Otonomi Daerah - E-learning UPN JATIM

advertisement
Otonomi Daerah
(Dalam Konteks Perencanaan Pembangunan Wilayah)
Secara harfiah, Otonomi Daerah berasal dari kata otonomi dan daerah.
Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, yang
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan
untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah administratif.
Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) selain berlandaskan pada
acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,
lebih nyata (riil) dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah
masing-masing.
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Otonomi Daerah.
Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada
Gubernur dan Bupati / Wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.
Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat
termasuk Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah
dan wilayah kerja Gubernur dan Bupati / Wali Kota dalam melaksanakan urusan
pemerintahan umum di Daerah
Paradigma lama dalam manajemen negara dan pemerintahan yang berporos pada
sentralistik kekuasaan diganti menjadi otonomi yang berpusat pada desentralistik
kebijakan otonomi daerah, merupakan upaya Pemerintah Pusat merespon tuntutan
kemerdekaan wilayah yang memiliki aset SDA melimpah, namun tidak mendapatkan
haknya secara proporsional (pada masa Orde Baru).
Dasar pemikiran: amanat UUD 1945: Pemerintah Daerah berwenang mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas perbantuan.
.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
peranserta masyarakat.
 Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan & kekhususan, serta potensi &
keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI.
 Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA & SD lainnya dilaksanakan
secara adil dan selaras.
 Untuk menjalankan perannya, Pemerintah Daerah perlu memperhatikan peluang dan
tantangan global dengan memanfaatkan perkembangan iptek.
Sejarah Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia
1. UU No. 1 tahun 1945: mengatur Pemerintah Daerah menjadi 3 jenis Daerah Otonom, yaitu :
Karesidenan, Kabupaten dan Kota.
2. UU No. 22 tahun 1948: mengatur susunan Pemerintah Daerah yang demokratis : Daerah Otonom
Biasa dan Otonom Istimewa dan 3 tingkatan Daerah Otonom : Propinsi, Kabupaten / Kota dan Desa.
3. UU No. 1 tahun 1957: mengatur pemerintahan tunggal yang berlaku seragam di seluruh Indonesia
4. UU No. 18 tahun 1965: menganut sistem otonomi seluas-luasnya
5. UU No. 5 tahun 1974: mengatur pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas
Pemerintah Pusat di daerah. Prinsip yang dipakai: bukan otonomi yang riil dan seluas-luasnya, tetapi
otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluasluasnya dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan NKRI,
dan tidak serasi dengan maksud & tujuan pemberian otonomi.
6. UU No. 22 tahun 1999 tentangg Pemerintah Daerah perubahan mendasar pada format Otonomi
Daerah dan substansi desentralisasi
7. UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Butir 6 & 7 memiliki misi utama desentralisasi, yaitu pelimpahan wewenang dari Pempus ke Pemda, dan juga
pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.
Kemudian UU tersebut dianggap tidak sesuai dengan perkembagnan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga diganti.
Otonomi Daerah (OtoDa) yang diberlakukan di Indonesia saat ini pada awalnya
mengacu pada Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang RI Nomor 22/1999 tersebut dianggap tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Selanjutnya, Undang-Undang RI Nomor 32/2004 hingga tahun 2014 telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir dengan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Yang terbaru adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Prinsip-prinsip Otonomi Daerah
(Dalam UU NO. 22 Tahun 1999)
1. Demokrasi, Keadilan, pemerataan, potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab
3. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten
dan daerah kota
4. Sesuai dengan konstitusi negara
5. Kemandirian daerah otonom
6. Meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah
7. Azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi sebagai wilayah
administrasi
8. Azas tugas perbantuan.
Prinsip-prinsip Otonomi Daerah
(Dalam UU NO. 32 Tahun 2004)
1. Demokrasi, keadilan, pemerataan, keistimewaan dan kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah.
2. Otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab
Otonomi luas: daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Otonomi nyata: penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,
hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
Otonomi bertanggungjawab: dalam penyelenggaraan otonomi harus sejalan
dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Tujuan Pemberian Otonomi Daerah :
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
Pengembangan kehidupan demokrasi.
Keadilan nasional.
Pemerataan wilayah daerah.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut terdapat 3 (tiga) tujuan utama otonomi daerah, yakni :
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing
daerah.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat dipercepat perwujudannya
melalui peningkatan pelayanan di daerah dan pemberdayaan masyarakat atau
adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah.
Upaya peningkatan daya saing diharapkan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan keistimewaan atau kekhususan serta potensi daerah dan
keanekaragaman yang dimiliki oleh daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam upaya mewujudkan tujuan otonomi daerah, maka konsepsi otonomi daerah yang
dilaksanakan di Indonesia menggunakan prinsip pemberian otonomi seluas-luasnya
kepada daerah. Pinsip otonomi seluas-luasnya dapat dimaknai sebagai kewenangan
yang diberikan melalui peraturan perundang-undangan kepada daerah untuk membuat
kebijakan yang dianggap benar dan adil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerahnya masing-masing.
