C12fad_BAB I Pendahuluan

advertisement
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permintaan konsumen akan komoditas perikanan dalam keadaan hidup
semakin meningkat, terutama untuk jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Ikan hidup ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan terhindar dari
dugaan pemakaian bahan pengawet yang mungkin digunakan pada ikan beku
ataupun segar. Harga ikan hidup dapat mencapai tiga hingga empat kali harga ikan
dalam keadaan mati (Suparno et al. 1994 diacu dalam Karnila dan Edison 2001).
Berkembangnya perdagangan ikan hidup ini berdampak pada tingginya
persaingan di pasar domestik maupun internasional.
Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing komoditas perikanan di
pasar internasional adalah mengubah perdagangan beku atau segar (mati) menjadi
bentuk hidup. Produk perikanan hidup ini sangat potensial untuk diekspor ke
sejumlah negara seperti Jepang, Amerika Serikat, hingga Eropa (Suryaningrum
et al. 2008). Komoditas hasil perikanan yang prospektif diperdagangkan dalam
bentuk hidup diantaranya adalah lobster air tawar. Cherax quadricarinatus (red
claw) merupakan salah satu jenis lobster air tawar yang diintroduksi dari
Australia. Lobster air tawar cukup potensial untuk dijadikan produk unggulan
karena mempunyai tekstur daging yang lunak dengan rasa hampir sama dengan
lobster air laut, dan merupakan hidangan yang prestisius di hotel dan restoran
(Suryaningrum et al. 2007).
Negara yang biasa mengimpor lobster jenis ini adalah Taiwan, Jepang,
Hongkong, Amerika Serikat, dan beberapa negara Uni Eropa. Ukuran lobster air
tawar yang dapat menembus pangsa pasar mancanegara dengan harga tinggi
adalah size 10-12. Harga lobster air tawar ini cukup stabil karena produksinya
dapat diatur sehingga senantiasa tersedia di pasar (Afni 2008).
Budidaya lobster air tawar di Indonesia saat ini sedang mengalami
perkembangan, terutama di beberapa daerah seperti Bogor, Yogyakarta, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Produksi lobster air tawar secara keseluruhan belum
diketahui secara pasti, tetapi sebagai gambaran bahwa di Yogyakarta produksinya
mencapai 8.000 ekor/bulan (Ariyati et al. 2010).
Teknologi penanganan dan pengangkutan (transportasi) yang tepat dan
sesuai merupakan faktor pendukung dalam perdagangan komoditas perikanan
hidup. Secara garis besar ada dua metode transportasi biota perairan hidup yang
dapat dilakukan diantaranya adalah transportasi sistem basah dan sistem kering.
Transportasi sistem kering dapat menjadi pilihan yang tepat untuk transportasi
lobster air tawar jarak jauh karena dengan sistem ini biota dapat dipertahankan
hidup dalam waktu yang cukup lama bila diketahui kondisi optimalnya.
Pada transportasi sistem kering ini lobster dikondisikan dalam keadaan
aktivitas metabolisme dan respirasi rendah sehingga lobster mampu bertahan
hidup lebih lama diluar habitatnya. Imotilisasi menggunakan suhu dingin
merupakan cara yang paling efektif, ekonomis, dan aman dalam mempersiapkan
transportasi lobster hidup sistem kering. Metode imotilisasi dengan suhu dingin
terdiri dari dua cara, yaitu dengan metode penurunan suhu secara bertahap dan
secara langsung (Suryaningrum et al. 2005). Beberapa penelitian mengemukakan
bahwa imotilisasi dengan metode penurunan suhu secara bertahap cenderung
menimbulkan stres pada ikan dan memerlukan waktu lebih panjang bila
dibandingkan dengan metode penurunan suhu secara langsung (Surono et al. 1993
diacu dalam Ikasari et al. 2008). Lobster air laut yang diimotilisasi dengan metode
penurunan suhu secara langsung dan dikemas dalam media pengisi serbuk gergaji
dingin memiliki tingkat kelulusan hidup 100% selama 40 jam (Suryaningrum
et al. 2005).
Sistem transportasi lobster air tawar yang dilakukan masyarakat pada
umumnya adalah dengan memasukkan lobster ke dalam kotak styrofoam yang
dikondisikan lembab tanpa pemingsanan. Lama waktu transportasi dengan metode
ini biasanya kurang dari 24 jam dan lobster air tawar yang ditransportasikan juga
berisiko mengalami kerusakan anggota tubuh. Oleh karena itu, penelitian
mengenai teknologi transportasi lobster air tawar sistem kering yang lebih efisien
dan aman perlu dilakukan.
1.2
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh metode pembiusan
suhu rendah secara langsung dan cara pengemasan terhadap kelangsungan hidup
lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) selama penyimpanan sistem kering.
Download