BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
II.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sudah sejak dahulu dikenal, bahkan sejak
manusia belum memahami bahwa apa yang dilakukan itu merupakan komunikasi.
Komunikasi berkembang bukan hanya dari media ataupun peralatan komunikasi itu
sendiri, tetapi juga hal yang dikomunikasikan juga mengalami perkembangan sesuai
dengan perkembangan kondisi dan situasi masyarakat. Komunikasi bukan hanya
sebagai
pengiriman
atau
pertukaran
informasi,
tetapi
dapat
membentuk
opini/pendapat, dan mental masyarakat.
Komunikasi menurut Berlson dan Steiner (1964) adalah penyampaian
informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan symbol,
angka grafik dan lain-lain (Arifin, 1998:25).
Hicks dan Gullet menyatakan komunikasi adalah penyampaian informasi dan
pengertian dari seseorang kepada orang lain, sedangkan menurut Carl I. Hovland,
ilmu komunikasi adalah upaya syang sistematis untuk merumuskan secara tegas asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy,
2003:10).
II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi
Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan
saling
melengkapi satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi
sebagai suatu proses yang memiliki berbagai definisi yang beraneka ragam mulai dari
yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Semakin kompleks suatu teori atau
definisi, akan semakin memerlukan unsur-unsur atau elemen komunikasi yang
kompleks pula.
Dalam setiap peristiwa komunikasi selalu terdapat beberapa unsur yaitu :
komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Laswell memberikan formula yang
merupakan analisis komunikasi untuk menerangkan proses komunikasi yaitu : “who
says what in which channel to whom with what effect ?” (Effendy, 2003:253).
Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai
berikut:
1. Sender, yaitu komunikator yang mennyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
2. Encoding atau penyandian, yaitu proses pengalihan ke dalam bentuk lambang.
3. Message, yaitu pesan yang merupakan seperangkat lam bang bermakna yang
disambaikan oleh komunikator.
4. Media, yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
5. Decoding atau pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver, yaitu komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response atau tanggapan, yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
8. Feedback atau umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator.
Universitas Sumatera Utara
9. Noise, yaitu gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya (Effendy, 2003:18)
II.1.3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Adapun fungsi komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertaint)
4. Mempengaruhi (to influence)
Sedangkan tujuan komunikasi terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2. Untuk mengubah opini (to change the opinion)
3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) (Effendy,2003:55)
II.1.4. Komunikasi Massa
komunikasi
massa
(mass
communication)
adalah
komunikasi
yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik ( radio,
televisi, internet), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar, yang
ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan
heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat dan serentak
(mulyana, 2002:75)
Joseph A. devito dalam bukunya communicology: An introduction ti the study
of communication, menyatakan bahwa (Effendy, 2003:21).
Universitas Sumatera Utara
a. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak
meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau
menonton, agaknya ini berarti bahwa besar dan umumnya sukar
didefinisikan.
b. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar
yang audio atau visual
II.1.5. Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik komunikasi massa adalah:
1. Komunikator terlembaga
Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami
bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa,baik media cetak maupun
elektronik.dengan mengingat kembali Wright, bahwa komunikasi itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisai yang kompleks.
2. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan
untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh
karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.
3. Komunikannya aninim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping
anonim, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari lapisan masyarakat
berbeda.
4. Media massa menimbulkan keserempakan
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak
terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak
pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada
komunikasi antarpesona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada
komunikasi massa yang terpenting adalah unsur isi. Pesan disusun sedemikian rupa
berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakter media massa yang
akan digunakan.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Komunikan dan komunikator tidak dapat melakukan kontak langsung karena
menggunakan media massa. Diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
7. Stimulasi alat indera “terbatas”
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media, pada
media cetak pembaca hanya melihat saja.
8. Umpan balik tertunda “delayed”
Komponen ini merupakan hal yang penting dalam bentuk komunikasi apapun.
Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan
oleh komunikasi (Ardiyanto dan Erdiyana, 2005:7)
II.1.6. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Joseph R. Dominick
(Effendy, 2003:29) adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Surveillance (pengawasan), terdiri dari:
- Warning before surveillance (pengawasan peringatan), yaitu fungsi
yang terjadi ketika media massa menginformasikan sesuatu yang berupa
ancaman.
