PENGARUH PROGRAM KEMOTERAPI TERHADAP STATUS GIZI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : Yoko Riyanto NIM. ST142069 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 PENGARUH PROGRAM KEMOTERAPI TERHADAP STATUS GIZI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Abstrak Oleh: Yoko Riyanto Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, lokal, maupun metastasis. Pasien yang menderita penyakit kanker serviks yang menyebar menginvasi mukosa rektum dan keluar panggul akan dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Kemoterapi sendiri disatu sisi sebagai metode pencegahan kembalinya kanker, namun disisi lain memiliki efek terhadap penyerapan nutrisi protein pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh frekuensi program kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian causal comparative dengan rancangan timeseries yang dilakukan terhadap 47 pasien kanker serviks yang sedang menjalani kemoterapi siklus I-VI di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang dianalisis menggunakakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji Wilcoxon Signed rank Test diperoleh Z sebesar -5,265 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak. Kesimpulan penelitian adalah pengaruh program kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kesimpulan penelitian adalah pengaruh program kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kata kunci: pasien kanker serviks, kemoterapi, status gizi Daftar Pustaka: 29 (2005- 2014) 2 EFFECT OF PROGRAM AGAINST CHEMOTHERAPY NUTRITIONAL STATUS IN PATIENTS WITH CERVICAL CANCER IN THE ROSE ROOM 3 DR. MOEWARDI GENERAL HOSPITAL OF SURAKARTA ABSTRACK Chemotherapy was a systemic treatment of cancer is often selected primarily to cope with advanced cancer, locally, as well as metastasis. Patients suffering from cervical cancer which spread to invade the rectal mucosa and the pelvis will be recommended to undergo chemotherapy. Chemotherapy alone on one hand as a method of preventing the return of cancer, but the other had no effect on the absorption of protein nutrition of patients. This study aimed to analyze the influence of the frequency of chemotherapy programs on nutritional status in patients with cervical cancer in the Rose 3 Hospital Dr. Moewardi Surakarta. This research was a causal comparative design with time-series were performed on 47 patients with cervical cancer who are undergoing chemotherapy cycle I-VI in the Rose 3 Hospital Dr. Moewardi Surakarta were selected using purposive sampling technique. The collecting data using observation sheet were analyzed used Wilcoxon Signed Rank Test. The Wilcoxon Signed Rank test results obtained Z Test of -5.265 with a significance value (p-value) 0.000 <0.05, so H0 was rejected. The conclusion of the study was the effect of chemotherapy program on nutritional status in patients with cervical cancer in the Rose 3 Hospital Dr. Moewardi Surakarta. The result of research was the effect of chemotherapy program on nutritional status in patients with cervical cancer in the Rose 3 Hospital Dr. Moewardi Surakarta. Keywords: cervical cancer patients, chemotherapy, nutritional status Bibliography: 29 (2005- 2014) 3 sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker payudara. Kanker dapat menyebabkan efek merugikan yang berat bagi status gizi. Tidak hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari tubuh pasien, tapi pengobatan dan akibat fisiologis dari kanker dapat mengganggu dalam mempertahankan kecukupan gizi (Moore, 2007: 151). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montoya dan Doming (2010) mengenai status gizi pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi pada lembaga nasional transplantasi ginjal di Singapura menunjukkan bahwa separuh (47,5%) pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kekurangan gizi bahkan resiko lebih tinggi mengalami gizi buruk. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa pada pasien kanker, beresiko kekurangan gizi karena memiliki sistem metabolik yang tinggi akibat tumor, rendahnya asupan makan karena kemoterapi yang menyebabkan perubahan indera pengecap dan pembau. Begitu juga dengan studi Unsal (2006) dan Geirsdottir (2008) menunjukkan bahwa terjadi penurunan status gizi pasien kanker (40%) setelah menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang banyak dikunjungi dan termasuk rumah sakit yang menjadi rujukan bagi pasien-pasien kanker serviks dari luar daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat diketahui bahwa ada peningkatan jumlah pasien kanker serviks dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 di ruang Anggrek 3 terdapat 154 kasus dan yang mengalami penurunan PENDAHULUAN Latar Belakang Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, lokal, maupun metastasis. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 8,2 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia dan insiden kanker kanker serviks 17 per 100.000 perempuan. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit 2012, kasus rawat kanker serviks 5.349 kasus (12,8%). Pasien yang menderita penyakit kanker serviks yang menyebar menginvasi mukosa rektum dan keluar panggul akan dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan atau membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infus dan menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut (Desen, 2008). Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Pada 20%-40% dari seluruh penderita kanker, penyebab kematian adalah karena kelaparan (Uripi, 2007:25). Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi.Sedangkan untuk faktor-faktor 4 data variable independen dan dependen masa depan yang didasarkan pada pengukuran atau observasi masa lampau. (Nursalam, 2013). status gizi 64 orang pasien. Pada tahun 2015 terdapat 179 kasus, dan yang mengalami penurunan status gizi 85 orang pasien. Berdasarkan hasil wawancara pada 30 pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi didapatkan data dari 25 pasien mengalami mual dan muntah sedangkan 5 pasien tidak mengalami mual dan muntah. Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh program Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker servik yang sedang menjalani kemoterapi siklus I-VI di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data dari Medical Record RSUD Dr. Moewardi menunjukkan jumlah pasien kanker servik di Ruang Mawar 3 dari bulan JanuariApril 2016 sebanyak 188 pasien. Jumlah populasi pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 rata-rata tiap bulan 53 pasien. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini pasien kanker servik yang sedang menjalani kemoterapi siklus I-VI di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan dalam penelitian ini sebanyak 47 sampel. Pada penelitian ini menggunakan non probability sampling. 3. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi 1) Pasien yang didiagnosa kanker serviks mulai dari stadium II. 2) Pasien yang sedang menjalani program kemoterapi siklus IVI. 3) Pasien yang bersedia menjadi responden. b. Kriteria Eksklusi 1) Pasien kanker servik yang di rawat di Mawar 3 karena perburukan keadaan umum. 2) Pasien yang mengalami komplikasi dengan penyakit lain. kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.” Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh program kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data – data numeric yang diolah dengan metode statistic (Azwar, 2011). Penelitian ini merupakan penelitian causal comparative yang berarti penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu, atau dengan kata lain penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan, dengan rancangan penelitian time-series yaitu nilai-nilai suatu variabel yang berurutan menurut waktu. Pengukuran/ observasi 5 Total 3) Pasien yang mengalami gangguan psikologis. No 1 2 3 4 5 Siklus Kemoterapi Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV Siklus V Total % 9 7 12 13 6 47 19 15 26 28 13 100 Status Gizi Pasien Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gizi Pasien No Status Gizi 1 2 3 4 5 Kurus berat Kurus ringan Normal Gemuk ringan Gemuk berat Pre Kemoter api F % 0 0 25 53 21 45 1 2 0 0 Rata-rata skor IMT Z Pre Post kemoterapi kemoterapi -5,265 19,58 18,25 47 100 p-value 0,000 Hasil uji korelasi Wilcoxon Signed Rank Test pengaruh frekuensi kemoterapi dengan status gizi pasien kanker serviks diperoleh nilai Z sebesar 5,265 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000. Nilai signifikansi uji (p-value) lebih kecil dari 0,05, maka sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh program kemoterapi dengan status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selanjutnya skor maksimal IMT pre kemoterapi diperoleh nilai 25,90 dan skor minimal di peroleh nilai 17,00. Sedangkan skor maksimal IMT post kemoterapi diperoleh nilai 25,00 dan skor minimal diperoleh nilai 14,30. Secara klinis, terjadi penurunan jumlah pada kategori IMT normal dari pre kemoterapi sampai dengan post kemoterapi sebanyak 2 responden dan kategori kurus berat mengalami peningkatan sebanyak 19 responden. Berdasarkan skor IMT tersebut dapat disimpulkan bahwa program kemoterapi berpengaruh terhadap penurunan status gizi pasien kanker serviks. Siklus Frek 100 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis pengaruh program kemoterapi dengan status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis uji menggunakan uji beda ratarata Wilcoxon Signed Rank Test yang ditampilkan sebagai berikut. Tabel 3. Pengaruh Program Kemoterapi terhadap Berat Badan Pasien Kanker Serviks Analisis Data a. Analisis Univariat Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). analisa univariat pada penelitian ini adalah frekuensi program kemoterapi, karakteristik responden, status