Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
82
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:849)
yaitu,
“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.”
Sedangkan pengertian pengaruh menurut Badudu dan Zain (1994:1031)
yaitu sebagai berikut :
“Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; (2)
sesuatu yang dapat membentuk / mengubah sesuatu yang lain; dan (3)
tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain.”
Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan,
bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain.
2.2 Role Stress
2.2.1
Pengertian Karyawan
Pengertian karyawan menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan (2002:12)
dalam bukunya manajemen Sumber Daya Manusia, mengatakan bahwa :
“Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka
wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan
berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian.”
Dan menurut Drs. Domi C. Matutita,dkk (1992:3) dalam bukunya
manajemen personalia menyebutkan bahwa :
83
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
“Karyawan merupakan seluruh orang-orang yang ditugaskan untuk
bekerja dalam suatu badan atau lembaga tertentu baik dilingkungan
dunia usaha maupun di lingkungan pemerintah. Khusus yang bekerja di
lingkungan lembaga pemerintah disebut dengan pegawai negeri.”
Karyawan bisa juga disebut sebagai keseluruhan orang-orang yang bekerja
pada suatu organisasi tertentu. Namun yang pasti, karyawan merupakan kekayaan
utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan
tidak akan dapat terjadi. Karena karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana,
sistem, proses dan tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan.
2.2.2
Pengertian Stress
Pengertian stress pertama kali didefinisaikan oleh Selye pada tahun 1930 yang
dikutip oleh Judith R. Gordon (1993:94) adalah sebagai berikut :
“Stress refen to a psychological and psychological state that results when
certain features of a individual’s environment, including noise, pressures,
job promotions, monotory, or thr general climate, attack or impinge on that
person.”
Sementara itu Barney (1992:690-694) mendefinisikan stress sebagai
tanggapan individu terhadap rangsangan yang menyebabkan tuntutan fisik maupun
psikis yang berlebihan. Dan penyebab terjadinya stress pada seorang individu yang
menjadi bagian dari suatu perusahaan, dapat berasal dari berbagai macam kondisi,
tetapi salah satu sebab terbesar adalah dari karakteristik organisasi atau
organizational stressor.
2.2.3
Penyebab Stress
Menurut Barney & Griffin (1992:698) Stress yang disebabkan oleh
karakteristik organisasi tersebut terbagi lagi menjadi empat kategori umum yang
menjadi penyebabnya :
84
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Task Demand , jenis stress ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan
khusus yang harus dikerjakan oleh seorang individu.
2. Physical Demands, merupakan suatu jenis stress yang berhubungan
dengan keadaan lingkungan pekerjaan.
3. Role Demands, pengertian role atau peran disini adalah seperangkat
perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi seseorang pada suatu
kelempok atau organisasi. Stress dapat berasal dari role ambiguity atau
dari berbgai macam role conflict yang dialami seseorang dalam
kelompoknya.
4. Interpersonal
Demands, adalah satu jenis stress yang berhubungan
dengan karakteristik hubungan yang dihadapi oleh seseorang dalam
organisasi.
2.2.4
Jenis-jenis Stress
Stress biasanya selalu diartikan dalam istilah yang negatif oleh masayarakat.
Tetapi apabila diteliti lebih jauh, stress tidak selalu memiliki artian negatif. Terdapat
dua jenis stress menurut Schemerhorn (1991:526), apabila dilihat dari pengaruh
terhadap sesorang yaitu :
“a. Constructive Sress
Stress jenis ini berperan positif bagi seseorang atau individu dalam
organisasi dan bersifat membangun. Misalnya: dapat meningkatkan
motivasi kerja karena terdapat persaingan prestasi kerja antar karyawan
untuk memberikan yang terbaik dalam menjalankan tuganya.
b. Destructive Stress
Stress jenis ini mempunyai pengaruh yang negatif bagi seseorang atau
individu dalam organisasi. Misal, melemahnya motivasi kerja karena
terlalu tingginya tingkat prestasi kerja yang diharapkan atas seseorang
sehingga individu tersenut mengalami tekanan dari pekerjaannya
mengakibatkan rendahnya kualitas kerja individu.”
85
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.2.5
Dampak Stress
Dampak stress bagi setiap individu tidak terlalu sama. Dari uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui bahwa stress yang berlebihan dapat
bersifat negatif bagi individu, tetapi juga dapat berakibat positif bagi individu.
Dampak stress bagi seseorang akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang
lingkungan dan budaya dimana seseorang bekerja dan peran yang diemban seseorang
dalam lingkungan organisasi yang berbeda pula. Stress sampai pada tingkat tertentu
dapat berakibat baik pada prestasi kerja pada seorang individu, seperti bertambahnya
motivasi keseriusan bekerja ataupun bertambahnya inovasi dalam bekerja. Tetapi
bagaimanapun stress yang berlebihan dapat berakibat negatif pada bagi individu. Hal
ini dinyatakan oleh Barney & Griffin (1992:696) sebagai berikut:
“An optimal resut of stress can result of motivation, excitement, and
inovation. Too much stress, however can have very negative consequences.”
Akibat negatif dari stress akan menimbulkan kerugian bagi individu dan pada
akhirnya juga akan menimbulkan pada organisasi atau perusahaan dimana individu
tersebut bekerja. Menurut Barney & Griffin (1992:700) akibat negatif yang
ditimbulkan oleh stress antara lain:
1) Individual Consequences

Behavioral Consequences, stress dapat menyebabkan seseorang
berperilaku merusak atau membahayakan orang lain. Misalnya
kecanduan alkohol, tindak kekerasan pada orang lain, kecanduan obatobatan terlarang dan lain-lain.

