Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian
2.1.1
Pengertian Auditing
Auditing menurut arens, dkk (2008: 4) yang diterjemahkan oleh Herman
Wibowo, merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan serta melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria
yang telah ditetapkan. Agoes (2012: 4) menjelaskan bahwa auditing adalah :
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen,
beserta
catatan-catatan
pembukuan
dan
bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Mulyadi (2009: 9) mengemukakan bahwa :
“Auditing adalah suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian
langkah atau prosedur yang logis, terkerangka dan terorganisasi. Auditing
dilaksanakan
dengan
suatu
urutan
langkah
yang
direncanakan,
terorganisasi, dan bertujuan”.
Sawyer, dkk (2005: 6) mengatakan bahwa audit dibedakan menjadi dua
yaitu audit eksternal dan audit internal. Keduanya memiliki tujuan dan prosedur
11
tersendiri dalam melaksanakan audit. Audit Internal akan terlihat lebih berfungsi
pengawasannya kepada organisasi.
2.1.2
Audit Internal
2.1.2.1 Pengertian Audit internal
Audit internal (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan (Agoes, 2012: 13)
Menurut IIA (Intitute of Internal Auditor) (dalam reding, et al, 2009 : 1-2)
bahwa audit internal adalah :
“an independent, objective assurance and consulting activity designed to add
value and improve an organization operations. It helps an organization
accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to
evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes”.
Definisi tersebut dapat diartikan bahwa audit internal adalah aktivitas
independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi
untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin
untuk
mengevaluasi
dan
meningkatkan
efektivitas
manajemen
risiko,
pengendalian, dan proses tata kelola.
Sedangkan Sawyer, dkk (2005: 10) mendefinisikan bahwa audit internal
adalah :
12
“Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal
terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk
menentukan apakah :
i.
Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
ii.
Risiko
yang
dihadapi
perusahaan
telah
diidentifikasi
dan
diminimalisasi;
iii.
Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias
diterima telah diikuti;
iv.
Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;
v.
Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis;dan
vi.
Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan
tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu
anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif’.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit
internal, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah bagian dari perusahaan
yang memberikan jaminan dan jasa konsultan dimana seorang auditor harus
objektif dan independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan, serta memberikan nilai tambah dan inovasi-inovasi,
membantu para anggota perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif sesuai dengan pengendalian intern yang telah diterapkan
dan membantu perusahaan dalam meminimalisir risiko atau manajemen risiko
yang efektif.
13
2.1.2.2 Tujuan Audit Internal
Menurut Tugiman (2006: 11) tujuan audit internal adalah sebagai berikut :
“Tujuan audit internal adalah untuk membantu para anggota organisasi agar
mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut
audit internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi,
petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang sedang diperiksa”.
Agoes (2012) mengemukakan bahwa tujuan pemeriksaan yang dilakukan
oleh audit internal adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
i.
Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari
sistem
pengendalian
manajemen,
pengendalian
intern,
dan
pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal;
ii.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen;
iii.
Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan;
iv.
Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya;
14
v.
Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen;dan
vi.
Menyarankan
perbaikan-perbaikan
operasional
dalam
rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2.1.2.3 Ruang Lingkup Tugas Audit Internal
Tugiman (2004: 99) menyatakan bahwa ruang lingkup audit internal
adalah menilai keefektifan sistem pengendalian intern yang dimiliki organisasi,
serta kualitas pelasanaan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup tugas audit
internal sebagaimana telah diatur oleh Konsorium Organisasi Profesi Audit
Internal (KOPAI)
Yang dikutip oleh Tugiman (2004: 4-5) yaitu sebagai berikut :
i.
Pengelolaan risiko, audit internal harus membantu organisasi
dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan
dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan
risiko dan sistem pengendalian intern.
ii.
Pengendalian, audit internal harus membantu organisasi dalam
memlihara pengendalian intern
yang efektif dengan cara
mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian
tersebut, serta menolong peningkatan pengendalian intern secara
berkesinabungan.
15
iii.
Proses governance, audit internal harus menilai dan memberikan
rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance
dalam mencapai tujuan-tujuan berikut :
1. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam
organisasi;
2. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan
akuntabilitas;
3. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian
kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi;dan
4. Secara
efektif
mengkoordinasikan
kegiatan,
dan
mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan
pengawas,
auditor
internal
dan
audior
eksternal
seta
manajemen.
Apabila laporan audit dari audit eksternal terhadap laporan keuangan suatu
organisasi belum dinyatakan wajar tanpa pengecualian, Tugiman (2011: 13)
berpendapat bahwa tugas audit internal adalah :
i.
Tidak memikirkan dulu bidang risk management, governance
processes atau akan memberikan nilai tambah (add value);
ii.
Membantu organisasinya dulu agar pengendalian internnya memadai,
dengan sasaran laporan keuangan untuk mencapai opini audit eksternal
wajar tanpa pengecualian;
iii.
Apabila pengendalian intern belum atau tidak memadai, hal ini berarti
oganisasinya :
16
1. Belum/tidak efektif kegiatannya; dan atau
2. Keandalan integritas informasi belum/tidak dapat dipercaya; dan
atau
3. Terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan belum/tidak
patuh; dan atau
4. Harta organisasi belum/tidak dijaga dengan baik.
iv.
Audit internal dalam organisasinya seperti butir (iii) diatas, tugasnya
bertahap dalam urutan prioritas :
1. Membantu agar informasi handal dan dapat dipercaya, termasuk
keamanan harta;
2. Membantu agar kegiatan organisasi efektif dan efisien; dan
3. Membantu agar kegiatan organisasi mematuhi hukum dan
ketentuan peundang-undangan yang berlaku.
Tugas audit internal dalam organisasi yang pengendalian internnya telah
memadai yaitu meliputi :
i.
Mengevaluasi agar pengendalian intern terus meningkat;
ii.
Membantu pengelolaan risiko organisasi;
iii.
Menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai, dan meningkatkan
proses governance dalam mencapai tujuan;dan
iv.
Melakukan evaluasi dan mendorong organisasi agar reputasinya
meningkat (add value).
17
2.1.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal
Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesi Akuntan
Publik (2011: 322.1) menyatakan bahwa tanggung jawab seorang auditor internal
yaitu untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan
rekomendasi dan informasi lain kepada menajemen entitas dan bagian komisaris
atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi
tanggung jawabnya tersebut auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang
berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya. Sedangkan wewenang yang dapat
ditetapkan bagi auditor internal antara lain :
i.
Menyusun program audit internal secara menyeluruh atau semua
aktivitas dalam perusahaan;
ii.
Menguji keandalan pengendalian manajemen;dan
iii.
Tanpa batasan untuk memasuki semua bagian perusahaan, meneliti
catatan, pelaporan seta harta milik perusahaan.
Sawyer, dkk (2005: 207) mengatakan bahwa auditor internal harus
bertanggung jawab untuk merencanakan penugasan audit. Perencanaan harus
didokumentasikan dan harus mencakup :
i.
Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan;
ii.
Perolehan latar belakang informasi tentang aktivitas yang akan diaudit;
iii.
Penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit;
iv.
Komunikasi dengan orang-orang yang perlu mengetahui audit yang
akan dilakukan;
18
v.
Pelaksanaan, jika layak, survei lapangan untuk mengenal lebih dekat
aktivitas dan control atau pengendalian yang akan diaudit, untuk
mengidentifikasi hal-hal yang akan ditekankan dalam audit, dan untuk
mengundang komentar dan saran dari klien;
vi.
Penulisan program audit;
vii.
Penetuan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil audit akan
dikomunikasikan;dan
viii.
Perolehan pengesahan rencana kerja audit.
2.1.2.5 Unsur-unsur Audit Internal
Menurut Cashin (2006: 11-13) tiga unsur dalam audit internal, yaitu :
i.
Ketaatan (compliance), merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan dan
kebijakan yang berlaku;
ii.
Memastikan/memverifikasi (verification), merupakan suatu aktivitas
penilaian dan pemeriksaan kebenaran data dan informasi yang
dihasilkan dari suatu sistem akuntansi sehingga dapat dihasilkan
laporan akuntansi yang akurat yaitu cepat dan dapat dipercaya;dan
iii.
Menilai/mengevaluasi (evaluation), merupakan aktivitas penilaian
secara menyeluruh atas pengendalian keuangan dari kegiatan
menyeluruh berdasarkan kriteria yang sesuai.
19
2.1.2.6 Program Audit Internal
Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan
satu kesatuan dengan supervise audit dalam pengambilan langkah-langkah audit
tertentu. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan
dengan pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan, auditor internal
mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan control atau
pengendalian yang diterapkan. Dalam pekerjaan lapangan mereka mengumpulkan
bahan bukti tentang efektivitas sistem pengendalian, efisiensi operasi, pencapaian
tujuan, dan dampak risiko terhadap perusahaan (Sawyer, dkk, 2005: 205-206)
Program kerja penugasan dalam International Profesional Practices
Framework (IPPF) (2009: 33) yaitu :
“Work programs must include the procedures for identifying, analyzing,
evaluating and documenting information during the engagement. The work
program must be approved prior to its implementation and adjustments approved
promptly”.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah program kerja harus menetapkan
prosedur
untuk
mengidentifikasi,
menganalisis,
mengevaluasi,
dan
mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja ini harus
memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Perubahan atau penyesuaian atas
program kerja harus segera mendapat persetujuan.
Tujuan yang ingin dicapai dari adanya program audit, antara lain :
1. Memberikan bimbingan prosudural untuk melaksanakan pemeriksaan.
20
2. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung, tahap demi
tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.
3. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standar dan
prosedur yang digunakan.
a. Keunggulan program audit internal
Keunggulan program audit internal antara lain :
-
Meratanya pembagian kerja diantara auditor.
-
Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.
-
Program audit memilih tujuan yang penting saja.
-
Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk
tahun berikutnya.
-
Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja.
-
Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum
akuntansi telah dijalankan.
-
Penanggung jawab pelaksanaan audit jelas.
b. Kelemahan program audit internal
Kelemahan program audit internal antara lain :
-
Tanggung jawab audit pelaksana terbatas pada program audit saja.
-
Sering
menimbulkan
hambatan
untuk
berfikiran
kreatif
dan
membangun.
-
Kegiatan audit menjadi monoton.
21
2.1.2.7 Tahap Audit Internal
Tahap-tahap pelaksanaan audit menurut Tugiman (2006 :53) adalah :
i.
Perencanaan audit
Perencanaan audit internal harus didokumentasikan yang meliputi halhal berikut ini :
1. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaannya.
2. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan yang diaudit.
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit.
4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
5. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan
yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam audit, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan
diperiksa penulisan program audit.
6. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit
akan disampaikan.
7. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
ii.
Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Audit internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi,
dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.
22
iii.
Penyampaian Hasil Pemeriksaan (Audit)
Auditor internal harus melaporkan hasil audit yang dilakukan setelah
audit selesai dilaksanakan. Suatu laporan haruslah objektif, jelas,
singkat,
konstruktif,
dan
tepat
waktu.
Laporan
haruslah
mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil pelaksanaan audit,
dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisi pernyataan tentang
pendapat auditor.
iv.
Tindak Lanjut Hasil Audit
Auditor internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak
lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
2.1.2.8 Laporan Hasil Audit Internal
Laporan hasil audit internal dibuat setelah audit dilakukan. Laporan
merupakan hal yang sangat penting karena dalam laporan ini auditor internal
menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi dari tanggung
jawab auditor internal untuk menginformasikan hasil pengukuran aktivitas
perusahaan yang telah diauditnya.
Menurut AA. Arens, R.J. Elder, M.S. Beasley (2008: 6), tahap terakhir
dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit report), yang
menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini
memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu para
pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang
23
ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi
mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit
laporan keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional
atas efektivitas suatu departemen kecil.
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 236), sebagai hasil dari pekerjaannya,
internal auditor harus membuat laporan kepada manajemen. Laporan tersebut
merupakan suatu alat dan kesempatan bagi auditor internal untuk menarik
perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari
Internal Audit Department (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan
IAD, hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian
dan tindakan perbaikan dari manajemen.
Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan yang :
-
Objective
-
Clear (jelas)
-
Concise (singkat tetapi padat)
-
Constructive (membangun)
-
Timely (cepat waktu)
2.1.2.9 Kualifikasi Auditor Internal
Audit internal dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap kompeten dan
independen.
Berdasarkan
IPPF
(International
Professional
Practices
Framework) pedoman wajib standar atribut audit internal yaitu standar 1100
independensi adalah :
24
“Kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit
internal atau Kepala Eksekutif Audit untuk melaksanakan tanggung jawab
audit internal dalam cara yang tidak biasa. Untuk mencapai tingkat
independensi yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab
aktivitas audit internal secara efektif, Kepala Eksekutif Audit memiliki
akses langsung dan tidak terbatas kepada manajemen senior dan dewan.
Hal ini dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman
terhadap independensi harus dikelola pada masing-masing tingkat auditor,
penugasa, fungsional, dan organisasi”.
Kumaat (2011: 9) mengatakan bahwa independensi audit internal adalah
keberpihakan audit internal pada kebenaran factual, yang ditinjau dari :
i.
Adanya bukti serta data material yang otentik, relevan, dan cukup;
ii.
Adanya praktek bisnis yang menjunjung tinggi etika/moral serta
memperhatikan risiko terukur;
iii.
Adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang seseorang yang
terukur dalam organisasi bisnis;
iv.
Adanya administasi dan pengendalian yang memadai serta
konsisten.
Pedoman wajib praktik audit internal menjelaskan mengenai kode etik
bahwa kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetisi tersebut,
25
dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal dengan nama
pendidikan professional berkelanjutan. Audit Internal :
i.
Hanya akan memberikan layanan sepanjang mereka memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan;
ii.
Harus
melakukan
audit
internal
sesuai
dengan
Standar
Internasional Praktik Profesional Audit Internal;
iii.
Akan terus-menerus meningkatkan kemampuan dan efektivitas
serta kualitas layanan mereka.
2.2
Sistem
Sistem diperlukan dalam suatu unit usaha agar tujuan dapat dicapai dengan
melakukan kegiatan bersama-sama oleh berbagai unsur. Menurut Sutarman (2009:
5), pengertian sistem adalah sebagai berikut :
“Sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitive untuk
melaksanakan suatu atau kelompok aktivitas”.
Sementara itu, Romney dan Steinhart (2006: 2) menyatakan bahwa
pengertian sistem adalah sebagai berikut :
“Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang
saling berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan sekumpulan
unsur atau elemen, cara tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi dalam
melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan.
26
2.3 Gaji
Gaji adalah suatu bentuk kompensasi yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada para pegawai atas imbalan jasa yang telah diberikan kepada perusahaan.
Gaji merupakan hal yang paling penting bagi karyawan, sebab menyangkut
kepentingan secara langsung terhadap perusahaan yang akan mempengaruhi
motivasi dalam bekerja.
Bagi perusahaan, gaji merupakan bagian yang vital dalam unsur biaya
produksi yang mempunyai jumlah material sehingga perlu ditekankan agar tujuan
efesiensi tercapai. Jika gaji diatur baik, maka pegawai akan mendapatkan
kepuasan sehingga memacu motivasi kerja yang akan membantu dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
Ada banyak pemahaman yang dikemukakan tentang gaji dan upah.
Menurut Ruky (2006) pengertian gaji adalah sebagai berikut :
“Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja
untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan
atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan
atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk
tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya”.
27
Adapun menurut Winarni. F dan Sugiarti (2008) :
“Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pemimpin-pemimpin,
pengawas-pengawas, pegawai tata usaha dan pegawai-pegawai kantor serta
para manajer lainnya dan biasanya gaji dibayarkan bulanan”.
2.3.1
Sistem Penggajian Yang Efektif
Dalam usaha mengembangkan suatu sistem penggajian, para penulis di
bidang manajemen sumber daya manusia perlu melakukan hal-hal berikut
(Siagian, 2006: 257) :
1. Melakukan analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun deskripsi jabatan,
uraian pekerjaan dan standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu
organisasi.
2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal. Dalam
melakukan penilaian pekerjaan diusaahakan tersusunnya urutan peringkat
pekerjaan,
penentuan
“nilai”
untuk
setiap
pekerjaan,
susunan
perbandingan dengan pekerjaan lain dalam organisasi dan pemberian
“point” untuk setiap pekerjaan.
3. Melakukan survai berbagai sistem penggajian yang berlaku guna
memperoleh bahan yang dikaitkan dengan keadilan eksternal. Organisasi
yang disurvai dapat berupa instansi pemerintahan yang secara fungsional
berwenang mengurus ketenagakerjaan, kamar dagang dan industry,
organisasi profesi, serikat pekerja, organisasi-organisasi pemakai tenaga
28
kerja lain dan perusahaan konsultan, terutama yang mengkhususkan diri
dalam manajemen sumber daya manusia.
4. Menentukan “harga” setiap pekerjaan dihubungkan dengan “harga”
pekerjaan sejenis ditempat lain. Dalam mengambil langkah ini dilakukan
perbandingan antara nilai berbagai pekerjaan dalam organisasi dengan
nilai yang berlaku di pasaran kerja.
2.3.2
Unsur Pengendalian Intern Gaji
Suatu sistem akuntansi yang baik belum tentu akan berhasil mencapai
tujuan perusahaan apabila manajemen tidak dapat mengendalikannya. Untuk itu
dalam menjalankan sistem akuntansi gaji dan upah diperlukan pengendalian
intern.
Pengendalian intern merupakan kunci terlaksananya sistem akuntansi gaji
dan upah. Unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan
dan biaya.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
29
Dalam sistem akuntansi gaji dan upah untuk pengendalian intern perlu
memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Adapun fungsi yang harus
dipisahkan adalah :
1. Fungsi pembuatan daftar gaji dan upah harus terpisah dari fungsi
pembayaran gaji dan upah.
2. Fungsi pencatatan waktu hadir harus terpisah dari fungsi operasi.
Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi. Adapun praktek sehat yang dilakukan dalam sistem akuntansi gaji dan
upah adalah :
1. Kartu jam hadir harus dibandingkan dengan kartu jam kerja sebelum kartu
yang terakhir ini dipakai sebagai dasar distribusi biaya tenaga kerja
langsung.
2. Pemasukan kartu jam hadir ke dalam mesin pencatat waktu harus diawasi
oleh fungsi pencatat waktu.
3. Pembuatan daftar gaji dan upah harus diverifikasi kebenaran dan ketelitian
perhitungannya oleh fungsi akuntansi keuangan sebelum dilakukan
pembayaran.
4. Perhitungan pajak penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan catatan
penghasilan karyawan.
5. Catatan penghasilan karyawan disimpan oleh fungsi pembuat daftar gaji
dan upah.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Unsur diatas
dapat menciptakan dan mendorong praktek yang sehat jika perusahaan memiliki
30
karyawan yang kompeten dan jujur. Karyawan yang jujur dan ahli dalam
bidangnya akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif.
2.3.3
Langkah-langkah Dalam Menentukan Gaji dan Upah
Menurut (Rachmawati,2008) arti penting gaji sebagaimana disebutkan
diatas menghendaki penentuan gaji harus dilakukan dengan baik agar berfungsi
sebagai alat untuk memotovasi karyawan dalam meningkatkan produktivitasnya.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam hal ini adalah jumlah gaji yang
diterima pegawai harus memiliki intenal equity dan external equity. Internal
equity adalah jumlah yang diperoleh sesuai dengan input yang diberikan
dibandingkan dengan pekerjaan yang sama dalam organisasi. External equity
adalah jumlah yang diterima dipersepsi sesuai dengan jumlah yang diterima
dibandingkan dengan yang diterima dalam pekerjaan yang sejenis di luar
organisasi. Oleh karena itu, untuk mengusahakan adanya equity dalam
menentukan gaji organisasi dapat melakukan langkah-langkah berikut :
1. Menganalisis jabatan/tugas.
2. Mengevaluasi jabatan.
3. Melakukan hasil survey gaji dan upah.
4. Menentukan tingkat gaji.
2.3.4
Tantangan Dalam Menentukan Gaji dan Upah
Meskipun sudah dilakukan evaluasi jabatan dengan sangat hati-hati untuk
membuat ranking atau klasifikasi jabatan untuk menentukan gaji yang layak
31
sesuai dengan kelasnya, sering kali hal itu tidak dapat dilakukan sebab diluar hal
tersebut (internal equity dan external equity) masih ada sejumlah faktor atau
kekuatan yang mempengaruhi tingkat gaji yang kadang berada di luar kendali
organisasi. Faktor-faktor ini sekaligus menjadi tantangan dalam merencanakan
dan menentukan gaji. Adapun factor-faktor itu adalah (Rachmawati,2008):
1. Tingkat gaji yang lazim.
2. Serikat buruh.
3. Pemerintah.
4. Kebijakan dan stategi penggajian.
5. Factor internasional.
6. Nilai yang sebanding dan pembayaran yang lama.
7. Biaya dan produktivitas.
2.3.5
Survai Gaji dan Upah
Telah ditekankan dimuka bahwa salah satu prinsip yang dianut dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu sistem penggajian adalah prinsip
keadilan. Telah ditekankan pula bahwa yang dimaksud dengan prinsip keadilan
ialah imbalan yang diterima oleh seorang pekerja didasarkan pada perhitungan
yang didasarkan pada paling sedikit tiga hal (Siagian, 2006: 262), yaitu:
1. Para pegawai yang melaksanakan tugas yang sejenis, dalam arti factorfaktor kritikalnya relative sama, memperoleh imbalan yang sama pula.
Inilah yang dimaksud dengan “keadilan internal.”
32
2. Para pegawai dalam suatu organisasi menerima imbalan yang sama
dengan para pegawai lain dalam organisasi lain yang terlibat dalam
kegiatan sejenis dalam suatu wilayah kerja yang sama. Berarti terdapat
“keadilan eksternal.”
3. Imbalan yang diterima oleh para pegawai berada pada jumlah dan
tingkat yang wajar, dalam arti dapat menyakin taraf hidup yang layak
bagi diri sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Karena itu suatu organisasi tidak dapat secara arbitrer menetapkan begitu
saja tingkat upah dan gaji yang akan dibayarkan kepada berbagai golongan
pegawai yang bekerja dalam organisasi tersebut.
2.3.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Penggajian
Bukanlah merupakan suatu pernyataan klise apabila dikatakan bahwa
suatu sistem penggajian harus didasarkan pada serangkaian prinsip ilmiah dan
metode yang serasioanal mungkin. Akan tetapi merupakan kebenaran pula bahwa
dapat tidaknya suatu sistem diterapkan tergantung pada berbagai factor yang
mempengaruhinya. Berarti dalam mencari dan menetapkan suatu sistem
penggajian, faktor-faktor tersebut tidak bisa dan tiak harus diperhitungkan.
Berbagai faktor tersebut diidentifikasikan dan dibahas sebagai berikut (Siagian,
2006 : 265) :
1. Tingkat gaji dan upah yang berlaku.
2. Tuntunan serikat pekerja.
3. Produktivitas.
33
4. Kebijaksanaan organisasi mengenai gaji dan upah.
5. Peraturan perundang-undangan.
2.4
Peranan
Audit
Internal
Dalam
Meningkatkan
Efektifitas
Pengendalian Internal Sistem Penggajian
Sebelum penulis membahas berbagai hal mengenai peranan audit internal
dalam menunjang efektivitas atas penggajian, terlebih dahulu perlu kita ketahui
mengenai apa yang dimaksud dengan peranan sesuai dengan topic yang dibahas.
Pengertian peranan menurut Soejono Soekarto (2002: 243-244), yaitu
sebagai berikut :
“Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran”.
Dalam “peranan-role”, Komarudin (2004) menjelaskan bahwa peranan
memiliki beberapa definisi, diantaranya :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan seseorang dalam
manajemen.
2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karekteristik yang
apa adanya.
5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.
34
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan memiliki
arti fungsi dan pola perilaku yang diharapkan dari seseorang di dalam kelompok
maupun organisasi. Sehingga, dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai
seberapa besar fungsi dan pola perilaku seseorang dalam kelompok maupun
organisasi yang timbul dari audit internal dalam menunjang efektivitas
penggajian.
Pengendalian
intern
yang
ada
di
perusahaan,
bukan
hanya
mengevaluasi sistem gaji dan upah pada perusahaan, tetapi juga seluruh
bagian atau fungsi yang ada. Adapun evaluasi yang dilakukan oleh bagian
internal audit terhadap sistem pengendalian intern gaji dan upah adalah
sebagai berikut :
a. Penilaian atas struktur pengendalian intern atas gaji dan upah.
b. Pemeriksaan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.
c. Pemeriksaan terhadap pengamanan harta perusahaan.
d. Mengadakan analisis terhadap laporan keuangan, termasuk
didalamnya verifikasi kelengkapan dana kewajiban data postpost neraca dan laba gaji.
Audit internal merupakan fungsi untuk membantu direksi dalam
mengadakan penilaian dalam sistem pengendalian manajemen dan mengevaluasi
kegiatan perusahaan serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan dari temuan
ketidakwajaran yang ada. Pengawasan internal pada perusahaan harus memiliki
keahlian mengenai prosedur serta teknik pemeriksaan dan juga memahami
permasalahan yang dihadapi oleh objek yang diaudit. Oleh karena itu, perusahaan
35
harus memiliki tenaga auditor yang qualified, kompeten, serta memiliki latar
belakang dan pengalaman yang sesuai dengan bidangnya.
Pemeriksaan gaji dan upah pada suatu perusahaan meliputi kepegawaian
dan penempatan karyawan. Dengan adanya pemeriksaan ini diharapkan dapat
diberikan rekomendasi guna meningkatkan pengendalian intern atas gaji dan upah
yang memadai, juga dapat mengevaluasi sistem pengendalian intern gaji dan upah
yang ada sehingga meminimalkan kesempatan untuk melakukan kecurangan yang
merugikan perusahaan.
Gaji adalah hal yang paling penting bagi seluruh karyawan, dimana setiap
karyawan berhak mendapatkan balasan yang setimpal dari pekerjaan mereka
masing-masing. Seorang audit internal harus memeriksa sistem penggajian suatu
perusahaan agar tidak adanya tindak kecurangan yang terjadi (fraud), maka dari
itu peran audit internal sangat penting untuk meninjau lebih jauh sistem gaji dan
upah suatu perusahaan.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pengendalian internal digunakan untuk mencegah terjadinya
kecurangan. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecurangan tersebut
diperlukan adanya tujuan pengendalian internal yang jelas. Tujuan
pengendalian internal menurut Arens et al (2008) adalah sebagai berikut :
1. “Reliability of financial reporting
2. Efficiency and effectiveness of operations
3. Compliance with laws and regulations”
36
Prosedur-prosedur
pengendalian
intern
berbeda-beda
antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dan bergantung pada
beberapa faktor, seperti sifat operasi dan besarnya perusahaan. Namun
demikian, prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok dapat diterapkan
pada semua perusahaan. Terdapat tujuh buah prinsip pengendalian intern
yang pokok meliputi:
1. Penetapan tanggung jawab secara jelas
2. Penyelenggaraan pencatatan yang memadai
3. Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
4. Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva
5. Pemisahaan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan
6. Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan)
7. Pelaksanaan pemeriksaan secara independen
Pengendalian internal dapat melindungi aset perusahaan dari
pencurian, kecurangan, penyalahgunaan, atau kesalahan penempatan. Salah
satu pelanggaran pengendalian internal yang paling serius adalah kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan. Kecurangan karyawan (employee fraud)
adalah tindakan yang disengaja untuk menipu perusahaan demi keuntungan
pribadi. Penipuan ini meliputi pencurian kecil-kecilan, seperti lebih catat
beban perjalanan dinas dengan sengaja, hingga penggelapan uang miliaran
rupiah melalui skema penipuan yang rumit (Reeve, 2008).
Tujuan pengendalian internal adalah menyediakan keyakinan yang
memadai bahwa aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis;
37
informasi bisnis akurat; karyawan mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku. Manajemen bertanggung jawab merancang dan menerapkan lima
elemen pengendalian internal
untuk mencapai tiga tujuan pengendalian
internal tersebut. Menurut Reeve (2008) elemen-elemen tersebut adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko (risk assessment)
3. Prosedur pengendalian
4. Pengawasan
5. Informasi dan komunikasi
Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik akan dapat
mendorong ditetapkannya kebijakan manajemen. Selain itu juga mendorong
terciptanya efisiensi operasi; melindungi aktiva perusahaan dari pemborosan,
kecurangan dan pencurian; serta menjamin terciptanya data akuntansi yang
tepat dan bisa dipercaya.
Masalah kebijakan dan sistem penggajian karyawan dan pekerja
perusahaan yang tepat menjadi topik penting pada setiap perusahaan. Setiap
perusahaan melalui auditor internal harus membuat adanya suatu sistem
penggajian agar tercapainya tujuan perusahaan dan memudahkan perusahaan
untuk membayar gaji atau upah seluruh karyawan. Karyawan akan
termotovasi untuk berinovasi, berkreasi, bekerja keras, dan belajar terus
menerus tapi juga loyal terhadap perusahaan jika sistem penggelolaan
penggajian pada perusahaan tersebut dapat dijalankan dengan baik dan benar
(Ruky, 2006)
38
Masih banyak perusahan terutama BUMN yang hanya meniru sistem
dan cara penggelolaan penggajian yang digunakan untuk pegawai negri sipil.
Kemudian mereka melakukan improvisasi disana-sini dan akhirnya menjadi
suatu sistem kombinasi yang baru. Kebijakan dan “sistem” penggajian untuk
perusahaan memang berbeda dalam banyak aspek dengan yang dipakai oleh
lembaga pemerintahan sipil atau militer. Kebijakan dan sistem penggajian
satu perusahaan juga dapat berbeda dari perusahaan lain, apalagi antara
perusahaan dari sektor industri yang berbeda. Tujuan utama yang dapat
dicapai oleh sebuah perusahaan melalui kebijakan dan sistem penggajian
yang tepat adalah untuk menjamin bahwa perusahaan itu mampu menarik,
mempertahankan, dan memotivasi karyawan yang berkualitas tinggi. Dengan
mempunyai dan menerapkan kebijakan dan sistem yang tepat dan baik
reputasi perusahaan sebagai “majikan” akan terangkat dan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi akan “terpikat” melamar kerja ke perusahaan
itu. Karena itu, pimpinan perusahaan termasuk para manajer yang memimpin
unit kerja harus memahami seluk-beluk perencanaan dan penggelolaan
penggajian dan melibatkan diri sepenuhnya (Ruky, 2006).
39
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
“Peranan Audit Internal Dalam Meningkatkan Efektifitas
Pengendalian Internal Sistem Penggajian
(Studi Kasus pada PT. INTI Bandung)”
Perusahaan
Manajemen
Audit Internal
Prinsip
Pengendalian
Internal
Sistem
Penggajian
2.5.1
Elemen
Pengendalian
Internal
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti dan
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1.
Iriyadi (2004)
Peranan
Auditor
Menunjang
Internal Perusahaan telah memiliki
Dalam pelaksana
yang
audit
dilakukan
internal
oleh
40
Efektivitas
Pengendalian
Sistem pengawas
intern
yang
Intern bertanggung jawab kepada
Penggajian pada PT. direktur utama yang salah
Organ Jaya
satu
fungsinya
adalah
memeriksa
dan
mengevaluasi
efektivitas
sistem pengendalian sistem
penggajian.
2.
Ivone
Wibowo
Orelia Perancangan
Sistem Menunjukan bahwa sistem
Informasi Penggajian penggajian terkomputerisasi
Terkomputerisasi
Dalam
dapat
membantu
Rangka meningkatkan
Meningkatkan
penggajian
efisiensi
karena
Efektivitas, Efisiensi, kehadiran
Dan
data
langsung
Pengendalian tersimpan ke dalam basis
Internal
Yayasan Lazaris
Pada data, perhitungan presensi
dan perhitungan gaji akan
dilakukan dengan cepat oleh
program aplikasi, dan data
hasil perhitungan presensi
dapat langsung digunakan
untuk dasar perhitungan gaji
tanpa perlu diinput ulang.
Sistem
penggajian
terkomputerisasi
membantu
pengendalian
dapat
meningkatkan
internal
karena mendorong pegawai
untuk menjalankan kegiatan
sesuai dengan prosedur dan
peraturan.
41
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Audit internal yang memadai/efektif akan berperan dalam
meningkatkan efektifitas pengendalian internal sistem penggajian PT. INTI
Bandung.
42
Download