7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Ketika kita

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Ketika kita mendengar kata komunikasi massa, pasti membayangkan berbagai
profesi dalam pers seperti halnya koran, majalah, televisi, radio dan film. Karena
dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,
memproduksi pesan dan menyampaikannya pada khalayak.
Onong Uchjana Effendy menjelaskan dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi tentang
yang
dimaksud
dengan
komunikasi
massa
(mass
communication) adalah komunikasi melalui media modern, yang meliputi surat
kabar yang memiliki sirkulasi yang luas, siaran radio, dan televisi yang ditujukan
kepada umum, dan film yang mempertunjukkan di gedung-gedung bioskop.7
Sedangkan Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr., mendefinisikan
komunikasi massa sebagai sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian
ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian meliputi teknik-teknik tertentu
yang secara fundamental dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,
mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni
dalam pengertian tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program
televisi, mengembangkan tata letak untuk iklan majalah atau menampilkan teras
berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2007, hal 79
7
8
meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi
yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi
lebih baik.8
Sedangkan Liliweri berpendapat, bahwa komunikasi massa sebenarnya sama
seperti bentuk komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur seperti
sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan,
efek, konteks maupun umpan balik. Sekalipun berbagai pengertian komunikasi
massa telah dikemukakan oleh berbagai kepustakaan, namun demikian secara
umum komunikasi massa sebenarnya merupakan suatu proses yang melukiskan
bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi pembagi
dalam
menyebarluaskan
pengalamannya
yang
melampaui
jarak
untuk
mempengaruhi khalayak. Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa prosesnya memiliki
suatu unsur istimewa, yaitu penggunaan saluran. Teknologi pembagi atau media
dengan massa yang disebut saluran itu dipergunakan untuk mengirimkan pesan
yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamphlet, majalah, surat kabar, warkat
pos, rekaman-rekaman, televisi, gambar-gambar poster, dan bahkan saat ini
ditambah lagi dengan komputer serta aplikasinya dengan jaringan telepon serta
satelit.9
8
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1993, hal
13-14
9
Alo Liliweri, Komunikasi Massa dalam Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1998, hal 10
9
2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:10
1. Komunikasi Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi
massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik.
Komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak
dalam organisasi yang kompleks. Apabila media komunikasi yang
digunakan adalah televisi, tentu akan lebih banyak lagi orang yang terlibat,
seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor
manager, dan lain-lain.
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak
semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat
dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk
apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting
sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada
komunikasi antarpesona, komunikator akan mengenal komunikannya,
10
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung, 2007. hal 7
10
mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan
dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah
heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda,
yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif
banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak
tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan
yang sama pula.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai
dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau
isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan
bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Dalam komunikasi
antarpesona yang diutamakan adalah unsur hubungan. Semakin saling
mengenal antar pelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif.
Sedangkan dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus
11
selalu kenal dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting,
bagaimana seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik
sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi
pesan tersebut.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Ciri komunikasi massa selain merupakan keunggulan juga menjadi
kelemahan.
Karena
komunikasinya
melalui
media
massa,
maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Pada komunikasi antarpesona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat
indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan
secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara
langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi
alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif,
khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita
menggunakan indra pengelihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback
merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpesona,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi
seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
12
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa secara umum menurut Effendy sebagai
berikut:11
1. Fungsi Informasi
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi
pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi
yang terjadi.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah
melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada
pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk
atau editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.
Selanjutnya, Karlinah, dalam Karlinah dkk. (1999) menyebutkan fungsi
komunikasi massa secara khusus, dengan menyitir pendapat DeVito (1997)
11
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Ibid, hal 18
13
adalah:
meyakinkan
(to
persuade),
menganugerahkan
status,
membius
(narcotization), menciptakan rasa kebersatuan, dan privatisasi. 12
1. Fungsi meyakinkan (to persuade)
Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan hiburan
kepada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari
media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Persuasi menurut
DeVito bisa datang dalam bentuk:
a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang
Usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah
atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak agar mereka
bertindak dengan cara tertentu. Sukar bagi suatu pihak untuk
mengubah orang dari satu sikap tertentu ke sikap yang lain. Media
dengan semua sumber daya dan kekuatan yang ada, tidak terkecuali,
lebih sering mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai, dan
opini kita menjadi lebih kuat.