Psyhological Consequences, stress akan berpengaruh pada kesehatan
mental seseorang. Hal ini dapat mengakibatkan depresi, gangguan
tidur dan lain-lain.
86
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Medical Consequences, stress akan berpengaruh pada kesehatan fisik
seseorang. Beberapa contoh penyakit yang banyak dihubungkan
dengan stress diantaranya penyakit jantung dan stroke.
2) Organizational Consequences

Peforming Declines, jumlah stress yang terlalu banyak dapat menurunkan
prestasi kerja individu. Misalnya pengambilan keputusan yang salah atau
terjadinya gangguan dalam hubungan kerja antar karyawan.

Withdrawal Behaviors, orang-orang yang mengalami stress dan tidak
dapat mengatasinya biasanya mudah sakit atau mempertimbangkan untuk
keluar dari perusahaan.

Poor Atitudes, stress yang dialami seseorang akan tergambarkan pada
sikap dan tingkah laku sehari-hari yang akan mempengaruhi hubungan
kerja antar karyawan.
3) Burnout
Burnout adalah suatu perasaan keletihan atau kelelahan yang mungkin
timbul pada saat seseorang mendapatkan secara serentak dan mendapatkan terlalu
banyak ketidakpuasan.
2.2.6
Pengertian Role Stress
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, setiap individu yang bekerja
didalamnya memiliki suatu peran atau role yang harus dilaksanakan, dimana peran
yang dimiliki individu tersebut berbeda satu sama lain tergantung dengan fungsi dan
tanggungjawab yang diharapkan dalam organisasi. Konsep peran sangat penting
untuk memahami perilaku kelompok, peran tersebut merupakan apa yang harus
dilakukan oleh seseorang guna memisahkan keberadaannya pada posisi tertentu.
Secara umum, peran didefinisikan sebagai suatu pola fungsi dan tugas yang
diharapkan dari individu dalam lingkungan untuk dilaksanakan individu tersebut.
87
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Adapun definisi peran atau role menurut Schemerhorn, Hunt, dan Obsorn
(1991:406) adalah sebagai berikut:
“Peran didefinisikan sebagai perangkat aktivitas yang diharapkan dari
seorang yang memegang suatu pekerjaan atau suatu posisi dalm suatu
kelompok atau organisasi.”
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa peran ditunjukan terhadap pola
perilaku yang diharapkan dari seorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu
organisasi. Semakin kompleksnya peran yang diemban oleh sesorang dalam
organisasi dapat menimbulkan terjadinya konflik peran atau ambiguitas peran yang
pada akhirnya bermuara pada terjadinya role stress.
Role stress didefinisikan sebagai stress yang disebabkan tuntutan dari anggota
organisasi lainnya atas peran yang diemban seorang individu. Menurut Buck K.W.
Pei & Frederick G. Davis (1989:104) dalam penelitiannya mengemukakan definisi
role stress sebagai berikut:
“Role stress typically as defined according two variables : rele conflict and
role ambiguity.”
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rebela et al (1990:134-153) yang
berjudul Independent Auditor’s Role Stress : Antecendent, Outcome & Moderating
Variables, mengemukakan definisi dari role stress sebagai berikut:
“ Role stress defined as the role conflict and role ambiguity experienced by
a role incumbent.”
Dari dua pengertian yang telah dikemukakan, menunjukan pengertian yang
sama tentang role stress, dimana role stress didefinisikan sebagai konflik peran (role
conflict) dan ambiguitas peran (role ambiguity) yang dialami oleh pemegang peran
(role holder).
2.2.6.1 Role Conflict
88
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Terdapat beberapa pengertian role conflict. Salah satu pengertian yang dapat
menggambarkan pengertian dasar dari role conflict adalah dari Handi MH (Media
Indonesia 5 April 1998,11) yang menyatakan :
“Role conflict adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan berupa
pertentanggan yang terjadi pada diri seorang karyawan yang disebabkan
oleh ketidaksesuaian antara tuntutan peran dari suatu pekerjaan atau
jabatan dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki karyawan.
Hal ini tampak pada tingkah laku atau hasil yang tidak sesuai dengan
tuntutan jabatan dan cenderung menyimpang.”
Gordon (1989:489) mendefinisikan proses terjadinya role conflict sebagai
berikut :
“Different people often have different expectations about the activities that
appropriate for a role holder. These different expectations result in
conflicting pressures on the role holder to perform in one was rather that
another. This is turn result in role conflict, where compliance with one set
of presasures present compliance with different set of presasures.”
Adapun pengertian role conflict menurut Gibson, Ivanchevich dan Donnelly
yang dialihbahasakan oleh Ir. Nunuk Adiarni (1996:345) sebagai berikut :
“Konflik peran merupakan stressor yang meningkat ketika seseorang
menerima pesan-pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku
peran yang sesuai.”
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan
mengalami role conflict pada saat peran yang dilakukan di tempatnya bekerja
menyebabkan tekanan. Tekanan yang terjadi tersebut diantaranya disebabkan oleh
adanya beberapa harapan yang berbeda dari pihak atas peran yang diembannya
ataupun peran yang diharapkan dari pihak perusahaan untuk dijalankan tidak sesuai
dengan pengetahuan maupun kemampuan karyawan yang bersangkutan.
Menurut Judith R. Gordon et al (1990:490) terdapat jenis role conflict,
yaitu:
“a)
Intrasender Conflict, jenis konflik ini terjadi apabila seseorang
mempunyai pengharapan yang berbeda atau bertentanggan tidak
konsisiten atas peran individu.
89
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
b)
c)
d)
e)
Intersender Conflict, jenis konflik ini terjadi dimana seseorang
pemegang peran dan orang-orang disekitarnya yang berinteraksi
dengannya memiliki pengharapan yang berbeda dengan individu
tersebut.
Inter Role Conflict, jenis konflik yang terjadi saat pengharapan yang
berhubungan dengan peran yang berbeda menyebabkan terjadinya
konflik.
Person Role Conflict, jenis konflik yang terjadi saat aktivitas yang
diharapkan atas seorang pemegang peran bertentangan dengan nilainilai norma dan moral dari individu tersebut.
Role Over Load, jenis konflik yang terjadi saat pengharapan yang
dikirimkan kepada seorang pemegang telah sesui, tetapi hasilnya
melebihi waktu yang tersedia bagi individu tersebut untuk
menyelesaikan tugasnya.”
2.2.6.2 Role Ambiguity
Untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik, para karyawan membutuhkan
informasi tertentu mengenai apakah mereka diharapkan untuk melakukan sesuatu
atau tidak. Seorang individu yang bekerja dalam organisasi harus mengetahui hak dan
kewajiban mereka dalam organisasi, apabila individu tersebut tidak mengerti atas
