
0,469
8
Kehandalan produk dalam berkomunikasi
0,449
9
Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya
0,541
10
Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi
0,541
11
Image produk terhadap merek lain
0,497
12
Kenyamanan dalam pemakaian
0,463
13
Features (keistimewaan) produk
0,458
14
Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi
0,674
Sumber : Lampiran 6
Pada tabel berikut khususnya pada baris Anti Image Correlation
terlihat untuk nilai besaran MSA untuk masing-masing item belum berada
diatas 0,5, MSA = 1 berarti variabel tersebut masih dapat diprediksi dan
dapat dianalisis lebih lanjut. MSA < 0,5 berarti variabel tersebut tidak
dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Oleh karenanya
variabel tersebut harus diisolasi pada deteksi MSA berikutnya. Variabel
dengan MSA < 0,5 dan yang paling rendah dikeluarkan kemudian proses
pengujian diulang hingga tidak terdapat angka MSA < 0,5. Nilai MSA
terkecil dari MSA < 0,5 adalah variabel X2 sebesar 0,411 dan X8 0,449.
59
jika terdapat kedua variabel tersebut, maka tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel-variabel tersebut harus
dieliminasi secara bertahap. Tahap pertama dimulai dari variabel dengan
nilai MSA terkecil diantara MSA < 0,50. Seperti tampak pada tabel
berikut :
60
Tabel 4.9
Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan Tahap Pertama
No
Daftar Pertanyaan
Nilai
MSA
1
Harga terjangkau
0,519
3
Kualitas produk
0,561
4
Jaminan terhadap produk yang diciptakan
0,611
5
Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan
0,647
6
Servis (tempat perbaikan)
0,608
7
Model (bentuk)
0,540
9
Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya
0,529
10
Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi
0,585
11
Image produk terhadap merek lain
0,479
12
Kenyamana produk dalam pemakaian
0,470
13
Features (keistimewaan) produk
0,585
14
Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi
0,654
Sumber : Lampiran 7
Pada tabel diatas masih terdapat variabel yang nilai MSA-nya <
0,5. Nilai MSA terkecil dari MSA < 0,5 adalah variabel X12 sebesar 0,470,
sehingga variabel tersebut harus dieliminasi, variabel-variabel yang
nilainya < 0,5 terus berlangsung sedemikian rupa sehingga pada akhir
proses tinggal 11 variabel sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
61
Tabel 4.10
Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan Tahap Kedua
No
Daftar Pertanyaan
Nilai
MSA
1
Harga terjangkau
0,531
3
Kualitas produk
0,555
4
Jaminan terhadap produk yang diciptakan
0,633
5
Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan
0,658
6
Servis (tempat perbaikan)
0,592
7
Model (bentuk)
0,528
9
Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya
0,539
10
Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi
0,617
11
Image produk terhadap merek lain
0,529
13
Features (keistimewaan) produk
0,575
14
Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi
0,658
Sumber : Lampiran 7
Dari tabel diatas Anti-Image Correlation tidak lagi memperlihatkan
variabel-variabel dengan MSA < 0,5. Berarti uji kelayakan variabel telah
cukup. Dengan demikian variabel-variabel yang masuk proses factoring
adalah tinggal 11 variabel tersebut.
4.2.9. Nilai Communality
Communality pada dasarnya menunjukan jumlah varians dari
variabel-variabel awal yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Dari tabel communalities terdapat 14 variabel yang masuk dalam analisis
faktor. Setiap variabel initial variansnya = 1, dengan demikian total
variansnya = 14, seperti pada tabel berikut :
62
Tabel 4.11
Communalities
X1
X3
X4
X5
X6
X7
X9
X10
X11
X13
X14
Communalities
Initial
Extraction
1
0,445
1
0,661
1
0,495
1
0,512
1
0,671
1
0,654
1
0,503
1
0,541
1
0,359
1
0,361
1
0,396
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel X1 dengan nilai exstraction sebesar 0,445. Dapat diartikan
bahwa 44,50% varians dari variabel harga terjangkau dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
2. Variabel X3 dengan nilai exstraction sebesar 0,661. Dapat diartikan
bahwa 66,10% varians dari variabel kualitas produk dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
3. Variabel X4 dengan nilai exstraction sebesar 0,495. Dapat diartikan
bahwa 49,50% varians dari variabel jaminan dapat dijelaskan oleh
faktor lainnya yang terbentuk.