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
Media akan mengubah orang yang tidak memihak dalam suatu
masalah tertentu. Jadi, mereka yang terjepit diantara orang Republik
dan Demokrat (di Amerika) akhirnya akan tersesat ke salah satu pihak
akibat pengaruh pesan-pesan media yang kita anggap sepele. Sebagai
contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu, mungkin sangat
12
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala E, Ibid, hal 20
14
dipengaruhi oleh media. Akan tetapi De Vito menegaskan pula bahwa,
preferensi politik, sikap religius, dan komitmen sosial, khususnya yang
sangat kita yakini, tidak mudah diubah.
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
Dari sudut pandang pengiklan, fungsi terpenting dari media massa
adalah menggerakkan (activating) para konsumen untuk mengambil
tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk
membeli merk tertentu. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola
perilaku
dimantapkan,
media
berfungsi
menyalurkan,
mengendalikannya kearah tertentu.
d. Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu
Fungsi persuasif lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan
mengemukakan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari
suatu norma yang berlaku (misalnya, skandal Pangeran Charles dengan
Camila), media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi.
Mereka menyajikan etik kolektif kepada pemirsa atau pembaca.
Sebagai contoh, tanpa dipublikasikan, percintaan Pangeran Charles
dengan
Camila,
tidak
mungkin
akan
memunculkan
tuntutan
masyarakat yang akhirnya mencoreng muka Kerajaan Inggris.
2. Fungsi Menganugerahkan Status
Penganugerahan status terjadi apabila berita yang disebarluaskan
melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi)
mereka
meningkat.
Misalnya
Harian
Ekonomi
Bisnis
Indonesia
15
menyajikan rubrik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga
menaikkan prestise mereka sebagai pengusaha. Dengan memfokuskan
kekuatan
media
massa
pada
orang-orang
tertentu,
masyarakat
menganugerahkan kepada orang-orang tersebut suatu status publik (public
status) yang tinggi. Kegiatan ini dalam dunia public relations disebut
publicity (publisitas).
3. Fungsi Membius (Narcotization)
Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan
adalah fungsi membiusnya (narcotization). Ini berarti bahwa apabila
media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa
tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima
terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh
narkotik.
4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan
Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang
menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi
anggota suatu kelompok. Bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang
sedang sendirian, duduk di kamarnya menyaksikan televisi sambil minum
teh. Acara yang ditayangkan membuat orang tersebut merasa menjadi
anggota keluarga, karena merasa terhibur dan menyatu dengan acara
tersebut. Program-program televisi membuat orang yang kesepian ini
merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar.
16
5. Fungsi Privatisasi
Privatisasi adalah kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari
kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri.
Beberapa ahli pendapat bahwa berlimpahnya informasi yang dijejalkan
kepada kita telah membuat kita merasa kekurangan. Laporan yang gencar
tentang perang, inflasi, kejahatan dan pengangguran membuat sebagian
orang begitu bosan sehingga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka
sendiri.
2.1.3 Elemen-elemen Komunikasi Massa
Elemen-elemen komunikasi massa adalah sebagai berikut:13
1. Komunikator
Komunikator disini merupakan gabungan dari berbagai individu dalam
sebuah lembaga media massa.
2. Isi
Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media
massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai
kejadian diseluruh dunia kepada para audience.
3. Audience
Audience yang dimaksud komunikasi massa sangat beragam. Menurut
Hiebert, audience dalam komunikasi massa setidaknya mempunyai lima
karakteristik sebagai berikut:
13
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 95-133
17
a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk
berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara
mereka.
b. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai
wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
c. Audience cenderung heterogen.
d. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator.
4. Umpan Balik
Didalam komunikasi massa umpan balik terjadi secara tidak langsung.
5. Gangguan
a. Gangguan Saluran
Gangguan saluran dalam komunikasi massa biasanya berupa sesuatu
hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang
dihilangkan dari surat kabar, gambar yang tidak jelas di pesawat
televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus atau
langganan majalah yang tidak datang. Gangguan juga bisa disebabkan
oleh faktor luar.
b. Gangguan Semantik
Gangguan semantik adalah ganguan yang berhubungan dengan bahasa.
