Templat tugas akhir S1

advertisement
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI
PT. SURI TANI PEMUKA KABUPATEN BANYUWANGI
ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT.
Suri Tani Pemuka Kabupaten Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Aldian Rizky Dwirahman
NIM H34120099
ABSTRAK
ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN. Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka
Kabupaten Banyuwangi. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.
Bisnis udang vannamei di Indonesia memiliki peluang yang sangat baik di
pasar internasional maupun domestik. PT Suri Tani Pemuka merupakan sebuah
perusahaan yang memiliki usaha budidaya udang vannamei yang berlokasi di Desa
Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi faktor kunci internal dan eksternal usaha, merumuskan
alternatif strategi pengembangan dan menentukan prioritas strategi. Analisis
kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan usaha berupa kekuatan,
kelemahan, peluang, ancaman, dan analisis SWOT. Analisis kuantitatif digunakan
pada Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, dan Matriks QSP. Matriks IFE dan
EFE yang digunakan menunjukkan bahwa usaha ini memiliki kondisi internal dan
eksternal perusahaan pada posisi sedang atau rata-rata. Matriks IE menunjukkan
strategi terbaik yang dapat diimplementasikan adalah strategi hold and maintain.
Matriks SWOT menghasilkan enam strategi alternatif yang dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe strategi hold and maintain : penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Prioritas strategi utama yang dihasilkan oleh Matriks QSP adalah menjaga
stabilitas produksi.
Kata kunci: Matriks SWOT, Pengembangan Usaha, QSPM, Strategi, Udang.
ABSTRACT
ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN. Analysis of Business Development Strategy of
Aquaculture Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) in PT Suri Tani Pemuka,
Banyuwangi District. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI.
Vannamei shrimp business in Indonesia has a good opportunities in the
international and domestic markets. PT Suri Tani Pemuka is a company that has
aquaculture business of vannamei shrimp located in Bomo village, Banyuwangi
district. The objectives of this research are to identify the internal and external key
factors of business, formulate alternative development strategies and to prioritize
the strategy. Qualitative analysis was used to determine business environment such
as strengths, weaknesses, opportunities, threats, and SWOT analysis. Quantitative
analysis was used in IFE, EFE, IE, and QSP matrix. Both of IFE and EFE matrix
showed that this business has internal and external conditions of the company at a
moderate or average. IE matrix showed that the best strategy was “hold and
maintain” strategy. SWOT matrix produced six strategies that can be grouped into
two type of “hold and maintain” strategy : market penetration and product
development. The main of strategic priorities produced by QSP Matrix is to
maintain the stability of production.
Keywords: Business Development, QSPM, Shrimp, Strategy, SWOT Matrix.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI
PT. SURI TANI PEMUKA KABUPATEN BANYUWANGI
ALDIAN RIZKY DWIRAHMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah
strategi, dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang
Vannamei di PT. Suri Tani Pemuka Kabupaten Banyuwangi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
selaku dosen pembimbing, serta Bapak Arif Karyadi Uswandi, SP yang telah
memberikan banyak saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku Ketua Departemen Agribisnis, Bapak I Ketut
Widiasa sebagai Head of Unit usaha tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta para
manajer Bapak Reza, Bapak Murdiono dan Bapak Windiarto. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Mas Firman, Mbak Ris Andika dan Mbak Umi Salamah
selaku pihak eksternal yang bersedia memberikan informasi selama proses
pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Novalya
Chandra atas keceriaan, kebersamaan dan dukungan moril yang diberikan selama
ini, serta kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala do’a, kasih
sayang, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Aldian Rizky Dwirahman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Udang Vannamei
Analisis Lingkungan Perusahaan
Analisis Strategi Pengembangan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Manajemen Strategis
Visi dan Misi Perusahaan
Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Lingkungan Internal
Kerangka Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Responden
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Pencocokan
Tahap Pengambilan Keputusan
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan
Letak dan Lokasi
Visi, Misi dan Tujuan
Struktur Organisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan
Faktor-faktor Peluang dan Ancaman
Formulasi Strategi
Tahap Input Data
Tahap Pencocokan Data
Tahap Pengambilan Keputusan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
xiii
xiii
xiii
1
1
4
5
6
6
6
6
7
8
9
9
10
12
13
18
19
21
21
21
21
21
22
22
26
29
30
30
31
31
31
33
33
41
46
50
50
52
58
59
59
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
62
63
69
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Produksi Udang Indonesia Periode 2010-2014 (ribu ton)
Jumlah Produksi Udang Vannamei di Indonesia
Hasil dan Nilai produksi Tambak Udang Vannamei di Jawa Timur
Matriks Eksternal Faktor Evaluation
Matriks Internal Faktor Evaluation
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha
Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha
Matriks IFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
Matriks EFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
Urutan Prioritas Strategi Usaha Budidaya Udang Vannamei PT.STP
1
3
4
23
25
26
26
29
45
49
51
52
58
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Model Manajemen Strategis Komprehensif
Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
Kerangka Pemikiran Operasional
Matriks IE
Matriks SWOT
Struktur Organisasi PT. STP Banyuwangi Unit Tambak Bomo
Matriks IE Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
Matriks SWOT pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
12
16
20
27
28
32
53
57
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Perolehan Bobot Faktor Kunci Internal
Perolehan Peringkat Faktor Kunci Internal
Perolehan Bobot Faktor Kunci Eksternal
Perolehan Peringkat Faktor Kunci Eksternal
Perolehan matriks QSP
Dokumentasi Penelitian
63
64
65
66
67
68
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia di sektor
perikanan. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis di
sektor perikanan. Para pelaku bisnis telah mengetahui prospek cerah dari komoditas
perikanan khususnya udang. Banyak pula pebisnis yang meninggalkan bisnis yang
telah lama mereka jalankan dan berganti pada bisnis budidaya udang. Usaha
budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi
aktivitas ekonomi masyarakat. Mulai dari bisnis pakan, pembenihan, pembesaran,
hingga perlakuan pasca panennya, komoditas udang mempunyai banyak
keuntungan. Fenomena tersebut mengakibatkan meningkatnya usaha budidaya
udang di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Tabel 1).
Budidaya udang jenis vannamei saat ini sedang menjadi unggulan bagi para
petambak udang di Indonesia. Volume produksi udang di Indonesia mengalami
kenaikan rata-rata 13,8 ribu ton selama periode 2010 hingga 2014. Data yang
bersumber dari Direktorat Jendral Perikanan Budidaya tahun 2015 menyebutkan
produksi udang yang terbesar adalah udang jenis vannamei dengan kenaikan ratarata 20,4 ribu ton. Dibandingkan dengan produksi udang windu, produksi udang
vannamei cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk produksi udang windu, meskipun pada
tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun pada tahuntahun berikutnya justru mengalami penurunan jumlah produksi.
Tabel 1 Produksi Udang Indonesia Periode 2010-2014 (ribu ton)
2010
2011
2012
2013
2014
Kenaikan
Rata-rata
(%)
380,8
401
415,9
638,7
592
13.8
125,5
126,1
117,8
171,5
126,5
3.3
206,5
246,4
251,7
390,2
411,7
20.4
48,8
28,5
46
77
53,8
14.2
Komoditi
Volume
Produksi
Udang
Windu
Udang
Vannamei
Udang
Lainnya
Sumber: Dirjen Perikanan Budidaya (2015) (Diolah)
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang
secara resmi ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya
oleh Menteri DKP pada tahun 2001, dan sejak itu perkembangan budidayanya
sangat cepat. Selain Indonesia, negara-negara yang telah mengembangkan
vannamei antara lain China, Taiwan dan Thailand. Daya tarik udang vannamei
terletak pada ketahanannya terhadap penyakit dan tingkat produktivitasnya yang
tinggi dibandingkan dengan udang windu. Bila dibandingkan dengan jenis udang
lainnya, udang vannamei memiliki keunggulan yaitu :
2







responsif terhadap pakan dengan kadar protein 25 - 30% (lebih rendah dari
udang windu)
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan suhu rendah,
adaptasi terhadap perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi)
laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan I dan II
angka kehidupan (survival rate/SR) hidup tinggi.
dapat ditebar dengan kepadatan tinggi karena hidupnya mengisi kolom air
bukan di dasar saja.
serapan pasar luas, mulai dari ukuran 10 hingga 25 gram per ekor.
Berbagai keunggulan tersebut menjadikan usaha budidaya udang vannamei
sangat potensial dan prospektif pengembangannya. Banyak petambak mulai tertarik
untuk beralih ke vannamei termasuk petambak di daerah Situbondo dan
Banyuwangi serta Malang Selatan. Keberhasilan petambak Jawa Timur tersebut
merangsang petambak lain untuk beralih usaha dari budidaya udang windu ke
budidaya udang vannamei, yaitu petambak dari propinsi Bali, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Udang vannamei memberikan
dampak yang sangat baik bagi perkembangan komoditas udang tambak Indonesia.
Hingga saat ini udang vannamei banyak dibudidayakan hampir di seluruh daerah di
Indonesia.
Jenis tambak yang digunakan juga bervariasi, ada yang masih berupa tanah,
kolam semen dan kolam bak dan tambak ditutup dengan mulsa. Harga udang
vannamei pada tahun 2014 hingga 2015 terbilang cukup stabil, khususnya jika
sudah mencapai size (jumlah udang per kg) di bawah 60 (DJPB, 2016). Harga di
Indonesia sangat dipengaruhi kondisi global karena udang vannamei hasil
pertambakan Indonesia lebih banyak yang diekspor. Hanya beberapa persen dari
hasil produksi yang diperuntukkan bagi pasar lokal, namun hal tersebut tetap
menjadi peluang besar jika melihat tingginya permintaan udang vannamei. Udang
vannamei sangat memungkinkan untuk dipelihara di tambak dengan kondisi padat
tebar yang tinggi karena mampu memanfaatkan pakan dan ruang secara lebih
efisien.
Budidaya udang vannamei banyak digeluti oleh petambak di Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), serta
beberapa daerah di Sulawesi. Dari beberapa provinsi tersebut, Jawa Timur memiliki
potensi besar untuk pembudidayaan udang vannamei, terlihat dari Tabel 2 dimana
provinsi tersebut menempati peringkat ketiga tertinggi dalam hal jumlah produksi
udang vannamei dari beberapa provinsi di Indonesia.
3
Tabel 2 Jumlah Produksi Udang Vannamei di Indonesia
Produksi Udang Vannamei (Ton)
Provinsi
2 013
2 014 *
Lampung
72 051
78 985
Nusa Tenggara Barat
56 960
76 808
Jawa Timur
47 150
52 951
Sumatera Selatan
40 016
39 758
Jawa Barat
61 633
39 402
Jawa Tengah
13 872
30 600
Kalimantan Barat
39 092
28 972
Sulawesi Selatan
8 542
15 247
Sulawesi Tenggara
18 369
12 802
Sumatera Utara
19 791
10 728
Gorontalo
996
6 310
Maluku
2 065
4 000
Sulawesi Barat
1 138
3 915
B a l i
2 932
3 104
D.I. Yogyakarta
812
3 000
Sumber: Dirjen Perikanan Budidaya (2015)
Provinsi Jawa Timur memiliki potensi besar untuk mengembangkan
budidaya udang vannamei. Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan salah
satu wilayah yang gencar mengusahakan budidaya perairan khususnya budidaya
udang. Letak geografis wilayah Banyuwangi yang dekat dengan pantai
mengakibatkan banyak pelaku bisnis yang mengutamakan usaha di sektor
perikanan. Tabel 3 menjelaskan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah
dengan hasil produksi dan nilai produksi budidaya tambak udang vannamei
tertinggi dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur.
Berdasarkan data pada tahun 2014, untuk produksi udang jenis vannamei,
Kabupaten Banyuwangi mampu menghasilkan 10 713,9 ton per tahun dengan nilai
produksi mencapai 631 miliar rupiah, kemudian dibawahnya terdapat beberapa
kabupaten seperti Kabupaten Tuban, Kabupaten Gresik, Kabupaten Situbondo, dan
Kabupaten Probolinggo. Budidaya udang vannamei di Banyuwangi saat ini sedang
mengalami trend kenaikan. Terhitung tahun 2011 hasil budidaya udang vannamei
hanya mencapai 5000 ton per tahun. Namun pada tahun 2014, hasil budidayanya
telah mencapai 10.700 ton per tahun.1
1
www.sunriseofjava.com. Budidaya Vannamei di Kabupaten Banyuwangi. Diakses tanggal 4 Juni
2015
4
Tabel 3 Hasil dan Nilai produksi Tambak Udang Vannamei di Jawa Timur (2014)
Kabupaten/Kota
Kab. Banyuwangi
Kab. Tuban
Kab. Gresik
Kab. Situbondo
Kab. Probolinggo
Kab. Sidoarjo
Kab. Lamongan
Kab. Malang
Kab. Pasuruan
Kab. Jember
Kota Surabaya
Kab. Lumajang
Kab. Pamekasan
Kab. Bangkalan
Kab. Tulungagung
Kab. Blitar
Kab. Pacitan
Kota Probolinggo
Kota Pasuruan
Produksi (Ton)
10 713,9
3 439,8
3 147,4
4 661,3
3 422,6
4 176,5
2527,8
2 657
1 259,4
918,3
866
715,7
473,9
570,6
275,4
494
207,8
50,2
4,2
Nilai Produksi (Rp.
1000,-)
631 197 000
182 894 581
151 852 650
124 909 700
124 310 865
108 876 000
95 342 109
49 377 200
48 120 127
46 709 000
42 238 376
41 990 940
35 604 091
29 877 600
15 838 970
15 530 000
8 321 392
1 790 000
112 199
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Jatim (2015) (Diolah)
Produksi udang yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi ini terbanyak di
hasilkan dari tambak-tambak yang ada di Kecamatan Wongsorejo. Data dari Dirjen
Perikanan Budidaya Kabupaten Banyuwangi menyebutkan bahwa luasan tambak
udang vannamei di Banyuwangi mencapai 1.381 hektare. Salah satu tambak udang
di Banyuwangi yang mengusahakan budidaya udang jenis vannamei adalah milik
PT. Suri Tani Pemuka. PT. Suri Tani Pemuka terletak di daerah Bulusan,
Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Perusahaan tersebut memiliki usaha
tambak budidaya udang vannamei di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi.
Seperti pelaku bisnis pada umumnya, dalam
mengusahakan budidaya udang vannamei, PT. Suri Tani Pemuka juga menghadapi
berbagai macam masalah. Tidak hanya menghadapi masalah di dalam perusahaan
namun juga terdapat masalah di luar perusahaan. Identifikasi kekuatan dan
kelemahan PT. Suri Tani Pemuka dapat diketahui dengan melakukan analisis
lingkungan internal perusahaan tersebut, sedangkan analisis lingkungan eksternal
dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terjadi di luar
perusahaan. Kombinasi dari identifikasi lingkungan internal eksternal dapat
dirumuskan menjadi strategi bisnis yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka
untuk bertahan dan mengembangkan usahanya.
Perumusan Masalah
PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang mampu
memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. PT. Suri Tani Pemuka berdiri
sejak tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan tambak udang terintegrasi pertama
5
di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya oleh Japfa
comfeed Indonesia. Perusahaan ini memiliki bisnis utama pada pengolahan dan
produksi pakan ikan dan udang. Namun, PT. Suri Tani Pemuka juga memiliki usaha
terintegrasi lain yaitu pembenihan serta pembesaran udang dan ikan. Basis utama
operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur yang saat ini mengoperasikan
tujuh unit usaha tambak udang. Salah satu usaha budidaya udang milik PT. Suri
Tani Pemuka terdapat di Kabupaten Banyuwangi.
Selama ini, PT. Suri Tani Pemuka unit Kab. Banyuwangi membudidayakan
udang vannamei dengan sistem budidaya hampir sama dengan unit-unit di daerah
lain. Namun pada tahun 2015, PT. Suri Tani Pemuka unit Banyuwangi mulai
mengubah sistem budidaya udang vannameinya dalam hal padat tebar benih, sistem
ganti air, perlakuan selama masa budidaya, jumlah kincir, ukuran petak tambak,
model konstruksi tambak, serta hal-hal lain yang berkaitan. Perubahan tersebut
mengakibatkan adanya beberapa masalah:
1. Fluktuasi jumlah produksi udang vannamei
2. Fluktuasi hasil penjualan udang vannamei
3. Kapasitas produksi yang kurang optimal
Agar perusahaan mampu mengatasi fluktuasi jumlah produksi dan hasil
penjualan yang tidak menentu serta mampu mengoptimalkan kapasitas produksi,
maka penting bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan
eksternal yang di hadapinya. Oleh karena itu perlu bagi PT. Suri Tani Pemuka untuk
mempunyai strategi yang tepat dalam pengembangan usahanya, sehingga mampu
mengatasi berbagai macam masalah yang dihadapi dan mengurangi risiko kerugian
sehingga usaha dapat mempunyai umur yang panjang dengan keuntungan maksimal.
Identifikasi kekuatan dan kelemahan PT. Suri Tani Pemuka dapat diketahui dengan
melakukan analisis lingkungan internal perusahaan tersebut, sedangkan analisis
lingkungan eksternal dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang terjadi di luar perusahaan. Kombinasi dari identifikasi lingkungan
internal dan eksternal dapat dirumuskan menjadi strategi bisnis yang digunakan
oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk bertahan dan mengembangkan usahanya. Dari
permasalahan diatas muncul pertanyaan:
1. Apa saja faktor-faktor kunci internal dan eksternal yang dimiliki PT. Suri
Tani Pemuka?
2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha budidaya udang
vannamei di PT. Suri Tani Pemuka?
3. Bagaimana urutan prioritas strategi pengembangan usaha budidaya udang
vannamei yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei di
PT. Suri Tani Pemuka.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan
usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka.
6
3. Mengetahui urutan prioritas strategi yang dapat dilakukan dalam
pengembangan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi peneliti, sebagai proses pembelajaran dalam kemampuan menulis dan
menganalisis permasalahan, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan
dan kompetensi di bidang pemasaran dan strategi agribisnis sehingga dapat
menjadi bekal ketika kelak berkecimpung dalam dunia agribisnis.
2. Bagi perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
menerapkan strategi pengembangan usaha budidaya udang vannamei yang
tepat, sehingga nilai penjualan produk perusahaan dapat meningkat.
3. Pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait
dengan strategi pengembangan usaha dalam membudidayakan udang
vannamei secara umum dan sebagai menjadi bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian mengenai manajemen strategi ini dibatasi hanya dalam
ruang lingkup formulasi strategi melalui tiga tahapan pengambilan keputusan,
sedangkan implementasi strategi dan evaluasi strategi merupakan wewenang pihak
manajemen perusahaan sepenuhnya. Kegiatan penelitian menganalisis lingkungan
internal, eksternal dan merumuskan strategi hanya dalam lingkup tambak udang
vannamei PT Suri Tani Pemuka yang berlokasi di Desa Bomo, Kecamatan
Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, tidak termasuk cabang perusahaan. Penelitian
ini juga hanya menganalisis data berdasarkan perspektif responden dari internal
usaha sebagai pengambil keputusan, sedangkan perspektif responden di luar
perusahaan tidak dilibatkan.
.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Udang Vannamei
Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei
Udang vannamei sebelum dikembangkan di Indonesia telah terlebih dahulu
dikembangkan di Amerika Selatan, seperti Ekuador, Meksiko, Panama, Kolombia
dan Honduras. Udang vannamei digolongkan dalam genus Litopenaeus pada filum
Anthropoda. Spesies yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea.
Ciri-ciri subfilum crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang
berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda. Bagian tubuh udang
vannamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan
perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula,
dan sepasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 5 pasang
kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped.
7
Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod)
serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.
Sifat Biologis
Sifat biologis udang vannamei, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal) dan
dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt. Udang
vannamei akan mati jika terpapar suhu dibawah 15ºC atau diatas 33ºC selama 24
jam. Udang vannamei bersifat kanibal, mencari makan lewat organ sensor dan tipe
yang pemakan lambat, memiliki 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, 3 stadia mysis
sebelum menjadi post larva yang merupakan siklus hidupnya. Stadia post larva
berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa. Post larva udang
vannamei di perairan bebas akan bermigrasi memasuki perairan estuaria untuk
tumbuh dan kembali bermigrasi ke perairan asalnya pada saat matang gonad.