- Instrumental
Surveillance
(pengawasan
instrumental),
yaitu
penyebaran/penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
b. Interpretation (penafsiran)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
c. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu.
d. Transmission of values (penyebaran niali-nilai)
Fungsi sosialisasi yaitu cara dimana individu mengadopsi perilaku dan
nilai kelompok.
e. Entertaiment (hiburan)
Fungsi entertaiment adalah untuk memberikan hiburan kepada khalayak.
II.1.7. Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa
dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunkasi massa
adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Komunikator
- Komunikator merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan
teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu
informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.
- Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi,
pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang
tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka
- Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut
b. Media massa
Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran infromasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai
agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah
paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media
massa berperan:
- Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
edukasi.
- Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat
- Terakhir media massa sebagai media hiburan (bungin, 2006:85)
c. Informasi massa
Informasi massa merupakan informasi yang
diperuntukkan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi
Universitas Sumatera Utara
oleh pribadi. Dengan demikian, maka infirmasi massa adalah milik publik,
bukan ditujukan kepada individu masing-masing.
d. Gatekeeper
Gatekeeper merupakan penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunkasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan
atau tidak disiarkan.
e. Khalayak
Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa ynag
disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau
pemirsa sebuah media massa
f. Umpan balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan
dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan
balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin
majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat
tradisional (Bungin, 2006:71)
II.2. Surat Kabar
“Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto &
Erdiyana, 2005:99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah
melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda,
penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru.
Universitas Sumatera Utara
“Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebaluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat
Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan
persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi” (Ardianto & Erdiyana,
2005:104).
Surat kabat merupakan salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk
penyampaian informasi. Surat kabar merupakan media komunikasi dalam bentuk
tercetak yang mempunyai ciri missal yaitu ditujukan kepada sejumlah orang yang
relatif amat banyak dan diterbitkan berdasarkan periodisasi tertentu.
Lebih dari 200 tahun surat kabar menjalankan fungsinya sebagai satu-satunya
media penyampai berita kepada khalayak dan sebagai sumber satu-satunya bagi
khalayak dalam mengakses informasi yang sama secara bersamaan. Surat kabar
pertama kali diterbitkan di Eropa pada abad ke-17. Di Indonesia sendiri, surat kabar
berkembang dan mempunyai peranannya sendiri di tengah masyarakat hingga
sekarang. Sejarah mencatat bahwa produk mesin cetak Johann Gutenberg ini, telah
mengambil peran yang cukup signifikan dalam perkembangan surat kabar di
Indonesia dari berbagai aspek kehidupan keterkaitannya sebagai media massa yang
berpengaruh di masyarakat. Berikut adalah paparan singkat mengenai surat kabar di
Indonesia.
II.2.1. Sejarah Surat Kabar di Indonesia
Pada dasarnya, sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak yakni
babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara tahun 1854
hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat berperan dalam
perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama adalah babak putih, yaitu saat
Universitas Sumatera Utara
Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme Belanda. Disebut babak
putih karena surat kabar pada waktu itu mutlak milik orang-orang Eropa, berbahasa
Belanda dan diperuntukkan bagi pembaca berbahasa Belanda. Kontennya hanya
seputar kehidupan orang-orang Eropa dan tidak mempunyai kaitan kehidupan
pribumi.Babak ini berlangsung antara tahun 1744-1854. Babak kedua yang
berlangsung antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional secara kasar dapat
dibagi dalam tiga periode, yakni:
1. Antara tahun 1854-1860, dalam periode ini surat kabar bahasa Belanda masih
memegang peranan penting dalam dunia pers Indonesia. Namun, surat kabar
dengan bahasa Melayu telah terbit bernama Slompret Melajoe.
2. Antara tahun 1860-1880, surat kabar bahasa pra-Indonesia dan Melayu mulai
banyak bermunculan tetapi yang memimpin surat kabar-surat kabar ini adalah
orang-orang peranakan Eropa.
3. Antara tahun 1881 sampai Kebangkitan Nasional, periode ini mempunyai ciri
tersendiri karena pekerja pers terutama para direkturnya tidak lagi dari
pernakan Eropa, tetapi mulai banyak peranakan Tionghoa dan Indonesia atau
biasa disebut dengan pribumi.
Surat kabar di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang yang secara singkat
terbagi dalam enam periode, yakni zaman Belanda, zaman Jepang, zaman
kemerdekaan, zaman Orde Lama, zaman Orde Baru dan zaman reformasi. Berikut
uraian singkat keenam periode bersejarah tersebut:
1. Zaman Belanda
Pada tahun 1744 dilakukanlah percobaan pertama untuk menerbitkan media
massa dengan diterbitkannya surat kabar pertama pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Van Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles, tetapi surat kabar ini hanya
Universitas Sumatera Utara
mempunyai masa hidup selama dua tahun. Kemudian pada tahun 1828 diterbitkanlah
Javasche Courant di Jakarta yang memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita
lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Mesin cetak pertama di
Indonesia juga datang melalui Batavia (Jakarta) melalui seorang Nederland bernama
W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian menerbitkan surat kabar bernama Het
Bataviasche Advertantie Blad yang memuat iklan-iklan dan berita-berita umum yang
dikutip dari penerbitan resmi di Nederland (Staatscourant).
Di
Surabaya
sendiri
pada
periode
ini
telah
terbit
Soerabajasch
Advertantiebland yang kemudian diganti menjadi Soerabajasch
Niews en
Advertantiebland.Sedang di Semarang terbit Semarangsche Advertetiebland dan De
Semarangsche Courant. Secara umum serat kabar-surat kabar yang muncul saat itu
tidak mempunyai arti secara politis karena cenderung pada iklan dari segi konten.
Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar tiap harinya. Setiap surat kabar yang
beredar harulah melalui penyaringan oleh pihak pemerintahan Gubernur Jenderal di
Bogor. Tidak hanya itu, surat kabar Belandapun terbit di daerah Sumatera dan
Sulawesi. Di Padang terbit Soematra Courant, Padang Handeslsbland dan Bentara
Melajoe. Di Makasar (Ujung Pandang) terbit Celebes Courant dan Makassarsch
Handelsbland.
Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda telah terbit sekitar
16 surat kabar dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu
seperti, Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor),
Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat
kabar berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.
Universitas Sumatera Utara
2. Zaman Jepang
Saat wajah penjajah berganti dan Jepang memasuki Indonesia, surat kabarsurat kabar yang beredar di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan. Beberapa surat
kabar disatukan dengan alasan penghematan namun yang sebenarnya adalah agar
pemerintah Jepang memperketat pengawasan terhadat isi surat kabar. Kantor Berita
Antara diambil alih dan diubah menjadi kantor berita Yashima dengan berpusat di
Domei, Jepang. Konten surat kabar dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk
memuji-muji pemerintahan Jepang. Wartawan Indonesia saat itu bekerja sebagai
pegawai sedang yang mempunyai kedudukan tinggi adalah orang-orang yang sengaja
didatangkan dari Jepang.
3. Zaman Kemerdekaan
Ketika pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda
pencitraan pemerintah, Indonesiapun melakukan hal yang sama untuk melakukan
perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Edi Soeradi melakukan propaganda agar
rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945 untuk
mendengarkan pidato Bung Karno. Dalam perjalanannya, Berita Indonesia (BI)
berulang kali mengalami pembredelan dimana selama pembredelan tersebut para
pegawai kemudian ditampung oleh surat kabar Merdeka yang didirikan oleh B.M.
Diah. Surat kabar perjuangan lainnya adalah Harian Rakyat dengan pemimpin redaksi
Samsudin Sutan Makmr dan Rinto Alwi dimana surat kabar tersebut menampilkan
“pojok” dan “Bang Golok” sebagai artikel. Surat kabar lainnya yan terbit pada masa
ini adalah Soeara Indonesia, Pedoman Harian yang berubah menjadi Soeara Merdeka
(Bandung), Kedaulatan Rakyat (Bukittinggi), Demokrasi (Padang) dan Oetoesan
Soematra (Padang).