18
6. Gatekeeper
John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individuindividu atau sekelompok orang yang memantau arus informasi dalam
sebuah saluran komunikasi (massa)”.
7. Pengatur
Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara
tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa.
8. Filter
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan.
2.1.4 Isi Pesan Komunikasi Massa
Pesan komunikasi massa sebenarnya bersifat umum. Karena ditujukan
kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi, siapa saja bisa menerima
isi pesan dari komunikasi massa tersebut.
Hal itulah yang membedakan media massa dengan media non massa.
Surat, telepon, telegram dan teleks, misalnya adalah media non massa, karena
ditujukan kepada orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan
yang tidak menyangkut kepentingan umum.14
Isi pesan komunikasi massa melalui media massa dahulu hanya bersifat
linier atau satu arah. Kini bisa bersifat interaktif atau dua arah, dengan perpaduan
berbagai teknologi komunikasi seperti telepon, satelit, komputer dan lainnya. Isi
14
Onong Uchjana Effendy, Op. Cit, hal 17
19
pesan dari komunikasi massa itu sendiri, untuk memberikan informasi kepada
khalayak. Agar khalayak dapat mengetahui dan mengerti apa yang sebenarnya
mereka butuhkan.
Isi pesan yang disampaikan media mengandung unsur-unsur:15
1. Novelty (Sesuatu yang Baru)
Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan
media.
2. Jarak (Dekat atau Jauh)
Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa
itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui halhal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.
3. Popularitas
Peliputan tentang tokoh, organisasi/kelompok, tempat dan waktu yang
penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak.
4. Pertentangan (Conflict)
Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan
ataupun yang menyangkut perbedaan pendapat dan nilai, biasanya disukai
oleh khalayak yakni untuk mengetahui siapa yang akan keluar sebagai
pemenang.
15
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi: cetakan kelima, Universitas Terbuka, Jakarta,
2005, hal 7.15-7.17
20
5. Komedi (Humor)
Bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor (komedi)
lazimnya disenangi khalayak karena manusia pada dasarnya tertarik
dengan hal-hal yang lucu dan menyenangkan.
2.2 Media Massa
2.2.1 Definisi Media Massa
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak besar atau banyak yang tersebar, heterogen dari anonim
melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat.16
Media massa juga dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam
penyampaian
pesan
dari
sumber
kepada
khalayak
(penerima)
dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan
televisi.17
Dari beberapa keterangan di atas maka media massa adalah suatu alat atau
perantara yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang
sedang memperlihatkan pesan yang dilancarkan oleh media tersebut.
16
M, McLuhan , Understanding Media: The Extensive of Man, New York, 1964, hal 11
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi: edisi revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hal 126
17
21
2.2.2 Karakteristik Media Massa
Komunikasi massa adalah adanya suatu organisasi yang kompleks dan
formal dalam tugas operasional pengiriman pesan, berikut ini beberapa
karakteristik dari media massa:18
1. Adanya khalayak luas dan heterogen.
2. Isi pesan bersifat umum, tidak bersifat rahasia.
3. Komunikasi dilakukan dengan massa yang heterogen dengan tingkat
pendidikan, keadaan sosial, ekonomi maupun keadaan budaya.
4. Setiap pesan mengalami kontrol sosial, dalam arti murni yaitu dinilai oleh
banyak orang dengan berbagai latar belakang dan taraf pendidikan maupun
daya cernanya.
5. Walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda-beda, pesan yang
keluar dari peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang sama,
seakan-akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberikan reaksi
yang sama pula.
2.2.3 Jenis-jenis Media Massa
Media massa dibagi menjadi dua yaitu cetak dan elektronik, media cetak
yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio,
televisi, film dan media on line (internet).