Visi dan Konsep Dasar Otonomi Daerah (Otoda)
Visi Desentralisasi : simbol kepercayaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah
Visi Otonomi Daerah : dirumuskan dalam 3 ruang lingkup, yaitu :
1. Politik: harus dipahami sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, dan memungkinkan
berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang responsif
2. Ekonomi: terbukanya peluang bagi pemda mengembangkan kebijakan regional
dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya.
3. Sosial dan Budaya: menciptakan kemampuan masyarakat untuk merespon
dinamika kehidupan di sekitarnya.
Konsep Dasar Otonomi Daerah
1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah dalam hubungan
Dalam Negeri kepada daerah
2. Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat lokal dalam pemilihan &
penetapan kepala daerah.
3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur berkualitas
tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula
4. Peningkatan efektivitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif.
5. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah.
6. Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian
keleluasaan kepada daerah & optimalisasi upaya pemberdayaan
masyarakat.
Arti Penting Otonomi Daerah - Desentralisasi
a. Menciptakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Fungsi pemerintah :
 Pengelola berbagai dimensi kehidupan (poleksosbudhankam, kesejahteraan
masyarakat, integrasi sosial, dll.)
 Fungsi distributif : penyediaan barang & jasa
 Fungsi regulatif : kompetensi yang berhubungan dengan penyediaan barang & jasa
 Fungsi ekstraktif: memobilisasi sumber daya keuangan untuk pembiayaan
penyelenggaraan negara.
 Memberikan pelayanan masyarakat, menjaga keutuhan negara bangsa, pertahanan diri.
b.
c.
d.
e.
f.
Sebagai sarana pendidikan politik.
Pemerintah Daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan
Stabilitas politik.
Kesetaraan politik.
Akuntabilitas politik
Model Desentralisasi
1. Dekonsentrasi: pembagian kewenangan dan tanggungjawaban administratif antara
departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan tanpa adanya penyerahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat
keputusan.
Ada 2 tipe : administrasi lapangan (pejabat lapangan diberi keleluasaan untuk
mengambil keputusan seperti merencanakan, membuat keputusan rutin dan
menyesuaikan pelaksanaan kebijakan pusat dengan kondisi setempat); dan
administrasi lokal, berupa administrasi terpadu, dan administasi yang tidak terpadu.
1. Delegasi: pelimpahan pengambilan keputusan & kewenangan manajerial untuk
melakukan tugas
khusus kepada organisasi yang tidak secara langsung berada di
.
bawah pengawasan Pemerintah Pusat.
2. Devolusi: transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan dan
.
manajemen kepada
unit Otonomi Pemerintah Daerah.
3. Privatisasi: tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan
sukarela, swasta dan swadaya masyarakat
Formulasi Konsep Dasar Pelaksanaan Otonomi Daerah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Konsep Pembagian Wilayah
Konsep Pembagian Wewenang
Konsep Konstruksi Penyelenggaraan Pemda
Konsep Konstruksi Pemda
Konsep Keuangan Daerah
Konsep Hubungan antar strata Pemerintahan
Konsep Penerapan Azas-Azas Pemerintahan
Konsep Pengelolaan Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
Konsep Perwakilan Daerah
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Kepegawaian Daerah
Konsep Kerjasama Daerah
Konsep Pembinaan dan Pengawasan Daerah
Konsep Penataan dan Pengembangan Daerah
Konsep Tata laksana Pemerintah Daerah
Dalam aplikasinya, konsep tersebut ada yang tepat, belum tepat, atau tidak tepat.
Kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi
Pemerintah Pusat (Pempus):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hubungan Luar Negeri
Pertahanan dan Keamanan
Peradilan
Moneter
Agama
Berbagai Jenis Urusan yang lebih efisien ditangani secara sentral, seperti :
kebijakan makro ekonomi, standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, BUMN
dan pengembangan Sumber Daya Manusia
Pemerintah Provinsi (Pemprov):
1. Kewenangan bersifat lintas Kabupaten dan Kota
2. Kewenangan pemerintahan lainnya, seperti : perencanaan dan penengendalian
pembangunan regional secara makro
3. Kewenangan kelautan
4. Kewenangan yang belum dapat ditangani daerah Kabupaten / Kota
Kewenangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
dan Pemerintah Kota (Pemkot)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pertanahan
Pertanian
Pendidikan Dan Kebudayaan
Tenaga Kerja
Kesehatan
Lingkungan Hidup
Pekerjaan Umum
Perhubungan
Perdagangan Dan Industri
Penanaman Modal
Koperasi
Download