Perjanjian No: III/LPPM/2016-02/108-P PROSES DAN IMPLIKASI INNOVATIVE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DESA SUKALAKSANA KECAMATAN SAMARANG KABUPATEN GARUT Disusun Oleh: Dr. Pius Sugeng Prasetyo Kristian Widya Wicaksono, S.Sos., M.Si. Trisno Sakti Herwanto, S.I.P., MPA. Gusti Mulyadi Roby Abdul Malik Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Daftar Isi 2 Abstrak 3 BAB I Pendahuluan 4 BAB II Tinjauan Pustaka 7 2.1.Koseptualisasi Inovasi 7 2.2.Inovasi Sektor Publik 8 2.3.Kerangka Kerja Inovasi dalam Organisasi Publik 10 BAB III Metode Penelitian 12 3.1. Tahapan Penelitian 12 3.2. Lokasi Penelitian 12 3.3. Variabel yang Diamati dan Diukur 12 3.4. Model yang digunakan 13 3.5. Rancangan Penelitian 14 3.6. Pedekatan Penelitian 14 3.7. Pendekatan dan Analisis Informasi 14 3.8. Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan 14 BAB IV Jadwal Pelaksanaan 16 BAB V Hasil dan Pembahasan 17 5.1. Aktivitas dan Inovasi 17 5.2. Dampak Pada Kesejahteraan Sosial Ekonomi 19 BAB VI Kesimpulan dan Saran 21 Daftar Pustaka 23 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk memahami proses inovasi pemerintahan dan implikasinya pada kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Penelitian ini akan menggunakan kerangka inovasi pada Organisasi Sektor Publik yang diinisiasi oleh Hughes, Moore dan Kataria. Kerangka inovasi ini memiliki dua aspek besar yaitu aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi dan aspek yang diluar kendali organisasi. Pada aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi terdapat tiga buah dimensi yang dikaji yaitu: aktivitas inovasi, kapabilitas inovasi dan dampak inovasi terhadap kinerja. Sedangkan aspek yang diluar kendali organisasi terdiri dari satu buah dimensi yakni: kondisi sektor yang lebih luas yang mendorong terjadinya inovasi pada organisasi. Hasil penelitian berupa pemahaman proses inovasi pemerintahan implikasinya pada kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi pengembangan inovasi pada pemerintahan di lokasi yang lain. 3 BAB I. PENDAHULUAN Penelitian ini diarahkan untuk mengamati dinamika inovasi publik yang terjadi pada level pemerintahan desa. Secara terfokus penelitian ini dilakukan untuk memahami proses inovasi pemerintahan dan implikasinya pada kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Penerapan inovasi saat ini tidak lagi menjadi dominasi sektor swasta namun telah menjadi perhatian penting di sektor publik. Berbeda dengan sektor swasta yang menerapkan inovasi untuk meningkatkan keuntungan finansial, sektor publik menerapkan inovasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik(Salge & Vera, 2012) Kajian mengenai inovasi sendiri merupakan sebuah kajian yang sudah cukup lama berkembang disiplin ilmu Administrasi Publik. Hal ini dikarenakan organisasi sektor publik dituntut untuk mampu terus berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat selaku pembayar pajak (Hughes, Moore, & Kataria, 2011).Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dipahami bahwa inovasi publik menjadi konsep yang penting untuk terus dikaji dan dikembangkan. Perhatian terhadap inovasi publik saat ini semakin mengemuka seiring kemunculan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai ketentuan terbaru yang mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah, Undang-Undang tersebut secara tegas menjelaskan bahwa pemerintah daerah dapat berinovasi dengan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut a. peningkatan efisiensi b. perbaikan efektivitas c. perbaikan kualitas pelayanan d. tidak terdapat konflik kepentingan e. berorientasi kepada kepentingan umum f. dilakukan secara terbuka g. memenuhi nilai-nilai kepatutan h. hasil dapat dipertanggungjawabkan dan tidak untuk kepentingan diri sendiri (Bab XXI, UU No 23 tahun 2014) 4 Melalui ketentuan ini, berbagai permasalahan publik di daerah diharapkan dapat direspon dengan cepat. Ide dan kreativitas sebagai komponen penting inovasi diharapkan dapat muncul di tingkat pemerintahan lokal tanpa menunggu ide dan arahan dari pusat. Pada akhirnya, peningkatan kualitas pelayanan menjadi dampak utama yang diharapkan dari praktek inovasi sektor publik. Fokus terhadap penerapan inovasi publik saat ini bahkan mulai tertuju pada pemerintahan di tingkat desa. Pada tahun 2015, pemerintah pusat telah melakukan alokasi dana desa bagi seluruh desa di Indonesia. Ketika pemerintahan di desa memiliki ide dan kreativitas serta mampu menerapkan inovasi, sumber daya finansial tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan secara signifikan terhadap pencapaian berbagai tujuan pembangunan. Sebaliknya, apabila tidak diiringi dengan ide, kreativitas serta inovasi,dana desa dikhawatirkan tidak dapat berkontribusi secara signifikan dalam menyejahterakan masyarakat. Melalui observasi awal yang telah dilakukan tim peneliti, bentuk-bentuk inovasi publik secara jelas telah diterapkan di Desa Sukalaksana. Desa Sukalaksana merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Pada tahun 2014 Desa Sukalaksana memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.946 jiwa (Sukalaksana, Statistik Desa Sukalaksana, 2016). Berdasarkan pengamatan tim peneliti, terdapat dua bentuk inovasi pada desa tersebut yaitu inovasi pelembagaan pemanfaatan sumber air minum dan inovasi pengembangan kawasan wisata Ciburial. Kedua jenis inovasi tersebut telah menjadi keunggulan Desa Sukalaksana dibandingkan desa-desa lainnya (Sukalaksana, Artikel Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, 2016). Inovasi pelembagaan pemanfaatan sumber air minum dan inovasi pengembangan kawasan wisata Ciburial menjadi nilai lebih bagi Desa Sukalaksana, sebab tidak semua pemerintahan (governance) di tingkat desa mampu berinovasi. Melalui bentuk-bentuk inovasi terebut, Desa Sukalaksana dikenal sebagai desa yang berprestasi. Pada tahun 2015, Desa Sukalaksana berhasil menjadi pemenang lomba desa tingkat Kabupaten Garut. Karena keberhasilan ini maka pada tahun yang sama Desa Sukalaksana berkesempatan untuk mengikuti lomba desa di tingkat provinsi dan berhasil menduduki posisi sebagai juara kedua. Berdasarkan alur pikir yang telah diuraikan, tim peneliti kemudian tertarik untuk melakukan kajian penelitian mengenai proses dan implikasi inovasi pemerintahan (innovative 5 governance) terhadap kualitas pelayanan publikdi Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Berdasarkan pemaparan yang telah diulas pada bagian latar belakang masalah, tim penelit i kemudian merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses inovasi pemerintahan yang terjadi di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut? 2. Bagaimana implikasi inovasi pemerintahan terhadap kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Penelitian ini memiliki tujuan untuk 1. memahami proses dan implikasi inovasi pemerintahan terhadap kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut 2. membangun kerangka atau model inovasi pemerintahan desa yang dapat diguakan pada berbagai desa di Indonesia 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konseptualisasi Inovasi Inovasi merupakan sebuah konsep yang umum digunakan di berbagai organisasi, khususnya pada organisasi swasta. Meskipun demikian, pemahaman mengenai konsep tersebut seringkali masih belum jelas dan mengalami kerancuan dengan konsep-konsep lainnya. Pada prakteknya, definisi inovasi bahkan seringkali masih mengalami tumpang tindih dengan definisi ide dan kreativitas. Secarasederhana, konsepinovasidapat dipahami sebagaipenciptaan, pengembangan, danadaptasidariideatauperilakubaru(DamanpourdalamSalge& Vera, 2012).Proses penciptaan, pengembangan hingga adaptasi atau perilaku baru ini tentu memiliki tujuan tertentu. Pemikiran ini terkonfirmasi melalui definisi inovasi yang dihadirkan Peter Drucker bahwa inovasi merupakan langkah perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja atau performance (Hesselbein, Goldsmith & Somerville, 2002). Melalui penjelasan ini, dapat dipahami bahwa inovasi memiliki definisi yang sangat berbeda dengan ide. Inovasi meliputi tahap penciptaan, pengembangan dan adaptasi ide. Ketika sebuah ide telah muncul dan dikembangkan namun belum diadaptasi oleh organisasi, upaya tersebut belum dapat dikatakan sebagai sebuah langkah inovasi. Penjelasan ini memberikan sebuah pemahaman bahwa inovasi membutuhkan usaha dan fokus yang lebih besar pada upaya merealisasikan ide. Fenomena yang seringkali terjadi justru inovasi masih cenderung dipahami sebagai usaha penciptaan ide semata (Birkinshaw, Bouquet &Barsoux, 2011). Karakteristik berupa kebaruan yang melekat pada inovasi kemudian seringkali mengakibatkan terjadinya tumpang tindih dengan konsep kreativitas. Berbeda dengan inovasi yang telah sampai pada tahap adaptasi ide atau perilaku baru, kreativitas merupakan tahap atau proses yang terbatas pada produksi ide-ide baru. Secara mendasar