18
Alo Liliweri, Komunikasi Massa dalam Masyarakat, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1998, hal
10
22
Film merupakan dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film
memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya, baik dalam bentuk
imajinasi atau realitas dalam arti sebenarnya. Film sebagai media komunikasi
massa pandang dan dengar yang mempunyai peranan penting bagi pengembangan
budaya bangsa sebagai salah satu aspek peningkatan ketahanan nasional dalam
pembangunan nasional.19
Media massa terdiri dari beberapa, yaitu:
1. Surat kabar atau Majalah, merupakan gabungan uraian fakta atau pendapat
yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara.
2. Radio, merupakan media komunikasi massa dengar yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara berupa program yang teratur
dan berkesinambungan.
3. Televisi, merupakan media komunikasi massa audiovisual dengan sifat
daya rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, daya jangkau besar
dan penyampaian pesan lebih singkat.
4. Film, merupakan pertunjukkan cerita yang menyajikan cerita mengenai
kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan
oleh pemain yang melibatkan konflik atau emosi. Film adalah salah satu
yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Biasanya isi dari film
adalah mengenai tentang cerita cinta, kekuasaan dan uang dari si pemeran.
5. Komputer atau Internet, merupakan suatu mesin elektronik yang
terprogram yang dapat menyimpan, mengambil dan memproses data.
19
Undang-undang RI No.8 Tahun 1992, tentang perfilman
23
Sedangkan internet adalah koleksi dari berbagai bagian yang bekerja
seperti satu sistem. Internet terdiri dari banyak jaringan lokal, daerah,
Negara dan internasional.
2.3 Novel Sebagai Sumber Skenario Film
2.3.1 Pengertian Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia.
Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas
pada masyarakat. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang
dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut
pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu bersifat naratif.
Novel berasal dari bahasa Italia Novella, yang dalam bahasa Jerman
Novelle, dan dalam bahasa Yunani Novellus. Kemudian masuk ke Indonesia
menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian
yang sama dengan istilah novelette (inggris: novelette), yang berarti sebuah karya
prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.20
Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam
kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya
20
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1998,
hal 9
24
sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang
tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya
pada dunia nyata. Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi
adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Dari sekian banyak
bentuk sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita
pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya-karya modern
klasik dalam kesusastraan, kebanyakan juga berisi karya-karya novel.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari
cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwar atau
sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan
mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang
aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman.
Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh
cerita juga lebih banyak.21
2.3.2 Jenis-jenis Novel
Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
novel serius dan novel populer. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia
merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan
hiburan pada kita, tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Syarat utama sebuah novel
adalah menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah membacanya.
21
http://id.wikipedia.org/wiki/Novel.02.00pm
25
1. Novel Populer (Novel Pop)
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak
penggemarnya., khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan
masalah-masalah yang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada
tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan
kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan,
karena akan dapat membuat novel ini menjadi berat dan dapat berubah
menjadi novel serius.
Novel
populer
adalah
perekam
kehidupan
dan
tidak
banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia
menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan
pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga
merasa terhibur dan menceritakan kembali pengalamannya itu. Menurut
Kayam, novel populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk
mengidentifikasi dirinya. 22 Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih
mudah dinikmati karena novel populer memang hanya semata-mata
menyampaikan cerita dan tidak berpotensi mengejar efek estetis melainkan
memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya.
2. Novel Serius (Novel Sastra)
Berbeda dengan novel populer, novel serius atau novel sastra harus
sanggup memberikan yang serba kemungkinan. Jika ingin memahami
novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan
22
Burhan Nurgiyantoro, Ibid.
26
untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan
dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat
kehidupan yang bersifat universal. Disamping memberikan hiburan, novel
serius juga memiliki tujuan memberikan pengalaman yang berharga
kepada pembaca atau mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan
secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Novel sastra menuntut aktifitas pembaca secara lebih serius, menuntut
pembaca untuk mengoperasikan daya intelektualnya, serta pembaca
dituntut untuk ikut merekonstruksikan duduk persoalan masalah dan
hubungan antar tokoh. Stanton menjelaskan bahwa secara implisit maupun
eksplisit disebutkan bahwa novel serius dimaksudkan untuk mendidik dan
mengajarkan sesuatu yang berguna untuk kita dan bukan hanya memberi
kenikmatan. Faktanya, novel serius dapat memberikan kenikmatan dan
memang begitu adanya. Pernyataan ini telah diungkapkan dan dibuktikan
oleh banyak orang.23
2.3.3 Karakteristik Novel
Gambaran umum karakteristik menurut Ismail Marahimin dalam Menulis
Secara Populer adalah cerita rekaan yang panjang.24 Novel yang baik dan bermutu
sewajarnya memperlihatkan ciri seperti, tema, subplot, tekhik penceritaan, latar,
23
24
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hal 22
Anif Sirsaeba, Fenomena Ayat-ayat Cinta, Republika, Jakarta, 2006, hal 275
27
gaya bahasa, watak dan perwatakan serta sudut pandang, untuk dihayati oleh
pembaca.25 Berikut ini adalah beberapa contoh karakteristik dari novel:
a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk
menggambarkan suasana.
b. Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi
lingkungannya.
c. Bentuknya lebih panjang dari cerpen, biasanya lebih dari 10.000 kata.
d. Alur ceritanya cukup kompleks.
2.4 Penceritaan Novel
2.4.1 Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam
pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan pengalaman begitu diingat. Jadi,
dengan kata lain tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang
mendasari jalan cerita novel atau karya sastra. Setiap karya fiksi termasuk novel
mengandung atau menawarkan tema kepada pembacanya. Menurut Stanton dan
Kenny, tema (theme) merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel)
itu.26
25
Sulaiman et al, Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran, Kuala Lumpur, 2006,
hal 444
26
Burhan Nurgiyantoro. Op. Cit.
28
2.4.2 Sudut Pandang
Menurut Abarms dalam Nurgiyantoro memaparkan bahwa sudut pandang
(point of view) mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan. Hal ini merupakan
cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut
pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya. Secara terperinci,
sudut pandang dikategorikan menjadi:27
1. Orang pertama tunggal
Pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama atau tokoh
sampingan.
2. Orang ketiga serba tahu
Pengarang berada diluar cerita dan mengisahkannya dengan menggunakan
kata ganti nama, dia dan atau memakai nama tokoh.
3. Orang ketiga terbatas
Menggunakan kata ganti nama orang ketiga, dia atau menggunakan nama
sebenarnya tokoh. Cuma, dalam novel pengarang menentukan satu tokoh
saja yang bercerita.
27
Othman Puteh, Persediaan Menulis Novel, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan
Malaysia, Kuala Lumpur, 1992, hal 44-46
29
2.4.3 Alur
Alur atau sering disebut dengan plot adalah rangkaian peristiwa yang
direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui
kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian. Peristiwa yang dialami tokoh disusun
sedemikian rupa menjadi sebuah cerita, tetapi tidak berarti semua kejadian dalam
hidup tokoh ditampilkan secara lengkap. Peristiwa-peristiwa yang dijalin tersebut
sudah dipilih dengan memperhatikan kepentingannya dalam membangun alur.
Berikut ini adalah contoh dari unsur-unsur alur:
1. Awal
a. Paparan (expotition)
Pengarang menyampaikan informasi sekedarnya kepada pembaca.
Misalnya,
memperkenalkan
tokoh
cerita,
keadaannya,
tempat
tinggalnya, pekerjaannya, maupun kebiasaan-kebiasaannya.
b. Rangsangan (inciting moment)
Peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Misalnya dengan
kemunculan seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator atau
suatu kejadian yang merusak keadaan yang pada mulanya selaras.
c. Gawatan (rising action)
Munculnya masalah antara tokoh utama dengan sesuatu (bisa masalah
dengan tokoh lain, diri sendiri, nilai-nilai, lingkungan, dan lain-lain)
sebagai kelanjutan dari bagian rangsangan.
2. Tengah
a. Tikaian (conflict)
30
Perkembangan masalah menjadi pertikaian atau perselisihan antara dua
atau lebih kekuatan (tokoh) yang bertentangan.
Konflik dalam novel dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Konflik internal, konflik internal adalah konflik yang terjadi
dan dialami sang tokoh.
2. Konflik eksternal, konflik eksternal adalah konflik yang terjadi
diluar dirinya, namun tetap ada pengaruhnya pada pelaku.
b. Rumitan (complication)
Perselisihan yang semakin meruncing.
c. Klimaks
Perselisihan atau rumitan yang mencapai puncaknya.