Universitas Sumatera Utara
4. Zaman Orde Lama
Setelah dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 oleh presiden
Soekarno, terdapat larangan terhadap kegiatan politik termasuk pers. Persyaratan
untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat yang kemudian
situasi ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk melakukan slowdown
atau mogok secara halus oleh para buruh dan pegawai surat kabar. Karyawan pada
bagian setting melambatkan pekerjaannya yang membuat banyak kolom surat kabar
tidak terisi menjelang batas waktu cetak (deadline). Pada akhirnya kolom tersebut
diisi iklan gratis. Hal ini menimpa surat kabar Soerabaja Post dan Harian Pedoman di
Jakarta. Pada periode ini banyak terjadi kasus antara surat kabar pro PKI dan anti
PKI.
5. Zaman Orde baru
Pada periode ini, surat kabar yang dipaksa untuk berafiliasi kembali
mendapatkan pribadi awalnya, seperti Kedaulatan Rakyat yang pada zaman orde lama
harus berganti menjadi Dwikora. Hal ini juga terjadi pada Pikiran Rakyat di Bandung.
Bahkan pers kampuspun mulai aktif kembali. Namun dibalik itu semua, pengawasan
dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap diberlakukan.
Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan dihukum
dengan dilakukan pencabutan SIUP seperti yang terjadi pada Sinar Harapan, tabloid
Monitor dan Detik serta majalah Tempo dan Editor. Pers lagi-lagi dibayangi dalam
kekuasaan pemerintah yang cenderung memborgol kebebasan pers dalam membuat
berita serta menghilangkan fungsi pers sebagai kontrol sosial terhadap kinerja
pemerintah (http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_surat_kabar_indonesia).
Universitas Sumatera Utara
II.2.2. Karakterisrik Surat Kabar
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi tercapainya
tujuan komunikasi, maka seorang komunikator harus mengetahui karakteristik dari
media massa yang akan digunakannya. Menurut Ardianto & Erdiyana (2005:104106), karakteristik surat kabar sebagai media massa ada lima, yaitu:
1. Publisitas
Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukkan umum; karenanya
berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus menyangkut kepentingan
umum (Effendy, 2006:154). Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah
pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di
berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum, atau
menarik bagi khalayak pada umumnya. Dengan demikian, semua aktivitas
manusia yang menyangkut kepentingan umum danatau menarik untuk umum
adalah layak untuk disebarluaskan. Pesan-pesan melalui surat kabar harus
memenuhi kriteria tersebut (Ardianto & Erdiyana, 2005:104-105). Karena
alasan tersebut pula, maka terbitan berkala dengan kualitas kertas dari
organisasi atau universitas tertentu tidak berpredikat surat kabar atau pers
karena diperuntukkan khusus bagi sivitas akademika universitas tersebut.
2. Periodesitas
Periodesitas menunjukkan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan
atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa,
khususnya surat kabar (Ardianto & Erdiyana, 2005:105). Suatu penerbitan
disebut surat kabar jika terbitnya secara periodeik, teratur. Tidak menjadi soal
apakah terbitnya di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus
teratur (Effendy, 2006:155).
Universitas Sumatera Utara
3. Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar
harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan
tentang aspek kehidupan manusia (Effendy, 2006:154). Universalitas
menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh
dunia. Dengan demikian isi sirat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan,
keamanan dan lain-lain. (Ardianto & Erdiyana, 2005:105).
4. Aktualitas
Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan
mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak (Effendy, 2006:154). Fakta
dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk
dilaporkan karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru
(Ardiyanto & Erdiyana, 2005:106).
5. Terdokumentasi
Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam
alenia, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang dicetak pada
kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam
sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulangkaji, bisa
dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu
(Effendy, 2006:155). Dari fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk
berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihakpihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping
(Ardiyanto & Erdiyana, 2005:106).
Universitas Sumatera Utara
II.3. Berita
Menurut Maulsby (Pereno, 2002:6) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan
secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan
baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut.
Sedangkan Hepwood (Pereno, 2002:6) memberikan pengertian berita sebagai laporan
pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara
umum berita adalah laporan dari kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang
penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik
perhatian para pembaca berita.
Unsur pokok berita diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu 5W + 1H
(What, Who, Why, Where, When + How): apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana,
dan bagaimana. Itulah yang dimaksud unsur-unsur berita. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
-
Apa, merupakan pertanyaan yang akan menjawab apa yang terjadi.
-
Siapa, merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan
dengan setiap yang terkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan
kejadian.
-
Mengapa, akan menjawab latar belakang atau penyebab kejadian
-
Dimana, menyangkut tempat kejadian.
-
Bilamana, menyangkut waktu kejadian.
-
Bagaimana, akan memberikan fakta mengenai proses kejadian yang
diberikan (Suranto, 2000:7-9).
Pada dasarnya dalam jurnalistik berita dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
(Romli, 2003:3):
a. Berita Langsung (Straight News)
Universitas Sumatera Utara
Berita langsung adalah jenis berita yang ditulis singkat, padat, lugas, dan
apa adanya. Penulisannya menggunakan gaya pemaparan,
yakni
memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi
interpretasi. Struktur penulisannya mengacu pada struktur piramida
terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan mengemukakan hal-hal
paling penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting,
dan seterusnya. Bagian penting dituangkan pada alinea pertama (lead),
setelah judul berita (headlines) dan baris tanggal (dateline).
b. Pengungkapan Berita (Explanatory News)
Explanatory news adalah berita yang sifatnya menjelaskan dengan
menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data. Fakta dijelaskan
secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisannya.
Berita jenis ini biasanya panjang lebar sehingga harus disajikan secara
bersambung atau berseri.
c. Artikel/Opini
Artikel adalah berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan
seseorang. Biasanya pendapat para cendiakan, tokoh masyarakat, ahli, atau
pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Penulisannya dimulai
dengan Teras Pernyataan (Statement Lead) atau Teras Kutipan (Quotation
Lead) yakni mengedapankan ucapan yang isinya dianggap paling penting
atau paling menarik. Sebagai penanda bahwa itu berita opini, biasanya
pada judul dicantumkan nama nara sumber, diikuti titik dua, lalu kutipan
pernyataan atau kesimpulan pernyataannya yang menarik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk bisa diputuskan apakan berita itu pantas untuk diberitakan, maka ada beberapa
criteria umum nilai berita (news value) yang biasanya digunakan oleh jurnalis dan
editor.kriteria umum nilai berita terbagi atas (Sumadiria, 2005:80):
a. Keluarbiasaan (unusualness)
Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu
peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita
peristiwa luar biasa dapat dilihat dari lima aspek: lokasi peristiwa, waktu
peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak
yang ditimbulkan peristiwa tersebut.
b. Kebaruan (newness)
Berita adalah semua apa yang terbaru. Apa saja perubahan penting yang
terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga
pemilihan presiden merupakan berita.
c. Akibat (impact)
Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. semakin besar dampak
sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin
besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan
bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak khalayak terpengaruh,
pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera
tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media yang melaporkannya.
d. Aktual (timeliness)
Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui
tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan
dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu
mengandung informasi penting dan berarti.
Universitas Sumatera Utara
e. Kedekatan (proximity)
Kedekatan mengandung dua arti geografis dan psikologi. Kedekatan
geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar
tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh
tingkat keterikatan pikiran-pikiran atau kejiwaan seseorang dengan suatu
objek peristiwa atau berita.
f. Informasi (information)
Berita adalah informasi.menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala
yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki
nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut
mendapat perhatian media.
g. Konflik (conflict)
Berita adalah konflik atau segala yang mengandung unsure atau sarat
dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan
sumber yang tak pernah kering dan tak kan pernah habis.
h. Orang penting (prominence)
Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama. Pesohor,
selebritis, figure publik. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya
saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan nama
menciptakan berita (name makes news).
i.
Ketertarikan manusiawi (human interest)
Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada
seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu
masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana haru, suasana
Universitas Sumatera Utara
kejiwaan, dan alam perasaanya. Cerita human interest lebih banyak
mengaduk-aduk perasaan daripada mengandung pemikiran.
j.
Kejutan (surprising)
Kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba, diluar dugaan, tidak
direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan ini
menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut
binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda
mati.