peran yang mereka emban maka hal-hal ini akan berakibat pada terjadinya role
ambiguity.
Menurut Handi MH (Media Indonesia 5 April 1998,11) menyatakan role
ambiguity sebagai berikut:
“Role ambiguity adalah suasana dimana karyawan tidak jelas tentang
peran (fungsi, wewenang dan tanggung jawab) yang diharapkan pada
dirinya dari perusahaan. Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan yang
melakukan reorganisasi.”
Pengertian lain menurut Gibson, Ivanchevich dan Donnelly yang
dialihbahasakan oleh Ir. Nunuk Adiarni (1996:345) mengemukakan pengertian role
ambiguity sebagai berikut:
“Role ambiguity adalah suatu kondisi tidak adanya dari seorang individu
tentang hak-hak khusus dan kewajiban mereka dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.”
90
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa role ambiguity terjadi
ketika individu yang memegang peran tidak cukup mampu untuk memberikan
penjelasan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perannya. Dimana
hal ini disebabkan karena seseorang pemegang peran (role holder) tidak mempunyai
penjelasan yang memadai dari pihak manajemen atas peran.
Menurut Judith R. Gordon (1993:93) menyatakan bahwa seseorang yang
memegang peran (role holder) dalam suatu organisasi dapat mengalami role
ambiguity apabila tidak mengetahui atau memahami enam jenis dasar informasi yang
diperlukan untuk menghindari terjadinya role ambiguity, yaitu :
“ a)
b)
Role holder harus mengetahui harapan pihak lain atas perannya.
Role holder harus mengetahui aktivitas yang mereka lakukan dari interaksi
antar individu yang harus dilakukan dalam memenuhi harapan pihak-pihak
lain.
c)
Role holder harus mengetahui konsekuensi dalam melakukan maupun tidak
melakukan aktivitas atau interaksi dengan pihak lain dengan cara tertentu.
d)
Role holder harus mengetahui jenis perilaku maupun sikap yang tepat untuk
memberikan penghargaan maupun sanksi.
e)
Role holder harus mengetahui jenis penghargaan dan sanksi yang akan
diberikan serta memperkirakan situasi dengan tepat untuk melakukannya.
f)
Role Holder harus menentukan jenis perilaku dan sikap yang dapat
memuaskan atau malah dapat mengacaukan kebutuhan seseorang individu.”
Role ambiguity umumnya terjadi pada seorang karyawan yang baru bekerja
pada suatu perusahaan. Kondisi ini terjadi bila seorang karyawan tidak memiliki
informasi yang lengkap dan jelas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan peran
yang diembannya, atau tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sehingga karyawan
tersebut lebih banyak memperkirakan sendiri berbagai hal yang menyangkut
tugasnya, seperti perilaku apa yang diharapkan dalam lingkungan kerja, pekerjaan
apa yang akan dapat penghargaan dan yang sebaliknya pekerjaan apa yang mendapat
hukuman.
91
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.3 Security Administration
Security dapat didefinisikan sebagai suatu perlindungan baik bagi sumber
daya fisik maupun konseptual dari bahaya alam dan manusia, seperti yang
diungkapkan oleh Wilkinson (1995:387) dalam bukunya Sistem Informasi
Akuntansi.
“Keamanan merupakan perlindungan sehari-hari atas perangkat keras
dan perangkat lunak komputer melainkan juga integritas data,
kerahasiaan data, perlindungan atas semua fasilitas fisik, dan
pencegahan kemungkinan kehilangan yang sangat merugikan .”
Menurut azhar Susanto (2002:349) dalam bukunya Sistem Informasi
Akuntansi mengatakan tentang definisi keamanan sebagai berikut:
“Keamanan (security) adalah serangkaian kebijakan, prosedur dan
teknik pengukuran yang digunakan untuk melindungi sistem informasi
manajemen dari akses yang tidak berwenang, pengubahan, pencurian
dan kerusakan fisik. Keamanan dapat dilakukan dengan menyusun
suatu teknik dan perangkat yang dapat mengamankan perangkat keras
dan perangkat komputer, jaringan komunikasi data.”
The Australian Society of Certified Practising Accountan
(ASCPA),
Information Technology Risk & Responses – A Brief Guide Forproctitioners &
Management Audit Centre of Exellence, ASCPA, Melbone (1995:9), menyatakan
bahwa:
“Security is a prime function of management, is as important as the other
core functions of operations and finance.”
Sedangkan untuk administrasi, Herbert A. Simon (1993:3) mendefinisikan
administrasi sebagai berikut :
“Administrasi adalah kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk
mencapai tujuan-tujuan bersama-sama.”
Harbani Pasolong (2007:5) dalam bukunya yang berjudul Teori Administrasi
Publik, mendefinisikan administrasi sebagai berikut:
92
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
“Administrasi adalah pekerjaan terencana yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas
dasar-dasar efektif, efisiensi dan rasional.”
Jadi security administration sendiri berfungsi untuk memberikan pengamanan
kepada asset perusahaan baik secara fisik maupun aplikasi serta sistem yang
terkandung didalamnya. Ron Weber (1992:243) dalam bukunya yang berjudul EDP
Auditing
–
Conceptual
Foundations
&
Practice
mendefinisikan
security
administration sebagai berikut :
“Security administration adalah suatu pengamanan yang memberikan
kenyakinan bahwa perlindungan asset perusahaan secara fisik dalam
sebuah sistem yang telah dikembangkan, diimplementasikan, dipelihara
dan dioperasikan, telah terlindungi dari ancaman yang dapat
mengakibatkan terganggunya kesinambungan dari aktivitas perusahaan,
atau kemungkinan dari hilangnya asset perusahaan tersebut.”
Secara sederhana, security administration berfungsi untuk mengamankan aset
perusahaan dari kemungkinan kerusakan, serta menjaga keutuhan stabilitas operasi
perusahaan. Jadi diharapkan dengan adanya security administration keamanan lebih
terjaga dan aktivitas operasi perusahaan pun bisa berjalan sebagaimana mestinya
93
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambar 2.1
Lapisan Perlindungan asset
PHYSICAL
CONTROL
APPLICATION
CONTROL
ANCAMAN
2.3.1
ASET
ANCAMAN
Physical Control
Pengendalian terhadap keamanan fisik perlu dilakukan untuk menjaga
keamanan terhadap hardware, software dan manusia di dalam perusahaan. Menurut
W. Thomas Porter
dan William E. Perry yang dialih bahasakan oleh Drs.
Nugroho Widjajanto, Akt (1992:322-325) yang berjudul EDP Pengendalian dan
Auditing, physical control didefinisikan sebagai :
“Memantau akses dan mengendalikan serta melindungi komputer
secara fisik dan untuk melindungi peralatan komunikasi data dari
kerusakan karena kecelakaan, kebakaran, dan bencana-bencana
lingkungan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Pengamanan ini
digunakan untuk mendeteksi, menangkal, mencegah, dan melaporkan
bahaya keamanan.”
Bila pengendalian keamanan fisik tidak dilakukan secara memadai, maka
dapat mengakibatkan :