4. Variabel X5 dengan nilai exstraction sebesar 0,512. Dapat diartikan
bahwa 51,20% varians dari variabel spare part dapat dijelaskan oleh
faktor lainnya yang terbentuk.
63
5. Variabel X6 dengan nilai exstraction sebesar 0,671. Dapat diartikan
bahwa 67,10% varians dari variabel servis dapat dijelaskan oleh faktor
lainnya yang terbentuk.
6. Variabel X7 dengan nilai exstraction sebesar 0,654. Dapat diartikan
bahwa 65,40% varians dari variabel model dapat dijelaskan oleh faktor
lainnya yang terbentuk.
7. Variabel X9 dengan nilai exstraction sebesar 0,503. Dapat diartikan
bahwa 50,30% varians dari variabel keypad (tombol) dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
8. Variabel X10 dengan nilai exstraction sebesar 0,541. Dapat diartikan
bahwa 54,10% varians dari variabel digital kamera dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
9. Variabel X11 dengan nilai exstraction sebesar 0,359. Dapat diartikan
bahwa 35,90% varians dari variabel harga terjangkau dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
10. Variabel X13 dengan nilai exstraction sebesar 0,361. Dapat diartikan
bahwa 36,10% varians dari variabel feature (keistimewaan) dapat
dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk.
11. Variabel X14 dengan nilai exstraction sebesar 0,396. Dapat diartikan
bahwa 39,60% varians dari variabel sinyal yang kuat dapat dijelaskan
oleh faktor lainnya yang terbentuk.
64
4.2.10. Nilai Eigenvalues
Eigenvalue menunjukan jumlah variasi yang berhubungan dengan
suatu faktor. Setiap variabel memiliki eigenvalue  1 atau < 1. Dalam
proses factoring ini jumlah faktor ditentukan berdasarkan jumlah variabel
yang memiliki eigenvalue  1, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12
Nilai Eigenvalue
Initial Eigenvalues
Total Variance Explained
Extraction Sums of
Squared Loadings
Rotation Sums of
Squared Loadings
Com
pone
nt
1
Total
% of
Variance
Cumulati
ve %
Total
% of
Variance
Cumul
ative
%
Total
% of
Variance
Cumula
tive %
1,799
16,351
16,351
1,799
16,351
16,351
1,707
15,514
15,514
2
1,486
13,509
29,860
1,486
13,509
29,860
1,459
13,267
28,781
3
1,299
11,809
41,669
1,299
11,809
41,669
1,327
12,061
40,843
4
1,017
9,241
50,910
1,017
9,241
50,910
1,107
10,067
50,910
5
0,988
8,977
59,887
6
0,894
8,124
68,012
7
0,828
7,531
75,542
8
0,766
6,959
82,502
9
0,697
6,333
88,834
10
0,659
5,989
94,823
11
0,569
5,177
100
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber : Lampiran 8
-
Pada komponen 1 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,799
-
Pada komponen 2 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,486
-
Pada komponen 3 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,299
-
Pada komponen 4 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,017
Berdasarkan jumlah komponen yang eigenvaluenya lebih dari 1,
maka melalui proses factoring dari 11variabel dengan 100 sampel terdapat
4 faktor yang terbentuk.
65
4.2.11. Komponen Matrik
Setelah diperoleh hasil yang optimal, bahwa terdapat empat
komponen/ faktor yang terbentuk maka proses terakhir dalam analisis
faktor ini adalah mengidentifikasi tabel component matrix (komponen
matrik) berikut ini :
Tabel 4.13
Komponen Matrik
X1
X3
X4
X5
X6
X7
X9
X10
X11
X13
X14
Component Matrix(a)
Component
1
2
3
0,125
0,451
0,435
0,559
0,492
0,31
0,667
-0,048
0,218
0,59
-0,202
-0,227
-0,306
-0,303
0,061
-0,25
-0,237
0,553
0,138
-0,221
0,653
-0,431
0,449
-0,05
-0,089
0,59
0,022
-0,22
-0,41
0,355
-0,51
0,287
0,224
4
-0,191
-0,101
0,007
0,269
-0,694
0,48
-0,097
0,389
-0,048
0,137
-0,062
a 4 components extracted.
