perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Persalinan Normal
a) Pengertian Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun pada janin ( Saifuddin, 2009 )
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes RI, 2008).
b) Tanda dan gejala persalinan
Tanda dan gejala menurut Depkes RI (2008) adalah:
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
3) Cairan lendir bercampur darah ("show") melalui vagina.
c) Faktor –faktor yang berperan dalam persalinan :
1)
Power, yaitu tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar,
meliputi:
a)
His (kontraksi uterus)
b)
Kontraksi otot-otot perut
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
c)
Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d)
Ketegangan atau kontraksi ligamentum rotundum
2)
Passage (jalan lahir)
3)
Passenger, yaitu muatan yang akan melewati jalan lahir (janin dan
plasenta)
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a)
Letak janin
b)
Sikap janin
c)
Presentasi
d)
Posisi
(Norwitz, 2007)
d) Persalinan terdiri dari 4 kala menurut Depkes RI (2008), yaitu:
1) Kala I (pembukaan)
Kala 1 pembukaan dibagi atas 2 fase:
a) Fase Laten
Fase laten dimulai sejak uterus berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. Fase ini berlangsung hingga serviks membuka kurang
dari 4 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung hingga 8 jam
(Depkes RI, 2008).
b) Fase Aktif
Fase aktif ditandai dengan frekuensi dan lama kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Pada fase ini akan terjadi kecepatan pembukaan rata-rata satu
cm per jam (pada nulipara dan primigravida) dan satu hingga
dua cm per jam pada multipara dari pembukaan empat sampai
lengkap. Pada fase ini juga terjadi penurunan bagian terbawah
janin (Depkes RI, 2008).
2) Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin
sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira satu setengah jam
dan pada multigravida berlangsung selama kurang lebih setengah
jam (Wiknjosastro, 2007).
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah: pembukaan serviks
telah lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina (Depkes RI, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
3) Kala III
Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tanda-tanda lepasnya plasenta
ditandai dengan perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, dan semburan darah mendadak dan singkat (Depkes
RI, 2008). Berlangsung antara 5 sampai 15 menit setelah janin
dikeluarkan.
4) Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada
kal IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
a) Tingkat Kesadaran Pasien
b) Pemeriksaan
Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan.
c) Kontraksi Uterus
d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. ( Sulistyawati, 2010 )
2. Persalinan Abnormal
a. Pengertian
Persalinan
abnormal adalah
suatu persalinan
yang dalam
kelahirannya tidak ada perubahan presentasi sebelumnya dan dapat
meningkatkan terjadinya frekuensi komplikasi (Cunningham, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
b. Etiologi
Menurut Cunningham (2013), persalinan abnormal dapat terjadi
jika :
1) Abnormalitas kekuatan mendorong
2) Abnormalitas
presentasi,
posisi,
atau
perkembangan
janin
(presentasi bokong, dan lain lain)
3) Abnormalitas tulang panggul ibu.
4) Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi
hambatan untuk penurunan janin.
3. Presentasi Bokong
a. Pengertian
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin menjadi kutub bawah. Sebagai penunjuknya
adalah sacrum (Oxorn, 2010).
Presentasi bokong adalah bila bayi letak longitudinal dan bokong
bayi berada di segmen bawah uterus ibu (Chapman, 2006).
Presentasi bokong (sungsang) yaitu suatu keadaan dimana janin
letaknya sesuai dengan sumbu ibu, kepala berada pada fundus uteri
sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (Saifuddin, 2006).
b. Klasifikasi presentasi bokong
Ada 4 macam presentasi bokong:
1) Presentasi bokong sempurna: flexi pada paha dan lutut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Presentasi bokong murni: ekstensi pada lutut. Ini merupakan jenis
yang tersering dan meliputi hampir dua per tiga presentasi bokong.
3) Presentasi bokong kaki: satu atau dua kaki, dengan ekstensi pada
paha dan lutut. Kaki merupakan bagian terendah pada presentasi
ini.
4) Presentasi bokong lutut: satu atau dua lutut, dengan ekstensi pada
paha, flexi pada lutut, bagian terendahnya adalah lutut.
(Oxorn, 2010).
c. Mekanisme Persalinan Bokong
Lahirnya bokong : garis pangkal paha (diameter bitrokanteriksa)
masuk miring/melintang ke dalam pintu atas panggul. Trokanter depan
biasanya lebih cepat turun dan lebih rendah disbanding trokanter
belakang. Setelah bokong dapat mendapat tahanan dari otot-otot dasar
panggul, terjadi laterofleksi
dan badan janin menyesuaikan diri
dengan lengkung panggul. Bokong depan tampak di vulva dan dengan
trokanter mayor depan sebagai hipomoklion, terjadi laterofleksi badan
janin, kemudian lahirlah bokong belakang melalui perineum disusul
dengan lahirnya bokong depan.
Lahirnya bahu : setelah bokong lahir terjadilah putaran paksi luar
sehingga punggung sedikit ke depan dan supaya bahu dapat masuk
dengan ukuran miring/melintang di pintu bawah panggul. Setelah bahu
turun terjadilah putaran paksi bahu sampai ukuran muka-belakang di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
pintu bawah panggul, punggung akan berputar lagi ke samping, maka
lahirlah bahu.
Lahirnya kepala : pada saat bahu akan lahir, kepala berada pada
keadaan fleksi dengan ukuran miring/melintang pintu atas panggun.
Kepala mengadakan putar paksi sedemikian rupa leher bagian
belakang di bawah simfisis dan dagu disebelah belakang. Dengan sub
oksiput dengan hipomoklion; maka lahirlah berturut-turut melalui
perineum dagu, mulut, hidung, dahi dan belakang kepala. (Fadlun,
2012)
d. Etiologi
Etiologi Persalinan sungsang yaitu :
1) Fiksasi Kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada ,
misalnya pada panggul sempit , hidrosefalus, anensefali, plasenta
previa, tumor pelvis, dan lain-lain.
2) Janin mudah bergerak seperti hidramnion, multipara, janin kecil
(premature).
3) Gemeli (kehamilan ganda )
4) Kelainan uterus seperti uterus arkuatus, bikornis, dan mioma uteri.
5) Janin yang sudah lama mati
6) Sebab yang tidak di ketahui.
(Sofian, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
e. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. (Winkjosastro. 2007).
f. Faktor Predisposisi
Faktor – faktor predisposisi untuk presentasi bokong diluar usia
gestasi adalah relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas,
janin
multiple,
hidramnion,
oligohidramnion,
hidrosefalus,
anensefalus, riwayat presentasi bokong, anomaly uterus, dan berbagai
tumor dalam panggul (Cunningham, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
g. Keluhan subjektif
Biasanya ibu mengeluhkan pergerakan anak teraba oleh si ibu di
perut bagian bawah atau di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda
keras (kepala) mendesak tulang iga (Fadlun, 2012).
h. Tanda klinis/laboratoris
Ultrasonografi (USG)
Peranan ultrasonografi sangat penting dalam diagnosis dan
penilaian risiko pada presentasi bokong. Karena dapat memeriksa
taksiran berat janin, volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta,
jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
kongenital, dan kesejahteraan janin (Saifuddin, 2009).
i.
Prognosis
1) Bagi ibu
Pada persalinan spontan, prognosis ibu adalah baik. Laserasi
tractus genitalis dan perdarahan dapat disebabkan oleh persalinan
yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlampau
kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum cukup terbuka
(Oxorn, 2010).
2) Bagi janin
Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk
daripada presentasi puncak kepala. Faktor penyebab utama
kematian perinatal ini adalah pelahiran prematur, kelainan
kongenital, serta trauma lahir(Cunningham, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
j. Penatalaksanaan dan pengobatan persalinan presentasi bokong
Penanganan Presentasi Bokong saat Inpartu
Adapun jenis pimpinan persalinan sungsang adalah:
1) Persalinan per vaginam
Sebelum pelahiran yang sebenarnya dimulai, hal-hal
berikut ini harus telah terjadi:
a) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG
untuk menyingkirkan kecurigaan terjadinya hiperekstensi
kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
b) Dilatasi serviks lengkap.
c) Eliminasi setiap pertanyaan mengenai keadekuatan pelvis
d) Pengosongan kandung kemih.
e) Pemotongan episiotomi jika anda memutuskan bahwa hal
itu perlu dilakukan. Apakah wanita memerlukan episiotomi
bergantung pada perkiraan berat janin dan relaksasi
perineum, Jika episiotomy dilakukan, berikan anestesi lokal
dan pilih tipe insisi yang memberikan anda ruang paling
besar untuk perasat manipulasi. Anda dapat melakukan
episiotomi kapan pun selama pelahiran, bahkan setelah
bokong dilahirkan, jika anda memerlukan ruang tambahan
untuk menyelesaikan kelahiran.
f) Tentukan efektifitas upaya mendorong ibu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
g) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam
skala lengkap.
h) Wanita harus diatur pada posisi yang memungkinkan
banyak ruang untuk fleksi lateral dan penarikan ke bawah,
yaitu wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi dengan
penyangga kaki atau di tepi tempat tidur.
i) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu
dan sebaiknya juga hadir atau segera datang jika
dibutuhkan.
(Varney, 2008)
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 (Fadlun,
2012) yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan
dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara Bracht.
Setelah semua persiapan dilakukan, maka persalinan
dapat dimulai. Berikut prosedur melahirkan bokong, kaki,
dan kepala secara spontan (Bracht):
(1) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya
(tanpa intervensi apapun) hingga bokong tampak di
vulva.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
(2) Pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap
sebelum memperkenankan ibu mengejan.
(3) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(4) Lakukan episiotomi bila perlu(pada perineum yang
cukup elastis dengan introitus yang sudah lebar,
episiotomi
mungkin
tidak
diperlukan).
Gunakan
anastesi lokal sebelumnya.
(5) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak
dikendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat
(scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas : jangan
melakukan tarikan ata tindakan apa pun pada taahap ini.
(6) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari
yang lain memegang belakang pinggul janin.
(7) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan
badan janin dengan kedua tangan penolong disesuaikan
dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokanial
kearah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut,
dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala.
(Saifuddin, 2009)
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech
delivery). Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong
(Cara klasik/ Deventer, Muller, Lovset).
(1) Cara Melahirkan Bahu (Wiknjosastro, 2007)
(a) Cara Klasik
Adalah melahirkan bahu dan lengan belakang
lebih dahulu, karena lengan belakang berada di
ruangan yang lebih luas (sacrum), baru kemudian
melahirkan lengan depan yang berada di bawah
simfisis.
(b) Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara
Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan
lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.
(c) Cara Lovset
Prinsip persalinan cara Lovset adalah memutar
badan bayi dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya
lahir di bawah simfisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
(d) Cara Bickenbach
Prinsip persalinan secara Bickenbach ialah
merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara Klasik. Teknik ini hampir sama dengan cara
Klasik.
(2) Cara Melahirkan Kepala dengan Veit-Smellie atau
Mauriceau
Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin.
Kalau ada, tali pusat dipotong dulu di dekat pusar janin.
(a) Janin dalam posisi telungkup mengahadap ke
bawah, letakkan tubuhnya ditangan dan lengan
penolong sehingga kaki janin berada di kanan kiri
tangan tersebut (atau bila janin belum dalam posisi
telungkup, gunakan tangan yang mengahadap wajah
janin).
(b) Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang
pipi janin, dan jari tengah di mulut atau dagu bayi.
(c) Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu
dari arah punggung dan dipergunakan untuk
melakukan traksi.
(d) Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan
tulang pipi , dan dagu janin ke arah dadanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
(e) Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong
melakukan gerakan putar paksi dengan tetap
menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu
mengikuti arah sumbu panggul.
(f) Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan taksi
ke bawah dengan mempertahankan fleksi kepala
janin, dan mintalah asisten untuk menekan daerah
suprasimfisis.
(g) Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan
janin sedikit demi sedikit dielevasi ke atas (ke arah
perut ibu) dengan suboksiput sebagai hipomoklion.
Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh
kepala.
(Saifuddin, 2009)
c) Ekstraksi sungsang (total breech
extraction). Janin
dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong
( teknik ekstrasi kaki, ekstrasi bokong).
2) Persalinan per abdominam (sectio saecarea)
Pencarian komplikasi lain, baik yang actual maupun yang
antisipasi, yang dapat memberi alasan untuk pelahiran caesar
telah menjadi gambaran bagi sebagian besar filosofi untuk
penatalaksanaan pelahiran sungsang. Pelahiran caesar lazim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
dilakukan , tetapi tidak semata-mata, dilakukan pada keadaankeadaan berikut ini (Cunningham , 2013) :
a) Janin berukuran besar
b) Setiap derajat kontraksi atau bentuk pelvis tidak wajar yang
ditentukan secara klinik atau dengan pelvimetri CT.
c) Kepala janin hiperekstensi
d) Ketika pelahiran diindikasikan pada keadaan tidak ada
persalinan spontan
e) Disfungsi uterus
f) Presentasi bokong inkomplet atau kaki
g) Janin yang kurang bulan
h) Retriksi pertumbuhan janin yang berat
i) Riwayat kematian perinatal atau anak mengalami trauma
pelahiran
j) Untuk Permintaan sterilisasi
k) Kurangnya operator yang berpengalaman
Laporan
penelitian
multisenter
Term
Breech
Trial
menunjukan manfaat bedah saesar efektif dalam menurunkan
risiko kematian perinatal atau morbiditas neonatal yang serius
dibandingkan persalinan vaginal (Saifuddin, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
4. Kala I Lama
a. Pengertian
Persalinan kala I dikatakan lama apabila fase laten lebih dari 8 jam
(Depkes 2008), dan fase aktif yang lebih dari 12 jam pada
primigravida dan 6 jam pada multigravida (Liu, 2007). Apa pun yang
menjadi penyebabnya mengakibatkan serviks gagal membuka penuh
dalam jangka waktu yang ditentukan (Oxorn, 2010).
Penyebab utama pada kala I lama adalah disproporsi fetopelvik,
malpresentasi dan malposisi, dan kerja uterus yang tidak efisien
termasuk serviks yang kaku.
b. Klasifikasi kala I lama
Oxorn (2010) menyatakan bahwa kala I lama diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu :
1) Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah
8jam inpartu (Cunningham, 2005).
2) Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)
Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam pada primigravida dan
6 jam pada multigravida (Liu, 2007).
c. Etiologi
Etiologi terjadinya persalinan dengan Kala I Lama adalah sebagai
berikut:
1) Kelainan letak janin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2) Kelainan dalam bentuk janin
3) Kelainan-kelainan panggul
4) Tumor pada jalan lahir
5) Kelainan kekuatan his dan mengejan
6) Kelainan lain
d. Prognosis
1) Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan
efek terhadap ibu. Beratnya cedera meningkat dengan semakin
lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah
waktu 24 jam serta terdapat kenaikan insidensi atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Angka kelahiran dengan
tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu (Oxorn,
2010).
2) Bagi janin
Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan,
semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering
terjadi keadaan berikut ini :
a) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
d) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan
ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin
membawa akibat yang buruk bagi anak. Bahaya tersebut lebih
besar lagi jika kemajuan persalinan pernah terhenti. Kenyataan ini
khususnya terjadi saat kepala bayi macet pada dasar perineum
untuk waktu yang lama sementara tengkorak kepala terus
terbentur pada panggul ibu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap
Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada persalinan dengan
presentasi bokong dapat diperoleh melalui:
a. Data subjektif
Data subjektif yang perlu dikumpulkan adalah :
1) Identitas
Umur
: ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya
resiko, tingkat kesuburan 20-35 tahun.
Pendidikan
: untuk mengetahui tingkat pendidikan sesuai
dengan KIE yang akan diberikan.
2) Keluhan pasien
Ditujukan pada data utama yang mengarah pada gejala yang
berhubungan pada bersalin dengan presentasi bokong yaitu pasien
merasa kenceng-kenceng, makin lama makin sering dan menjalar
ke pinggang yang disertai dengan pengeluaran lendir darah,
sehingga pasien datang untuk memeriksakan apakah pasien sudah
mau melahirkan (Depkes RI, 2006). Pada kasus ini biasanya ibu
mengeluh sesak di bagian bawah dada. Biasanya Ibu dengan
presentasi bokong menyatakan bahwa kehamilannya terasa penuh
di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
3) Data Kebidanan
a) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali, bersalin
berapa kali, apakah ada riwayat persalinan bokong atau tidak,
apakah kehamilan terdahulu mengalami hidramnion, apakah
pernah melahirkan anak yang mengalami hidrosefalus atau
anensefalus,
pernahkah
ibu
mengalami
keguguran.
Menanyakan berapa umur kehamilannya pada kelahiran yang
dulu, jenis persalinan, dimana tempat persalinannya, siapa
penolong persalinannya, ada tidaknya komplikasi, untuk
mengetahui keadaan anak dan keadaan nifas (Varney, 2007).
4) Riwayat kesehatan (Depkes RI, 2006).
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menanyakan apa keluhan yang dirasakan ibu saat ini. Pada
kasus ini biasanya ibu mengeluh sesak di bagian bawah dada.
Biasanya Ibu dengan presentasi bokong menyatakan bahwa
kehamilannya terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak dibagian bawah (Depkes RI, 2006).
b) Riwayat Keturunan Kembar
Menanyakan apakah dalam keluarga ibu ada yang
mempunyai anak kembar atau keturunan kembar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
5) Keadaan sebelum masuk ruang bersalin
a) Istirahat
Untuk memantau kondisi fisik ibu, perlu diketahui berapa
lama ibu beristirahat, apakah ada keluhan dalam beristirahat.
Karena biasanya dalam persalinan dengan presentasi bokong
memerlukan waktu yang lebih lama dari persalinan normal,
maka istirahat yang cukup sangat mempengaruhi ibu saat
persalinan (Simatupang, 2008).
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Pada kasus presentasi bokong, pemeriksaan inspeksi pada
perut ibu tidak memperlihatkan perbedaan yang menonjol
dengan presentasi kepala yaitu pembesaran perut tampak
memanjang(Cunningham, 2005).
b) Palpasi
Untuk menentukan tinggi fundus uteri, taksiran berat janin,
presentasi penurunan, adakah kontraksi atau his, durasinya
serta bagaimana intensitasnya juga melakukan palpasi supra
pubis untuk menentukan kandung kemih penuh atau tidak
(Depkes RI, 2008). Palpasi abdomen pada pasien dilakukan
dengan Leopold I-IV (Oxorn, 2010) yaitu:
(1) Letaknya adalah memanjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
(2) Di atas panggul teraba massa lunak, irreguler dan tidak
terasa seperti kepala, dicurigai bokong. Pada presentasi
bokong murni otot-otot paha teregang di atas tulang-tulang
di bawahnya memberikan gambaran keras menyerupai
kepala dan menyebabkan kesalahan diagnostik.
(3) Pada posisi punggung kanan, punggung ada di sebelah
kanan dekat dengan garis tengah. Bagian-bagian kecil ada
di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan belakang.
(4) Kepala teraba di fundus uteri. Kepala akan sukar diraba bila
berada di bawah hepar atau iga-iga. Kepala lebih keras dan
lebih bulat daripada bokong, dan kadang-kadang dapat
dipantulkan (ballotable). Kalau difundus uteri teraba massa
yang dapat dipantulkan, harus dicurigai presentasi bokong.
c) Auskultasi
Untuk memastikan denyut jantung janin masih normal atau
tidak, berapa kali dalam 1 menit, dan dimana lokasi
terdengarnya. Pada kasus ini denyut jantung janin terdengar
paling keras pada atau di atas umbilikus dan pada sisi yang
dengan punggung (Oxorn, 2010).
d) Pemeriksaan dalam atau vagina toucher
Apakah ada benjolan atau keadaaan abnormal lainnya,
bagaimana keadaan portio lunak, tebal atau tipis, berapa
pembukaan dalam cm, apakah kulit ketuban masih teraba
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
(utuh), atau tidak teraba (pecah) , berapa penurunan bagian
terendah janin, dan bagaimana kesan panggulnya, gynecoid
atau yang lainnya. Pada presentasi bokong pemeriksaan vaginal
(vagina toucher) yang biasanya ditemukan adalah :
(1) Bagian terendah teraba tinggi.
(2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan
garis-garis sutura. Jika hasil pemeriksaan negatif maka
menunjukkan adanya malpresentasi.
(3) Bagian terendahnya teraba lunak dan irreguler. Anus dan
tuber ischiadicum terletak pada satu garis. Terkadang
bokong dapat dikelirukan dengan muka karena sama-sama
teraba lunak.
(4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum
tertarik ke bawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa. Hal
ini terkadang menipu pemeriksa oleh karena tulang yang
keras seperti pada kepala.
(5) Sakrum ada dikuadran kanan depan panggul, dan diameter
bitrochanterica ada pada diameter oblique kanan.
(6) Kadang-kadang teraba kaki dan harus dibedakan dengan
tangan.
(Oxorn, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
2) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen, USG dan lainlain (Varney, 2007). Pada kasus presentasi bokong pemeriksaan
USG dilakukan untuk memastikan apakah yang berada di bagian
terbawah benar-benar bokong atau tidak, serta melihat apakah ada
kelainan penyebab presentasi bokong atau tidak contohnya kepala
dengan hidrosepalus (Oxorn, 2010).
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Diagnosis kebidanan pada persalinan dengan presentasi bokong adalah
Ny. … umur … tahun G…P…A… hamil … minggu, dengan janin
tunggal, hidup, intra uterin, letak janin membujur, punggung kiri,
presentasi
bokong, bokong sudah masuk pintu atas panggul, dalam
persalinan kala I fase aktif. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan
data subjektif dan objektif.
Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan presentasi
bokong adalah mengalami persalinan yang lebih lama dan meningkatkan
morbiditas maternal dan neonatal (Chapman, 2006).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong yaitu dorongan
dan dukungan yang lebih besar untuk membantunya melalui persalinan
yang potensial lama dan sulit (Chapman, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Langkah III: Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial / Diagnosa
Potensial dan Antisipasi Penanganan
Diagnosis potensial yang mungkin timbul pada ibu dalam persalinan
presentasi bokong adalah partus lama, perdarahan karena laserasi, dan
infeksi. (Saifuddin, 2006).
Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus
persalinan dengan presentasi bokong maka antisipasi yang dapat
dilakukan adalah pertolongan persalinan presentasi bokong dilakukan di
fasilitas kesehatan yang dapat melakukan operasi serta melibatkan tenaga
kesehatan yang profesional dan terampil (Saifuddin, 2006).
Langkah IV: Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Dalam hal ini bidan dapat mengidentifikasikan tindakan segera yang
berupa konsultasi dengan dokter spesialis Obgyn apabila kemungkinan
terjadi komplikasi dalam proses persalinan dengan presentasi bokong.
Yaitu pertolongan persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang
dapat melakukan operasi apabila terdapat komplikasi-komplikasi yang
dapat membahayakan keadaan ibu maupun janin.Hal ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Tindakan ini bertujuan
agar kegawatdaruratan yang dikhawatirkan dalam diagnosis potensial tidak
akan terjadi (Depkes, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Perencanaan asuhan yang dilakukan pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong antara lain:
a. Lakukan observasi
1) Keadaan umum ibu dan vital sign.
2) Denyut jantung janin selama dan segera sesudah kontraksi. Hitung
denyut jantung janin selama satu menit penuh minimal setiap 30
menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit dalam kala dua.
3) Pengeluaran per vaginam.
4) Tanda-tanda kala II.
b. Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf.
c. Tentukan jenis persalinan yang mungkin dilakukan.
d. Bila persalinan telah ditetapkan pervaginam, persiapkan alat, pasien,
dan penolong persalinan.
e. Lakukan persalinan bokong dengan per vaginam secara Bracht.
f. Bila terdapat hambatan saat melahirkan bahu dan kepala gunakan
teknik khusus untuk melahirkan bahu dan kepala ( Klasik, Mueller,
Lovset, Bickenbach, Mauriceau).
Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dari langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnyan. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tanggung jawab terhadap
terlaksanaannya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut
(Varney, 2007).
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Evaluasi yang diharapkan
pada kasus persalinan dengan presentasi bokong adalah ibu dapat
melahirkan secara spontan yaitu dengan bracht. (Varney, 2007).
Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien
Tujuh langkah Varney dapat disarikan menjadi 4 langkah yaitu
SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan). SOAP disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan
catatan kemajuan keadaan klien.
S: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa, sebagai langkah I Varney.
O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan, sebagai langkah I Varney.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a. Diagnosa/masalah
b. Antisipasi Diagnosa/masalah potensial
b. Perlunya
tindakan
segera
oleh
bidan
atau
dokter,
konsultasi/kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2 Varney.
P: Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan assasement sebagai langkah 3,4,5,6,7
Varney.
(Menurut KepMenKes RI No:938.Menkes/SK/VII/2007)
commit to user
Download