1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia komunikasi dan informasi usaha dewasa ini telah berhasil menciptakan teknologi dan peralatan canggih dan diwarnai oleh persaingan yang sangat ketat. Hal ini menyebabkan masing-masing perusahaan berusaha agar produknya dapat bersaing di pasaran dengan produk yang sejenis, baik karakteristik produk maupun varian produk itu sendiri. Sehingga dalam era globalisasi sekarang, revolusi teknologi komunikasi dan informasi sampai mengakibatkan terjadinya perubahan yang luar biasa. Seiring dengan perkembangan usaha tersebut menyebabkan pola hidup masyarakat menjadi berubah dari yang semula untuk memenuhi kebutuhan dasar sekarang mengarah kepada kebutuhan non dasar salah satunya adalah kebutuhan dalam berkomunikasi. Era komunikasi global yang berlangsung di Indonesia, telah muncul suatu fenomena baru dalam kehidupan masyarakat umum dan para pelaku bisnis khususnya. Fenomena tersebut adalah pengguna pesawat telepon genggam, atau yang disebut dengan HP (hand phone), dan ada pula yang mengatakan ponsel (telepon seluler). Kehadiran pesawat telepon ini bukan lagi merupakan barang langka, melainkan sudah merupakan barang kebutuhan. Berbagai 2 kemudahan yang didapat oleh konsumen pengguna telepon, dari tahun ke tahun makin meningkat secara cepat, seperti halnya pengguna telepon di Indonesia, dimana konsumen telepon berkisar pada kaum menengah ke atas karena harga produk tersebut yang relatif mahal dan sulit dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah, sehingga ponsel masih termasuk dalam kategori barang mewah. Namun sekitar tahun terakhir ini kondisi tersebut berubah, dimana ponsel sudah menjadi milik seluruh kalangan, mulai dari pengusaha, pelajar, mahasiswa, pedagang, buruh dan sampai kaum pengangguran, ini menunjukan bahwa konsumen ponsel meliputi kalangan bawah sampai dengan para konglomerat dan bukan lagi termasuk barang mewah . Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan komunikasi serta melihat perubahan kehidupan di awal abad ke–21 ini menjadikan komunikasi sebagai sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semakin majunya teknologi tersebut maka seorang pegusaha di tuntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang sedang terjadi karena jika tidak maka perusahaannya akan mengalami kesulitan dalam pemasaran barang, sebab dengan sendirinya perusahaan lain khususnya yang sejenis akan berlomba – lomba mencari cara terbaik guna meningkatkan volume penjualan. Pemasaran sebagai suatu keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia harus dapat mencari suatu tanggapan perilaku dari pihak lain dan tanggapan tersebut berupa pembelian. Hal tersebut 3 menandakan bahwa kepribadian dan perilaku konsumen (consumer behavior) menjadi sasaran utama para produsen ponsel untuk terus berinovasi dan memasarkan produknya sesuai dengan karakteristik pembeli. Untuk satisfaction index (indek kepuasan pelanggan), Nokia meraih 95,6 kalah tipis dengan Samsumg yang meraih angka 98,2. Namun secara keseluruhan Nokia tetap tampil sebagai merek terbaik di kategori ponsel, karena Nokia memiliki jaringan pusat layanan (service center) terbesar di Indonesia, dan pada bulan oktober 1999, Nokia meraih penghargaan Global Marketing Award dari Markplus dan The Jakarta Post. Harus diakui, pihak Nokia jeli melihat dinamika pasar dengan cara yang cukup agresif yaitu mengembangkan jalur distribusi dan bekerja sama dengan banyak pihak, ponsel yang diakui masyarakat sebagi ponsel dengan teknologi yang Up To Date ini tak jarang menjadi Trend Setter dan mempunyai nilai jual kembali yang tetap bagus. Dengan melihat besarnya prosentase pangsa pasar dari ponsel merek Nokia, maka dapat dilihat bahwa keputusan konsumen membeli ponsel tersebut sangat tinggi, sehingga mampu membuat produk ponsel tersebut berada pada posisi sebagai pemimpin pasar (market leader). Dengan semakin banyaknya inovasi-inovasi yang diberikan dari ponsel Nokia, membuat semakin banyak pilihan-pilihan bagi konsumen untuk membeli. Seperti halnya yang terjadi pada warga kelurahan Bringin Surabaya, ternyata mereka memilih ponsel merek Nokia karena, model, 4 warna yang beraneka ragam, harga produk yang terjangkau, jaminan yang diberikan atas pembelian produk, layanan servis, serta kualitas produk yang terjamin. Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah : “ Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Ponsel Merek Nokia (Studi pada warga kelurahan Bringin)“. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diajukan adalah : faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel Merek Nokia warga kelurahan Bringin Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel Merek Nokia warga kelurahan Bringin Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian memiliki beberapa harapan terhadap manfaat penelitian ini yaitu: 1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi dan pertimbangan para pimpinan perusahaan untuk mengambil 5 keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi demi kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam melakukan pemasaran yang efektif dan efisien. 2. Menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan bagi mahasiswa atau pembaca. 3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta mendapatkan laba, dimana kegiatankegiatan tersebut diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Beberapa definisi mengenai pemasaran telah disampaikan oleh para ahli secara berbeda-beda tetapi mempunyai maksud dan tujuan yang sama, disebabkan karena mereka melihat dari segi yang berbeda pula. Menurut Kotler (1997: 8), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Swasta (1995: 179), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakn, menentukuan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep paling pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia, yaitu suatu keadaan 7 yang dirasa tidak ada dalam diri seseorang, selain itu konsep pokok dalam pemasaran adalah yang menyangkut keinginan manusia, yang merupakan kebutuhan manusia yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian individu. Manusia mempunyai keinginan yang hampir tidak terbatas, sedangkan sumber daya yang terbatas. Keinginan mereka menjadi permintaan bila didukung oleh daya beli, sehingga mereka memilih produk yang menghasilkan kepuasan tertinggi untuk uang mereka. 2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler (1997: 13), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta pengukuran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Perusahaan perlu meningkatkan efisiensi pemasaran agar sesuai dengan efisiensi dan kemampuan produksi. Perusahaan harus sadar bahwa teknik –teknik penjualan yang baik tidak dapat lagi mengimbangi kekeliruan yang diakibatkan, karena memproduksi produk yang salah, dan bahwa memuaskan kebutuhan tertentu dari pelanggan adalah sangatlah penting untuk kesuksesan perusahaan. Pergeseran dari sudut pandang produsen ke sudut pandang konsumen inilah yang merupakan komponen pokok dalam konsep pemasaran. 8 Konsep pemasaran berfungsi sebagai titik awal untuk membahas pemasaran, karena konsep ini menggambarkan misi dasar dari bisnis. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinguinkan secara efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan oleh pesaing 2.3. Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Swasta dan Irawan (2003: 78) mendefinisikan bahwa marketing mix adalah, kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Berikut ini dibahas empat unsur variabel marketing mix, yaitu : 1. Produk Menurut Swasta dan Irawan (2003: 165), produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise, perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Kotler dan Amstrong (1992: 7), mengemukakan bahwa produk adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimilki, diinginkan ataupun dikonsumsi untuk 9 memenuhi suatu kebutuhan dan keinginan. Philip Kotler menggambarkan tiga komponen utama yang membentuk sebuah produk, antara lain : 1. Actual Produck / produk aktual Actual Produck yaitu atribut utama yang dimiliki produk tersebut meliputi, tingkat mutu, ciri, gaya, nama merek dan kemasan. 2. Core Produck / produk inti Core produck adalah manfaat utama dari produk tersebut yang benar-benar dicari 3. Augmented Produck / produk tambahan Augmented Produck adalah manfaat atau servis tambahan yang diperoleh dari produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen meliputi, pelayanan purna jual, servis, garansi dan lainlain. Secara garis besar produk dapat diklasifisikan menjadi 2 (dua) golongan utama, yaitu : 1) Barang Konsumsi (Consumer Goods) Barang Konsumsi (Consumer Goods) adalah barang yang dipakai oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi tanpa melalui proses rekayasa lebih lanjut. Berdasarkan cara pembelian yang dilakukan konsumen, barang konsumsi dapat dibedakan sebagai berikut : 10 1. Convinience Goods Convinience Goods adalah barang yang frekuensi pembeliannya tinggi dan mudah diperoleh, mudah dipakai, mudah dibeli dengan pengorbanan yang paling minimum, tingkat perbandingan antar produk relatif rendah dan tersedia dimana-mana. 2. Shopping Goods Shopping Goods adalah produk yang dalam proses pembeliannya antara produk yang satu dengan produk yang lain atas dasar kesesuaian, kualitas, harga, model dan warna sebelum memutuskan untuk membeli. Barang ini memiliki daya tarik tertentu terhadap konsumen dengan harga yang relatif tinggi dan hanya tersedia di tempat-tempat tertentu. 3. Speciality Goods Speciality Goods ciri istimewa atau keunikan yang dimiliki oleh suatu barang meliputi kualitas, servis yang diberikan dan mempunyai suatu ciri khas atau keunikan tertentu sehingga pembeli mau memperolehnya. berdaya upaya Pembeli tidak untuk lagi membelinya atau membandingkan- bandingkan produk ini dengan produk lain karena loyalitas terhadap merek (brand loyalty) yang tinggi. 11 4. Unsought Product Unsought Product adalah produk yang sebenarnya tidak diketahui oleh konsumen atau mungkin tahu tapi tidak terpikir untuk membeli. Produk-produk ini biasanya produk inovasi baru. 2) Barang Industri Barang industri yaitu, barang yang diproduksi dengan maksud menciptakan consumer goods maupun sebagai pelengkap. Jadi motif pembeliannya adalah untuk proses labih lanjut guna kepentingan dalam industri. Pembeli barang-barang industri ini adalah perusahaan-perusahaan atau suatu lembaga organisasi. 2. Harga Menurut Kotler (1997: 82) harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan, jika tidak pembeli akan berpaling ke produk pesaing. Dalam kebijakansanaan harga, menejemen hanya menentukan harga pokok dari produknya, karena konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap suatu produk apabila harga itu sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Faktor-faktor atau masalah lain yang harus dipertimbangkan dalam penetapan harga ini adalah, biaya termasuk potongan dan ongkos kirim, keuntungan, praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar. 12 3. Distribusi Saluran distribusi disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran. Definisi dari saluran pemasaran ini dikemukakan oleh The American Marketting Association, yang menekankan bahwa saluran merupakan suatu struktur unit organisasai dalam prusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, pedagang besar, pengecer, dealer, melalui mana sebuah komuditi, produk atau jasa yang dipasarkan. Konsumen dapat merasa tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan apabila mereka dengan cepat memperolehnya, dan sebaliknya apabila konsumen mengalami kesulitan dalam memperoleh barang dan jasa, maka konsumen akan beralih ke barang dan jasa dari perusahaan lain. Dalam hal ini perusahaan melakukan strategi distribusi yang paling efisien dan efektif, sehingga barang dan jasa yang ditawarkan dapat lebih cepat dan mudah diperoleh oleh konsumen. 4. Promosi Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahukan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan dengan tujuan untuk mendorong permintaan. Termasuk dalam kegiatan promosi ini adalah : 1. Iklan, yaitu beberapa bentuk penyajian promosi dari ide-ide barang atau jasa oleh sponsor melalui sebuah media meliputi, radio, televisi, majalah, brosur dan lain-lain. 13 2. Personal selling/ penjualan personal yaitu, presentasi orang dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan maksud untuk menjual, meliputi ; telemarketing, door to door, dan pameran. 3. Promosi penjualan yaitu, perangsang jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan atas suatu produk dan jasa, seperti undian, kupon, dan pemberian contoh produk. 4. Publisitas yaitu, segala hubungan nonpersonal untuk mengkomunikasikan dan meminta tanggapan secara langsung dari konsumen, antara lain dengan melalui telepon, fax, email dan lainlain 5. Hubungan masyarakat yaitu, program yang dirancang untuk memajukan dan menjaga citra perusahaan atau produknya, hal ini dapat berupa seminar, sponsor, serta pemberitahuan kepada pers. 2.4. Merek Kotler (2000: 460), menyatakan bahwa merek adalah nama istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang/ jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Pada hakekatnya merek mengidentifikasikan penjual dan pembuat produk. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo, atau simbol lain. Berdasarkan undang-undang merek dagang, penjual diberikan hak eklusif 14 untuk menggunakan mereknya untuk selamanya. Jadi merek berbeda dengan aktifitas lain seperti hak paten dan hak cipta yang mempunyai batas waktu. Merek sebenarnya adalah janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli, sehingga merek terbaik memberikan jaminan mutu dan bukan sekedar simbol. 2.4.1. Ekuitas Merek “The term brand equity refers to the value inherent in a well know brand name” (Schiffman dan Kanuk, 1994: 230), dapat diartikan, ekuitas merek merupakan nilai yang dimiliki oleh sebuah merek. Sebuah merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Hal ini membutuhkan pemeliharaan atau kesadaran merek, kualitas, dan fungsi yang diyakini dari merek tersebut, assosiasi merek yang positif, dan lain-lain secara terus menerus (Kotler, 1997 : 65) Menurut Hawkins dkk (2001 : 350), “ brand equity is the value consumer assign to a brand above and beyond the functionl characteristics of the product ”. Dapat diartikan ekuitas merek adalah nilai yang diberikan konsumen untuk merek tertentu dan diyakini berdasarkan karakteristik fungsional produk. 15 2.4.2. Loyalitas Merek Seorang konsumen yang loyal terhadap suatu merek tertentu merupakan asset yang berharga bagi perusahaan dan kelangsungan suatu merek dimasa mendatang. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek, merupakan pelanggan yang setia terhadap suatu perusahaan. Sebagaimana didefinisikan Griffin (1995: 13), bahwa seseorang pelanggan yang loyal terhadap suatu merek adalah konsumen yang melakukan pembelian secara berulang-ulang pada perusahaan yang sama, membeli lini produk dan jasa yang ditawarkan dan memberitahukan kepuasan yang didapat dari produk yang dikonsumsi. Menurut Howard (1994: 129),”Brand loyalty is term widely used in practice to describe how much consumers shift among brands, and it is, of course, particularly appropriate for routine buying whwre product change is less”. Dapat diartikan bahwa loyalitas merek merupakan batasan yang menggambarkan sejumlah mana konsumen memilih diantara berbagai merek, untuk kemudian melakukan pembelian ulang tanpa melakukan perpindahan merek. Menurut Mowen (1995: 531),” Brand loyalty is defined as the degree to which a customer holds a positive attitude toward a brand, has a commitment to it, and intends to continue purchasing it in the future”. Dapat diartikan bahwa loyalitas merek adalah tingkat dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap merek, mempunyai komitmen terhadap 16 merek tersebut dan mempunyai niat untuk melakukan pembelian ulang dimasa mendatang. 2.5. Perilaku Konsumen 2.5.1. Pengertian Perilaku Konsumen Kebutuhan konsumen harus menjadi pertimbangan yang utama bagi perusahaan dengan cara selalu melihat perilaku konsumen tersebut. Meskipun sampai saat ini belum ada pandangan yang sama mengenai definisi tentang perilaku konsumen, namun para ahli telah banyak memberikan pandangan dan merumuskan definisi perilau konsumen. Perilaku (behavior) pada hakekatnya merupakan tindakan nyata konsumen yang dapat diobservasi secara langsung (Paul dan Jerry: 1999). Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan beberapa definisi perilaku konsumen dari para ahli : 1. Loudon dan Bitta (1993: 5) mengemukakan bahwa “consumer behavior may be defined as the decision process and physicalactivity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat diartikan bahwa, perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. 2. Engel et al (1992: 3) mengungkapkan bahwa “consumer behavior is the devined as the actsw of individuals directly the decision process 17 that precede and determine these acts”. Dapat didefinisikan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan individual yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barangbarang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.\ 2.5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam melaksanakan pembelian ada mempengaruhi konsumen dalam mengambil beberapa faktor yang keputusan. Hal ini menyangkut 2 faktor, yaitu : 1. Konsumen sebagai individu yang meliputi faktor internal 2. Konsumen sebagai kelompok sosial, budaya tertentu yang meliputi; faktor eksternal dan faktor internal Faktor eksternal tersebut meliputi : 1. Kebudayaan Menurut Kotler (1997 : 153), kebudayaan didefinisikan sebagai faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Pada kenyataanya banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan pengaruhnya akan berubah pada setiap waktu sesuai dengan perkembangan dan perubahan jaman dari masyarakaat tertentu. 18 2. Kelas Sosial Menurut Kotler dan Amstrong (1992 : 163), kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang sama. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas tetentu adalah kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan (pendidikan). 3. Kelompok Referensi Menurut Kotler (1997: 157), kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Anggota kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam kategori selera dan hobi.. Termasuk dalam kelompok referesi ini antara lain serikat buruh, perkumpulan agama, kesenian, keluarga teman, tetangga, rekan kerja, dan sebagainya. 4. Keluarga Menurut Kotler (1997: 158), keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling berpengaruh. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan / referensi primer, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau dapat berbentuk keluarga besar yang terdiri dari Ayah, Ibu, anak, saudara, kakek, dan nenek. 19 Faktor Internal Meliputi : 1. Motivasi Menurut Kotler (1987: 263), motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat dan mendesak untuk mengarahkan seseorang agar puas terhadap kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis muncul dari tekanan biogenis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan lain bersifat psikogenis, mereka muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika seseorang didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai, jadi motifasi dapat dikatakan sebagai kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. 2. Persepsi Menurut Kotler (1997: 164), persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. 