TEORI – TEORI MOTIVASI KOMTEMPORER DALAM MANAJEMEN Hariyanti STIE “AUB” Surakarta Abstraksi Manajer organisasi penting sekali untuk mengetahui a pa yang menjadi motivasi para karyawannya, sebab faktor ini akan menentukan jalannya organisasi dalam pencapaian tujuan. Manajer dapat membeli waktu karyawan, manajer dapat membeli kemampuan phisik karyawan, tapi manajer tidak dapat membeli antusiasme, ini siatif, kesetiaan, penyerahan hati, jiwa dan akal budinya. Teori-teori motivasi saling melengkapi oleh karena itu teori tersebut harus digunakan secara bijaksana. Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai system , yang mencakup sifat-sifat individu,pekerjaan, dan situasi kerja, dan memahami hubungan antara insentif, motivasi dan produktivitas , mereka akan mampu mempekirakan perilau bawahan sehingga peningkatan produktivitas dapat terealisasi. Kata Kunci: Basic motivatin Theory, Comtemporer motivation T heory, Productivity Pendahuluan M otivasi merupakan salah satu topic yang paling sering diteliti dalam Perilaku Organisasi. Salah satu kepopulerannya baru -baru ini diungkap dalam Gallup Poll, yang menemukan bahwa mayoritas karyawan AS -55% tepatnya tidak berantusias terhadap pekerjaan mereka. Tentu saja ini menimbulkan masalah, setidaknya di AS. Berita baiknya adalah semua penelitian ini memberi kita banyak pengetahuan mengenai cara meningkatkan motivasi(Robbins). Dalam kenyataan terdapat banyak orang yang bekerja lebih keras daripada kemampuannya, atau menunjukkan usaha yang lebih dari pada orang lain. Sehubungan dengan itu, terdapat Kenyataan bahwa orang yang kemampuannya lebih rendah dapat berprestasi lebih dari orang yang lain yang kemampuannya le bih tinggi. Begitu juga sebaliknya, orang yang berkemampuan tinggi bisa berprestasi lebih rendah, karena kurang termotivasi terhadap pekerjaannya, atau kompen sasinya. Orang yang dimotivasi menunjukkan usaha lebih besar daripada orang yang tak mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, dan hal ini tercipta oleh kemampuan seseorang untuk berbuat agar dapat mem - peroleh kepuasan tertentu. Jadi motivasi berkaitan dengan terpuasinya kebutuhan (need). Setiap manusia akan mendapat kepuasan bila kebutuhannya terpenuhi , karena itu, bila seseorang bekerja lebih giat, dapat ditarik kesimpulan bahwa ia didorong sesuatu kebutuhan untuk men capai kepuasan. Dalam tulisan ini diuraikan tentang; a. Apa itu Motivasi? b. Beberapa teori Motivasi Dasar dan teori Motivasi Komtemporer Pengertian Motivasi Apa itu Motivasi? Banyak individu salah dalam memandang motivasi sebagai sebuah sifat pribadi-beberapa individu memilikinya dan yang lain tidak/ belum tentu memilikinya. Pertanyaan yang penting adalah Apa yang memotivasi sese orang, bukannya apakah seseorang ter motivasi? Kita tahu bahwa motivasi meru pakan hasil interaksi antara Individu dengan Situasi . Setiap orang memiliki dorongan motivasi yang berbeda -beda. Seseorang tidak bisa membaca buku pelajaran dalam 20 menit, tapi dalam satu hari bisa melahap satu buku cerita Harry Porter misalnya. Motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan tentang intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk men capai tujuannya. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Intensitas yang tinggi tidak akan meng hasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Dan yang penting Motivasi memiliki dimensi ketekunan, yaitu ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya. Individu yang termotivasi ber tahan melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan mereka. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keingi nan individu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu peri laku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat timbul dari internal seseorang maupun eksternal dari diri seseorang. Agar manusia termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan tujuan organi sasi perlu adanya perpaduan antara moti vasi akan pemenuhan kebutuhan mereka sendiri dengan permintaan organisasi harus dipenuhi. Sumber motivasi internal a. Motivasi fisiologis: yaitu motiv asi alamiah (kebutuhan biologis, rasa lapar, haus dan seks) b. Motivasi psikologis : 1. Motivasi kasih saying (affectional motivation): motivasi untuk menciptakan dan memelihara keha ngatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emotional) dalam berhubungan dengan orang lain. 2. Motivasi mempertahankan diri (ego-devensive motivation) : motivasi untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psiko logis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise dan mendapatan kebanggaan diri. 3. Motivasi memperkuat diri ( egobolstering motivation) : motivasi untuk mengembangkan kepri badian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapat pengakuan orang lain,memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain. Sumber motivasi eksternal: Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal tetapi malah mengembangkannya. Teori motivasional eksternal menjelaskan kekuatan -kekuatan yang ada di dalam individu yang dipe ngaruhi factor-faktor internal yang dikendalikan oleh manajer yaitumeliputi gaji, kondisi erja, kebiakan perusahaan, dan hubungan kerja sepert penghargaan, kenaikan pangkat,dan tanggung jawab. Perkembangan Teori Motivasi Tahun 1950-an merupakan era yang sangat subur untuk membuahkan teori teori motivasi. Pada dekade itu sekurang kurangnya ada tiga teori motivasi yang terkenal, yaitu : Teori Hierarki kebutuhan manusia (the hierarchy of needs theory ), oleh Abraham Maslow, teori X dan Y oleh Douglas McGregor, dan teori motivationhygiene oleh Frederick Herzberg. Kemudian setelah teori-teori awal yang terkenal itu berkembanglah teori teori motivasi kontemporer seperti : Three Needs Theory : Goal Setting Theory Reinfor cement Theory, Equality, Expectancy Theory, Theory Z. Teori Hierarki Kebutuhan - Maslow Manusia. Abraham Maslow, penyu sun teori ini, menghipotesiskan bahwa dalam diri setiap manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis, termasuk lapar, haus, tempat berteduh, seks, dan kebutuhan badaniah lainnya. 2. Kebutuhan akan rasa aman, termasuk keamanan dan perlindungan terhadap gangguan fisik serta emosional. 3. Kebutuhan sosial, termasuk kasih sayang, keanggotaan kelompok dan kesetiakawanan 4. Kebutuhan penghargaan, termasuk harga diri, kemandirian, keberhasilan, status, pengakuan, dan perhatian 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, ter masuk kemampuan berkembang, kemampuan mencapai sesuatu, kemampuan mencakup diri sendiri Hirarki Kebutuhan Maslow Aktualisasi diri Penghargaan Sosial Keamanan Fisiologi Maslow memisahkan lima kebuthan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebu tuhan tingkat bawah (lower-order needs); kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan kedua tingkat tersebut didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri seseorang ), sementara kebutuhan tingkat secara dominan dipenuhi secara eksternal oleh hal-hal seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa jabatan. Menurut Maslow, bila kebutuhan tingkat pertama terpenuhi, kebutuhan tingkat berikutnya menjadi dominan. Begitu seterusnya secara hierarki. Teor i Maslow ini mendapat banyak pengakuan dari para manajer pelaksana. Hal ini dapat dikaitkan dengan logika intuitif dan kurangnya pemahaman dari teori tersebut, Maslow tidak memberikan bukti empiris, dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori tersebut tidak menemukan pendukung yang kuat. Clayton Alderfer berusaha mengolah hirarki kebutuhan Maslow. Teorinya dise but teoti ERG, yang berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok kebutuhan inti: a. Kehidupan = fisiologis dan keamanan Maslow b. Hubungan = ebutuhan sosial dan status Maslow c. Pertumbuhan = penghargaan dan aktua lisasi diri Maslow. Tapi ERG tidak berasumsi bahwa terdapat hirarki yang kaku dimana seseorang harus memenuhi kebutuhan tingkat rendah terlebih dulu sebelum naik tingkat selan jutnya. Teori X dan Y dari Mc. Gregor Teori X dan Y. Buku Douglas Mc Gregor yang berjudul Human Side of Enterprise membahas dua asumsi yang saling bertentangan. Asumsi Teori X bahwa: 1. Karyawan pada dasarnya tidak menyu kai pekerjaan dan, sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya 2. Karena aryawan tida menyuai peker jaan, merea harus dipaksa, diken dalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan. 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bila mungkin 4. Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjuan sediit ambisi. Sehingga dari asumsi-asumsi tersebut bahwa orang harus selalu diberi pengarahan atau perintah untuk menger jakan sesuatu, dan hanya akan menger jakan sesuatu sesuai perintah saja bila diberi insentif atau diancam “hukuman” . Asumsi Teori Y bahwa: 1. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain 2. Karyawab akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan 3. Karyawan bersedia belajar untuk mene rima, bahkan mencari tanggung jawab 4. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke selurh populasi, dan bukan hanya mereka yang menduduki posisi manajemen. Jadi pada hakikatnya orang bekerja dengan tujuan memenuhi/memuaskan kebutuhannya. Semakin banyak orang dapat ikut berpartisipasi dalam penetapan tujuan semakin efektif sumbangannya kepada badan usaha. Organisasi modern cenderung beralih ke asumsi kedua, teori Y, dan meninggalkan teori X. Bagaimana bila dari McGregor dikait kan dengan teori Maslow? Jawabannya adalah teori-X mengasumsikan kebutuhan kebutuhan tingkat bawah lebih dominan, sedangkan teori Y mengasumsikan kebutuhan-kebutuhan tingkat atas lebih dominan. Mc. Gregor sendiri cenderung mengatakan teori Y lebih sahih (valid), sehingga berpendapat hal-hal sperti keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, tantangan dan tanggungjawab terhadap sesuatu pekerjaan, suasana hubungan yang baik, akan dapat memaksimalkan motivas i para pekerja untuk berprestasi lebih baik. Sayangnya kecenderungan McGregor ini tak didukung konkret, sehingga Stephen P Robbin berpendapat Teori X atau teori Y masing -masing akan cocok sesuai dengan kondisi tertentu. Motivation-Hygiene Theory( Teoti Du a Faktor) - Herzberg Herzberg membedakan dua faktor yang mempengaruhi semangat para pekerja, yaitu hygiene factor dan motivation factors. Hygiene factor merupakan faktor-faktor ketidakpuasaan (dissatifaction), sedang motivation factors merupakan faktor-faktor kepuasaan (satisfaction). Menurut Herzberg, kebalikan/ lawan ”kepuasan” bukan ”ketidakpuasan”. Lawan kepuasan adalah ”tidak ada kepuasan” dan lawan ketidakpuasan adalah ”tidak ada ketidakpuasan”. Oleh karena itu manajer yang ingin menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasaan lebih baik menem puh dengan menciptakan ketentraman kerja dari pada memotivasi. Hal ini dapat diwujudkan melalui hygiene factors, yaitu aturan-aturan administrasi dan kebijakan perusahaan, supervisi hubungan anta r pribadi, kondisi kerja, gaji, dan sebagainya. Bila semuanya itu baik, akan ”tidak ada ketidakpuasan”. Sebaliknya bila manajer hendak memotivasi para pekerja. Herzberg mene kankan pada faktor-faktor pencapaian prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kesempatan untuk berkembang. Melalui ini semua, manusia akan merasa memperoleh imbalan yang hakiki. Bila semua itu dapat diperolehnya, maka akan diperoleh pula kepuasan. Teori Dua Faktor tidak begitu didukung dalam literatur dan menuai banyak kritikan, antara lain: 1. Prosedur yang digunakan oleh Herzberg dibatasi oleh metodologinya. Ketika segalanya berjalan dengan baik, individu-individu cenderung memuji diri mereka sendiri. Sebaliknya, mereka menyalahkan kegagalan pada lingku ngan ekstrinsik. 