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan tabel diatas terbentuk 4 faktor/ component dari 11
variabel dengan 100 sampel yang ada adalah yang paling optimal. Jumlah
faktor (4 kolom) adalah yang memiliki arti saling independent, artinya
terdapat 4 faktor berbeda (tidak saling berhubungan) yang dapat dijelaskan
karakteristik responden. Proses penentuan variabel mana masuk faktor
mana didasarkan pada faktor loading terbesar diantara komponen 1 sampai
dengan komponen 4. Karena pengelompokan pada component matrix
kurang tajam antara loading factor pada faktor 1 sampai dengan 4, maka
perlu dilakukan rotasi, hasil rotasi seperti pada tabel di bawah ini :
66
Tabel 4.14
Rotated Component Matrix (a)
X1
X3
X4
X5
X6
X7
X9
X10
X11
X13
X14
Rotated Component Matrix(a)
Component
1
2
3
0,194
0,638
0,023
-0,193
0,768
-0,138
-0,564
0,413
0,079
-0,673
-0,047
-0,084
0,222
-0,121
0,011
0,134
-0,043
0,756
-0,104
0,348
0,558
0,522
-0,057
-0,052
0,358
0,338
-0,28
0,041
-0,168
0,565
0,616
0,084
0,097
4
-0,023
0,121
0,008
0,224
-0,779
0,249
-0,245
0,513
0,197
-0,106
0,003
a Rotation converged in 6 iterations.
Sumber : Lampiran 9
Matrik komponen hasil proses rotasi tersebut memperlihatkan
distribusi atau pengelompokan variabel yang lebih jelas. Pengelompokan
suatu variabel menjadi anggota suatu faktor didasarkan loading faktor
variabel terbesar yang berada pada ke-4 faktor. Hasil pengelompokan
faktor dari tabel rotasi berdasarkan urutan faktor dan urutan variabel dalam
faktor sebagai berikut :
a. X1 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,638 dengan faktor 2 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas.
b. X3 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,768 dengan faktor 2 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas.
c. X4 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,413 dengan faktor 2 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas.
d. X5 : korelasi setelah rotasi sebesar –0,673 dengan faktor 1 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas.
67
e. X6 : korelasi setelah rotasi sebesar –0,779 dengan faktor 4 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 4 dengan bukti yang lebih jelas.
f. X7 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,756 dengan faktor 3 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas.
g. X9 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,558 dengan faktor 3 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas.
h. X10 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,522 dengan faktor 1 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas.
i. X11 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,358 dengan faktor 1 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas.
j. X13 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,565 dengan faktor 3 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas.
k. X14 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,616 dengan faktor 1 sehingga
item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas.
Tabel 4.15
Rotasi Berdasarkan Urutan Faktor Dan Urutan Variabel
Variabel
X6
X10
X11
X14
X1
X3
X4
X7
X9
X13
X5
F1
0,222
0,522
0,358
0,616
Sumber : Data diolah
F2
F3
F4
0,638
0,768
0,413
0,756
0,558
0,565
0,224
68
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa :
1.
Faktor 1 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil
terdiri dari variabel X14, X10,X11, dan X6
2.
Faktor 2 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil
terdiri dari variabel X3, X1, dan X4.
3.
Faktor 3 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil
terdiri dari variabel X7, X13, dan X9.
4.
Faktor 4 hanya mempunyai satu faktor loading terbesar yaitu variabel
X5.
Tabel 4.16
Hasil Analisis Faktor
No
1
2
3
4
Komponen
Spare part (X5)
Eigen
value
Nilai
Varians
Variasi
Komulatif
Variabel Pembentuk Faktor
Faktor
Loading
1,799
16,351
16,351
Jaminan terhadap produk (X4)
-0,564
Spare part (X5)
-0,673
Digital Camera (X10)
0,522
Image produk (X11)
0,358
Sinyal yang kuat (X14)
0,616
Harga terjangkau (X1)
0,638
Kualitas produk (X3)
0,768
Model (bentuk) produk (X7)
0,756
Keypad/ tombol (X9)
0,558
Feature/ keistemewaan (X15)
0,565
Servis /tempat perbaikan (X6)
-0,779
Kualitas Produk
(X3)
1,486
Model/
(X7)
1,299
bentuk
Servis (X6)
Sumber : Lampiran diolah
1,017
13,509
11,809
9,241
29,860
41,669
50,910
69
Berdasarkan tabel diatas terdapat 11 komponen yang terbentuk
terhadap faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli
ponsel merek Nokia, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. FAKTOR 1
Faktor pertama dengan eigenvalue 1,799 variabel yang ada
didalamnya adalah jaminan terhadap produk, spare part (komponen
pengganti), digital kamera, image produk, dan sinyal yang kuat.
Dengan nilai varian 16,351% artinya faktor pertama variabel yang
mempengaruhi pertimbangan konsumen membeli adalah sebesar
16,351%. Jadi dari masing-masing variabel yang terbesar sampai yang
terkecil meliputi; jaminan, adalah pelayanan yang diberikan dalam
pembelian ponsel merek Nokia terhadap produk yang cacat atau tidak
berfungsi, kedua adalah spare part, yaitu suku cadang/ komponen
pengganti popnsel merek Nokia tersedia di pasaran, ketiga adalah
digital kamera yaitu, salah satu bentuk kecanggihan teknologi ponsel
merek Nokia yang mampu memotret dan merekam gambar, dan yang
keempat adalah image yaitu, kesan ponsel merek Nokia yang dinilai
positif oleh konsumen dibanding merek lain.
b. FAKTOR 2
Faktor kedua dengan eigenvalue 1,486 variabel yang ada
didalamnya adalah harga terjangkau dan kualitas produk. Dengan nilai
varian
13,509%
artinya
faktor
kedua
yang
mempengaruhi
70
pertimbangan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia adalah
sebesar 13,509%. Dari masing-masing variabel yang terbesar sampai
yang terkecil adalah harga terjangkau yaitu, harga ponsel Nokia
bervariatif sehingga memungkinkan untuk dibeli konsumen dengan
daya beli/ uang yang dimiliki, dan yang terakhir adalah kualitas produk
yaitu, mutu ponsel Nokia yang lebih unggul dibandingkan merek lain.
c. FAKTOR 3
Faktor ketiga dengan eigenvalue 1,299 variabel yang ada
didalamnya adalah model (bentuk) produk, keypad (tombol), dan
feature (keistimewaan). Dengan nilai varian 11,809% artinya faktor
ketiga yang mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam membeli
ponsel merek nokia adalah sebesar 11,809%. Jadi dari masing-masing
variabel yang terbesar sampai yang terkecil meliputi; model yaitu,
bentuk fisik/ bentuk nyata ponsel Nokia yang tersedia dalam berbagai
tipe dimana memiliki keistimewaan tersendiri, kedua adalah keypad
yaitu, tombol-tombol pada ponsel Nokia yang mudah dalam
pengoperasiannya, dan yang terakhir adalah feature/ keistimewaan
yaitu, fasilitas-fasilitas yang diperoleh dari ponsel Nokia seperti kotak
suara, panggilan menunggu, identitas pemanggil dal lain-lain.
d. FAKTOR 4
Faktor keempat dengan eigenvalue 1,017 variabel yang ada
didalamnya adalah servis (tempat perbaikan). Dengan nilai varian
9,241% artinya faktor keempat yang mempengaruhi pertimbangan
71
konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia sebesar 9,241%, adalah
faktor servis yaitu, kemudahaan tempat-tempat perbaikan ponsel Nokia
yang berada di conter-conter resmi Nokia.
4.3.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari penelitian di atas didapati bahwa sebagian besar warga
telah memilih membeli ataupun telah memiliki ponsel merek Nokia.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian analisis factor, tampak bahwa
terdapat 11 komponen yang terbentuk dalam faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia di
kelurahan Bringin Surabaya, secara rinci disajikan sebagai berikut :
1. Faktor Spare Part
Komponen pertama meliputi :
a.
Jaminan terhadap produk (X4)
b.
Spare Part (X5)
c.
Digital Kamera (X10)
d.
Image Produk (X11)
e.
Sinyal Yang Kuat (X14)
Dengan nilai varian sebesar 16,351 komponen pertama mempengaruhi
Spare Part 16,351%.
2. Kualitas produk
Komponen kedua yang mempengaruhi adalah :
a.
Harga terjangkau (X1)
72
b.
Kualitas Produk (X3)
Dengan nilai varian sebesar 13,509 komponen kedua mempengaruhi
Kualitas Produk 13,509%.
3. Faktor Model (bentuk) produk
Komponen ketiga yang mempengaruhi adalah :
a.
Model (bentuk) produk (X7)
b.
Keypad/ tombol (X9)
c.
Feature/ keistimewaan (X13)
Dengan nilai varian sebesar 11,809 komponen ketiga mempengaruhi
Model (bentuk) produk 11,809%.
4. Faktor Servis (tempat perbaikan)
Komponen keempat yang mempengaruhi adalah :
Dengan nilai varian sebesar 9,241 komponen keempat mempengaruhi
Servis (tempat perbaikan) 9,241%. Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian diatas, peneliti mengemukakan implikasi bagi konsumen
dalam membeli ponsel merek Nokia adalah sebagai berikut :
1. Faktor Spare Part (komponen pengganti)
Faktor spare part (komponen pengganti) merupakan
faktor yang mempunyai peranan yang paling dipertimbangkan
konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia, yang ditinjau
dari jaminan terhadap produk yang diciptakan, spare part
(komponen pengganti), digital camera, image produk, dan
sinyal yang kuat.
73
2. Faktor Kualitas Produk
Variabel yang berkaitan dengan kualitas produk
meliputi, harga terjangkau dan kualitas produk yang dimiliki
ponsel merek Nokia.
3. Faktor Model (bentuk) produk
Yang berkaitan dengan faktor model meliputi, model
(bentuk) produk, keypad (tombol), dan feature (keistimewaan)
yang dimiliki ponsel merek Nokia.
4. Faktor Servis (tempat perbaikan)
Variabel yang berkaitan dengan faktor servis
(tempat perbaikan) yaitu, servis (tempat perbaikan) yang
dimiliki oleh ponsel merek Nokia.
4.4.
Interpretasi Data
Dari jumlah responden sebanyak 100 orang di kawasan beringin
yang di gunakan sebagai data penelitian maka peneliti mendapatkan hasil
bahwa seluruh responden yang ada telah memiliki atau membeli HP merek
nokia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
-
Faktor Sparepart
-
Faktor Kualitas produk
-
Faktor Model ( bentuk ) produk
-
Faktor Servis
74
Keempat faktor diatas dapat dikatakan yang paling berpengaruh terhadap
penilaian konsumen hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diatas dimana
keempat faktor tersebut memiliki jumlah persentase tertinggi dalam faktor
yang berpengaruh. Faktor sparepart memiliki persentase sebesar 16,351 %,
hal ini dikarenakan pihak nokia memberikan jaminan penyediaan serta
kualitas sparepart. Faktor Kualitas Produk memiliki persentase 13,509 %
hal ini dimbangi pihak nokia dengan pengadaan barang yang sebanding
antara kualitas produk dengan harga yang dibanderol. Faktor Model (
bentuk ) Produk memiliki persentase sebesar 11,809 %, hal ini
berpengaruh dari model, fitur, dan jenis keypad yang dimiliki oleh produk
nokia. Faktor Servis ( perbaikan ) memiliki persentase sebesar 9,241 %,
hal ini dilihat dari banyak tempat layanan servis dan pelayanan yang
diberikan oleh pihal nokia selaku produsen dalam mendukung pelayanan
dan kemudahan bagi konsumen masyarakat.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa variabel-variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam
membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin Surabaya adalah sebagai
berikut :
Berdasarkan analisis faktor yang diperoleh hasil bahwa dari empat belas item
pertanyaan tereduksi menjadi sebelas item yang dianalisis hingga terbentuk
menjadi empat kelompok faktor, yaitu faktor spare part (komponen
pengganti), faktor kualitas produk, faktor model (bentuk) produk, dan faktor
servis (tempat perbaikan) yang masing-masing faktor memiliki beberapa item
didalamnya. Dalam hal ini faktor spare part lebih mendapat perhatian utama
karena konsumen lebih merespon mengenai jaminan terhadap produk, spare
part, digital kamera, image (kesan) produk, dan sinyal yang kuat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli ponsel merek Nokia di
kelurahan Bringin Surabaya ditentukan oleh faktor spare part, terbukti dari
nilai eigenvalue dari faktor 1 sebesar 16,351% yang melebihi dari nilai
eigenvalue faktor lainnya.
5.2 Saran
sebagai bagian akhir dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka peneliti dapat memberian saran yang diharapkan dapat
76
dipergunakan sebagaimana mestinya oleh pihak-pihak yang berkentingan,
diantaranya sebagai berikut :
a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan perusahaan ponsel merek Nokia untuk
lebih mengenali faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
membeli ponsel merek Nokia, sehingga dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan pangsa
pasar.
b. Bagi perusahaan diharapkan memperhatikan faktor spare part (komponen
pengganti) yang terdiri dari beberapa item meliputi , jaminan terhadap
produk, spare part, digital kamera, image (kesan), dan sinyal yang kuat.
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan, mungkin dapat
dilakukan suatu penelitian yang menggunakan variabel lain yang belum
termuat dalam penelitian ini yang diduga memiliki kaitan dengan
pertimbangan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia.
Download