II.4. Teori Efek Media Massa
Efek adalah semua jenis perubahan yang terjasi pada seseorang setelah
menerima suatu pesan komunikasi dari suatu sumber (Wiryanto, 2000:62). Efek pesan
media meliputi efek kognitif, efek afektif dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila
perubahan pada apa yang diketahui dan dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan. Efek efektif
terjadi bila ada perubahan pada perasaan. Efek afektif berkaitan dengan emosi, sikap,
atau nilai. Efek behavioral terjadi bila ada perubahan perilaku (Rakhmat, 2007:219).
Selain itu, (Effendi, 2003:318-319) juga menjelaskan mengenai efek komunikasi
massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif sebagai berikut:
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informasi bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana
media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan kognitifnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Efek afektif
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran,
sayang, cemas, sinis, kecut dan sebagainya.
3. Efek behavior
Efek behavior merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan. Behavior bersangkutan dengan niat, tekad,
upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
II.4.1. Teori S-O-R
Prinsip S-O-R ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana
efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Menurut teori ini, efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Bagian-bagian utama dari teori ini adalah pesan (stimulus), penerima/ receiver
(organisme), efek (response)
S-O-R ini merupakan dasar teori jarum hipodermik, yaitu efek media massa yang
sangat berpengaruh. Dalam teori ini media dipandang sebagai obat yang disuntik ke
dalam pembuluh darah audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti
yang diharapkan. Model ini dirumuskan sebagai berikut:
Organisme:
Stimulus
− Perhatian
Response
− Pengertian
(Perubahan Sikap)
− penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus itu tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
tersebut tidak efektif mempengaruhi perhatian dari individu dan berhenti disini.tetapi
bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus
tersebut efektif.Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu
organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).Akhirnya dengan dukungan fasilitas
serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima
atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan
proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendi, 2003:254)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) seperti kepemimpinan atau gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori ini
yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual
differences). Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu
Universitas Sumatera Utara
yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota
audience. Teori DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi
variabel-variabel psikologis yang berinterkasi dengan terpaan media massa dalam
menghasilkan respon (Bungin, 2006:277)
Teori S-O-R ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya bicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok, atau masyarakat.
Hoslan, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar pada individu, yang teridiri dari:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi
apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu
dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima), maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu, organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterima (bersikap)
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Universitas Sumatera Utara
Stimulus yang dapat melebihi stimulus ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakini organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement
memegang peranan penting.
Pendekatan teori S-O-R lebih megutamakan cara-cara pemberian imbalan
yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki.
Pemberian informasi sangat penting untuk dapat merubah komponen kognisi.
Komponen kognisi merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan
agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang
merupakan sistem dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam
penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku
tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal
(http//:www.gepcities.com/klinikikm/pendidikan-perilaku/perubahan-perilaku.htm).
II.5. Pengertian Sikap
Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman
masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan,
dan
diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari.
Universitas Sumatera Utara
3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok
cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4. Sikap
mengandung
aspek
evaluatif,
artinya
mengandung
nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan
hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Menurut Allport (Mar’at, 1993:13) ada tiga komponen yang terdapat dalam
yaitu sebagai berikut:
1. Kognitif
Merupakan komponene yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh
manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman.
2. Afektif
Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak
setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan
emosional seseorang yang dapat diamati langsung.
3. Konatif
Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati langsung serta
berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan.
II.5.1. Pembentukan dan perubahan sikap
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil dari
interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor
pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap.
Universitas Sumatera Utara
Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat
mengalami perubahan. Sesuai dengan yang dinyatakan Sherif dan Sherif (1956)
bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai
hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan
sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek
tertentu
Lebih tegas, menurut Bimo Walgito (1980) bahwa pembentukan dan
perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalammenanggapi
dunia luar dengan selektif sehingga ridak semua yang datang akan diterima
atau ditolak.
2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang
merupakan stimulus untuk membentukatau mengubah sikap
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan
sikap pada dasranya dipengaruhi oleh dua faktor yang ada dalam diri individu dan
faktor diluar individu yang keduanya saling berinteraksi. Proses ini akan berlangsung
selama perkembangan individu (Dayakisni dan Hudaniah,2003:98)
Universitas Sumatera Utara
Download