Menurunnya operasi kegiatan

Membahayakan sistem
94
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hilang atau menurunnya pelayanan kepada pelanggan

Hilangnya harta kekayaan / asset milik perusahaan
Untuk menghindari hal-hal seperti yang telah disebutkan di atas, maka pihak
perusahaan harus dapat melakukan pengawasan terhadap pengaksesan fisik dan
bagaimana cara pengaturan lokasi fisiknya, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan
dapat segera diantisipasi sebelumnya.
2.3.1.1 Pengawasan Terhadap Pengaksesan Fisik
Pengawasan ini merupakan proteksi yang berupa pembatasan terhadap orangorang yang akan masuk ke bagian yang penting. Bila keleluasaan untuk dapat dapat
keluar masuk bagian yang penting selalu diawasi, maka kesempatan untuk melakukan
hal-hal yang merugikan dapat dicegah atau paling sedikit dapat dikurangi.
Menurut Krismaji (2002:247) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
pengawasan akses fisik dapat dicapai dengan pengendalian sebagai berikut :







Penempatan komputer dalam ruangan terkunci dan akses hanya
diijinkan untuk karyawan yang sah saja.
Hanya menyediakan satu atau dua pintu masuk saja pada ruang
komputer. Pintu masuk harus senantiasa terkunci dan secara hati-hati
dipantau oleh petugas keamanan dan kalau memungkinkan diawasi
dengan menggunakan kamera pengawas.
Mensyaratkan identitas karyawan yang jelas, seperti pemakaian badge
untuk dapat lolos melalui pintu akses. Badge pengaman modern
mencakup pas foto karyawan, kode magnit atau optikal yang dapat
dibaca alat pembaca khusus. Dengan cara ini, maka setiap karyawan
yang masuk atau keluar komputer secara otomatis dicatat dalam
sebuah log (file data) yang disimpan dalam komputer dan secara
periodik dikaji oleh seorang karyawan pengawas.
Mensyaratkan bahwa setiap pengunjung untuk membubuhkan tanda
tangan ditempat yang telah tersedia setiap akan masuk atau keluar dari
lokasi pengolahan data.
Penggunaan sistem alarm untuk mendeteksi akses tidak sah di luar jam
kantor.
Pembatasan akses ke saluran telepon pribadi, terminal atau PC yang
sah.
Pemasangan kunci pada PC dan peralatan komputer lainnya.
95
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.3.1.2 Pengaturan Lokasi Fisik
Lokasi dari ruangan komputer merupakan pertimbangan yang penting
dadalam perencanaan security. Pengendalian terhadap lokasi fisik yang baik dari
ruang komputer dapat berupa :

Lokasi yang Tidak Terganggu oleh Lingkungan
Letak dari lokasi ruang komputer harus jauh dari pangkalan udara, radar dan
gelombang micro wave dan lalu lintas yang padat. Semakin jauh dari tempattempat tersebut akan semakin baik karena tidak akan menganggu operasi
pengolahan data.

Gedung yang Terpisah
Beberapa ahli security mengusulkan sebaiknya lokasi ruangan komputer
terletak pada gedung yang terpisah. Keuntungan ini adalah pengawasan akan
lebih mudah dilakukan. Bila terpaksa tidak dapat diletakan di gedung yang
terpisah, maka harus diletakan pada ruangan yang tepat dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
o Harus jauh dari jendela luar, supaya tidak mudah dijangkau atau dimasuki
dari luar.
o Tidak terletak pada lorong yang sering dilalui orang dengan bebas.
o Tidak mengandung tanda-tanda yang jelas menunjukan sebagai ruangan
komputer.