3. Akhir
a. Leraian (falling action)
Perkembangan peristiwa ke rasa perselesaian. Di sini Nampak titik
terang pemecahan masalah, yaitu perselisihan yang tadinya sudah
mencapai titik gawat, berangsur-angsur surut dan Nampak ada jalan
keluarnya. Dalam hal ini ada kalanya diturunkan dues ex machine,
yaitu orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan
pemecahan.
b. Selesain (denouement)
Bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian bisa menyenangkan (happy
ending) bisa menyedihkan (unhappy end/sad ending), atau bisa pula
menggantung tanpa pemecahan.
31
2.4.5 Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui
karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Penokohan
mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter
tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan
sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam
sebuah cerita.
Secara garis besar terdapat pembagian jenis-jenis karakter yang mewarnai
sebuah cerita.28
1. Karakter Protagonis
Karakter ini sering disebut karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan
mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap aktivitas dalam
cerita.
2. Karakter Sidekick
Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu
setiap ada tugas yang diberikan kepada sang karakter protagonis.
3. Karakter Antagonis
Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu
berupaya
menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
28
Sony Set dan Sidhrata, Menjadi Penulis Skenario Profesional: Cetakan dua, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003, hal 74
32
2.4.6 Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang digunakan oleh pengarang
untuk menyampaikan ide dan perasaan serta pikiran dan maksud dalam
penulisannya. Pengarang yang bertanggung jawab memilih kosa kata (sejumlah
perkataan) yang sesuai dengan keadaan dan penceritaan serta menggunakan
perkataan pilihan dengan wajar dan berhati-hati.29 Gaya bahasa yang digunakan
pengarang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang
pengarang.
2.4.7 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang menjadi bahan pengarang dalam
menciptakan karya sastra atau menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca, seperti
biografi, falsafah hidup dan unsur budaya.30 Secara lebih khusus dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra.
Unsur ekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan
cerita yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah,
biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsik. Unsur-unsur yang ada di
luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu
keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.
29
30
Sulaiman., et. al. Op. Cit.,hal 446
Abdul Rozak Zaidan., et. al. Kamus Istilah Sastra, Balai Pustaka, Jakarta, 2004, hal 67
33
2.4.8 Amanat/Pesan
Pesan adalah seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber. 31 Dalam hal ini sumbernya
adalah novel. Amanat atau pesan sering disebut message adalah salah satu pilar
penting dalam novel. Sebuah novel yang tidak mengandung pesan, menjadi
sebuah karya yang dangkal dan tidak banyak faedahnya. Akan tetapi, pesan yang
disampaikan sebaiknya terselubung, dibangun serasi, dan wajar, dengan karakter
atau ucapan yang wajar dari sang tokoh. Yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian pesan adalah sebaiknya pesan tersebut tidak bersifat menggurui,
atau juga menyimpulkan pesan itu sesudah bercerita. Berikut ini contoh dari pesan
yang biasanya disampaikan pengarang:32
1. Pesan Moral
Pesan moral adalah ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari cerita, puisi,
fabel drama atau apapun karya yang bertujuan mengajarkan sesuatu secara
langsung atau secara tidak langsung.
2. Pesan Agama
Pesan agama adalah ajaran yang bersifat religi atau spiritual yang
berkaitan dengan keyakinan.
3. Pesan Sosial
Pesan sosial mengenai ajaran atau norma yang berada dalam lingkungan
masyarakat atau kebenaran umum.
31
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008,
hal 70
32
Abdul Rozak Zaidan., et. al. Op. Cit, hal 132
34
2.5 Film Sebagai Media Massa
Film merupakan salah satu media dalam komunikasi massa, berperan sebagai
saran baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi
kebiasaan terdahulu, menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian
teknis lainnya kepada masyarakat umum.
2.5.1 Pengertian Film
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang
dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut seluloid.
Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk
menyimpan pantulan cahaya negatif atau positif yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media
digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal
media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berturutturut dikenal media penyimpanan seluloid (film), pita analog, dan yang terakhir
media digital (pita, cakram, memori chip). Berawal dari inilah maka pada awalnya
karya sinematografi yang memanfaatkan media seluloid sebagai penyimpanannya.