gizi. b. Analisis Bivariat Uji statistik yang digunakan dalam penilaian ini adalah dengan uji two related sample test wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok sampel yang berpasangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Siklus Kemoterapi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemoterapi 47 Status Post Kemoter api F % 19 40 9 20 19 40 0 0 0 0 6 Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 2007). Status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Distribusi frekuensi status gizi pasien sebelum kemoterapi menunjukkan distribusi tertinggi adalah kurus ringan, normal dan gemuk ringan. Selanjutnya pada post terapi menunjukkan distribusi tertinggi adalah kurus berat, normal dan kurus ringan. Distribusi status gizi responden menunjukkan terjadi penurunan status gizi pasien pada pre kemoterapi dan post kemoterapi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaiut penelitian Siluh (2010). Penelitian ini menunjukkan perubahan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien kanker serviks diperoleh penurunan terendah setelah menjalani kemoterapi adalah -4,20 dan tertinggi 1.00. Rata-rata perubahan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) setelah menjalani kemoterapi adalah 1,34. Penurunan status gizi pasien disebabkan umumnya pasien mengalami penurunan nafsu makan. Penurunan nafsu makan kemoterapi adalah adanya perubahan rasa di mulut seperti makanan menjadi tidak enak, enoreksia, dan mulut terasa pahit (Farid, dkk, 2006). Pada saat menjalani kemoterapi sebagian besar pasien mengalami anemia. Kurangnya asupan makanan saat menjalani Program kemoterapi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Distribusi siklus program kemoterapi responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah siklus IV. Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika, hal ini disebut kemo responsive, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut kemo resisten. Kemoterapi diberikan satu seri yang terdiri dari 6 siklus. Setelah dilakukan kemoterapi selama 6 siklus maka akan dilakukan evaluasi. Jika dirasa masih memerlukan pengobatan kemoterapi maka akan dilakukan kemoterapi lanjutan. Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. 7 kemoterapi dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Anemia dapat menyebabkan seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat (Farid Aziz, dkk., 2006). 8 (IFN)-α dan leukimia inhibitor factor (Sudiasa et al, 2012). Secara fisiologis pemberian kemoterapi menyebabkan terjadinya peningkatan protein turnover pada penderita kanker. Selanjutnya ditemukan pula adanya kenaikan sintesis protein dalam jaringan herpar, penurunan sintesis protein dalam otot rangka. Kurangnya massa otot terutama diakibatkan penurunan sintesis protein dan adanya kenaikan aktivitas sistesis protein dalam herpar. Selain itu hilangnya massa lemak bebas sering ditemukan pada penderita kanker. Menurunnya massa protein dalam otot dan massa lemak bebas menyebabkan status gizi pasien kanker menurun (Velde, 2005). Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Setyaningrum (2009) yang menguji tentang hubungan kemoterapi dengan status gizi dan asupan protein pada pasien leukimia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya hubungan frekuensi kemoterapi dengan status gizi dan asupan protein pasien. Pengaruh program kemoterapi dengan status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta Hasil uji korelasi Wilcoxon Signed Rank Test pengaruh frekuensi kemoterapi dengan status gizi pasien kanker serviks diperoleh nilai Z sebesar 5,265 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000. Kesimpulan uji adalah terdapat pengaruh program kemoterapi dengan status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selanjutnya nilai rata-rata skor IMT post kemoterapi lebih rendah dari pre kemoterapi (18,25 < 19,58). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa program kemoterapi berpengaruh terhadap status gizi pasien kanker serviks. Secara fisik pengaruh kemoterapi terhadap status gizi pasien adalah timbulnya rasa mual dan atau muntah dialami oleh 85% subjek kanker serviks setelah mendapatkan kemoterapi. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kemoterapi dapat terjadi pada pasien dalam kondisi lemah atau sistem imunitas tubuhnya melemah. Pada saat tubuh mendapatkan kemoterapi, terjadi cedera pada DNA. Tubuh melalui sistem imunitas secara alamiah akan melakukan penyembuhan pada DNA yang mengalami cedera. DNA yang cedera akan mengalami mutasi dan sebagian mengalami aberasi kromosom, pada sel yang cedera akan terjadi pelepasan atau aktivasi sitokin yang diaktivasi oleh sitem imunitas tubuh sebagai bentuk pertahanan tubuh terhadap sel kanker dan menyebabkan terjadinya hipermetabolisme dan peningkatan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh yaitu tumor necrosis faktor (TNF), interleukin (IL)-1α, (IL)-1β dan IL-6, interferon PENUTUP Simpulan 1. Karakteristik pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar berusia 51 – 60 tahun atau sebesar 40,4% dan sebanyak 20 responden atau sebesar 43% sebagai ibu rumah tangga (IRT). 