11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Sinyal
Teori signal (sinyal) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian pasar
diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar
sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik serta
tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Megginson, 1987).
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006) isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen suatu perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain, termasuk
penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan
dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman
emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu
perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya maka harga
sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat
11
negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah. Maureen (1990) sinyal perusahaan merupakan informasi pribadi bagi para
investor tentang pendapatan masa mendatang, ini menunjukkan bahwa sinyal
memberi informasi pribadi tentang laba masa depan dan para investor dapat
meyakinkan mereka tentang nilai perusahaan.
2.1.2 Pengertian return saham
Menurut Tandelilin (2001:47), Return saham merupakan salah satu faktor
yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return (kembalian)
adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi,
tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi. Jadi setiap investasi
baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan
keuntungan yang disebut sebagai return saham baik langsung maupun tidak langsung
(Robert Ang, 1997; hal 20.2).
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return saham,
tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return saham yang
didapatkan investor dari berinvestasi saham dapat berupa capital gain atau dividen.
Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan
lancer) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan
keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodic seperti
12
pembayaran bunga deposito, bunga oblogasi, deviden dan sebagainya. Disebut
sebagai pendapatan lancer, maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya
dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti
bunga atau jasa giro dan deviden tunai. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham dapat dikonversi menjadi uang kas yang setara kas adalah saham bonus atau
deviden saham.
Deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi
dengan laba ditahan (retained earnings) yang besarnya diputuskan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Deviden yang dibayarkan dapat berupa deviden tunai
(cash dividend) dan deviden saham (stock dividend). Deviden tunai merupakan
deviden yang dibayarkan dalaam bentuk uang tunai; sedangkan deviden saham
merupakan deviden yang dibayrkan dlam bentuk saham dengan poporsi tertentu.
Nilai suatu deviden tunai sesuai dengan nilai tunai yang dibayrkan, sedangkan nilai
dari deviden saham dihitung dari rasio antara devidend per lembar saham (DPS)
terhadap harga pasar per lembar saham. Joset(1987), secara empiris perusahaan
membagi saham atau membagikan dividen saham dan mengapa pasar bereaksi positif
untuk distribusi ini. Temuan menunjukkan bahwa pemecahan saham terutama
ditujukan untuk memulihkan harga saham ke normal. Beberapa dukungan juga dapat
ditemukan motif sinyal sering disebutkan pemecahan saham. Dividen saham yang
sama sekali berbeda dari pemecahan saham, dan mereka muncul untuk menjadi
fenomena penurunan.
13
Komponen kedua dari return saham adalah capital gain, yaitu keuntungan
yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari
suatu instrument investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrument
investasi, yang berarti bahwa instrument investasi harus diperdagangkan di pasar.
Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument
investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan cara
menghitung return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat
ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan.
Investor harus menentukan sekuritas apa yang dipilih sebelum investor
melakukan investasi dalam sekuritas, investor harus menentukan sekuritas apa yang
dipilih, seberapa banyak investasi tersebut harus dipilih dan kapan investasi tersebut
harus dilakukan. Dalam melakukan investasi, investor yang rasional akan
mempertimbangkan dua hal, yaitu expected return (tingkat pengembalian yang
diharapkan) dan risk (risiko) yang terkandung dalam alternatif investasi yang
dilakukan. Return saham berbanding positif dengan risiko, artinya semakin besar
risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, maka return (keuntungan) akan
semakin besar pula, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka
dapat disimpulkan return saham merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang
saham karena menginvestasikan dananya, keuntungan tersebut dapat berupa dividen
dan keuntungan dari selisih harga saham sekarang dengan periode sebelum (capital
14
gain). Return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima
dengan jumlah yang diinvestasikan.
2.1.3
Macam-macam ReturnSaham
Menurut Jogiyanto (2010: 205) return dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Return realisasi (realized return)
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Return realisasi atau return historis ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang.
2) Return ekspektasi (expected return)
Return ekspekasi (expected return) adalah return yang diharapkan
akan diperoleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi
yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Pada
penelitian ini menggunakan returnrealisasi (realized return) yaitu return yang
telah terjadi atau return yang sesungguhnya terjadi.