Manajemen Pakan
Usaha budidaya berkembang dengan pesat mulai dari sistem ekstensif hingga
sistem intensif. Perkembangan tersebut telah menimbulkan masalah terutama dalam
hal usaha budidaya yang berkelanjutan. Nutrien yang tersedia dalam pakan,
sebagian besar dapat menjadi polutan pada lingkungan budidaya, seperti nitrogen,
fosfor, bahan organik, dan hidrogen sulfide. Semakin tinggi padat tebar membawa
konsekuensi pada peningkatan limbah metabolik yang dihasilkan. Limbah
metabolik tersebut akan terakumulasi dalam media budidaya, sehingga menjadi zat
racun yang menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan organisme yang
dipelihara. Akumulasi bahan organik yang berlebih menjadi pemicu kondisi
lingkungan yang anaerob, tingginya kebutuhan oksigen di sedimen, terjadinya
penurunan mutu lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada respon
pertumbuhan kultivan yang rendah.
Manajemen Lingkungan Budidaya
Pengawasan (monitoring) lingkungan merupakan faktor penting dalam
penentu keberhasilan suatu budidaya. Kegiatan budidaya udang vannamei dengan
metode intensif mengakibatkan udang yang dibudidayakan menjadi mudah stres
karena padat tebar yang tinggi, penanganan, dan turunnya mutu kualitas air.
Parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Parameter
yang berpengaruh dalam budidaya tersebut adalah pH, oksigen terlarut,nitrat,
amonia, bahan organik, suhu, salinitas, dan nitrit.
Analisis Lingkungan Perusahaan
Erick (2007) melakukan penelitian dengan mengambil objek usaha ternak
kuda menyatakan bahwa dengan menggunakan alat analisis IFE-EFE, faktor yang
menjadi lingkungan internal perusahaan adalah manajemen sumberdaya manusia,
produksi, pemasaran, teknologi serta penelitian dan pengembangan. Faktor
lingkungan eksternal yang dihadapi adalah lingkungan makro, yang terdiri dari
faktor ekonomi, social dan lingkungan, politik (pemerintahan) dan kelembagaan
serta lingkungan mikro yaitu pesaing.
Helma (2014) dalam penelitiannya mengenai usaha ternak kelinci bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan
8
eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha peternakan kelinci serta
merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan,
menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE serta SWOT. Hasil analisis didapat
faktor internal usaha meliputi karakteristik peternak, pemasaran, modal, tenaga
kerja, kepemilikan ternak, budidaya dan kelembagaan. Sedangkan faktor eksternal
usaha adalah perkembangan perekonomian negara, sosial budaya demografi, politik
dan hukum, serta teknologi. Adapun faktor lingkungan kompetitif bagi usaha ternak
kelinci adalah persaingan antar perusahaan, potensi masuknya pesaing baru, potensi
pengembangan produk pengganti, daya tawar pemasok, dan daya tawar konsumen.
Identifikasi kekuatan internal usaha ternak kelinci terdapat pada faktor
budidaya berupa ketersediaan lahan pertanian atau hijauan dan lokasi usaha yang
strategis dan sesuai. Kekuatannya juga terlihat dari kemampuan dalam
menyediakan kelinci siap jual dengan kriteria yang beragam berupa anakan,
indukan, atau kelinci dewasa serta daging kelinci segar. Sedangkan identifikasi
kelemahannya adalah bidang budidaya meliputi belum adanya pemberian makanan
tambahan berupa pelet atau konsentrat, masih kurang tersedianya bibit unggul,
pemeliharaan dan penanganan penyakit ternak masih dengan cara tradisional, faktor
rendahnya pendidikan para tenaga kerja, faktor permodalan, faktor pemasaran serta
faktor kelembagaan. Identifikasi peluang eksternal meliputi adanya kebijakan
pemda kab. Bogor dalam mendorong pengembangan sektor peternakan, faktor
tingkat pertambahan penduduk, dan kemajuan teknologi. Ancaman eksternal usaha
adalah kenaikan harga bbm, tingkat persaingan perusahaan substitusi, dan
pendatang baru di industry peternakan.
Rahman (2009) melakukan penelitian tentang usaha budidaya udang galah
dan analisis lingkungan yang dilakukan adalah analisis eksternal yang terdiri dari
faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan demografi, serta teknologi kemudian
dilanjutkan dengan analisis lingkungan industri yang terdiri dari persaingan
diantara perusahaan yang ada, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar menawar
pembeli dan pemasok dan ancaman produk pengganti. Adapun analisis lingkungan
internal yang mempengaruhi perusahaan meliputi produksi dan operasi, pemasaran,
keuangan, SDM serta struktur organisasi dan budaya perusahaan.
Analisis Strategi Pengembangan
Bayanti (2014) dalam penelitiannya mengenai usaha koperasi bertujuan untuk
merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan di koperasi mitra
tani parahyangan. Metode penelitian yang digunakan yaitu matriks IE, matriks
SWOT, dan matriks QSP. Matriks IE menunjukan bahwa posisi Koperasi Mitra
Tani Parahyangan berada pada sel pertama yaitu posisi “tumbuh dan kembangkan”.
Strategi yang sesuai dengan posisi tersebut adalah strategi intensif dan integrative.
Matriks SWOT menghasilkan empat strategi alternatif pengembangan usaha yang
kemudian diprioritaskan melalui matriks QSP yaitu membuka minimarket khusus
sayuran segar, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengurangi dampak
impor produk sayuran, dan meningkatkan system kontrol terhadap kualitas usaha.
Prioritas strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan oleh Koperasi Mitra
Tani Parahyangan adalah membuka minimarket khusus sayuran segar untuk
memanfaatkan peluang meningkatkan konsumsi sayuran.
9
Indah (2012) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan prospek budidaya
udang bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang
sesuai dengan potensi dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten
Garut. Analisis data menggunakan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vannamei di Mekarsari
Kabupaten Garut dilakukan secara intensif dengan nilai R/C sebesar 1,9 dan hasil
dari perhitungan matriks strategi perusahaan berada pada kuadrdan 1 yang
cenderung mendukung strategi agresif (S-O). Pemahaman strategi menghasilkan
dua alternatif strategi yaitu peningkatan produksi melalui peningkatan teknologi
secara intensif berwawasan lingkungan dan pengembangan produksi tambak dari
usaha pembenihan sampai ke pembesaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2009) mengenai usaha pembenihan
udang vannamei yang menggunakan alat analisis matriks IFE, EFE, SWOT dan
QSP menghasilkan faktor internal kekuatan utama yaitu merupakan perusahaan
pembenihan udang vaname yang memiliki sertifikat dengan skor 0,328 dan
kelemahan utamanya adalah masyarakat belum mengenal jenis udang vaname
karena merupakan komoditas introduksi dengan skor 0,050. Sedangkan pada faktor
eksternal peluang yang paling utama yang dapat dimanfaatkan adalah merosotnya
produksi udang windu dengan skor 0,368 dan faktor yang menjadi ancaman utama
adalah adanya produk substitusi dengan skor 0,223. Dari factor IFE dan EFE
dihasilkan nilai rata-rata IFE sebesar 2,648 dan EFE sebesar 3,157 sehingga
menempatkan objek usaha pada sel II.
Posisi ini menggambarkan bahwa usaha berada dalam kondisi tumbuh dan
kembangkan. Hasil analisis terhadap factor-faktor strategis internal dan eksternal
digunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternatif startegi SO yaitu : 1)
Meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen; dan 2)
Memperluas wilayah pemasaran. Strategi ST, yaitu : 1) Meningkatkan kerjasama
dengan pihak terkait (pemasok dan konsumen); dan 2) Menjaga dan meningkatkan
kualitas produk. Startegi WO yaitu : 1) Mengenalkan produk ke masyarakat secara
luas; dan 2) Membudidayakan pakan alami sendiri. Sedangkan strategi WT terdiri
dari : 1) Menjaga stabilitas produksi; dan 2) Menjalin hubungan yang lebih baik
dengan konsumen. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi
menjaga stabilitas produksi dengan nilai TAS sebesar 7,325 sebagai strategi
prioritas.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis digunakan sebagai acuan atau landasan berpikir
dalam melakukan penelitian. Teori yang digunakan merupakan teori yang berkaitan
dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut
dimulai dari hal mendasar yang harus diketahui seperti konsep pengembangan
usaha hingga analisis yang digunakan dalam proses perumusan strategi. Secara
lengkap, kerangka penelitian teoritis dapat dilihat pada uraian berikut ini.
10
Manajemen Strategis
1. Konsep
Manajemen strategis penting bagi pencapaian tujuan suatu perusahaan baik
kecil maupun besar. Hal ini terlihat dari konsep analisisnya yang digunakan sebagai
alat bantu dalam pengambilan keputusan manajerial. Konsep manajemen strategis
dapat mengurangi ketidakpastian dan semakin kompleksnya masalah dalam dunia
bisnis. Manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan
Robinson, 1997).
Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan keputusan lintas
fungsional organisasi yang mencakup manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer
untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2004). Sedangkan menurut Solihin
(2012) manajemen strategi didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengarahan
(directing), pengorganisasian dan pengendalian berbagai keputusan dan tindakan
strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan
berbagai peluang baru dan berbeda untuk tantangan yang ada di masa depan.
Sedangkan manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan
terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Namun
manajemen strategis juga mempunyai risiko atau konsekuensi negatif yang dapat
terjadi jika pengambil keputusan tidak terlatih untuk menghadapi situasi akibat dari
perumusan strateginya.
Tiga macam konsekuensi negatif dapat terjadi dikarenakan (1) berburu
dengan waktu dalam mengimplementasikan strategi; (2) kurangnya tanggung jawab
individual atas keputusan yang diambil; (3) kekecewaan individu yang
berpartisipasi atas harapan-harapan yang tidak menjadi kenyataan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
strategis penting bagi suatu organisasi atau perusahaan karena dapat membantu
mengidentifikasi hingga mengevaluasi keputusan dari semua lintas fungsional demi
mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Manajemen strategis yang efektif
mampu menjadi pedoman dalam kemajuan kearah pencapaian sasaran dan arah
bisnis.
2. Tahapan
David (2009) menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga
tahap : perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses mengidentifikasi, merancang dan
memilih strategi yang tepat untuk diterapkan dari serangkaian strategi yang telah
disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Perumusan strategi mencakup
pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu
organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan jangka
panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk
mencapai tujuan. Isu perumusan strategi termasuk keputusan memasuki atau keluar
11
dari suatu bisnis, pengalokasian sumberdaya, perluasan operasi, sistem kerjasama,
serta resiko yang akan dihadapi organisasi. Manajer puncak mempunyai perspektif
terbaik untuk memahami sepenuhnya keterkaitan dari keputusan perumusan.
Menurut Pearce dan Robinson (1997) perumusan strategi bertujuan untuk
memedomani eksekutif dalam menetapkan bidang usaha yang diterjuni perusahaan,
tujuan akhir yang ingin dicapainya dengan perpaduan perspektif yang berorientasi
ke depan dengan lingkungan intern dan ekstern perusahaan.
2. Implementasi Strategi
Tahap implementasi strategi merupakan tahap tindakan manajemen strategis,
bagaimana pilihan strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan sesuai tujuan
organisasi. Implementasi strategi termasuk dalam hal menetapkan objektif tahunan,
melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan
sumberdaya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan.
Keterampilan interpersonal sangat penting bagi penerapan strategi yang berhasil.
Aktivitas penerapan strategi memengaruhi semua lini divisional organisasi. Setiap
divisi dan bagian harus memutuskan setiap tugas yang berkaitan dengan tanggung
jawabnya.
Tantangan implementasi strategi adalah merangsang manajer dan karyawan
di segenap organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhsilan implementasi strategi
tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan karena
implementasi strategi memerlukan disiplin pribadi, komitmen dan pengorbanan.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi yang
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan strategi
yang dilaksanakan oleh organisasi. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di
masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus
berubah. Tiga aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (a) meninjau
faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (b)
mengukur prestasi, (c) mengambil tindakan korektif.
Akitvitas perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi terjadi di tiga level
hierarki di sebuah organisasi besar : korporat, divisional atau unit bisnis strategis,
dan fungsional. Dengan menjaga komunikasi dan interaksi antar manajer dan
karyawan lintas tingkat hierarki, manajemen startegis membantu sebuah
perusahaan untuk menjadi suatu tim yang kompetitif.
3. Model
Proses manajemen strategis paling baik dapat dipelajari dan diterapkan
menggunakan suatu model. Setiap model menggambarkan suatu proses. Seperti
yang terlihat pada Gambar 1, David (2004) mengilustrasikan tentang model
komprehensif dari proses manajemen strategis yang menjelaskan bahwa mengenali
misi, sasaran, dan strategi organisasi yang sudah ada merupakan titik awal yang
logis untuk manajemen strategis karena pengaruh situasi dan kondisi. Proses
manajemen strategis dinamis dan terus-menerus. Satu perubahan di salah satu
komponen utama dalam model dapat mendorong perubahan di salah satu atau
semua komponen lain.
Dalam praktiknya, proses manajemen strategis tidak dilakukan dengan
pembagian yang jelas dan rapi seperti model. Pada umumnya, terdapat proses
12
timbal balik diantara tingkat hierarki suatu organisasi. Komunikasi dan umpan balik
yang baik diperlukan dalam seluruh proses manajemen strategis. Perusahaanperusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senatiasa berubah
dengan cepat cenderung lebih formal dalam perencanaan strategis mereka.
Perusahaan yang memiliki banyak divisi, produk, pasar, dan teknologi juga
cenderung lebih formal dalam mengaplikasikan konsep manajemen strategis.
Formalitas yang lebih besar dalam menerapkan konsep manajemen strategis
umumnya secara positif terkait dengan biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan
rencana di semua jenis dan ukuran organisasi.
Umpan Balik
Melakukan
audit eksternal
Mengembangkan
pernyataan
misi
Tetapkan
sasaran
jangka
panjang
Hasilkan,
evaluasi,
dan pilih
strategi
Tetapkan
kebijakan
dan
sasaran
tahunan
Mengalokasikan
sumberdaya
Mengukur
dan
mengevaluasi prestasi
Melakukan
audit internal
Perumusan Strategi
Implementasi
Strategi
Evaluasi
Gambar 1 Model Manajemen Strategis Komprehensif (David, 2004)
Visi dan Misi Perusahaan
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang
keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh personel
perusahaan. Menurut David (2004) visi adalah pernyataan tentang cita-cita yang
ingin dicapai di masa yang akan datang sedangkan misi adalah uraian nilai-nilai dan
prioritas dari suatu organisasi yang mampu menggambarkan arah organisasi di
masa depan. Pernyataan visi memenuhi beberapa aspek diantaranya berorientasi
ke depan, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, mengekspresikan kreatifitas,
berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat. Visi
diperlukan untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif karena visi bersama antara
manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat mengangkat
13
pekerja dari kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh
peluang dan ancaman.
Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa misi perusahaan merupakan
pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama (enduring)
tentang keinginan atau maksud perusahaan. Misi menguraikan bidang produk, pasar,
serta teknologi yang ditekankan perusahaan, dan dilakukan sedemikian hingga
mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategik
perusahaan. Misi bisnis adalah fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan
penugasan kerja serta merupakan titik awal untuk perencanaan tugas-tugas
manajerial utamanya untuk perancangan struktur manajerial (David, 2009). Tidak
ada yang tampak lebih sederhana atau lebih jelas selain mengetahui bisnis apa yang
sedang dijalankan perusahaan.
Pernyataan misi yang baik menggambarkan tujuan organisasi, pelanggan,
produk atau jasa, pasar, falsafah, dan teknologi dasar, serta memungkinkan
penciptaan dan pertimbangan beragam tujuan dan strategi alternatif tanpa kemudian
menghambat kreatifitas manajemen. Spesifikasi yang berlebihan dapat membatasi
potensi pertumbuhan kreatif untuk organisasi.
Di sisi lain, pernyataan yang terlampau umum tidak yang tidak memasukkan
alternatif strategi mana pun dapat disfungsional. Pernyataan misi mencerminkan
penilaian mengenai arah dan strategi pertumbuhan masa depan yang didasarkan
pada analisis eksternal dan internal yang berpikir ke depan. Oleh karena itu misi
harus menyediakan kriteria yang bermanfaat untuk memilih di antara strategistrategi alternatif sehingga mampu menjadi dasar bagi penciptaan dan pemilahan
opsi strategis. Pemilihan strategi yang tepat dapat digunakan sebagai dasar bagi
organisasi dalam menetapkan tujuan. Dalam menetapkan tujuan, organisasi
memformulasikan metode-metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, hakikat visi dan misi bisnis dapat
merepresentasikan baik keunggulan maupun kelemahan kompetitif suatu
perusahaan. Pernyataan visi dan misi yang dirancang dengan baik sangat penting
untuk merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi. Mengembangkan
serta mengomunikasikan sebuah visi dan misi bisnis yang jelas adalah tugas yang
paling sering terlewatkan dalam manajemen strategis. Tanpa pernyataan visi dan
misi yang jelas, tindakan-tindakan jangka pendek suatu perusahaan bisa jadi
kontraproduktif bagi kepentingan jangka panjangnya.
Pernyataan visi dan misi harus selalu direvisi, namun jika dipersiapkan
dengan cermat, pernyataan visi dan misi jarang membutuhkan perubahan secara
besar-besaran. Organisasi biasanya meninjau ulang pernyataan visi dan misi
mereka setiap tahun. Pernyataan misi yang efektif tak lekang oleh waktu.
Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan
tindakan suatu perusahaan yang berdampak pada struktur organisasi dan proses
internalnya. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada mengenali dan
mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa yang di luar kendali sebuah perusahaan.
David (2004) menjelaskan bahwa analisis lingkungan eksternal mengungkapkan
peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat
merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari atau
mengurangi dampak ancaman. Lingkungan eksternal dibagi dalam tiga kategori:
14
lingkungan jauh, lingkungan industri, dan lingkungan operasional (Pearce dan
Robinson, 1997).
a. Lingkungan Jauh (Remote Environment)
Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar, dan
biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu.
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu
perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kesejahteraan
relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strategisnya setiap perusahaan
harus mempertimbngkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang
mempengaruhi industrinya. Baik di tingkat nasional maupun internasional,
perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan kredit secara umum, tingkat
penghasilan yang dapat dibelanjakan, serta kecenderungan belanja masyarakat.
Suku bunga primer, laju inflasi, serta kecenderungan pertumbuhan PNB merupakan
faktor-faktor ekonomi lain yang harus pula dipertimbangkan.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, yang
berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
etnik. Jika sikap sosial berubah, berubah pula permintaan akan berbagai jenis
barang dan jasa yang ditawarkan. Kekuatan sosial bersifat dinamik, dan selalu
berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor
lingkungan. Tren-tren sosial, budaya, demografis, dan lingkungan membentuk cara
orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Hal itu mengakibatkan
terciptanya jenis konsumen yang berbeda, sehingga menciptakan kebutuhan akan
produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. Menerjemahkan perubahan sosial ke
dalam ramalan bisnis merupakan sesuatu yang rumit. Akan tetapi, perkiraan
dampak dari perubahan seperti perubahan geografis dalam populasi dan perubahan
nilai-nilai kerja, standar etika, dan orientasi keagamaan dapat membantu
perusahaan dalam usahanya untuk tetap berjaya.
3. Faktor Politik
Arah dan stabilitas politik merupakan pertimbangan penting bagi manajer
dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan
parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik
dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil,
undang-undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan
tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif, dan tindakan untuk
melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena
undang-undang dan peraturan demikian biasanya bersifat membatasi, mereka
cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Tetapi, beberapa tindakan politik
dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan. Tindakan
demikian meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset
produk. Jadi, faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan
yang bersangkutan.
15
Kegiatan politik juga mempunyai dampak besar atas dua fungsi pemerintah
yang mempengaruhi lingkungan jauh perusahaan, yaitu:
a. Fungsi pemasok
Keputusan pemerintah mengenai aksesbilitas usaha swasta ke sumberdaya
alam dan cadangan nasional hasil pertanian milik pemerintah akan sangat
mempengaruhi kelayakan strategi peusahaan tertentu.
b. Fungsi Pelanggan
Kebutuhan pemerintah akan produk dan jasa dapat menciptakan,
mempertahankan, memperkuat atau meniadakan banyak peluang pasar.
4. Faktor Teknologi
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya
produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam
teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat mempunyai dampak
segera dan dramatik atas lingkungan perusahaan. Terobosan ini dapat membuka
pasar dan produk baru yang canggih atau dapat juga mempersingkat usia fasilitas
produksi. Jadi, semua perusahaan, dan utamanya mereka yang berada dalam
industri yang belum stabil, harus berusaha keras untuk memahami baik kemajuan
teknologi yang ada maupun teknologi masa depan yang mungkin mempengaruhi
produk dan jasa mereka.
5. Faktor Ekologi
Istilah ekologi mengacu pada hubungan antara manusia dan makhluk hidup
lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka. Ancaman
terhadap ekologi pendukung kehidupan kita yang utamanya disebabkan oleh
kegiatan manusi dalam suatu masyarakat industrial biasanya dinamakan polusi.