kreativitas akan muncul ketika organisasi menghadapi permasalahan atau menghadapi peluang untuk meningkatkan kinerjanya (Wheatley dalam Hesselbein, Goldsmith & Somerville, 2002). Berdasarkan penjelasan konseptual yang telah dihadirkan, diperoleh pemahaman penting bahwa inovasi merupakan proses yang lebih kompleks dibandingkan proses penciptaan ide baru. Inovasi memerlukan upaya dan perhatian yang besar pada proses adaptasi atau realisasi ide baru demi peningkatan kinerja organisasi. Inovasi bahkan digambarkan sebagai perpaduan antara ide 7 dengan persentase sebesar 5% dan usaha nyata merealisasikan ide dengan persentase sebesar 95%(Birkinshaw, Bouquet &Barsoux, 2011). 2.2.Inovasi Sektor Publik Konsep inovasi masih seringkali dikaitkan dengan inovasi yang diterapkan di sektor swasta. Kecenderungan inilah yang kemudian mengaburkan pemahaman praktek inovasi di sektor publik. Meskipun memiliki beberapa kesamaan dalam proses, prinsip dasar inovasi publik sangat bertolak belakang dengan inovasi sektor swasta. Inovasi sektor publik memiliki logika yang sangat berbeda dengan inovasi sektor swasta. Inovasi yang dilakukan sektor swasta sangat didorong oleh market competition (Potts dan Kastelle, 2010). Sebuah organisasi atau perusahaan swasta terus melakukan inovasi atas dasar lingkungan yang kompetitif. Melalui penjelasan ini, diperoleh pemahaman bahwa tujuan utama penerapan inovasi di sektor swasta adalah keinginan untuk terus dapat berkompetisi dalam rangka mendapatkan profit. Berbeda dengan logika inovasi di sektor swasta, inovasi yang diterapkan di sektor publik lebih didorong oleh motif ekonomi yaitu efisiensi (Potts & Kastelle, 2010). Organisasi atau birokrasi publik perlu berinovasi agar berbagai barang dan jasa publik dapat mencapai sasaran secara efisien. Pemahaman ini dipertegas dengan karakteristik monopoli yang dimiliki organisasi publik. Organisasi publik adalah organisasi yang tidak memiliki kompetitor sehingga inovasi yang dilakukan bukan diarahkan untuk berkompetisi namun menyediakan barang dan jasa pelayanan publik secara lebih baik. Sifat monopoli yang dimiliki organisasi publik pada sisi lain justru menimbulkan tantangan besar bagi penerapan inovasi. Tanpa tantangan untuk berkompetisi, organisasi publik kemudian tidak memiliki perhatian yang besar terhadap penerapan perubahan dan kebaruan. Pada prakteknya model organisasi tradisional masih seringkali dikembangkan oleh birokrasi (Vigoda-Gadot, Shoham, Schwabsky & Ruvio, 2005). Birokrasi masih mengembangkan tradisi, jalur komunikasi vertikal, kepatuhan, perintah dan kontrol yang berlebihan. Fenomena ini kemudian menjadi hambatan besar dalam proses penerapan inovasi sektor publik. Melalui penjelasan yang telah dihadirkan, dapat dipahami bahwa secara mendasar inovasi sektor publik adalah perubahan yang diterapkan birokrasi publik untuk menghasilkan dan memberikan barang maupun jasa publik secara efisien. Dalam perkembangan paradigma 8 administrasi publik, proses inovasi di sektor publik tidak hanya terfokus pada aktivitas yang dilakukan oleh organisasi publik namun seluruh stakeholders yang memiliki kepentingan dan perhatian terhadap penyediaan barang serta jasa publik. Inovasi sektor publik dapat meliputi berbagai arti yang berbeda-beda seperti cara baru mengelola organisasi (seperti public-private partnership), cara baru memberikan penghargaan (seperti sistem gaji berdasarkan kinerja), serta cara baru dalam berkomunikasi (seperti penggunaan blog) (Mulgan, 2014). Secara lebih komprehensif tipologi inovasi sektor publik dapat dijelaskan sebagai berikut a. Service Innovation Service Innovation merupakan langkah inovasi yang diarahkan untuk memperkenalkan pelayanan baru atau meningkatkan pelayanan yang sebelumnya telah tersedia. b. Service Delivery Innovation Service Delivery Innovation berkaitan dengan cara baru dalam menyampaikan atau memberikan (delivering) pelayanan serta berinteraksi dengan pengguna layanan. c. Administrative and Organisational Innovation Administrative and Organisational Innovationadalah inovasi yang melingkupi penggunaan prinsip-prinsip baru organisasi dalam memproduksi dan menyampaikan produk pelayanan. d. Conceptual Innovation Conceptual Innovationmerupakan inovasi yang diarahkan pada pengembangan pola berpikir atau cara pandang baru terhadap produk pelayanan, proses pelayanan serta bentuk organisasi yang sudah ada. e. Policy Innovation Policy Innovationadalah inovasi yang berkaitan dengan konsep kebijakan atau perubahan dalam kebijakan serta berbagai program. f. Systemic Innovation Systemic Innovationmeliputi pengembangan cara baru dalam berinteraksi dengan organisasi atau sumber pengetahuan lainnya. (Bloch & Bugge, 2013) Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa kajian inovasi di sektor publik sangat luas dan meliputi berbagai jenis inovasi. Keluasan ruang lingkup inovasi sektor publik juga berkaitan erat dengan pergeseran paradigma ilmu administrasi publik yang semakin kompleks. Paradigma keilmuan administrasi publik tidak lagi terbatas pada kajian mengenai pemerintah 9 (government) yang berfokus pada aktor namun semakin mengarah pada kajian mengenai pemerintahan (governance) yang memiliki perhatian pada tata kelola dan interaksi antar aktor (bukan hanya pemerintah) dalam mengelola berbagai permasalahan publik (Frederickson, 1997). Pergeseran paradigma keilmuan administrasi publik tersebut memberi penjelasan mengenai arah kajian inovasi publik yang sebenarnya memiliki titik tekan pada pada inovasi pemerintahan (innovation in governance) (Hartley, 2005). 2.3.Kerangka Kerja Inovasi dalam Organisasi Publik Ruang lingkup serta proses inovasi publik yang kompleks dan berorientasi pada tata kelola pemerintahan menuntut ketersediaan model atau kerangka kerja penelitian yang komprehensif. Berikut dihadirkan kerangka kerja inovasi dalam organisasi sektor publik yang komprehensif dan sangat operasional dalam mengamati proses inovasi sektor publik GAMBAR 2.1.Kerangka Kerja Inovasi dalam Organisasi Sektor Publik Sumber: Hughes, Moore dan Kataria, 2011: 6 10 Secara sederhana, kerangka kerja tersebut memiliki alur pemikiran bahwa aktivitas inovasi (innovation activity) yang meliputimengakses ide baru, memilih serta mengembangkan ide, menerapkan ide dan menyebarkan ide yang berhasil, sangat dipengaruhi oleh kemampuan organisasi dalam berinovasi (innovation capability). Kemampuan dalam berinovasi sendiri meliputi manajemen inovasi, kepemimpinan dan kultur, serta kemungkinan organisasi untuk berinovasi. Aktivitas inovasi yang dilakukan kemudian diarahkan untuk memberikan dampak pada kinerja (impact on performance) meliputi perbaikan pada indikator kinerja organisasi, pernaikan evaluasi pelayanan, perbaikan efisiensi dan perbaikan konteks. Proses inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja tersebut pada akhirnya bergantung pada kondisi sektor yang lebih luas (wider sector conditions for innovation) meliputi insentif, otonomi, kepemimpinan dan kultur serta kemungkinan untuk berinovasi. BAB III. METODE PENELITIAN 11 3.1 Tahapan Penelitian Tahap pertama penelitian ini adalah melakukan studi literatur yang berhubungan dengan inovasi pada sektor publik. Hasil yang diharapkan dari tahap awal ini adalah memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kerangka teori dan kerangka konseptual mengenai inovasi pada sektor publik serta metode pengukuran inovasi pada sektor publik. Tahap kedua adalah menyusun panduan wawancara sesuai dengan fokus penelitian. Penyusunan panduan wawancara ini dimaksudkan untuk menjadi alat pengumpulan data lapangan guna membantu menjawab pertanyaan penelitian. Tahap ketiga adalah penelitian lapangan. Dalam tahap ini, peneliti akan mulai berkunjung ke lokasi penelitian untuk mengadakan wawancara mendalam (depth interview) dengan informan kunci dan pengamatan lapangan (observasi). Hasil yang diharapkan dari tahap ketiga adalah data lapangan mengenai inovasi pada Pemerintah Desa Sukalaksana Kabupaten Garut. Tahap keempat adalah analisis dan intepretasi data lapangan. Pada tahap ini tim peneliti akan menyusun data hasil wawancara dan kemudian mereduksi data dengan dasar fokus utama penelitian. Setelah data tersusun secara sistematis, tim peneliti kemudian akan mendalami data dan melakukan analisis data. Kemudian data yang telah dianalisis akan diintepretasikan. Bagian akhir dari tahap keempat ini adalah menarik kesimpulan. Tahap kelima adalah tahap penulisan laporan akhir penelitian. Pada tahap ini peneliti akan menuliskan hasil penelitian dan menyerahkan hasilnya kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Katolik Parahyangan. 3.2 Lokasi Penelitian Tempat yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. 3.3 Variabel yang Diamati dan Diukur Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Inovasi dengan menggunakan Kerangka Kerja dalam Organisasi Sektor Publik. Kerangka inovasi ini memiliki dua aspek besar yaitu aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi dan aspek yang diluar kendali organisasi. Pada aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi terdapat tiga buah dimensi 12 yang dikaji yaitu: aktivitas inovasi, kapabilitas inovasi dan dampak inovasi terhadap kinerja. Sedangkan aspek yang diluar kendali organisasi terdiri dari satu buah dimensi yakni: kondisi sektor yang lebih luas yang mendorong terjadinya inovasi pada organisasi 3.4 Model yang Digunakan Model yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kerangka Kerja Inovasi dalam Organisasi Sektor Publik. Model ini dikembangkan oleh Hughes, Moore dan Kataria. Kerangka inovasi ini memiliki dua aspek besar yaitu aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi dan aspek yang diluar kendali organisasi. Pada aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi terdapat tiga buah dimensi yang dikaji yaitu: aktivitas inovasi, kapabilitas inovasi dan dampak inovasi terhadap kinerja. Sedangkan aspek yang diluar kendali organisasi terdiri dari satu buah dimensi yakni: kondisi sektor yang lebih luas yang mendorong terjadinya inovasi pada organisasi (Hughes, Moore, & Kataria, 2011). Berdasarkan model tersebut, aspek-aspek yang akan diteliti secara mendetail dapat dijelaskan sebagai berikut: GAMBAR 3.1. Aspek-Aspek Inovasi dalam Organisasi Sektor Publik Sumber: Hughes, Moore dan Kataria, 2011: 7 3.5 Rancangan Penelitian 13 Penelitian ini selaras dengan roadmap Penelitian Bidang Otonomi dan Desentralisasi Daerah Program Studi Ilmu Administrasi Publik (Prodi IAP) FISIP UNPAR. Sasaran utama dari roadmap penelitian Prodi IAP tersebut adalah pengentasan kemiskinan dan upaya pembangunan di tingkat desa. Berdasarkan penjelasan rencana induk penelitian Prodi IAP FISIP UNPAR, penelitian ini kemudian menjadi sebuah langkah awal atau inisiasi dalam pemetaan serta penyusunan model pembangunan di tingkat desa. Pada tataran ini, pemberdayaan masyarakat kemudian menjadi fokus utama penelitian sehingga kajian mengenai inovasi menjadi sangat penting untuk dilakukan. Dengan penjelasan dan pemahaman dari fenomena keberhasilan inovasi pemerintahan tingkat desa, diharapkan tercipta langkah pembangunan yang berdampak secara signifikan dan lebih berkelanjutan (sustainable). 3.6 Pendekatan Penelitian Studi kasus (case studies)dengan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan tersebut sangat relevan digunakan karena penelitian mengenai inovasi sektor publik masih membutuhkan pengamatan secara khusus terhadap fenomena inovasi tertentu dalam rangka membangun dan mengembangkan model kerja yang lebih komprehensif (Potts & Kastelle, 2010) 3.7 Pengumpulan dan Analisis Informasi Sebagaimana yang telah diulas pada bagian tahapan penelitian bahwa pengumpulan data atau informasi akan dilakukan melalui melalui wawancara mendalam (depth interview) dan observasi. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan cara kategorisasi tematik. Hasil analisis akan diverifikasi guna memperkuat kualitas data melalui proses triangulasi kepada informan-informan kunci yang berbeda-beda. Selanjutnya hasil analisis akan diinterpretasikan atau diberikan makna oleh peneliti. 3.8 Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan Penelitian Penafsiran dan penarikan kesimpulan penelitian akan dilakukan dengan cara deduktif yaitu dengan mendasarkan pada landasan teori yang sudah di tentukan. Landasanteori dimaksud adalah pada dua aspek besar yaitu aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi 14 dan aspek yang diluar kendali organisasi. Pada aspek yang dapat dikendalikan oleh organisasi dan aspek yang diluar kendali organisasi.Hal ini kemudian akan bermuara pada identifikasi proses inovasi dan implikasinya terhadap kualitas pelayanan publik di Desa Sukalaksana. BAB IV. JADWAL PELAKSANAAN 15 Berikut ini bagan yang memuat jadwal pelaksanaan penelitian dengan judul “Proses dan Implikasi Innovative Governance Terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut”: BAGAN 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Tahapan Penelitian Tahun 2016 Feb 1 Tahap 1: Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Studi Literatur 2 Tahap 2: Penyusunan Panduan Wawancara 3 Tahap 3: Penelitian Lapangan 4 Tahap 4: Analisis & Intepretasi Data 5 Tahap 5: Penulisan Laporan Penelitian BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1. AKTIVITAS INOVASI 1. Mengakses gagasan baru Pada dasarnya PAMDesa dan Saung Ciburial bermula dari gagasan kepala desa.Namun kemunculan kedua gagasan ini mempunyai sejarah yang berbeda.Kemunculan kedua bentuk inovasi itu juga mempunyai sebab yang saling berbeda. Gagasan pembuatan PAMDesa mulai dari masalah distribusi air di Desa Sukalaksana.Kebutuhan air masyarakat terkendala dengan kurangnya sumber mata air. Sumber mata air di Desa Sukalaksana hanya terkonsentrasi di beberapa kawasan. Akibatnya, ada banyak area yang tidak mendapatkan air yang cukup. Wijiyono sebagai kepala Desa Sukalaksana mulai mencari informasi untuk memecahkan masalah-masalah ini. Dia mengumpulkan beragam informasi dari berbagai media seperti surat kabar, televisi, dan Internet. Berdasarkan usahanya itu Wijiyono mulai berpikir mengenai pembuatan PAMDesa.Gagasan dasarnya adalah air dari berbagai sumber mata air dikelola secara kolektif dan dialirkan ke semua rumah tangga. Gagasan mengadakan desa wisata di Desa Sukalaksana diilhami oleh trend desa wisata yang meningkat di Jawa Tengah.Berdasarkan sejumlah studi perbandingan ke Jawa Tengah dan informasi dari berbagai media mengenai desa wisata, Wijiyono mempunyai satu visi besar untuk mengubah Desa Sukalaksana menjadi sebuah masyarakat yang didasarkan pada desa wisata.Tujuannya adalah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat desa dan mengurangi jumlah pengangguran. 2. Memilih dan mengembangkan gagasan Walaupun dipicu oleh kepala desa, proses pemilihan dan pengembangan gagasan PAMDesa sangat melibatkan beberapa pihak luar. Ketika Wijiyono ingin menerapkan gagasannya, Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Katolik Parahyangan (program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP UNPAR) melalui program-program layanan masyarakat menggodok gagasan tersebut. Prodi of IAP FISIP UNPAR mengusulkan agar Wijiyono mengorganisir PAMDesa dalam bentuk usaha milik negara.Untuk menghasilkan kesinambungan sumber daya air, aparat desa melalui Pengelolaan PAMDesa harus menerima retribusi dari masyarakat yang mendapatkan layanan air. Gagasan yang dikembangkan oleh Prodi IAP FISIP UNPAR ini juga didukung oleh kehadiran program Corporate SocialResponsibility (CSR) Chevron, sebuah perusahaan yang 17 mengelola sumber energi di Desa Sukalaksana. Secara materi, Chevron mendukung perealisasian gagasan PAMDesa dengan programnya.Dukungan ini diberi oleh Chevron karena gagasan PAMDesa bermaksud mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Lalu gagasan untuk membuat PAMDesa disosialisasikan ke seluruh masyarakat pb bbd kesempatan. Aparat desa mengklarifikasi bahwa PAMDesa mempunyai beberapa manfaat sosial seperti distribusi air yang lebih merata dan konservasi sumber daya air.Pada dasarnya, aparat desa memberi informasi kepada masyarakat bahwa keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari PAMDesa lebih besar dari biayanya secara keseluruhan. Proses pemilihan dan pengembangan gagasan desa wisata Saung Ciburial diadakan dengan partisipasi aktif masyarakat. Kepala desa menganggap bahwa perealisasian gagasan itu memerlukan komitmen masyarakat. Semua proses perencanaan gagasan itu, termasuk pendesainan konsep, struktur manajemen, dan pembagian pekerjaan, harus melibatkan masyarakat desa. 3. Menerapkan Gagasan Ada kerja sama yang baik antara aparat desa, Prodi IAP FISIP UNPAR, Chevron, dan masyarakat Sukalaksana dalam proses penerapan gagasan PAMDesa dan desa wisata Saung Ciburial. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku mengenai Pemerintah Daerah (UU No. 23 Tahun 2014), desa dapat secara otonom melakukan berbagai jenis inovasi dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghasilkan keuntungan masyarakat. Dalam hal penerapan gagasan mengenai PAMDesa dan Saung Ciburial, aparat desa mempunyai tanggung jawab sebagai pemprakarsa dan daya penggerak masyarakat, Prodi IAP FISIP UNPAR mempunyai peran untuk mengembangkan dan memantau penerapan gagasan-gagasan. Chevron mendukung materi melalui program CSR, sedangkan masyarakat merealisasikan kebutuhan partisipasi untuk mengelola inovasi itu. Proses penerapan dan pengembangan inovasi terus-menerus mendapat perhatian pemerintah. Fenomena ini terjadi karena aparat desa menyadari bahwa persaingan dengan desa lain tidak terelakkan. Kepala desa sebagai pemimpin berkeinginan agar Desa Sukalaksana bisa menjadi salah satu desa inovatif dan menjadi pemenang dalam setiap lomba desa nasional.Semangat ini kemudian ditransfer ke masyarakat sehingga mereka semua berkomitmen dan berpartisipasi pada setiap kegiatan inovasi. 4. Menyebarkan apa yang bekerja (efektif) 18 PAMDesa dan desa wisata Saung Ciburial menjadi inovasi yang sukses untuk mengatasi berbagai permasalahan dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh aparat desa dan masyarakat desa. Dalam proses penuturan kisah sukses inovasi, aparat desa bertindak dalam berbagai cara. Semua cara penyebaran apa yang bekerja atau efektif telah dilakukan dengan melibatkan sejumlah mitra. Dalam beberapa seminar dan kegiatan akademik lain mengenai pemerintahan yang inovatif, Prodi IAP FISIP UNPAR selalu berbagi kisah-kisah inovasi Desa Sukalaksana sebagai kasus praktek terbaik untuk semua partisipan seminar. Lebih lanjut, berbagai publikasi oleh para anggota staf pengajar dan mahasiswa juga sering mengutarakan inovasi di Desa Sukalaksana sebagai sebuah kasus menarik untuk dikaji. Penyebaran informasi mengenai Saung Ciburial juga dilakukan oleh UNPAR melalui program Pelibatan Masyarakat yang melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas luar negeri. Informasi mengenai kisah sukses inovasi di Desa Sukalaksana juga menyebar melalui studi perbandingan yang dilakukan oleh aparat desa lain. Karena kisah suksesnya menjadi juara dalam lomba desa nasional, Desa Sukalaksana menjadi acuan bagi desa lain di Jawa Barat untuk belajar mengenai inovasi dalam pemerintahan. 5.2. DAMPAK PADA KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI Setelah gagasan PAMDesa dan desa wisata Saung Ciburial diterapkan, ada banyak dampak sosio-ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat, termasuk: 1. Memperbaiki kualitas hidup Kualitas hidup yang membaik adalah salah satu dampak utama yang muncul dari inovasi PAMDesa.Kelompok-kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak mendapatkan air kini juga mendapatkan manfaat dari keran di Desa Sukalaksana. Orang-orang yang sebelumnya tidak memperoleh air bersih kini mendapatkan kualitas air yang lebih baik. 2. Efisiensi sumber daya air Dampak berkelanjutan dari penerapan inovasi PAMDesa adalah efisiensi penggunaan air di Desa Sukalaksana.Sumber daya air yang sebelumnya dimanfaatkan secara kurang bijak kini makin terkendali sehingga lebih efisien.Kondisi ini adalah satu implikasi dari pemberlakuan retribusi penggunaan air pada rumah tangga yang dikenakan berdasarkan volume air yang mereka gunakan. 19 3. Sustainabilitas (kesinambungan) lingkungan Efisiensi dalam penggunaan air oleh komunitas juga mempunyai berbagai implikasi pada sustainabilitas lingkungan.PAMDesa membawa dampak pada pelestarian sumber daya air di Desa Sukalaksana.Siapa saja yang ingin menggunakan air untuk berbagai kebutuhan harus didaftar dan dicatat oleh pihak pengelola PAMDesa. Dapat dipahami bahwa inovasi PAMDesa yang diadakan di Desa Sukalaksana memberi kontribusi pada sustainabilitas daya dukung lingkungan 4. Memperbaiki ekonomi rumah tangga Setelah gagasan desa wisata Saung Ciburial dijalankan, kondisi ekonomi masyarakat makin membaik.Orang-orang yang sebelumnya bekerja hanya sebagai petani kini mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pengelola desa wisata.Selain itu, rumah mereka yang berfungsi sebagai rumah tingga wisatawan juga membantu memperbaiki ekonomi rumah tangga. 5. Memperbaiki kesejahteraan sosial Lapangan kerja menjadi salah satu dampak utama dari keberadaan Saung Ciburial dan PAMDesa.Setelah inovasi ini, para pengangguran di Desa Sukalaksana kini dapat bekerja sebagai pengelola Saung Ciburial dan PAMDesa. Dampak lapangan kerja ini adalah satu indikator dari peningkatan kesejahteraan sosial. Lebih lanjut, penurunan dalam jumlah pengangguran juga mengurangi jumlah urbanisasi. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 20 Pemerintahan yang inovatif di Desa Sukalaksana dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang merupakan bagian dari kemampuan inovasi dan kondisi sektor yang lebih luas untuk inovasi. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi setiap proses pada kegiatan inovasi adalah dalam Penganksesan Gagasan Baru, Pemilihan dan Pengembangan Gagasan, Penerapan Gagasan, dan Penyebaran Gagasan yang Bekerja (Efektif). Proses ini kemudian menghasilkan desa wisata PAMDesa dan PAMDesa di Desa Sukalaksana yang memberi dampak tertentu pada kesejahteraan sosio-ekonomi. Berdasarkan inovasi di Desa Sukalaksana, kami menemukan bahwa pemipin visioner, kepemimpinan yang terbuka, pemangku kepentingan yang kolaboratif, dan partisipasi masyarakat menjadi beberapa aspek dari kapabilitas inovasi.Kepala desa sebagai inisiator inovasi selalu mempunyai visi yang jelas mengenai tujuan pembangunan.Dia juga menerapkan kepemimpinan yang terbuka yang memungkinkan seluruh pihak membantu mengembangkan gagasan-gagasan itu.Keterbukaan pemimpin tersebut kemudian mengundang berbagai pihak seperti organisasi swasta dan universitas untuk bergabung dalam mewujudkan inovasi. Lebih lanjut, keseluruhan proses program kegiatan-kegiatan inovasi didukung oleh partisipasi masyarakat. Insentif pada persaingan, otonomi, dan berbagai sumber informasi menjadi bagian-bagian dari kondisi sektor yang lebih luas untuk inovasi yang mendorong tahap implementasi inovasi.Motivasi aparat dan masyarakat Sukalaksana untuk berinovasi tidak dipengaruhi oleh insentif materi.Mereka mempunyai keinginan besar untuk meraih lomba antar desa tingkat nasional sebagai satu motivasi untuk berinovasi.Otonomi desa dalam menjalankan pemerintahan juga merupakan satu faktor kritis dalam menggerakkan inovasi di Desa Sukalaksana. Lebih lanjut, ketersediaan berbagai sumber daya informasi juga mendukung proses pemilihan dan pengembangan gagasan. Pada akhirnya desa wisata Saung Ciburial dan PAMDesa menghasilkan beberapa dampak ekonomi pada kesejahteraan sosial.Kedua inovasi ini berhasil mendatangkan beberapa efek, yakni perbaikan kualitas hidup, efisiensi sumber daya air, sustainabilitas lingkungan, perbaikan ekonomi rumah tangga, dan perbaikan kesejahteraan sosial melalui pengurangan pengangguran. Berdasarkan kesimpulan ini, dapat diberikan saran bangunan model pemerintahan yang inovatif pada tingkat desa sebagai berikut: Gambar 6.1. Innovative Governance Model 21 Innovation Capability 1. Visionary Leader 2. Openness Leadership 3. Collaborative stakeholder 4. Community Participation Wider Sector Conditions for Innovation 1. Incentive to Competition 2. Autonomy 3. Various source of Information Innovation Activity 1. Accessing New Ideas 2. Selecting and Developing Ideas 3. Implementing Ideas 4. Diffusing What Works Impact on Social Economic Welfare 1. Improving Life Quality 2. Efficiency of Water Resources 3. Environmental Sustainability 4. Improving Households Economic 5. Improving Social Welfare sumber: analisis penelitian DAFTAR PUSTAKA Birkinshaw, J., Bouquet, C.,& J.L. Barsoux.(2011). The 5 Myths of Innovation. MIT Sloan Manage Rev 52 Vol 2. 22 Bloch,C., & Bugge, M. M. (2013). Public Sector Innovation-From Theory To Measurement. Elsevier. Cheema, G.S. (2005). Building Democratic Institutions: Governance Reform in Developing Countries. Kumarian Press, Inc Frederickson, G. F. (1997). The Spirit of Public Administration. San Fransisco: Jossey Bass Publishers. Frederickson, G. F. (1997). The Spirit of Public Administration. San Fransisco: Jossey Bass Publishers. Hartley, J. (2005). Innovation in Governance and Public Services: Past and Present. Public Money & Management Hesselbein, F., Goldsmith, M.,& Somerville, I. (2002).Leading for Innovation. San Fransisco: Jossey-Bass. Hughes, A., Moore, K., & Kataria, N. (2011). Innovation in Public Sector Organisations: A Pilot Survey for Measuring Innovation Across the Public Sector. London: Nesta. Mulgan, G. (2014). Innovation in The Public Sector: How Can PublicOrganisationsBetter Create, Improve and Adapt?. Nesta: London. Nawawi, H. 2005. MetodePenelitianBidangSosial.Yogyakarta: GadjahMada University Press. Potts, J., & Kastelle, T. (2010). Public sector Innovation Research: What's Next?. Innovation: Management, Policy & Practice Vol.12, Issue 2. Salge, T. O., & Vera, A. (2012). Benefiting from Public Sector Innovation: The Moderating Role of Customer and Learning Orientation. Public Administration Review . Sukalaksana, D. (2016, Januari 9). Artikel Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Retrieved from Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut: sukalaksana.garutkab.go.id Sukalaksana, D. (2016, Januari 9). Statistik Desa Sukalaksana. Retrieved from Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut: sukalaksana.garutkab.go.id Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Vigoda-Gadot,E., Shoham, A., Schwabsky,N., & Ruvio,A. (2005). Public Sector Innovation For The Managerial and The Post-Managerial Era: Promies and Realities In a Globalizing Public Administration. International Public Management Journal. 23