Tersedia Fasilitas Cadangan
Fasilitas cadangan mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengolahan
data. Fasilitas cadangan dapat berupa tenaga listrik cadangan yang digunakan bila
arus listrik utama terputus. Lokasi cadangan ini harus terpisah dari lokasi utama,
sehingga bila terjadi sabotase tidak terkena kedua-duanya, tetapi harus mudah
dicapai dan cepat untuk bias menggantikan fasilitas utama.
96
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.3.2
Application Control
Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian yang diterapkan selama
proses pengolahan data berlangsung. Menurut W. Thomas Porter dan William E.
Perry yang dialih bahasakan oleh Drs. Nugroho Widjajanto, Akt (1992: 322-325)
yang berjudul EDP Pengendalian dan Auditing, tujuan application control adalah
sebagai berikut :
“Untuk mencegah, mendeteksi, atau mengoreksi berbagai penyebab
resiko (eksposure) aplikasi.”
Tujuan dari pengendalian aplikasi menurut Krismaji (2002:247) dalam
bukunya Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut :
“Untuk menjamin akurasi dan validitas input, file, program, dan output
sebuah program aplikasi,”
Pengendalian aplikasi dititikberatkan pada tujuan sebagai berikut :

Kelengkapan input dan pemuktahiran data. Semua transaksi yang dilakukan
pada saat ini harus dilakukan dan dicatat pada file komputer.

Ketepatan input dan pemuktahiran data. Data yang dicatat oleh komputer
harus benar-benar akurat dan dicatat dengan tepat pada file komputer.

Keabsahan/validitas. Data harus diotorisasi atau setidaknya diperiksa dengan
kesesuaiannya dengan transaksi yang terjadi, atau dengan kata lain transaksi
harus mencerminkan kejadian yang sebenarnya.

Pemeliharaan data pada file komputer harus berkelanjutan untuk melihat
kebenaran dan kesesuaian waktunya.
Pengendalian aplikasi menurut Sofyan Safri Harahap (1991:234,235) dalam
bukunya Auditing Kontemporer dapat dikategorikan ke dalam :
1. pengendalian masukan (input control)
2.
pengendalian pengolahan (processing control)
3. pengendalian keluaran (output control).
97
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.3.2.1 Input Control
Input control mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa data transaksi yang
valid telah lengkap, terkumpul semuanya serta bebas dari kesalahan sebelum
dilakukan proses pengolahannya. Input control ini merupakan application security
yang penting, karena input yang salah, outputnya juga akan salah. Input daya yang
salah apabila telah melewati tahap pengolahan, akan sangat sulit dideteksi. Sehingga
pada tahap input ini, data input harus benar-benar bebas dari kasalahan terlebih
dahulu. Ada beberapa pengendalian input yaitu input untuk diotorisasi, input untuk
konversi data, input untuk edit/perbaikan data dan input untuk penanganan kesalahan.
Definisinya dapat dilihat dibawah ini :

Pengendalian Input
Merupakan prosedur untuk memeriksa akurasi dan kelengkapan data pada saat
dimasukan pada sistem.

Otorisasi Input
Otorisasi, pencatatan dan monitoring yang tepat terhadap sumber dokumen
pada saat dimasukan pada sistem komputer.

Konversi Data
Proses untuk mengubah data dari satu bentuk ke bentuk lain pada transaksi
komputer.

Pengendalian Jumlah Batch
Dilakukan dengan menghitung seluruh dokumen untuk mengetahui jumlah
field.

Editing
Kegiatan rutin untuk memeriksa input data dan memperbaikinya sebelum
diproses.
2.3.2.2 Proccesing Control
98
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tujuan dari processing control ini adalah untuk mengetahui bahwa data
benar-benar lengkap dan akurat selama dilaksanakan pemuktahiran data, serta untuk
mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data yang
dilakukan setelah data dimasukan kedalam komputer. Kesalahan pengolahan dapat
terjadi karena program aplikasi yang digunakan untuk mengolah data mengandung
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, maka pada tahap ini dapat dilakukan
beberapa pengendalian yang berupa pengecekan-pengecekan. Pengendalian atas
pelaksanaan pemrosesan yang utama adalah dengan menjalankan pengendalian
penjumlahan, kesesuaian komputer dan pemeriksaan pemograman.

Pengendalian Pelaksanaan Proses
Aktivitas rutin untuk mengetahui bahwa data benar-benar lengkap dan akurat
pada saat pemuktahiran.

Pengendalian Penjumlahan
Merupakan prosedur untuk mengontrol kelengkapan pemuktahiran dengan
membagi jumlah pengendalian dengan merekonsiliasi jumlah sebelum dan
sesudah proses dilakukan.

Pencocokan dengan Komputer
Proses pengontrolan yang menjamin bahwa data yang diinput sesuai dengan
informasi yang ada di file master.
2.3.2.3 Output Control
Menurut Wilkinson (1995:387) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi
Output control dirancang untuk memastikan bahwa hasil pemrosesan sudah lengkap,
akurat, dan didistribusikan ke pengguna-pebgguna yang tepat.. Pengawasan ini
memberikan kenyakinan bahwa :
a. Hasil proses komputer adalah akurat.
b. Akses dengan hasil “print out” komputer hanya dibenarkan bagi petugas
tertentu yang berhak.
99
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
c. Hasil komputer diberikan pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula.
2.4
Efektivitas Security Admnistration
Sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya tentunya selalu
menginginkan bahwa, hasil dari apa yang mereka kerjakan selama ini telah sesuai
dengan apa yang mereka rencanakan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan definisi
efektivitas menurut Rob Raider (1999: 375) menyatakan :
“Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil didasarkan atas tujuan
yang telah ditetapkan, titik beratnya pada hasil operasi.”
Menurut Arens dan Loebbecke (2000:798), efektivitas diartikan sebagai berikut :
“Effectiveness refers to accomplishment of objective, where as efficiebcy
refers to resources to achieved those objectives.”
Efektivitas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
hasil yang didapat dalam pelaksanaan security administration yang telah dibuat
perencanaanya terlebih dahulu. Ron Weber (1992:244), EDP Auditing – Conceptual
Foundation & Practise, Efektivitas security administration dapat diukur dalam tiga
indikator, yaitu

Security Program

Alat / perangkat Security

Kontrol Penanganan Pasca Kerusakan
Apabila ketiga indikator tersebut telah dilaksanakan dengan baik, dan hasil
yang dicapai dari ketiganya telah sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya,
maka security administration dapat dikatakan berjalan efektif.
2.4.1
Program security
Program security adalah suatu rangkaian dari evaluasi berkala yang dilakukan
untuk memberikan keyakinan bahwa fasilitas fisik dari intalasi komputer telah cukup
terjaga. Inti dari program security adalah hal tersebut harus dilakukan secara teratur,
100
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
tidak hanya untuk sekali saja atau jarang dilakukan. Dalam melakukan program
security ini ada lima langkah utama yang harus di ambil, yaitu:

Preparation of a Project Plan
Dalam melalui suatu pengevaluasian security, akan lebih baik apabila hal
tersebut diawali dengan persiapan rencana kerja. Persiapan rencana tersebut
harus dilakukan dengan matang, karena terlalu banyak pekerjaan yang
dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu, hanya akan menghabiskan
banyak waktu dan biaya. Pada dasarnya, komponen dari project plan terdiri
dari:
 Sasaran dan ruang lingkup
 Tugas harus dipenuhi
 Organisasi dari tim project
 Anggaran
 Jadwal penyelesaian

Identification and Valuation of Asset
Hal yang juga penting dalam progam security ini adalah untuk
mengidentifikasi aset dan untuk menilai aset tersebut. Ada tujuh kategori
utama dari aset yang harus diinvestigasi.
101
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 2.1
Kategori Asset
ASSET CATEGORY
EXAMPLES
Personal
Annalyst, programmer, operators, clerk, guards
Hardware
CPU, disk drive, printer, terminals, concentrators
Application Sofware
Debtors, creditors, payroll, general ledger
System Software
DBMS, compilers, utilities, interpreters
Data
Master file, archival files, transaction files
Facilities
Furniture, office space, filling cabinets
Supplies
Disk, tapes, preprinted paper, negotiable instruments
Sumber : Ron Weber, EDP Auditing – Conceptual Foundation & Practise, (1992:246)

Threats Identification & Probability Assesment
Threats atau atau ancaman adalah suatu tindakan atau kejadian yang dapat
mengakibatkan kerugian. Selama mengidentifikasi ancaman dan penilaian
kemungkinannya, perusahaan harus berusaha untuk mengevaluasi semua
ancaman yang mungkin dapat mempengaruhi physical security terhadap instalasi
komputer. Ancaman terhadap aset adalah suatu kejadian yang dapat
mengakibatkan aset perusahaan hilang atau rusak.

Exposure Analysis
Tahap exposure analisis mungkin merupakan tahap yang tersulit diantara
semua tahap yang ada. Tahap ini terdiri dari tiga tugas utama utama : (a)
mengidentifikasi
kontrol
dan
penilaian
terhadap
keandalannya,
(b)
mengevaluasi kemungkinan dari ancaman, (c) penaksiran dari kerugian yang
akan dihasilkan jika ancaman datang. Jika satu dari tugas tersebut telah
terpenuhi exposure akan dapat ditentukan. Exposure adalah suatu cara yang
sederhana dari memprediksi kerugian yang akan terjadi, dan memberikan
102
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
keandalan dari sistem kontrol yang telah ada. Jika exposure tidak dapat
diterima, maka kontrol yang baru harus diimplementasikan atau sistem
kontrol yang ada harus dimodifikasi.

Securty Report Preperation
Tahap terakhir dari program security ini adalah mempersiapkan laporan untuk
manajemen. Yang terpenting dari laporan ini adalah memberikan rekomendasi
untuk suatu sistem keamanan yang baru yang akan diimplementasikan, dan
sistem keamanan yang telah ada sebelumnya dapat diakhiri ataupun
dimodifikasi.
2.4.2
Alat / Perangkat Security
Sebelum beranjak pada alat/perangkat security yang akan membantu menjaga
keamanan dari asset dan kesinambungan dari operasi perusahaan, maka akan lebik
baik untuk mengetahui terlebih dahulu hal apa saja yang dapat mengancam terhadap
keamanan suatu perusahaan.
2.4.2.1
Ancaman terhadap Security
Ancaman terhadap sistem keamanan suatu perusahaan merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk dikaji. Ancaman sistem keamanan perusahaan menurut
Agung Setiawan (2007:295-316) dalam bukunya yang berjudul pengantar sistem
Komputer, Ancaman tersebut bisa berupa :

Pencurian
Pencurian dapat dilakukan oleh pihak personil didalam perusahaan sendiri
atau dapat juga dilakukan oleh pihak luar perusahaan dengan bekerjasama
dengan pihak dalam atau bekerja sendiri.

Sabotase
Sabotase merupakan tindakan yang sengaja untuk menghancurkan atau
merusakkan asset perusahaan.

Kegagalan Arus Listrik
103
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Arus listrik dapat menyebabkan kerusakan pada hardware serta dapat
menggangu jalannya operasi pengolahan data. Listrik yang tidak stabil dapat
merusak kompenen dan dapat mengakibatkan tampilan di layar terminal
menjadi kabur sehingga proses pengolahan data terganggu. Arus listrik yang
tiba-tiba terputus selama pengolahan data sedang berlangsung dapat merusak
data base.

Api / Kebakaran
Kebakaran yang disebabkan oleh api (dapat berasal dari api itu sendiri atau
dari hubungan pendek arus listrik) dapat memusnahkan segalanya dan dapat
mengakibatkan bencana yang paling buruk bagi perusahaan. Kebakaran ini
dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa diduga.

Air / banjir
Air dapat menjadi ancaman bagi security. Air bisa datang dari kebocoran atap
atau pipa, yang apabila bersentuhan dengan arus listrik dapat mengakibatkan
korsleting arus listrik, listrik menjadi padam ataupun kebakaran. Banjir yang
datang pun akan menjadi ancaman, karena airnya dapat merusak hardware,
atau pun equipment yang berada atau disimpan di tempat yang rendah.

Temperatur
Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin juga dapat merupakan
komponen dan menggangu operasi. Kalau terlalu panas, dapat menyebabkan
komponen yang tidak tahan panas menjadi rusak atau fungsinya terganggu.
Temperatur yang terlalu dingin dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab,
akibatnya dapat menyababkan komponen berkarat karena uap air yang
menempel.

Debu
Partikel debu yang menempel pada media yang disimpan diluar seperti
misalnya pita magnetik atau disk magnetik dapat menggores permukaannya,
yang dapat berakibat merusak fisik media yang disimpan. Kerusakan fisik
104
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
media yang disimpan diluar dapat menyebabkan data yang dikandungnya
menjadi rusak.

Magnet
Musuh utama bagi media yang disimpan diluar selain debu adalah magnet.
Media / aset yang disimpan diluar dibuat dengan lapisan yang peka terhadap
magnet. Bila didekatkan ke magnet, maka data yang dikandungnya dapat
hilang.

Virus Komputer
Virus adalah suatu perangkat lunak yang mrmpunyai sifat perusak dimana ia
dapat memperbanyak diri sendiri. Namun ada juga yang mengatakan bahwa,
virus adalah suatu program yang dimaksudkan untuk melakukan sesuatu
didalam sistem komputer tanpa kita menyadarinya dan menginginkannya.

Bencana Alam
Bencana alam seperti gempa bumi, angin ribut, banjir dan petir dapat juga
merusak asset perusahaan.
2.3.4.2. Penerapan Alat-alat Security
Alat
/
perangkat
yang
digunakan
security,
dalam
rangka
untuk
mengendalikan hal-hal yang dapat terjadi, yang dapat menyebabkan sesuatu yang
fatal. Alat atau perangkat dalam buku Sistem Informasi Akuntansi, Wilkinson
(1995:374) terbagi menjadi dua yaitu application physical dan application software.
Application physical itu diantaranya :

Saluran Air
Saluran air yang dapat berfungsi dengan baik untuk menyalurkan air sangat
penting untuk mencegah meluapnya air masuk kedalam gedung apabila terjadi
banjir atau hujan lebat.

Alat Pemadam Kebakaran
Alat pemadam kebakaran harus disediakan di tempat-tempat yang strategis
dan mudah dijangkau bila terjadi kebakaran.
105
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

UPS ( Uninteruptible Power System )
UPS digunakan untuk mengatasi bila arus listrik tiba-tiba terputus. Arus listrik
yang tiba-tiba terputus dapat menganggu jalannya pengolahan data dan dapat
merusak database. UPS berisi accu yang dapat mengantikan fungsi arus
listrik terputus dan dapat tahan berjam-jam. Dengan demikian proses
pengolahan data tidak terganggu dan dapat dilanjutkan atau dihentikan
seketika.

Stabilizer
Arus listrik tidak stabil dapat distabilkan dengan alat ini.

AC ( Air Conditioner )
AC berfungsi untuk mengatur temperatur dalam ruangan. Komputer
mainframe yang besar biasanya nenbutuhkan temperatur yang cukup dingin
untuk mendinginkan sirkuitnya. Temperatur yang ideal untuk suatu sistem
komputer berkisar dari 10 0 C sampai 35 0 C.

Pendeteksi Kebakaran ( Smoke and fire Detector )
Suatu detektor dapat dipasang pada ruangan dan akan membunyikan alarm
bila terjadi kebakaran atau bila timbul asap yang merupakan tanda-tanda
terjadinya kebakaran.
Alat pengamanan berdasarkan application software diantaranya sebagai berikut :
 Password
Pemakaian password merupakan alat pengendalian yang baik dalam suatu
sistem on line untuk mrnghindari akses tanpa otorisasi. Pemakaian password
biasanya dikombinasikan dengan kartu pengenal, kartu magnit, atau daftar
pertanyaan agar lebih efektif mencegah akses tanpa otorisasi.

Sistem Access Log
Alat security ini menggunakan log yang mencatat semua usaha untuk
menggunakan sistem. Log ini biasanya mencatat antara lain tanggal dan
waktu, kode yang digunakan, tipe akses dan data yang digunakan.
106
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.4.3
Kontrol Penanganan Pasca Kerusakan
Suatu pusat pengolahan data harus memiliki rencana rekonstruksi dan
perbaikan program data dan file data. Walaupun setiap perusahaan tidak ada yang
menginginkan terjadinya kerusakan, gangguan atau kegagalan dalam sistem
informasi, namun kemungkinan itu tetap ada, baik karena kejadian yang bersifat
alami seperti banjir dan gempa bumi, maupun karena adanya unsur kesengajaan
seperti pencurian dan sabotase.
Namun bila hal itu terjadi, ataupun jika perusahaan ingin mengantisipasi hal
tersebut, maka yang harus perusahaan lakukan diantaranya adalah melakukan rencana
perbaikan setelah terjadinya bencana atau kerusakan (disaster recovery plan ) dan
juga asuransi.
2.4.3.1 Disaster Recovery Plan
Menurut Ron Weber (1992:261) dalam bukunya EDP Auditing – Conceptual
Foundation & Practice mengatakan disaster recovery plan sebagai berikut :
“Disaster Recovery Plan atau computer contingency plan, adalah suatu
rencana yang dibuat untuk memungkinkan bagi instalasi komputer
untuk memulihkan kembali operasinya, apabila terjadi bencana.”
Disaster Recovery Plan tersebut dibagi kedalam empat tahap yaitu :

Emergency Plan
Emergency Plan adalah suatu tindakan yang garus diambil secepatnya ketika
bencana tersebut terjadi. Misalnya, menyuruh semua orang untuk secepatnya
meninggalkan tempat terjadinya bencana, menyalakan alarm, menurunkan
perlengkapan dan lain-lain.

Backup Plan
Backup Plan adalah suatu tindakan dimana kita harus dapat menentukan
lokasi untuk membackup kembali sumber daya, (yaitu suatu tempat dimana
sumber daya tersebut dapat dipasang dan operasi dapat dijalankan kembali),
107
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
orang yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan sumber daya dan
menjalankan operasi, prioritas untuk memperbaiki berbagai macam sistem,
dan waktu yang dipakai untuk memperbaiki masing-masing sistem haruslah
efektif.

Recovery Plan
Ketika backup plan telah dilaksanakan dan dapat mengembalikan serta
memulihkan kembali operasi dengan cepat, maka instalasi operasi perusahaan
dapat dilanjutkan kembali untuk memberikan pelayanan pada perusahaan
Recovery plan melaksanakan bagaimana kemampuan penuh dari instalasi
dipulihkan.

Test Plan
Test plan merupakan komponen terakhir dari disasster recovery plan. Tujuan
dari test plan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan pada emergency
plan, backup plan, dan recovery plan.
2.4.3.2 Asuransi
Asuransi merupakan suatu perjanjian tertulis antara pihak pertama dan pihak
kedua, dimana pihak kedua harus membayar sejumlah santunan kepada pihak
pertama, apabila objek yang diasuransikan mengalami sesuatu hal, sebagaima yang
telah tertulis didalam surat perjanjian sebelumnya.
2.5
Pengaruh
Role
Stress
karyawan
terhadap
Efektivitas
Security
Administration
Sumber daya manusia sangatlah berperan aktif dan dominan dalam setiap
kegiatan organisasi perusahan, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan
penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin tercapai tanpa peran
aktif karyawan meskipun alat yang dimiliki perusahaan begitu cangihnya. Alat-alat
cangih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika peran
aktif karyawan tidak diikutsertakan.
108
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tuntutan kerja yang semakin berat yang dibebankan perusahaan kepada
karyawannya, kemungkinan tidak terlepas dari tekanan-tekanan dan konflik didalam
organisasi tersebut. Keseluruhan aktivitas operasi perusahaan merupakan situasi yang
potensial terjadinya role conflict dan role ambiguity karyawan yang pada puncaknya
akan mengakibatkan role stress pada karyawan tersebut.
Buck K .W. Pei & Frederick G. Davis (1989:407-408) dalam sebuah jurnal
dengan judul The Impact of Organizational Structure on Internal Auditor
Organization Proffesional conflict and Role Stress : An Exploration Linkages, role
stress didefinisikan sebagai ;
“Suatu kondisi dimana seorang individu mengalami role conflict dan role
ambiguity.”
Mengingat rentan kemungkinan terjadinya musibah atau kerusakan terhadap
file yang berisikan data-data , maka sangatlah penting bagi perusahaan untuk
merancang suatu sistem keamanan yang dapat menjaga keutuhan data beserta seluruh
perangkat yang ada didalamnya. Sistem tersebut dinamakan security administration.
Sistem keamanan yang dinamakan security administration tersebut, oleh
Weber (1992:243) dalam bukunya yang berjudul EDP Auditing – Conceptual
Foundations & Practice mendefinisikan security administration sebagai berikut:
“Security administration adalah suatu pengamanan yang memberikan
kenyakinan bahwa perlindungan asset perusahaan secara fisik dalam
sebuah sistem yang telah dikembangkan, diimplementasikan, dipelihara
dan dioperasikan, telah terlindungi dari ancaman yang dapat
mengakibatkan terganggunya kesinambungan dari aktivitas perusahaan,
atau kemungkinan dari hilangnya asset perusahaan tersebut.”
Secara garis besar tujuan dari security administration ini adalah memberikan
pengamanan dan perlindungan bahwa asset perusahaan secara fisik telah terlindungi
dari ancaman yang dapat menggangu kestabilan jalannya operasi perusahaan ataupun
kemungkinan terjadinya kerusakan dan kehilangan asset perusahaan tersebut. Apabila
program security, alat / perangkat security dan kontrol penanganan pasca kerusakan
yang telah ada, yang merupakan indikator dari security administration sudah
109
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
dijalankan dengan baik, dan hasil dari semua itu telah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka barulah dapat dikatakan bahwa security administration
telah berjalan secara efektif.
Namun, hal tersebut dapat saja tidak berjalan sebagaimana mestinya,
disebabkan karyawan perusahaan mengalami role stress dalam melaksanakan
pekerjaannya. Karena apabila sistem pengamanan administrasi dan asset perusahaan
telah dijalankan dan dikendalikan dengan baik, namun para karyawan sebagai
penggerak dari perusahaan yang bersinggungan dengan sistem tersebut tidak
mematuhi peraturan yang diterapkan dikarenakan stress dalam pekerjaannya, maka
security administration tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya sesuai
dengan fungsi yang telah ditetapkan sebelumnya, dikarenakan pola perilaku dari para
karyawan itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa, role
stress karyawan memang memiliki hubungan dan pengaruh terhadap efektivitas
security administration.
Download