Sebagai penyebab utama polusi ekologis, bisnis sekarang memikul tanggung jawab
untuk meniadakan hasil samping beracun dari proses manufaktur mereka dan untuk
membersihkan kembali lingkungan yang telah tercemar akibat ulah mereka
sebelumnya.
b. Lingkungan Industri
Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan
permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial tersedia
bagi perusahaan. Menurut Porter dalam David (2004), sifat dan derajat persaingan
dalam suatu industri bergantung pada lima kekuatan atau faktor: ancaman
pendatang baru, daya tawar menawar pembeli (pelanggan), daya tawar menawar
pemasok, ancaman produk substitusi (jika ada), dan pertarungan diantara para
anggota industri (peserta persaingan). Untuk menyusun rancangan strategi
menghadapi kekuatan-kekuatan ini dan tumbuh, suatu perusahaan harus memahami
bagaimana cara kerja kekuatan-kekuatan tersebut dalam industri dan bagaimana
pengaruh mereka terhadap perusahaan dalam suatu situasi tertentu.
David (2009) menjelaskan bahwa persaingan antar perusahaan saingan
merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang
dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan
keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Lima
kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri menurut Porter (1997)
ditunjukkan pada gambar 2.
16
Ancaman pendatang baru
yang potensial
Pesaing industri
Daya tawar-menawar
pemasok
Persaingan
diantara
perusahaan yang telah
ada
Daya tawar-menawar
pembeli
Ancaman produk atau jasa
substitusi
Gambar 2 Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri (Porter, 1997)
Kekuatan atau faktor persaingan terkuat akan menentukan kemampuan laba
suatu industri sehingga hal tersebut merupakan faktor paling penting dalam
perumusan strategi. Beberapa karakteristik sangat penting bagi kekuatan dari
masing-masing faktor persaingan.
a. Ancaman Masuk
Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar (market share), dan seringkali sumberdaya yang cukup
besar. Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan masuk yang ada dan
pada reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada menurut perkiraan calon
pendatang baru. Jika hambatan masuk tinggi dan calon pendatang baru
memperkirakan akan menghadapi perlawanan keras dari peserta persaingan yang
sudah ada, pendatang baru ini jelas tidak merupakan ancaman yang serius. Enam
sumber hambatan masuk menurut Pearce dan Robinson (1997) yaitu:
1. Skala Ekonomis
Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru ke suatu industri
karena memaksa pendatang baru ini untuk masuk dengan skala besar atau harus
memikul biaya tinggi (cost disadvantage).
2. Diferensiasi Produk
Identifikasi merek menimbulkan hambatan karena memaksa pendatang baru
untuk mengeluarkan biaya besar guna merebut kesetiaan pelanggan. Iklan, layanan
pelanggan, menjadi yang pertama dalam industri, dan diferensiasi produk
merupakan faktor yang menciptakan identifikasi merek.
3. Kebutuhan Modal
17
Keharusan menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat
bersaing menimbulkan hambatan masuk. Kebutuhan modal yang sangat besar
dalam industri-industri tertentu membatasi kemungkinan masuknya pendatang baru.
4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala
Perusahaan-perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan biaya
yang tidak dimiliki calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala ekonomis
yang dapat mereka capai. Keunggulan ini dapat bersumber dari pengaruh kurva
belajar, teknologi rahasia, akses ke sumber bahan baku, aset yang dibeli dengan
harga murah, subsidi pemerintah, atau lokasi yang menguntungkan.
5. Akses ke Saluran Distribusi
Pendatang baru harus mengamankan distribusi produk atau jasa mereka.
Terbatasnya saluran distribusi jelas semakin mempersulit usaha masuk ke dalam
suatu industri. Adakalanya hambatan ini begitu tinggi sehingga untuk mengatasinya,
pendatang baru harus menciptakan saluran distribusi sendiri.
6. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang
baru ke dalam industri melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya izin dan
pembatasan akses ke bahan baku. Pemerintah juga dapat memainkan peran tak
langsung dengan mempengaruhi hambatan masuk melalui pengawasan seperti
standar polusi udara dan air dan peraturan mengenai keamanan produk.
b. Pemasok yang Kuat
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawar atas para anggota
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang
dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampuan laba suatu industri yang
tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan harganya sendiri.
Kekuatan masing-masing pemasok bergantung pada sejumlah karakteristik situasi
pasarnya dan pada tingkat kepentingan relatif penjualan atau pembeliannya dalam
industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya. Kelompok pemasok
dapat dikatakan kuat apabila (a) didominasi sedikit perusahaan dan lebih
berkonsentrasi daripada industri tempat mereka menjual produk; (b) produk bersifat
unik atau terdiferensiasi; (c) tidak bersaing dengan produk lain dalam industri; (d)
memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju ke industri pembelinya; (e)
industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
c. Pembeli yang Kuat
Pembeli atau pelanggan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
penurunan laba industri, dengan cara menuntut kualitas lebih tinggi atau menekan
harga. Kelompok pembeli kuat apabila (a) membeli dalam jumlah besar; (b) produk
yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak terdiferensiasi; (c) produk yang
dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli; (d) pembeli
menerima laba yang rendah; (e) produk industri tidak penting bagi kualitas produk
atau jasa pembeli; (f) produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi
pembeli; (g) pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.
d. Produk Substitusi
Produk atau jasa substitusi dapat membatasi potensi suatu industri dengan
menetapkan batas harga tertinggi (ceiling price). Jika industri tidak mampu
meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan
industri dapat terancam. Produk pengganti yang secara strategik layak diperhatikan
18
adalah produk yang (a) kualitasnya mampu menandingi kualitas produk industri
atau (b) dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. Produk pengganti
seringkali masuk dengan cepat ke dalam industri jika terjadi persaingan yang ketat
dalam industri mereka sendiri yang mengakibatkan turunnya harga atau naiknya
kinerja.
c. Lingkungan Operasional
Lingkungan operasional terdiri dari faktor-faktor dalam situasi persaingan
yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan
sumberdaya yang dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasanya secara
menguntungkan. Beberapa diantara faktor-faktor ini yang terpenting adalah posisi
bersaing perusahaan, komposisi pelanggan, reputasi di mata pemasok dan kreditor,
serta kemampuan menarik karyawan yang berkemampuan. Lingkungan operasional
biasanya jauh lebih dapat dikendalikan perusahaan dibandingkan lingkungan jauh,
sehingga perusahaan dapat jauh lebih proaktif dalam menanganinya.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi
dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan
kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat
memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi
maupun manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Analisis internal
harus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi
strategi perusahaan. Berdasarkan kesesuaian antara kekuatan dan peluang pasar
yang ada, para manajer perusahaan pada akhirnya dapat mengembangkan
serangkaian langkah strategik perusahaan.
Analisis lingkungan internal perusahaan membutuhkan pengumpulan dan
pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta operasi sistem informasi
manajemen perusahaan. Dibandingkan dengan analisis eksternal, audit internal
memberikan kesempatan lebih luas bagi para partisipan untuk memahami
bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka dapat berfungsi secara tepat
dalam organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu melakukan analisis internal
merupakan sarana yang sangat bagus untuk memperbaiki proses komunikasi dalam
organisasi. Komunikasi merupakan bagian penting di dalam sebuah manajemen.
David (2009) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis lingkungan
internal, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Sumberdaya Perusahaan
Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan guna mendukung perkembangan perusahaan, diantaranya sumberdaya
manusia, sumberdaya produksi, sumberdaya keuangan, pemasaran serta penelitian
dan pengembangan. Suatu sumberdaya agar dapat bernilai, hendaknya memiliki
indikator-indikator empiris, yaitu langka, sulit ditiru, atau sulit dicarikan
penggantinya. Tiga karakteristik sumberdaya tersebut memampukan sebuah
perusahaan untuk menerapkan strategi yang meningkatkan efisiensi dan keefektifan
sehingga mempunyai keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
2. Perpaduan Strategi dan Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang
dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota organisasi dan akan membentuk
19
perilaku orang-orang di dalamnya. Budaya sangat resisten terhadap perubahan
sehingga dapat merepresentasikan kekuatan atau kelemahan terbesar perusahaan.
Dimensi budaya organisasi merasuki seluruh area fungsional bisnis. Proses
manajemen strategis sebagian besar terjadi di dalam suatu budaya organisasi
tertentu. Jika strategi mampu mendayagunakan kekuatan budaya, seperti etika kerja
yang kuat atau keyakinan etis yang dijunjung tinggi, manajemen sering kali dapat
dengan cepat dan mudah menerapkan perubahan. Namun apabila budaya
perusahaan tidak suportif, perubahan strategi bisa jadi tidak efektif atau bahkan
kontraproduktif. Budaya perusahaan dapat menjadi antagonistik bagi strategi baru,
mengakibatkan kebingungan dan disorientasi. Budaya perusahaan harus mampu
membangkitkan antusiasme untuk menerapkan strategi.
3. Manajemen
Fungsi manajemen dalam suatu perusahaan menjadi penting karena dapat
menggambarkan pola hubungan di dalam perusahaan, peraturan dan hubungan
antar individu, dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. Fungsi manajemen
terdiri atas lima aktivitas pokok: perancangan, pengorganisasian, pemotivasian,
penempatan staf, dan pengontrolan. Perpaduan aktivitas tersebut secara efisien bagi
perusahaan akan membantu dalam mengembangkan atau memilih pendekatan
penilaian kinerja yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Kerangka Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan
dengan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian untuk mencapai
tujuan penelitian. Tahapan dimulai dari hal mendasar yang harus diketahui seperti
visi dan misi perusahaan hingga rekomendasi bentuk kegiatan yang dapat
disarankan dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei di PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi.
Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan
perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini
terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya
perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik,
kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, pemasok, produk
pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
dapat diketahui apakah saat ini usaha PT. Suri Tani Pemuka memiliki potensi untuk
dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini
dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi PT Suri Tani Pemuka didalam
bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal
perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, ancaman atau
peluang.
Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternative strategi
dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan
alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian
kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi
penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan
20
ancaman. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai alat analisis
nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan perusahaan dilihat
dari nilai/skor totalnya (Total Actractiveness Score/TAS). Skor tertinggi dalam
QSPM menunjukkan bahwa alternatif tersebut penting sebagai prioritas utama
untuk diterapkan oleh perusahaan. Sistem operasional ini dapat dilihat dari gambar.
Bagan kerangka operasional
Visi dan misi perusahaan
-Fluktuasi produksi
-Fluktuasi penjualan
-Pengoptimalan produksi
Faktor Eksternal dengan
Matriks EFE
- Faktor Ekonomi
- Faktor Sosial,Budaya,
Demografi & lingkungan
- Faktor Politik dan
Kebijakan pemerintah
- Faktor Teknologi
- Faktor Kompetitif
Faktor Internal dengan
Matriks IFE
- Faktor manajemen
- Faktor keuangan
- Faktor produksi dan
operasi
- Faktor pemasaran
- Faktor penelitian dan
Pengembangan
- Faktor sistem informasi
(Matriks IE) Analisis posisi dan
(Matriks SWOT) Formulasi
strategi
(Matriks QSPM)
Pemilihan strategi
terbaik untuk PT Suri
Tani Pemuka
Rekomendasi yang
disarankan untuk perusahaan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
21
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di unit tambak udang vannamei Bomo I PT Suri
Tani Pemuka yang bertempat di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Pemilihan lokasi sengaja dilakukan dengan
pertimbangan bahwa PT Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan atau
tempat pembesaran udang vannamei yang mempunyai skala besar di Kabupaten
Banyuwangi. Pengumpulan data ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Maret 2016.
Metode Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Dalam analisis
ini untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan,
sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya (David, 2009).
Responden adalah orang-orang yang mengenal betul dinamika dan keadaan bisnis
yang dijalani. Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden internal PT.
Suri Tani Pemuka unit tambak Bomo I Banyuwangi, yaitu Head of Unit atau
Manajer Puncak Unit, Manajer Produksi, Manajer Finance & Accounting dan
Manajer Personal & General Affair. Adanya keterlibatan empat pihak pengambil
keputusan dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan alternatif strategi yang
lebih objektif.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan Head of Unit, Manajer Produksi, Manajer
Finance & Accounting, Manajer Personal & General Affair dan melalui
pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki
perusahaan, literatur, kementrian kelautan dan perikanan, Badan Pusat Statistik
(BPS), dinas perikanan, dinas perindustrian dan perdagangan. Serta penunjang
lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, dan penelitian-penelitian
terdahulu sebagai bahan pembanding.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik pengamatan langsung (observasi), wawancara, dan pengisian kuisioner pada
usaha budidaya udang vannmaei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Metode lain
dilakukan dengan cara studi pustaka sebagai acuan penulisan terkait permasalahan
yang diangkat oleh penulis. Observasi, wawancara dan pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti sendiri.
22
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan metode pengolahan data
secara kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut
untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaan dengan
beberapa pendekatan guna mendapatkan alternatif strategi perusahaan. Metode
pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan
konsep manajemen strategi. Analisis yang digunakan adalah analisis tiga tahap
formulasi strategi yaitu tahap pengumpulan data (Input Stage), tahap pencocokan
(Matching Stage) dan tahap pengambilan keputusan (Decision Stage).
Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data internal dan data
eksternal. Data yang terkumpul diperoleh dari berbagai responden yang terkait
dengan kajian penelitian yang akan dilakukan. Pengambilan responden dalam
penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Responden dipilih dari pihakpihak internal perusahaan yang berkompeten dan memahami perkembangan
perusahaan/industri terkait. Responden dari pihak internal yaitu Head of Unit,
manajer produksi, manajer finance & accounting dan manajer personal & general
affair dari PT Suri Tani Pemuka, karena responden tersebut merupakan pengambil
keputusan dalam menetapkan strategi yang akan dijalankan dalam kegiatan
usahanya. Data yang diperoleh diterjemahkan secara deskriptif sesuai analisis
lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh
perusahaan guna menyusun matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan
analisis lingkungan External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman. Gabungan dari matriks IFE dan EFE
menghasilkan matriks IE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan
kombinasi total nilai terbobot dari matriks IE.
1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Menurut David (2004), matriks External Faktor Evaluation (EFE)
memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan:
1. Membuat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit
eksternal. Masukkan dari total 10 hingga 20 faktor termasuk peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Menuliskan
peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman.
2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting)
hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif
dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang
sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat
diberi bobot yang tinggi jika sangat serius atau sangat mengancam. Bobot
yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau
kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai
konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan
kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.
23
3. Memberikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal
kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon
faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon
perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, dan 1 = respon
perusahaan jelek. Peringkat didasari atas efektivitas strategi perusahaan.
Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based)
sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based).
Ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan
skor pembobotan.
5. Menjumlahkan nilai skor pembobotan dari masing-masing variabel untuk
menentukan total nilai skor pembobotan bagi organisasi. Tanpa
mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam
matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah
4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata
adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa
organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman
yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara
efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan
meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total
nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan
peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Matriks External Faktor
Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Matriks Eksternal Faktor Evaluation
Faktor
Strategis
Eksternal
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Peluang
1.....
2.....
3.....
.......
Ancaman
1.....
2.....
3.....
.......
Total
Sumber: David 2004
2. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) merupakan alat formulasi strategi
untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area
fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan
24
mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan
untuk mengembangkan matriks IFE, jadi kemunculan pendekatan ilmiah tidak
seharusnya diartikan bahwa ini adalah teknik yang sangat luar biasa. Pemahaman
yang baik atas faktor-faktor yang dimasukkan lebih penting dari pada angka yang
sebenarnya. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap:
1. Menuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit
internal. Menggunakan 10 hingga 20 faktor internal, mencakup kekuatan
dan kelemahan. Menuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian
kelemahan.
2. Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada
masingmasing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang
apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor
yang diangap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi
harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama
dengan 1,0.
3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor
(peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Dalam pemberian
peringkat, terdapat ketentuan dimana kekuatan harus mendapatkan
peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2.
Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah
berdasarkan industri.
4. Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan rating untuk menentukan
rata-rata skor pembobotan untuk masing-masing variabel.
5. Menjumlahkan rata-rata pembobotan untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata pembobotan untuk organisasi. Berapapun
banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total rata-rata bobot
berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,0-2,99.
Total rata-rata bobot di bawah 2,0-2,99 menggambarkan organisasi yang
lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,0-2,99 mengindikasikan
posisi internal yang kuat. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh terhadap
kisaran total rata-rata bobot karena bobot selalu berjumlah 1,0. Matriks
Internal Faktor Evaluation (IFE) dapat dilihat pada Tabel 5.
25
Tabel 5 Matriks Internal Faktor Evaluation
Faktor
Internal
Strategis
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Kekuatan
1.....
2.....
3.....
.......
Kelemahan
1.....
2.....
3.....
.......
Total
Sumber: David 2004
3. Menentukan Bobot Variabel Ekternal dan Bobot Variabel Internal
Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh
faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu
perusahaan tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu.
Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor
strategis internal dan eksternal tersebut kepada stakeholder dengan menggunakan
metode ”paired comparison”. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2,
dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot
adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal
Bentuk penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6, cara membaca
perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal) dibandingkan dengan
variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten. Bobot setiap variabel
diperoleh dengan menentukan nilai masing-masing variabel terhadap jumlah nilai
keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
𝑎𝑖 =
𝑋𝑖
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖
Keterangan :
Xi = nilai variabel ke-i
∑Xi = total nilai variabel
I = A, B, C,.... Z
Sumber : Kinnear (1996)
Bentuk penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
26
Tabel 6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Faktor Penentu
A
B
C
D
...
Total
A
B
C
D
...
Total
𝑛
∑ 𝑋𝑖
𝑖=1
Sumber : David (2004)
Sedangkan Tabel 7 untuk penilaian bobot faktor strategis internal.
Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
Faktor Penentu
A
B
C
D
...
Total
A
B
C
D
...
Total
𝑛
∑ 𝑋𝑖
𝑖=1
Sumber : David (2004)
Tahap Pencocokan
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan
memanfaatkan semua informasi tersebut. Model yang dapat digunakan sebagai alat
analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunites, Threats) (David,
2004). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu
manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan peluang (S-O Strategies), strategi kelemahan - peluang (W-O Strategies), strategi
kelemahan - ancaman (W-T Strategies) dan strategi kekuatan - ancaman (S-T
Strategies). Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut :
a. Strategi S-O, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
1. Matriks Internal-External (IE)
27
Menurut David (2004), Matriks Internal-Eksternal (IE) memposisikan
berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel, diilustrasikan dalam
Gambar 4. Matriks IE menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis.
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada
sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y.
Total rata-rata tertimbang yang diturunkan dari masing-masing divisi
memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat korporasi. Pada sumbu x dari matriks
IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0
hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks
IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda.
Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan.
Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi ini. Kedua, divisi yang
masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi
jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua
strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang
umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX adalah tuai
atau divestasi.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL
4,0
Tinggi
3,0-4,0
TOTAL SKOR
EVALUASI
FAKTOR
EKSTERNAL
Kuat
3,0-4,0
3,0
Rata-Rata
2,0-2,99
2,0
Rendah
1,0-1,99
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1,0
3,0
Sedang
2,0-2,99
2,0
Rendah
1,0-1,99
1,0
Gambar 4 Matriks IE
Sumber : David, 2004
2. Matriks Strengths-Weakness-Opportunities-Threat (SWOT)
Analisis SWOT merupakan cara yang sistematis untuk mengidentifikasikan
faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara
berbagai alternatif strategi yang ada berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang,
28
dan ancaman. Melalui analisis ini, memungkinkan pengguna Matriks SWOT untuk
menentukan alternatif strategi berdasarkan kombinasi faktor internal dan
eksternalnya. Melalui analisis SWOT, para pengambil keputusan dapat menyadari
bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tujuan organisasi,
baik berpengaruh positif maupun negatif. Sehingga dengan menggunakan Matriks
SWOT, semua organisasi baik kecil maupun besar dapat membuat alternatif strategi
sesuai dengan apa yang dimiliki organisasi dengan mempertimbangkan kondisi luar.
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Melalui analisis SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi yang
kemudian akan dijabarkan menjadi beberapa rekomendasi program dalam
bentangan arsitektur strategi yang merupakan tahap akhir.
Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif
strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih atau
memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil maupun memperbaiki
kelemahankelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal.
3. Strategi ST (Strength-Threat)
Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi
dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang
dimilikinya.
4. Strategi WT (Strength-Weakness)
Strategi ini merupakan teknik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman. Pada umumnya, perusahaan
menerapkan strategi WT ketika berada pada posisi yang berbahaya.
Gambar 5 Matriks SWOT
Sumber : David (2004)
29
Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil
mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu
mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan
kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang
dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
Matriks QSP
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau matriks perencanaan
strategi alternatif adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan
kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004).
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa
jauh faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki.
Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung
dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan
kunci eksternal dan internal. QSPM diilustrasikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Faktor Kunci
Bobot
Strategi 1
AS
TAS
Alternatif Strategi
Strategi 2
Strategi 3
AS
TAS AS
TAS
1............
2............
Total
Sumber : David (2004)
Langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat QSPM adalah:
1. Membuat daftar peluang dan ancaman kunci eksternal dan kekuatan serta
kelemahan kunci internal perusahaan dalam kolom kiri dari QSPM.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE.
3. Evaluasi matriks Tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores- AS), yang didefinisikan
sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dalam set alternatif tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah
1-4, dimana 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 =
sangat menarik.
5. Hitung total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores- TAS) yaitu dengan
mengalikan bobot dengan Nilai Daya Tarik dalam masing-masing baris.
Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik maka semakin menarik alternatif
strategi tersebut.
Hitung penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya
Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai
Daya Tarik (STAS) mengindikasikan strategi mana yang paling menarik dari setiap
set alternatif.
30
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan
PT. Suri Tani Pemuka berdiri sejak tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan
tambak udang terintegrasi pertama di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani
Pemuka sepenuhnya oleh Japfa comfeed Indonesia. Perusahaan ini memiliki bisnis
utama pada pengolahan dan produksi pakan ikan dan udang. Selain itu, perusahaan
ini juga memiliki usaha terintegrasi lainnya yaitu pembenihan dan pembesaran
komoditas ikan maupun udang. Usaha ini disebut terintegrasi karena pemasok
pakan, benih dan keputusan pemasaran dikendalikan oleh kantor PT. Suri Tani
Pemuka masing-masing cabang dimana tambak berada. Kantor pusat PT. Suri Tani
Pemuka terletak di Jakarta, namun memiliki cabang atau unit di beberapa daerah di
Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Salah satunya berada di Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur.
PT. Suri Tani Pemuka yang terletak di Kab. Banyuwangi selain mempunyai
pabrik untuk mengolah pakan komoditas perikanan, mereka juga memiliki unit
usaha pembesaran ikan dan udang yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur.
Unit usaha pembesaran atau budidaya mereka selain terletak di Banyuwangi juga
berada di Situbondo, yang memiliki tambak budidaya berbagai jenis ikan dan
Probolinggo, yang membudidayakan udang windu. Unit yang terletak di
Banyuwangi sendiri memiliki usaha budidaya udang dan ikan pada dua lokasi
berbeda, yaitu usaha budidaya udang vannamei di Desa Bomo, Kecamatan
Rogojampi, dan usaha budidaya campuran antara udang windu dan ikan terletak di
Kecamatan Sobo, Kabupaten Banyuwangi.
Unit usaha tambak budidaya PT. Suri Tani Pemuka di Desa Bomo telah
dibuka pada tahun 1990 dengan udang windu sebagai komoditas yang
dibudidayakan. Tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an komoditas udang windu
memang menjadi primadona bagi para petambak udang. Tingginya permintaan
dunia akan udang windu dan harga jual yang terus meningkat saat itu menjadi
alasan utama maraknya usaha budidaya tambak udang windu. PT. Suri Tani
Pemuka membuka sepuluh kolam produksi udang windu di Desa Bomo pada tahun
1990-2000. Namun dikarenakan serangan penyakit udang windu secara global dan
beberapa faktor lain mengakibatkan produksi serta harga jual udang windu
menurun drastis setiap tahunnya setelah tahun 2000. Hal tersebut juga berimbas
pada tambak yang diusahakan oleh PT. Suri Tani Pemuka hingga puncaknya terjadi
pada tahun 2005 dimana tambak yang terletak di Desa Bomo harus tutup karena
kegagalan produksi dan mengalami kerugian yang cukup besar.
Setelah itu pada tahun 2010, PT. Suri Tani Pemuka kembali membuka usaha
budidaya udang di Desa Bomo dengan mengganti komoditas menjadi udang
vannamei. Hal tersebut merupakan respon perusahaan melihat tingginya angka
permintaan untuk komoditas udang vannamei di dunia. Pergeseran permintaan
dunia akan komoditas udang dari windu menjadi vannamei ini juga tak luput dari
perhatian perusahaan. Harga ekspor udang vannamei yang terus meningkat telah
mendorong upaya penggenjotan produksi udang nasional. Udang vannamei yang
memiliki keunggulan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan mempunyai
tingkat produktivitas lebih tinggi daripada udang windu, langsung menjadi
31
primadona baru bagi bisnis budidaya tambak udang di Indonesia. Daya tarik
tersebut memicu optimisme pelaku usaha tambak untuk mengusahakan budidaya
vannamei. Banyak petambak baru dengan lahan baru yang mulai semangat
melakukan budidaya udang vannamei. Selain itu, beberapa petambak juga
memanfaatkan tambak idle (nganggur) untuk memulai budidaya vannamei atau
mengalihfungsikan tambak tradisional menjadi semi intensif atau intensif. Hal itu
juga yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka.
Tahun 2010-2011 tambak PT. Suri Tani Pemuka di Desa Bomo memulai
kembali usaha budidaya udang dengan mengusahakan lima kolam produksi
budidaya. Selanjutnya dengan semakin berkembangnya usaha budidaya udang
vannamei ini, PT. Suri Tani Pemuka menambah jumlah kolam menjadi 12 pada
tahun 2011-2012. Pada tahun 2012-2014, PT. Suri Tani Pemuka kembali
menambah lima kolam, hingga pada tahun 2015 sampai saat ini, jumlah kolam
produksi telah mencapai 25. Bahkan PT. Suri Tani Pemuka masih memiliki 12
kolam non-produksi lainnya dan saat ini memiliki total luasan lahan produksi
mencapai 83 833 𝑚2 .
Letak dan Lokasi
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Unit Banyuwangi
terletak di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur.
Visi, Misi, dan Tujuan
Visi dari PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha budidaya udang
vannamei ini adalah “Berpartisipasi dalam penyediaan sumber protein hewani yang
sehat bagi dunia, serta perkembangan perekonomian Indonesia melalui pemasukan
devisa”.
Misi dari PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha budidaya udang
vannamei adalah:
1. Memproduksi sumber protein hewani yang berasal dari aktifitas akuakultur,
yaitu udang dan ikan
2. Produktivitas yang tinggi dan efisien
3. Terus menerus mengembangkan ilmu dan teknologi dalam menunjang
produktivitas
4. Mensejahterakan stakeholder, termasuk karyawan
Tujuan dari usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi adalah menjadi etalase produk akuakultur yaitu udang dan ikan yang
memiliki kualitas prima sebagai upaya penyediaan sumber protein hewani dan
pemasukan devisa bagi Indonesia dengan berbasis profit social oriented.
Struktur Organisasi
Organisasi dan manajemen merupakan salah satu faktor penting bagi setiap
perusahaan dalam mencapai tujuannya usahanya. Struktur yang baik dapat
mempengaruhi kemajuan suatu organisasi. Struktur organisasi adalah susunan dan
hubungan antara setiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
32
Susunan struktur organisasi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak
Bomo terdiri dari Head of Unit atau manajer puncak yang memiliki fungsi kontrol
penuh terhadap usaha dan sebagai pengambil keputusan akhir. Head of Unit dibantu
oleh satu orang deputi dan membawahi beberapa manajer bagian, yaitu bagian
produksi, bagian finance & accounting (F&A), bagian personal & general affair
(PGA), dan bagian mechanic & engineering (ME). Masing-masing bagian tersebut
memiliki staff dengan jumlah berbeda tergantung porsi yang dibutuhkan. Staff
bertugas untuk membantu kepala bagian dan menjadi penghubung kepada
karyawan masing-masing bagian. Bagian produksi mempunyai staff paling banyak
yaitu empat orang, kemudian F&A mempunyai tiga orang staff, serta PGA dan ME
masing-masing satu orang..
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki total
karyawan sejumlah 55 orang dan sebagian besar merupakan masyarakat sekitar
Desa Bomo. Penjelasan mengenai struktur organisasi usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 6.
Head of Unit
Deputi Head of Unit
Kepala
Bagian
Produksi
Kepala
Bagian
Finance &
Accounting
Staff
Staff
Staff
Staff
Staff
Staff
Kepala
Bagian
Personal &
General
Affair
Staff
Kepala
Bagian
Mechanic &
Engineering
Staff
Staff
Karyawan
Gambar 6 Struktur Organisasi PT. STP Banyuwangi Unit Tambak Bomo
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Analisis lingkungan perusahaan merupakan proses yang dilakukan dengan
tujuan membantu dalam memberikan informasi dan dasar yang dibutuhkan dalam
kegiatan perumusan strategi. Tujuan dari analisis ini adalah mengidentifikasi
lingkungan-lingkungan yang mempengaruhi jalannya suatu perusahaan. Analisis
lingkungan perusahaan dapat dibagi atas dua lingkungan yaitu lingkungan internal
dan lingkungan eksternal. Hal tersebut digunakan untuk menentukan faktor-faktor
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap usaha budidaya
udang vannmei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi.
Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan keadaan yang terdapat pada lingkungan
yang berasal dari dalam usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi unit tambak Bomo yang dapat dikendalikan dan memengaruhi
keberlangsungan usaha. Lingkungan internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan,
serta terbagi ke dalam enam aspek utama. Melalui hasil wawancara dengan
kuisioner kepada pengambil keputusan dalam usaha budidaya udang vannamei PT.
Suri Tani Pemuka Banyuwangi, maka dapat diketahui faktor-faktor internal apa saja
yang dimiliki oleh usaha tersebut.
Manajemen
PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan ternama di
Indonesia dan secara umum memiliki struktur organisasi serta sistem
ketenagakerjaan yang baik sesuai dengan jobdesk masing-masing bagiannya. Hal
tersebut juga berlaku di unit tambak Bomo PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi.
Total karyawan yang ada berjumlah 55 orang dengan variasi tingkat pendidikan
sekolah dasar hingga sarjana dan mayoritas karyawan adalah masyrakat sekitar
Desa Bomo. Karyawan tersebut memiliki rata-rata jam kerja 8 jam per hari dengan
gaji dan upah minimum UMR Kabupaten Banyuwangi yakni sekitar Rp 1 599 000.
Selain itu para karyawan juga masih mendapat tunjangan kesehatan serta insentif
tambahan sebagai imbalan untuk produktivitas yang dihasilkan. Sistem perekrutan
karyawan pada PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak dilakukan melalui
tes baik dari administrasi maupun lisan dan dipilih sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja oleh perusahaan.
Struktur organisasi unit tambak Bomo PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
terbagi menjadi lima level manajemen mulai dari pimpinan unit, deputi pimpinan
unit, kepala bagian, staff hingga karyawan. Pimpinan unit usaha atau biasa disebut
Head of Unit memiliki wewenang untuk mengatur segala kegiatan yang akan
dilakukan oleh unit dan bertanggung jawab atas segala keputusannya. Sebagai
pimpinan unit dan selaku pengambil keputusan, Head of Unit dibantu oleh
deputinya memiliki fungsi manajemen yaitu perencanaan (Planning) dalam
penentuan strategi ke depannya. Pengorganisasian (Organising) di tugaskan kepada
kepala bagian personal & general affair dan produksi terkait keputusan
ketenagakerjaan ataupun penentuan waktu produksi, jumlah densitas tebar,
34
perlakuan selama produksi hingga masa panen udang vannamei. Namun pemberian
keputusan atau penugasan tetap dikendalikan oleh Head of Unit secara umum.
Kepala bagian produksi juga memiliki fungsi dalam kegiatan pelaksanaan
(Actuating) terkait segala keputusan di lapangan yaitu dapat memastikan
pelaksanaan produksi budidaya udang vannamei dapat berjalan baik, tidak terjadi
masalah serius, hingga pada waktu panen mampu dihasilkan produk udang
vannamei yang berkualitas dan memiliki produktivitas tinggi. Tentu saja Head of
Unit juga memiliki peran pengendalian (Controlling) terkait dengan segala aktivitas
yang terjadi di dalam unit budidaya udang vannamei ini. Selain itu, kepala bagian
finance & accounting juga memiliki peran pengendalian untuk keuangan unit,
mengatur segala pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan selama satu periode
produksi. Kerjasama tim yang bagus, pencatatan administrasi yang baik dan saling
mengetahui jobdesk masing-masing bagian menjadi kunci utama keberhasilan unit
usaha tambak Bomo sehingga selama ini belum ditemukan adanya kendala dalam
aspek manajemen
Pemasaran
Bauran pemasaran yang dilakukan oleh unit usaha budidaya udang vannamei
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terbagi menjadi empat, mulai dari produk,
tempat, harga, dan promosi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Produk (Product)
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki hasil
produksi yang sama dengan tambak udang secara umum. Kualitas produk
udang vannamei secara umum terbagi menjadi tiga kategori yakni Fresh,
Moulting, dan Undersize. Untuk mencapai target keuntungan dan
mendapatkan harga jual yang tinggi, tambak milik PT. Suri Tani Pemuka
selalu berusaha menghasilkan produk udang dengan kualitas Fresh atau
kualitas terbaik pada setiap periode produksinya. Akan tetapi, usaha tambak
Bomo beberapa kali juga menghasilkan kualitas Moulting dan Undersize.
2. Tempat (Place)
Tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi berada di Desa Bomo,
Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara
geografis Desa Bomo merupakan lokasi strategis untuk budidaya udang
vannamei. Sistem distribusi yang biasa dilakukan oleh unit usaha adalah
pembeli yang secara langsung mendatangi tambak untuk melakukan
negosiasi ataupun mengangkut langsung hasil panen udang vannamei.
Pembeli biasanya mendatangkan satu buah truk pengangkut udang yang
mampu menampung sekitar satu hingga dua ton hasil panen udang. Akses
yang mudah menuju tambak juga menjadi salah satu keunggulan tambak
milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi.
3. Harga (Price)
Harga jual udang vannamei secara global selalu mengalami fluktuasi. Maka
dari itu usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi menetapkan harga
jual dasar udang vannamei berdasarkan harga variabel produksi dan
penetapan harga jual akhir berdasarkan keseimbangan supply demand
udang vannamei secara global. Pada tahun 2015 lalu, unit tambak Bomo
menjual udang vannamei dengan kualitas fresh seharga Rp 57 000/kg.
Sedangkan kualitas moulting dijual dengan harga 75% dari harga fresh
35
yakni sekitar Rp 42 750/kg dan kualitas undersize memiliki harga jual
sebesar Rp 39 000/kg. Secara rata-rata, penjualan udang vannamei unit
tambak Bomo pada tahun 2015 senilai Rp 63 000/kg dengan hasil produksi
sebanyak 240 ton.
4. Promosi (Promotion)
Bisnis udang vannamei merupakan bisnis yang mampu menarik minat
pembeli tanpa diperlukan strategi promosi khusus. Hal ini dikarenakan
tingginya permintaan global akan komoditas udang vannamei. PT. Suri Tani
Pemuka melakukan kegiatan promosi hanya dengan penyebaran informasi
dari mulut ke mulut dan telah memiliki pelanggan tetap yang menampung
hampir seluruh hasil panen produksinya.
Saluran pemasaran yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi terbilang sederhana karena hanya merupakan dua pilihan,
yaitu menjualnya kepada PT. Mega Marine Pride sebagai ekportir atau menjual
kepada pembeli lokal di Pulau Bali dan seluruh Pulau Jawa. Seluruh hasil produksi
udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka dijual dalam bentuk segar dan 90% produk
dijual kepada eksportir yaitu PT. Mega Marine Pride yang merupakan kualitas fresh
dan sebagian kualitas moulting. Negara tujuan utama ekspor udang vannamei ini
antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa. Sedangkan
kualitas undersize dijual kepada pembeli lokal di Pulau Bali dan seluruh Pulau Jawa.
Dalam pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka tidak terdapat distributor
atau perantara. Para pembeli bahkan langsung datang ke tambak untuk melakukan
pengangkutan hasil panen udang vannamei.
Kendala utama untuk pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
adalah tidak tercapainya ukuran dan kualitas udang yang standar untuk ekspor,
sehingga udang dengan kualitas undersize hanya dapat dijual di pasar lokal dan
mengakibatkan rendahnya pendapatan hasil penjualan.
Keuangan
Unit usaha tambak merupakan usaha integrasi PT. Suri Tani Pemuka. Oleh
karena itu, modal awal berdirinya usaha tambak ini berasal dari internal perusahaan.
Namun dalam menjalankan seluruh kegiatan operasional budidaya yang
berkelanjutan, unit tambak menggunakan sumber keuangan yang berasal dari hasil
penjualan produksi. Hal tersebut mengakibatkan unit tambak mampu berjalan
mandiri tanpa adanya bantuan keuangan dari internal perusahaan.
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak memiliki bagian khusus
untuk menjalankan fungsi keuangannya yakni divisi Finance & Accounting (F&A).
Divisi F&A befungsi untuk mengontrol sistem manajemen keuangan unit usaha
tambak. Hal yang diperhatikan oleh divisi F&A ialah sistem penerimaan dan
pengeluaran, investasi yang dilakukan, dan kepemilikan aset oleh unit usaha
tambak. Sebagai fungsi kontrol keuangan, F&A juga bertugas menjadi kasir bagi
unit usaha tambak yang harus mempertanggung jawabkan laporan keuangan setiap
seminggu sekali kepada Head of Unit selaku pimpinan, yang berisi data terkait
kegiatan operasional, penyusutan, utang piutang dan pembebanan setiap divisi yang
ada. Selain memiliki fungsi kontrol keuangan, divisi F&A juga ditugaskan
mengatur sistem pemasaran dan menentukan siapa pembeli yang akan membeli
36
hasil produksi unit usaha. Penentuan pembeli didasarkan pada loyalitas, penawaran
harga yang menarik, dan tingkat kelancaran pembayaran.
Operasional
Kegiatan operaional merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka. Kualitas udang vannamei
yang dihasilkan bergantung kepada bagaimana pelaksanaan sistem operasionalnya.
Hasil yang berkualitas tentu akan meningkatkan harga jual udang.
Seluruh kegiatan mulai dari persiapan kolam, proses budidaya, hingga
panen memerlukan waktu sekitar lima bulan. Unit tambak udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi di Desa Bomo memiliki total kolam produksi sebanyak
25 yang mempunyai kontruksi kolam yang berbeda. Sebanyak 14 kolam
berkontruksi dasar menggunakan plester atau semen, sedangkan 11 lainnya
menggunakan plastik atau terpal untuk kontruksinya. Tahapan budidaya udang
vannamei terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:
a. Pembersihan kolam
Tahapan awal dalam memulai budidaya udang vannamei adalah membersihkan
kolam produksi terlebih dahulu. Pembersihan kolam dilakukan untuk mensterilkan
kolam dari segala sesuatu yang dapat mengganggu sistem budidaya. Kolam yang
telah digunakan untuk proses produksi pada periode sebelumnya, harus dikeringkan
terlebih dahulu sebelum kembali diisi air.
b. Pengisian air
Setelah kolam dirasa siap untuk dilakukan proses produksi, maka kolam akan
diisi air. Air tambak diisi dengan cara menyedot air laut dan dimasukkan ke dalam
saluran tambak. Ketinggian air rata-rata adalah 1,6 m namun pengisian air juga
tergantung kepada jumlah benih yang akan ditebar dan sistem budidaya yang akan
dilakukan.
c. Penebaran benih
Setelah petak diisi air dan masa perendaman selesai, tiap petak kolam akan
ditebar benih udang vannamei dengan kepadatan yang berbeda-beda. PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi unit usaha tambak Bomo menggunakan sistem budidaya
intensif dan semi intensif. Namun perusahaan juga sudah mencoba sistem super
intensif untuk tahun 2016 ini. Sistem semi intensif memiliki range kepadatan
(density) tebar 80 – 100 ekor/𝑚2 sedangkan sistem intensif memiliki range 150250 ekor/𝑚2 dan lebih dari 250 ekor/𝑚2 untuk super intensif (sumber: Dirjen
Perikanan Budidaya). Sementara itu unit usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka
memiliki kepadatan tebar sebanyak 180 ekor/𝑚2 untuk kolam dengan kontruksi
plester, dan kepadatan tebar sebesar 120 ekor/𝑚2 untuk kolam kontruksi plastik.
d. Proses budidaya
Proses budidaya merupakan bagian terpenting untuk menghasilkan hasil
produksi yang berkualitas. Dalam proses budidaya terdapat beberapa kegiatan
seperti pemberian pakan, pemakaian prebiotik guna mencegah terserang penyakit,
kontrol kualitas air, dan pengoptimalan penggunaan kincir. Proses budidaya ini
berlangsung sekitar empat bulan hingga udang vannamei dapat di panen secara total.
e. Pemanenan
Udang vannamei dapat dipanen secara total dalam kurun waktu rata-rata empat
bulan dari proses budidaya. Akan tetapi, PT. Suri Tani Pemuka sudah melakukan
pemanenan secara partial atau sebagian pada kurun waktu dua bulan setelah proses
37
budidaya. Pemanenan secara partial dilakukan untuk mengefisiensikan waktu dan
tenaga yang diperlukan daripada menumpuk dan menunggu panen secara total.
f. Penjualan
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha tambak Bomo memiliki
pelanggan tetap untuk kualitas fresh dan moulting yaitu PT. Mega Marine Pride
yang merupakan salah satu eksportir komoditas perikanan Indonesia. Hasil
produksi yang dijual oleh PT. Suri Tani Pemuka berbentuk udang segar dimana
negara tujuan ekspor utamanya antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa
negara Eropa. Sedangkan kualitas undersize dijual kepada pembeli lokal di Pulau
Bali dan seluruh Pulau Jawa. Permintaan yang begitu tinggi akan hasil produksi
udang vannamei menyebabkan pembeli bahkan datang langsung ke tambak untuk
membeli hasil produksi sesaat setelah panen.
Ketersediaan sarana operasional di unit tambak Bomo secara umum telah
terpenuhi dengan baik. Seluruh sarana operasional yang dimiliki unit tambak
didapat dari daerah Jawa Timur dengan sistem pengadaan yang juga berjalan lancar.
Kendala utama yang dihadapi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit usaha
tambak Bomo dari segi operasional adalah serangan penyakit yang seringkali
menghambat proses budidaya udang vannamei. Penyakit udang yang sering
dihadapi usaha tambak Bomo adalah White Feses Desease (WFD) dan Infectious
Myo Necrosis Virus (IMNV), sehingga perusahaan sering dihadapkan pada
permasalahan rendahnya harga jual udang karena kualitas yang tidak sesuai dengan
standar mutu.
Penelitian dan Pengembangan
Aspek penelitian dan pengembangan yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi unit tambak Bomo adalah terus mencoba meningkatkan sistem
budidaya dari intensif menjadi super intensif. Pada semester I tahun 2016 ini,
perusahaan mencoba menambah density tebar benih dari yang semula rata-rata 180
ekor/𝑚2 meningkat menjadi 600 ekor/𝑚2 . Hal ini dilakukan karena permintaan
secara global udang vannamei yang setiap tahun meningkat dan target perusahaan
yang juga bertambah pesat setiap pergantian tahun. Tentu saja peningkatan sistem
budidaya tersebut memiliki risiko yang tinggi akan kegagalan. Oleh karena itu, PT.
Suri Tani Pemuka juga terus mencoba mengembangkan sistem budidaya super
intensif tersebut di kolam produksi yang khusus digunakan sebagai percobaan atau
Training Centre di Desa Sobo, Kabupaten Banyuwangi. Perbaikan proses produksi
dilakukan dengan cara terus mengupdate setiap informasi dan teknologi yang dapat
membantu perusahaan meningkatkan kuantitas serta kualitas udang vannamei.
Sistem Informasi
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki
penanganan aspek informasi yang baik. Head of Unit dibantu dengan divisi PGA
melakukan update informasi dan teknologi secara berkala untuk meningkatkan
kualitas hasil produksi perusahaan. Selain itu, penambahan wawasan serta
informasi bisa didapatkan dari perkumpulan petambak udang di Banyuwangi atau
di Jawa Timur. Sehingga banyak faktor yang bisa dimanfaatkan perusahaan untuk
meningkatkan kualitas pada aspek informasi.
38
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan keadaan yang terdapat pada lingkaran
lingkungan luar usaha PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo.
Lingkungan eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan namun keberadaannya dapat memengaruhi usaha.
Dengan melihat lingkungan eksternal yang ada, maka akan terlihat bagaimana
respon dan reaksi perusahaan untuk mengatasi peluang dan ancaman yang mungkin
terjadi. Lingkungan ini terbagi kedalam lima aspek utama dimana informasi
diperoleh melalui wawancara dan kuisioner kepada pengambil keputusan pada
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Penjelasan
dari lingkungan eksternal yang dimiliki adalah sebagai berikut.
Ekonomi
Menurut Head of Unit tambak Bomo selaku pimpinan unit, keadaan
ekonomi di Indonesia dan secara global, sedikit banyak memberi pengaruh terhadap
perkembangan bisnis udang vannamei perusahaan. Harga jual udang vannamei
yang terus menerus berfluktuasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan
untuk memasarkan produknya. Fluktuasi harga udang vannamei tersebut
dikarenakan persoalan pasokan dan permintaan udang serta nilai tukar dollar
Amerika Serikat terhadap rupiah.
Lesunya perekonomian Amerika Serikat juga berpengaruh pada penurunan
permintaan udang, sebab masyarakat Amerika Serikat merupakan konsumen nomor
satu komoditas udang. Selain harga jual udang, keadaan perekonomian di Indonesia
yang mampu memengaruhi usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
adalah kenaikan UMR daerah. Seluruh karyawan PT. Suri Tani Pemuka memiliki
upah mininmum UMR, sehingga kenaikan upah yang signifikan dapat
meningkatkan beban biaya perusahaan.
Pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2016 ini
merupakan sarana perjuangan dan persaingan dengan negara ASEAN lainnya di
pasar internasional karena sebagian besar udang dipasok dari negara ASEAN.
Namun ini juga menjadi peluang baik untuk mengembangkan bisnis udang
vannamei Indoensia di tingkat internasional. Di tengah ancaman serangan penyakit
Early Mortality Syndrome (EMS) yang melanda banyak negara produsen udang,
produksi udang Indonesia justru mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan Indonesia memiliki biosekuriti budidaya udang yang
lebih bagus dibanding negara produsen udang lain. Produk udang Indonesia lebih
unggul jika dibanding dengan negara Vietnam yang terkena penyakit EMS. Tambak
udang di Vietnam sebagian besar masih memiliki sistem semi intensif sementara
tambak di Indonesia sudah banyak yang memberlakukan sistem intensif bahkan
super intensif. Beberapa faktor tersebut harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin
oleh tambak PT. Suri Tani Pemuka untuk meningkatkan daya saing, produktivitas,
kualitas, serta memperluas pasar udang vannamei perusahaan.
Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Pemilihan Desa Bomo di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi sebagai
lokasi pengembangan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di
dasarkan pada kondisi lingkungan yang sangat cocok dan sesuai untuk budidaya
udang vannamei. Banyak faktor yang diperhatikan dalam memilih lahan tambak
39
udang, diantaranya kondisi perairan harus dalam keadaan masih bagus bahkan
alami, lokasi yang strategis, akses menuju ke lokasi tambak yang mudah dijangkau
dan perijinan lahannya harus jelas agar di kemudian hari tidak terjadi masalah
sengketa lahan. Keberadaan unit usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
ini secara tidak langsung meninigkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Desa
Bomo karena sekitar 80% karyawan perusahaan merupakan penduduk setempat.
PT. Suri Tani Pemuka juga rutin melakukan kegiatan sosial tiap tahunnya bagi
masyarakat sekitar Desa Bomo. Kegiatan sosial tahun 2016 ini yang akan diadakan
antara lain program penghijauan lingkungan dan petik laut, yang merupakan ritual
adat bagi masyarkat pesisir laut di Kabupaten Banyuwangi. Tanggung jawab sosial
lain yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka yaitu terus berusaha mengurangi dampak
degradasi lingkungan yang terjadi akibat limbah yang dihasilkan tambak.
Politik, Pemerintah dan Hukum
Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan terus menargetkan
peningkatan produksi udang di Indonesia. Hal ini dikarenakan pemintaan udang di
dunia juga semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah melalui Dirjen Perikanan Budidaya dalam mencapai target tersebut
adalah dengan mengembangkan benih unggul yang tahan terhadap segala penyakit
di berbagai cuaca. PT. Suri Tani Pemuka yang merupakan perusahaan yang
terintegrasi antara benih, pakan, dan tambak udang jelas menanggapi positif upaya
dari pemerintah karena dengan benih yang unggul, akan menghasilkan produk yang
unggul pula ketika panen. Namun pemerintah juga tidak hanya mendorong,
melainkan juga menggunakan pengaruhnya untuk menata.
Pemantapan kebijakan tata ruang dapat melindungi keberlanjutan usaha
kelautan dan perikanan, seperti memastikan kualitas air yang bersih dan lingkungan
di sekitar sentra budidaya udang. Sinergi berupa dukungan dari lembaga keuangan
dengan usaha hilir di desa serta menjamin ketersediaan pasar berkeadilan untuk
menyerap berbagi produk perikanan, termasuk udang juga turut diperlukan.
Monitoring terhadap pencegahan berbagai penyakit yang kerap menyerang udang
juga tak kalah penting untuk dilakukan guna mengurangi hambatan untuk
menghasilkan produk udang yang berkualitas.
Pemerintah daerah juga turut memberikan andil dalam pengembangan
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dengan
menerapkan kebijakan ketenagakerjaan yang memengaruhi keberlangsungan usaha.
Penetapan kontrak dan upah minimum regional yang jelas mampu mengurangi
permasalahan yang akan timbul di perusahaan. Selain itu, perangkat pemerintahan
desa juga turut andil dalam menjaga kemanan dan ketentraman lingkungan lokasi
tambak.
Teknologi
Pemanfaatan teknologi tepat guna secara maksimal mampu meningkatkan
produktivitas udang vannamei. Saat ini unit tambak PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi telah memanfaatkan beberapa teknologi dalam proses budidayanya.
Unit tambak Bomo mempunyai total kolam produksi udang vannamei sebanyak 25
dengan pembagian kolam kontruksi plester atau semen sebanyak 14 dan kolam
dengan kontruksi plastik sebanyak 11. Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka juga
memiliki enam kolam tandon yang berfungsi sebagai tempat menampung air
40
sementara sebelum dialirkan ke jaringan saluran drainase kolam produksi. Kolam
tandon dalam operasionalnya dikombinasikan dengan pintu air untuk lebih
mengoptimalkan fungsinya. Selain kolam tandon, terdapat pula kolam Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi untuk mencegah pencemaran air
dan mengurangi dampak buruk terhadap kualitas lingkungan yang terjadi akibat
proses budidaya yang dilakukan.
Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kepadatan tebar
benih sebesar 180 ekor/𝑚2 (sistem intensif) untuk kolam plester, dan 120 ekor/𝑚2
(sistem semi intensif) untuk kolam kontruksi plastik. Luas total lahan tambak
adalah 83 833 𝑚2 dan memiliki kincir untuk budidaya sebanyak 42 unit/ha atau
sekitar 14 unit/3000 𝑚2 . Manfaat penggunaan kincir diantaranya untuk
memberikan sirkulasi air dan udara untuk menghasilkan oksigen lebih baik,
menstabilkan pH dan suhu di kolam sekaligus menyeimbangkan salinitas.
Kelebihan lain dari penggunaan kincir yaitu mampu mengarahkan arus agar kotoran
bisa ke sentral dan langsung dibuang sehingga kolam memiliki kualitas air yang
lebih baik.
Pemanfaatan teknologi lain yang dilakukan unit tambak PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi yaitu dalam manajemen pakan dimana perusahaan telah
memberlakukan sistem automatic feeder. Penggunaan automatic feeder dalam
memberikan pakan pada udang memiliki kelebihan yaitu efisiensi waktu dan tenaga
kerja karena hanya diperlukan satu karyawan untuk mengontrol pakan pada dua
kolam produksi. Namun pemanfaatan teknologi pakan otomatis ini juga memiliki
kekurangan pada pemeliharaan atau maintenance yang belum maksimal sehingga
beberapa kali mesin harus diperbaiki karena mengalami gangguan. Kendala utama
dalam hal teknologi pada usaha tambak udang PT. Suri Tani Pemuka adalah belum
tersedianya teknologi yang mampu menekan serangan penyakit udang vannamei.
Serangan penyakit seperti WFD dan IMNV mampu memengaruhi kualitas produksi
usaha dan berdampak pada rendahnya harga jual udang.
Kompetitif
Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala bagian produksi dan head
of unit perusahaan, usaha budidaya udang vannamei secara umum tidak memiliki
persaingan diantara usaha dengan komoditas sejenis. Hal ini terjadi karena
permintaan akan udang vannamei yang tinggi mengakibatkan tiap usaha bisnis
udang vannamei memiliki pasar dan pelanggan yang berbeda-beda. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil produksi pada bisnis udang vannamei
hampir pasti laku terjual di pasaran, menyebabkan bisnis komoditas ini tidak
menganggap persaingan sebagai ancaman.
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi merupakan salah satu produsen udang
vannamei segar yang memiliki nama besar di Banyuwangi bahkan Jawa Timur,
sehingga volume penjualan perusahaan juga berbeda dengan usaha sejenis dan
memiliki pasar tersendiri untuk menjual hasil produksinya. Kualitas lingkungan
tambak juga menjadi faktor penting dalam usaha. Hal tersebut dikarenakan tambak
yang memiliki lokasi yang berdekatan satu sama lain di pesisir laut dapat
menularkan kualitas lingkungan yang dimiliki. Jika satu tambak memiliki
lingkungan yang baik, maka akan berdampak baik pula pada tambak di sekitarnya
dan begitu seterusnya. Karena alasan saling memiliki ketergantungan satu sama lain,
usaha budidaya udang vannamei tidak menganggap adanya usaha sejenis sebagai
41
ancaman utama selama masing-masing usaha menjaga kualitas lingkungannya.
Beberapa faktor yang dapat membedakan usaha tambak udang vannamei yang satu
dengan lainnya adalah perbedaan teknologi dan kualitas benur yang digunakan.
Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki sumber input produksi
seperti pakan dan benur yang berasal dari internal perusahaan. Hal ini merupakan
faktor kekuatan jika dilihat dari segi kuantitas dan ketepatan waktu pasokan
inputnya. Namun dapat menjadi kekurangan perusahaan apabila pesaing memililki
kualitas pakan dan benur yang lebih baik dibanding PT. Suri Tani Pemuka, karena
bagaimanapun kualitas yang dimiliki perusahaan, unit tambak pasti dan harus
menggunakan produk internal perusahaan.
Hingga saat ini produk substitusi juga bukan merupakan ancaman utama
bagi bisnis budidaya udang vannamei, karena jenis udang lain seperti windu juga
masih mengalami kesulitan dalam pengembangannya dan banyak tambak udang
windu di Indonesia yang tutup karena kegagalan produksi. Namun demikian,
hingga saat ini pemerintah dan para ahli budidaya perairan terus mencoba
mengembangkan jenis udang baru yang memiliki keunggulan dibanding vannamei
sehingga hal tersebut dapat menjadi ancaman serius untuk usaha budidaya udang
vannamei pada tahun-tahun berikutnya.
Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal perusahaan yang
dilakukan sebelumnya, dapat terlihat faktor-faktor apa saja yang dapat
dikelompokkan menjadi faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada usaha
budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor:
1. Hasil produksi yang berkualitas
Sebagai salah satu perusahaan sekaligus produsen udang vannamei segar
yang mempunyai nama besar di Indonesia, PT. Suri Tani Pemuka memiliki standar
mutu tinggi dalam setiap hasil produksinya. Patokan standar mutu yang tinggi
menyebabkan produk udang vannamei yang dihasilkan unit tambak perusahaan
memiliki kualitas yang baik. Selain itu, pasokan input seperti pakan dan benih
berkualitas yang berasal dari internal perusahaan juga menjadi salah satu faktor
untuk menghasilkan produk yang memiliki harga jual tinggi.
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo selalu mencoba
menghasilkan udang vannamei dengan kualitas Fresh atau kualitas terbaik dalam
setiap periode budidayanya. Pemanfaatan teknologi yang maksimal mampu
mendukung peningkatan produktivitas udang pada setiap masa panen dan
mencegah udang terserang penyakit yang memengaruhi kualitasnya.
Selama ini, sebagian besar hasil produksi PT. Suri Tani Pemuka merupakan
kualitas Fresh dan sangat jarang hasil produksinya yang memiliki kualitas
Undersize, serta memiliki produktivitas yang tinggi di setiap masa panennya. Hal
42
tersebut menjadikan PT. Suri Tani Pemuka sebagai produsen udang vannamei yang
banyak dicari oleh perusahaan eksportir udang vannamei maupun pembeli lokal.
2. Harga yang kompetitif
Hasil produksi yang berkualitas baik dari PT. Suri Tani Pemuka tentu
berpengaruh terhadap permintaan dan harga jual udang vannamei tersebut. Harga
jual udang vannamei selalu mengalami fluktuasi dan cepat sekali berubah dalam
beberapa waktu. Namun dengan kualitas produk yang dimiliki PT. Suri Tani
Pemuka, harga jual tidak akan menurun drastis kecuali secara global bisnis udang
vannamei mengalami collapse. Berdasarkan hasil pengamatan langsung, harga jual
udang vannamei produksi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi selalu berada di
angka maksimal dari harga jual secara umum di Indonesia. Hal ini menandakan
perusahaan selalu menjaga kualitas hasil produksi sehingga mendapat keuntungan
yang stabil.
3. Lokasi yang strategis
Penentuan lokasi usaha tambak PT. Suri Tani Pemuka didasarkan pada
kondisi lingkungan suatu daerah secara umum yang cocok untuk dilakukan
budidaya udang vannamei. Kondisi Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi yang sangat mendukung untuk pengembangan budidaya
udang vannamei baik dari segi iklim, akses sumberdaya yang mudah dan
lingkungan masyarakat sekitar yang kondusif menjadi alasan utama PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi membuka lahan tambak untuk budidaya udang pada tahun
1990 dengan komoditas utama udang windu. Pergantian menjadi budidaya
komoditas udang vannamei baru dimulai pada tahun 2010 setelah terjadi kegagalan
produksi pada udang windu. Akses lokasi tambak yang mudah dijangkau
merupakan keunggulan lain yang dimiliki peusahaan. Kemudahan akses jalan ini
dapat memperlancar saluran distribusi bahan baku sdan menghemat waktu serta
memungkinkan transaksi perdagangan lebih mudah utuk dilakukan karena pembeli
atau perusahaan eksportir dapat datang sendiri ke lokasi budidaya untuk melihat
atau untuk membeli produk hasil panen.
4. Unit usaha yang terintegrasi
PT. Suri Tani Pemuka yang merupakan perusahaan yang memiliki produk
Aquafeed dan menghasilkan berbagai jenis pakan ikan maupun udang. Selain itu,
PT. Suri Tani Pemuka juga mempunyai unit usaha di sektor input dan budidaya. Di
sektor input perusahaan memiliki usaha pembenihan udang atau benur sedangkan
untuk sektor budidaya, perusahaan mengusahakan budidaya berbagai jenis ikan dan
udang. Integrasi yang dimiliki perusahaan dari mulai hulu hingga hilir tersebut
merupakan keunggulan tersendiri karena perusahaan tidak akan takut kekurangan
stok input atau keterlambatan pasokan bagi unit usahanya. Pada unit tambak udang
vannamei di Desa Bomo Kabupaten Banyuwangi sendiri, kepastian pasokan pakan
atau benih udang pada waktu yang tepat dapat berpengaruh postif pada kegiatan
budidayanya. Sehingga masa budidaya sampai panen udang vannamei berjalan
sesuai perencanaan perusahaan dan kualitas yang dihasilkan terjamin standar
mutunya.
5. Ketersediaan sarana operasional
Ketersediaan sarana operasional yang memadai menjadi kekuatan karena
dapat mendukung strategi yang dijalankan perusahaan. Proses budidaya pada unit
tambak udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat berjalan baik
tentunya dengan menggunakan sejumlah peralatan dan teknologi yang diperlukan.
43
Unit tambak PT. Suri Tani Pemuka telah memanfaatkan secara maksimal sarana
operasional yang digunakan, seperti kolam produksi, penggunaan prebiotik dan
kincir untuk proses budidaya, penggunaan ruang produksi termasuk timbangan,
meja pemisah ukuran, jaring dan mobil pick-up untuk proses pemanenan, serta
penggunaan kolam tandon dan kolam IPAL sebagai kontrol kualitas lingkungan,
hingga kantor utama sebagai pusat pengendalian unit usaha. Ketersediaan berbagai
sarana operasional yang mudah didapatkan mampu membantu melancarkan proses
budidaya hingga pemasaran udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
6. Insentif dan tunjangan karyawan
Sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, PT. Suri Tani
Pemuka memiliki sistem ketenagakerjaan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari
proses perekrutan karyawan hingga sistem pemberian gaji karyawannya. PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi menggunakan sistem UMR untuk pemberian gaji
karyawan yakni sebesar Rp 1 599 000 menurut UMR daerah Banyuwangi. Selain
sistem pemberian gaji yang jelas, perusahaan juga menerapkan sistem pemberian
insentif bagi karyawan sesuai produktivitas yang dihasilkan. Pemberian insentif
bagi karyawan juga tergantung adanya loss dan profit usaha, sehingga dengan kerja
keras untuk menambah profit perusahaan, maka semakin besar pula peluang
pembagian insentif bagi karyawan. PT. Suri Tani Pemuka juga memberikan
tunjangan kesehatan bagi setiap karyawan sebagai tindakan balas jasa perusahaan
serta digunakan untuk memotivasi dan mempertahankan semangat kerja karyawan
sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha.
7. Penetapan target produksi
Sebagai perusahaan ternama di Indonesia, PT. Suri Tani Pemuka jelas
memiliki target produksi yang meningkat setiap tahunnya. Penetapan target
produksi ini dapat dikategorikan sebagai kekuatan karena menghsilkan motivasi
kerja yang berlipat untuk mencapai target perusahaan. Pada tahun 2015, target
produksi PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki target
produksi total sebesar 262 ton dan pada kenyataannya unit tambak tersebut mampu
mencapai target sebesar 259,8 ton. Hasil tersebut tetap dianggap sebagai
keberhasilan dalam mencapai target karena target perusahaan yang sangat tinggi
dan angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan keberhasilan tersebut,
pada tahun 2016 perusahaan meningkatkan target produksi sebesar 438 ton dan
tidak menutup kemungkinan target kembali ditingkatkan untuk tahun-tahun
selanjutnya.
8. Perbedaan sistem budidaya udang vannamei
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki perbedaan
sistem budidaya udang vannamei. Unit tambak Bomo memiliki total kolam
produksi sebanyak 25 kolam yang terbagi atas dua kontruksi kolam yang berbeda.
Sebanyak 14 kolam berkonstruksi dasar menggunakan pelster atau semen dan 11
kolam memiliki kontruksi plastik. Perbedaan kontruksi kolam juga berpengaruh
terhadap densitas atau kepadatan tebar benihnya. Untuk kolam plester kepadatan
tebarnya sebanyak 180 ekor/𝑚2 sedangkan kepadatan tebar 120 ekor/𝑚2 untuk
kolam kontruksi plester. Perbedaan densitas tebar ini berdasarkan sistem yang
digunakan, yaitu sistem semi intensif untuk kolam plastik dan sistem budidaya
intensif untuk kolam plester. Hasil produksi akibat perbedaan sistem ini dapat
dimaksimalkan di setiap proses budidaya dan hal tersebut menjadi kekuatan bagi
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Bahkan untuk tahun 2016 ini, PT.
44
Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo mulai mencoba sistem budidaya
super intensif dimana kepadatan tebar benihnya sebanyak 600 ekor/𝑚2 .
Kelemahan
Kelemahan PT. Suri Tani Pemuka unit tambak Bomo berdasarkan
pembobotan terdiri atas faktor:
1. Serangan penyakit udang vannamei
Ancaman serangan penyakit EMSyang melanda banyak negara produsen
udang tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi udang di Indonesia. Hal ini
disebabkan Indonesia memiliki biosekuriti budidaya udang yang lebih bagus
dibanding negara produsen udang lain. Namun demikian komoditas udang di
Indonesia tidak bebas penyakit secara total karena masih banyak ditemukan
serangan penyakit di beberapa usaha tambak udang di Indonesia. PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo juga mengalami beberapa masalah terkait
serangan penyakit ini. Penyakit yang sering menyerang usaha tambak udang
perusahaan adalah WFD dan IMNV sehingga hal tersebut memengaruhi
produktivitas usaha. Hingga saat ini penyakit yang menyerang udang vannamei
masih menjadi kelemahan utama dalam mencapai target produksi perusahaan dan
menjaga kualitas produksi.
2. Terbatasnya keputusan penjualan di unit usaha
Unit tambak udang vannamei di Desa Bomo merupakan usaha integrasi dari
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi sehingga keputusan akhir dalam hal pemasaran
berada di perusahaan pusat bukan di unit tambak tersebut. Akan tetapi, keputusan
dalam memilih pelanggan atau pembeli tetap berada di unit tambak karena
pengetahuan akan kondisi di lapangan yang terjadi.
Aspek-aspek yang mendasari dalam pemilihan pembeli antara lain loyalitas,
tawaran harga yang sesuai dan kelancaran pembayaran. Setelah menentukan
pembeli yang cocok, unit tambak akan memberitahukan ke kantor pusat PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi terkait pilihan tersebut kemudian kantor pusat
mengambil keputusan akhir. Sistem tersebut menjadi kendala di unit tambak
dikarenakan keputusan kantor pusat yang terkadang terlambat dalam menentukan
pembeli sehingga pembeli yang berpindah ke produsen lain. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, unit tambak memberlakukan sistem kontrak kepada pembeli dan
mengikat mereka menjadi pelanggan tetap. Keputusan tersebut yang menjadikan
PT. Mega Marine Pride sebagai pelanggan tetap hasil produksi PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo untuk komoditas ekspor.
3. Kurangnya jaringan pemasaran
Sistem kontrak yang diterapkan bagi pelanggan PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi untuk konsumen produk udang vannameinya mengakibatkan jaringan
pemasaran yang kurang untuk mendapatkan pembeli yang mempunyai kekuatan
tawar harga yang lebih baik. Kontrak yang mengikat menyebabkan tujuan utama
penjualan 90% produk udang vannamei tambak Bomo milik PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi adalah PT. Mega Marine Pride sebagai eksportir komoditas hasil
perikanan untuk kualitas Fresh dan beberapa Moulting. Sejauh ini tidak terdapat
permasalahan dari hubungan kontrak penjualan dengan perusahaan PT. Mega
Marine Pride namun dengan sistem kontrak yang bersifat mengikat, maka akan
menutup kemungkinan unit tambak menjual kepada pembeli lain yang memiliki
harga tawar yang lebih tinggi.
45
4. Kurang optimalnya penggunaan lahan tambak
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi unit tambak Bomo memiliki total 25
kolam produksi. Namun dalam proses budidayanya, unit tambak Bomo belum
mendapatkan hasil produksi sesuai target perusahaan. Hal ini disebabkan dalam
proses budidayanya, udang vannamei kerap diserang berbagai penyakit yang
mengganggu produktivitas hasil.
Selain itu, perusahaan juga masih belum menerapkan sistem intensif untuk
semua kolam produksi dimana hanya 14 kolam yang menggunakan sistem intensif.
Meskipun saat ini unit tambak telah mencoba menggunakan sistem super intensif
namun hasil yang diperoleh belum sesuai ekspektasi perusahaan. Hasil panen dari
tambak dengan sistem super intensif masih mengalami fluktuasi dan belum
mencapai target yang ditetapkan perusahaan.
Sebanyak 12 kolam idle yang dimiliki unit tambak juga masih dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan lahan produksinya baik
menggunakan sistem intensif maupun super intensif sehingga meningkatkan
produktivitas hasil panen udang vannamei. Namun dalam pemanfaatan lahan
tambak yang idle tersebut diperlukan berbagai perhitungan yang tepat serta
pemahaman yang cermat agar penambahan kolam menjadi keuntungan dan tidak
menjadi kerugian perusahaan.
Identifikasi dari faktor kekuatan dan kelemahan pada usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Usaha
Faktor Internal
Manajemen
Kekuatan
1. Insentif dan Tunjangan
Karyawan
2. Penetapan Target Produksi
Pemasaran
1. Harga yang Kompetitif
Keuangan
Operasional
Penelitian dan
Pengembangan
Sistem
Informasi
1. Hasil Produksi yang
Berkualitas
2. Lokasi yang Strategis
3. Unit Usaha yang Terintegrasi
4. Ketersediaan Sarana
Operasional
5. Pebedaan Sistem Budidaya
Udang Vannamei
Kelemahan
1. Terbatasnya Keputusan
Penjualan di Unit Usaha
2. Kurangnya Jaringan
Pemasaran
1. Serangan Penyakit Udang
Vannamei
2. Kurang Optimalnya
Penggunaan Lahan
Tambak
46
Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang dilakukan sebelumnya,
dapat terlihat faktor-faktor apa saja yang ada dan dapat dikelompokkan menjadi
faktor-faktor peluang dan ancaman yang terdapat pada usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
Peluang
Peluang yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor:
1. Permintaan terhadap udang vannamei yang tinggi
Udang vannamei sangat digemari oleh masyarakat dalam negeri maupun
luar negeri karena mempunyai protein tinggi serta memiliki rasa daging yang gurih
yang sangat cocok untuk menu hidangan sehari-hari. Bahkan udang vannamei
menjadi komoditas favorit untuk sajian restoran berkelas di luar negeri. Hal ini
menyebabkan tingginya permintaan akan komoditas udang vannamei secara global,
terutama untuk pasar ekspor maupun permintaan lokal dan merupakan peluang
utama bagi petambak udang vannamei untuk mengembangkan usahanya. Udang
vannamei merupakan komoditas budidaya perikanan yang lebih berorientasi pada
pasar ekspor sehingga fokus penjualannya adalah konsumen luar negeri. Kondisi
permiintaan yang tinggi dan stabil khususnya dari konsumen luar negeri,
menyebabkan meningkatnya harga ekspor udang vannamei, sehingga menjadi hal
yang harus dimanfaatkan unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk
meningkatkan produksi udang vannamei setiap tahunnya.
2. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang mendukung
Lokasi Kabupaten Banyuwangi yang berada di kawasan pesisir timur
Provinsi Jawa Timur umumnya dimanfaatkan untuk transportasi laut, pelestarian
alam, pariwisata, pemukiman nelayan dan budidaya laut. Lokasi geografis, keadaan
iklim serta kondisi perairan yang mendukung untuk budidaya berbagai komoditas
perikanan kelautan menjadi alasan PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi membuka
lahan tambak udang vannamei di Desa Bomo yang terletak di pesisir timur
Banyuwangi.
Udang vannamei mendominasi sebagai komoditas unggulan dari total
produksi tambak di Kabupaten Banyuwangi yaitu dengan presentase total sekitar
95%. Mayoritas tambak udang di Kabupaten Banyuwangi menggunakan teknologi
intensif termasuk tambak milik PT. Suri Tani Pemuka dimana mengusahakan
budidaya dengan teknologi semi intensif, intensif dan super intensif. Hal tersebut
membuktikan bahwa keadaan geografis di Kabupaten Banyuwangi cocok untuk
mengembangkan usaha budidaya udang vannamei dan menjadi peluang yang bisa
dimanfaatkan PT. Suri Tani Pemuka meningkatkan produksinya.
3. Berkembangnya pasar internasional terhadap permintaan udang Indonesia
Sebagian besar negara produsen udang selama 2014 hingga saat ini
mengalami penurunan produksi karena serangan penyakit EMS dan secara global
pasokan udang menurun sekitar 300 000 ton, akan tetapi hanya Indonesia, India dan
Ekuador yang mengalami peningkatan produksi. Berdasarkan kondisi yang ada,
ditambah tingginya harga udang di pasar global dan penguatan nilai tukar dolar
Amerika, membuat eksportir udang Indonesia cenderung menggenjot eksportasi ke
47
negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Eropa.
Secara umum, produksi udang Indonesia menempati posisi kedua di pasar udang
Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2013, jumlah ekspor udang ke AS berada di
angka sekitar 80 000 ton dan meningkat menjadi 100 000 ton, atau naik sekitar 25%
pada tahun 2014 (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015). Jenis udang yang
paling banyak di ekspor adalah udang vannamei dan menyebabkan produksinya
terus meningkat setiap tahun.
Pada tahun 2014, produksi udang di Indonesia mencapai 592 219 ton
dengan 70% adalah udang vannamei dan 30% udang windu. Angka tersebut baru
mencapai 83,06% dari target produksi udang di tahun 2014 sebesar 713 000 ton.
Sedangkan pada tahun 2015 lalu, target pertumbuhan jumlah produksi udang
sebesar 785 900 ton dengan rincian udang vannamei 518 600 ton, udang windu 189
700 ton dan udang lainnya 77 600 ton (Dirjen Perikanan Budidaya, 2016).
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat peningkatan target produksi udang
Indonesia merupakan indikasi dari permintaan udang secara global yang juga
meningkat. Udang vannamei sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia
diharapkan mampu meningkatkan produksinya tiap tahun. Hal ini dapat menjadi
alasan utama usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
dalam mengambil peluang pasar, baik untuk luar negeri maupun dalam negeri
dengan meningkatkan produksinya setiap periode budidaya.
4. Kemajuan teknologi dan sistem informasi
Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi untuk mengembangkan usaha budidaya udang vannameinya adalah
perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat. Perkembangan teknologi
dapat memengaruhi peningkatan produksi udang. Teknologi yang telah digunakan
PT. Suri Tani Pemuka untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya salah satunya
adalah Automatic Feeder. Namun teknologi ini mempunyai kendala dalam hal
maintenance sehingga belum mampu secara maksimal dimanfaatkan oleh unit
tambak. Selain itu, salah satu terobosan teknologi yang sedang dilakukan tambak
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi ialah memberlakukan sistem budidaya super
intensif dengan menebar benih yang memiliki kepadatan 600 ekor/𝑚2 . Sementara
dalam aspek lainnya, kelancaran penyampaian dan pembaharuan informasi
mengenai perkembangan budidaya udang vannamei dari pemerintah maupun
organisasi petambak udang diperlukan untuk mengetahui infromasi yang mampu
membantu peningkatan produksi udang vannamei. Beberapa teknologi dan sistem
informasi yang tersedia bagi perusahaan apabila dapat dioptimalkan dengan baik
tentu akan berpengaruh positif terhadap produktivitas dan penjualan usaha
budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi.
Ancaman
Ancaman yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi berdasarkan pembobotan terdiri atas faktor:
1. Persebaran serangan penyakit udang secara global
Ancaman serangan penyakit EMS yang melanda banyak negara produsen
udang di dunia memang tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi udang di
Indonesia hingga saat ini. Namun jika Indonesia mengabaikan dan tidak melakukan
antisipasi terhadap permasalahan penyakit ini sehingga biosekuriti yang dimiliki
tidak dapat mencegah, besar kemungkinan Indonesia akan diserang penyakit serupa.
48
Penyakit EMS menjadi penyebab utama turunnya produksi udang di banyak negara
di dunia. Fenomena serangan EMS secara global yang mengancam komoditas
udang vannamei ini hampir sama dengan kejadian yang dialami komoditas udang
windu pada tahun 2000-2006 lalu dimana sebagian besar tambak udang windu di
dunia dan di Indonesia mengalami kerugian bahkan kebangkrutan akibat serangan
penyakit. Meskipun saat ini tidak terpengaruh penyakit EMS secara global,
beberapa tambak udang di Indonesia termasuk tambak milik PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi juga mengalami masalah dengan serangan penyakit seperti IMNV dan
WFD yang mampu memengaruhi penurunan produktivitas dan kualitas panen
udang. Hal ini merupakan ancaman serius dan harus menjadi perhatian para
petambak udang vannamei jika ingin terus bertahan dalam usaha tambaknya.
2. Inflasi
Usaha budidaya udang vannamei yang merupakan unit integrasi PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi menyebabkan pasokan sumberdaya input berasal dari
internal perusahaan. Keuntungan yang diperoleh unit tambak tentu saja kelancaran
pasokan, namun inflasi dapat memengaruhi harga pakan dan benih perusahaan
sehingga juga berpengaruh terhadap harga jual udang vannamei. Penentuan harga
jual udang vannamei yang memiliki dasar minimum HPP mengakibatkan harga jual
akan tinggi tergantung harga inputnya. Kenaikan harga jual ini dapat menyebabkan
perusahaan eksportir enggan untuk membeli produksi udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka. Selain itu, inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika juga dapat berpengaruh pada menurunnya kuantitas ekspor udang
Indonesia sehingga secara tidak langsung usaha tambak udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi terkena dampaknya.
3. Keberadaan kompetitor
Meskipun keberadaan kompetitor untuk bisnis udang vannamei bukan
merupakan ancaman utama karena sifatnya yang saling memiliki ketergantungan,
namun sedikit banyak hal tersebut tetap dapat menjadi ancaman bagi
keberlangsungan usaha tambak udang vannamei. Beberapa tambak udang
vannamei di Indonesia memiliki pasar sendiri dan pembeli yang berbeda sehingga
tidak bersaing dalam segi pemasarannya. Namun tetap saja perbedaan kualitas
benih dan teknologi yang digunakan oleh setiap tambak dapat menjadi pembeda
jumlah hasil produksi dan penjualan antar unit usaha budidaya udang vannamei.
Selain itu, aspek lingkungan yang saling bergantung antar satu tambak dengan yang
lain dapat menjadi ancaman apabila salah satu tambak tidak benar-benar menjaga
dampak kualitas lingkungan yang ditimbulkan sehingga memengaruhi tambak lain
di sekitarnya.
4. Kekuatan tawar menawar pembeli
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
memiliki pelanggan tetap untuk hasil produksi kualitas fresh dan moulting yaitu PT.
Mega Marine Pride yang merupakan perusahaan eksportir komoditas perikanan.
Sistem kontrak yang dilakukan dengan pelanggan mengakibatkan adanya
keterikatan sehingga dalam penjualan hasil produksi harus ditemukan kesepakatan
yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi
unit tambak PT. Suri Tani Pemuka karena di satu sisi perusahaan ingin menjual
udang dengan harga sesuai harga pasar global, tapi di sisi lain perusahaan pembeli
juga memiliki tawaran harga maksimal yang mampu disanggupi. Kekuatan tawaran
harga dari pembeli dan juga kelancaran pembayaran inilah yang harus di antisipasi
49
PT. Suri Tani Pemuka sehingga tidak perlu adanya pemutusan kontrak di tengah
jalan dengan pelanggan serta menghindarkan usaha dari kerugian.
5. Kekuatan tawar menawar pemasok
Sebagai unit usaha yang terintegrasi, tambak udang vannamei PT. Suri Tani
Pemuka memiliki kemudahan dalam mendapatkan pasokan sumberdaya input
produksi seperti pakan dan benih udang. Integrasi usaha juga mengharuskan unit
dari suatu perusahaan menggunakan produk perusahaan tersebut dalam kondisi
apapun. Dilihat dari kelancaran supply inputnya tentu pemasok yang berasal dari
internal perusahaan menjadi keuntungan unit tambak dalam menjalankan proses
budidayanya sehingga tidak terjadi permasalahan dalam memenuhi kebutuhan
operasionalnya. Namun dilihat dari sisi lain, sistem keterikatan karena integrasi
juga mengakibatkan kualitas hasil produksi tidak menentu dikarenakan
bagaimanapun kondisi pakan dan benih yang dihasilkan perusahaan, unit tambak
harus menggunakannya. Meskipun perusahaan memiliki standar mutu tinggi dalam
pemenuhan pakan dan benih udang, namun ada kalanya perusahaan kompetitor
pakan dan benih lain memiliki kualitas yang lebih baik. Tentu usaha tambak udang
kompetitor PT. Suri Tani Pemuka yang memilih pakan dan benih lebih baik
menghasilkan kualitas produksi udang vannamei yang lebih baik pula.
6. Tercemarnya kualitas lingkungan
Tidak dapat dipungkiri, limbah hasil proses produksi budidaya udang
vannamei dapat mencemari lingkungan sekitar tambak. Pencemaran lingkungan
yang terjadi merupakan ancaman serius bagi usaha tambak udang vannamei PT Suri
Tani Pemuka Banyuwangi karena lingkungan merupakan faktor penentu
munculnya penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan udang vannamei.
Hingga saat ini, unit tambak PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi belum mampu
menanggulangi permasalahan limbah hasil produksinya dan hal tersebut
meningkatkan ancaman akan serangan penyakit terhadap udang vannamei.
Tabel 10 Identifikasi Peluang dan Ancaman Usaha
Faktor Eksternal
Ekonomi
Peluang
1. Permintaan terhadap udang
vannamei yang tinggi
2. Berkembangnya pasar
internasional terhadap
permintaan udang Indonesia
Ancaman
1. Inflasi
2. Kekuatan tawar menawar
pembeli
3. Kekuatan tawar menawar
pemasok
Sosial, Budaya,
Demografi dan
Lingkungan
1. Keadaan geografis lahan
tambak di Banyuwangi yang
mendukung
1.Persebaran serangan
penyakit udang secara
global
2.Tercemarnya kualitas
lingkungan
Teknologi
Kompetitif
1. Kemajuan teknologi dan
sistem infotmasi
1. Keberadaan kompetitor
50
Formulasi Strategi
Langkah selanjutnya setelah mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari usaha budidaya udang vannamei
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah merumuskan formulasi strategi.
Menurut David (2009) dalam merumuskan strategi terdapat tiga tahap formulasi
strategi yaitu tahap masukan (input stage) dengan menggunakan Matriks IFE dan
EFE, tahap pencocokkan (matching stage) menggunakan Matriks IE dan Matriks
SWOT, dan tahap keputusan (decision stage) yang menggunakan Matriks QSP.
Tahap Input Data
Tahap input merupakan tahap yang berisi informasi dasar yang dibutuhkan
oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi untuk
merumuskan strategi. Faktor internal akan dimasukkan ke dalam matriks IFE dan
faktor eksternal akan dimasukkan ke dalam matriks EFE. Semua informasi yang
telah dikumpulakn dan dianalisis sebagai faktor kunci internal dan eksternal akan
diberi bobot dan diberi peringkat untuk memperoleh skor.
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Berdasarkan hasil analisis terhadap matriks IFE dihasilkan dua belas faktor
kunci sukses internal yang terdiri dari delapan faktor kekuatan dan empat faktor
kelemahan. Faktor kunci berupa kekuatan dan kelemahan tersebut diberi peringkat
dan bobot yang didapatkan dari hasil perhitungan rataan responden terlebih dahulu
kemudian skor akan diperoleh dengan cara mengalikan hasil bobot dengan hasil
peringkat. Pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh empat orang responden
yang merupakan pengambil keputusan dari internal unit usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu Head of Unit, manajer produksi,
manajer finance & accounting dan manajer personal & general affair.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat responden dan perhitungan
yang dilakukan, kekuatan yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi antara lain: (1) Hasil Produksi yang Berkualitas; (2)
Harga yang Kompetitif; (3) Lokasi yang Strategis; (4) Unit Usaha yang
Terintegrasi; (5) Ketersediaan Sarana Operasional; (6) Insentif dan Tunjangan
Karyawan; (7) Penetapan Target Produksi; dan (8) Perbedaan Sistem Budidaya
Udang Vannamei. Sedangkan faktor kelemahan yang dimiliki usaha tambak PT.
Suri Tani Pemuka Banyuwangi diantaranya: (1) Serangan Penyakit Udang
Vannamei; (2) Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha; (3) Kurangnya
Jaringan Pemasaran; dan (4) Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak.
Hasil dari pemberian bobot dan peringkat berupa skor IFE yang dapat dilihat
pada Tabel 10. Hasil perhitungan matriks IFE menunjukkan skor faktor kunci
internal sebesar 2.757. Hal ini mengindikasi bahwa usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi internal perusahaan
rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci internalnya berada di antara 2.002.99. Faktor kekuatan berdasarkan hasil analisis matriks IFE memperoleh skor
sebesar 2.269, sedangkan untuk faktor kelemahan skor yang diperoleh sebesar
0.488. Nilai skor total kekuatan yang lebih besar dibandingkan skor total kelemahan
menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei nya,
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi mampu memanfaatkan kekuatan internalnya
51
dan mengatasi kelemahan internal yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 11 dapat
dilihat bahwa kekuatan utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT.
Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah ketersediaan sarana operasional dengan skor
0.378, sedangkan kelemahan utama usaha adalah adanya serangan penyakit udang
vannamei dengan skor 0.145.
Tabel 11 Matriks IFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Faktor Kunci Internal
Kekuatan
Hasil Produksi yang Berkualitas
Harga yang Kompetitif
Lokasi yang Strategis
Unit Usaha yang Terintegrasi
Ketersediaan Sarana Operasional
Insentif dan Tunjangan Karyawan
Penetapan Target Produksi
Perbedaan Sistem Budidaya
Total Skor Kekuatan
Kelemahan
Serangan Penyakit Udang Vannamei
Terbatasnya Keputusan Penjualan di Unit Usaha
Kurangnya Jaringan Pemasaran
Kurang Optimalnya Penggunaan Lahan Tambak
Total Skor Kelemahan
Total Skor Faktor Kunci Internal
Total
Skor
Bobot
Rating
0.097
0.082
0.100
0.051
0.101
0.076
0.081
0.099
3.25
3.75
3.50
3.00
3.75
3.00
3.00
3.00
0.316
0.307
0.349
0.152
0.378
0.228
0.243
0.296
2.269
0.116
0.053
0.055
0.085
1.25
2.00
2.00
1.50
0.145
0.106
0.109
0.128
0.488
2.757
Sumber: Data Primer (2016) (Diolah)
Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Analisis Matriks EFE menghasilkan sepuluh faktor strategis eksternal yang
terdiri dari empat peluang dan enam ancaman. Faktor-faktor tersebut diberi bobot
dan peringkat yang didapatkan dari hasil perhitungan rataan responden. Setelah itu
skor akan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan peringkat. Pemberian
bobot dan peringkat dilakukan oleh empat orang responden yang merupakan
pengambil keputusan dari internal unit usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi yaitu Head of Unit, manajer produksi, manajer finance
& accounting dan manajer personal & general affair.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat responden dan perhitungan
yang dilakukan, peluang yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi antara lain: (1) Permintaan Terhadap Udang Vannamei
yang Tinggi; (2) Keadaan Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang
Mendukung; (3) Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang
Vannamei; dan (4) Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi. Sedangkan faktor
ancaman yang dihadapi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi diantaranya: (1) Keberadaan Kompetitor; (2) Inflasi; (3) Persebaran
52
Penyakit Udang Secara Global; (4) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli; (5)
Tercemarnya Kualitas Lingkungan; dan (6) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok.
Hasil dari pemberian bobot dan peringkat berupa skor EFE yang dapat
dilihat pada Tabel 11. Hasil perhitungan matriks EFE menunjukkan skor faktor
kunci eksternal sebesar 2.794. Hal ini mengindikasi bahwa usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki kondisi eksternal
perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor kunci eksternalnya berada di
antara 2.00-2.99. Faktor peluang berdasarkan hasil analisis matriks EFE
memperoleh total skor sebesar 1.435, sedangkan untuk faktor ancaman total skor
yang diperoleh sebesar 1.359.
Nilai skor total peluang yang lebih besar dibandingkan skor total ancaman
menunjukkan bahwa dalam mengembangkan usaha budidaya udang vannamei nya,
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi merespon tinggi peluang dan merespon rendah
ancaman yang ada. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa peluang utama yang
dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
adalah permintaan udang vannamei yang tinggi dengan skor 0.410, sedangkan
ancaman utama usaha adalah pada kekuatan tawar menawar pembeli dengan skor
0.332.
Tabel 12 Matriks EFE pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Faktor Kunci Eksternal
Peluang
Permintaan Terhadap Udang Vannamei
yang Tinggi
Keadaan Geografis Lahan Tambak di
Banyuwangi yang Mendukung
Berkembangnya Pasar Internasional
Terhadap Permintaan Udang Vannamei
Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi
Total Skor Peluang
Ancaman
Keberadaan Kompetitor
Inflasi
Persebaran Penyakit Udang Secara Global
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Tercemarnya Kualitas Lingkungan
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Total Skor Ancaman
Total Skor Faktor Kunci Eksternal
Bobot
Rating
Total
Skor
0.109
3.75
0.410
0.112
3.50
0.392
0.101
3.50
0.353
0.112
2.50
0.280
1.435
0.051
0.079
0.125
0.111
0.127
0.070
4.00
3.00
1.50
3.00
1.50
3.00
0.204
0.236
0.187
0.332
0.191
0.211
1.359
2.794
Sumber: Data Primer (2016) (Diolah)
Tahap Pencocokan Data
Tahapan selanjutnya setelah memperoleh informasi pada tahap input data
adalah tahap pencocokkan data. Tahapan ini dilakukan untuk memadukan faktor
kunci internal dan eksternal yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang dan
53
ancaman. Pada tahap ini akan digunakan Matriks IE dan Matriks SWOT untuk
menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi usaha yang ada.
Matriks IE (Internal-External)
Faktor kunci kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat
pada lingkungan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi kemudian dianalisis menggunakan Matriks IE untuk menunjukkan
posisi perusahaan pada kuadran sembilan sel. Matriks ini didasarkan pada dua
dimensi kunci yaitu titik potong koordinat sumbu x yang merepresentasikan nilai
IFE dan koordinat sumbu y yang merepresentasikan nilai EFE. Skor bobot total
yang diperoleh dari faktor-faktor tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di
tingkat perusahaan. Berikut ini adalah alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi, yaitu:
Bobot Skor IFE
Sedang
Kuat
4.0
3.0
2.0
3.0
Hold and
Maintain (V)
Sedang
2.0
Rendah
1.0
1.0
Hold and
Maintain (III)
Tinggi
Bobot
Skor
EFE
Lemah
Hold and
Maintain
(VII)
Gambar 7 Matriks IE Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Matriks IE, dapat terlihat usaha
budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terletak pada sel V
sehingga alternatif strategi terbaik yang dapat diimplementasikan adalah strategi
jaga dan pelihara (Hold and Maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk
adalah dua strategi yang sesuai dan paling banyak digunakan oleh usaha yang
terletak pada jenis sel ini (David, 2004). Penetrasi pasar yang dapat dilakukan oleh
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah dengan
meningkatkan skala produksi serta menjaga stabilitas produksi udang vannamei.
Sedangkan untuk strategi pengembangan produk, usaha tambak PT. Suri Tani
Pemuka dapat meningkatkan kualitas hasil produksi udang vannamei tersebut.
Matriks SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat)
Hasil analisis pada tahap input yang dilakukan pada lingkungan internal dan
eksternal usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
menghasilkan faktor kunci kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil
analisis tersebut kemudian dipadukan untuk mengembangkan Matriks SWOT dan
menghasilkan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam usaha budidaya udang
54
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Alternatif strategi berdasarkan
analisis Matriks SWOT yang dapat diterapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka yaitu:
Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal usaha untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO yang dapat diterapkan pada usaha
budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu:
1. Meningkatkan Skala Produksi
Strategi ini dapat diterapkan dengan memanfaatkan kekuatan
perusahaan seperti hasil produksi berkualitas, lokasi yang strategis, unit usaha
yang terintegrasi dan ketersediaan sarana operasional secara maksimal. Selain
itu, pemanfaatan peluang yang dimiliki usaha tambak udang PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi seperti permintaan terhadap udang yang tinggi, keadaan
geografis lahan tambak di Banyuwangi serta kemajuan teknologi dan informasi
dapat menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan skala produksi. Upaya
yang dapat dilakukan dengan melihat perpaduan kekuatan dan peluang tersebut
antara lain:
a. Pengoptimalan lahan tambak
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
memiliki total 25 kolam produksi. Namun dari jumlah tersebut, hanya 14
kolam yang menggunakan sistem budidaya intensif sedangkan 11 lainnya
masih semi intensif. Penggunaan sistem intensif tentu menghasilkan hasil
produksi yang lebih banyak karena padat tebar benihnya juga lebih banyak.
Sarana operasional yang dimiliki perusahaan serta kondisi geografis yang
sesuai, menjadi faktor penting untuk mendukung perubahan sistem
budidaya udang vannamei perusahaan sehingga mampu meningkatkan hasil
produksi. Selain itu, sebanyak 12 tambak idle yang dimiliki perusahaan
masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Oleh karena itu, upaya
mengoptimalkan lahan tambak merupakan salah satu strategi untuk
meningkatkan skala produksi udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka.
b. Penambahan jumlah tenaga kerja
Salah satu alasan masih terdapatnya 12 kolam idle atau kolam yang belum
dimanfaatkan adalah kurangnya tenaga kerja pada usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Sejauh ini unit usaha tambak
telah memiliki tenaga kerja sebanyak 55 orang. Penambahan tenaga kerja
selain untuk memanfaatkan kolam yang belum digunakan tersebut, juga
dapat dimanfaatkan dalam proses panen yang sangat membutuhkan jumlah
tenaga kerja yang cukup banyak untuk membuat waktu panen hingga sortasi
udang lebih efisien.
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi WO adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
dengan cara memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO yang dapat diterapkan
pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi yaitu:
1. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimanfaatkan
55
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di
Kabupaten Banyuwangi memiliki total kolam produksi sebanyak 25 kolam.
Namun, perusahaan juga masih memiliki 12 kolam idle atau kolam yang
belum dimanfaatkan. Melihat peluang yang dimiliki perusahaan baik dari segi
permintaan yang tinggi, keadaan geografis yang mendukung hingga pasar
yang terus berkembang, upaya mengaktifkan lahan kosong menjadi lahan
produktif ini tentu akan menambah keuntungan bagi perusahaan.
Penambahan kolam produksi akan meningkatkan hasil produksi dan
menambah peluang penjualan produk udang vannamei menjadi lebih luas.
Sebelum mengaktifkan fungsi lahan tambak tersebut, perlu diperhatikan
beberapa aspek bagi perusahaan seperti menambah tenaga kerja, penerapan
sistem budidaya yang sesuai serta mengaplikasikan teknologi yang
mendukung produksi. Hal tersebut diperlukan untuk menjaga lahan tambak
tetap produktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan mengoptimalkan
lahan tambak idle tersebut, perusahaan diharapkan mampu memperbaiki
kelemahan akan keterbatasan keputusan penjualan di unit usaha, optimalisasi
lahan tambak dan kurangnya jaringan pemasaran.
2. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan
Penyakit
Serangan penyakit menjadi kelemahan utama usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi karena dapat menghambat
proses budidaya dan mempengaruhi hasil produksi. Penyebab utama
timbulnya penyakit pada udang adalah lingkungan yang tercemar. Oleh
karena itu, perkembangan teknologi dan informasi yang ada saat ini harus
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghadapi masalah penyakit udang
vannamei. Keadaan geografis lahan tambak di Banyuwangi yang baik,
menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena serangan penyakit
yang timbul masih dalam tahap wajar dan dapat diatasi.
Selain penggunaan prebiotik untuk mencegah munculnya penyakit,
teknologi automatic feeder yang diterapkan perusahaan juga menjadi salah
satu cara mengurangi ancaman timbulnya penyakit karena pemberian pakan
udang telah dihitung dengan baik sehingga meminimalisir pencemaran kolam
karena pakan yang berlebihan. Teknologi pakan lain yang masih dapat
diterapkan adalah pemberian pakan buatan yang memungkinkan kotoran
udang dapat kembali dimakan, sehingga lebih meminimalkan pembuangan
pakan secara sia-sia. Selain itu, selalu mengikuti perkembangan informasi
terbaru mengenai penyakit udang vannamei serta teknik penanggulangannya
menjadi upaya penting guna menghindari ancaman serangan penyakit yang
ada. Tujuan dari upaya-upaya tersebut adalah mencegah kerugian yang dapat
ditimbulkan akibat rendahnya harga jual udang karena kualitas yang buruk.
Strategi ST (Strength-Threat)
Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal sebuah
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Strategi ST yang dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi yaitu:
1. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei
56
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di
Banyuwangi memiliki hasil produksi yang berkualitas dengan penjualan
untuk ekspor sebesar 90% dari total produksi. Meskipun demikian, hasil
produksi kualitas fresh dan moulting milik perusahaan yang ditujukan
untuk ekspor tersebut masih mengalami fluktuasi kuantitas. Seperti pada
hasil panen terakhir di tahun 2015, produk udang vannamei dengan
kualitas fresh memiliki presentase lebih rendah daripada kualitas moulting
dan undersize sehingga produk untuk pejualan ekspor tidak mencapai
target maksimal. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan kualitas
hasil produksinya di setiap masa panen untuk mencapai target penjualan
ekspor dengan menghasilkan kualitas fresh lebih banyak daripada
moulting dan undersize. Lokasi usaha yang strategis, ketersediaan sarana
operasional serta penetapan target produksi yang dimiliki perusahaan
dapat menjadi faktor penting untuk menerapkan upaya strategi ini.
Peningkatan kualitas juga akan meningkatkan kekuatan tawar menawar
pembeli sehingga perusahaan mampu mendapatkan keuntungan maksimal.
Strategi WT (Weakness-Thtreat)
Strategi WT adalah strategi defensif yang bertujuan untuk mengurangi
kelemahan internal usaha serta menghindari ancaman eksternal. Strategi WT yang
dapat diterapkan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi yaitu:
1. Menjaga Stabilitas Produksi
Suatu usaha akan mendapatkan keuntungan yang maksimal jika
mampu menghasilkan produk yang berkualitas secara berkelanjutan. Hal
tersebut perlu menjadi perhatian bagi usaha budidaya udang vannamei
PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi guna mencapai target perusahaan dan
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sejauh ini, hasil produksi
udang vannamei milik PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi masih
mengalami fluktuasi dari segi kuantitas maupun kualitas. Banyak faktor
yang mempengaruhi hal ini mulai dari kualitas input produksinya hingga
berbagai macam penyakit yang menyerang udang. Namun demikian,
dengan sarana produksi yang memadai, integrasi usaha serta teknologi
yang dimiliki, perusahaan harus mampu mengatasi permasalahan tersebut
demi menjaga stabilitas hasil produksinya.
Dalam upaya menjaga stabilitas produksi diperlukan adanya
penanganan yang optimal pada masa budidaya sehingga hasil panen
memenuhi target perusahaan. Pemberian prebiotik yang rutin dan
mengoptimalkan kinerja automatic feeder merupakan beberapa cara
mengurangi risiko serangan penyakit pada udang vannamei. Produksi
yang stabil akan berpengaruh pada harga jual, posisi usaha di pasaran dan
loyalitas pembeli sehingga akan menghasilkan keuntungan yang bersifat
sustainable bagi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi.
2. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan
Hubungan yang baik dengan pelanggan akan meningkatkan
tingkat loyalitas pelanggan tersebut terhadap suatu usaha. Usaha budidaya
udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi memiliki pelanggan
57
tetap untuk hasil produksi kualitas ekspor yaitu PT. Mega Marine Pride
yang merupakan perusahaan eksportir hasil produksi perikanan. Sejauh
ini hubungan kerjasama yang terjalin cukup baik dengan sistem kontrak
yang dilakukan antar kedua belah pihak. Sedangkan untuk kualitas
undersize, penjualan perusahaan difokuskan pada pembeli lokal di sekitar
Pulau Jawa dan Bali. Pembeli lokal tersebut tidak terikat kontrak sehingga
perusahaan dapat menentukan pembeli yang memiliki harga tawar
tertinggi untuk produknya. Menjalin hubungan yang baik dengan para
pelanggan tentu akan mengutungkan perusahaan dalam hal menjual hasil
produksinya dengan harga jual tinggi sehingga mampu mendapatkan
keuntungan maksimal.
Kekuatan (S)
1. Hasil produksi
berkualitas
yang
2. Harga yang kompetitif
3. Lokasi yang strategis
4. Unit usaha yang terintegrasi
Peluang (O)
1. Permintaan terhadap udang
vannamei yang tinggi
5.
Ketersediaan
sarana
opersional
6. Insentif dan tunjangan
karyawan
7. Penetapan target produksi
8. Perbedaan sistem budidaya
udang vannamei
Strategi SO
1.
Meningkatkan
Skala
Produksi (S1, S3, S4, S5, O1,
O2, O4)
2. Keadaan geografis lahan
tambak di Banyuwangi yang
mendukung
3.
Berkembangnya pasar
internasional
terhadap
permintaan udang Indonesia
4. Kemajuan teknologi dan
sistem informasi
Ancaman (T)
1.
Persebaran
serangan
penyakit udang secara global
2. Inflasi
Strategi ST
1. Meningkatkan Kualitas Hasil
Produksi Udang Vannamei (S3,
S5, S7, T1, T5, T8)
Kelemahan (W)
1.
Serangan penyakit udang
vannamei
2. Terbatasnya keputusan penjualan
di unit usaha
3. Kurangnya jaringan pemasaran
4. Kurang optimalnya penggunaan
lahan tambak
Strategi WO
1. Mengoptimalkan Lahan Tambak
yang Belum Dimanfaatkan (W2,
W3, W4, O1, O2, O3)
2. Memanfaatkan Teknologi dan
Informasi
untuk
Mengurangi
Serangan Penyakit (W1, W4, O2,
O4)
Strategi WT
1. Menjaga Stabilitas Produksi (W1,
W3, W4, T2, T3, T5)
2. Menjalin Hubungan Baik dengan
Pelanggan (W2, W3, T1, T4, T6)
3. Keberadaan kompetitor
4. Kekuatan tawar menawar
pembeli
5. Kekuatan tawar menawar
pemasok
6. Tercemarnya kualitas
lingkungan
Gambar 8 Matriks SWOT pada Usaha Budidaya Udang Vannamei PT. STP
58
Tahap Pengambilan Keputusan
Pada tahap pengambilan keputusan digunakan matriks QSP sebagai alat
untuk memilih dan mengambil keputusan strategi terbaik yang dapat
diimplementasikan oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi berdasarkan kondisi riil dan arah kebijakan yang dilakukan. Pada
matriks QSP, informasi yang didapat dari tahap input digunakan untuk
mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang telah diidentifikasi dalam tahap
pencocokan melalui penggunaan matriks SWOT pada usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi.
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Setelah diperoleh enam alternatif strategi dari matriks SWOT, yaitu: (1)
Meningkatkan skala produksi; (2) Mengoptimalkan lahan tambak yang belum
dimanfaatkan; (3) Memanfaatkan teknologi dan infromasi untuk mengurangi
serangan penyakit; (4) Meningkatkan kualitas hasil produksi udang vannamei; (5)
Menjaga stabilitas produksi; dan (6) Menjalin hubungan baik dengan pelanggan,
maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi terbaik
untuk digunakan dalam pengembangan usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi menggunakan matriks QSP.
Pada matriks QSP, strategi yang memiliki nilai STAS (Sum Total
Attractiveness Score) atau jumlah keseluruhan daya tarik total paling tinggi,
menunjukkan bahwa strategi tersebut merupakan strategi yang paling menarik bagi
pengambil keputusan pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi dibandingkan dengan strategi lainnya. Berdasarkan analisis matriks
QSP, maka diperoleh prioritas strategi sebagai berikut:
Tabel 13 Urutan Prioritas Strategi Usaha Budidaya Udang Vannamei PT.STP
Strategi
Strategi 1 (SO)
Meningkatkan Skala Produksi
Strategi 2 (WO1)
Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan
Strategi 3 (WO2)
Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi
Serangan Penyakit
Strategi 4 (ST)
Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei
Strategi 5 (WT1)
Menjaga Stabilitas Produksi
Strategi 6 (WT2)
Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan
STAS
Prioritas
5,528
5
5,832
2
5,820
3
5,574
4
6,308
1
4,054
6
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan hasil perhitungan QSPM pada Tabel 13, maka enam alternatif
strategi yang menjadi prioritas dan dapat diimplementasikan pada usaha budidaya
udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi saat ini adalah:
1. Menjaga Stabilitas Produksi dengan STAS sebesar 6,308
59
2. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan dengan
STAS sebesar 5,832
3. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan
Penyakit dengan STAS sebesar 5,820
4. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei dengan STAS
sebesar 5,574
5. Meningkatkan Skala Produksi dengan STAS sebesar 5,528
6. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan dengan STAS sebesar 4,054
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Faktor-faktor kunci internal dan eksternal yang dimiliki usaha budidaya
udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi adalah:
a. Internal
Analisis faktor internal menghasilkan 12 faktor kunci internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan pada usaha budidaya udang vannamei PT.
Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha budidaya
udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terdiri dari delapan
faktor, yaitu: (1) Hasil Produksi yang Berkualitas (2) Harga yang Kompetitif
(3) Lokasi yang Strategis (4) Unit Usaha yang Terintegrasi (5) Ketersediaan
Sarana Operasional (6) Insentif dan Tunjangan Karyawan (7) Penetapan
Target Produksi, dan (8) Perbedaan Sistem Budidaya Udang Vannamei.
Sedangkan faktor kelemahan yang dimiliki usaha tambak PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi terdiri dari empat faktor, diantaranya: (1) Serangan
Penyakit Udang Vannamei (2) Keterbatasan Keputusan Penjualan di Unit
Usaha (3) Kurangnya Jaringan Pemasaran, dan (4) Kurang Optimalnya
Penggunaan Lahan Tambak.
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
memiliki kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor faktor
kunci internalnya berada di antara 2.00-2.99 yaitu sebesar 2.757. Kekuatan
utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka
Banyuwangi adalah ketersediaan sarana operasional, sedangkan kelemahan
utama usaha adalah adanya serangan penyakit udang vannamei.
b. Eksternal
Analisis lingkungan eksternal menghasilkan 10 faktor kunci internal yang
menjadi peluang dan ancaman pada usaha budidaya udang vannamei PT. Suri
Tani Pemuka Banyuwangi. Peluang yang dimiliki usaha budidaya udang
vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi terdiri dari empat faktor, antara
lain: (1) Permintaan Terhadap Udang Vannamei yang Tinggi (2) Keadaan
Geografis Lahan Tambak di Banyuwangi yang Mendukung (3)
Berkembangnya Pasar Internasional Terhadap Permintaan Udang Vannamei,
dan (4) Kemajuan Teknologi dan Sistem Informasi. Sedangkan faktor
ancaman yang dihadapi usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani
60
Pemuka Banyuwangi terdiri dari enam faktor, diantaranya: (1) Keberadaan
Kompetitor (2) Inflasi (3) Persebaran Penyakit Udang Secara Global (4)
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (5) Dampak Terhadap Kualitas
Lingkungan yang Terjadi, dan (6) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok.
Usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
memiliki kondisi eksternal perusahaan rata-rata atau sedang karena skor
faktor kunci eksternalnya berada di antara 2.00-2.99 yaitu sebesar 2.794.
Peluang utama yang dimiliki usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani
Pemuka Banyuwangi adalah permintaan terhadap udang vannamei yang
tinggi, sedangkan ancaman utama usaha adalah pada kekuatan tawar
menawar pembeli.
2. Alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan dalam
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
berdasarkan analisis formulasi strategi menggunakan matriks SWOT
menghasilkan enam alternatif strategi, yaitu: (SO) Meningkatkan skala
produksi, (WO1) Mengoptimalkan lahan tambak yang belum
dimanfaatkan, (WO2) Memanfaatkan teknologi dan infromasi untuk
mengurangi serangan penyakit, (ST) Meningkatkan kualitas hasil
produksi udang vannamei, (WT1) Menjaga stabilitas produksi, (WT2)
Menjalin hubungan baik dengan pelanggan.
3. Urutan prioritas strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya dilakukan
oleh usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi
berdasarkan analisis formulasi strategi menggunakan perhitungan QSPM
adalah:
a. Menjaga Stabilitas Produksi dengan STAS sebesar 6,308
b. Mengoptimalkan Lahan Tambak yang Belum Dimaksimalkan dengan
STAS sebesar 5,832
c. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan
Penyakit dengan STAS sebesar 5,820
d. Meningkatkan Kualitas Hasil Produksi Udang Vannamei dengan
STAS sebesar 5,574
e. Meningkatkan Skala Produksi dengan STAS sebesar 5,528
f. Menjalin Hubungan Baik dengan Pelanggan dengan STAS sebesar
4,054
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis strategi pengembangan pada
usaha budidaya udang vannamei PT. Suri Tani Pemuka di Kabupaten Banyuwangi,
maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah melaksanakan tiga
priotitas utama dari alternatif strategi yang dihasilkan. Tiga prioritas strategi
tersebut memiliki fokus dalam hal produksi, karena produksi menjadi faktor
terpenting bagi perusahaan unuk dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Maka
saran kepada perusahaan antara lain:
1. Menjaga stabilitas produksi.
61
Dalam upaya menjaga stabilitas produksi diperlukan adanya
penanganan yang optimal pada masa budidaya sehingga hasil panen
memenuhi target perusahaan. Pemberian prebiotik yang rutin dan
mengoptimalkan kinerja automatic feeder merupakan beberapa cara
mengurangi risiko serangan penyakit pada udang vannamei sehingga tidak
terlalu berpengaruh terhadap hasil produksi. Produksi yang stabil, baik dari
segi kuantitas dan kualitas akan berpengaruh pada harga jual, posisi usaha
di pasaran dan loyalitas pembeli.
2. Mengoptimalkan lahan tambak yang belum dimanfaatkan.
Penambahan kolam produksi akan meningkatkan hasil produksi dan
menambah peluang penjualan produk udang vannamei menjadi lebih luas.
Sebelum mengaktifkan fungsi lahan tambak tersebut, perlu diperhatikan
beberapa aspek bagi perusahaan seperti menambah tenaga kerja, penerapan
sistem budidaya yang sesuai serta mengaplikasikan teknologi yang
mendukung produksi. Hal tersebut diperlukan untuk menjaga lahan tambak
tetap produktif dalam jangka waktu yang lama.
3. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi untuk Mengurangi Serangan
Penyakit.
Keberadaan penyakit sangat berpengaruh terhadap proses budidaya dan
hasil produksi udang vannamei di usaha tambak milik PT. Suri Tani
Pemuka. Sehingga perlu pemanfaatan teknologi yang lebih optimal dalam
upaya mengatasi permasalahan ini baik dalam penggunaan teknologi yang
telah dimiliki hingga menambah teknologi lain yang dapat membantu
mencegah timbulnya penyakit. Selain itu, selalu mengikuti perkembangan
informasi terbaru mengenai penyakit udang vannamei serta teknik
penanggulangannya menjadi upaya penting guna menghindari ancaman
serangan penyakit yang ada. Tujuan dari upaya-upaya tersebut adalah
mencegah kerugian yang dapat ditimbulkan akibat rendahnya harga jual
udang karena kualitas yang buruk.
62
DAFTAR PUSTAKA
Allison M, Kaye J. 2004. Perencanaan Strategis. Jakarta (ID). Yayasan Obor
Indonesia
Alma B. 2010. Pengantar Bisnis. Bandung (ID). Alfabeta
Bayanti FA. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Mitra Tani
Parahyangan Desa Tegallega Kecamatan Warungkondang Cianjur Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Ekspor Udang Menurut Negara Tujuan. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
David F. 2004. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi Ketujuh). Jakarta (ID). Indeks
David F. 2009. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi 12). Jakarta (ID). Salemba
Empat
[Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur]. Statistik Perikanan Budidaya
Tahun 2014 [diunduh pada: 15 Mei 2016]; Tersedia pada:
http://diskanlut.jatimprov.go.id
[Direktorat Jendral Perikanan Budidaya]. Produksi Udang Indonesia Tahun 20102014 [diunduh pada Januari 2016]; Tersedia pada: http://djpb.kkp.go.id
Erick. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kuda di Arthayasa Stables
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Friend G, Zehle S. 2004. Guide to Business Planning. [PDF]. Profile Books Ltd.
England. Diakses pada Januari 2016
Helma. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Pada Kampoeng
Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Indah. 2012. Analisis Prospek Budidaya Udang di Kabupaten Garut [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[Kementrian Kelautan dan Perikanan]. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Timur untuk Mendukung Industrialisasi KP [diunduh pada 18 Maret 2016];
Tersedia pada: http://kkp.go.id
Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian (Jilid I). Jakarta (ID). Binarupa Aksara
Rahman A. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah
Pada Kelompok Tani Hurang Galunggung Kecamatan Sukaratu Tasikmalaya
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Rangkuti F. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama
Sari MI. 2015. Strategi Pengembangan Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.) d Baby
French Farmer Group, Kabupaten Bandung Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Solihin I. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta (ID): Erlangga
Umar H. 2003. Strategic Management in Action. Jakarta (ID): PT. Gramedia
Pustaka Utama
Wheleen, Hunger. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI
Yuliati E. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vanamei
(Litopenaeus vannamei) (Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang,
Provinsi Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
63
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perolehan bobot faktor kunci internal
Responden
No
Rataan
Bobot
Faktor Strategis Internal
Nilai
Bobot
R1
R2
R3
R4
3.00
3.00
4.00
3.00
3.25
0.097
4.00
4.00
4.00
3.00
3.75
0.082
2
Kekuatan
Hasil
Produksi
Berkualitas
Harga yang Kompetitif
3
Lokasi yang Strategis
4.00
4.00
3.00
3.00
3.5
0.099
4
Unit Usaha yang Terintegrasi
Ketersediaan
Sarana
Operasional
Insentif
dan
Tunjangan
Karyawan
Penetapan Target Produksi
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.051
4.00
3.00
4.00
4.00
3.75
0.101
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.076
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.081
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.098
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
0.116
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
0.053
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
0.054
2.00
2.00
2.00
1.00
1.75
0.084
33.00
1
1
5
6
7
8
yang
Perbedaan Sistem Budidaya
Udang Vannamei
Kelemahan
1
Serangan Penyakit
Vannamei
2
Terbatasnya
Keputusan
Penjualan di Unit Usaha
3
4
Udang
Kurangnya Jaringan Pemasaran
Kurang
Optimalnya
Penggunaan Lahan Tambak
Total
Ket:
R1 = Head of Unit (Pak Ketut)
R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza)
R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono)
R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto)
64
Lampiran 2 Perolehan peringkat faktor kunci internal
R1
R2
R3
R4
Nilai
Rataan
Peringkat
Responden
No
Faktor Strategis Internal
1
2
Kekuatan
Hasil Produksi yang Berkualitas
Harga yang Kompetitif
3.00
4.00
3.00
4.00
4.00
4.00
3.00
3.00
3.25
3.75
3
Lokasi yang Strategis
4.00
4.00
3.00
3.00
3.5
4
Unit Usaha yang Terintegrasi
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
5
Ketersediaan Sarana Operasional
4.00
3.00
4.00
4.00
3.75
6
Insentif dan Tunjangan Karyawan
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
7
Penetapan Target Produksi
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
1.00
1.75
8
1
2
3
4
Perbedaan Sistem Budidaya Udang
Vannamei
Kelemahan
Serangan Penyakit Udang Vannamei
Terbatasnya Keputusan Penjualan di
Unit Usaha
Kurangnya Jaringan Pemasaran
Kurang Optimalnya Penggunaan
Lahan Tambak
Ket:
R1 = Head of Unit (Pak Ketut)
R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza)
R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono)
R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto)
65
Lampiran 3 Perolehan bobot faktor kunci eksternal
No
1
2
3
4
Faktor Strategis Eksternal
Peluang
Permintaan
Terhadap
Udang
Vannamei yang Tinggi
Keadaan Geografis Lahan Tambak di
Banyuwangi yang Mendukung
Berkembangnya Pasar Internasional
Terhadap
Permintaan
Udang
Vannamei
Kemajuan Teknologi dan Informasi
Responden
Rataan
Bobot
Nilai
Bobot
R1
R2
R3
R4
4.00
4.00
3.00
4.00
3.75
0.109
1.00
4.00
3.00
4.00
3.00
0.112
4.00
3.00
4.00
3.00
3.5
0.101
2.00
2.00
3.00
3.00
2.50
0,112
Ancaman
1
Keberadaan Kompetitor
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
0.051
2
Inflasi
Persebaran Penyakit Udang Secara
Global
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.078
1.00
2.00
2.00
1.00
1.50
0.124
4
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
2.00
4.00
4.00
2.00
3.00
0.110
5
Tercemarnya Kualitas Lingkungan
1.00
2.00
2.00
1.00
1.50
0.127
6
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3
Total
Ket:
R1 = Head of Unit (Pak Ketut)
R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza)
R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono)
R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto)
28.75
0.070
1
66
Lampiran 4 Perolehan peringkat faktor kunci eksternal
No
1
Responden
Faktor Strategis Eksternal
Peluang
Permintaan Terhadap Udang Vannamei
yang Tinggi
Rataan
Bobot
R1
R2
R3
R4
4.00
4.00
3.00
4.00
3.75
2
Keadaan Geografis Lahan Tambak di
Banyuwangi yang Mendukung
1.00
4.00
3.00
4.00
3.00
3
Berkembangnya Pasar Internasional
Terhadap Permintaan Udang Vannamei
4.00
3.00
4.00
3.00
3.5
4
Kemajuan Teknologi dan Informasi
2.00
2.00
3.00
3.00
2.50
Ancaman
1
Keberadaan Kompetitor
4.00
4.00
4.00
4.00
4.00
2
Inflasi
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3
Persebaran
Global
1.00
2.00
2.00
1.00
1.50
4
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
2.00
4.00
4.00
2.00
3.00
5
Tercemarnya Kualitas Lingkungan
1.00
2.00
2.00
1.00
1.50
6
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
Penyakit
Udang
Secara
Ket:
R1 = Head of Unit (Pak Ketut)
R2 = Manajer Finance & Accounting(Pak Reza)
R3 = Manajer Produksi (Pak Murdiono)
R4 = Manajer Personal & General Affair (Pak Windiarto)
67
Lampiran 5 Perolehan matriks QSP
Faktor
Kunci
Bobot
AS
TAS
Strategi
Strategi
WO1
WO2
AS
TAS AS
Strategi SO
TAS
AS
TAS
AS
TAS
Strategi
WT2
AS
TAS
Strategi ST
Strategi WT1
Kekuatan
A
0.097
4.00
0.388
4.00
0.388
2.00
0.194
4.00
0.388
4.00
0.388
2.00
0.194
B
0.082
4.00
0.328
4.00
0.328
2.00
0.164
3.00
0.246
3.00
0.246
4.00
0.328
C
0.100
3.00
0.300
4.00
0.400
4.00
0.400
4.00
0.400
3.00
0.300
3.00
0.300
D
0.051
3.00
0.153
4.00
0.204
3.00
0.153
3.00
0.153
4.00
0.204
2.00
0.102
E
0.101
3.00
0.303
4.00
0.404
3.00
0.303
4.00
0.404
4.00
0.404
2.00
0.202
F
0.076
3.00
0.228
4.00
0.304
2.00
0.152
3.00
0.228
3.00
0.228
1.00
0.076
G
H
0.081
0.099
4.00
3.00
0.324
0.297
3.00
3.00
0.243
0.297
3.00
4.00
0.243
0.396
3.00
2.00
0.243
0.198
3.00
3.00
0.243
0.297
1.00
1.00
0.081
0.099
.
Kelemahan
A
0.116
2.00
0.232
2.00
0.232
4.00
0.464
3.00
0.348
4.00
0.464
2.00
0.232
B
0.053
1.00
0.053
1.00
0.053
1.00
0.053
2.00
0.106
3.00
0.159
2.00
0.106
C
D
0.055
0.085
1.00
3.00
0.055
0.255
1.00
4.00
0.055
0.340
2.00
3.00
0.110
0.255
2.00
2.00
0.110
0.170
2.00
3.00
0.110
0.255
4.00
2.00
0.220
0.170
A
0.109
4.00
0.436
4.00
0.436
3.00
0.307
3.00
0.327
4.00
0.436
2.00
0.218
B
0.112
3.00
0.336
3.00
0.336
3.00
0.336
2.00
0.224
2.00
0.224
1.00
0.112
C
D
0.101
0.112
3.00
2.00
0.303
0.224
3.00
2.00
0.303
0.224
3.00
4.00
0.303
0.448
3.00
3.00
0.303
0.336
4.00
3.00
0.404
0.336
3.00
3.00
0.303
0.336
A
0.051
1.00
0.051
2.00
0.102
4.00
0.204
3.00
0.153
3.00
0.153
1.00
0.051
B
0.079
2.00
0.158
1.00
0.079
1.00
0.079
1.00
0.079
2.00
0.158
2.00
0.158
C
0.125
2.00
0.250
2.00
0.250
4.00
0.500
2.00
0.250
3.00
0.375
1.00
0.125
D
0.111
3.00
0.333
3.00
0.333
2.00
0.222
4.00
0.444
3.00
0.333
4.00
0.444
E
0.127
0.070
3.00
2.00
0.381
3.00
2.00
0.381
2.00
4.00
0.254
2.00
3.00
0.254
3.00
0.381
1.00
0.127
0.21
3.00
0.210
1.00
0.070
Peluang
Ancaman
F
Total Skor
Prioritas
Strategi
Alternatif
Prioritas
Strategi
0.140
0.140
5.528
5.832
5
2
0.280
5.820
5.574
3
4
6.308
4.054
1
6
68
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi 1 Udang vannamei fresh
Dokumentasi 2 Kolam produksi
Dokumentasi 3 Penyortiran dan penimbangan udang
69
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 26 Maret 1994
dari pasangan Arianto dan Pangesti Rokhi Dewi. Penulis merupakan putra ke-dua
dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri
IV Penganjuran Banyuwangi pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Banyuwangi pada tahun 2006, dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Glagah Banyuwangi yang lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur SNMPTN
Tulis.
Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Agribisnis, penulis terlibat
aktif dalam kegiatan keprofesian dan kemahasiswaan. Pada tahun 2014, penulis
menjadi anggota Departemen Olahraga di BEM FEM kabinet Simfoni. Pada tahun
2013 penulis menjadi Ketua Panitia acara Malam Keakraban OMDA Banyuwangi
yang dilakasanakan di Bogor. Pada tahun 2014 penulis merupakan Ketua Panitia
The 8th Sportakuler, yang merupakan acara olimpiade olahraga bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selain aktif pada kegiatan organisasi, penulis juga aktif dalam kegiatan
olahraga di tingkat fakultas. Penulis merupakan anggota tim basket putra TPB 2012
dengan capaian semifinal dan anggota tim basket FEM 2013-2016 yang berlaga di
Olimpiade Mahasiswa IPB. Serta anggota tim basket FEM 2013-2014 yang berlaga
di ajang FE UI Cup, yaitu kompetisi bola basket yang diselenggarakan oleh
Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia.
Download