20 3. Belajar Menurut Kotler (1997: 165), belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang berasal dari pengalaman. Pada dasarnya belajar merupakan perubahan yang diperoleh melalui pengalaman dalam melakukan persepsi atau berbuat dengan melihat produk, jasa atau merk tertentu. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan tertentu, sebagai hasil interaksi ini maka terbentuklah kebutuhan dan tanggapan. 4. Kepribadian Menurut Kotler (1992: 174), kepribadian adalah karakteristik psikologis yang unik, berbeda dari setiap orang yang menimbulkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi bebrapa pilihan produk atau merek. 5. Kepercayaan dan Sikap Kepercayaan dan sikap ikut mempengaruhi perilaku dan pandangan. Menurut Kotler (1997: 167), sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap mengarahkan orang-orang berperilaku secara konsisten terhadap obyek yang serupa. Sedangkan kepercayaan adalah suatu gagasan 21 deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu (Kotler, 1997: 166). Kepercayaan membentuk citra terhadap produk dan merek yang sesuai dengan yang dipercaya oleh konsumen. 2.5.3. Ruang Lingkup Dan Pentingnya Perilaku Konsumen Bagi Manajemen Pemasaran Bagi manajemen pemasaran perilaku konsumen sangatlah penting, karena dengan mengamati perilaku konsumen maka perusahaan akan lebih mengetahui dan memahami masalah kebutuhan konsumen, seperti apa kebutuhan konsumen, bagaimana selera mereka, dan sebagainya. Seorang pemasar perlu mengetahui beberapa peranan yang mungkin dimainkan orang dalam suatu keputusan pembelian (menurut Assuari, 1999 : 13), yaitu : 1. Initiator Yaitu individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu, atau yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukannya sendiri. 2. Influencer Yaitu individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara sengaja atau tidak sengaja. 22 3. Dicider Yaitu individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya. 4. Buyer Yaitu individu yang melakukan transaksi pembelian yang sesungguhnya. 5. User Yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli. 2.5.4. Tahap Keputusan Dalam Proses Membeli Menurut Kotler (1999 : 257), proses perilaku konsumen dalam mengambil keputusan membeli mempergunakan lima tahap yang dilalui konsumen yaitu; pengenalan masalah, mencari informasi, penilaian alternative, membuat keputusan membeli, dan perilaku setelah membeli. Adapun proses dari tahap-tahap tersebut adalah : Gambar 2.1 Proses pengambilan keputusan Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Penilaian Alternatif Keputusan Membeli Perilaku Pasca Pembelian 23 1. Pengenalan Masalah Pengenalan masalah adalah tahap ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal (dari dalam) seperti halnya kebutuhan normal seseorang yaitu, lapar, haus, sek akan muncul ke tingkat lebih tinggi untuk mencapai dorongan. Kebutuhan juga timbul karena rangsangan eksternal (dari luar) seperti halnya rasa kagum, ketertarikan sebuah tayangan iklan. Pada tahap ini para pemasar perlu meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah apa yang muncul, apa yang menarik mereka, dan bagaimana menarik itu membawa konsumen pada produk tertentu. 2. Pencarian Informasi Adalah tahap dari proses keputusan pembeli, yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak. Seorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen mungkin akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi lebih lanjut yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Dalam memperoleh informasi, konsumen dapat melalui beberapa sumber seperti : 24 1. Sumber pribadi = keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2. Sumber komersial = iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pameran. 3. Sumber publik = media masa, organisasi konsumen. 4. Sumber pengalaman = penggunaan produk, menguji, menangani. Sumber-sumber informasi ini memberikan pengaruh yang relatif berbeda-beda sesuai dengan jenis produk dan ciri-ciri pembeli. Setiap macam sumber bisa melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli, seperti halnya sumber informasi yang bersifat komersial biasanya berfungsi pemberitahuan sedangkan sumber pribadi berfungsi sebagai pengukuhan dan penilaian. Mengenai sumber informasi yang digunakan oleh konsumen, pemasar perlu mengidentifikasikan sumber-sumber itu dengan cermat dan menilai pentingnya masing-masing sumber informasi itu. Konsumen perlu diminta keterangannya tentang bagaimana mereka pertama kali mendengar merek, apakah informasi yang masuk selanjutnya, dan pentingnya beberapa sumber informasi yang berbeda secara selektif. Pemasar akan memperoleh kesimpulan bahwa informasi ini penting dan mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan konunikasi yang efektif terhadap pasar sasaran. 3. Penilaian Alternatif Pemasar perlu mengetahui tentang penilaian alternatif, bagaimana konsumen memperoleh informasi untuk sampai pada 25 pilihan mereka. Beberapa konsep dasar akan membantu dalam memperjelas proses penilaian konsumen. 1. Konsep pertama adalah sifat-sifat produk, yaitu bahwa setiap konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifatsifat atau ciri-ciri tertentu, seperti halnya, jenis, bentuk, tampilan, ukuran, harga, kualitas, kemasan, model, ketahanan, suasana, warna, cita rasa, lokasi dan sebagainya. 2. Konsep kedua adalah, pemasar perlu memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk dari pada penonjolan ciri-ciri. Konsumen mungkin mengaitkan pentingnya bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda itu dengan ciri-ciri yang sesuai, sehingga satu perbedaan dapat dibuat antara pentingnya suatu ciri dengan penonjolannya. 3. Konsep ketiga adalah seperangkat kepercayaan dimana konsumen berbeda-beda terhadap ciri-ciri produk yang sebenarnya sesuai dengan pengalamannya, dan dampak dari persepsi selektif, perubahan makna informasi secara selektif, dan kemampuan mengingat kembali secara selektif. 4. Konsep keempat adalah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri-ciri, yaitu menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda bagi setiap ciri. 26 5. Konsep kelima adalah prosedur penilaian yaitu konsumen terbentuk terhadap beberapa pilihan di antara sekian banyak ciriciri obyek. 4. Keputusan Membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat pembelian. Konsumen biasanya akan cenderung membeli merek yang paling disukainya, namun demikian ada dua faktor yang dapat mencampuri maksud membeli dan keputusan membeli, yaitu : 1. Pendirian atau sikap orang lain 2. Faktor situasional yang tak terduga Keputusan konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau membatalkan keputusan membeli dipengaruhi oleh pandangan risiko seseorang. Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya risiko dalam diri konsumen serta memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi risiko yang dirasakan. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian, dimana pemasar harus mementau kepuasan pasca 27 pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian. Konsumen yang puas akan tertus melakukan pembelian sampai menjadi pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman-teman nereka. Karena itu, perusahaan harus beruisaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian. 2.5.5. Perilaku Konsumen dan Pengambilan Keputusan Konsumen Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana para konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan ataupun membuang produk-produk yang mereka beli. Sebelum konsumen sampai pada keputusan membeli, konsumen harus mengenal kebutuhan mereka lebih dahulu, jika informasi tambahan dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan pembelian, maka konsumen akan berupaya melakukan pencarian informasi tersebut. Menurut Stanton (1985 : 165), jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merek, harga, toko, warna. Dalam proses beli pada titik ini para pemasar berusaha untuk menentukan motif beli pelindung dari konsumen. 28 Menurut Angipora (2002 : 163), faktor-faktor yang menentukan jadi tidaknya suatu barang dibeli, adalah ukuran, warna, kecocokan dan model/ desain. Selain itu jaminan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan (penjual) terhadap produk yang dihasilkan atau dibeli juga menjadi bahan pertimbangan khusus konsumen sebelum memutuskan membeli atau tidak terhadap barang yang diinginkan. Secara umum jaminan tersebut berupa garansi, penggantian kembali atas produk yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik, menyediakan berbagai peralatan dan perlengkapan berupa spare parts, dan menyediakan tempat-tempat perbaikan perawatan di berbagai tempat yang mudah dihubungi konsumen. Konsumen dalam hal ini juga harus memahami lima tingkatan produk sebagai pilihan dalam membeli produk yang diinginkan (Angipora : 152-155), yaitu : 1. Produk utama (Core Benefit) yaitu tingkatan/ manfaat yang paling mendasar dari produk tersebut. Misalnya kualitas produk yang terjamin., harga yang terjangkau dan kehandalan waktu penggunaan. 2. Produk Dasar (Basic Product) yaitu, produk yang mencerminkan versi dasar (fungsional) yang dapat dirasakan oleh panca indera. Misalnya warna yang menarik, model yang beraneka ragam, dan tombol keypad yang mudah dalam pengoperasiannya 3. Produk Yang Diharapkan (Expected Product) yaitu, serangkain atribut dan kondisi yang diharapkan oleh pelanggan pada saat mereka membeli suatu produk. Misalnya jaminan yang diberikan, 29 kenyamanan waktu penggunaan, image/ penilaian produk tersebut dibanding merek lain, sinyal yang kuat dan spare part/ komponen pengganti yang tersedia di pasaran. 4. Produk Yang Ditingkatkan (Augmented Product) adalah, sesuatu pelayanan tambahan yang diberikan perusahaan untuk memenuhi keinginan pelanggan, seperti membedakan produk yang ditawarkan dengan produk pesaing. Misalnya features/ keistimewaan yang dimiliki produk, dan servis (tempat perbaikan) yang tersedia. 