BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang American Diabetes

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Soegondo, 2005). Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius, karena
jika tidak dampak dari penyakit tersebut akan membawa komplikasi penyakit
serius lainnya (Melayu, 2008).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004 menyatakan bahwa tahun
2003 terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes di dunia. Angka ini akan
bertambah menjadi 333 juta orang di tahun 2025. Diperkirakan bahwa jumlah
penderita diabetes di seluruh dunia akan meningkat dari 117 juta pada tahun 2000
menjadi 336 juta tahun 2030.
Di Asia juga diramalkan diabetes akan menjadi epidemi yang disebabkan oleh
pola masyarakat Asia yang tinggi karbohidrat dan lemak disertai kurangnya
berolahraga (Admin, 2008). Di Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
daerah yang paling banyak terkena dalam abad ke 21 ini. Indonesia merupakan
negara dengan jumlah diabetes ke 4 terbanyak di dunia. Pada tahun 2000 di
Indonesia terdapat 8,4 juta diabetes dan di perkirakan akan menjadi 21,3 juta pada
tahun 2030 (Soegondo & Sukardji, 2008). Diperkirakan penduduk Indonesia
Universitas Sumatera Utara
diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun
2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes
(Soegondo, 2005). Retinopati Diabetes merupakan kelainan retina yang
ditemukan pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus
yang lama yang dapat berupa melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak
(Ilyas, 2006). Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh
darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami kebocoran sehingga
terjadi penumpukan cairan (eksudat) yang mengandung lemak serta pendarahan
pada retina yang lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan
kebutaan. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat
menjadi buta permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan (Admin, 2008).
Retinopati Diabetik merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling penting
karena insidennya cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita diabetes (Ilyas,
2006). Kebutaan akibat Retinopati Diabetik juga diperkirakan meningkat secara
dramatis (Admin, 2008).
WHO tahun 2004 melaporkan 4,8% penduduk di seluruh dunia manjadi buta
akibat Retinopati Diabetik. Retinopati Diabetik merupakan penyebab utama
kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia, disusul katarak. Di Amerika
Serikat terdapat kebutaan 5000 orang pertahun akibat Retinopati Diabetik,
sedangkan di Inggris Retinopati Diabetik merupakan penyebab kebutaan nomor
empat dari seluruh penyebab kebutaan. (Ilyas, 2004). Bila terjadi kerusakan retina
Universitas Sumatera Utara
sangat berat, seorang penderita diabetes dapat juga menjadi buta permanen
sekalipun dilakukan usaha pengobatan (Melayu, 2008). Dalam urutan penyebab
kebutaan diseluruh dunia, retinopati diabetik menempati urutan ke empat (Admin,
2008).
Data resmi jumlah penderita Retinopati Diabetik di Indonesia belum ada. Data
Poliklinik Mata RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang tidak dipublikasikan
menunjukkan bahwa Retinopati Diabetik merupakan kasus terbanyak yang
dilayani di Klinik Vitreo-Retina. Dari seluruh kunjungan pasien Poliklinik Mata
RSCM, jumlah kunjungan pasien dengan Retinopati Diabetik meningkat dari 2,4
persen tahun 2005 menjadi 3,9 persen tahun 2006 (Admin, 2008).
Seringkali pasien Retinopati Diabetik tidak mengalami tanda dan gejala
sekalipun sudah dalam tahap Proliferatif Diabetik Retinopati (PDR) yang berat
sampai terjadi perdarahan badan kaca yang mengisi rongga mata, menyebabkan
pasien mengeluh melihat bayangan benda- benda hitam melayang yang mengikuti
pergerakan mata atau mengeluh medadak penglihatannya terhalang.
Penyebab gangguan penglihatan lainnya pada penderita retinopati diabetik
adalah bengkak atau menumpuknya cairan didaerah pusat retina sehingga pasien
mulai mengalami kesulitan membaca/menulis, menonton TV, atau mengenali
muka orang yang berakibat kebutaan dan umumnya sulit untuk di obati (Admin,
2008). Oleh karena itu, penderita diabetes harus memeriksakan matanya pada
seorang dokter mata (oftalmologis) setiap tahun, bahkan bila mereka tidak
memiliki keluhan penyakit mata sekalipun.
Universitas Sumatera Utara
Assosiasi Diabetes Amerika menyarankan pemeriksaan mata dilakukan sekali
mulai 3 hingga 5 tahun setelah di diagnosis menderita diabetes tipe I dan segera
setelah di diagnosis menderita diabetes tipe II (Viktor, 2008). Komplikasi diabetes
termasuk kebutaan, dapat juga dicegah dengan kontrol yang baik dan deteksi dini
untuk identifikasi penyakit dan terapi seawal mungkin. Untuk skrining diabetes
dan Retinopati Diabetik perlu dikembangkan strategi yang tepat.
Di India telah dilakukan skrining dengan telemedicine. Di Indonesia juga
sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang mampu memberikan layanan
komprehensif bagi penderita diabetes, tetapi masih terkonsentrasi di kota-kota
besar sehingga cakupannya masih sangat kurang (Viktor, 2008).
Prinsip utama dalam menangani Retinopati Diabetik adalah pencegahan
dengan deteksi dini sebelum terjadi gangguan penglihatan yang berat. Walaupun
belum mengeluh dan tanpa melihat berapa lama dia menderita diabetes, seorang
pasien harus dirujuk ke dokter mata untuk menjalani pemeriksaan mata awal
(skrining).
Apabila
Retinopati
diabetik
sudah
teridentifikasi,
dilakukan
manajemen sedini mungkin bagi penderita dengan melakukan pemeriksaan mata
secara berkala, minimal dilakukan satu kali setahun (Viktor, 2008).
Sayangnya, banyak penderita diabetes yang tidak memeriksakan matanya
setahun sekali untuk mengetahui apakah telah mengalami retinopati atau penyakit
mata lainnya yang disebabkan diabetes. Akibatnya mereka tidak mengetahui
bahwa mereka telah mengidap retinopati sampai akhirnya kehilangan penglihatan
yang signifikan. Retinopati Diabetik merupakan penyebab utama dari kebutaan
Universitas Sumatera Utara
baru pada orang-orang yang berusia 20-74 tahun. Para ahli percaya banyak kasuskasus kehilangan penglihatan dan kebutaan sebenarnya dapat dicegah dengan
melakukan pemeriksaan mata tahunan pada penderita diabetes (Melayu, 2008).
Data survey yang diperoleh dari Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan
yaitu penderita DM pada enam bulan terakhir sebelum dilakukan penelitian
sebanyak 546 orang. Dari hasil data yang diperoleh hanya 2 orang penderita DM
yang melakukan pemeriksaan Retinopati Diabetik kebagian spesialis mata pada
satu terakhir tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang ada bahwa penderita
DM banyak yang menderita komplikasi Retinopati Diabetik yang tidak
memeriksakannya kebagian spesialis mata dengan berbagai alasan dan faktorfaktor tertentu (Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan, 2010).
Dengan adannya berbagai kasus dan fenomena di atas maka peneliti tertarik
ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasien DM
melakukan pemeriksaan Retinopati Diabetik.
2. Pertanyaan Penelitian
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pasien Diabetes Melitus melakukan
pemeriksaan Retinopati Diabetik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam
Malik Medan.
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pasien Diabetes Melitus
melakukan pameriksaan Retinopati Diabetik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Praktek Keperawatan
Sebagai bahan informasi yang sangat berharga tentang faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pasien DM melakukan pemerikasaan Mata Dengan
Retinopati Diabetik untuk memberikan pendidikan kesehatan secara
optimal dalam memotivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan mata
sehingga dapat mengurangi komplikasi yang akan terjadi dari penyakit
DM apabila tidak dilakukan pemeriksaan segera.
4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi
institusi pendidikan keperawatan terutama di bidang keperawatan medikal
bedah sehingga dapat menambah pengetahuan dan mengetahui mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pasien diabetes mellitus melakukan
pemeriksaan mata dengan retinopati diabetik.
4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai penambah informasi dan sebagai dasar untuk penelitian yang akan
datang dalam ruang lingkup keperawatan medikal bedah mengenai faktorfaktor
yang
mempengaruhi
pasien
diabetes
mellitus
melakukan
pemeriksaan mata dengan retinopati diabetik.
Universitas Sumatera Utara
Download