2. Keandalan metodologi Herzberg dira gukan. Para penilai harus membuat berbagai interpretasi, sehingga mereka dapat menggabungan penemuan dengan menginterpretasikan respons seseorang dalam perilaku tertentu ketika mencoba respons yang sama dengan cara yang berbeda. 3. Tidak ada ukuran kepuasan yang digu nakan secara keseluruhan. Seseorang mungin tidak menyukai bagian dari suatu peerjaan namun masih mengang gap pekerjaan tersebut bisa diterima secara menyeluruh. 4. Teori tersebut tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya. Teori Dua Faktor mengabaikan variabel -variabel situasional 5. Herzberg mengasumsikan hubungan antara kepuasan dan produktifitas, tetapi metodologi penelitian yang digu nakannya hanya melihat kepuasan dan tidak melihat produktifitas. Untu mem buat penelitian ini relevan, seseorang harus mengasumsikan suatu hubungan yang kuat antara kepuasan dan produk tifitas. Teori-Teori Motivasi Komtemporer Three Needs Theory – Mc Clelland David Mc. Clelland berpendapat ada tiga macam motif atau kebutuhan (need) yang relevan dengan situasi ling kungan kerja: 1. The need for achievement (nAch), yaitu kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai sukses., dorongan untuk melebihi mencapai standar standar dan berjuang untuk berhasil 2. The need for power (nPow), kebutuhan untuk dapat memerintah orang lain, kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku yang sebaliknya 3. The need of affiliation (nAff), kebutuhan akan kawan, hubungan akrab antarpribadi. Orang yang tinggi nAch-nya lebih senang menghadapi tantangan untuk ber prestasi daripada imbalannya atau lebih halus, prestasinya dulu baru imbalannya. Orang demikian tak senang dengan pekerjaan yang terlalu mudah atau terlalu sukar. Prestasi terbaik bila menghadapi tugas yang kemungkinan suksesnya 50 -50 (fifty-fifty). Tipe orang yang tinggi nAch -nya adalah selalu berusaha bekerja lebih baik (competitive), tapi bukan dari pekerjaan yang mudah-mudah. Orang yang tinggi nPow-nya punya semangat kompetensi lebih pada jabatan daripada prestasi. Orang tipe demikian senang bila diberi jabatan yang dapat memerintah orang lain. Orang yang tinggi nAff-nya kurang kompetitif. Mereka lebih senang ber kawan, kooperatif, dan hubungan antar personal yang akrab. Menurut Mc Clelland, tidak seperti di negara maju, orang-orang di negara yang sedang berkembang kurang nAch nya. Yang lebih menonjol nPow atau nAff nya. Teori Evaluasi Kognitif Teori Evaluasi Kognitif menyatakan bahwa pemberian penghargaan -penghargaan ekstrinsik (imbalan kerja, promosi, hubungan pengawas yang baik, kondisi kerja yang menyenangkan) untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik (seperti: pencapaian, tanggung jawab,kompetensi) cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori ini memperlihatkan bahwa penghargaanpenghargaan ektrinsi digunaan oleh organisasi-organisasi sebagai imbalan atas kinerja yang unggul,penghargaan -penghargaan intrinsik, yang berasal dari individu-individu yang melakukan hal yang mereka sukai, berkurang. Teori Kognitif Sosial (Teori Efektifitas Diri/Self-Efficacy) Teori ini juga sering disebut Teori Pembelajaran Sosial, yaitu merujuk pada keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan tugas, semakin tinggi efek tifitas diri, semakin tinggi rasa percaya diri dalam keberhasilan menyelesaikan tugas. Individu yang memiliki efektifitas diri rendah cenderung mengurangi usaha mereka atau menyerah, sementara indi vidu yang memiliki efektifitas diri tinggi akan berusaha lebih keras untuk menga lahkan tantangan. Peneliti yang mengembangkan teori efektivitas diri, Albert Bandura, mem perlihatkan bahwa ada empat cara untuk meningkatkan efektivitas diri: 1. Penguasaan yang tetap (enavtive) 2. Contoh yang dilakukan oleh individu lain 3. Bujukan verbal 4. Kemunculan Efek Gabungan dari Tujuan dan Efektivitas Diri pada Kinerja Individu mempunyai rasa percaya diri bahwa tingkat kinerja yang ada akan dicapai (efektivitas diri) Manajer menentukan tujuan yang sulit dan khusus untuk pekerjaan atau tugas Individu mempunyai tingkat kinerja pekerjaan atau tugas yang lebih tinggi Individu menetukan tujuan pribadi (yang ditentukan sendiri) yang lebih tinggi untuk kinerja mereka Menurut Bandura, sumber peningkatan efektivitas diri yang paling penting adalah apa yang disebutnya dengan penguasaan tetap. Penguasaan tetap adalah perolehan pengalaman yang yang relevan dengan dengan tugas atau pekerjaan Apabila berhasil melakukan suatu pekerjaan di masa lalu, saya yakin akan lebih mampu melakukannya di masa depan. Sumber kedua, adalah contoh yang dilakukan oleh individu lain-atau menjadi lebih percaya diri seseorang melakukan tugas karena telah melihat hal yang sama telah dilakukan orang lain dan berhasil sehingga membuat percaya diri kita sendiri untuk berhasil melakukan hal yang sama. Sumber ketiga, adalah bujukan verbal, yaitu menjadi lebih percaya diri karena orang lain meyakinkan kita, bahwa kita mempunyai ketrampilan untuk sukses. Sumber yang keempat, adalah kemunculan, kemunculan meningkatkan efektivitas diri. Kemunculan memicu keadaan bersemangat yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan tugas. Teori ini mengatakan tujuan yang telah dirumuskan dengan nyata dapat merupakan sumber motivasi. Tujuan itu harus spesifik. Dan tujuan spesifik yang lebih sukar, bila telah disepakati, akan menghasilkan kegiatan usaha yang lebih daripada tujuan yang lebih mudah. Tujuan spesifik yang sukar akan memberikan hasil lebih besar dari pada tujuan yang dirumuskan secara umum, seperti ”Harap bekerja dengan baik” ( do you best). Equity Theory Teori ini menggunakan pendekatan keadilan atau kewajaran (equity) hak yang diperoleh pekerja. Seseorang yang mem punyai tingkat pendidikan sama, berusia sama, mempunyai kecakapan sama, dan bermasa kerja yang sama menginginkan mendapat imbalan/gaji yang sama. Singkatnya, seseorang akan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Apabila terdapat ketidakwajaran (kurang) akan mempengaruhi tingkat usahanya untuk bekerja dengan baik. hasil/imbalan dan juga dipengaruhi oleh menarik tidaknya hasil/imbalan itu bagi seseorang. Teoro harapan menun-jukkan bahwa kekuatan dari suatu kecen derungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.. Dalam bentuk yang lebih praktis, teori harapan mengatakan bahwa karayawan-karyawan akan termotivasi untuk mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha tersebut akan menghasilkan penghargaan-penghargaan organisasional seperti bonus, kenaikan imbal an kerja, atau paromosi, dan penghargaan penghargaan tersebut akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi para karyawan. Teori pengharapan berfokus pada tiga hubungan: 1. Hubungan usaha-kinerja Kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah usaha akan menghasilkan kinerja. 2. Hubungan kinerja-penghargaan Tingkat sampai mana individu tersebut yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan. 3. Hubungan penghargaan-tujuan-tujuan pribadi Tingkat sampai mana pengharg aan penghargaan organisasional memuaskan tujuan-tujuan pribadi atau kebutuhan kebutuhan seorang individu dan daya tarik dari penghargaan potensial bagi individu tersebut. Singkatnya, seseorang akan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Apabila terdapat ketidakwajaran (kurang) akan mempengaruhi tingkat usahanya untuk bekerja dengan baik.. Expectancy Theory Teori pengharapan ini menge mukakan, kekuatan kecenderungan melakukan sesuatu kegiatan dengan cara ter tentu dipengaruhi oleh besarnya harapan bahwa kegiatan itu akan men -dapat Theory Z Theori ini dimunculkan oleh William Ouchi dengan hukumnya yang berjudul Theory Z, How American Business Can Meet The Japanese Challenge , tahun 1980an. Ouchi adalah warga negara Amerika Reinforcement Theory Teori ini berlawan dengan goalsetting theory yang menggunakan pendekatan kompetitif, yang menganggap tujuan individu menentukan arah kegiatannya. Reinforcement theory menggunakan pendekatan tingkah laku. Penganut teori reinforcement memandang tingkah laku sebagai akibat/dipengaruhi lingkungan. Kejadian-kejadian kognitif internal tidak berperan. Yang mengendalikan tingkah laku adalah keadaan lingkungan yang selalu berulang. Orang akan mengerahkan segala usahanya untuk melaksanakan lebih baik tugas yang selalu berulang. Serikat berdarah Jepang dan ahli manajemen gaya Jepang. Teori ini adalah teori yang dite rapkan korporasi-korporasi di Jepang. Asumsinya 1. Prinsipnya kerja seumur hidup/loyal. Orang yang telah mengikat hubungan kerja dengan suatu badan usaha tidak punya niat pindah ke badan usaha lain, karena mereka tak ingin mulai dari awal lagi 2. Kesuksesan bersama (organisasi/badan usaha) lebih penting dari pada kesuk sesan individu. Merasa ikut memiliki 3. Sistem manajemen partisipatif 4. Sistem upah dan gaji didasarkan atas pengalaman dan senioritas Kesimpulan Terdapat banyak teori motivasi, tapi Steven P Robbins mengemukakan sim pulan sebagai berikut: 1. Hampir setiap teori motivasi mengakui, manusia/pekerja tidak homogen. Masing-masing punya kebutuhan berbeda. Mereka juga punya per -bedaan dalam kebiasaan, kepribadian, hara pan, kepuasan, dan sebagainya. 2. Antar tipe manusia/pekerja dan jenis pekerjaan harus padu. Misalnya orang yang tinggi nAch-nya akan bekerja dengan baik pada bidang tugas y ang memberikan kesempatan untuk ber partisipasi dalam menentukan tujuan, ada kebebasan atau otonomi dan ada mekanisme umpan balik. 3. Penetapan tujuan yang spesifik dapat merupakan motivasi. Bahkan pene tapan tujuan yang spesifik berat bila ditetapkan secara partisipatif dapat mendorong orang untuk bekerja lebih giat. 4. Tujuan yang ditetapkan harus dapat diyakini bahwa pasti dapat dicapai 5. Hadiah/penghargaan individual hanya cocok untuk budaya kerja individual. Tidak cocok untuk budaya kolektif dan holistic. 6. Kaitkan hadiah/penghargaan dengan pelaksanaan tugas secara utuh. Jangan memberikan penghargaan hanya untuk sebagian penampilan tertentu, sebab kalau demikian halnya hanya akan memotivasi kegiatan tertentu itu saja. Memberikan hadiah yang bersifat terbuka, misalnya berupa kenaikan gaji tahunan atau promosi bagi yang berprestasi, akan lebih baik dari pada imbalan secara tidak diketahui lebih dahulu dan hanya untuk pelaksanaan tugas tertentu yang pelaksanaannya tersebar di sepanjang tahun. 7. Sistem pemberian imbala n/ penghargaan harus memperhatikan keadilan/ kewajaran. Imbalan harus sesuai dengan input yang diberikan, walaupun tetap disadari hal ini sulit, mengingat banyak macamnya input maupun imbalan yang mungkin diberikan. Lebih lagi, yang dianggap wajar/adil bagi seseorang mungkin dirasa tak wajar bagi orang lain. 8. Teori-tori motivasi yang telah dibahas merupaan teori motivasi yang saling melengkapi satu sama lain 9. Banyak macam motivasi yang dapat dilakukan, tetapi tidak dapat menga baikan uang. Berdasarkan suat u penelitian, motivasi yang lain hanya dapat menaikkan produktivitas maksimum 16 persen (berpartisipasi dalam pene tapan tujuan), sedangkan motivasi yang berupa uang dapat menaikkan produktivitas rata-rata sampai 30 persen. Referensi Hani Handoko, 1996, Manajemen, edisi 2, BPFE-Yogyakarta Sukanto Reksohadiprodjo dan Hani Handoko, 1986, Organisasi Perusahaan; Teori, Struktur dan Perilaku, BPFE-Yogyakarta. Stephen P. Robbins, 2005, Organizational Behavior, Eleventh Edition,Pearson Prentice Hall,USA Stephen P Robbins –Timothy A Judge, 2007, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta