Perbedaan Hasil Belajar Matematika Model Pembelajaran Teams

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan
kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan
individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak
sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benarbenar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi
baik.Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan
pendidik.Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung
memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak,
sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain
terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran
yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung (Rusman, 2011).
Materi matematika sampai sekarang masih terasa sulit untuk memahaminya,
bahkan cukup mengkhawatirkan/menakutkan bagi beberapa siswa.Hal ini mungkin
karena matematika memiliki sifat abstrak (Nasution,2006). Menurut Soedjadi
(dalam Nasution, 2006) penyebab keulitan tersebut bisa bersumber dari dalam diri
siwa atau dari luar siswa, misalkan cara menyajikan materi pelajaran atau suasana
pembelajaran yang dilaksanakan. Pada dasarnya siwa mampu mencapai tingkat
kepandaian yang optimal dalam aritmatika, mampu berpikir secara cepat dan tepat
dengan adanya konsentrasi yang tinggi (Jazidah, 2010). Jika dilihat dari konsep dan
penalaran diatas, sulit bagi siswa SD untuk memahaminya. Perlu diadakan
pemilihan dan penyelesaian materi matematika sehingga dapat diberikan kepada
siswa SD. Matematika yang tercantum dalam kurikulum SD adalah matematika
yang telah dipilih, disederhanakan dan disesuaikan dengan perkembangan berfikir
siswa SD. Mengajar matematika kepada siswa SD sesungguhnya tidaklah terlalu
sulit. Hal utama untuk menarik minat belajar siswa terhadap matematika adalah
menciptakan suasana senang dalam belajar matematika. Salah satu caranya adalah
dengan memasukkan materi pelajaran dalam suasana menyenangkan, yaitu
permainan, karena anak-anak dalam usia ini masih senang bermain (Jazidah,2010).
Kecenderungan belajar anakusia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
konkret, interatif, dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar
baranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibau, diraba,
dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaiaan proses dan hasil
pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah (Rusman, 2011). Dalam
proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat
kegiatan belajar dan pembelajaran dikelas (Slavin, 1994). Jadi pembelajaran
matematika dikelas tidak menakutkan karena siswa sendiri menjadi pemeran
utama dalam pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya adalah siswa merasa bosan
dengan materi yang diajarkan guru. Berdasarkan wawancara singkat dengan
beberapa siswa, siswa merasa bosan mengikuti pelajaran karena guru hanya
menerangkan dan memberikan soal. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa
karena jika siswa tidak mendengarkan materi yang diajarka guru maka siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan. Hasil belajar matematika di MI Reksosari 3
menunjukkan 57% siswa masih di bawah KKM dan hasil belajar matematika di MI
Klumpit Karanggede menunjukkan 52%. KKM yang ditetapkan pada masing-masing
sekolah adalah 70 pada mata pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar siswa
menjadi permasalahan guru. Guru harus menggunakan model atau metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dicari suatu model
pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan.
Siswa harus belajar bersama dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Teams Games Tournaments
(TGT). Dimana dengan TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi
terlebih dahulu bersama dengan anggota-anggota yang lain, lalu mereka diuji
secara individu melalui game akademik.
Untuk membantu siswa dalam mempelajari materi yang berkaitan dengan
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat penting sekali dalam
pembelajaran kita menggunakan media atau alat peraga pendidikan yang tepat
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan disampaikan
melalui alat peraga.
Penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
khususnya bidang studi matematika didasari kenyataan bahwa pada bidang studi
matematika terdapat banyak pokok bahasan yang memerlukan alat bantu untuk
menjabarkannya, diantaranya pada materi operasi bilangan bulat dengan pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dalam pokok bahasan tersebut dianggap sangat tepat
untuk membantu mempermudah siswa memahami materinya. Disisi lain suasana
belajar akan lebih hidup, dan komunikasi antara guru dan siswa dapat terjalin
dengan baik. Hal ini diduga pula dapat membantu siswa dalam upaya
meningkatkan prestasi belajarnya pada bidang studi matematika.Kenyataan yang
ada, penggunaan alat peraga di sekolah belum membudaya, dalam arti tidak semua
guru matematika menggunakan alat peraga dalam mengajar. Hal ini disebabkan
belum timbul kesadaran akan pentingnya penggunaan alat peraga serta
pengaruhnya dalam kegiatan proses belajar mengajar terutama pada pengajaran
bilangan bulat (Cici, 2006).
Bilangan bulat merupakan materi matematika dasar oleh karena itu peserta
didik diwajibkanuntuk benar–benar memahami tentang operasi dasar bilangan
bulat agar dapat memahami materi selanjutnya.Untuk menanamkan atau
menjelaskan operasi hitung pada sistem bilangan bulat dalam tahap pengenalan
konsep secara konkret, dapat menggunakan alat peraga yang proses kerjanya
mengacu pada pendekatan konsep kekekalan panjang, atau tangga garis bilangan
dan pita garis bilangan. Modifikasi dari tangga garis bilangan atau pita garis
bilangan adalah boneka garis bilangan terbuat dari balok dengan modelnya
menggunakan boneka, wayang, mobil-mobilan, atau lainnya yang terpenting
adalah model mempunyai sisi muka dan belakang. Di samping itu ada juga alat
peraga lain yang pendekatannya menggunakan konsep himpunan, yaitu “manikmanik” terbuat dari karton dengan bentuk setengah lingkaran.
Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh pada
penggunaan alat peraga terhadap hasil belajar siswa. Jazidah (2007) dalam
penelitiannya ada peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan pita garis
bilangan pada meteri pengurangan bilangan bulat. Penelitian lain Tri (2011) bahwa
ada peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan alat peraga manik-manik
positif dan negatif melalui model kerja kelompok pada operasi hitung bulangan
bulat.
Berdasarkan latar belakang di atas adapun penelitian yang dilakukan adalah
Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT) Menggunakan manik-manik dan Siswa Dengan Model
Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) menggunakan Boneka Garis
Bilangan Dalam Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Pada Siswa
Kelas IV SD/MI”.
B.
Rumusan masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan permasalahan dalam penelitian ini adalah“ Apakah terdapat
perbedaan yang signifikan pada siswa kelas IV terhadap hasil belajar matematika
yang dipastikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT) yang menggunakan alat peraga boneka garis bilangan
dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT)yang menggunakan alat peraga manik-manik?”.
C.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada siswa kelas IV terhadap
hasil belajar matematika yang dipastikan antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Teams Games Tournaments(TGT) yang menggunakan alat peraga
boneka garis bilangan dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams
Games Tournaments(TGT) yang menggunakan alat peraga manik-manik.
D.
1.
2.
3.
4.
Manfaat
Bagi kepala sekolah: dapat dijadikan kajian untuk meningkatkan lagi sarana
dan prasarana sekolah, khususnya penyediaan media pengajaran, selain juga
dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dengan pembelajaran
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Bagi guru: memberikan masukan kepada guru SD agar lebih inovatif dalam
memilih metode pembelajaran dan alat peraga yang sesuai dengan materi
yang diajarkan.
Bagi siswa: dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dan
memudahkan siswa dalam belajar matematika dengan cara memahami
konsep dari pada harus menghafalkan rumus
Bagi peneliti:menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Download