BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstrak, dan Variabel
2.1.1 Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial
sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu
anggaran (mardiasmo, 2002), sedangkan menurut Bastian (2006) anggaran dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran
yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode yang akan datang.
Jadi baik Mardiasmo (2002) maupun Bastian (2006) menyatakan bahwa anggaran
memiliki batas waktu. Hal ini untuk memudahkan para pihak yang berkompeten
dalam penyusunan anggaran dalam melakukan estimasi yang akurat serta
mengevaluasi pelaksanaan anggaran.
Sedangkan menurut Governmental Accounting Standards Board (GASB)
dalam Halim (2004:14), yaitu:
“A budget is a plan of financial operation embodying an estimated of
proposed expenditures for a given period of time and the proposed means of
financing them.”
11
12
Jadi yang dimaksud oleh Governmental Accounting Standards Board (GASB)
anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk financial, meliputi
usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu serta usulan
pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu serta usulan cara-cara
memenuhi pengeluaran tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam
satuan moneter sekaligus digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi
perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik maka sistem anggaran serta
pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan
sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran sektor publik berkembang dan
berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan
perkembangan tuntutan yang muncul dimasyarakat. Ada beberapa pendekatan dalam
penyusunan anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004; 76-83)
bahwa pendekatan dalam penyusunan anggaran sebagai berikut :
“1. Anggaran Tradisional
a. Line Item Budgeting
b. Incremental Budgeting
2. New Public Management
a. Anggaran Berbasis Kinerja (Perfomance Budgeting)
b Zero Based Budgeting (ZBB)
c. Programming and Budgetig System (PPBS).”
13
Adapun penjelasan pendekatan dalam penyusunan anggaran adalah sebagai
berikut :
1.
Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional memiliki dua ciri utama yaitu cara penyusunan anggaran
yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan struktur susunan
anggaran yang bersifat line-item:
a. Line Item Budgeting
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi
alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk
mengontrol pengeluaran bukan berdasarkan pada tujuan yang ingin
dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
b. Incremential Budgeting
Anggaran tradisional bersifat incremental yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item yang sudah ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumya sebagai dasar untuk
menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan
kajian yang mendalam.
2.
New Public Management
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja bukan berorientasi kebijakan New Public
14
Management
menimbulkan
beberapa
konsekuensi
bagi
pemerintah.
Diantaranya adalah tuntutan-tuntutan untuk melakukan efisiensi, penangkasan
biaya dan kompetensi tender.
a. Anggaran kinerja (performance budgeting)
Sistem anggaran kinerja merupakan sistem yang mencakup kegiatan
penyusunan dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan dan sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam
penyusunan angaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan
struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.
b. Zero Based Budgetting (ZBB)
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep zero based budgeting
dapat menghilangkan incrementalizion dan line-item karena anggaran di
asumsikan nol (zero-based) tidak berpatokan pada angaran tahun lalu
untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran
didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses
anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali.
c. Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)
PPBS merupakan tekhnik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem
yang berorientasi pada output dan tujuan dengan pendekatan utamanya
adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.
15
Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting. Bagaimanapun
juga jelas mengungkapkan apa yang akan dilakukan dimasa mendatang. Pemikiran
strategis disetiap organisasi adalah proses dimana manajemen berfikir tentang
pengintegrasian aktivitas organisasional ke arah tujuan yang beroerientasi kesasaran
masa mendatang. Semakin bergejolak lingkungan pasar, teknologi atau ekonomi
eksternal, manajemen akan didorong untuk menyusun stategi. Pemikiran strategis
manajemen, direalisasi dalam berbagai perencanaan, dan proses integrasi keseluruhan
ini didukung prosedur penganggaran organisasi.
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu karena
anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran
juga diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan
keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, dan anggaran juga
diperlukan untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap
rakyat.
2.1.2 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Indra Bastian (2006:171) mendefinisikan anggaran berbasis kinerja
sebagai berikut :
“Sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan
berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi.
Anggaran yang beorientasi pada kinerja ini mengalokasikan sumber
daya pada program, bukan unit organisasi semata dan memakai output
measurement sebagai indikator kinerja organisasi.”
16
Sedangkan menurut Darise (2008:146), angaran berbasis kinerja dapat
didefinisikan sebagai berikut :
“Penganggarn berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil
yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam
pencapaian keluaran dari hasil tersebut.”
Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit
kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran
berbasis kinerja dididefinisikan sebagai instrument kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dianggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayan publik. Aktivitas utama dalam penyusunan Anggaran
Berbasis Kinerja adalah mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan
penganggarannya. Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh
informasi dan pengertian tentang berbagai program yang menghasikan output dan
outcome yang diharapkan.
17
Untuk itulah diperlukan indikator yang sesuai untuk mengimplementasikan
anggaran berbasis kinerja dalam suatu organisasi dengan menggunakan konsep value
for money dimana harus menggambarkan pencapaian tingkat pelayanan pada biaya
ekonomi yang terbaik (economical cost). Ini berarti unit biaya yang terendah tidak
selalu menggambarkan value for money yang terbaik karena unit biaya yang termurah
tidak selalu merupakan yang terbaik. Untuk lebih jelasnya, efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis akan diuraikan sebagai berikut (Indra Bastian, 2006:280) :
1. Efisiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan
jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
2. Efektivitas adalah hubungan antara output , kebijakan, dan prosedur
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan'
3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang
dimungkinkan.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa ekonomis membahas mengenai
input, efektivitas membahas mengenai output, dan efisiensi membahas mengenai
input dan output. Dan ketiganya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam
mencapai tujuan suatu organisasi
Menurut Nordiawan (2006 : 79-83) mengungkapkan bahwa dalam menyusun
suatu anggaran berbasis kinerja terdapat tahap-tahap yang harus di laksanakan, yaitu :
“ 1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan”
18
Adapun penjelasan mengenai beberapa tahap penyusunan anggaran berbasis
kinerja yang telah dikutip diatas adalah sebagai beikut :
1. Penetapan strategi organisasi (visi dan misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh kedepan yang memberi
gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi.
Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi harus dapat :
a)
Mencerminkan apa yang ingin dicapai.
b)
Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.
c)
Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis.
d)
Memiliki orientasi masa depan.
e)
Menumbuhkan seluruh unsur organisasi.
f)
Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
2. Pembuatan tujuan
Tujuan dalam hal ini adalah suatu yang akan dicapai dalam kurun waktu 1
tahun atau yang sering diistilahkan dengan tujuan operasional. Sebuah tujuan
operasional yang baik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.
Harus merepresentasikan hasil akhir (true ends/outcome) bukannya
keluaran (output).
2.
harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir (outcome) yang
diharapkan telah dicapai.
19
3.
Harus dapat di ukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan
koreksi (corrective action).
4.
Harus tepat artinya tujuan tesebut memberikan peluang kecil untuk
manimbulkan interpretasi individu. Namun ketepatan ini seharusnya
tidak berada pada perincian yang salah.
3. Penetapan Aktivitas
Aktifitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang
telah ditetapkan. Organiasi kemudian membuat suatu unit atau paket
keputusan yang bersisi beberapa altenatif keputusan atas setiap aktivitas.
Alteratif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan aktivitas yang
bersangkutan. secara umum alternative keputusan berisi komponen sebagai
berikut :
1. Tujuan aktivitas dinyatakan dalam suatu cara yang mmbuat tujuan
diharapkan menjadi jelas
2. Alternatif aktifias atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan
mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak
3. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut
4. Input kuantitas atau unit pelayanan yang disdiakan (output) dan hasil
(outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.
20
4. Evaluasi dan pengambilan keputusan
Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya adalah proses
evaluasi dan pengambilan keputusan.Tekhnisnya alternatif keputusan dari
semua aktifitas semua program yang direncanakan digabungkan dalam satu
table dan diurutkan berdasarkan prioritasnya. Setiap level anggaran dianggap
sebagai satuan yantg berbeda. Dalam contoh sebelumnya aktifitas pelatihan
komputer mempunyai 4 alternatif anggaran, maka keempat level tersebut
dianggap sebagai alternatif yang berdiri sendiri.Dalam penyusunan anggaran
program yang berbasis not. Asumsi yang digunakan adalah pengambil
kebijakan organisasi akan menerima apapun urutan prioritas yang telah
ditetapkan. Dengan demikian kewajiban mereka hanyalah menentukan
besarnya anggaran. Sehingga besarnya anggaran yang akan menentukan
aktifitas mana saja yang dapat dilaksanakan .
2.1.3 Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja
Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Deddi Nordiawan (2007;58)
adalah sebagai berikut :
“1.
Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan
fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan
rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
21
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya
perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang
diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.”
Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam
setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh aktivitasnya
dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang maksimal yang
anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit standar dikalikan
dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode tersebut.
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Berebasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public Management
yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana anggaran dengan
pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran publik.
Meskipun demikian, anggaran kinerja di susun sebagai dasar penyempurnaan
anggaran tradisional tidak akan terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangan.
Menurut Dedi Nordiawan (2007) dijelaskan bahwa kelebihan dan kekurangan dari
kinerja ini adalah sebagai berikut:
“a. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
penenkanan pada dimasukannya deskripsi secara negatif dari setiap
aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
22
1. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh
estimasi biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.
2. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.
3. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja
memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari
jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.
4. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap
bawahannya.
5. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran
daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
b. Kekurangan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki
staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai
untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan melaksanakan
analisis biaya.
2. Banyak jasa dan aktifitas pemerintah telah secara khusus dibuat
dengan dasar anggaran yang dikeluarkan (cash basis)
3. Kadang kala, aktivitas diukur biaya secara detail dan dilakukan
pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan
memadai yang diperlukan pada perlu atau tidaknya aktivitas itu
sendiri.”
2.1.5 Siklus Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Mardiasmo (2009:70) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
tahap (fase) yang terjadi pada siklus anggran, yaitu :
“1. Tahap perencanaan anggaran
2. Tahap pengesahan anggaran
3. Tahap pelaksanaan anggaran
23
4. Tahap pegawasan peaksanaan anggaran
5. Tahap pengesahan perhitungan anggaran”
Adapun penjelasan mengenai tahap (frase) siklus anggaran yang telah dikutip
diatas adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perancanaan Anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan tujuan
organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan penaksiran pendapatan
erlebih dahulu.
2. Tahap Pengesahan Anggaran
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan tahap proses politik yang cukup
rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan mental
yang tinggi. Hal terebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif
harus mempunyai kemamuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi
yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak legislative.
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap pelaksanaan anggran, hal terpenting yang dierhatikan oleh
manajer keuangan pulik adalah dimilikinya sistem (infoormasi) akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan public dalam al ini
bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan
24
handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati,
dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.
4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan Anggaran
Inspektorat Kabupaten pada lembaga melakukan pengawasan atas
pelaksanaan APBD di lingkungan lembaga bersangkutan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Inspektorat Kabupaten dan pimpinan unit
pengawasan lembaga wajib menindak lanjuti pengaduan masyarakat
mengenai hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan APBD.
5. Tahap Pengesahan Perhitungan Anggaran
Pimpinan
pertanggungjawaban
lembaga selaku Pengguna
Anggaran menyusun
pelaksanaan APBD dilingkungan lembaga yang
dipimpinnya berupa Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca,dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang
dilampiri Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) pada lembaga
masing-masing. Laporan Keuangan lembaga oleh pimpinan lembaga
disampaikan kepada Bagian Keuangan selambat-lambatnya dua bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Kemudian Bagian Keuangan menyusun
rekapitulasi laporan keuangan seluruh instansi pemerintah daerah. Bagian
keuangan
selaku Bendahara
Umum
Pemerintah
Daerah juga
menyusun Laporan Arus Kas. Selain itu, Bendahara Keuangan sebagai
wakil Pemerintah
Daerah dalam
kepemilikan kekayaan
daerah
yang
25
dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah. Semua
laporan keuangan tersebut disusun oleh Bagian Keuangan selaku pengelola
fiskal sebagai wujud laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan
kepada Bupati dalam memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Bupati menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kepada BPK
paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit atas laporan
keuangan pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan
setelah laporan keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah.
Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus
disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara
obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan
masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal
yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja dan Standar
Pelayanan Minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.
Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek
keuangan berupa ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan
indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana,
sumber daya manusia dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan
26
akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya.
Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran
Analisa Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran
atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
2.1.6 Efektivitas Kinerja
Stoner (dalam Tika,2006:121) mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi
dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan. Bernardin dan Russel (dalam
Tika,2006:121) kinerja sebagai pencatatan hasil - hasil yang diperoleh dari fungsi fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Handoko (dalam Tika,2006:121) mendefinisikan kinerja sebagai proses
dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Pengukuran
keberhasilan dalam penyelesaian kerja guna tercapaianya keberhasilan dan gambaran
kegagalan pada satuan organsasi kerja, yang menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sulit untuk dilakukan secara obyektif. Untuk menyukseskan program kerja dalam
penyelesaian tugas perlu terlebih dahulu menyusun dan menetapkan efektifitas kerja
terlebih dahulu, hal ini dianggap penting guna pencapaian tugas secara tepat. Berikut
ini syarat – syarat pencapaian kinerja secara efektif :
a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan dalam interprestasi penyelesaian kerja.
b. Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif
27
c.
Pencapaian
tugas
penting
dan
berguna
untuk
menunjukkan
keberhasilan memasukan, serta mengeluarkan hasil dan manfaat.
d. Harus cukup fleksibel dan sensitife terhadap perubahan atau
penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan kerja dalam
organisasi.
e.
Relevansi terhadap tugas dan kegiatan dalam penyelesaian tugas dan
tanggungjawab
f.
Efektif, data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja
yang bersangkutan dan bagaimana proses pengumpulan pengolahan
dan analisis yang tepat.
Efektivitas Kerja sebagaimana disimpulkan Nayono (2000;114) merupakan
proses kegiatan dari pada seorang pimpinan (Manager) dan anggota atau Pegawai
yang dilakukan dengan cara - cara yang baik dan tepat. Efektivitas Kerja merupakan
salah satu sarana penyampaian informasi secara efektif dan memiliki muatan
penyampaian langsung maupun pelayanan secara kelompok.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai Efektivitas Kerja berikut ini
pengertian Efektivitas Kerja menurut Tannenbaum dalam Steers (1985:50) yang
meninjau efektifitas dari sudut pencapaian tujuan. Steers juga menjelaskan bahwa
pada dasarnya teori – teori tentang efektivitas organisasi mencakup tiga elemen yang
saling berhubungan satu sama lainnya diantaranya:
28
1)
Optimalisasi tujuan kerja adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
organisasi agar terdapat peningkatan dalam output/tujuan yang
diharapkan
2)
Pendekatan Sistem Kerja adalah serangkaian dari beberapa pekerjaan
yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda
atau jasa yang menghasilkan nilai bagi pelanggan atau keuntungan
perusahaan/organisasi. Sistem kerja melibatkan banyak faktor manusia
3)
Perilaku manusia dalam organisasi adalah adanya keterkaitan pola
kerja
manusia
dengan
alat
atau
mesin,
faktor-faktor
yang
dikombinasikan antara manusia dengan alat tersebut di buat suatu
prosedur atau tahapan kerja yang sudah tetap dan didokumentasikan
sehingga menghasilkan suatu sistem kerja yang konsisten dan dapat
menghasilkan hasil yang berkualiatas.
Efektivitas Kerja adalah fungsi yang berhubugan dengan perolehan hasil
tertentu dari orang lain sebagai bentuk referensi (Sumber) yang dapat dijadikan
sebagai bentuk pelayanan yang maksimal dan memperoleh hasil yang baik.
2.1.7 Pengertian Kinerja Organisasi Perangkat Daerah
Menurut Biro Organisasi Sekretaris Daerah, Kinerja Organisasi Perangkat
Daerah
adalah
Organisasi
Pemerintah
yang
merencanakan
operasional,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan kinerja meliputi pengembangan kinerja,
akuntabilitas kerja instansi pemerintah serta monitoring dan evaluasi berdasarkan
29
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar terwujudnya kinerja pemerintahan yang
berpihak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraaan
masyarakat.
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab (tugas
pokok) yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 1995 : 45). Untuk lebih jelasnya
indikator yang mempengaruhi kinerja khususnya kinerja Organisasi Perangkat
Daerah diantaranya :
-
Tugas Pokok adalah tugas yang paling pokok dari sebuah jabatan atau
organisasi. Tugas pokok memberi gambaran tentang ruang lingkup atau
kompleksitas jabatan atau organisasi tersebut.
-
Kuantitas Pekerjaan adalah jumlah kerja yang dilaksanakan oleh
seseorang pegawai dalam suatu periode tertentu.
-
Kualitas Pekerjaan adalah Mutu kerja yang didasarkan pada standar
yang
ditetapkan.