5. Produk Potensial (Potential Product) yaitu, semua tambahan yang mencakup segala peningkatan pada produk yang mungkin dilakukan dimasa mendatang. Misalnya menambah layanan servis, mengembangkan fasilitas yang telah ada, sebagai contoh adanya digital camera. Sedangkan menurut Swasta dan Irawan (2003 : 121), jika yang diambil adalah membeli, maka pembeli (konsumen) akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. 2.6. Penelitian Terdahulu Abi SatyoAryo Widagdo, Universitas diponegoro Semarang ( 2012 ) “ Analisis Faktor Pembentuk Keputusan Pembelian Pada Ponsel Nokia ( Studi Kasus Pada Mahasiswa Ekonomika dan Bisnis UNDIP Semarang ) ”. Disini peneliti memliki persamaan dengan penelitian yang 30 ada yaitu sama – sama meneliti faktor pembelian terhadap ponsel bermerek nokia namun dalam pengambilan data sampel penelitian peneliti mengambil data pada masyarakat umum dalam hal ini bertempat di kelurahan beringin, surabaya. Sedangkan pada penelitian terdahulu sampel data yang digunakan mengambil data pada ruang lingkup kampus dan mahasiswa yang ada dilingkungan tersebut. Indah Maulidia P.S, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur ( 2012 ). “ Analisis Atribut Produk Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Handphone Merek Samsung Bersistem Operasi Adroid ( Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jatim )”. Disini peneliti memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang ada yaitu sama meneliti tentang faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian pada suatu merek produk handphone, namun terdapat pula perbedaannya antara lain yaitu berupa merek handphone yang dijadikan obyek penelitian dan juga data responden atau sampel data penelitian yang digunakan dimana pada penelitian terdahulu memakai merek samsung beroperasi sistem android dan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa UPN sedangkan pada peneliti merek handphone yang digukan bermerek nokia dan sampel data penelitian diambil dari sejumlah masyarakat di lingkungan kelurahan beringin. 31 2.7. Kerangka Konseptual Gambar 2.2 Kerangka konseptual Harga Terjangkau (X1) Harga Terjangkau (X1) Warna (X2) Warna (X2) Kualitas (X3) Kualitas (X3) Jaminan (X4) Spare Part (X5) Jaminan (X4) EXPLORA TORY Faktor Spare Part (X5) Service (X6) Service (X6) Model (X7) Model (X7) Handal (X8) Handal (X8) Tombol Keypad (X9) Tombol Keypad (X9) Digital Kamera (X10) Digital Kamera (X10) Image (X11) Image (X11) Kenyamanan (X12) Kenyamanan (X12) Features / Keistimewaan (X13) Features / Keistimewaan (X13) Sinyal yang kuat (X14) Sinyal yang kuat (X14) 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan skripsi ini adalah jenis kuantitatif, bertujuan memberikan gambaran secara tepat keadaan atau gejala tertentu untuk menentukan adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala yang lain dengan menggunakan alat bantu penelitian berupa angket tanya jawab ( kuisioner ). Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, peristiwa – peristiwa, pengetahuan, atau subyek studi. Proses penelitian tersebut memperhatikan konteks studi dengan menitik beratkan pada pemahaman, pemikiran, dan persepsi peneliti. Metode kasus yang digunakan dalam penelitian warga Kelurahan Beringin ini bertujuan untuk membandingkan antara teori dan praktik suatu kasus yang ada. Perbandingan ini mengenai hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel Merek Nokia warga kelurahan Bringin Surabaya. 33 3.2. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Variabel adalah suatu konsep atribut atau karakteristik yang memiliki harga atau nilai yang bervariasi dan memiliki suatu ukuran. Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel. Penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Harga terjangkau (X1) yaitu, harga ponsel Nokia bervariatif sehingga memungkinkan untuk dibeli konsumen sesuai dengan daya beli/ uang yang dimiliki. 2. Warna (X2) yaitu banyaknya ragam pilihan warna casing/ cover ponsel Nokia yang ditawarkan, dan bisa diganti-ganti 3. Kualitas produk (X3) adalah mutu ponsel merek Nokia yang lebih unggul dibandingkan merek lain. 4. Jaminan (X4) adalah pelayanan yang diberikan dalam pembelian ponsel merek Nokia, terhadap produk yang cacat atau tidak berfungsi. 5. Spare parts (X5) yaitu, suku cadang/ komponen pengganti dari ponsel Nokia, yang tersedia di pasaran. 6. Service (X6) adalah kemudahan tempat-tempat perbaikan ponsel merek Nokia yang ada pada counter-counter resmi. 34 7. Model (X7) adalah bentuk fisik / bentuk nyata dari ponsel Nokia dalam berbagai tipe yang berbeda dengan tipe yang lain dimana memiliki keistimewaan tersendiri. 8. Handal (X8) yaitu, ponsel merek Nokia pada waktu penggunaan/ pengoperasiannya dalam berkomunikasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. 9. Tombol keypad (X9) adalah tombol-tombol yang ada pada ponsel Nokia yang memudahkan konsumen dalam pengoperasiannya. 10. Digital Camera (X10) merupakan salah satu kecanggihan teknologi yang terdapat pada ponsel Nokia, yaitu dapat merekam/ memotret gambar 11. Image (X11) adalah, kesan dari ponsel merek Nokia yang dinilai positif oleh konsumen dibandingkan merek lain. 12. Kenyamanan (X12) yaitu ponsel merek Nokia dengan berbagai tipe yang dikeluarkan telah memberikan manfaat yang lebih dibandingkan dengan produk ponsel merek lain. 13. Features / keistimewaan (X13) yaitu fasilitas yang diperoleh dari ponsel Nokia dalam melakukan komunikasi meliputi, pelayanan pesan singkat, pengalihan panggilan, panggilan menunggu, kotak suara, identitas pemanggil, dan lain-lain. 14. Sinyal yang kuat (X14) yaitu, ponsel Nokia dengan kualitas sinyal yang kuat memberikan kelancaran konsumen dalam berkomunikasi. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Ordinal, yaitu skala yang bertujuan untuk membedakan antara 35 tingkatan (preferensi) data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah khususnya dalam mengidentifikasi perilaku seorang konsumen (Santoso dan Tjiptono,2001 : 98). Metode analisis data yang digunakan untuk memberikan bobot nilai kuisioner adalah skala Likert yang melibatkan serangkaian pernyataan berkaitan dengan sikap dari responden. Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai dengan 5, dimana ; (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. 3.3. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diamati. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna ponsel merek Nokia. 2. Sampel Teknik penentuan sampel secara non probabilitas yang digunakan secara Accidental Sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses (Santoso dan Tjiptono, 2001: 90). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menurut teori Malhotra dimana jumlah sampel pada alat uji analisis faktor ditentukan dari 4 atau 5 kali jumlah variabel-variabel, dalam penelitian ini sebanyak 14, sehingga apabila dikalikan 5 menjadi 70 orang responden. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih 36 representatif dan mewakili, maka penelitian ini mengambil sebanyak 100 orang responden, yaitu sesuai dengan ukuran sampel yang ideal untuk proses Analisis Faktor antara 50 sampai 100 sampel (Santoso, 2002 : 94). Jadi sampel penelitian ini adalah 100 orang pengguna ponsel Merek Nokia yang berada di kelurahan Bringin Surabaya. 3.4. Jenis Data 1. Data Primer Dalam penelitian ini, data yang dipakai berupa data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden, terhadap penyebaran kuisioner pada lokasi penelitian. 2. Data Sekunder Dan ada pula data pendukung atau yang disebut data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan saja. 3.5. Sumber Data Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Pengguna ponsel Nokia yang berada di kelurahan Bringin Surabaya berupa jawaban kuesioner. 2. Buku , majalah, tabloid, internet dan sebagainya. 37 3.6. Pengumpulan Data Dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Kuisioner Merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden. 2. Wawancara Wawancara / interview secara langsung kepada responden. 3. Observasi Melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian. 3.7. Teknik Analisis 1. Uji Kualitas Data Ada 2 (dua) konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu : reliabilitas dan validitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. 2. Reliabilitas Pertanyaan mendasar untuk mengukur reliabilitas data adalah “bagaimana konsistensi data yang dikumpulkan”. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien, yang dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu : koefisien stabilitas, koefisien ekuivalensi dan reliabilitas konsistensi internal. Pengujian reliabilitas 38 dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan reliabilitas konsisitensi internal. Reliabilitas dapat ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α). Jika nilai alpha berkisar antara 0,60 – 0,80 maka dapat ditafsirkan bahwa hasil pengukuran relativ konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 – 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti menunjukan semakin rendahnya reliabilitas. 3. Validitas Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Jika sinonim dari reliabilitas adalah konsistensi maka esnsi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrument pengukur dikatakan valid jika instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas, yaitu : content validity, criterio-related validity dan construct validity. Pengukuan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan construct validity. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi person dan jawaban responden atas pertanyaan. 39 4. Metode Analisis Faktor Metode analisis data menggunakan Metode Analisis Faktor, yaitu suatu teknik analisis statistic multivariate yang digunakan untuk mengurangi (mereduksi) data, meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Santoso dan Tjiptono, 2001 : 248). Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian, maka penelitian menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS for windows. Model analisis faktor secara umum sebagai berikut : Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ………. + AimFm + ViUi Dimana : Xi = Standarisasi variabel ke i Aij = Standarisasi koefisien regresi berganda variabel I pada common faktor j F = Common factor Vi = Standarisasi koefisien regresi dari variabel I pada factor unik j Ui = Faktor unik variabel i m = Number of common factor Faktor-faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan berkorelasi dengan faktor-faktor umum. Faktor itu sendiri sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dengan variabel yang diobservasi. Persamaanya adalah sebagai berikut : 40 Fi = Wi1X1 + Xi2X2 + Wi3X3 + ……… + WikXk Dimana : Fi = Estimasi faktor ke-i Wi = Bobot atau skor koefisien faktor K = Jumlah variabel Secara umum, tahap-tahap Analisis Faktor meliputi : 1. Penentuan Tujuan Analisis Faktor Tujuannya adalah mengkonfirmasi komponen-komponen yang akan dianggap dapat mewakili seperangkat variabel yang diteliti. 2. Desain Analisis Faktor Korelasi yang akan dicari menggunakan analisis faktor ini adalah komponen-komponen yang mendasari korelasi diantara variabelvariabel yang ada, sehingga nantinya didapat beberapa komponen (variabel) yang bisa dianggap mewakili semua variabel yang ada. 3. Pembuatan Asumsi-Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis adalah Normalitas dan Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), dengan asumsi bahwa multikolonieritas diterima (<,7). Normalitas diukur melalui ukuran kemiringan distribusi data (skewness), sedangkan kecukupan sampel diukur melalui pengukuran Bartlett test of spheiricity dan Measure of Sampling Adequasy (MSA). 41 1. Normalitas Normalitas adalah salah satu syarat suatu data dapat diolah dengan menggunakan statistik multivariate. Tetapi untuk menentukan normal tidaknya suatu data yang terbentuk multivariat tidaklah mudah, karena normalitas suatu data yang bersifat multivariat harus diukur secara khusus. Kita dapat melihat normalitas masingmasing variabel asumsi bahwa jika semua variabel normal, maka variabel multivariatnyapun akan normal. Salah satu cara mengukur data adalah melalui nilai satatistik Z. jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka distribusi tersebut tidak normal. 2. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu yang menunjukan “saling hubungan yang kuat” antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga akan mempengaruhi “independensi” masing-masing variabel. Multikolinieritas yang tinggi akan mengakibatkan variabel-variabel independensi akan saling mempengaruhi dalam menjelaskan variabel dependen dan penganalisaan faktor ini akan mempengaruhi dalam hal pengelompokannya nanti, oleh karena itu sedapat mungkin dihilangkan atau diperkecil. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas yang tinggi adalah dengan melihat tabel matriks korelasi tersebut, dapat kita lihat dari Barlett test of sphericity. 42 3. Ukuran Kecukupan Sampling (MSA) Kim dan Mueller (1994 : 122) mengungkapkan bahwa indek inti image berkisar antara 0 sampai dengan 1. Indeks akan menjadi 1 jika semua unsur matriks korelasi inverse bernilai nol, yang menunjukan bahwa semua variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan. Artinya bahwa indeks inti image nilainya mendekati satu, maka akan semakin menunjukan bahwa semua variabel dapat diprediksikan dengan kesalahan kecil. 4. Menurunkan Faktor-Faktor dan Menduga Kesesuaian Metode yang digunakan adalah Common Factor Analysis, metode dimana faktor laten yang kita inginkan tidak ditentuka terlebih dahulu, jadi kita biarkan data dengan sendirinya mengelompok menjadi beberapa faktor (variabel). 5. Interprestasi Faktor-Faktor Dengan menggunakan program SPSS, kita langsung dapat menginterprestasikan hasil-hasil perhitungannya, dengan cara sebagai berikut : 1. Menentukan Normalitas dan Linieritas data yang akan diolah. 2. Menentukanh nilai MSA melalui tabel-tabel KMO dan Barlett’s Test. 3. Menentukan jumlah komponen yang dipertahankan dengan menggunakan nilai Eigenvalue melalui Tabel Total Variance atau dengan analisis Scatter Plot dari komponen yang didapat. 43 4. Menentukan / menilai besarnya penjelasan (variance) serta Unique variance masing-masing variabel terhadap komponen yang dipertahankan melalui Tabel Komunalitas. 5. Menentukan kriteria signifikan factor loading, yaitu menentukan factor loadings yang layak untuk dipertimbangkan. Pada Analisis Faktor ada beberapa konsep statistik yang berhubungan, yaitu : 1. Barlett’s of Spherically Barlett’s of Spherically yaitu tes yang digunakan untuk menguji interdepensi antara butir-butir yang menjadi indicator suatu variabel atau faktor. Analisis ini bermaksud untuk menyatakan bahwa butir-butir yang dimaksud tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya dalam populasi. Apabila ternyata terbukti ada variabel yang berkorelasi, maka satu dari variabel tersebut tidak perlu dianalisis. 2. Correlation Matrix Correlation Matrix yaitu matriks korelasi yang merupakan sajian dari hasil korelasi antar butir menunjukan koefisien korelasi (r) antar butir satu dengan butir lainnya yang mungkin dapat atau tidak dimasukkan ke dalam analisis. 3. Communality Communality yaitu jumlah varian yang diberikan tiap-tiap butir dengan butir lain yang dipertimbangkan. Koefisien communality 44 tersebut cukup efektif apabila bernilai 50%. Apabila terjadi communality 50%, maka harus dipertimbangkan besarnya muatan faktor. 4. Eigenvalue Eigenvalue yaitu nilai yang menunjukan jumlah varian yang berasosiasi dengan masing-masing faktor. Faktor yang mempunyai eigenvalue 1 dimasukkan ke dalam model. Sedangkan yang nilainya kurang dari 1 merupakan faktor yang tidak dimasukkan ke dalam model. 5. Faktor Loading Factor Loading merupakan koefisien korelasi antara variabelvariabel dengan faktor-faktornya. Faktor loading yang bernilai besar menunjukkan besarnya pengaruh variabel observasi terhadap faktor. 6. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy (MSA) Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy (MSA) adalah angka indeks untuk menggantikan besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Apabila tidak dapat menjelaskan variabel lain dan analisis faktor tidak sesuai untuk diterapkan. 45 7. Faktor Matrix Faktor Matrix yaitu faktor yang berisi muatan faktor yang telah dipilih. Dari faktor matrix ini dapat dilihat pengaruhnya dari variabel terhadap faktornya. 46 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Diskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Nokia Berawal pada tahun 1865, ketika seorang insinyur, Fredrik Idestam mendirikan sebuah pabrik bubuk kayu di Finlandia bagian selatan dan mulai memproduksi kertas medium tradisional untuk berkomunikasi. Selama masa industrialisasi Eropa, kebutuhan kertas dan karton meningkat dan Nokia berkembang dengan pesat. Produk Nokia diekspor pertama kali ke Rusia dan kemudian ke Inggris serta Prancis. Pabrik Nokia memperkerjakan banyak tenaga dan sebuah komunitas kecil berkembang disekitarnya. Sebuah komunitas dengan nama Nokia tetap eksis di pinggiran sungai Emakkoski bagian Filandia. Pembangkit listrik tenaga air (dari sungai Emakkoski) yang digunakan pabrik bubuk kayu juga menarik perhatian perusahaan Finnish Rubber Works untuk mulai menggunakan nama Nokia sebagai nama merek mereka. Sebagai tambahan produksi sepatu (galoshoes) dan ban, perusahaan kemudian mulai memproduksi karet, komponen industri dan jas hujan. Setelah perang dunia ke-II, Finnish Rubber Works membeli sebagaian besar perusahaan yang sedang berkembang pesat seiring dengan bertambahnya kebutuhan energi untuk transmisi, telegraph dan jaringan telepon. Akhirnya pemilik perusahaan 47 Rubber Works dan Cable Works melakukan konsolidasi. Pada tahun 1967, Nokia Corporation terbentuk dengan meleburnya perusahaan Nokia Company yang memproduksi kertas dan Finnish Rubber Works yang memproduksi kabel untuk telegraph. Pada awal tahun 1970-an, pertukaran informasi terbesar bidang telepon adalah Switch Electro-mechanical analog. Nokia mulai mengembangkan teknologi digital switch (Nokia DX 200) dan menjadi sukses. Nokia DX 200, yang dilengkapi dengan bahasa komputer tingkat tinggi dan mikroprosesor Intel akhirnya berubah menjadi platform multifungsi yang tetap menjadi dasar infrastruktur jaringan Nokia sampai sekarang. Pada saat yang sama, peraturan baru mengijinkan otoritas telekomonikasi Finish untuk membangun jaringan mobile untuk mobil yang terhubung ke jaringan umum. Hasilnya adalah Nordic Mobile Telephony (NMT). Pada tahun 1981, bersamaan dengan mulai beroprasinya NMT- jaringan selular multinasional pertama didunia di Skandinavia, Nokia pun memproduksi ponsel mobil pertamanya. Selama beberapa dekade, NMT dekenalkan pada banyak negara dan menciptakan industri mobile phone yang berkembang pesat. Pada akhir 1980-an sebuah standar untuk mobile telephone digital dikembangkan. Standar ini dikenal sebagai GSM (Global System for Mobile Communications). Pada tahun 1991 Nokia membuat kesepakatan untuk memenuhi jaringan GSM terhadap sembilan negara Eropa dan pada Agustus 1997 Nokia telah memasarkan sistem GSM sampai dengan 59 operator pada 31 negara. Pada Mei 1992, Nokia melakukan divestasi besar-besaran untuk melepaskan 48 bisnis-bisnis sampingannya dan memfokuskan diri pada bidang telekomunikasi. Saat ini Nokia terbagi menjadi empat divisi besar, yaitu Nokia Networks, Nokia Mobile Phones, Nokia Ventures Organizations, dan Nokia Research Center. Dengan penguasaan pasar ponsel sekitar 30%, saat ini Nokia menjadi produsen ponsel nomor satu di dunia. Produk produk Nokia untuk jaringan GSM, walaupun tersedia juga ponsel-ponsel Nokia untuk AMPS, CDMA, atau TDMA, biasanya sangat unggul dalam segi desain. Di Indonesia, Nokia sempat merajai pasaran sekitar tahun 1998-1999 dengan ponsel sejuta umatnya, yaitu Nokia 5110. Saat itu ponsel ini mengungguli ponsel lain dengan terobosan bentuknya yang tanpa sudut serta ukuran yang kecil. Secara umum dengan ponsel-ponsel Nokia yang beredar bisa di kelompokkan menjadi seri 3xxx, 5xxx, 6xxx, 7xxx, 8xxx, serta 9xxx. Tahun 1998 Nokia meluncurkan ponsel 5110, 6110, 6510, 8810, serta 9110, kecuali 6510 yang dual band, ponsel lainnya berbasis GSM 900. Dan pada tahun 1999 tipe 3210, 7110, 8210, serta 8850 diluncurkan, sedangkan ponsel-ponsel terbaru Nokia adalah 3310, 3330, 6210, 6250, serta 9210. 4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban yang diberikan responden dalam atribut identifikasi kuesioner mengenai jenis kelamin, diperoleh sebanyak 85 responden adalah laki-laki dan 15 responden adalah wanita dimana 100 responden tersebut memilki dan menggunakan ponsel merek Nokia. Pada 49 bagian ini diuraikan identitas variabel sesuai dengan karakteristik responden. Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki 85 Perempuan 15 Total 100 Sumber : hasil kuesioner diolah Persentase 85% 15% 100% Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 85 responden dengan persentase sebesar 85% adalah laki-laki, sedangkan sebanyak 15 responden perempuan dengan persentase sebesar 15%, dimana semuanya pengguna ponsel merek Nokia. Tabel 4.2. Usia Responden Pernyataan Rentang Usia Usia anak-anak < 17 Thn Usia remaja 17 – 30 Thn Usia dewasa/lansia >30 thn Total Sumber : hasil kuesioner diolah Jumlah 13 38 49 100 Persentase 13% 38% 49% 100% Pada tabel diatas menunjukan bahwa responden yang usia anakanak sebanyak 13, usia remaja sebanyak 38, sedangkan usia dewasa/lansia sebanyak 49 orang. 50 4.2. Tehnik Analisis Data Sebelum data dianalisis, data hasil kuesioner diolah terlebih dahulu dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas data untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat. Dimana dalam penelitian ini untuk mempermudah pengolahan data, pengujian validitas dan reliabilitas data tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS. 4.2.1. Uji Outlier Univariate Uji univariate dilakukan dengan mengamati nilai Zscore, yaitu kasus yang memiliki nilai Zscore 3,0 berarti outlier. 51 Tabel 4.3. Uji Outlier Univariate Descriptive Statistics Zscore(X1) Zscore(X2) Zscore(X3) Zscore(X4) Zscore(X5) Zscore(X6) Zscore(X7) Zscore(X8) Zscore(X9) Zscore(X10) Zscore(X11) Zscore(X12) Zscore(X13) Zscore(X14) Batas Outlier N Minimum Maximum Mean 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 -1,443 -1,911 -4,124 -2,333 -1,744 -1,983 -2,707 -1,861 -3,185 -1,810 -1,796 -1,934 -3,274 -1,664 -3,000 1,517 1,052 0,786 0,885 1,357 1,010 0,927 1,321 0,772 1,207 1,185 0,938 0,671 0,977 3,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Std. Deviation 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 Sumber : SPSS Out Put For Outlier Test Of Data Berdasar tabel diatas tidak terdapat univariate untuk masingmasing variabel, kecuali X3 , X9 dan X13. 4.2.2. Uji Outlier Multivariate Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut memilki gejala outlier multivariate adalah dengan menggunakan jarak Mahalanobis Distance (MD) untuk setiap observasi. Jarak MD dapat dihitung dan menununjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata sebuah variabel dalam sebuah ruang multidimensional.Uji terhadap multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak MD pada tingkat p<0,001. Jarak MD itu dapat dievaluasi dengan nilai 2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. 52 Tabel 4.4 Uji Outlier Multivariate Residuals Statistics (a) 12,540 -2,527 92,320 2,784 50,500 0,000 Std. Deviati on 15,020 1,000 7,170 14,953 10,261 1,537 100 5,380 -50,800 -1,896 -2,083 -61,310 -2,126 6,102 0,000 99,210 50,380 1,881 2,037 59,100 2,076 29,858 0,060 50,660 0,000 0,000 -0,003 -0,160 -0,003 13,860 0,012 15,957 24,821 0,927 1,007 29,356 1,014 4,519 0,015 100 100 100 100 100 100 100 100 0,062 0,302 0,140 0,046 100 Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value Maximum Mean N 100 100 Sumber : SPSS Out Put For Outlier Test Of Data Diketahuai nilai X2 (0,001;14) sebesar 36,124 sehingga data dikatakan outlier apabila nilai MD lebih besar dari 36,124. Berdasarkan hasil analisis MD terdapat nilai maximum yang kurang dari 36,124 sebanyak 1 case yaitu 29,858. 4.2.3. Uji Normalitas Untuk mengetahui data tersebut normal maka dapat dilihat pada tabel berikut. 53 Tabel 4.5 Uji Normalitas Univariate (masing-masing variabel) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 Batas Normal Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic Df Sig. 0,259 100 0,000 0,272 100 0,000 0,344 100 0,000 0,272 100 0,000 0,250 100 0,000 0,273 100 0,000 0,267 100 0,000 0,210 100 0,000 0,274 100 0,000 0,225 100 0,000 0,220 100 0,000 0,246 100 0,000 0,319 100 0,000 0,259 100 0,000 ≥ 0,050 Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan data diatas semua variabel tingkat sig-nya = 0,000 4.2.4. Uji Validitas Uji validitas data adalah untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah sahih/ valid. Cara mengujinya adalah dengan mengkorelasikan masing-masing skor item pertanyaan dengan skor totalnya. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi validitas ≤5%. Tingkat signifikansi ini menunjukan derajat konsisitensi jawaban semua responden yang menjadi obyek penelitian. Hasil uji validitas item pertanyaan (instrumen kuesioner) dapat disajikan dalam tabel berikut : 54 Tabel 4.6 Uji Validitas Instrumen kuesioner Pertanyaan Koefisien Korelasi Tingkat Keterangan Signifikansi X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 0,367 0,321 0,366 0,329 0,386 0,327 0,336 0,376 0,383 0,345 0,366 0,371 0,302 0,323 Rata-Rata 0,360 Batas ≥ 0,500 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Diolah Syarat minimum untuk dianggap memenuhi validitas kostruk yang baik, bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas, jadi kalau antara butir dengan skor total di atas 0,3 dan tingkat signifikansi antara butir dengan skor total lebih kecil dengan 0,05, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan valid (Sugiyono,1999 : 115). Apabila koefisien korelasi yang dihasilkan berada di bawah 0,3 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. 55 4.2.5. Uji Reliabilitas Untuk selanjutnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dihandalkan kemantapan dan ketepatanya, yaitu dengan uji reliabilitas, hasil ukur dalam penelitian ini digunakan metode Cronbach dengan cara menghitung koefisien reliabilitas yang disebut koefisien Alpha. 4.2.6. Analisis Faktor Tujuan pertama penelitian ini sebagaimana dikemukakan dalam Bab satu yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin Surabaya. Tujuan ini dicapai dengan terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang disusun dalam daftar pertanyaan. Dari pengumpulan data yang ada, alat analisis yang dipergunakan yaitu analisis faktor. Sesuai dengan metode yang telah dibahas pada bab tiga maka langkah selanjutnya adalah memilih variabel yang dapat dilanjutkan kepada analisis berikutnya. Pemilihan variabel yang akan diteruskan ke model selanjutnya dengan menggunakan teknik analisisi faktor. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya menjadi faktor. 56 Selanjutnya tiap variabel dianalisis untuk mengetahui item mana yang dapat dilanjutkan ke dalam analisis selanjutnya. 4.2.7. Nilai KMO (Kaiser Meter Olkin) dan Barlett’s Test Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor dengan bantuan software komputer dengan program SPSS, memberikan hasil bahwa nilai KMO dan Barlett’s Test adalah sebesar 0,518 dimana nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,049 atau lebih kecil dari 0,05. Seperti terlihat pada tabel berikut : 57 Tabel 4.7 Nilai KMO dan Barlett’s Test KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square df Sig. 0,518 107,707 91,000 0,049 Sumber : Lampiran 6 Dengan melihat hasil yang diperoleh menunjukkan dari 14 variabel dan 100 sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. karena KMO dan Barlett’s Test tersebut sudah diatas 0,5 dan tingkat signifikansi yang muncul dibawah 0,05. 4.2.8. Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) dalam Anti Image Matrik Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan dengan melihat pada tabel Anti Image Matrices, khususnya angka-angka korelasi bertanda “(a)” yang membentuk diagonal dari kiri atas kekanan bawah pada tabel Anti Image Correlation, yang menandakan besaran Measure of Sampling Adequacy (MSA) yang besarnya untuk masing-masing item pertanyaan dapat diketahui dari tabel berikut : 58 Tabel 4.8 Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan No Daftar Pertanyaan Nilai MSA 1 Harga terjangkau 0,461 2 Ragam warna casing yang ditawarkan 0,411 3 Kualitas Produk 0,506 4 Jaminan terhadap produk yang diciptakan 0,595 5 Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan 0,655 6 Servis (tempat perbaikan) 0,623 7 Model (bentuk) 0,469 8 Kehandalan produk dalam berkomunikasi 0,449 9 Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya 0,541 10 Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi 0,541 11 Image produk terhadap merek lain 0,497 12 Kenyamanan dalam pemakaian 0,463 13 Features (keistimewaan) produk 0,458 14 Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi 0,674 Sumber : Lampiran 6 Pada tabel berikut khususnya pada baris Anti Image Correlation terlihat untuk nilai besaran MSA untuk masing-masing item belum berada diatas 0,5, MSA = 1 berarti variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. MSA < 0,5 berarti variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Oleh karenanya variabel tersebut harus diisolasi pada deteksi MSA berikutnya. Variabel dengan MSA < 0,5 dan yang paling rendah dikeluarkan kemudian proses pengujian diulang hingga tidak terdapat angka MSA < 0,5. Nilai MSA terkecil dari MSA < 0,5 adalah variabel X2 sebesar 0,411 dan X8 0,449. 59 jika terdapat kedua variabel tersebut, maka tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel-variabel tersebut harus dieliminasi secara bertahap. Tahap pertama dimulai dari variabel dengan nilai MSA terkecil diantara MSA < 0,50. Seperti tampak pada tabel berikut : 60 Tabel 4.9 Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan Tahap Pertama No Daftar Pertanyaan Nilai MSA 1 Harga terjangkau 0,519 3 Kualitas produk 0,561 4 Jaminan terhadap produk yang diciptakan 0,611 5 Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan 0,647 6 Servis (tempat perbaikan) 0,608 7 Model (bentuk) 0,540 9 Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya 0,529 10 Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi 0,585 11 Image produk terhadap merek lain 0,479 12 Kenyamana produk dalam pemakaian 0,470 13 Features (keistimewaan) produk 0,585 14 Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi 0,654 Sumber : Lampiran 7 Pada tabel diatas masih terdapat variabel yang nilai MSA-nya < 0,5. Nilai MSA terkecil dari MSA < 0,5 adalah variabel X12 sebesar 0,470, sehingga variabel tersebut harus dieliminasi, variabel-variabel yang nilainya < 0,5 terus berlangsung sedemikian rupa sehingga pada akhir proses tinggal 11 variabel sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : 61 Tabel 4.10 Anti Image Matriks Korelasi Tiap-Tiap Item Pertanyaan Tahap Kedua No Daftar Pertanyaan Nilai MSA 1 Harga terjangkau 0,531 3 Kualitas produk 0,555 4 Jaminan terhadap produk yang diciptakan 0,633 5 Spare part (komponen pengganti) mudah didapatkan 0,658 6 Servis (tempat perbaikan) 0,592 7 Model (bentuk) 0,528 9 Keypad (tombol) mudah dalam pengoperasiannya 0,539 10 Digital camera sebagai bentuk kecanggihan teknologi 0,617 11 Image produk terhadap merek lain 0,529 13 Features (keistimewaan) produk 0,575 14 Sinyal yang kuat dalam berkomunikasi 0,658 Sumber : Lampiran 7 Dari tabel diatas Anti-Image Correlation tidak lagi memperlihatkan variabel-variabel dengan MSA < 0,5. Berarti uji kelayakan variabel telah cukup. Dengan demikian variabel-variabel yang masuk proses factoring adalah tinggal 11 variabel tersebut. 4.2.9. Nilai Communality Communality pada dasarnya menunjukan jumlah varians dari variabel-variabel awal yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dari tabel communalities terdapat 14 variabel yang masuk dalam analisis faktor. Setiap variabel initial variansnya = 1, dengan demikian total variansnya = 14, seperti pada tabel berikut : 62 Tabel 4.11 Communalities X1 X3 X4 X5 X6 X7 X9 X10 X11 X13 X14 Communalities Initial Extraction 1 0,445 1 0,661 1 0,495 1 0,512 1 0,671 1 0,654 1 0,503 1 0,541 1 0,359 1 0,361 1 0,396 Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber : Lampiran 8 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel X1 dengan nilai exstraction sebesar 0,445. Dapat diartikan bahwa 44,50% varians dari variabel harga terjangkau dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 2. Variabel X3 dengan nilai exstraction sebesar 0,661. Dapat diartikan bahwa 66,10% varians dari variabel kualitas produk dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 3. Variabel X4 dengan nilai exstraction sebesar 0,495. Dapat diartikan bahwa 49,50% varians dari variabel jaminan dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 4. Variabel X5 dengan nilai exstraction sebesar 0,512. Dapat diartikan bahwa 51,20% varians dari variabel spare part dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 63 5. Variabel X6 dengan nilai exstraction sebesar 0,671. Dapat diartikan bahwa 67,10% varians dari variabel servis dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 6. Variabel X7 dengan nilai exstraction sebesar 0,654. Dapat diartikan bahwa 65,40% varians dari variabel model dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 7. Variabel X9 dengan nilai exstraction sebesar 0,503. Dapat diartikan bahwa 50,30% varians dari variabel keypad (tombol) dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 8. Variabel X10 dengan nilai exstraction sebesar 0,541. Dapat diartikan bahwa 54,10% varians dari variabel digital kamera dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 9. Variabel X11 dengan nilai exstraction sebesar 0,359. Dapat diartikan bahwa 35,90% varians dari variabel harga terjangkau dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 10. Variabel X13 dengan nilai exstraction sebesar 0,361. Dapat diartikan bahwa 36,10% varians dari variabel feature (keistimewaan) dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 11. Variabel X14 dengan nilai exstraction sebesar 0,396. Dapat diartikan bahwa 39,60% varians dari variabel sinyal yang kuat dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang terbentuk. 64 4.2.10. Nilai Eigenvalues Eigenvalue menunjukan jumlah variasi yang berhubungan dengan suatu faktor. Setiap variabel memiliki eigenvalue 1 atau < 1. Dalam proses factoring ini jumlah faktor ditentukan berdasarkan jumlah variabel yang memiliki eigenvalue 1, seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Nilai Eigenvalue Initial Eigenvalues Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings Com pone nt 1 Total % of Variance Cumulati ve % Total % of Variance Cumul ative % Total % of Variance Cumula tive % 1,799 16,351 16,351 1,799 16,351 16,351 1,707 15,514 15,514 2 1,486 13,509 29,860 1,486 13,509 29,860 1,459 13,267 28,781 3 1,299 11,809 41,669 1,299 11,809 41,669 1,327 12,061 40,843 4 1,017 9,241 50,910 1,017 9,241 50,910 1,107 10,067 50,910 5 0,988 8,977 59,887 6 0,894 8,124 68,012 7 0,828 7,531 75,542 8 0,766 6,959 82,502 9 0,697 6,333 88,834 10 0,659 5,989 94,823 11 0,569 5,177 100 Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber : Lampiran 8 - Pada komponen 1 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,799 - Pada komponen 2 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,486 - Pada komponen 3 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,299 - Pada komponen 4 eigenvalue lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,017 Berdasarkan jumlah komponen yang eigenvaluenya lebih dari 1, maka melalui proses factoring dari 11variabel dengan 100 sampel terdapat 4 faktor yang terbentuk. 65 4.2.11. Komponen Matrik Setelah diperoleh hasil yang optimal, bahwa terdapat empat komponen/ faktor yang terbentuk maka proses terakhir dalam analisis faktor ini adalah mengidentifikasi tabel component matrix (komponen matrik) berikut ini : Tabel 4.13 Komponen Matrik X1 X3 X4 X5 X6 X7 X9 X10 X11 X13 X14 Component Matrix(a) Component 1 2 3 0,125 0,451 0,435 0,559 0,492 0,31 0,667 -0,048 0,218 0,59 -0,202 -0,227 -0,306 -0,303 0,061 -0,25 -0,237 0,553 0,138 -0,221 0,653 -0,431 0,449 -0,05 -0,089 0,59 0,022 -0,22 -0,41 0,355 -0,51 0,287 0,224 4 -0,191 -0,101 0,007 0,269 -0,694 0,48 -0,097 0,389 -0,048 0,137 -0,062 a 4 components extracted. Sumber : Lampiran 8 Berdasarkan tabel diatas terbentuk 4 faktor/ component dari 11 variabel dengan 100 sampel yang ada adalah yang paling optimal. Jumlah faktor (4 kolom) adalah yang memiliki arti saling independent, artinya terdapat 4 faktor berbeda (tidak saling berhubungan) yang dapat dijelaskan karakteristik responden. Proses penentuan variabel mana masuk faktor mana didasarkan pada faktor loading terbesar diantara komponen 1 sampai dengan komponen 4. Karena pengelompokan pada component matrix kurang tajam antara loading factor pada faktor 1 sampai dengan 4, maka perlu dilakukan rotasi, hasil rotasi seperti pada tabel di bawah ini : 66 Tabel 4.14 Rotated Component Matrix (a) X1 X3 X4 X5 X6 X7 X9 X10 X11 X13 X14 Rotated Component Matrix(a) Component 1 2 3 0,194 0,638 0,023 -0,193 0,768 -0,138 -0,564 0,413 0,079 -0,673 -0,047 -0,084 0,222 -0,121 0,011 0,134 -0,043 0,756 -0,104 0,348 0,558 0,522 -0,057 -0,052 0,358 0,338 -0,28 0,041 -0,168 0,565 0,616 0,084 0,097 4 -0,023 0,121 0,008 0,224 -0,779 0,249 -0,245 0,513 0,197 -0,106 0,003 a Rotation converged in 6 iterations. Sumber : Lampiran 9 Matrik komponen hasil proses rotasi tersebut memperlihatkan distribusi atau pengelompokan variabel yang lebih jelas. Pengelompokan suatu variabel menjadi anggota suatu faktor didasarkan loading faktor variabel terbesar yang berada pada ke-4 faktor. Hasil pengelompokan faktor dari tabel rotasi berdasarkan urutan faktor dan urutan variabel dalam faktor sebagai berikut : a. X1 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,638 dengan faktor 2 sehingga item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas. b. X3 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,768 dengan faktor 2 sehingga item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas. c. X4 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,413 dengan faktor 2 sehingga item ini menjadi komponen faktor 2 dengan bukti yang lebih jelas. d. X5 : korelasi setelah rotasi sebesar –0,673 dengan faktor 1 sehingga item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas. 67 e. X6 : korelasi setelah rotasi sebesar –0,779 dengan faktor 4 sehingga item ini menjadi komponen faktor 4 dengan bukti yang lebih jelas. f. X7 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,756 dengan faktor 3 sehingga item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas. g. X9 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,558 dengan faktor 3 sehingga item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas. h. X10 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,522 dengan faktor 1 sehingga item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas. i. X11 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,358 dengan faktor 1 sehingga item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas. j. X13 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,565 dengan faktor 3 sehingga item ini menjadi komponen faktor 3 dengan bukti yang lebih jelas. k. X14 : korelasi setelah rotasi sebesar 0,616 dengan faktor 1 sehingga item ini menjadi komponen faktor 1 dengan bukti yang lebih jelas. Tabel 4.15 Rotasi Berdasarkan Urutan Faktor Dan Urutan Variabel Variabel X6 X10 X11 X14 X1 X3 X4 X7 X9 X13 X5 F1 0,222 0,522 0,358 0,616 Sumber : Data diolah F2 F3 F4 0,638 0,768 0,413 0,756 0,558 0,565 0,224 68 Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa : 1. Faktor 1 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil terdiri dari variabel X14, X10,X11, dan X6 2. Faktor 2 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil terdiri dari variabel X3, X1, dan X4. 3. Faktor 3 secara berurutan dari faktor loading terbesar sampai terkecil terdiri dari variabel X7, X13, dan X9. 4. Faktor 4 hanya mempunyai satu faktor loading terbesar yaitu variabel X5. Tabel 4.16 Hasil Analisis Faktor No 1 2 3 4 Komponen Spare part (X5) Eigen value Nilai Varians Variasi Komulatif Variabel Pembentuk Faktor Faktor Loading 1,799 16,351 16,351 Jaminan terhadap produk (X4) -0,564 Spare part (X5) -0,673 Digital Camera (X10) 0,522 Image produk (X11) 0,358 Sinyal yang kuat (X14) 0,616 Harga terjangkau (X1) 0,638 Kualitas produk (X3) 0,768 Model (bentuk) produk (X7) 0,756 Keypad/ tombol (X9) 0,558 Feature/ keistemewaan (X15) 0,565 Servis /tempat perbaikan (X6) -0,779 Kualitas Produk (X3) 1,486 Model/ (X7) 1,299 bentuk Servis (X6) Sumber : Lampiran diolah 1,017 13,509 11,809 9,241 29,860 41,669 50,910 69 Berdasarkan tabel diatas terdapat 11 komponen yang terbentuk terhadap faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. FAKTOR 1 Faktor pertama dengan eigenvalue 1,799 variabel yang ada didalamnya adalah jaminan terhadap produk, spare part (komponen pengganti), digital kamera, image produk, dan sinyal yang kuat. Dengan nilai varian 16,351% artinya faktor pertama variabel yang mempengaruhi pertimbangan konsumen membeli adalah sebesar 16,351%. Jadi dari masing-masing variabel yang terbesar sampai yang terkecil meliputi; jaminan, adalah pelayanan yang diberikan dalam pembelian ponsel merek Nokia terhadap produk yang cacat atau tidak berfungsi, kedua adalah spare part, yaitu suku cadang/ komponen pengganti popnsel merek Nokia tersedia di pasaran, ketiga adalah digital kamera yaitu, salah satu bentuk kecanggihan teknologi ponsel merek Nokia yang mampu memotret dan merekam gambar, dan yang keempat adalah image yaitu, kesan ponsel merek Nokia yang dinilai positif oleh konsumen dibanding merek lain. b. FAKTOR 2 Faktor kedua dengan eigenvalue 1,486 variabel yang ada didalamnya adalah harga terjangkau dan kualitas produk. Dengan nilai varian 13,509% artinya faktor kedua yang mempengaruhi 70 pertimbangan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia adalah sebesar 13,509%. Dari masing-masing variabel yang terbesar sampai yang terkecil adalah harga terjangkau yaitu, harga ponsel Nokia bervariatif sehingga memungkinkan untuk dibeli konsumen dengan daya beli/ uang yang dimiliki, dan yang terakhir adalah kualitas produk yaitu, mutu ponsel Nokia yang lebih unggul dibandingkan merek lain. c. FAKTOR 3 Faktor ketiga dengan eigenvalue 1,299 variabel yang ada didalamnya adalah model (bentuk) produk, keypad (tombol), dan feature (keistimewaan). Dengan nilai varian 11,809% artinya faktor ketiga yang mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam membeli ponsel merek nokia adalah sebesar 11,809%. Jadi dari masing-masing variabel yang terbesar sampai yang terkecil meliputi; model yaitu, bentuk fisik/ bentuk nyata ponsel Nokia yang tersedia dalam berbagai tipe dimana memiliki keistimewaan tersendiri, kedua adalah keypad yaitu, tombol-tombol pada ponsel Nokia yang mudah dalam pengoperasiannya, dan yang terakhir adalah feature/ keistimewaan yaitu, fasilitas-fasilitas yang diperoleh dari ponsel Nokia seperti kotak suara, panggilan menunggu, identitas pemanggil dal lain-lain. d. FAKTOR 4 Faktor keempat dengan eigenvalue 1,017 variabel yang ada didalamnya adalah servis (tempat perbaikan). Dengan nilai varian 9,241% artinya faktor keempat yang mempengaruhi pertimbangan 71 konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia sebesar 9,241%, adalah faktor servis yaitu, kemudahaan tempat-tempat perbaikan ponsel Nokia yang berada di conter-conter resmi Nokia. 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Dari penelitian di atas didapati bahwa sebagian besar warga telah memilih membeli ataupun telah memiliki ponsel merek Nokia. Hal ini terlihat dari hasil penelitian analisis factor, tampak bahwa terdapat 11 komponen yang terbentuk dalam faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin Surabaya, secara rinci disajikan sebagai berikut : 1. Faktor Spare Part Komponen pertama meliputi : a. Jaminan terhadap produk (X4) b. Spare Part (X5) c. Digital Kamera (X10) d. Image Produk (X11) e. Sinyal Yang Kuat (X14) Dengan nilai varian sebesar 16,351 komponen pertama mempengaruhi Spare Part 16,351%. 2. Kualitas produk Komponen kedua yang mempengaruhi adalah : a. Harga terjangkau (X1) 72 b. Kualitas Produk (X3) Dengan nilai varian sebesar 13,509 komponen kedua mempengaruhi Kualitas Produk 13,509%. 3. Faktor Model (bentuk) produk Komponen ketiga yang mempengaruhi adalah : a. Model (bentuk) produk (X7) b. Keypad/ tombol (X9) c. Feature/ keistimewaan (X13) Dengan nilai varian sebesar 11,809 komponen ketiga mempengaruhi Model (bentuk) produk 11,809%. 4. Faktor Servis (tempat perbaikan) Komponen keempat yang mempengaruhi adalah : Dengan nilai varian sebesar 9,241 komponen keempat mempengaruhi Servis (tempat perbaikan) 9,241%. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas, peneliti mengemukakan implikasi bagi konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia adalah sebagai berikut : 1. Faktor Spare Part (komponen pengganti) Faktor spare part (komponen pengganti) merupakan faktor yang mempunyai peranan yang paling dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia, yang ditinjau dari jaminan terhadap produk yang diciptakan, spare part (komponen pengganti), digital camera, image produk, dan sinyal yang kuat. 73 2. Faktor Kualitas Produk Variabel yang berkaitan dengan kualitas produk meliputi, harga terjangkau dan kualitas produk yang dimiliki ponsel merek Nokia. 3. Faktor Model (bentuk) produk Yang berkaitan dengan faktor model meliputi, model (bentuk) produk, keypad (tombol), dan feature (keistimewaan) yang dimiliki ponsel merek Nokia. 4. Faktor Servis (tempat perbaikan) Variabel yang berkaitan dengan faktor servis (tempat perbaikan) yaitu, servis (tempat perbaikan) yang dimiliki oleh ponsel merek Nokia. 4.4. Interpretasi Data Dari jumlah responden sebanyak 100 orang di kawasan beringin yang di gunakan sebagai data penelitian maka peneliti mendapatkan hasil bahwa seluruh responden yang ada telah memiliki atau membeli HP merek nokia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : - Faktor Sparepart - Faktor Kualitas produk - Faktor Model ( bentuk ) produk - Faktor Servis 74 Keempat faktor diatas dapat dikatakan yang paling berpengaruh terhadap penilaian konsumen hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diatas dimana keempat faktor tersebut memiliki jumlah persentase tertinggi dalam faktor yang berpengaruh. Faktor sparepart memiliki persentase sebesar 16,351 %, hal ini dikarenakan pihak nokia memberikan jaminan penyediaan serta kualitas sparepart. Faktor Kualitas Produk memiliki persentase 13,509 % hal ini dimbangi pihak nokia dengan pengadaan barang yang sebanding antara kualitas produk dengan harga yang dibanderol. Faktor Model ( bentuk ) Produk memiliki persentase sebesar 11,809 %, hal ini berpengaruh dari model, fitur, dan jenis keypad yang dimiliki oleh produk nokia. Faktor Servis ( perbaikan ) memiliki persentase sebesar 9,241 %, hal ini dilihat dari banyak tempat layanan servis dan pelayanan yang diberikan oleh pihal nokia selaku produsen dalam mendukung pelayanan dan kemudahan bagi konsumen masyarakat. 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa variabel-variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin Surabaya adalah sebagai berikut : Berdasarkan analisis faktor yang diperoleh hasil bahwa dari empat belas item pertanyaan tereduksi menjadi sebelas item yang dianalisis hingga terbentuk menjadi empat kelompok faktor, yaitu faktor spare part (komponen pengganti), faktor kualitas produk, faktor model (bentuk) produk, dan faktor servis (tempat perbaikan) yang masing-masing faktor memiliki beberapa item didalamnya. Dalam hal ini faktor spare part lebih mendapat perhatian utama karena konsumen lebih merespon mengenai jaminan terhadap produk, spare part, digital kamera, image (kesan) produk, dan sinyal yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli ponsel merek Nokia di kelurahan Bringin Surabaya ditentukan oleh faktor spare part, terbukti dari nilai eigenvalue dari faktor 1 sebesar 16,351% yang melebihi dari nilai eigenvalue faktor lainnya. 5.2 Saran sebagai bagian akhir dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat memberian saran yang diharapkan dapat 76 dipergunakan sebagaimana mestinya oleh pihak-pihak yang berkentingan, diantaranya sebagai berikut : a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan perusahaan ponsel merek Nokia untuk lebih mengenali faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia, sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan pangsa pasar. b. Bagi perusahaan diharapkan memperhatikan faktor spare part (komponen pengganti) yang terdiri dari beberapa item meliputi , jaminan terhadap produk, spare part, digital kamera, image (kesan), dan sinyal yang kuat. c. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan, mungkin dapat dilakukan suatu penelitian yang menggunakan variabel lain yang belum termuat dalam penelitian ini yang diduga memiliki kaitan dengan pertimbangan konsumen dalam membeli ponsel merek Nokia.