2. Program kemoterapi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar adalah siklus IV sebanyak 13 responden atau sebesar 87,2%. 3. Status gizi pada pasien kanker serviks yang sedang menjalani 9 program kemoterapi di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar adalah kurus berat dan normal masing-masing sebanyak 19 responden atau sebesar 40,4%. 4. Terdapat pengaruh program kemoterapi terhadap status gizi pada pasien kanker serviks di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta diperoleh nilai Z sebesar 5,265 dengan nilai signifikansi (pvalue) 0,000 < 0,05. faktor lain yang berhubungan dengan status gizi pasien kanker serviks selain frekuensi kemoterapi, misalnya faktor demografi pasien, faktor pengetahuan, faktor sikap dan sebagainya sehingga diketahui faktor manakah yang paling dominan berhubungan dengan status gizi pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktek Edisi Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan rumah sakit beserta jajarannya agar melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai status gizi untuk pasien kanker servik yang menjalani program kemoterapi. 2. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat berkontribusi untuk pertimbangan institusi pendidikan untuk menambah pustaka kepada mahasiswa tentang kemoterapi dan status gizi pasien kanker serviks. 3. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan tentang perubahan status gizi pada pasien kanker serviks setelah menjalani kemoterapi. Petugas kesehatan hendaknya senantiasa memberikan motivasi kepada pasien untuk memelihara nafsu makannya dan menjaga asupan makannya karena hal ini penting untuk menjaga kesehatan dan kesembuhan pasien. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya meningkatkan hasil penelitian ini misalnya dengan menambah faktor- Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Swadaya. Cherwin, H. C. (2012). Gatrointestinal Symptom Representation in Cancer Symptom Clusters: A Synthesis of the Literature. Jurnal of Oncology Nursing Society, Doi: 10.1188/12.ONF.157-165. Corwin, E.J. (2012). Jakarta : EGC. Patofisiologi. Damayanti (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 20082010. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 2, Mei 2013. Pekanbaru: Program Studi Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru Departemen Kesehatan Indonesia. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta 10 Desen,W.(2008). Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Cetakan 3. Jogjakarta: Katahati. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Farid, A. , Agus, N, dan Dewi H, 2006. Onkologi Genikologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo. Nurwijaya, H., Andrijono, Suheimi, H.K., (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : Gramedia. Gibson, R.S., (2005). Principle of Nutritional and Assessment. Newyork : Oxford University Press. Pratama, SAS (2012). Karakteristik Penderita Kanker Serviks di RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. Hartriyanti, Y.,danTriyanti. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Prayetni, 2007. Majalah Keperawatan Bina Sehat. Jakarta: PPNI. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Setyaningrum, K.M. (2009). Hubungan Kemoterapi dengan Asupan Energi Protein dan Status Gizi pada Pasien Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. Lutfa, Umi. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien dengan Tindakan Kemoterapi di Ruang Cendana RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Melva, Siluh, M.P.L.S (2010). Gambaran Fisik dan Psilologis Klien dengan Kanker Serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Publikasi Penelitian. Surakarta: Jurusan Keperawatan FIK UMS. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada penderita yang datang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. Jurnal Keperawatan. Medan: Fakultas Ilmu Kesehatan USU. Smeltzer, S. C; Bare, B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. III). (M. Ester, Penyunt., A. Hartono, H. Y. Kuncara, E. S. Siahaan, & A. Waluyo, Penerj.). Jakarta: EGC. Moore, M.C. (2007). Buku Pedoman Diet dan Nutrisi. Jakarta : Hipokrates. Sudiasa, P., Tjekeg, M., Puteri, A.A. 2012. Penurunan Status Gizi Pasien Karsinoma Nasofaring Setelah Radioterapi dengan 11 Cobalt-60 di RSUP Sanglah.. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 43 : 179-83 Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Supariasa, (2010). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Velde, 2005. Onkologi. Houten: Bohn Stafleu Van Loghum. Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta : Sinar Kejora. 12