Biasanya
diukur
melalui
ketepatan,
ketelitian,
ketrampilan, dan kebersihan hasil kerja
Proses penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para pimpinan organisasi
perangkat daerah datam organisasi pemerintahan. Struktur organisasi perangkat
daerah menunjukkan tanggung jawab setiap pelaksana anggaran. Setiap pelaksana
anggaran. bertanggungiawab untuk menyiapkan dan mengelola elemen anggarannya
masing-masing.
Partisipasi
pelaksana
penyusunan
anggaran
dinilai
dapat
30
meningkatkan kinerja manajerial organisasi perangkat daerah yang ada akhirnya
meningkatkan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.
2.1.8 Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor public
didefinisikan sebagai berikut :
”Suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi.”
Pengukuran Kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi
atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas
barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran kinerja digunakan untuk
menilai prestasi manajaer dan unit organisasi yang dipimpinnya.
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas disini bukan sekedar
kemampuan menunjukkan uang publik dibelanjakan, akan tetapi juga meliputi
kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
31
Menurut Mardiasmo (2004:122) bahwa tujuan pengukuran kinerja sektor
publik adalah :
“Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:
a. Untuk mengkomunikasikan strategi dengan lebih baik (top down
and bottom up).
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non – finansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian
strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan manajer bawah serta memotivasi dan untuk
mencapai goal congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
e. Untuk menciptakan Akuntabilitas Publik. Pengukuran kinerja
merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya
Akuntabilitas Publik. Pengukuran kinerja menunjukan seberapa
besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial
organisasi dan kinerja lainya yang menjadi dasar penilaian
akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan
dalam bentuk laporan kinerja.”
Setelah tujuan pengukuran kinerja dicapai maka perusahaan akan mendapat
manfaat langsung yaitu seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004:122),
bahwa:
“Manfaat pengukuran kinerja sektor publik dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan
untuk menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang
ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan
tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
32
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman
secara objektif atas pencapaian yang diukur sesuai dengan sistem
pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam
rangka memperbaiki kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah
terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
objektif.”
Sedangkan menurut Indra Bastian (2006:275) mengemukakan bahwa tujuan
atau manfaat dari pengukuran kinerja adalah bahwa:
“Manfaat atau tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang
digunakan untuk pencapaian kinerja.
Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati.
Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan
tindakan untuk memperbaiki kinerja.
Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas
kinerja yang dicapaisetelah dibandingkan dengan skema
indikator kinerja yang telah disepakati.
Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan
dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.
Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi.
Membantu memahami proses kegiatan instansi perusahaan.
Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
objektif.
Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan.
Mengungkap masalah yang terjadi.”
Dengan demikian menurut kutipan diatas dapat penulis simpulkan bahwa
penerapan skema indicator kinerja perlu adanya artikulasi dari tujuan, visi, misi,
sasaran dan hasil program yang dapat diukur dan jelas manfaatnya. Karena akurasi
33
keputusan dapat dihasilkan dengan dukungan informasi yang baik. Dengan adanya
pengukuran kinerja sektor publik memberikan manfaat yang pasti terhadap jalannya
kinerja pemerintah.
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1 Anggaran Berbasis Kinerja
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi
suatu fenomena global termasuk Indonesia. tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan
pemerintah termasuk bidang pengelolaan Negara. Agar dapat mengukur hal tersebut,
maka penggunaan anggaran merupakan titik fokus dalam proses perencanaan dan
pengendalian.
Menurut Indra Bastian (2006:171) mendefinisikan anggaran berbasis kinerja
sebagai berikut :
“sistem penganggaran yang berorientasi pada „output organisasi dan
berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi.
Anggaran yang beorientasi pada kinerja ini mengalokasikan sumber
daya pada program, bukan unit organisasi semata dan memakai ,output
measurement sebagai indikator kinerja organisasi.”
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat di anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayan publik.
34
2.2.2 Kinerja Organisasi Perangkat Daerah
Menurut Biro Organisasi Sekretaris Daerah, Kinerja Organisasi Perangkat
Daerah
adalah
Organisasi
Pemerintah
yang
merencanakan
operasional,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan kinerja meliputi pengembangan kinerja,
akuntabilitas kerja instansi pemerintah serta monitoring dan evaluasi berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang berlaku agar terwujudnya kinerja pemerintahan yang
berpihak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraaan
masyarakat.
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu
organisasi (Bastian, 2001:329).
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis menyajikan
hipotesis sebagai berikut:
H1:
Adanya pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja
organisasi perangkat daerah.
Download