ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI PT. SURI TANI PEMUKA KABUPATEN BANYUWANGI ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka Kabupaten Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Aldian Rizky Dwirahman NIM H34120099 ABSTRAK ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka Kabupaten Banyuwangi. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI. Bisnis udang vannamei di Indonesia memiliki peluang yang sangat baik di pasar internasional maupun domestik. PT Suri Tani Pemuka merupakan sebuah perusahaan yang memiliki usaha budidaya udang vannamei yang berlokasi di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor kunci internal dan eksternal usaha, merumuskan alternatif strategi pengembangan dan menentukan prioritas strategi. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan usaha berupa kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, dan analisis SWOT. Analisis kuantitatif digunakan pada Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, dan Matriks QSP. Matriks IFE dan EFE yang digunakan menunjukkan bahwa usaha ini memiliki kondisi internal dan eksternal perusahaan pada posisi sedang atau rata-rata. Matriks IE menunjukkan strategi terbaik yang dapat diimplementasikan adalah strategi hold and maintain. Matriks SWOT menghasilkan enam strategi alternatif yang dapat dikelompokkan menjadi dua tipe strategi hold and maintain : penetrasi pasar dan pengembangan produk. Prioritas strategi utama yang dihasilkan oleh Matriks QSP adalah menjaga stabilitas produksi. Kata kunci: Matriks SWOT, Pengembangan Usaha, QSPM, Strategi, Udang. ABSTRACT ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN. Analysis of Business Development Strategy of Aquaculture Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) in PT Suri Tani Pemuka, Banyuwangi District. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI. Vannamei shrimp business in Indonesia has a good opportunities in the international and domestic markets. PT Suri Tani Pemuka is a company that has aquaculture business of vannamei shrimp located in Bomo village, Banyuwangi district. The objectives of this research are to identify the internal and external key factors of business, formulate alternative development strategies and to prioritize the strategy. Qualitative analysis was used to determine business environment such as strengths, weaknesses, opportunities, threats, and SWOT analysis. Quantitative analysis was used in IFE, EFE, IE, and QSP matrix. Both of IFE and EFE matrix showed that this business has internal and external conditions of the company at a moderate or average. IE matrix showed that the best strategy was “hold and maintain” strategy. SWOT matrix produced six strategies that can be grouped into two type of “hold and maintain” strategy : market penetration and product development. The main of strategic priorities produced by QSP Matrix is to maintain the stability of production. Keywords: Business Development, QSPM, Shrimp, Strategy, SWOT Matrix. ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI PT. SURI TANI PEMUKA KABUPATEN BANYUWANGI ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah strategi, dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Vannamei di PT. Suri Tani Pemuka Kabupaten Banyuwangi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Arif Karyadi Uswandi, SP yang telah memberikan banyak saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku Ketua Departemen Agribisnis, Bapak I Ketut Widiasa sebagai Head of Unit usaha tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta para manajer Bapak Reza, Bapak Murdiono dan Bapak Windiarto. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mas Firman, Mbak Ris Andika dan Mbak Umi Salamah selaku pihak eksternal yang bersedia memberikan informasi selama proses pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Novalya Chandra atas keceriaan, kebersamaan dan dukungan moril yang diberikan selama ini, serta kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016 Aldian Rizky Dwirahman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Udang Vannamei Analisis Lingkungan Perusahaan Analisis Strategi Pengembangan KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Manajemen Strategis Visi dan Misi Perusahaan Analisis Lingkungan Eksternal Analisis Lingkungan Internal Kerangka Operasional METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Responden Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Tahap Pengumpulan Data Tahap Pencocokan Tahap Pengambilan Keputusan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Letak dan Lokasi Visi, Misi dan Tujuan Struktur Organisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan Faktor-faktor Peluang dan Ancaman Formulasi Strategi Tahap Input Data Tahap Pencocokan Data Tahap Pengambilan Keputusan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran xiii xiii xiii 1 1 4 5 6 6 6 6 7 8 9 9 10 12 13 18 19 21 21 21 21 21 22 22 26 29 30 30 31 31 31 33 33 41 46 50 50 52 58 59 59 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 62 63 69 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Produksi Udang Indonesia Periode 2010-2014 (ribu ton) Jumlah Produksi Udang Vannamei di Indonesia Hasil dan Nilai produksi Tambak Udang Vannamei di Jawa Timur Matriks Eksternal Faktor Evaluation Matriks Internal Faktor Evaluation Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha Matriks IFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP Matriks EFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP Urutan Prioritas Strategi Usaha Budidaya Udang Vannamei PT.STP 1 3 4 23 25 26 26 29 45 49 51 52 58 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 Model Manajemen Strategis Komprehensif Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Kerangka Pemikiran Operasional Matriks IE Matriks SWOT Struktur Organisasi PT. STP Banyuwangi Unit Tambak Bomo Matriks IE Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP Matriks SWOT pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP 12 16 20 27 28 32 53 57 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 Perolehan Bobot Faktor Kunci Internal Perolehan Peringkat Faktor Kunci Internal Perolehan Bobot Faktor Kunci Eksternal Perolehan Peringkat Faktor Kunci Eksternal Perolehan matriks QSP Dokumentasi Penelitian 63 64 65 66 67 68 PENDAHULUAN Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia di sektor perikanan. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis di sektor perikanan. Para pelaku bisnis telah mengetahui prospek cerah dari komoditas perikanan khususnya udang. Banyak pula pebisnis yang meninggalkan bisnis yang telah lama mereka jalankan dan berganti pada bisnis budidaya udang. Usaha budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Mulai dari bisnis pakan, pembenihan, pembesaran, hingga perlakuan pasca panennya, komoditas udang mempunyai banyak keuntungan. Fenomena tersebut mengakibatkan meningkatnya usaha budidaya udang di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Tabel 1). Budidaya udang jenis vannamei saat ini sedang menjadi unggulan bagi para petambak udang di Indonesia. Volume produksi udang di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata 13,8 ribu ton selama periode 2010 hingga 2014. Data yang bersumber dari Direktorat Jendral Perikanan Budidaya tahun 2015 menyebutkan produksi udang yang terbesar adalah udang jenis vannamei dengan kenaikan ratarata 20,4 ribu ton. Dibandingkan dengan produksi udang windu, produksi udang vannamei cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk produksi udang windu, meskipun pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun pada tahuntahun berikutnya justru mengalami penurunan jumlah produksi. Tabel 1 Produksi Udang Indonesia Periode 2010-2014 (ribu ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Kenaikan Rata-rata (%) 380,8 401 415,9 638,7 592 13.8 125,5 126,1 117,8 171,5 126,5 3.3 206,5 246,4 251,7 390,2 411,7 20.4 48,8 28,5 46 77 53,8 14.2 Komoditi Volume Produksi Udang Windu Udang Vannamei Udang Lainnya Sumber: Dirjen Perikanan Budidaya (2015) (Diolah) Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang secara resmi ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya oleh Menteri DKP pada tahun 2001, dan sejak itu perkembangan budidayanya sangat cepat. Selain Indonesia, negara-negara yang telah mengembangkan vannamei antara lain China, Taiwan dan Thailand. Daya tarik udang vannamei terletak pada ketahanannya terhadap penyakit dan tingkat produktivitasnya yang tinggi dibandingkan dengan udang windu. Bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya, udang vannamei memiliki keunggulan yaitu : 2 responsif terhadap pakan dengan kadar protein 25 - 30% (lebih rendah dari udang windu) kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan suhu rendah, adaptasi terhadap perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi) laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan I dan II angka kehidupan (survival rate/SR) hidup tinggi. dapat ditebar dengan kepadatan tinggi karena hidupnya mengisi kolom air bukan di dasar saja. serapan pasar luas, mulai dari ukuran 10 hingga 25 gram per ekor. Berbagai keunggulan tersebut menjadikan usaha budidaya udang vannamei sangat potensial dan prospektif pengembangannya. Banyak petambak mulai tertarik untuk beralih ke vannamei termasuk petambak di daerah Situbondo dan Banyuwangi serta Malang Selatan. Keberhasilan petambak Jawa Timur tersebut merangsang petambak lain untuk beralih usaha dari budidaya udang windu ke budidaya udang vannamei, yaitu petambak dari propinsi Bali, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Udang vannamei memberikan dampak yang sangat baik bagi perkembangan komoditas udang tambak Indonesia. Hingga saat ini udang vannamei banyak dibudidayakan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Jenis tambak yang digunakan juga bervariasi, ada yang masih berupa tanah, kolam semen dan kolam bak dan tambak ditutup dengan mulsa. Harga udang vannamei pada tahun 2014 hingga 2015 terbilang cukup stabil, khususnya jika sudah mencapai size (jumlah udang per kg) di bawah 60 (DJPB, 2016). Harga di Indonesia sangat dipengaruhi kondisi global karena udang vannamei hasil pertambakan Indonesia lebih banyak yang diekspor. Hanya beberapa persen dari hasil produksi yang diperuntukkan bagi pasar lokal, namun hal tersebut tetap menjadi peluang besar jika melihat tingginya permintaan udang vannamei. Udang vannamei sangat memungkinkan untuk dipelihara di tambak dengan kondisi padat tebar yang tinggi karena mampu memanfaatkan pakan dan ruang secara lebih efisien. Budidaya udang vannamei banyak digeluti oleh petambak di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), serta beberapa daerah di Sulawesi. Dari beberapa provinsi tersebut, Jawa Timur memiliki potensi besar untuk pembudidayaan udang vannamei, terlihat dari Tabel 2 dimana provinsi tersebut menempati peringkat ketiga tertinggi dalam hal jumlah produksi udang vannamei dari beberapa provinsi di Indonesia. 3 Tabel 2 Jumlah Produksi Udang Vannamei di Indonesia Produksi Udang Vannamei (Ton) Provinsi 2 013 2 014 * Lampung 72 051 78 985 Nusa Tenggara Barat 56 960 76 808 Jawa Timur 47 150 52 951 Sumatera Selatan 40 016 39 758 Jawa Barat 61 633 39 402 Jawa Tengah 13 872 30 600 Kalimantan Barat 39 092 28 972 Sulawesi Selatan 8 542 15 247 Sulawesi Tenggara 18 369 12 802 Sumatera Utara 19 791 10 728 Gorontalo 996 6 310 Maluku 2 065 4 000 Sulawesi Barat 1 138 3 915 B a l i 2 932 3 104 D.I. Yogyakarta 812 3 000 Sumber: Dirjen Perikanan Budidaya (2015) Provinsi Jawa Timur memiliki potensi besar untuk mengembangkan budidaya udang vannamei. Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan salah satu wilayah yang gencar mengusahakan budidaya perairan khususnya budidaya udang. Letak geografis wilayah Banyuwangi yang dekat dengan pantai mengakibatkan banyak pelaku bisnis yang mengutamakan usaha di sektor perikanan. Tabel 3 menjelaskan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah dengan hasil produksi dan nilai produksi budidaya tambak udang vannamei tertinggi dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan data pada tahun 2014, untuk produksi udang jenis vannamei, Kabupaten Banyuwangi mampu menghasilkan 10 713,9 ton per tahun dengan nilai produksi mencapai 631 miliar rupiah, kemudian dibawahnya terdapat beberapa kabupaten seperti Kabupaten Tuban, Kabupaten Gresik, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Probolinggo. Budidaya udang vannamei di Banyuwangi saat ini sedang mengalami trend kenaikan. Terhitung tahun 2011 hasil budidaya udang vannamei hanya mencapai 5000 ton per tahun. Namun pada tahun 2014, hasil budidayanya telah mencapai 10.700 ton per tahun.1 1 www.sunriseofjava.com. Budidaya Vannamei di Kabupaten Banyuwangi. Diakses tanggal 4 Juni 2015 4 Tabel 3 Hasil dan Nilai produksi Tambak Udang Vannamei di Jawa Timur (2014) Kabupaten/Kota Kab. Banyuwangi Kab. Tuban Kab. Gresik Kab. Situbondo Kab. Probolinggo Kab. Sidoarjo Kab. Lamongan Kab. Malang Kab. Pasuruan Kab. Jember Kota Surabaya Kab. Lumajang Kab. Pamekasan Kab. Bangkalan Kab. Tulungagung Kab. Blitar Kab. Pacitan Kota Probolinggo Kota Pasuruan Produksi (Ton) 10 713,9 3 439,8 3 147,4 4 661,3 3 422,6 4 176,5 2527,8 2 657 1 259,4 918,3 866 715,7 473,9 570,6 275,4 494 207,8 50,2 4,2 Nilai Produksi (Rp. 1000,-) 631 197 000 182 894 581 151 852 650 124 909 700 124 310 865 108 876 000 95 342 109 49 377 200 48 120 127 46 709 000 42 238 376 41 990 940 35 604 091 29 877 600 15 838 970 15 530 000 8 321 392 1 790 000 112 199 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Jatim (2015) (Diolah) Produksi udang yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi ini terbanyak di hasilkan dari tambak-tambak yang ada di Kecamatan Wongsorejo. Data dari Dirjen Perikanan Budidaya Kabupaten Banyuwangi menyebutkan bahwa luasan tambak udang vannamei di Banyuwangi mencapai 1.381 hektare. Salah satu tambak udang di Banyuwangi yang mengusahakan budidaya udang jenis vannamei adalah milik PT. Suri Tani Pemuka. PT. Suri Tani Pemuka terletak di daerah Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Perusahaan tersebut memiliki usaha tambak budidaya udang vannamei di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Seperti pelaku bisnis pada umumnya, dalam mengusahakan budidaya udang vannamei, PT. Suri Tani Pemuka juga menghadapi berbagai macam masalah. Tidak hanya menghadapi masalah di dalam perusahaan namun juga terdapat masalah di luar perusahaan. Identifikasi kekuatan dan kelemahan PT. Suri Tani Pemuka dapat diketahui dengan melakukan analisis lingkungan internal perusahaan tersebut, sedangkan analisis lingkungan eksternal dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terjadi di luar perusahaan. Kombinasi dari identifikasi lingkungan internal eksternal dapat dirumuskan menjadi strategi bisnis yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk bertahan dan mengembangkan usahanya. Perumusan Masalah PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang mampu memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. PT. Suri Tani Pemuka berdiri sejak tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan tambak udang terintegrasi pertama 5 di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya oleh Japfa comfeed Indonesia. Perusahaan ini memiliki bisnis utama pada pengolahan dan produksi pakan ikan dan udang. Namun, PT. Suri Tani Pemuka juga memiliki usaha terintegrasi lain yaitu pembenihan serta pembesaran udang dan ikan. Basis utama operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur yang saat ini mengoperasikan tujuh unit usaha tambak udang. Salah satu usaha budidaya udang milik PT. Suri Tani Pemuka terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Selama ini, PT. Suri Tani Pemuka unit Kab. Banyuwangi membudidayakan udang vannamei dengan sistem budidaya hampir sama dengan unit-unit di daerah lain. Namun pada tahun 2015, PT. Suri Tani Pemuka unit Banyuwangi mulai mengubah sistem budidaya udang vannameinya dalam hal padat tebar benih, sistem ganti air, perlakuan selama masa budidaya, jumlah kincir, ukuran petak tambak, model konstruksi tambak, serta hal-hal lain yang berkaitan. Perubahan tersebut mengakibatkan adanya beberapa masalah: 1. Fluktuasi jumlah produksi udang vannamei 2. Fluktuasi hasil penjualan udang vannamei 3. Kapasitas produksi yang kurang optimal Agar perusahaan mampu mengatasi fluktuasi jumlah produksi dan hasil penjualan yang tidak menentu serta mampu mengoptimalkan kapasitas produksi, maka penting bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal yang di hadapinya. Oleh karena itu perlu bagi PT. Suri Tani Pemuka untuk mempunyai strategi yang tepat dalam pengembangan usahanya, sehingga mampu mengatasi berbagai macam masalah yang dihadapi dan mengurangi risiko kerugian sehingga usaha dapat mempunyai umur yang panjang dengan keuntungan maksimal. Identifikasi kekuatan dan kelemahan PT. Suri Tani Pemuka dapat diketahui dengan melakukan analisis lingkungan internal perusahaan tersebut, sedangkan analisis lingkungan eksternal dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terjadi di luar perusahaan. Kombinasi dari identifikasi lingkungan internal dan eksternal dapat dirumuskan menjadi strategi bisnis yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk bertahan dan mengembangkan usahanya. Dari permasalahan diatas muncul pertanyaan: 1. Apa saja faktor-faktor kunci internal dan eksternal yang dimiliki PT. Suri Tani Pemuka? 2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka? 3. Bagaimana urutan prioritas strategi pengembangan usaha budidaya udang vannamei yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka. 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka. 6 3. Mengetahui urutan prioritas strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 1. Bagi peneliti, sebagai proses pembelajaran dalam kemampuan menulis dan menganalisis permasalahan, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan dan kompetensi di bidang pemasaran dan strategi agribisnis sehingga dapat menjadi bekal ketika kelak berkecimpung dalam dunia agribisnis. 2. Bagi perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menerapkan strategi pengembangan usaha budidaya udang vannamei yang tepat, sehingga nilai penjualan produk perusahaan dapat meningkat. 3. Pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait dengan strategi pengembangan usaha dalam membudidayakan udang vannamei secara umum dan sebagai menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian mengenai manajemen strategi ini dibatasi hanya dalam ruang lingkup formulasi strategi melalui tiga tahapan pengambilan keputusan, sedangkan implementasi strategi dan evaluasi strategi merupakan wewenang pihak manajemen perusahaan sepenuhnya. Kegiatan penelitian menganalisis lingkungan internal, eksternal dan merumuskan strategi hanya dalam lingkup tambak udang vannamei PT Suri Tani Pemuka yang berlokasi di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, tidak termasuk cabang perusahaan. Penelitian ini juga hanya menganalisis data berdasarkan perspektif responden dari internal usaha sebagai pengambil keputusan, sedangkan perspektif responden di luar perusahaan tidak dilibatkan. . TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Udang Vannamei Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei Udang vannamei sebelum dikembangkan di Indonesia telah terlebih dahulu dikembangkan di Amerika Selatan, seperti Ekuador, Meksiko, Panama, Kolombia dan Honduras. Udang vannamei digolongkan dalam genus Litopenaeus pada filum Anthropoda. Spesies yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea. Ciri-ciri subfilum crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda. Bagian tubuh udang vannamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. 7 Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat Biologis Sifat biologis udang vannamei, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal) dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt. Udang vannamei akan mati jika terpapar suhu dibawah 15ºC atau diatas 33ºC selama 24 jam. Udang vannamei bersifat kanibal, mencari makan lewat organ sensor dan tipe yang pemakan lambat, memiliki 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, 3 stadia mysis sebelum menjadi post larva yang merupakan siklus hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa. Post larva udang vannamei di perairan bebas akan bermigrasi memasuki perairan estuaria untuk tumbuh dan kembali bermigrasi ke perairan asalnya pada saat matang gonad. Manajemen Pakan Usaha budidaya berkembang dengan pesat mulai dari sistem ekstensif hingga sistem intensif. Perkembangan tersebut telah menimbulkan masalah terutama dalam hal usaha budidaya yang berkelanjutan. Nutrien yang tersedia dalam pakan, sebagian besar dapat menjadi polutan pada lingkungan budidaya, seperti nitrogen, fosfor, bahan organik, dan hidrogen sulfide. Semakin tinggi padat tebar membawa konsekuensi pada peningkatan limbah metabolik yang dihasilkan. Limbah metabolik tersebut akan terakumulasi dalam media budidaya, sehingga menjadi zat racun yang menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan organisme yang dipelihara. Akumulasi bahan organik yang berlebih menjadi pemicu kondisi lingkungan yang anaerob, tingginya kebutuhan oksigen di sedimen, terjadinya penurunan mutu lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada respon pertumbuhan kultivan yang rendah. Manajemen Lingkungan Budidaya Pengawasan (monitoring) lingkungan merupakan faktor penting dalam penentu keberhasilan suatu budidaya. Kegiatan budidaya udang vannamei dengan metode intensif mengakibatkan udang yang dibudidayakan menjadi mudah stres karena padat tebar yang tinggi, penanganan, dan turunnya mutu kualitas air. Parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Parameter yang berpengaruh dalam budidaya tersebut adalah pH, oksigen terlarut,nitrat, amonia, bahan organik, suhu, salinitas, dan nitrit. Analisis Lingkungan Perusahaan Erick (2007) melakukan penelitian dengan mengambil objek usaha ternak kuda menyatakan bahwa dengan menggunakan alat analisis IFE-EFE, faktor yang menjadi lingkungan internal perusahaan adalah manajemen sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, teknologi serta penelitian dan pengembangan. Faktor lingkungan eksternal yang dihadapi adalah lingkungan makro, yang terdiri dari faktor ekonomi, social dan lingkungan, politik (pemerintahan) dan kelembagaan serta lingkungan mikro yaitu pesaing. Helma (2014) dalam penelitiannya mengenai usaha ternak kelinci bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan 8 eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha peternakan kelinci serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan, menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE serta SWOT. Hasil analisis didapat faktor internal usaha meliputi karakteristik peternak, pemasaran, modal, tenaga kerja, kepemilikan ternak, budidaya dan kelembagaan. Sedangkan faktor eksternal usaha adalah perkembangan perekonomian negara, sosial budaya demografi, politik dan hukum, serta teknologi. Adapun faktor lingkungan kompetitif bagi usaha ternak kelinci adalah persaingan antar perusahaan, potensi masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk pengganti, daya tawar pemasok, dan daya tawar konsumen. Identifikasi kekuatan internal usaha ternak kelinci terdapat pada faktor budidaya berupa ketersediaan lahan pertanian atau hijauan dan lokasi usaha yang strategis dan sesuai. Kekuatannya juga terlihat dari kemampuan dalam menyediakan kelinci siap jual dengan kriteria yang beragam berupa anakan, indukan, atau kelinci dewasa serta daging kelinci segar. Sedangkan identifikasi kelemahannya adalah bidang budidaya meliputi belum adanya pemberian makanan tambahan berupa pelet atau konsentrat, masih kurang tersedianya bibit unggul, pemeliharaan dan penanganan penyakit ternak masih dengan cara tradisional, faktor rendahnya pendidikan para tenaga kerja, faktor permodalan, faktor pemasaran serta faktor kelembagaan. Identifikasi peluang eksternal meliputi adanya kebijakan pemda kab. Bogor dalam mendorong pengembangan sektor peternakan, faktor tingkat pertambahan penduduk, dan kemajuan teknologi. Ancaman eksternal usaha adalah kenaikan harga bbm, tingkat persaingan perusahaan substitusi, dan pendatang baru di industry peternakan. Rahman (2009) melakukan penelitian tentang usaha budidaya udang galah dan analisis lingkungan yang dilakukan adalah analisis eksternal yang terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan demografi, serta teknologi kemudian dilanjutkan dengan analisis lingkungan industri yang terdiri dari persaingan diantara perusahaan yang ada, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar menawar pembeli dan pemasok dan ancaman produk pengganti. Adapun analisis lingkungan internal yang mempengaruhi perusahaan meliputi produksi dan operasi, pemasaran, keuangan, SDM serta struktur organisasi dan budaya perusahaan. Analisis Strategi Pengembangan Bayanti (2014) dalam penelitiannya mengenai usaha koperasi bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan di koperasi mitra tani parahyangan. Metode penelitian yang digunakan yaitu matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSP. Matriks IE menunjukan bahwa posisi Koperasi Mitra Tani Parahyangan berada pada sel pertama yaitu posisi “tumbuh dan kembangkan”. Strategi yang sesuai dengan posisi tersebut adalah strategi intensif dan integrative. Matriks SWOT menghasilkan empat strategi alternatif pengembangan usaha yang kemudian diprioritaskan melalui matriks QSP yaitu membuka minimarket khusus sayuran segar, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengurangi dampak impor produk sayuran, dan meningkatkan system kontrol terhadap kualitas usaha. Prioritas strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah membuka minimarket khusus sayuran segar untuk memanfaatkan peluang meningkatkan konsumsi sayuran. 9 Indah (2012) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan prospek budidaya udang bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan potensi dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Garut. Analisis data menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vannamei di Mekarsari Kabupaten Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C sebesar 1,9 dan hasil dari perhitungan matriks strategi perusahaan berada pada kuadrdan 1 yang cenderung mendukung strategi agresif (S-O). Pemahaman strategi menghasilkan dua alternatif strategi yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi secara intensif berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi tambak dari usaha pembenihan sampai ke pembesaran. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2009) mengenai usaha pembenihan udang vannamei yang menggunakan alat analisis matriks IFE, EFE, SWOT dan QSP menghasilkan faktor internal kekuatan utama yaitu merupakan perusahaan pembenihan udang vaname yang memiliki sertifikat dengan skor 0,328 dan kelemahan utamanya adalah masyarakat belum mengenal jenis udang vaname karena merupakan komoditas introduksi dengan skor 0,050. Sedangkan pada faktor eksternal peluang yang paling utama yang dapat dimanfaatkan adalah merosotnya produksi udang windu dengan skor 0,368 dan faktor yang menjadi ancaman utama adalah adanya produk substitusi dengan skor 0,223. Dari factor IFE dan EFE dihasilkan nilai rata-rata IFE sebesar 2,648 dan EFE sebesar 3,157 sehingga menempatkan objek usaha pada sel II. Posisi ini menggambarkan bahwa usaha berada dalam kondisi tumbuh dan kembangkan. Hasil analisis terhadap factor-faktor strategis internal dan eksternal digunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternatif startegi SO yaitu : 1) Meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen; dan 2) Memperluas wilayah pemasaran. Strategi ST, yaitu : 1) Meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait (pemasok dan konsumen); dan 2) Menjaga dan meningkatkan kualitas produk. Startegi WO yaitu : 1) Mengenalkan produk ke masyarakat secara luas; dan 2) Membudidayakan pakan alami sendiri. Sedangkan strategi WT terdiri dari : 1) Menjaga stabilitas produksi; dan 2) Menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjaga stabilitas produksi dengan nilai TAS sebesar 7,325 sebagai strategi prioritas. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan sebagai acuan atau landasan berpikir dalam melakukan penelitian. Teori yang digunakan merupakan teori yang berkaitan dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut dimulai dari hal mendasar yang harus diketahui seperti konsep pengembangan usaha hingga analisis yang digunakan dalam proses perumusan strategi. Secara lengkap, kerangka penelitian teoritis dapat dilihat pada uraian berikut ini. 10 Manajemen Strategis 1. Konsep Manajemen strategis penting bagi pencapaian tujuan suatu perusahaan baik kecil maupun besar. Hal ini terlihat dari konsep analisisnya yang digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan manajerial. Konsep manajemen strategis dapat mengurangi ketidakpastian dan semakin kompleksnya masalah dalam dunia bisnis. Manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan keputusan lintas fungsional organisasi yang mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2004). Sedangkan menurut Solihin (2012) manajemen strategi didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengarahan (directing), pengorganisasian dan pengendalian berbagai keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk tantangan yang ada di masa depan. Sedangkan manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Namun manajemen strategis juga mempunyai risiko atau konsekuensi negatif yang dapat terjadi jika pengambil keputusan tidak terlatih untuk menghadapi situasi akibat dari perumusan strateginya. Tiga macam konsekuensi negatif dapat terjadi dikarenakan (1) berburu dengan waktu dalam mengimplementasikan strategi; (2) kurangnya tanggung jawab individual atas keputusan yang diambil; (3) kekecewaan individu yang berpartisipasi atas harapan-harapan yang tidak menjadi kenyataan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis penting bagi suatu organisasi atau perusahaan karena dapat membantu mengidentifikasi hingga mengevaluasi keputusan dari semua lintas fungsional demi mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Manajemen strategis yang efektif mampu menjadi pedoman dalam kemajuan kearah pencapaian sasaran dan arah bisnis. 2. Tahapan David (2009) menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap : perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. 1. Perumusan Strategi Perumusan strategi merupakan proses mengidentifikasi, merancang dan memilih strategi yang tepat untuk diterapkan dari serangkaian strategi yang telah disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Isu perumusan strategi termasuk keputusan memasuki atau keluar 11 dari suatu bisnis, pengalokasian sumberdaya, perluasan operasi, sistem kerjasama, serta resiko yang akan dihadapi organisasi. Manajer puncak mempunyai perspektif terbaik untuk memahami sepenuhnya keterkaitan dari keputusan perumusan. Menurut Pearce dan Robinson (1997) perumusan strategi bertujuan untuk memedomani eksekutif dalam menetapkan bidang usaha yang diterjuni perusahaan, tujuan akhir yang ingin dicapainya dengan perpaduan perspektif yang berorientasi ke depan dengan lingkungan intern dan ekstern perusahaan. 2. Implementasi Strategi Tahap implementasi strategi merupakan tahap tindakan manajemen strategis, bagaimana pilihan strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan sesuai tujuan organisasi. Implementasi strategi termasuk dalam hal menetapkan objektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan. Keterampilan interpersonal sangat penting bagi penerapan strategi yang berhasil. Aktivitas penerapan strategi memengaruhi semua lini divisional organisasi. Setiap divisi dan bagian harus memutuskan setiap tugas yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Tantangan implementasi strategi adalah merangsang manajer dan karyawan di segenap organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhsilan implementasi strategi tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan karena implementasi strategi memerlukan disiplin pribadi, komitmen dan pengorbanan. 3. Evaluasi strategi Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan strategi yang dilaksanakan oleh organisasi. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah. Tiga aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (a) meninjau faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (b) mengukur prestasi, (c) mengambil tindakan korektif. Akitvitas perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi terjadi di tiga level hierarki di sebuah organisasi besar : korporat, divisional atau unit bisnis strategis, dan fungsional. Dengan menjaga komunikasi dan interaksi antar manajer dan karyawan lintas tingkat hierarki, manajemen startegis membantu sebuah perusahaan untuk menjadi suatu tim yang kompetitif. 3. Model Proses manajemen strategis paling baik dapat dipelajari dan diterapkan menggunakan suatu model. Setiap model menggambarkan suatu proses. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, David (2004) mengilustrasikan tentang model komprehensif dari proses manajemen strategis yang menjelaskan bahwa mengenali misi, sasaran, dan strategi organisasi yang sudah ada merupakan titik awal yang logis untuk manajemen strategis karena pengaruh situasi dan kondisi. Proses manajemen strategis dinamis dan terus-menerus. Satu perubahan di salah satu komponen utama dalam model dapat mendorong perubahan di salah satu atau semua komponen lain. Dalam praktiknya, proses manajemen strategis tidak dilakukan dengan pembagian yang jelas dan rapi seperti model. Pada umumnya, terdapat proses 12 timbal balik diantara tingkat hierarki suatu organisasi. Komunikasi dan umpan balik yang baik diperlukan dalam seluruh proses manajemen strategis. Perusahaanperusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senatiasa berubah dengan cepat cenderung lebih formal dalam perencanaan strategis mereka. Perusahaan yang memiliki banyak divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam mengaplikasikan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam menerapkan konsep manajemen strategis umumnya secara positif terkait dengan biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan rencana di semua jenis dan ukuran organisasi. Umpan Balik Melakukan audit eksternal Mengembangkan pernyataan misi Tetapkan sasaran jangka panjang Hasilkan, evaluasi, dan pilih strategi Tetapkan kebijakan dan sasaran tahunan Mengalokasikan sumberdaya Mengukur dan mengevaluasi prestasi Melakukan audit internal Perumusan Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Gambar 1 Model Manajemen Strategis Komprehensif (David, 2004) Visi dan Misi Perusahaan Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh personel perusahaan. Menurut David (2004) visi adalah pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di masa yang akan datang sedangkan misi adalah uraian nilai-nilai dan prioritas dari suatu organisasi yang mampu menggambarkan arah organisasi di masa depan. Pernyataan visi memenuhi beberapa aspek diantaranya berorientasi ke depan, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, mengekspresikan kreatifitas, berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat. Visi diperlukan untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif karena visi bersama antara manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat 13 pekerja dari kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan ancaman. Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa misi perusahaan merupakan pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama (enduring) tentang keinginan atau maksud perusahaan. Misi menguraikan bidang produk, pasar, serta teknologi yang ditekankan perusahaan, dan dilakukan sedemikian hingga mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategik perusahaan. Misi bisnis adalah fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan penugasan kerja serta merupakan titik awal untuk perencanaan tugas-tugas manajerial utamanya untuk perancangan struktur manajerial (David, 2009). Tidak ada yang tampak lebih sederhana atau lebih jelas selain mengetahui bisnis apa yang sedang dijalankan perusahaan. Pernyataan misi yang baik menggambarkan tujuan organisasi, pelanggan, produk atau jasa, pasar, falsafah, dan teknologi dasar, serta memungkinkan penciptaan dan pertimbangan beragam tujuan dan strategi alternatif tanpa kemudian menghambat kreatifitas manajemen. Spesifikasi yang berlebihan dapat membatasi potensi pertumbuhan kreatif untuk organisasi. Di sisi lain, pernyataan yang terlampau umum tidak yang tidak memasukkan alternatif strategi mana pun dapat disfungsional. Pernyataan misi mencerminkan penilaian mengenai arah dan strategi pertumbuhan masa depan yang didasarkan pada analisis eksternal dan internal yang berpikir ke depan. Oleh karena itu misi harus menyediakan kriteria yang bermanfaat untuk memilih di antara strategistrategi alternatif sehingga mampu menjadi dasar bagi penciptaan dan pemilahan opsi strategis. Pemilihan strategi yang tepat dapat digunakan sebagai dasar bagi organisasi dalam menetapkan tujuan. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan metode-metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, hakikat visi dan misi bisnis dapat merepresentasikan baik keunggulan maupun kelemahan kompetitif suatu perusahaan. Pernyataan visi dan misi yang dirancang dengan baik sangat penting untuk merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi. Mengembangkan serta mengomunikasikan sebuah visi dan misi bisnis yang jelas adalah tugas yang paling sering terlewatkan dalam manajemen strategis. Tanpa pernyataan visi dan misi yang jelas, tindakan-tindakan jangka pendek suatu perusahaan bisa jadi kontraproduktif bagi kepentingan jangka panjangnya. Pernyataan visi dan misi harus selalu direvisi, namun jika dipersiapkan dengan cermat, pernyataan visi dan misi jarang membutuhkan perubahan secara besar-besaran. Organisasi biasanya meninjau ulang pernyataan visi dan misi mereka setiap tahun. Pernyataan misi yang efektif tak lekang oleh waktu. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan tindakan suatu perusahaan yang berdampak pada struktur organisasi dan proses internalnya. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa yang di luar kendali sebuah perusahaan. David (2004) menjelaskan bahwa analisis lingkungan eksternal mengungkapkan peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Lingkungan eksternal dibagi dalam tiga kategori: 14 lingkungan jauh, lingkungan industri, dan lingkungan operasional (Pearce dan Robinson, 1997). a. Lingkungan Jauh (Remote Environment) Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. 1. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strategisnya setiap perusahaan harus mempertimbngkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industrinya. Baik di tingkat nasional maupun internasional, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan, serta kecenderungan belanja masyarakat. Suku bunga primer, laju inflasi, serta kecenderungan pertumbuhan PNB merupakan faktor-faktor ekonomi lain yang harus pula dipertimbangkan. 2. Faktor Sosial Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik. Jika sikap sosial berubah, berubah pula permintaan akan berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan. Kekuatan sosial bersifat dinamik, dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan. Tren-tren sosial, budaya, demografis, dan lingkungan membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Hal itu mengakibatkan terciptanya jenis konsumen yang berbeda, sehingga menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. Menerjemahkan perubahan sosial ke dalam ramalan bisnis merupakan sesuatu yang rumit. Akan tetapi, perkiraan dampak dari perubahan seperti perubahan geografis dalam populasi dan perubahan nilai-nilai kerja, standar etika, dan orientasi keagamaan dapat membantu perusahaan dalam usahanya untuk tetap berjaya. 3. Faktor Politik Arah dan stabilitas politik merupakan pertimbangan penting bagi manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif, dan tindakan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena undang-undang dan peraturan demikian biasanya bersifat membatasi, mereka cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Tetapi, beberapa tindakan politik dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan. Tindakan demikian meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi, faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan yang bersangkutan. 15 Kegiatan politik juga mempunyai dampak besar atas dua fungsi pemerintah yang mempengaruhi lingkungan jauh perusahaan, yaitu: a. Fungsi pemasok Keputusan pemerintah mengenai aksesbilitas usaha swasta ke sumberdaya alam dan cadangan nasional hasil pertanian milik pemerintah akan sangat mempengaruhi kelayakan strategi peusahaan tertentu. b. Fungsi Pelanggan Kebutuhan pemerintah akan produk dan jasa dapat menciptakan, mempertahankan, memperkuat atau meniadakan banyak peluang pasar. 4. Faktor Teknologi Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat mempunyai dampak segera dan dramatik atas lingkungan perusahaan. Terobosan ini dapat membuka pasar dan produk baru yang canggih atau dapat juga mempersingkat usia fasilitas produksi. Jadi, semua perusahaan, dan utamanya mereka yang berada dalam industri yang belum stabil, harus berusaha keras untuk memahami baik kemajuan teknologi yang ada maupun teknologi masa depan yang mungkin mempengaruhi produk dan jasa mereka. 5. Faktor Ekologi Istilah ekologi mengacu pada hubungan antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka. Ancaman terhadap ekologi pendukung kehidupan kita yang utamanya disebabkan oleh kegiatan manusi dalam suatu masyarakat industrial biasanya dinamakan polusi. Sebagai penyebab utama polusi ekologis, bisnis sekarang memikul tanggung jawab untuk meniadakan hasil samping beracun dari proses manufaktur mereka dan untuk membersihkan kembali lingkungan yang telah tercemar akibat ulah mereka sebelumnya. b. Lingkungan Industri Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter dalam David (2004), sifat dan derajat persaingan dalam suatu industri bergantung pada lima kekuatan atau faktor: ancaman pendatang baru, daya tawar menawar pembeli (pelanggan), daya tawar menawar pemasok, ancaman produk substitusi (jika ada), dan pertarungan diantara para anggota industri (peserta persaingan). Untuk menyusun rancangan strategi menghadapi kekuatan-kekuatan ini dan tumbuh, suatu perusahaan harus memahami bagaimana cara kerja kekuatan-kekuatan tersebut dalam industri dan bagaimana pengaruh mereka terhadap perusahaan dalam suatu situasi tertentu. David (2009) menjelaskan bahwa persaingan antar perusahaan saingan merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri menurut Porter (1997) ditunjukkan pada gambar 2. 16 Ancaman pendatang baru yang potensial Pesaing industri Daya tawar-menawar pemasok Persaingan diantara perusahaan yang telah ada Daya tawar-menawar pembeli Ancaman produk atau jasa substitusi Gambar 2 Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri (Porter, 1997) Kekuatan atau faktor persaingan terkuat akan menentukan kemampuan laba suatu industri sehingga hal tersebut merupakan faktor paling penting dalam perumusan strategi. Beberapa karakteristik sangat penting bagi kekuatan dari masing-masing faktor persaingan. a. Ancaman Masuk Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar (market share), dan seringkali sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan masuk yang ada dan pada reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Jika hambatan masuk tinggi dan calon pendatang baru memperkirakan akan menghadapi perlawanan keras dari peserta persaingan yang sudah ada, pendatang baru ini jelas tidak merupakan ancaman yang serius. Enam sumber hambatan masuk menurut Pearce dan Robinson (1997) yaitu: 1. Skala Ekonomis Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru ke suatu industri karena memaksa pendatang baru ini untuk masuk dengan skala besar atau harus memikul biaya tinggi (cost disadvantage). 2. Diferensiasi Produk Identifikasi merek menimbulkan hambatan karena memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya besar guna merebut kesetiaan pelanggan. Iklan, layanan pelanggan, menjadi yang pertama dalam industri, dan diferensiasi produk merupakan faktor yang menciptakan identifikasi merek. 3. Kebutuhan Modal 17 Keharusan menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat bersaing menimbulkan hambatan masuk. Kebutuhan modal yang sangat besar dalam industri-industri tertentu membatasi kemungkinan masuknya pendatang baru. 4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala Perusahaan-perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala ekonomis yang dapat mereka capai. Keunggulan ini dapat bersumber dari pengaruh kurva belajar, teknologi rahasia, akses ke sumber bahan baku, aset yang dibeli dengan harga murah, subsidi pemerintah, atau lokasi yang menguntungkan. 5. Akses ke Saluran Distribusi Pendatang baru harus mengamankan distribusi produk atau jasa mereka. Terbatasnya saluran distribusi jelas semakin mempersulit usaha masuk ke dalam suatu industri. Adakalanya hambatan ini begitu tinggi sehingga untuk mengatasinya, pendatang baru harus menciptakan saluran distribusi sendiri. 6. Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang baru ke dalam industri melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya izin dan pembatasan akses ke bahan baku. Pemerintah juga dapat memainkan peran tak langsung dengan mempengaruhi hambatan masuk melalui pengawasan seperti standar polusi udara dan air dan peraturan mengenai keamanan produk. b. Pemasok yang Kuat Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawar atas para anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampuan laba suatu industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan harganya sendiri. Kekuatan masing-masing pemasok bergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada tingkat kepentingan relatif penjualan atau pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya. Kelompok pemasok dapat dikatakan kuat apabila (a) didominasi sedikit perusahaan dan lebih berkonsentrasi daripada industri tempat mereka menjual produk; (b) produk bersifat unik atau terdiferensiasi; (c) tidak bersaing dengan produk lain dalam industri; (d) memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju ke industri pembelinya; (e) industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok. c. Pembeli yang Kuat Pembeli atau pelanggan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penurunan laba industri, dengan cara menuntut kualitas lebih tinggi atau menekan harga. Kelompok pembeli kuat apabila (a) membeli dalam jumlah besar; (b) produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak terdiferensiasi; (c) produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli; (d) pembeli menerima laba yang rendah; (e) produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli; (f) produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli; (g) pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik. d. Produk Substitusi Produk atau jasa substitusi dapat membatasi potensi suatu industri dengan menetapkan batas harga tertinggi (ceiling price). Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri dapat terancam. Produk pengganti yang secara strategik layak diperhatikan 18 adalah produk yang (a) kualitasnya mampu menandingi kualitas produk industri atau (b) dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. Produk pengganti seringkali masuk dengan cepat ke dalam industri jika terjadi persaingan yang ketat dalam industri mereka sendiri yang mengakibatkan turunnya harga atau naiknya kinerja. c. Lingkungan Operasional Lingkungan operasional terdiri dari faktor-faktor dalam situasi persaingan yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasanya secara menguntungkan. Beberapa diantara faktor-faktor ini yang terpenting adalah posisi bersaing perusahaan, komposisi pelanggan, reputasi di mata pemasok dan kreditor, serta kemampuan menarik karyawan yang berkemampuan. Lingkungan operasional biasanya jauh lebih dapat dikendalikan perusahaan dibandingkan lingkungan jauh, sehingga perusahaan dapat jauh lebih proaktif dalam menanganinya. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Analisis internal harus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Berdasarkan kesesuaian antara kekuatan dan peluang pasar yang ada, para manajer perusahaan pada akhirnya dapat mengembangkan serangkaian langkah strategik perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan membutuhkan pengumpulan dan pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta operasi sistem informasi manajemen perusahaan. Dibandingkan dengan analisis eksternal, audit internal memberikan kesempatan lebih luas bagi para partisipan untuk memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka dapat berfungsi secara tepat dalam organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu melakukan analisis internal merupakan sarana yang sangat bagus untuk memperbaiki proses komunikasi dalam organisasi. Komunikasi merupakan bagian penting di dalam sebuah manajemen. David (2009) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis lingkungan internal, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1. Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan guna mendukung perkembangan perusahaan, diantaranya sumberdaya manusia, sumberdaya produksi, sumberdaya keuangan, pemasaran serta penelitian dan pengembangan. Suatu sumberdaya agar dapat bernilai, hendaknya memiliki indikator-indikator empiris, yaitu langka, sulit ditiru, atau sulit dicarikan penggantinya. Tiga karakteristik sumberdaya tersebut memampukan sebuah perusahaan untuk menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan keefektifan sehingga mempunyai keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. 2. Perpaduan Strategi dan Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota organisasi dan akan membentuk 19 perilaku orang-orang di dalamnya. Budaya sangat resisten terhadap perubahan sehingga dapat merepresentasikan kekuatan atau kelemahan terbesar perusahaan. Dimensi budaya organisasi merasuki seluruh area fungsional bisnis. Proses manajemen strategis sebagian besar terjadi di dalam suatu budaya organisasi tertentu. Jika strategi mampu mendayagunakan kekuatan budaya, seperti etika kerja yang kuat atau keyakinan etis yang dijunjung tinggi, manajemen sering kali dapat dengan cepat dan mudah menerapkan perubahan. Namun apabila budaya perusahaan tidak suportif, perubahan strategi bisa jadi tidak efektif atau bahkan kontraproduktif. Budaya perusahaan dapat menjadi antagonistik bagi strategi baru, mengakibatkan kebingungan dan disorientasi. Budaya perusahaan harus mampu membangkitkan antusiasme untuk menerapkan strategi. 3. Manajemen Fungsi manajemen dalam suatu perusahaan menjadi penting karena dapat menggambarkan pola hubungan di dalam perusahaan, peraturan dan hubungan antar individu, dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas pokok: perancangan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Perpaduan aktivitas tersebut secara efisien bagi perusahaan akan membantu dalam mengembangkan atau memilih pendekatan penilaian kinerja yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Kerangka Operasional Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Tahapan dimulai dari hal mendasar yang harus diketahui seperti visi dan misi perusahaan hingga rekomendasi bentuk kegiatan yang dapat disarankan dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, pemasok, produk pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha PT. Suri Tani Pemuka memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi PT Suri Tani Pemuka didalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, ancaman atau peluang. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternative strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan 20 ancaman. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai alat analisis nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan perusahaan dilihat dari nilai/skor totalnya (Total Actractiveness Score/TAS). Skor tertinggi dalam QSPM menunjukkan bahwa alternatif tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan oleh perusahaan. Sistem operasional ini dapat dilihat dari gambar. Bagan kerangka operasional Visi dan misi perusahaan -Fluktuasi produksi -Fluktuasi penjualan -Pengoptimalan produksi Faktor Eksternal dengan Matriks EFE - Faktor Ekonomi - Faktor Sosial,Budaya, Demografi & lingkungan - Faktor Politik dan Kebijakan pemerintah - Faktor Teknologi - Faktor Kompetitif Faktor Internal dengan Matriks IFE - Faktor manajemen - Faktor keuangan - Faktor produksi dan operasi - Faktor pemasaran - Faktor penelitian dan Pengembangan - Faktor sistem informasi (Matriks IE) Analisis posisi dan (Matriks SWOT) Formulasi strategi (Matriks QSPM) Pemilihan strategi terbaik untuk PT Suri Tani Pemuka Rekomendasi yang disarankan untuk perusahaan Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional 21 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di unit tambak udang vannamei Bomo I PT Suri Tani Pemuka yang bertempat di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pemilihan lokasi sengaja dilakukan dengan pertimbangan bahwa PT Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan atau tempat pembesaran udang vannamei yang mempunyai skala besar di Kabupaten Banyuwangi. Pengumpulan data ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2016. Metode Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Dalam analisis ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya (David, 2009). Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden internal PT. Suri Tani Pemuka unit tambak Bomo I Banyuwangi, yaitu Head of Unit atau Manajer Puncak Unit, Manajer Produksi, Manajer Finance & Accounting dan Manajer Personal & General Affair. Adanya keterlibatan empat pihak pengambil keputusan dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan Head of Unit, Manajer Produksi, Manajer Finance & Accounting, Manajer Personal & General Affair dan melalui pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, literatur, kementrian kelautan dan perikanan, Badan Pusat Statistik (BPS), dinas perikanan, dinas perindustrian dan perdagangan. Serta penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik pengamatan langsung (observasi), wawancara, dan pengisian kuisioner pada usaha budidaya udang vannmaei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Metode lain dilakukan dengan cara studi pustaka sebagai acuan penulisan terkait permasalahan yang diangkat oleh penulis. Observasi, wawancara dan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. 22 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan metode pengolahan data secara kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaan dengan beberapa pendekatan guna mendapatkan alternatif strategi perusahaan. Metode pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan konsep manajemen strategi. Analisis yang digunakan adalah analisis tiga tahap formulasi strategi yaitu tahap pengumpulan data (Input Stage), tahap pencocokan (Matching Stage) dan tahap pengambilan keputusan (Decision Stage). Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data internal dan data eksternal. Data yang terkumpul diperoleh dari berbagai responden yang terkait dengan kajian penelitian yang akan dilakukan. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Responden dipilih dari pihakpihak internal perusahaan yang berkompeten dan memahami perkembangan perusahaan/industri terkait. Responden dari pihak internal yaitu Head of Unit, manajer produksi, manajer finance & accounting dan manajer personal & general affair dari PT Suri Tani Pemuka, karena responden tersebut merupakan pengambil keputusan dalam menetapkan strategi yang akan dijalankan dalam kegiatan usahanya. Data yang diperoleh diterjemahkan secara deskriptif sesuai analisis lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan guna menyusun matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman. Gabungan dari matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks IE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terbobot dari matriks IE. 1. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Menurut David (2004), matriks External Faktor Evaluation (EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan: 1. Membuat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. Masukkan dari total 10 hingga 20 faktor termasuk peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Menuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman. 2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0. 23 3. Memberikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, dan 1 = respon perusahaan jelek. Peringkat didasari atas efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based) sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based). Ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4. 4. Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan skor pembobotan. 5. Menjumlahkan nilai skor pembobotan dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai skor pembobotan bagi organisasi. Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Matriks External Faktor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks Eksternal Faktor Evaluation Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan Peluang 1..... 2..... 3..... ....... Ancaman 1..... 2..... 3..... ....... Total Sumber: David 2004 2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan 24 mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan untuk mengembangkan matriks IFE, jadi kemunculan pendekatan ilmiah tidak seharusnya diartikan bahwa ini adalah teknik yang sangat luar biasa. Pemahaman yang baik atas faktor-faktor yang dimasukkan lebih penting dari pada angka yang sebenarnya. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap: 1. Menuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. Menggunakan 10 hingga 20 faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Menuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. 2. Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masingmasing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang diangap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Dalam pemberian peringkat, terdapat ketentuan dimana kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri. 4. Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan rata-rata skor pembobotan untuk masing-masing variabel. 5. Menjumlahkan rata-rata pembobotan untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata pembobotan untuk organisasi. Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total rata-rata bobot berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,0-2,99. Total rata-rata bobot di bawah 2,0-2,99 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,0-2,99 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh terhadap kisaran total rata-rata bobot karena bobot selalu berjumlah 1,0. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) dapat dilihat pada Tabel 5. 25 Tabel 5 Matriks Internal Faktor Evaluation Faktor Internal Strategis Bobot Rating Skor Pembobotan Kekuatan 1..... 2..... 3..... ....... Kelemahan 1..... 2..... 3..... ....... Total Sumber: David 2004 3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu perusahaan tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stakeholder dengan menggunakan metode ”paired comparison”. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal Bentuk penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6, cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai masing-masing variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : 𝑎𝑖 = 𝑋𝑖 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 Keterangan : Xi = nilai variabel ke-i ∑Xi = total nilai variabel I = A, B, C,.... Z Sumber : Kinnear (1996) Bentuk penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. 26 Tabel 6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Penentu A B C D ... Total A B C D ... Total 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑖=1 Sumber : David (2004) Sedangkan Tabel 7 untuk penilaian bobot faktor strategis internal. Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor Penentu A B C D ... Total A B C D ... Total 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑖=1 Sumber : David (2004) Tahap Pencocokan Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan memanfaatkan semua informasi tersebut. Model yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threats) (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan peluang (S-O Strategies), strategi kelemahan - peluang (W-O Strategies), strategi kelemahan - ancaman (W-T Strategies) dan strategi kekuatan - ancaman (S-T Strategies). Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut : a. Strategi S-O, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 1. Matriks Internal-External (IE) 27 Menurut David (2004), Matriks Internal-Eksternal (IE) memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel, diilustrasikan dalam Gambar 4. Matriks IE menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Total rata-rata tertimbang yang diturunkan dari masing-masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat korporasi. Pada sumbu x dari matriks IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi ini. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX adalah tuai atau divestasi. TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL 4,0 Tinggi 3,0-4,0 TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL Kuat 3,0-4,0 3,0 Rata-Rata 2,0-2,99 2,0 Rendah 1,0-1,99 I II III IV V VI VII VIII IX 1,0 3,0 Sedang 2,0-2,99 2,0 Rendah 1,0-1,99 1,0 Gambar 4 Matriks IE Sumber : David, 2004 2. Matriks Strengths-Weakness-Opportunities-Threat (SWOT) Analisis SWOT merupakan cara yang sistematis untuk mengidentifikasikan faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara berbagai alternatif strategi yang ada berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, 28 dan ancaman. Melalui analisis ini, memungkinkan pengguna Matriks SWOT untuk menentukan alternatif strategi berdasarkan kombinasi faktor internal dan eksternalnya. Melalui analisis SWOT, para pengambil keputusan dapat menyadari bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tujuan organisasi, baik berpengaruh positif maupun negatif. Sehingga dengan menggunakan Matriks SWOT, semua organisasi baik kecil maupun besar dapat membuat alternatif strategi sesuai dengan apa yang dimiliki organisasi dengan mempertimbangkan kondisi luar. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Melalui analisis SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi yang kemudian akan dijabarkan menjadi beberapa rekomendasi program dalam bentangan arsitektur strategi yang merupakan tahap akhir. Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategi, yaitu : 1. Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih atau memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. 2. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini bertujuan untuk memperkecil maupun memperbaiki kelemahankelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal. 3. Strategi ST (Strength-Threat) Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. 4. Strategi WT (Strength-Weakness) Strategi ini merupakan teknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman. Pada umumnya, perusahaan menerapkan strategi WT ketika berada pada posisi yang berbahaya. Gambar 5 Matriks SWOT Sumber : David (2004) 29 Tahap Pengambilan Keputusan Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Matriks QSP QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau matriks perencanaan strategi alternatif adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004). QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. QSPM diilustrasikan dalam Tabel 8. Tabel 8 QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Faktor Kunci Bobot Strategi 1 AS TAS Alternatif Strategi Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS 1............ 2............ Total Sumber : David (2004) Langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat QSPM adalah: 1. Membuat daftar peluang dan ancaman kunci eksternal dan kekuatan serta kelemahan kunci internal perusahaan dalam kolom kiri dari QSPM. 2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE. 3. Evaluasi matriks Tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. 4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores- AS), yang didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1-4, dimana 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. 5. Hitung total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores- TAS) yaitu dengan mengalikan bobot dengan Nilai Daya Tarik dalam masing-masing baris. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik maka semakin menarik alternatif strategi tersebut. Hitung penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) mengindikasikan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. 30 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan PT. Suri Tani Pemuka berdiri sejak tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan tambak udang terintegrasi pertama di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya oleh Japfa comfeed Indonesia. Perusahaan ini memiliki bisnis utama pada pengolahan dan produksi pakan ikan dan udang. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki usaha terintegrasi lainnya yaitu pembenihan dan pembesaran komoditas ikan maupun udang. Usaha ini disebut terintegrasi karena pemasok pakan, benih dan keputusan pemasaran dikendalikan oleh kantor PT. Suri Tani Pemuka masing-masing cabang dimana tambak berada. Kantor pusat PT. Suri Tani Pemuka terletak di Jakarta, namun memiliki cabang atau unit di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Salah satunya berada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. PT. Suri Tani Pemuka yang terletak di Kab. Banyuwangi selain mempunyai pabrik untuk mengolah pakan komoditas perikanan, mereka juga memiliki unit usaha pembesaran ikan dan udang yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur. Unit usaha pembesaran atau budidaya mereka selain terletak di Banyuwangi juga berada di Situbondo, yang memiliki tambak budidaya berbagai jenis ikan dan Probolinggo, yang membudidayakan udang windu. Unit yang terletak di Banyuwangi sendiri memiliki usaha budidaya udang dan ikan pada dua lokasi berbeda, yaitu usaha budidaya udang vannamei di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, dan usaha budidaya campuran antara udang windu dan ikan terletak di Kecamatan Sobo, Kabupaten Banyuwangi. Unit usaha tambak budidaya PT. Suri Tani Pemuka di Desa Bomo telah dibuka pada tahun 1990 dengan udang windu sebagai komoditas yang dibudidayakan. Tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an komoditas udang windu memang menjadi primadona bagi para petambak udang. Tingginya permintaan dunia akan udang windu dan harga jual yang terus meningkat saat itu menjadi alasan utama maraknya usaha budidaya tambak udang windu. PT. Suri Tani Pemuka membuka sepuluh kolam produksi udang windu di Desa Bomo pada tahun 1990-2000. Namun dikarenakan serangan penyakit udang windu secara global dan beberapa faktor lain mengakibatkan produksi serta harga jual udang windu menurun drastis setiap tahunnya setelah tahun 2000. Hal tersebut juga berimbas pada tambak yang diusahakan oleh PT. Suri Tani Pemuka hingga puncaknya terjadi pada tahun 2005 dimana tambak yang terletak di Desa Bomo harus tutup karena kegagalan produksi dan mengalami kerugian yang cukup besar. Setelah itu pada tahun 2010, PT. Suri Tani Pemuka kembali membuka usaha budidaya udang di Desa Bomo dengan mengganti komoditas menjadi udang vannamei. Hal tersebut merupakan respon perusahaan melihat tingginya angka permintaan untuk komoditas udang vannamei di dunia. Pergeseran permintaan dunia akan komoditas udang dari windu menjadi vannamei ini juga tak luput dari perhatian perusahaan. Harga ekspor udang vannamei yang terus meningkat telah mendorong upaya penggenjotan produksi udang nasional. Udang vannamei yang memiliki keunggulan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi daripada udang windu, langsung menjadi 31 primadona baru bagi bisnis budidaya tambak udang di Indonesia. Daya tarik tersebut memicu optimisme pelaku usaha tambak untuk mengusahakan budidaya vannamei. Banyak petambak baru dengan lahan baru yang mulai semangat melakukan budidaya udang vannamei. Selain itu, beberapa petambak juga memanfaatkan tambak idle (nganggur) untuk memulai budidaya vannamei atau mengalihfungsikan tambak tradisional menjadi semi intensif atau intensif. Hal itu juga yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka. Tahun 2010-2011 tambak PT. Suri Tani Pemuka di Desa Bomo memulai kembali usaha budidaya udang dengan mengusahakan lima kolam produksi budidaya. Selanjutnya dengan semakin berkembangnya usaha budidaya udang vannamei ini, PT. Suri Tani Pemuka menambah jumlah kolam menjadi 12 pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2012-2014, PT. Suri Tani Pemuka kembali menambah lima kolam, hingga pada tahun 2015 sampai saat ini, jumlah kolam produksi telah mencapai 25. Bahkan PT. Suri Tani Pemuka masih memiliki 12 kolam non-produksi lainnya dan saat ini memiliki total luasan lahan produksi mencapai 83 833 𝑚2 . Letak dan Lokasi Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Unit Banyuwangi terletak di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Visi, Misi, dan Tujuan Visi dari PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha budidaya udang vannamei ini adalah “Berpartisipasi dalam penyediaan sumber protein hewani yang sehat bagi dunia, serta perkembangan perekonomian Indonesia melalui pemasukan devisa”. Misi dari PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha budidaya udang vannamei adalah: 1. Memproduksi sumber protein hewani yang berasal dari aktifitas akuakultur, yaitu udang dan ikan 2. Produktivitas yang tinggi dan efisien 3. Terus menerus mengembangkan ilmu dan teknologi dalam menunjang produktivitas 4. Mensejahterakan stakeholder, termasuk karyawan Tujuan dari usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah menjadi etalase produk akuakultur yaitu udang dan ikan yang memiliki kualitas prima sebagai upaya penyediaan sumber protein hewani dan pemasukan devisa bagi Indonesia dengan berbasis profit social oriented. Struktur Organisasi Organisasi dan manajemen merupakan salah satu faktor penting bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya usahanya. Struktur yang baik dapat mempengaruhi kemajuan suatu organisasi. Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara setiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan. 32 Susunan struktur organisasi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo terdiri dari Head of Unit atau manajer puncak yang memiliki fungsi kontrol penuh terhadap usaha dan sebagai pengambil keputusan akhir. Head of Unit dibantu oleh satu orang deputi dan membawahi beberapa manajer bagian, yaitu bagian produksi, bagian finance & accounting (F&A), bagian personal & general affair (PGA), dan bagian mechanic & engineering (ME). Masing-masing bagian tersebut memiliki staff dengan jumlah berbeda tergantung porsi yang dibutuhkan. Staff bertugas untuk membantu kepala bagian dan menjadi penghubung kepada karyawan masing-masing bagian. Bagian produksi mempunyai staff paling banyak yaitu empat orang, kemudian F&A mempunyai tiga orang staff, serta PGA dan ME masing-masing satu orang.. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki total karyawan sejumlah 55 orang dan sebagian besar merupakan masyarakat sekitar Desa Bomo. Penjelasan mengenai struktur organisasi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 6. Head of Unit Deputi Head of Unit Kepala Bagian Produksi Kepala Bagian Finance & Accounting Staff Staff Staff Staff Staff Staff Kepala Bagian Personal & General Affair Staff Kepala Bagian Mechanic & Engineering Staff Staff Karyawan Gambar 6 Struktur Organisasi PT. STP Banyuwangi Unit Tambak Bomo 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis lingkungan perusahaan merupakan proses yang dilakukan dengan tujuan membantu dalam memberikan informasi dan dasar yang dibutuhkan dalam kegiatan perumusan strategi. Tujuan dari analisis ini adalah mengidentifikasi lingkungan-lingkungan yang mempengaruhi jalannya suatu perusahaan. Analisis lingkungan perusahaan dapat dibagi atas dua lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Hal tersebut digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap usaha budidaya udang vannmei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan keadaan yang terdapat pada lingkungan yang berasal dari dalam usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo yang dapat dikendalikan dan memengaruhi keberlangsungan usaha. Lingkungan internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta terbagi ke dalam enam aspek utama. Melalui hasil wawancara dengan kuisioner kepada pengambil keputusan dalam usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi, maka dapat diketahui faktor-faktor internal apa saja yang dimiliki oleh usaha tersebut. Manajemen PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan ternama di Indonesia dan secara umum memiliki struktur organisasi serta sistem ketenagakerjaan yang baik sesuai dengan jobdesk masing-masing bagiannya. Hal tersebut juga berlaku di unit tambak Bomo PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Total karyawan yang ada berjumlah 55 orang dengan variasi tingkat pendidikan sekolah dasar hingga sarjana dan mayoritas karyawan adalah masyrakat sekitar Desa Bomo. Karyawan tersebut memiliki rata-rata jam kerja 8 jam per hari dengan gaji dan upah minimum UMR Kabupaten Banyuwangi yakni sekitar Rp 1 599 000. Selain itu para karyawan juga masih mendapat tunjangan kesehatan serta insentif tambahan sebagai imbalan untuk produktivitas yang dihasilkan. Sistem perekrutan karyawan pada PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak dilakukan melalui tes baik dari administrasi maupun lisan dan dipilih sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja oleh perusahaan. Struktur organisasi unit tambak Bomo PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terbagi menjadi lima level manajemen mulai dari pimpinan unit, deputi pimpinan unit, kepala bagian, staff hingga karyawan. Pimpinan unit usaha atau biasa disebut Head of Unit memiliki wewenang untuk mengatur segala kegiatan yang akan dilakukan oleh unit dan bertanggung jawab atas segala keputusannya. Sebagai pimpinan unit dan selaku pengambil keputusan, Head of Unit dibantu oleh deputinya memiliki fungsi manajemen yaitu perencanaan (Planning) dalam penentuan strategi ke depannya. Pengorganisasian (Organising) di tugaskan kepada kepala bagian personal & general affair dan produksi terkait keputusan ketenagakerjaan ataupun penentuan waktu produksi, jumlah densitas tebar, 34 perlakuan selama produksi hingga masa panen udang vannamei. Namun pemberian keputusan atau penugasan tetap dikendalikan oleh Head of Unit secara umum. Kepala bagian produksi juga memiliki fungsi dalam kegiatan pelaksanaan (Actuating) terkait segala keputusan di lapangan yaitu dapat memastikan pelaksanaan produksi budidaya udang vannamei dapat berjalan baik, tidak terjadi masalah serius, hingga pada waktu panen mampu dihasilkan produk udang vannamei yang berkualitas dan memiliki produktivitas tinggi. Tentu saja Head of Unit juga memiliki peran pengendalian (Controlling) terkait dengan segala aktivitas yang terjadi di dalam unit budidaya udang vannamei ini. Selain itu, kepala bagian finance & accounting juga memiliki peran pengendalian untuk keuangan unit, mengatur segala pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan selama satu periode produksi. Kerjasama tim yang bagus, pencatatan administrasi yang baik dan saling mengetahui jobdesk masing-masing bagian menjadi kunci utama keberhasilan unit usaha tambak Bomo sehingga selama ini belum ditemukan adanya kendala dalam aspek manajemen Pemasaran Bauran pemasaran yang dilakukan oleh unit usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terbagi menjadi empat, mulai dari produk, tempat, harga, dan promosi yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Produk (Product) PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki hasil produksi yang sama dengan tambak udang secara umum. Kualitas produk udang vannamei secara umum terbagi menjadi tiga kategori yakni Fresh, Moulting, dan Undersize. Untuk mencapai target keuntungan dan mendapatkan harga jual yang tinggi, tambak milik PT. Suri Tani Pemuka selalu berusaha menghasilkan produk udang dengan kualitas Fresh atau kualitas terbaik pada setiap periode produksinya. Akan tetapi, usaha tambak Bomo beberapa kali juga menghasilkan kualitas Moulting dan Undersize. 2. Tempat (Place) Tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berada di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara geografis Desa Bomo merupakan lokasi strategis untuk budidaya udang vannamei. Sistem distribusi yang biasa dilakukan oleh unit usaha adalah pembeli yang secara langsung mendatangi tambak untuk melakukan negosiasi ataupun mengangkut langsung hasil panen udang vannamei. Pembeli biasanya mendatangkan satu buah truk pengangkut udang yang mampu menampung sekitar satu hingga dua ton hasil panen udang. Akses yang mudah menuju tambak juga menjadi salah satu keunggulan tambak milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. 3. Harga (Price) Harga jual udang vannamei secara global selalu mengalami fluktuasi. Maka dari itu usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menetapkan harga jual dasar udang vannamei berdasarkan harga variabel produksi dan penetapan harga jual akhir berdasarkan keseimbangan supply demand udang vannamei secara global. Pada tahun 2015 lalu, unit tambak Bomo menjual udang vannamei dengan kualitas fresh seharga Rp 57 000/kg. Sedangkan kualitas moulting dijual dengan harga 75% dari harga fresh 35 yakni sekitar Rp 42 750/kg dan kualitas undersize memiliki harga jual sebesar Rp 39 000/kg. Secara rata-rata, penjualan udang vannamei unit tambak Bomo pada tahun 2015 senilai Rp 63 000/kg dengan hasil produksi sebanyak 240 ton. 4. Promosi (Promotion) Bisnis udang vannamei merupakan bisnis yang mampu menarik minat pembeli tanpa diperlukan strategi promosi khusus. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan global akan komoditas udang vannamei. PT. Suri Tani Pemuka melakukan kegiatan promosi hanya dengan penyebaran informasi dari mulut ke mulut dan telah memiliki pelanggan tetap yang menampung hampir seluruh hasil panen produksinya. Saluran pemasaran yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terbilang sederhana karena hanya merupakan dua pilihan, yaitu menjualnya kepada PT. Mega Marine Pride sebagai ekportir atau menjual kepada pembeli lokal di Pulau Bali dan seluruh Pulau Jawa. Seluruh hasil produksi udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka dijual dalam bentuk segar dan 90% produk dijual kepada eksportir yaitu PT. Mega Marine Pride yang merupakan kualitas fresh dan sebagian kualitas moulting. Negara tujuan utama ekspor udang vannamei ini antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa. Sedangkan kualitas undersize dijual kepada pembeli lokal di Pulau Bali dan seluruh Pulau Jawa. Dalam pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka tidak terdapat distributor atau perantara. Para pembeli bahkan langsung datang ke tambak untuk melakukan pengangkutan hasil panen udang vannamei. Kendala utama untuk pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka adalah tidak tercapainya ukuran dan kualitas udang yang standar untuk ekspor, sehingga udang dengan kualitas undersize hanya dapat dijual di pasar lokal dan mengakibatkan rendahnya pendapatan hasil penjualan. Keuangan Unit usaha tambak merupakan usaha integrasi PT. Suri Tani Pemuka. Oleh karena itu, modal awal berdirinya usaha tambak ini berasal dari internal perusahaan. Namun dalam menjalankan seluruh kegiatan operasional budidaya yang berkelanjutan, unit tambak menggunakan sumber keuangan yang berasal dari hasil penjualan produksi. Hal tersebut mengakibatkan unit tambak mampu berjalan mandiri tanpa adanya bantuan keuangan dari internal perusahaan. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak memiliki bagian khusus untuk menjalankan fungsi keuangannya yakni divisi Finance & Accounting (F&A). Divisi F&A befungsi untuk mengontrol sistem manajemen keuangan unit usaha tambak. Hal yang diperhatikan oleh divisi F&A ialah sistem penerimaan dan pengeluaran, investasi yang dilakukan, dan kepemilikan aset oleh unit usaha tambak. Sebagai fungsi kontrol keuangan, F&A juga bertugas menjadi kasir bagi unit usaha tambak yang harus mempertanggung jawabkan laporan keuangan setiap seminggu sekali kepada Head of Unit selaku pimpinan, yang berisi data terkait kegiatan operasional, penyusutan, utang piutang dan pembebanan setiap divisi yang ada. Selain memiliki fungsi kontrol keuangan, divisi F&A juga ditugaskan mengatur sistem pemasaran dan menentukan siapa pembeli yang akan membeli 36 hasil produksi unit usaha. Penentuan pembeli didasarkan pada loyalitas, penawaran harga yang menarik, dan tingkat kelancaran pembayaran. Operasional Kegiatan operaional merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka. Kualitas udang vannamei yang dihasilkan bergantung kepada bagaimana pelaksanaan sistem operasionalnya. Hasil yang berkualitas tentu akan meningkatkan harga jual udang. Seluruh kegiatan mulai dari persiapan kolam, proses budidaya, hingga panen memerlukan waktu sekitar lima bulan. Unit tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi di Desa Bomo memiliki total kolam produksi sebanyak 25 yang mempunyai kontruksi kolam yang berbeda. Sebanyak 14 kolam berkontruksi dasar menggunakan plester atau semen, sedangkan 11 lainnya menggunakan plastik atau terpal untuk kontruksinya. Tahapan budidaya udang vannamei terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a. Pembersihan kolam Tahapan awal dalam memulai budidaya udang vannamei adalah membersihkan kolam produksi terlebih dahulu. Pembersihan kolam dilakukan untuk mensterilkan kolam dari segala sesuatu yang dapat mengganggu sistem budidaya. Kolam yang telah digunakan untuk proses produksi pada periode sebelumnya, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum kembali diisi air. b. Pengisian air Setelah kolam dirasa siap untuk dilakukan proses produksi, maka kolam akan diisi air. Air tambak diisi dengan cara menyedot air laut dan dimasukkan ke dalam saluran tambak. Ketinggian air rata-rata adalah 1,6 m namun pengisian air juga tergantung kepada jumlah benih yang akan ditebar dan sistem budidaya yang akan dilakukan. c. Penebaran benih Setelah petak diisi air dan masa perendaman selesai, tiap petak kolam akan ditebar benih udang vannamei dengan kepadatan yang berbeda-beda. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha tambak Bomo menggunakan sistem budidaya intensif dan semi intensif. Namun perusahaan juga sudah mencoba sistem super intensif untuk tahun 2016 ini. Sistem semi intensif memiliki range kepadatan (density) tebar 80 – 100 ekor/𝑚2 sedangkan sistem intensif memiliki range 150250 ekor/𝑚2 dan lebih dari 250 ekor/𝑚2 untuk super intensif (sumber: Dirjen Perikanan Budidaya). Sementara itu unit usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka memiliki kepadatan tebar sebanyak 180 ekor/𝑚2 untuk kolam dengan kontruksi plester, dan kepadatan tebar sebesar 120 ekor/𝑚2 untuk kolam kontruksi plastik. d. Proses budidaya Proses budidaya merupakan bagian terpenting untuk menghasilkan hasil produksi yang berkualitas. Dalam proses budidaya terdapat beberapa kegiatan seperti pemberian pakan, pemakaian prebiotik guna mencegah terserang penyakit, kontrol kualitas air, dan pengoptimalan penggunaan kincir. Proses budidaya ini berlangsung sekitar empat bulan hingga udang vannamei dapat di panen secara total. e. Pemanenan Udang vannamei dapat dipanen secara total dalam kurun waktu rata-rata empat bulan dari proses budidaya. Akan tetapi, PT. Suri Tani Pemuka sudah melakukan pemanenan secara partial atau sebagian pada kurun waktu dua bulan setelah proses 37 budidaya. Pemanenan secara partial dilakukan untuk mengefisiensikan waktu dan tenaga yang diperlukan daripada menumpuk dan menunggu panen secara total. f. Penjualan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha tambak Bomo memiliki pelanggan tetap untuk kualitas fresh dan moulting yaitu PT. Mega Marine Pride yang merupakan salah satu eksportir komoditas perikanan Indonesia. Hasil produksi yang dijual oleh PT. Suri Tani Pemuka berbentuk udang segar dimana negara tujuan ekspor utamanya antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa. Sedangkan kualitas undersize dijual kepada pembeli lokal di Pulau Bali dan seluruh Pulau Jawa. Permintaan yang begitu tinggi akan hasil produksi udang vannamei menyebabkan pembeli bahkan datang langsung ke tambak untuk membeli hasil produksi sesaat setelah panen. Ketersediaan sarana operasional di unit tambak Bomo secara umum telah terpenuhi dengan baik. Seluruh sarana operasional yang dimiliki unit tambak didapat dari daerah Jawa Timur dengan sistem pengadaan yang juga berjalan lancar. Kendala utama yang dihadapi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha tambak Bomo dari segi operasional adalah serangan penyakit yang seringkali menghambat proses budidaya udang vannamei. Penyakit udang yang sering dihadapi usaha tambak Bomo adalah White Feses Desease (WFD) dan Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV), sehingga perusahaan sering dihadapkan pada permasalahan rendahnya harga jual udang karena kualitas yang tidak sesuai dengan standar mutu. Penelitian dan Pengembangan Aspek penelitian dan pengembangan yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo adalah terus mencoba meningkatkan sistem budidaya dari intensif menjadi super intensif. Pada semester I tahun 2016 ini, perusahaan mencoba menambah density tebar benih dari yang semula rata-rata 180 ekor/𝑚2 meningkat menjadi 600 ekor/𝑚2 . Hal ini dilakukan karena permintaan secara global udang vannamei yang setiap tahun meningkat dan target perusahaan yang juga bertambah pesat setiap pergantian tahun. Tentu saja peningkatan sistem budidaya tersebut memiliki risiko yang tinggi akan kegagalan. Oleh karena itu, PT. Suri Tani Pemuka juga terus mencoba mengembangkan sistem budidaya super intensif tersebut di kolam produksi yang khusus digunakan sebagai percobaan atau Training Centre di Desa Sobo, Kabupaten Banyuwangi. Perbaikan proses produksi dilakukan dengan cara terus mengupdate setiap informasi dan teknologi yang dapat membantu perusahaan meningkatkan kuantitas serta kualitas udang vannamei. Sistem Informasi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki penanganan aspek informasi yang baik. Head of Unit dibantu dengan divisi PGA melakukan update informasi dan teknologi secara berkala untuk meningkatkan kualitas hasil produksi perusahaan. Selain itu, penambahan wawasan serta informasi bisa didapatkan dari perkumpulan petambak udang di Banyuwangi atau di Jawa Timur. Sehingga banyak faktor yang bisa dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas pada aspek informasi. 38 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan keadaan yang terdapat pada lingkaran lingkungan luar usaha PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo. Lingkungan eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun keberadaannya dapat memengaruhi usaha. Dengan melihat lingkungan eksternal yang ada, maka akan terlihat bagaimana respon dan reaksi perusahaan untuk mengatasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi. Lingkungan ini terbagi kedalam lima aspek utama dimana informasi diperoleh melalui wawancara dan kuisioner kepada pengambil keputusan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Penjelasan dari lingkungan eksternal yang dimiliki adalah sebagai berikut. Ekonomi Menurut Head of Unit tambak Bomo selaku pimpinan unit, keadaan ekonomi di Indonesia dan secara global, sedikit banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan bisnis udang vannamei perusahaan. Harga jual udang vannamei yang terus menerus berfluktuasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk memasarkan produknya. Fluktuasi harga udang vannamei tersebut dikarenakan persoalan pasokan dan permintaan udang serta nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah. Lesunya perekonomian Amerika Serikat juga berpengaruh pada penurunan permintaan udang, sebab masyarakat Amerika Serikat merupakan konsumen nomor satu komoditas udang. Selain harga jual udang, keadaan perekonomian di Indonesia yang mampu memengaruhi usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah kenaikan UMR daerah. Seluruh karyawan PT. Suri Tani Pemuka memiliki upah mininmum UMR, sehingga kenaikan upah yang signifikan dapat meningkatkan beban biaya perusahaan. Pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2016 ini merupakan sarana perjuangan dan persaingan dengan negara ASEAN lainnya di pasar internasional karena sebagian besar udang dipasok dari negara ASEAN. Namun ini juga menjadi peluang baik untuk mengembangkan bisnis udang vannamei Indoensia di tingkat internasional. Di tengah ancaman serangan penyakit Early Mortality Syndrome (EMS) yang melanda banyak negara produsen udang, produksi udang Indonesia justru mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki biosekuriti budidaya udang yang lebih bagus dibanding negara produsen udang lain. Produk udang Indonesia lebih unggul jika dibanding dengan negara Vietnam yang terkena penyakit EMS. Tambak udang di Vietnam sebagian besar masih memiliki sistem semi intensif sementara tambak di Indonesia sudah banyak yang memberlakukan sistem intensif bahkan super intensif. Beberapa faktor tersebut harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tambak PT. Suri Tani Pemuka untuk meningkatkan daya saing, produktivitas, kualitas, serta memperluas pasar udang vannamei perusahaan. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Pemilihan Desa Bomo di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi sebagai lokasi pengembangan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di dasarkan pada kondisi lingkungan yang sangat cocok dan sesuai untuk budidaya udang vannamei. Banyak faktor yang diperhatikan dalam memilih lahan tambak 39 udang, diantaranya kondisi perairan harus dalam keadaan masih bagus bahkan alami, lokasi yang strategis, akses menuju ke lokasi tambak yang mudah dijangkau dan perijinan lahannya harus jelas agar di kemudian hari tidak terjadi masalah sengketa lahan. Keberadaan unit usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi ini secara tidak langsung meninigkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Desa Bomo karena sekitar 80% karyawan perusahaan merupakan penduduk setempat. PT. Suri Tani Pemuka juga rutin melakukan kegiatan sosial tiap tahunnya bagi masyarakat sekitar Desa Bomo. Kegiatan sosial tahun 2016 ini yang akan diadakan antara lain program penghijauan lingkungan dan petik laut, yang merupakan ritual adat bagi masyarkat pesisir laut di Kabupaten Banyuwangi. Tanggung jawab sosial lain yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka yaitu terus berusaha mengurangi dampak degradasi lingkungan yang terjadi akibat limbah yang dihasilkan tambak. Politik, Pemerintah dan Hukum Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan terus menargetkan peningkatan produksi udang di Indonesia. Hal ini dikarenakan pemintaan udang di dunia juga semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Dirjen Perikanan Budidaya dalam mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan benih unggul yang tahan terhadap segala penyakit di berbagai cuaca. PT. Suri Tani Pemuka yang merupakan perusahaan yang terintegrasi antara benih, pakan, dan tambak udang jelas menanggapi positif upaya dari pemerintah karena dengan benih yang unggul, akan menghasilkan produk yang unggul pula ketika panen. Namun pemerintah juga tidak hanya mendorong, melainkan juga menggunakan pengaruhnya untuk menata. Pemantapan kebijakan tata ruang dapat melindungi keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, seperti memastikan kualitas air yang bersih dan lingkungan di sekitar sentra budidaya udang. Sinergi berupa dukungan dari lembaga keuangan dengan usaha hilir di desa serta menjamin ketersediaan pasar berkeadilan untuk menyerap berbagi produk perikanan, termasuk udang juga turut diperlukan. Monitoring terhadap pencegahan berbagai penyakit yang kerap menyerang udang juga tak kalah penting untuk dilakukan guna mengurangi hambatan untuk menghasilkan produk udang yang berkualitas. Pemerintah daerah juga turut memberikan andil dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dengan menerapkan kebijakan ketenagakerjaan yang memengaruhi keberlangsungan usaha. Penetapan kontrak dan upah minimum regional yang jelas mampu mengurangi permasalahan yang akan timbul di perusahaan. Selain itu, perangkat pemerintahan desa juga turut andil dalam menjaga kemanan dan ketentraman lingkungan lokasi tambak. Teknologi Pemanfaatan teknologi tepat guna secara maksimal mampu meningkatkan produktivitas udang vannamei. Saat ini unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi telah memanfaatkan beberapa teknologi dalam proses budidayanya. Unit tambak Bomo mempunyai total kolam produksi udang vannamei sebanyak 25 dengan pembagian kolam kontruksi plester atau semen sebanyak 14 dan kolam dengan kontruksi plastik sebanyak 11. Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka juga memiliki enam kolam tandon yang berfungsi sebagai tempat menampung air 40 sementara sebelum dialirkan ke jaringan saluran drainase kolam produksi. Kolam tandon dalam operasionalnya dikombinasikan dengan pintu air untuk lebih mengoptimalkan fungsinya. Selain kolam tandon, terdapat pula kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi untuk mencegah pencemaran air dan mengurangi dampak buruk terhadap kualitas lingkungan yang terjadi akibat proses budidaya yang dilakukan. Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kepadatan tebar benih sebesar 180 ekor/𝑚2 (sistem intensif) untuk kolam plester, dan 120 ekor/𝑚2 (sistem semi intensif) untuk kolam kontruksi plastik. Luas total lahan tambak adalah 83 833 𝑚2 dan memiliki kincir untuk budidaya sebanyak 42 unit/ha atau sekitar 14 unit/3000 𝑚2 . Manfaat penggunaan kincir diantaranya untuk memberikan sirkulasi air dan udara untuk menghasilkan oksigen lebih baik, menstabilkan pH dan suhu di kolam sekaligus menyeimbangkan salinitas. Kelebihan lain dari penggunaan kincir yaitu mampu mengarahkan arus agar kotoran bisa ke sentral dan langsung dibuang sehingga kolam memiliki kualitas air yang lebih baik. Pemanfaatan teknologi lain yang dilakukan unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu dalam manajemen pakan dimana perusahaan telah memberlakukan sistem automatic feeder. Penggunaan automatic feeder dalam memberikan pakan pada udang memiliki kelebihan yaitu efisiensi waktu dan tenaga kerja karena hanya diperlukan satu karyawan untuk mengontrol pakan pada dua kolam produksi. Namun pemanfaatan teknologi pakan otomatis ini juga memiliki kekurangan pada pemeliharaan atau maintenance yang belum maksimal sehingga beberapa kali mesin harus diperbaiki karena mengalami gangguan. Kendala utama dalam hal teknologi pada usaha tambak udang PT. Suri Tani Pemuka adalah belum tersedianya teknologi yang mampu menekan serangan penyakit udang vannamei. Serangan penyakit seperti WFD dan IMNV mampu memengaruhi kualitas produksi usaha dan berdampak pada rendahnya harga jual udang. Kompetitif Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala bagian produksi dan head of unit perusahaan, usaha budidaya udang vannamei secara umum tidak memiliki persaingan diantara usaha dengan komoditas sejenis. Hal ini terjadi karena permintaan akan udang vannamei yang tinggi mengakibatkan tiap usaha bisnis udang vannamei memiliki pasar dan pelanggan yang berbeda-beda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil produksi pada bisnis udang vannamei hampir pasti laku terjual di pasaran, menyebabkan bisnis komoditas ini tidak menganggap persaingan sebagai ancaman. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi merupakan salah satu produsen udang vannamei segar yang memiliki nama besar di Banyuwangi bahkan Jawa Timur, sehingga volume penjualan perusahaan juga berbeda dengan usaha sejenis dan memiliki pasar tersendiri untuk menjual hasil produksinya. Kualitas lingkungan tambak juga menjadi faktor penting dalam usaha. Hal tersebut dikarenakan tambak yang memiliki lokasi yang berdekatan satu sama lain di pesisir laut dapat menularkan kualitas lingkungan yang dimiliki. Jika satu tambak memiliki lingkungan yang baik, maka akan berdampak baik pula pada tambak di sekitarnya dan begitu seterusnya. Karena alasan saling memiliki ketergantungan satu sama lain, usaha budidaya udang vannamei tidak menganggap adanya usaha sejenis sebagai 41 ancaman utama selama masing-masing usaha menjaga kualitas lingkungannya. Beberapa faktor yang dapat membedakan usaha tambak udang vannamei yang satu dengan lainnya adalah perbedaan teknologi dan kualitas benur yang digunakan. Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki sumber input produksi seperti pakan dan benur yang berasal dari internal perusahaan. Hal ini merupakan faktor kekuatan jika dilihat dari segi kuantitas dan ketepatan waktu pasokan inputnya. Namun dapat menjadi kekurangan perusahaan apabila pesaing memililki kualitas pakan dan benur yang lebih baik dibanding PT. Suri Tani Pemuka, karena bagaimanapun kualitas yang dimiliki perusahaan, unit tambak pasti dan harus menggunakan produk internal perusahaan. Hingga saat ini produk substitusi juga bukan merupakan ancaman utama bagi bisnis budidaya udang vannamei, karena jenis udang lain seperti windu juga masih mengalami kesulitan dalam pengembangannya dan banyak tambak udang windu di Indonesia yang tutup karena kegagalan produksi. Namun demikian, hingga saat ini pemerintah dan para ahli budidaya perairan terus mencoba mengembangkan jenis udang baru yang memiliki keunggulan dibanding vannamei sehingga hal tersebut dapat menjadi ancaman serius untuk usaha budidaya udang vannamei pada tahun-tahun berikutnya. Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal perusahaan yang dilakukan sebelumnya, dapat terlihat faktor-faktor apa saja yang dapat dikelompokkan menjadi faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Faktor-faktor tersebut antara lain: Kekuatan Kekuatan yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor: 1. Hasil produksi yang berkualitas Sebagai salah satu perusahaan sekaligus produsen udang vannamei segar yang mempunyai nama besar di Indonesia, PT. Suri Tani Pemuka memiliki standar mutu tinggi dalam setiap hasil produksinya. Patokan standar mutu yang tinggi menyebabkan produk udang vannamei yang dihasilkan unit tambak perusahaan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, pasokan input seperti pakan dan benih berkualitas yang berasal dari internal perusahaan juga menjadi salah satu faktor untuk menghasilkan produk yang memiliki harga jual tinggi. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo selalu mencoba menghasilkan udang vannamei dengan kualitas Fresh atau kualitas terbaik dalam setiap periode budidayanya. Pemanfaatan teknologi yang maksimal mampu mendukung peningkatan produktivitas udang pada setiap masa panen dan mencegah udang terserang penyakit yang memengaruhi kualitasnya. Selama ini, sebagian besar hasil produksi PT. Suri Tani Pemuka merupakan kualitas Fresh dan sangat jarang hasil produksinya yang memiliki kualitas Undersize, serta memiliki produktivitas yang tinggi di setiap masa panennya. Hal 42 tersebut menjadikan PT. Suri Tani Pemuka sebagai produsen udang vannamei yang banyak dicari oleh perusahaan eksportir udang vannamei maupun pembeli lokal. 2. Harga yang kompetitif Hasil produksi yang berkualitas baik dari PT. Suri Tani Pemuka tentu berpengaruh terhadap permintaan dan harga jual udang vannamei tersebut. Harga jual udang vannamei selalu mengalami fluktuasi dan cepat sekali berubah dalam beberapa waktu. Namun dengan kualitas produk yang dimiliki PT. Suri Tani Pemuka, harga jual tidak akan menurun drastis kecuali secara global bisnis udang vannamei mengalami collapse. Berdasarkan hasil pengamatan langsung, harga jual udang vannamei produksi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi selalu berada di angka maksimal dari harga jual secara umum di Indonesia. Hal ini menandakan perusahaan selalu menjaga kualitas hasil produksi sehingga mendapat keuntungan yang stabil. 3. Lokasi yang strategis Penentuan lokasi usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka didasarkan pada kondisi lingkungan suatu daerah secara umum yang cocok untuk dilakukan budidaya udang vannamei. Kondisi Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi yang sangat mendukung untuk pengembangan budidaya udang vannamei baik dari segi iklim, akses sumberdaya yang mudah dan lingkungan masyarakat sekitar yang kondusif menjadi alasan utama PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi membuka lahan tambak untuk budidaya udang pada tahun 1990 dengan komoditas utama udang windu. Pergantian menjadi budidaya komoditas udang vannamei baru dimulai pada tahun 2010 setelah terjadi kegagalan produksi pada udang windu. Akses lokasi tambak yang mudah dijangkau merupakan keunggulan lain yang dimiliki peusahaan. Kemudahan akses jalan ini dapat memperlancar saluran distribusi bahan baku sdan menghemat waktu serta memungkinkan transaksi perdagangan lebih mudah utuk dilakukan karena pembeli atau perusahaan eksportir dapat datang sendiri ke lokasi budidaya untuk melihat atau untuk membeli produk hasil panen. 4. Unit usaha yang terintegrasi PT. Suri Tani Pemuka yang merupakan perusahaan yang memiliki produk Aquafeed dan menghasilkan berbagai jenis pakan ikan maupun udang. Selain itu, PT. Suri Tani Pemuka juga mempunyai unit usaha di sektor input dan budidaya. Di sektor input perusahaan memiliki usaha pembenihan udang atau benur sedangkan untuk sektor budidaya, perusahaan mengusahakan budidaya berbagai jenis ikan dan udang. Integrasi yang dimiliki perusahaan dari mulai hulu hingga hilir tersebut merupakan keunggulan tersendiri karena perusahaan tidak akan takut kekurangan stok input atau keterlambatan pasokan bagi unit usahanya. Pada unit tambak udang vannamei di Desa Bomo Kabupaten Banyuwangi sendiri, kepastian pasokan pakan atau benih udang pada waktu yang tepat dapat berpengaruh postif pada kegiatan budidayanya. Sehingga masa budidaya sampai panen udang vannamei berjalan sesuai perencanaan perusahaan dan kualitas yang dihasilkan terjamin standar mutunya. 5. Ketersediaan sarana operasional Ketersediaan sarana operasional yang memadai menjadi kekuatan karena dapat mendukung strategi yang dijalankan perusahaan. Proses budidaya pada unit tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat berjalan baik tentunya dengan menggunakan sejumlah peralatan dan teknologi yang diperlukan. 43 Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka telah memanfaatkan secara maksimal sarana operasional yang digunakan, seperti kolam produksi, penggunaan prebiotik dan kincir untuk proses budidaya, penggunaan ruang produksi termasuk timbangan, meja pemisah ukuran, jaring dan mobil pick-up untuk proses pemanenan, serta penggunaan kolam tandon dan kolam IPAL sebagai kontrol kualitas lingkungan, hingga kantor utama sebagai pusat pengendalian unit usaha. Ketersediaan berbagai sarana operasional yang mudah didapatkan mampu membantu melancarkan proses budidaya hingga pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka 6. Insentif dan tunjangan karyawan Sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, PT. Suri Tani Pemuka memiliki sistem ketenagakerjaan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari proses perekrutan karyawan hingga sistem pemberian gaji karyawannya. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menggunakan sistem UMR untuk pemberian gaji karyawan yakni sebesar Rp 1 599 000 menurut UMR daerah Banyuwangi. Selain sistem pemberian gaji yang jelas, perusahaan juga menerapkan sistem pemberian insentif bagi karyawan sesuai produktivitas yang dihasilkan. Pemberian insentif bagi karyawan juga tergantung adanya loss dan profit usaha, sehingga dengan kerja keras untuk menambah profit perusahaan, maka semakin besar pula peluang pembagian insentif bagi karyawan. PT. Suri Tani Pemuka juga memberikan tunjangan kesehatan bagi setiap karyawan sebagai tindakan balas jasa perusahaan serta digunakan untuk memotivasi dan mempertahankan semangat kerja karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha. 7. Penetapan target produksi Sebagai perusahaan ternama di Indonesia, PT. Suri Tani Pemuka jelas memiliki target produksi yang meningkat setiap tahunnya. Penetapan target produksi ini dapat dikategorikan sebagai kekuatan karena menghsilkan motivasi kerja yang berlipat untuk mencapai target perusahaan. Pada tahun 2015, target produksi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki target produksi total sebesar 262 ton dan pada kenyataannya unit tambak tersebut mampu mencapai target sebesar 259,8 ton. Hasil tersebut tetap dianggap sebagai keberhasilan dalam mencapai target karena target perusahaan yang sangat tinggi dan angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan keberhasilan tersebut, pada tahun 2016 perusahaan meningkatkan target produksi sebesar 438 ton dan tidak menutup kemungkinan target kembali ditingkatkan untuk tahun-tahun selanjutnya. 8. Perbedaan sistem budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki perbedaan sistem budidaya udang vannamei. Unit tambak Bomo memiliki total kolam produksi sebanyak 25 kolam yang terbagi atas dua kontruksi kolam yang berbeda. Sebanyak 14 kolam berkonstruksi dasar menggunakan pelster atau semen dan 11 kolam memiliki kontruksi plastik. Perbedaan kontruksi kolam juga berpengaruh terhadap densitas atau kepadatan tebar benihnya. Untuk kolam plester kepadatan tebarnya sebanyak 180 ekor/𝑚2 sedangkan kepadatan tebar 120 ekor/𝑚2 untuk kolam kontruksi plester. Perbedaan densitas tebar ini berdasarkan sistem yang digunakan, yaitu sistem semi intensif untuk kolam plastik dan sistem budidaya intensif untuk kolam plester. Hasil produksi akibat perbedaan sistem ini dapat dimaksimalkan di setiap proses budidaya dan hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Bahkan untuk tahun 2016 ini, PT. 44 Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo mulai mencoba sistem budidaya super intensif dimana kepadatan tebar benihnya sebanyak 600 ekor/𝑚2 . Kelemahan Kelemahan PT. Suri Tani Pemuka unit tambak Bomo berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor: 1. Serangan penyakit udang vannamei Ancaman serangan penyakit EMSyang melanda banyak negara produsen udang tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi udang di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki biosekuriti budidaya udang yang lebih bagus dibanding negara produsen udang lain. Namun demikian komoditas udang di Indonesia tidak bebas penyakit secara total karena masih banyak ditemukan serangan penyakit di beberapa usaha tambak udang di Indonesia. PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo juga mengalami beberapa masalah terkait serangan penyakit ini. Penyakit yang sering menyerang usaha tambak udang perusahaan adalah WFD dan IMNV sehingga hal tersebut memengaruhi produktivitas usaha. Hingga saat ini penyakit yang menyerang udang vannamei masih menjadi kelemahan utama dalam mencapai target produksi perusahaan dan menjaga kualitas produksi. 2. Terbatasnya keputusan penjualan di unit usaha Unit tambak udang vannamei di Desa Bomo merupakan usaha integrasi dari PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi sehingga keputusan akhir dalam hal pemasaran berada di perusahaan pusat bukan di unit tambak tersebut. Akan tetapi, keputusan dalam memilih pelanggan atau pembeli tetap berada di unit tambak karena pengetahuan akan kondisi di lapangan yang terjadi. Aspek-aspek yang mendasari dalam pemilihan pembeli antara lain loyalitas, tawaran harga yang sesuai dan kelancaran pembayaran. Setelah menentukan pembeli yang cocok, unit tambak akan memberitahukan ke kantor pusat PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terkait pilihan tersebut kemudian kantor pusat mengambil keputusan akhir. Sistem tersebut menjadi kendala di unit tambak dikarenakan keputusan kantor pusat yang terkadang terlambat dalam menentukan pembeli sehingga pembeli yang berpindah ke produsen lain. Untuk mengantisipasi hal tersebut, unit tambak memberlakukan sistem kontrak kepada pembeli dan mengikat mereka menjadi pelanggan tetap. Keputusan tersebut yang menjadikan PT. Mega Marine Pride sebagai pelanggan tetap hasil produksi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo untuk komoditas ekspor. 3. Kurangnya jaringan pemasaran Sistem kontrak yang diterapkan bagi pelanggan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk konsumen produk udang vannameinya mengakibatkan jaringan pemasaran yang kurang untuk mendapatkan pembeli yang mempunyai kekuatan tawar harga yang lebih baik. Kontrak yang mengikat menyebabkan tujuan utama penjualan 90% produk udang vannamei tambak Bomo milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah PT. Mega Marine Pride sebagai eksportir komoditas hasil perikanan untuk kualitas Fresh dan beberapa Moulting. Sejauh ini tidak terdapat permasalahan dari hubungan kontrak penjualan dengan perusahaan PT. Mega Marine Pride namun dengan sistem kontrak yang bersifat mengikat, maka akan menutup kemungkinan unit tambak menjual kepada pembeli lain yang memiliki harga tawar yang lebih tinggi. 45 4. Kurang optimalnya penggunaan lahan tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki total 25 kolam produksi. Namun dalam proses budidayanya, unit tambak Bomo belum mendapatkan hasil produksi sesuai target perusahaan. Hal ini disebabkan dalam proses budidayanya, udang vannamei kerap diserang berbagai penyakit yang mengganggu produktivitas hasil. Selain itu, perusahaan juga masih belum menerapkan sistem intensif untuk semua kolam produksi dimana hanya 14 kolam yang menggunakan sistem intensif. Meskipun saat ini unit tambak telah mencoba menggunakan sistem super intensif namun hasil yang diperoleh belum sesuai ekspektasi perusahaan. Hasil panen dari tambak dengan sistem super intensif masih mengalami fluktuasi dan belum mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Sebanyak 12 kolam idle yang dimiliki unit tambak juga masih dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan lahan produksinya baik menggunakan sistem intensif maupun super intensif sehingga meningkatkan produktivitas hasil panen udang vannamei. Namun dalam pemanfaatan lahan tambak yang idle tersebut diperlukan berbagai perhitungan yang tepat serta pemahaman yang cermat agar penambahan kolam menjadi keuntungan dan tidak menjadi kerugian perusahaan. Identifikasi dari faktor kekuatan dan kelemahan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha Faktor Internal Manajemen Kekuatan 1. Insentif dan Tunjangan Karyawan 2. Penetapan Target Produksi Pemasaran 1. Harga yang Kompetitif Keuangan Operasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi 1. Hasil Produksi yang Berkualitas 2. Lokasi yang Strategis 3. Unit Usaha yang Terintegrasi 4. Ketersediaan Sarana Operasional 5. Pebedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei Kelemahan 1. Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha 2. Kurangnya Jaringan Pemasaran 1. Serangan Penyakit Udang Vannamei 2. Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak 46 Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang dilakukan sebelumnya, dapat terlihat faktor-faktor apa saja yang ada dan dapat dikelompokkan menjadi faktor-faktor peluang dan ancaman yang terdapat pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: Peluang Peluang yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor: 1. Permintaan terhadap udang vannamei yang tinggi Udang vannamei sangat digemari oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri karena mempunyai protein tinggi serta memiliki rasa daging yang gurih yang sangat cocok untuk menu hidangan sehari-hari. Bahkan udang vannamei menjadi komoditas favorit untuk sajian restoran berkelas di luar negeri. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan akan komoditas udang vannamei secara global, terutama untuk pasar ekspor maupun permintaan lokal dan merupakan peluang utama bagi petambak udang vannamei untuk mengembangkan usahanya. Udang vannamei merupakan komoditas budidaya perikanan yang lebih berorientasi pada pasar ekspor sehingga fokus penjualannya adalah konsumen luar negeri. Kondisi permiintaan yang tinggi dan stabil khususnya dari konsumen luar negeri, menyebabkan meningkatnya harga ekspor udang vannamei, sehingga menjadi hal yang harus dimanfaatkan unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk meningkatkan produksi udang vannamei setiap tahunnya. 2. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang mendukung Lokasi Kabupaten Banyuwangi yang berada di kawasan pesisir timur Provinsi Jawa Timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian alam, pariwisata, pemukiman nelayan dan budidaya laut. Lokasi geografis, keadaan iklim serta kondisi perairan yang mendukung untuk budidaya berbagai komoditas perikanan kelautan menjadi alasan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi membuka lahan tambak udang vannamei di Desa Bomo yang terletak di pesisir timur Banyuwangi. Udang vannamei mendominasi sebagai komoditas unggulan dari total produksi tambak di Kabupaten Banyuwangi yaitu dengan presentase total sekitar 95%. Mayoritas tambak udang di Kabupaten Banyuwangi menggunakan teknologi intensif termasuk tambak milik PT. Suri Tani Pemuka dimana mengusahakan budidaya dengan teknologi semi intensif, intensif dan super intensif. Hal tersebut membuktikan bahwa keadaan geografis di Kabupaten Banyuwangi cocok untuk mengembangkan usaha budidaya udang vannamei dan menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan PT. Suri Tani Pemuka meningkatkan produksinya. 3. Berkembangnya pasar internasional terhadap permintaan udang Indonesia Sebagian besar negara produsen udang selama 2014 hingga saat ini mengalami penurunan produksi karena serangan penyakit EMS dan secara global pasokan udang menurun sekitar 300 000 ton, akan tetapi hanya Indonesia, India dan Ekuador yang mengalami peningkatan produksi. Berdasarkan kondisi yang ada, ditambah tingginya harga udang di pasar global dan penguatan nilai tukar dolar Amerika, membuat eksportir udang Indonesia cenderung menggenjot eksportasi ke 47 negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Secara umum, produksi udang Indonesia menempati posisi kedua di pasar udang Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2013, jumlah ekspor udang ke AS berada di angka sekitar 80 000 ton dan meningkat menjadi 100 000 ton, atau naik sekitar 25% pada tahun 2014 (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015). Jenis udang yang paling banyak di ekspor adalah udang vannamei dan menyebabkan produksinya terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014, produksi udang di Indonesia mencapai 592 219 ton dengan 70% adalah udang vannamei dan 30% udang windu. Angka tersebut baru mencapai 83,06% dari target produksi udang di tahun 2014 sebesar 713 000 ton. Sedangkan pada tahun 2015 lalu, target pertumbuhan jumlah produksi udang sebesar 785 900 ton dengan rincian udang vannamei 518 600 ton, udang windu 189 700 ton dan udang lainnya 77 600 ton (Dirjen Perikanan Budidaya, 2016). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat peningkatan target produksi udang Indonesia merupakan indikasi dari permintaan udang secara global yang juga meningkat. Udang vannamei sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia diharapkan mampu meningkatkan produksinya tiap tahun. Hal ini dapat menjadi alasan utama usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dalam mengambil peluang pasar, baik untuk luar negeri maupun dalam negeri dengan meningkatkan produksinya setiap periode budidaya. 4. Kemajuan teknologi dan sistem informasi Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk mengembangkan usaha budidaya udang vannameinya adalah perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi dapat memengaruhi peningkatan produksi udang. Teknologi yang telah digunakan PT. Suri Tani Pemuka untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya salah satunya adalah Automatic Feeder. Namun teknologi ini mempunyai kendala dalam hal maintenance sehingga belum mampu secara maksimal dimanfaatkan oleh unit tambak. Selain itu, salah satu terobosan teknologi yang sedang dilakukan tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi ialah memberlakukan sistem budidaya super intensif dengan menebar benih yang memiliki kepadatan 600 ekor/𝑚2 . Sementara dalam aspek lainnya, kelancaran penyampaian dan pembaharuan informasi mengenai perkembangan budidaya udang vannamei dari pemerintah maupun organisasi petambak udang diperlukan untuk mengetahui infromasi yang mampu membantu peningkatan produksi udang vannamei. Beberapa teknologi dan sistem informasi yang tersedia bagi perusahaan apabila dapat dioptimalkan dengan baik tentu akan berpengaruh positif terhadap produktivitas dan penjualan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Ancaman Ancaman yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor: 1. Persebaran serangan penyakit udang secara global Ancaman serangan penyakit EMS yang melanda banyak negara produsen udang di dunia memang tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi udang di Indonesia hingga saat ini. Namun jika Indonesia mengabaikan dan tidak melakukan antisipasi terhadap permasalahan penyakit ini sehingga biosekuriti yang dimiliki tidak dapat mencegah, besar kemungkinan Indonesia akan diserang penyakit serupa. 48 Penyakit EMS menjadi penyebab utama turunnya produksi udang di banyak negara di dunia. Fenomena serangan EMS secara global yang mengancam komoditas udang vannamei ini hampir sama dengan kejadian yang dialami komoditas udang windu pada tahun 2000-2006 lalu dimana sebagian besar tambak udang windu di dunia dan di Indonesia mengalami kerugian bahkan kebangkrutan akibat serangan penyakit. Meskipun saat ini tidak terpengaruh penyakit EMS secara global, beberapa tambak udang di Indonesia termasuk tambak milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi juga mengalami masalah dengan serangan penyakit seperti IMNV dan WFD yang mampu memengaruhi penurunan produktivitas dan kualitas panen udang. Hal ini merupakan ancaman serius dan harus menjadi perhatian para petambak udang vannamei jika ingin terus bertahan dalam usaha tambaknya. 2. Inflasi Usaha budidaya udang vannamei yang merupakan unit integrasi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menyebabkan pasokan sumberdaya input berasal dari internal perusahaan. Keuntungan yang diperoleh unit tambak tentu saja kelancaran pasokan, namun inflasi dapat memengaruhi harga pakan dan benih perusahaan sehingga juga berpengaruh terhadap harga jual udang vannamei. Penentuan harga jual udang vannamei yang memiliki dasar minimum HPP mengakibatkan harga jual akan tinggi tergantung harga inputnya. Kenaikan harga jual ini dapat menyebabkan perusahaan eksportir enggan untuk membeli produksi udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka. Selain itu, inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga dapat berpengaruh pada menurunnya kuantitas ekspor udang Indonesia sehingga secara tidak langsung usaha tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terkena dampaknya. 3. Keberadaan kompetitor Meskipun keberadaan kompetitor untuk bisnis udang vannamei bukan merupakan ancaman utama karena sifatnya yang saling memiliki ketergantungan, namun sedikit banyak hal tersebut tetap dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha tambak udang vannamei. Beberapa tambak udang vannamei di Indonesia memiliki pasar sendiri dan pembeli yang berbeda sehingga tidak bersaing dalam segi pemasarannya. Namun tetap saja perbedaan kualitas benih dan teknologi yang digunakan oleh setiap tambak dapat menjadi pembeda jumlah hasil produksi dan penjualan antar unit usaha budidaya udang vannamei. Selain itu, aspek lingkungan yang saling bergantung antar satu tambak dengan yang lain dapat menjadi ancaman apabila salah satu tambak tidak benar-benar menjaga dampak kualitas lingkungan yang ditimbulkan sehingga memengaruhi tambak lain di sekitarnya. 4. Kekuatan tawar menawar pembeli Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki pelanggan tetap untuk hasil produksi kualitas fresh dan moulting yaitu PT. Mega Marine Pride yang merupakan perusahaan eksportir komoditas perikanan. Sistem kontrak yang dilakukan dengan pelanggan mengakibatkan adanya keterikatan sehingga dalam penjualan hasil produksi harus ditemukan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi unit tambak PT. Suri Tani Pemuka karena di satu sisi perusahaan ingin menjual udang dengan harga sesuai harga pasar global, tapi di sisi lain perusahaan pembeli juga memiliki tawaran harga maksimal yang mampu disanggupi. Kekuatan tawaran harga dari pembeli dan juga kelancaran pembayaran inilah yang harus di antisipasi 49 PT. Suri Tani Pemuka sehingga tidak perlu adanya pemutusan kontrak di tengah jalan dengan pelanggan serta menghindarkan usaha dari kerugian. 5. Kekuatan tawar menawar pemasok Sebagai unit usaha yang terintegrasi, tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka memiliki kemudahan dalam mendapatkan pasokan sumberdaya input produksi seperti pakan dan benih udang. Integrasi usaha juga mengharuskan unit dari suatu perusahaan menggunakan produk perusahaan tersebut dalam kondisi apapun. Dilihat dari kelancaran supply inputnya tentu pemasok yang berasal dari internal perusahaan menjadi keuntungan unit tambak dalam menjalankan proses budidayanya sehingga tidak terjadi permasalahan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya. Namun dilihat dari sisi lain, sistem keterikatan karena integrasi juga mengakibatkan kualitas hasil produksi tidak menentu dikarenakan bagaimanapun kondisi pakan dan benih yang dihasilkan perusahaan, unit tambak harus menggunakannya. Meskipun perusahaan memiliki standar mutu tinggi dalam pemenuhan pakan dan benih udang, namun ada kalanya perusahaan kompetitor pakan dan benih lain memiliki kualitas yang lebih baik. Tentu usaha tambak udang kompetitor PT. Suri Tani Pemuka yang memilih pakan dan benih lebih baik menghasilkan kualitas produksi udang vannamei yang lebih baik pula. 6. Tercemarnya kualitas lingkungan Tidak dapat dipungkiri, limbah hasil proses produksi budidaya udang vannamei dapat mencemari lingkungan sekitar tambak. Pencemaran lingkungan yang terjadi merupakan ancaman serius bagi usaha tambak udang vannamei PT Suri Tani Pemuka Banyuwangi karena lingkungan merupakan faktor penentu munculnya penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan udang vannamei. Hingga saat ini, unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi belum mampu menanggulangi permasalahan limbah hasil produksinya dan hal tersebut meningkatkan ancaman akan serangan penyakit terhadap udang vannamei. Tabel 10 Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha Faktor Eksternal Ekonomi Peluang 1. Permintaan terhadap udang vannamei yang tinggi 2. Berkembangnya pasar internasional terhadap permintaan udang Indonesia Ancaman 1. Inflasi 2. Kekuatan tawar menawar pembeli 3. Kekuatan tawar menawar pemasok Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan 1. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang mendukung 1.Persebaran serangan penyakit udang secara global 2.Tercemarnya kualitas lingkungan Teknologi Kompetitif 1. Kemajuan teknologi dan sistem infotmasi 1. Keberadaan kompetitor 50 Formulasi Strategi Langkah selanjutnya setelah mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah merumuskan formulasi strategi. Menurut David (2009) dalam merumuskan strategi terdapat tiga tahap formulasi strategi yaitu tahap masukan (input stage) dengan menggunakan Matriks IFE dan EFE, tahap pencocokkan (matching stage) menggunakan Matriks IE dan Matriks SWOT, dan tahap keputusan (decision stage) yang menggunakan Matriks QSP. Tahap Input Data Tahap input merupakan tahap yang berisi informasi dasar yang dibutuhkan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk merumuskan strategi. Faktor internal akan dimasukkan ke dalam matriks IFE dan faktor eksternal akan dimasukkan ke dalam matriks EFE. Semua informasi yang telah dikumpulakn dan dianalisis sebagai faktor kunci internal dan eksternal akan diberi bobot dan diberi peringkat untuk memperoleh skor. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Berdasarkan hasil analisis terhadap matriks IFE dihasilkan dua belas faktor kunci sukses internal yang terdiri dari delapan faktor kekuatan dan empat faktor kelemahan. Faktor kunci berupa kekuatan dan kelemahan tersebut diberi peringkat dan bobot yang didapatkan dari hasil perhitungan rataan responden terlebih dahulu kemudian skor akan diperoleh dengan cara mengalikan hasil bobot dengan hasil peringkat. Pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh empat orang responden yang merupakan pengambil keputusan dari internal unit usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu Head of Unit, manajer produksi, manajer finance & accounting dan manajer personal & general affair. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat responden dan perhitungan yang dilakukan, kekuatan yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi antara lain: (1) Hasil Produksi yang Berkualitas; (2) Harga yang Kompetitif; (3) Lokasi yang Strategis; (4) Unit Usaha yang Terintegrasi; (5) Ketersediaan Sarana Operasional; (6) Insentif dan Tunjangan Karyawan; (7) Penetapan Target Produksi; dan (8) Perbedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei. Sedangkan faktor kelemahan yang dimiliki usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi diantaranya: (1) Serangan Penyakit Udang Vannamei; (2) Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha; (3) Kurangnya Jaringan Pemasaran; dan (4) Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak. Hasil dari pemberian bobot dan peringkat berupa skor IFE yang dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil perhitungan matriks IFE menunjukkan skor faktor kunci internal sebesar 2.757. Hal ini mengindikasi bahwa usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci internalnya berada di antara 2.002.99. Faktor kekuatan berdasarkan hasil analisis matriks IFE memperoleh skor sebesar 2.269, sedangkan untuk faktor kelemahan skor yang diperoleh sebesar 0.488. Nilai skor total kekuatan yang lebih besar dibandingkan skor total kelemahan menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei nya, PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi mampu memanfaatkan kekuatan internalnya 51 dan mengatasi kelemahan internal yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kekuatan utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah ketersediaan sarana operasional dengan skor 0.378, sedangkan kelemahan utama usaha adalah adanya serangan penyakit udang vannamei dengan skor 0.145. Tabel 11 Matriks IFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Faktor Kunci Internal Kekuatan Hasil Produksi yang Berkualitas Harga yang Kompetitif Lokasi yang Strategis Unit Usaha yang Terintegrasi Ketersediaan Sarana Operasional Insentif dan Tunjangan Karyawan Penetapan Target Produksi Perbedaan Sistem Budidaya Total Skor Kekuatan Kelemahan Serangan Penyakit Udang Vannamei Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha Kurangnya Jaringan Pemasaran Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak Total Skor Kelemahan Total Skor Faktor Kunci Internal Total Skor Bobot Rating 0.097 0.082 0.100 0.051 0.101 0.076 0.081 0.099 3.25 3.75 3.50 3.00 3.75 3.00 3.00 3.00 0.316 0.307 0.349 0.152 0.378 0.228 0.243 0.296 2.269 0.116 0.053 0.055 0.085 1.25 2.00 2.00 1.50 0.145 0.106 0.109 0.128 0.488 2.757 Sumber: Data Primer (2016) (Diolah) Matriks EFE (External Factor Evaluation) Analisis Matriks EFE menghasilkan sepuluh faktor strategis eksternal yang terdiri dari empat peluang dan enam ancaman. Faktor-faktor tersebut diberi bobot dan peringkat yang didapatkan dari hasil perhitungan rataan responden. Setelah itu skor akan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan peringkat. Pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh empat orang responden yang merupakan pengambil keputusan dari internal unit usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu Head of Unit, manajer produksi, manajer finance & accounting dan manajer personal & general affair. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat responden dan perhitungan yang dilakukan, peluang yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi antara lain: (1) Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi; (2) Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung; (3) Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei; dan (4) Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi. Sedangkan faktor ancaman yang dihadapi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi diantaranya: (1) Keberadaan Kompetitor; (2) Inflasi; (3) Persebaran 52 Penyakit Udang Secara Global; (4) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli; (5) Tercemarnya Kualitas Lingkungan; dan (6) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok. Hasil dari pemberian bobot dan peringkat berupa skor EFE yang dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil perhitungan matriks EFE menunjukkan skor faktor kunci eksternal sebesar 2.794. Hal ini mengindikasi bahwa usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi eksternal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci eksternalnya berada di antara 2.00-2.99. Faktor peluang berdasarkan hasil analisis matriks EFE memperoleh total skor sebesar 1.435, sedangkan untuk faktor ancaman total skor yang diperoleh sebesar 1.359. Nilai skor total peluang yang lebih besar dibandingkan skor total ancaman menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei nya, PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi merespon tinggi peluang dan merespon rendah ancaman yang ada. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa peluang utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah permintaan udang vannamei yang tinggi dengan skor 0.410, sedangkan ancaman utama usaha adalah pada kekuatan tawar menawar pembeli dengan skor 0.332. Tabel 12 Matriks EFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Faktor Kunci Eksternal Peluang Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi Total Skor Peluang Ancaman Keberadaan Kompetitor Inflasi Persebaran Penyakit Udang Secara Global Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Tercemarnya Kualitas Lingkungan Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Total Skor Ancaman Total Skor Faktor Kunci Eksternal Bobot Rating Total Skor 0.109 3.75 0.410 0.112 3.50 0.392 0.101 3.50 0.353 0.112 2.50 0.280 1.435 0.051 0.079 0.125 0.111 0.127 0.070 4.00 3.00 1.50 3.00 1.50 3.00 0.204 0.236 0.187 0.332 0.191 0.211 1.359 2.794 Sumber: Data Primer (2016) (Diolah) Tahap Pencocokan Data Tahapan selanjutnya setelah memperoleh informasi pada tahap input data adalah tahap pencocokkan data. Tahapan ini dilakukan untuk memadukan faktor kunci internal dan eksternal yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang dan 53 ancaman. Pada tahap ini akan digunakan Matriks IE dan Matriks SWOT untuk menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi usaha yang ada. Matriks IE (Internal-External) Faktor kunci kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat pada lingkungan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi kemudian dianalisis menggunakan Matriks IE untuk menunjukkan posisi perusahaan pada kuadran sembilan sel. Matriks ini didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu titik potong koordinat sumbu x yang merepresentasikan nilai IFE dan koordinat sumbu y yang merepresentasikan nilai EFE. Skor bobot total yang diperoleh dari faktor-faktor tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan. Berikut ini adalah alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi, yaitu: Bobot Skor IFE Sedang Kuat 4.0 3.0 2.0 3.0 Hold and Maintain (V) Sedang 2.0 Rendah 1.0 1.0 Hold and Maintain (III) Tinggi Bobot Skor EFE Lemah Hold and Maintain (VII) Gambar 7 Matriks IE Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP Berdasarkan hasil analisis menggunakan Matriks IE, dapat terlihat usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terletak pada sel V sehingga alternatif strategi terbaik yang dapat diimplementasikan adalah strategi jaga dan pelihara (Hold and Maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang sesuai dan paling banyak digunakan oleh usaha yang terletak pada jenis sel ini (David, 2004). Penetrasi pasar yang dapat dilakukan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah dengan meningkatkan skala produksi serta menjaga stabilitas produksi udang vannamei. Sedangkan untuk strategi pengembangan produk, usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka dapat meningkatkan kualitas hasil produksi udang vannamei tersebut. Matriks SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) Hasil analisis pada tahap input yang dilakukan pada lingkungan internal dan eksternal usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menghasilkan faktor kunci kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis tersebut kemudian dipadukan untuk mengembangkan Matriks SWOT dan menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam usaha budidaya udang 54 vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Alternatif strategi berdasarkan analisis Matriks SWOT yang dapat diterapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka yaitu: Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal usaha untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO yang dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu: 1. Meningkatkan Skala Produksi Strategi ini dapat diterapkan dengan memanfaatkan kekuatan perusahaan seperti hasil produksi berkualitas, lokasi yang strategis, unit usaha yang terintegrasi dan ketersediaan sarana operasional secara maksimal. Selain itu, pemanfaatan peluang yang dimiliki usaha tambak udang PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi seperti permintaan terhadap udang yang tinggi, keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi serta kemajuan teknologi dan informasi dapat menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan skala produksi. Upaya yang dapat dilakukan dengan melihat perpaduan kekuatan dan peluang tersebut antara lain: a. Pengoptimalan lahan tambak Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki total 25 kolam produksi. Namun dari jumlah tersebut, hanya 14 kolam yang menggunakan sistem budidaya intensif sedangkan 11 lainnya masih semi intensif. Penggunaan sistem intensif tentu menghasilkan hasil produksi yang lebih banyak karena padat tebar benihnya juga lebih banyak. Sarana operasional yang dimiliki perusahaan serta kondisi geografis yang sesuai, menjadi faktor penting untuk mendukung perubahan sistem budidaya udang vannamei perusahaan sehingga mampu meningkatkan hasil produksi. Selain itu, sebanyak 12 tambak idle yang dimiliki perusahaan masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Oleh karena itu, upaya mengoptimalkan lahan tambak merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan skala produksi udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka. b. Penambahan jumlah tenaga kerja Salah satu alasan masih terdapatnya 12 kolam idle atau kolam yang belum dimanfaatkan adalah kurangnya tenaga kerja pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Sejauh ini unit usaha tambak telah memiliki tenaga kerja sebanyak 55 orang. Penambahan tenaga kerja selain untuk memanfaatkan kolam yang belum digunakan tersebut, juga dapat dimanfaatkan dalam proses panen yang sangat membutuhkan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak untuk membuat waktu panen hingga sortasi udang lebih efisien. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi WO adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dengan cara memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO yang dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu: 1. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimanfaatkan 55 Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di Kabupaten Banyuwangi memiliki total kolam produksi sebanyak 25 kolam. Namun, perusahaan juga masih memiliki 12 kolam idle atau kolam yang belum dimanfaatkan. Melihat peluang yang dimiliki perusahaan baik dari segi permintaan yang tinggi, keadaan geografis yang mendukung hingga pasar yang terus berkembang, upaya mengaktifkan lahan kosong menjadi lahan produktif ini tentu akan menambah keuntungan bagi perusahaan. Penambahan kolam produksi akan meningkatkan hasil produksi dan menambah peluang penjualan produk udang vannamei menjadi lebih luas. Sebelum mengaktifkan fungsi lahan tambak tersebut, perlu diperhatikan beberapa aspek bagi perusahaan seperti menambah tenaga kerja, penerapan sistem budidaya yang sesuai serta mengaplikasikan teknologi yang mendukung produksi. Hal tersebut diperlukan untuk menjaga lahan tambak tetap produktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan mengoptimalkan lahan tambak idle tersebut, perusahaan diharapkan mampu memperbaiki kelemahan akan keterbatasan keputusan penjualan di unit usaha, optimalisasi lahan tambak dan kurangnya jaringan pemasaran. 2. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit Serangan penyakit menjadi kelemahan utama usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi karena dapat menghambat proses budidaya dan mempengaruhi hasil produksi. Penyebab utama timbulnya penyakit pada udang adalah lingkungan yang tercemar. Oleh karena itu, perkembangan teknologi dan informasi yang ada saat ini harus dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghadapi masalah penyakit udang vannamei. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang baik, menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena serangan penyakit yang timbul masih dalam tahap wajar dan dapat diatasi. Selain penggunaan prebiotik untuk mencegah munculnya penyakit, teknologi automatic feeder yang diterapkan perusahaan juga menjadi salah satu cara mengurangi ancaman timbulnya penyakit karena pemberian pakan udang telah dihitung dengan baik sehingga meminimalisir pencemaran kolam karena pakan yang berlebihan. Teknologi pakan lain yang masih dapat diterapkan adalah pemberian pakan buatan yang memungkinkan kotoran udang dapat kembali dimakan, sehingga lebih meminimalkan pembuangan pakan secara sia-sia. Selain itu, selalu mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai penyakit udang vannamei serta teknik penanggulangannya menjadi upaya penting guna menghindari ancaman serangan penyakit yang ada. Tujuan dari upaya-upaya tersebut adalah mencegah kerugian yang dapat ditimbulkan akibat rendahnya harga jual udang karena kualitas yang buruk. Strategi ST (Strength-Threat) Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi ST yang dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu: 1. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei 56 Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di Banyuwangi memiliki hasil produksi yang berkualitas dengan penjualan untuk ekspor sebesar 90% dari total produksi. Meskipun demikian, hasil produksi kualitas fresh dan moulting milik perusahaan yang ditujukan untuk ekspor tersebut masih mengalami fluktuasi kuantitas. Seperti pada hasil panen terakhir di tahun 2015, produk udang vannamei dengan kualitas fresh memiliki presentase lebih rendah daripada kualitas moulting dan undersize sehingga produk untuk pejualan ekspor tidak mencapai target maksimal. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan kualitas hasil produksinya di setiap masa panen untuk mencapai target penjualan ekspor dengan menghasilkan kualitas fresh lebih banyak daripada moulting dan undersize. Lokasi usaha yang strategis, ketersediaan sarana operasional serta penetapan target produksi yang dimiliki perusahaan dapat menjadi faktor penting untuk menerapkan upaya strategi ini. Peningkatan kualitas juga akan meningkatkan kekuatan tawar menawar pembeli sehingga perusahaan mampu mendapatkan keuntungan maksimal. Strategi WT (Weakness-Thtreat) Strategi WT adalah strategi defensif yang bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal usaha serta menghindari ancaman eksternal. Strategi WT yang dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu: 1. Menjaga Stabilitas Produksi Suatu usaha akan mendapatkan keuntungan yang maksimal jika mampu menghasilkan produk yang berkualitas secara berkelanjutan. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi guna mencapai target perusahaan dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sejauh ini, hasil produksi udang vannamei milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi masih mengalami fluktuasi dari segi kuantitas maupun kualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini mulai dari kualitas input produksinya hingga berbagai macam penyakit yang menyerang udang. Namun demikian, dengan sarana produksi yang memadai, integrasi usaha serta teknologi yang dimiliki, perusahaan harus mampu mengatasi permasalahan tersebut demi menjaga stabilitas hasil produksinya. Dalam upaya menjaga stabilitas produksi diperlukan adanya penanganan yang optimal pada masa budidaya sehingga hasil panen memenuhi target perusahaan. Pemberian prebiotik yang rutin dan mengoptimalkan kinerja automatic feeder merupakan beberapa cara mengurangi risiko serangan penyakit pada udang vannamei. Produksi yang stabil akan berpengaruh pada harga jual, posisi usaha di pasaran dan loyalitas pembeli sehingga akan menghasilkan keuntungan yang bersifat sustainable bagi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. 2. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan Hubungan yang baik dengan pelanggan akan meningkatkan tingkat loyalitas pelanggan tersebut terhadap suatu usaha. Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki pelanggan 57 tetap untuk hasil produksi kualitas ekspor yaitu PT. Mega Marine Pride yang merupakan perusahaan eksportir hasil produksi perikanan. Sejauh ini hubungan kerjasama yang terjalin cukup baik dengan sistem kontrak yang dilakukan antar kedua belah pihak. Sedangkan untuk kualitas undersize, penjualan perusahaan difokuskan pada pembeli lokal di sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pembeli lokal tersebut tidak terikat kontrak sehingga perusahaan dapat menentukan pembeli yang memiliki harga tawar tertinggi untuk produknya. Menjalin hubungan yang baik dengan para pelanggan tentu akan mengutungkan perusahaan dalam hal menjual hasil produksinya dengan harga jual tinggi sehingga mampu mendapatkan keuntungan maksimal. Kekuatan (S) 1. Hasil produksi berkualitas yang 2. Harga yang kompetitif 3. Lokasi yang strategis 4. Unit usaha yang terintegrasi Peluang (O) 1. Permintaan terhadap udang vannamei yang tinggi 5. Ketersediaan sarana opersional 6. Insentif dan tunjangan karyawan 7. Penetapan target produksi 8. Perbedaan sistem budidaya udang vannamei Strategi SO 1. Meningkatkan Skala Produksi (S1, S3, S4, S5, O1, O2, O4) 2. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang mendukung 3. Berkembangnya pasar internasional terhadap permintaan udang Indonesia 4. Kemajuan teknologi dan sistem informasi Ancaman (T) 1. Persebaran serangan penyakit udang secara global 2. Inflasi Strategi ST 1. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei (S3, S5, S7, T1, T5, T8) Kelemahan (W) 1. Serangan penyakit udang vannamei 2. Terbatasnya keputusan penjualan di unit usaha 3. Kurangnya jaringan pemasaran 4. Kurang optimalnya penggunaan lahan tambak Strategi WO 1. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimanfaatkan (W2, W3, W4, O1, O2, O3) 2. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit (W1, W4, O2, O4) Strategi WT 1. Menjaga Stabilitas Produksi (W1, W3, W4, T2, T3, T5) 2. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan (W2, W3, T1, T4, T6) 3. Keberadaan kompetitor 4. Kekuatan tawar menawar pembeli 5. Kekuatan tawar menawar pemasok 6. Tercemarnya kualitas lingkungan Gambar 8 Matriks SWOT pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP 58 Tahap Pengambilan Keputusan Pada tahap pengambilan keputusan digunakan matriks QSP sebagai alat untuk memilih dan mengambil keputusan strategi terbaik yang dapat diimplementasikan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan kondisi riil dan arah kebijakan yang dilakukan. Pada matriks QSP, informasi yang didapat dari tahap input digunakan untuk mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang telah diidentifikasi dalam tahap pencocokan melalui penggunaan matriks SWOT pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Setelah diperoleh enam alternatif strategi dari matriks SWOT, yaitu: (1) Meningkatkan skala produksi; (2) Mengoptimalkan lahan tambak yang belum dimanfaatkan; (3) Memanfaatkan teknologi dan infromasi untuk mengurangi serangan penyakit; (4) Meningkatkan kualitas hasil produksi udang vannamei; (5) Menjaga stabilitas produksi; dan (6) Menjalin hubungan baik dengan pelanggan, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi terbaik untuk digunakan dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menggunakan matriks QSP. Pada matriks QSP, strategi yang memiliki nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score) atau jumlah keseluruhan daya tarik total paling tinggi, menunjukkan bahwa strategi tersebut merupakan strategi yang paling menarik bagi pengambil keputusan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dibandingkan dengan strategi lainnya. Berdasarkan analisis matriks QSP, maka diperoleh prioritas strategi sebagai berikut: Tabel 13 Urutan Prioritas Strategi Usaha Budidaya Udang Vannamei PT.STP Strategi Strategi 1 (SO) Meningkatkan Skala Produksi Strategi 2 (WO1) Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan Strategi 3 (WO2) Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit Strategi 4 (ST) Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei Strategi 5 (WT1) Menjaga Stabilitas Produksi Strategi 6 (WT2) Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan STAS Prioritas 5,528 5 5,832 2 5,820 3 5,574 4 6,308 1 4,054 6 Sumber: Data Primer (2016) Berdasarkan hasil perhitungan QSPM pada Tabel 13, maka enam alternatif strategi yang menjadi prioritas dan dapat diimplementasikan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi saat ini adalah: 1. Menjaga Stabilitas Produksi dengan STAS sebesar 6,308 59 2. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan dengan STAS sebesar 5,832 3. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit dengan STAS sebesar 5,820 4. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei dengan STAS sebesar 5,574 5. Meningkatkan Skala Produksi dengan STAS sebesar 5,528 6. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan dengan STAS sebesar 4,054 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Faktor-faktor kunci internal dan eksternal yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah: a. Internal Analisis faktor internal menghasilkan 12 faktor kunci internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terdiri dari delapan faktor, yaitu: (1) Hasil Produksi yang Berkualitas (2) Harga yang Kompetitif (3) Lokasi yang Strategis (4) Unit Usaha yang Terintegrasi (5) Ketersediaan Sarana Operasional (6) Insentif dan Tunjangan Karyawan (7) Penetapan Target Produksi, dan (8) Perbedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei. Sedangkan faktor kelemahan yang dimiliki usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terdiri dari empat faktor, diantaranya: (1) Serangan Penyakit Udang Vannamei (2) Keterbatasan Keputusan Penjualan di Unit Usaha (3) Kurangnya Jaringan Pemasaran, dan (4) Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak. Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci internalnya berada di antara 2.00-2.99 yaitu sebesar 2.757. Kekuatan utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah ketersediaan sarana operasional, sedangkan kelemahan utama usaha adalah adanya serangan penyakit udang vannamei. b. Eksternal Analisis lingkungan eksternal menghasilkan 10 faktor kunci internal yang menjadi peluang dan ancaman pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Peluang yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terdiri dari empat faktor, antara lain: (1) Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi (2) Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung (3) Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei, dan (4) Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi. Sedangkan faktor ancaman yang dihadapi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani 60 Pemuka Banyuwangi terdiri dari enam faktor, diantaranya: (1) Keberadaan Kompetitor (2) Inflasi (3) Persebaran Penyakit Udang Secara Global (4) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (5) Dampak Terhadap Kualitas Lingkungan yang Terjadi, dan (6) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok. Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi eksternal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci eksternalnya berada di antara 2.00-2.99 yaitu sebesar 2.794. Peluang utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah permintaan terhadap udang vannamei yang tinggi, sedangkan ancaman utama usaha adalah pada kekuatan tawar menawar pembeli. 2. Alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan dalam usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan analisis formulasi strategi menggunakan matriks SWOT menghasilkan enam alternatif strategi, yaitu: (SO) Meningkatkan skala produksi, (WO1) Mengoptimalkan lahan tambak yang belum dimanfaatkan, (WO2) Memanfaatkan teknologi dan infromasi untuk mengurangi serangan penyakit, (ST) Meningkatkan kualitas hasil produksi udang vannamei, (WT1) Menjaga stabilitas produksi, (WT2) Menjalin hubungan baik dengan pelanggan. 3. Urutan prioritas strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya dilakukan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berdasarkan analisis formulasi strategi menggunakan perhitungan QSPM adalah: a. Menjaga Stabilitas Produksi dengan STAS sebesar 6,308 b. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan dengan STAS sebesar 5,832 c. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit dengan STAS sebesar 5,820 d. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei dengan STAS sebesar 5,574 e. Meningkatkan Skala Produksi dengan STAS sebesar 5,528 f. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan dengan STAS sebesar 4,054 Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis strategi pengembangan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di Kabupaten Banyuwangi, maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah melaksanakan tiga priotitas utama dari alternatif strategi yang dihasilkan. Tiga prioritas strategi tersebut memiliki fokus dalam hal produksi, karena produksi menjadi faktor terpenting bagi perusahaan unuk dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Maka saran kepada perusahaan antara lain: 1. Menjaga stabilitas produksi. 61 Dalam upaya menjaga stabilitas produksi diperlukan adanya penanganan yang optimal pada masa budidaya sehingga hasil panen memenuhi target perusahaan. Pemberian prebiotik yang rutin dan mengoptimalkan kinerja automatic feeder merupakan beberapa cara mengurangi risiko serangan penyakit pada udang vannamei sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil produksi. Produksi yang stabil, baik dari segi kuantitas dan kualitas akan berpengaruh pada harga jual, posisi usaha di pasaran dan loyalitas pembeli. 2. Mengoptimalkan lahan tambak yang belum dimanfaatkan. Penambahan kolam produksi akan meningkatkan hasil produksi dan menambah peluang penjualan produk udang vannamei menjadi lebih luas. Sebelum mengaktifkan fungsi lahan tambak tersebut, perlu diperhatikan beberapa aspek bagi perusahaan seperti menambah tenaga kerja, penerapan sistem budidaya yang sesuai serta mengaplikasikan teknologi yang mendukung produksi. Hal tersebut diperlukan untuk menjaga lahan tambak tetap produktif dalam jangka waktu yang lama. 3. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan Penyakit. Keberadaan penyakit sangat berpengaruh terhadap proses budidaya dan hasil produksi udang vannamei di usaha tambak milik PT. Suri Tani Pemuka. Sehingga perlu pemanfaatan teknologi yang lebih optimal dalam upaya mengatasi permasalahan ini baik dalam penggunaan teknologi yang telah dimiliki hingga menambah teknologi lain yang dapat membantu mencegah timbulnya penyakit. Selain itu, selalu mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai penyakit udang vannamei serta teknik penanggulangannya menjadi upaya penting guna menghindari ancaman serangan penyakit yang ada. Tujuan dari upaya-upaya tersebut adalah mencegah kerugian yang dapat ditimbulkan akibat rendahnya harga jual udang karena kualitas yang buruk. 62 DAFTAR PUSTAKA Allison M, Kaye J. 2004. Perencanaan Strategis. Jakarta (ID). Yayasan Obor Indonesia Alma B. 2010. Pengantar Bisnis. Bandung (ID). Alfabeta Bayanti FA. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Mitra Tani Parahyangan Desa Tegallega Kecamatan Warungkondang Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Ekspor Udang Menurut Negara Tujuan. Jakarta: Badan Pusat Statistik. David F. 2004. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi Ketujuh). Jakarta (ID). Indeks David F. 2009. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi 12). Jakarta (ID). Salemba Empat [Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur]. Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2014 [diunduh pada: 15 Mei 2016]; Tersedia pada: http://diskanlut.jatimprov.go.id [Direktorat Jendral Perikanan Budidaya]. Produksi Udang Indonesia Tahun 20102014 [diunduh pada Januari 2016]; Tersedia pada: http://djpb.kkp.go.id Erick. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kuda di Arthayasa Stables [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Friend G, Zehle S. 2004. Guide to Business Planning. [PDF]. Profile Books Ltd. England. Diakses pada Januari 2016 Helma. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Indah. 2012. Analisis Prospek Budidaya Udang di Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur untuk Mendukung Industrialisasi KP [diunduh pada 18 Maret 2016]; Tersedia pada: http://kkp.go.id Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian (Jilid I). Jakarta (ID). Binarupa Aksara Rahman A. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah Pada Kelompok Tani Hurang Galunggung Kecamatan Sukaratu Tasikmalaya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rangkuti F. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama Sari MI. 2015. Strategi Pengembangan Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.) d Baby French Farmer Group, Kabupaten Bandung Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Solihin I. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta (ID): Erlangga Umar H. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama Wheleen, Hunger. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI Yuliati E. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) (Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor 63 LAMPIRAN Lampiran 1 Perolehan bobot faktor kunci internal Responden No Rataan Bobot Faktor Strategis Internal Nilai Bobot R1 R2 R3 R4 3.00 3.00 4.00 3.00 3.25 0.097 4.00 4.00 4.00 3.00 3.75 0.082 2 Kekuatan Hasil Produksi Berkualitas Harga yang Kompetitif 3 Lokasi yang Strategis 4.00 4.00 3.00 3.00 3.5 0.099 4 Unit Usaha yang Terintegrasi Ketersediaan Sarana Operasional Insentif dan Tunjangan Karyawan Penetapan Target Produksi 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 0.051 4.00 3.00 4.00 4.00 3.75 0.101 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 0.076 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 0.081 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 0.098 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.116 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 0.053 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 0.054 2.00 2.00 2.00 1.00 1.75 0.084 33.00 1 1 5 6 7 8 yang Perbedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei Kelemahan 1 Serangan Penyakit Vannamei 2 Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha 3 4 Udang Kurangnya Jaringan Pemasaran Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak Total Ket: R1 = Head of Unit (Pak Ketut) R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza) R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono) R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto) 64 Lampiran 2 Perolehan peringkat faktor kunci internal R1 R2 R3 R4 Nilai Rataan Peringkat Responden No Faktor Strategis Internal 1 2 Kekuatan Hasil Produksi yang Berkualitas Harga yang Kompetitif 3.00 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00 3.00 3.00 3.25 3.75 3 Lokasi yang Strategis 4.00 4.00 3.00 3.00 3.5 4 Unit Usaha yang Terintegrasi 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 5 Ketersediaan Sarana Operasional 4.00 3.00 4.00 4.00 3.75 6 Insentif dan Tunjangan Karyawan 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 7 Penetapan Target Produksi 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 1.75 8 1 2 3 4 Perbedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei Kelemahan Serangan Penyakit Udang Vannamei Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha Kurangnya Jaringan Pemasaran Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak Ket: R1 = Head of Unit (Pak Ketut) R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza) R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono) R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto) 65 Lampiran 3 Perolehan bobot faktor kunci eksternal No 1 2 3 4 Faktor Strategis Eksternal Peluang Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei Kemajuan Teknologi dan Informasi Responden Rataan Bobot Nilai Bobot R1 R2 R3 R4 4.00 4.00 3.00 4.00 3.75 0.109 1.00 4.00 3.00 4.00 3.00 0.112 4.00 3.00 4.00 3.00 3.5 0.101 2.00 2.00 3.00 3.00 2.50 0,112 Ancaman 1 Keberadaan Kompetitor 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 0.051 2 Inflasi Persebaran Penyakit Udang Secara Global 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 0.078 1.00 2.00 2.00 1.00 1.50 0.124 4 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli 2.00 4.00 4.00 2.00 3.00 0.110 5 Tercemarnya Kualitas Lingkungan 1.00 2.00 2.00 1.00 1.50 0.127 6 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3 Total Ket: R1 = Head of Unit (Pak Ketut) R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza) R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono) R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto) 28.75 0.070 1 66 Lampiran 4 Perolehan peringkat faktor kunci eksternal No 1 Responden Faktor Strategis Eksternal Peluang Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi Rataan Bobot R1 R2 R3 R4 4.00 4.00 3.00 4.00 3.75 2 Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung 1.00 4.00 3.00 4.00 3.00 3 Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei 4.00 3.00 4.00 3.00 3.5 4 Kemajuan Teknologi dan Informasi 2.00 2.00 3.00 3.00 2.50 Ancaman 1 Keberadaan Kompetitor 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 2 Inflasi 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3 Persebaran Global 1.00 2.00 2.00 1.00 1.50 4 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli 2.00 4.00 4.00 2.00 3.00 5 Tercemarnya Kualitas Lingkungan 1.00 2.00 2.00 1.00 1.50 6 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 Penyakit Udang Secara Ket: R1 = Head of Unit (Pak Ketut) R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza) R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono) R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto) 67 Lampiran 5 Perolehan matriks QSP Faktor Kunci Bobot AS TAS Strategi Strategi WO1 WO2 AS TAS AS Strategi SO TAS AS TAS AS TAS Strategi WT2 AS TAS Strategi ST Strategi WT1 Kekuatan A 0.097 4.00 0.388 4.00 0.388 2.00 0.194 4.00 0.388 4.00 0.388 2.00 0.194 B 0.082 4.00 0.328 4.00 0.328 2.00 0.164 3.00 0.246 3.00 0.246 4.00 0.328 C 0.100 3.00 0.300 4.00 0.400 4.00 0.400 4.00 0.400 3.00 0.300 3.00 0.300 D 0.051 3.00 0.153 4.00 0.204 3.00 0.153 3.00 0.153 4.00 0.204 2.00 0.102 E 0.101 3.00 0.303 4.00 0.404 3.00 0.303 4.00 0.404 4.00 0.404 2.00 0.202 F 0.076 3.00 0.228 4.00 0.304 2.00 0.152 3.00 0.228 3.00 0.228 1.00 0.076 G H 0.081 0.099 4.00 3.00 0.324 0.297 3.00 3.00 0.243 0.297 3.00 4.00 0.243 0.396 3.00 2.00 0.243 0.198 3.00 3.00 0.243 0.297 1.00 1.00 0.081 0.099 . Kelemahan A 0.116 2.00 0.232 2.00 0.232 4.00 0.464 3.00 0.348 4.00 0.464 2.00 0.232 B 0.053 1.00 0.053 1.00 0.053 1.00 0.053 2.00 0.106 3.00 0.159 2.00 0.106 C D 0.055 0.085 1.00 3.00 0.055 0.255 1.00 4.00 0.055 0.340 2.00 3.00 0.110 0.255 2.00 2.00 0.110 0.170 2.00 3.00 0.110 0.255 4.00 2.00 0.220 0.170 A 0.109 4.00 0.436 4.00 0.436 3.00 0.307 3.00 0.327 4.00 0.436 2.00 0.218 B 0.112 3.00 0.336 3.00 0.336 3.00 0.336 2.00 0.224 2.00 0.224 1.00 0.112 C D 0.101 0.112 3.00 2.00 0.303 0.224 3.00 2.00 0.303 0.224 3.00 4.00 0.303 0.448 3.00 3.00 0.303 0.336 4.00 3.00 0.404 0.336 3.00 3.00 0.303 0.336 A 0.051 1.00 0.051 2.00 0.102 4.00 0.204 3.00 0.153 3.00 0.153 1.00 0.051 B 0.079 2.00 0.158 1.00 0.079 1.00 0.079 1.00 0.079 2.00 0.158 2.00 0.158 C 0.125 2.00 0.250 2.00 0.250 4.00 0.500 2.00 0.250 3.00 0.375 1.00 0.125 D 0.111 3.00 0.333 3.00 0.333 2.00 0.222 4.00 0.444 3.00 0.333 4.00 0.444 E 0.127 0.070 3.00 2.00 0.381 3.00 2.00 0.381 2.00 4.00 0.254 2.00 3.00 0.254 3.00 0.381 1.00 0.127 0.21 3.00 0.210 1.00 0.070 Peluang Ancaman F Total Skor Prioritas Strategi Alternatif Prioritas Strategi 0.140 0.140 5.528 5.832 5 2 0.280 5.820 5.574 3 4 6.308 4.054 1 6 68 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Dokumentasi 1 Udang vannamei fresh Dokumentasi 2 Kolam produksi Dokumentasi 3 Penyortiran dan penimbangan udang 69 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 26 Maret 1994 dari pasangan Arianto dan Pangesti Rokhi Dewi. Penulis merupakan putra ke-dua dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri IV Penganjuran Banyuwangi pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Banyuwangi pada tahun 2006, dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Glagah Banyuwangi yang lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur SNMPTN Tulis. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Agribisnis, penulis terlibat aktif dalam kegiatan keprofesian dan kemahasiswaan. Pada tahun 2014, penulis menjadi anggota Departemen Olahraga di BEM FEM kabinet Simfoni. Pada tahun 2013 penulis menjadi Ketua Panitia acara Malam Keakraban OMDA Banyuwangi yang dilakasanakan di Bogor. Pada tahun 2014 penulis merupakan Ketua Panitia The 8th Sportakuler, yang merupakan acara olimpiade olahraga bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain aktif pada kegiatan organisasi, penulis juga aktif dalam kegiatan olahraga di tingkat fakultas. Penulis merupakan anggota tim basket putra TPB 2012 dengan capaian semifinal dan anggota tim basket FEM 2013-2016 yang berlaga di Olimpiade Mahasiswa IPB. Serta anggota tim basket FEM 2013-2014 yang berlaga di ajang FE UI Cup, yaitu kompetisi bola basket yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia.