BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Piutang Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang biasanya langsung dalam bentuk piutang wesel, dan piutang bunga), maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak). Sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya pelanggan akan menjadi lebih tertarik untuk membeli sebuah produk yang ditawarkan secara kredit oleh perusahaan (penjual), dan hal ini rupanya juga menjadi salah satu trik bagi perusahaan untuk meningkatkan besarnya omset penjualan yang akan tampak pada laporan laba ruginya. Piutang yang timbul dari penjualan atau penyerahan barang atau jasa secara kredit ini diklasifikasikan sebagai piutang usaha, yang kemudian tidak tertutup kemungkinan akan berganti menjadi piutang wesel. Berikut ini merupakan pengertian piutang menurut para ahli yaitu: 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Definisi atau pengertian piutang menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan 2008, Piutang Usaha : “Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang akan dikelompokan sebagai asset lancar.” Menurut Donald E. Kieso (2007 : 346) : “Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Pengertian piutang menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 9 tahun 2011 adalah : “Piutang usaha merupakan piutang akibat penjualan hasil bidang usaha utama perusahaan”. 2.2 Klasifikasi Piutang Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukan secara tunai atau secara kredit. Tentu perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjudnya. 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Di pihak lain konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan pejualan secara kredit, karena pembayaranya dapat ditunda. Dalam kenyataanya, penjualan kredit pada kebanyakan perusahaan biasanya jauh lebih besar dari penjualan tunai. Penjualan kredit melibatkan dua pihak kreditur, yaitu pihak yang menjual barang atau jasa dan memperoleh piutang, dan debitur, yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan utang. Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain secara kredit. Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual ke pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada prakteknya menurut Hery ( 2012 : 210 ) dikenal ada 3 jenis piutang, yaitu: 1. Piutang Usaha (Accounts receivable) adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Setelah ditagih, secara pembukuan, piutang usaha akan berkurang di sebelah kredit. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar (Current asset). 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Piutang Wesel (Notes receivable) Merupakan surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara tertulis. Piutang wesel ini lebih formal dibandingkan dengan hutang dagang. Debitur (pihak yang harus membayar) dalam piutang wesel membuat suatu janji tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Jangka waktu wesel bisa berbagai macam, tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari. Surat wesel yang dipegang oleh pihak kreditur menjadi tanda bukti adanya piutang wesel. Berbeda dengan piutang dagang, piutang wesel juga bisa timbul karena transaksi meminjam uang. Dalam hal ini debitur membuat surat perjanjian untuk membayar pinjamanya beberapa waktu di masa yang akan datang. Terkadang pihak kreditur meminta jaminan berupa kekayaan tertentu atas peminjaman tersebut. Ini berarti bahwa jika pada saat jatuh tempo, peminjam tidak melunasi kewajibanya, maka kreditur bisa menjual jaminan tersebut sebagai pengganti uang yang harus diterimanya. Piutang wesel yang berjangka waktu satu tahun atau kurang dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi bila jangka waktunya melebihi satu tahun, maka diperlakukan sebagai piutang jangka panjang. Terkadang piutang wesel dapat dilunasi secara angsuran. Bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ diperlakukan sebagai aktiva lancar, sedangkan bagian yang lebih dari satu tahun dilaporkan sebagai piutang jangka panjang. Biasanya piutang wesel mengharuskan debitur untuk membayar bunga. 3. Piutang Lain-lain Piutang lain-lain pada umunya diklasifikasikan dan dilaporkan terpisah dalam neraca. Contohnya adalah piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investee sebagai hasil dari investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian kas atas kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan. Piutang lain-lain berasal dari berbagai transaksi. Sejumlah contoh piutang lain-lain ini adalah : a. Uang muka kepada karyawan dan staff. b. Uang muka kepada anak perusahaan. c. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan. d. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran. e. Piutang deviden dan bunga dsb. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3 Akuntansi Piutang Usaha 1. Penggolongan Piutang Secara garis besar, piutang dapat digolongkan menurut : a. Ada tidaknya dokumen tertulis yang menyatakan tentang kesanggupan untuk membayar sebagai bukti pendukung tagihan tersebut. b. Tujuan penyajian di dalam laporan keuangan, neraca pada khususnya. Piutang ini di kelompokan dalam dua kategori, yaitu : 1) Piutang lancar, meliputi tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima pembayaranya dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau lebih dari siklus operasi normal perusahaan. 2) Piutang jangka panjang, meliputi tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima pembayaranya dalam waktu lebih dari satu tahun. c. Sumber atau asal mula timbulnya piutang. 2. Pengakuan Piutang Piutang usaha didukung oleh faktur penjualan atau dokumen lainya selain jaminan tertulis formal, dan di dalamnya dimuat jumlah yang diharapkan dapat tertagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan. Setiap piutang usaha dari pelanggan dengan saldo kredit (dari pembayaran 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ di muka atau kelebihan pembayaran) direklasifikasikan dan dilaporkan sebagai kewajiban. Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal antara perusahaan dengan pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai (potongan penjualan), retur penjualan, serta penyisihan dan piutang tak tertagih yang menghasilkan nilai realisasi bersih, yaitu jumlah kas yang diharapkan akan tertagih. Berikut ini adalah contoh soal tentang pengakuan piutang usaha: Pada tanggal 1 Juli 2014 PT. Erik Jaya menjual barang dagang berupa beras sebanyak 10 kantong dengan harga Rp. 100.000/Ktg kepada PT. Febrian Abadi. Pada tanggal 05 Juli 2014 dikembalikan sebanyak 1 kantong karena berasnya tidak bersih dan terdapat banyak kutu. Kemudian pada tanggal 9 Juli 2014 PT. Erik Jaya menerima pembayaran dari PT. Febrian sebesar saldo tagihannya. Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas dalam pembukuan PT. Erik adalah sebagai berikut ; Juli 1: Piutang Dagang Penjualan 5: Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 100.000 Retur Piutang Dagang 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Rp. 100.000 9: Kas Rp. 882.000 Potongan Penjualan Rp. Piutang Dagang 18.000 Rp. 900.000 3. Penilaian Terhadap Piutang Piutang dinilai sebesar jumlah yang diterima untuk masa yang akan datang. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah uang yang tercantum dalam piutang. Piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih di bebankan sebagai biaya. Faktor yang mempengaruhi harga pertukaran dalam suatu transaksi penjualan barang dan jasa yaitu : a. Potongan penjualan (Trade Discounts) Potongan penjualan yaitu selisih antara harga jual (bruto) menurut daftar harga jual yang dipublikasikan dibandingkan dengan harga yang sesungguhnya dibayar oleh pembeli sebelum dikurangi dengan potongan tunai. b. Potongan Tunai (Cash Discounts) Potongan tunai merupakan suatu cara untuk mendorong agar pembeli bersedia membayar atau melunasi kewajibankewajibannya segera setelah barang diserahkan kepadanya. Syarat-syarat pembayaran didalam transaksi penjualan kredit biasanya dinyatakan dengan syarat penjualan seperti: 2/10, n/30 yang berarti potongan sebesar 2% akan diberikan kepada pembeli yang membayar dalam jangka waktu 10 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ hari sejak terjadinya transaksi penjualan dengan jangka waktu pembayaran secara keseluruhan selama 30 hari. c. Retur Penjualan Retur penjualan ialah suatu kelonggaran yang diberikan perusahaan kepada pelanggan untuk mengembalikan dan menolak barang-barang yang dibelinya. Seperti : potongan penjualan, retur penjualan harus dikurangkan dari hasil penjualan. Retur penjualan mengakibatkan tidak seluruh jumlah yang dibebankan kepada debitur di dalam transaksi penjualan (kredit) dapat ditagih. 4. Penyajian Piutang Usaha Jumlah piutang yang disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan yaitu jumlah yang akan ditagih. Jumlah piutang yang ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang. Karena neraca itu disusun setiap akhir periode, maka setiap akhir tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari piutang. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berikut ini adalah penyajian piutang menurut (Donald E. Kieso, 2007 : 367) T.E.F CORPORATION NERACA Per 31 Desember 20XX Aktiva Lancar Kas XXX Piutang Usaha XXX (Dikurangi Penyisihan Piutang tak tertagih) XXX XXX Uang muka anak prshann yg jatuh tempo XXX Wesel tagih XXX Pph yang dapat dikembalikan XXX Piutang deviden dan bunga XXX Piutang untuk klaim lainya XXX XXX Total aktiva Lancar XXX Piutang tidak lancar Wesel tagih dari staff dan karyawan XXX Piutang klaim XXX 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4 Piutang Tak Tertagih Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Penerimaan dan keuntungan akan meningkat, tetapi kerugian yang dialami perusahaan akan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tak tertagih. Kerugian ini biasanya disebut dengan beban piutang yang tak tertagih. Besar dari beban piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan. Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, beban piutang tak tertagih merupakan beban yang timbul karena kegiatan bisnis perusahaan. Piutang tak tertagih menurut Achmad Tjahjono (2009 : 39) : “Piutang tak tertagih merupakan jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dalam periode tertentu dan diakui sebagai kerugian piutang”. Sebagian beban usaha, tentunya beban piutang tak tertagih harus diketahui jumlahnya. Untuk itu dalam pengukuran jumlah piutang tak tertagih dikenal dengan metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan piutang (allowance method). Kerugian piutang ini dibebankan sebagai rekening biaya operasional. Menurutu Achmad Tjahjono (2009 : 39) taksiran jumlah kerugian piutang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : 1. Taksiran kerugian piutang sebesar persentase tertentu dari rekening masing-masing piutang berdasarkan umurnya, yaitu dengan membuat analisis umur piutang. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Taksiran kerugian piutang sebesar persentase tertentu dari jumlah penjualan kredit selama satu periode akuntansi. 2.5 Metode Penghapusan Piutang 1. Metode Langsung (Direct Method) Menurut Hadri (2008 : 203) metode penghapusan langsung (Direct Method) adalah metode langsung yang mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih yang signifikan pada periode tertentu. Metode penghapusan langsung, ketika keterangan laporan dianggap tak tertagih, kerugian dijurnal ke akun “bad debt expense”. Atau “Uncollectible expense”. Sebagai contoh, PT. PLN (Persero) menghapus saldo piutang pelanggan yang senilai Rp. 200.000.000,- sebagai piutang tak tertagih. Jurnal metode langsung adalah sebagai berikut: Bad debt expense 200.000.000 Accounts receivable 200.000.000 Perusahaan memilih metode ini karena menggambarkan benar kapan piutang benar-benar tidak dapat tertagih. Namun kerugianya, laporan laba/rugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah piutang tak tertagih dilaporkan dalam jumlah besar. Gangguan atas laporan laba/rugi bersih tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna. Guna mensiasati agar 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ laporan laba/rugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih meskipun belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode penyisihan. 2. Metode Penyisihan (Allowance Method) Dalam metode penyisihan piutang (allowance method), pencatatan kerugian tidak menunggu sampai langganan benarbenar tidak mampu membayar, melainkan meperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat dibayar oleh pelanggan. Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan perusahaan seakurat mungkin, maka perusahaan yang banyak melakukan penjualan kredit akan mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur jumlah piutang tak tertagih. Tanpa harus menebak mana langganan yang tidak akan membayar, metode ini menggunakan pengalaman masa lampau untuk memperkirakan berapa jumlah beban piutang yang tak tertagih untuk periode ini. Metode penyisihan memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu perkiraan piutang tak tertagih mendebet “doubtful account expense” dan mengkreditkan “allowance for doubtful account”. Jurnal ini menjadi ayat jurnal penyesuaian dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan di laporan neraca menjadi kontra dari akun “account receivable”. 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena tak tertagih, akuntan mendebet “allowance for doubtful account” dan mengkreditkan “accounts receivable” sejumlah piutang yang tak tertagih. Dengan demikian jurnal dasar dari ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mengakui penyisihan piutang tak tertagih adalah: Doubtful account expense XXX Allowance for doubtful account XXX Jurnal yang dilakukan saat piutang dagang benar-benar tidak tertagih adalah: Allowance for doubtful account XXX Accounts receivable XXX Pada prakteknya, mungkin saja piutang spesifik yang sudah dihapuskan ternyata dapat ditagih kembali, atau bahkan langsung diterima tunai. 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6 Penentuan Taksiran Piutang Tak Tertagih Tujuan dari menentukan taksiran piutang tak tertagih adalah : a. Dapat memeperhitungkan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan, sehingga diperoleh laba periodik yang teliti atau mendekati teliti. b. Menunjukan nilai piutang yang dapat direalisasikan. Untuk itu ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya taksiran piutang tidak tertagih, yaitu : 1. Metode Penjualan Metode penjualan didasarkan pada persentase penjualan kredit yang mungkin tidak tertagih. Biasanya besaran persentase didasarkan pada pengalaman masa lalu. Misalnya saldo taksiran piutang tidak tertagih tahun 2014 adalah Rp. 3.000.000,- . Apabila jumlah piutang yang tidak tertagih tahun 2015 adalah 2% dari penjualan kredit sebesar Rp. 900.000.000,akan diperoleh jumlah piutang tidak tertagih yang diakui sebagai piutang tak tertagih. Maka jurnal atas transaksi di atas adalah Doubtfull accounts expenses Rp. 15.000.000,-* Allowance for doubtfull Acc. Rp. 15.000.000,-* *(2% x Rp. 900.000.000) – Rp. 3.000.000 = Rp. 15.000.000,- 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Metode Analisa Umur Metode ini didasarkan kepada analisis umur piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Umur piutang melibatkan seluruh total piutang baik yang telah jatuh tempo maupun yang belum. Piutang yang telah jatuh tempo selanjutnya dianalisis dari sisi sudah berapa lama jatuh temponya. Contoh tabel analisis umur piutang. (Dalam ribuan rupiah) Tabel Analisis Umur Piutang Pelanggan Total A B C D E F G Total Estimasi Persentase Tak Tertagih 25.000 18.000 42.000 10.000 25.000 20.000 25.000 165.000 Belum Jatuh Tempo 15.000 7.000 35.000 10.000 25.000 12.000 Jumlah hari yang telah menunggak 1-30 31-60 10.000 11.000 6.000 1.000 61-90 5.000 104.000 8.000 15.000 50.000 5.000 6.000 5.000 2% 5% 10% 25% 2.080 2.500 600 1.250 Total Estimasi Piutang Tak Tertagih 6.430 Tabel 2.6 Dengan demikian, di dapatkan dari analisis umur piutang ini sebesar Rp. 6.430.000,- merupakan piutang tak tertagih. Jurnal yang dibutuhkan adalah: Doubtfull accounts expenses Rp. 6.430.000,- Allowance for doubtfull Acc. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Rp. 6.430.000,- >90 2.7 Penerimaan kembali Piutang Tak Tertagih Adakalanya piutang yang telah dihapus sebelumnya dapat diterima pada masa mendatang. Menerima mendapatkan nilai dari pelanggan setelah dilakukanya penghapusan. Jurnal terkait dengan kondisi tersebut sangat tergantung pada metode mana yang digunakan untuk mengakui kerugian piutang tak tertagih. 1. Metode Penghapusan Langsung (Write-Off) Pada metode ini kerugian piutang (rugi penghapusan piutang) diakui pada saat piutang benar-benar dinyatakan tidak tertagih. a. Penerimaan kas dari piutang yang telah dihapuskan yang terjadi dalam tahun buku yang sama. - Jurnal untuk mengembalikan piutang yang telah dihapuskan : Piutang Dagang XXX Biaya penyisihan kergian piutang - XXX Jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus : Kas XXX Piutang dagang XXX b. Penerimaan kas dari piutang yang telah dihapuskan untuk periode berikutnya. 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ - Jurnal untuk mengembalikan piutang yang telah dihapuskan : Piutang dagang XXX Pendapatan Lain-lain - XXX Jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus : Kas XXX Piutang dagang XXX 2. Metode Penyisihan Pada metode ini kerugian piutang diakui berdasarkan taksiran dalam periode tahun buku dimana penjualan (kredit) yang menyebabkan timbulnya kerugian piutang itu sendiri. a. Penerimaan kas yang telah dihapuskan untuk periode yang sama. - Jurnal untuk mengembalikan piutang yang telah dihapuskan : Piutang dagang XXX Cadangan kerugian piutang - XXX Jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus : Kas XXX Piutang dagang XXX 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b. Penerimaan kas dari piutang yang telah dihapuskan untuk periode berikutnya. - Jurnal untuk mengembalikan piutang yang telah dihapuskan : Piutang dagang XXX Cadangan kerugian piutang - XXX Jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus : Kas XXX Piutang dagang XXX 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/