2.1.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk
mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Menurut Brigham dan
Houston (2012) laporan keuangan memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan
posisi keuangan. Analisis laporan keuangan dapat dilihat dari berbagai sudut
15
kepentingan.Analisis untuk kepentingan pihak manajemen berbeda dengan analisis
untuk kepentingan investor. Investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang
mempunyai tujuan analisis yang berbeda dengan investor yang ingin melakukan
investasi jangka pendek, walaupun sama-sama menggunakan analisis fundamental.
Investor jangka panjang akan menganalisis kinerja manajemen dan kinerja
perusahaan, sementara investor jangka pendek akan menganalisis kinerja saham
(Mohamad Samsul, 2006).
2.1.5 Jenis Laporan Keuangan
Menurut Eduardus Tandelilin (2001), jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan
informasi yang dikandungnya dibagi dalam 3 laporan keuangan utama yaitu:
a.
Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi
finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca disebut juga
sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan yang bersifat
“snapshot” atau gambaran sesaat seperti layaknya sebuat foto, karena
neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan perusahaan pada
saat tertentu saja.
b.
Laporan Rugi Laba
Laporan laba rugi adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama
periode waktu tertentu, misalnya 1 tahun. Laba rugi ini menunjukkan
penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu periode, biaya
16
(expenses) yang dikeluarkan dalam 1 periode, dan elemen-elemen lain
pembentuk laba.
c.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disebut juga sebagai laporan perubahan posisi
finansial atau laporan aliran dana perusahaan. Laporan arus kas
merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari 3
sumber, yaitu operasi perusahaan, investasi, dan aktivitas finansial
yang dilakukan perusahaan.
2.1.6 Pengertian Dividen
Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang
saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran deviden
resikonya lebih kecil dari pada capital gain, selain itu deviden lebih dapat
diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan, sehingga
pembayaran deviden yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai
prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran deviden
dapat diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik. Akhirnya
harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya deviden yang dibayarkan.
Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu saja
mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang telah
dilakukannya. Menurut Kose dan Joseph (1985) banyak perusahaan membagikan
17
dividen dan sekaligus menerbitkan saham baru, sedangkan perusahaan lain tidak
membayar dividen.
Berasarkan teori sinyal investor tertarik menanamkan modalnya dengan
melihat laporan keuangan, dari sana investor dapat mengekspektasikan keuntungan
yang akan didapat. Bradford(2014), keuntungan yang dapat diterima oleh investor
atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian saham suatu
perusahaan terdiri dari dua macam yaitu dividen dan capital gain. Dividen menurut
Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa: Dividen adalah pembagian laba
perusahaan kepada para pemegang saham yang besarnya sebanding dengan jumlah
lembar saham yang dimiliki.
2.1.7 Jenis-Jenis Dividen
Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadangkadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.
Menurut Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa dividen yang dibagi oleh
perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
a.
Dividen Kas
Dividen yang paling umum digunakan oleh perusahaan adalah dalam
bentuk kas. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar
tarif per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dimiliki.
18
b.
Dividen Aktiva Selain Kas
Dividen yang dibagikan tidak selalu dalam bentuk uang tunai tetapi
dapat juga berupa aktiva surat-surat berharga atau saham perusahaan,
barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagi dividen
tersebut, atau aktiva-aktiva lain.
c.
Dividen Utang
Dividen utang timbul apabila saldo laba tidak dibagi mencukupi untuk
pembagian dividen, sedangkan saldo kas yang ada tidak cukup.
Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan dividen utang
yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan
datang. Dividen utang ini bisa dikenai bunga bisa juga tidak.
d.
Dividen Likuidasi
Merupakan dividen yang dibagikan sebagian merupakan pembagian
laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal. Perusahaan
yang membagikan dividen likuidasi biasanya adalah perusahaanperusahaan yang akan menghentikan usahanya misalnya dalam bentuk
joint venture.
2.1.8 Return On Equity
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang
19
diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara
laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan
indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin
tinggi. Fara Dharmastuti, 2004 Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara
laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. ROE
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang
menjadi hak pemilik modal sendiri (saham). Dari sudut pandang investor, salah satu
indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROE
berarti semakin optimalnya penggunaan modal sendiri suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba dan peningkatan laba berarti terjadinya pertumbuhan yang bersifat
progresif. Secara empiris semakin besar laba maka besar pula minat investor dalam
menginvestasikan dananya untuk memiliki saham tersebut (Edy Subiyantoro dan
Fransisca Andreani, 2003).
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin
baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan
mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham.
Rasio ini berguna untuk mengetahui efisiensi manajemen dalam menjalankan
modalnya, semakin tinggi ROE berarti semakin efisien dan efektif perusahaan
menggunakan ekuitasnya, dan akhirnya kepercayaan investor atas modal yang
20
diinvestasikannya terhadap perusahaan lebih baik serta dapat member pengaruh
positif bagi harga sahamnya di pasar.
Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang
menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2001:267). Return on Equity
merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio
ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Salah satu
alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi
para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka
ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
2.1.9 Price To Book Value
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio
merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih per
lembar saham tersebut. Rasio ini membandingkan interpretasi dari sistem pelaporan
akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (aset bersih di neraca) dengan persepsi
investor terhadap nilai pasar dari kekayaan perusahaan tersebut (kapitalisasi pasar).
Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258): Price to Book Value (PBV)
merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Untuk
perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai
21
diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya. Menurut Agrawal(1996) PBV menunjukkan bagaimana nilai pasar dan nilai
buku adalah identik, nilai PBV yang lebih besar dari satu menandakan perusahaan
memiliki nilai tambah. Perusahaan dianggap memiliki nilai tambah dan mampu
memberi return yang baik di masa mendatang apabila memiliki nilai PBV yang
tinggi. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal
relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Sedangkan
menurut Tandelilin (2001:194): Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku
per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan
nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah
mencerminkan nilai bukunya. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin
kecil nilai price to book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah
(Leksmana dan Gunawan, 2003 dalam Martono, 2009). Perusahaan yang dapat
beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio price to book value di atas satu,
yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi
rasio price to book value, maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor.
Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham akan
semakin meningkat di pasar, yang pada akhirnya return saham tersebut akan
meningkat.
22
2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro,2009:59).
2.2.1 Pengaruh Devidend Per Share pada Return Saham
Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang
saham yang besarnya sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki
(Zaki Baridwan, 2004:434). Berasarkan teori sinyal investor tertarik
menanamkan modalnya dengan melihat laporan keuangan, dari sana investor
dapat mengekspektasikan keuntungan yang akan didapat. Deviden yang tinggi
mencerminkan perusahaan Penelitian yang dilakukan oleh Halim (2010),
Kurniati (2003), Jauhari (2003), Anggraeni dan Linda (2013), Mohammad
(2013), Garba (2014), Embrahimi (2011) tentang Devidend Per Share
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan uraian diatas
maka dapat diperoleh hipotesis yaitu:
H1: Deviden Per Share berpengaruh positif pada return saham.
2.2.2 Pengaruh Return On Equity pada Return Saham
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Teori sinyal
menyatakan bahwa kegiatan perusahaan dalam memberikan informasi kepada
23
investor tentang prospek return dimasa depan melalui laporan keuangan. ROE
diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka
ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham
bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Hanani (2011), Widodo
(2007), dan Jauhari (2003), Michael (2014) dan Mega (2013) menunjukan
bahwa Return On Equity berpengaruh signifikan pada return saham.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu:
H2: Return On Equity berpengaruh positif pada return saham.
2.2.3 Pengaruh Price To Book Value pada Return Saham
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio
merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih per
lembar saham tersebut. Rasio ini membandingkan interpretasi dari sistem
pelaporan akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (aset bersih di neraca)
dengan persepsi investor terhadap nilai pasar dari kekayaan perusahaan tersebut
(kapitalisasi pasar). Semakin tnggi rasio priceto book value, maka emakin tinggi
pula perusahaan dinilai oleh investor.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hardiningsih, dkk (2002) dan Martono (2009) menujukan bahwa Price To Book
Value berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat diperoleh hipotesis yaitu:
H3: Price To Book Value berpengaruh positif pada return saham.
24
Download