Perkembangan teknologi media penyimpanan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu
pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu
35
genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai
medianya.
2.5.2 Karakteristik Film
Karakteristik film dibagi menjadi tiga tema besar yang ada dalam setiap
program drama yang disukai audiens. Alan Lansburg salah seorang produser acara
televisi paling sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap
program drama yang disukai audiens, yaitu: tema seks, uang dan kekuasaan (seks,
money and power). Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat
mendorong audiens mengikuti program drama atau komedi.33
2.5.3 Fungsi Film
Film memiliki tiga fungsi, yakni:
1. Sebagai alat penerangan
Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual
sehingga dapat mudah dimengerti.
2. Sebagai alat pendidikan
Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang mendidik, tanpa dijejali
adegan pembunuhan dan adegan lain yang berlebihan.
33
Morissan, Media Penyiaran Strategi dan Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2005, hal 214
36
3. Sebagai alat hiburan
Film tersebut dapat menghibur penontonnya, apakah film itu membuat
tertawa, mengeluarkan air mata atau membuat gemetar ketakutan.
2.5.4 Jenis-jenis Film
Perkembangan industri perfilman banyak menciptakan jenis film yang
berbeda-beda yang mengelompokkan satu dengan yang lainnya sesuai selera
masyarakat yang menyaksikannya. Hal ini memberikan banyak pilihan bagi
masyarakat sebagai hiburan sesuai minat masyarakat.
1. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai
cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film
dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi,
pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya,
film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
2. Film Biografi
Film ini adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau
mati dan tanda-tanda pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang
perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
37
3. Film Drama
Tema ini mengetengahkan aspek-aspek human interest sehingga yang
dituju adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa
tokohnya. Tema ini juga dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika
kejadiannya disekitar keluarga, disebut drama keluarga.
4. Film Animasi
Adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan
sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dengan bantuan komputer dan
grafik komputer, pembuatan film ini menjadi sangat mudah dan cepat.
Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi
daripada film 2 dimensi.
5. Film Horror
Jika sebuah film menawarkan suasana menakutkan dan menyeramkan
membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut film horror. Suasana
horror dalam sebuah film bisa dibuat dengan cara animasi, special effect
atau langsung oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.
6. Film Berdasarkan Game
Cerita dan tokoh-tokoh dalam film ini dibuat berdasarkan game yang
sudah ada, baik game PC, Play Station maupun game yang lainnya.
7. Film Fiksi Ilmiah
Fiksi ilmiah adalah suatu bentuk fiksi spekulatif yang terutama membahas
tentang pengaruh sains dan teknologi yang diimajinasikan terhadap
masyarakat dan para individual.
38
8. Film Superhero
Adalah film karakter fiksi yang tokoh-tokohnya memiliki kekuatan yang
luar biasa untuk melakukan tindakan hebat untuk kepentingan umum.
Pahlawan super memiliki kemampuan diatas rata-rata manusia, memakai
pakaian yang khas dan mencolok serta nama yang khas dan digambarkan
sebagai penolong dan pembasmi kejahatan.
9. Film Berdasarkan Kisah Nyata
Film berdasarkan kisah nyata adalah film yang dibuat berdasarkan
kejadian nyata atau pernah terjadi di suatu tempat atau terjadi pada
seseorang.
10. Film Komedi
Tema ini baiknya dibedakan dengan lawakan sebab jika dalam lawakan
biasanya yang berperan adalah para pelawak. Film komedi tidak harus
dilakonkan oleh pelawak, tetapi pemain film biasa. Intinya, tema komedi
selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan
tertawa terbahak-bahak.
11. Film Action
Istilah ini selalu berkaitan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan,
tembak-menembak sehingga tema ini dengan sederhana bisa dikatakan
sebagai film yang berisi “pertarungan” secara fisik antara protagonis
dengan antagonis.
39
12. Film Berdasarkan Novel
Adalah film yang diangkat dari cerita novel atau film yang lahir dari
pengadaptasian sebuah novel, biasanya dikarenakan novel tersebut sudah
terkenal sehingga apresiator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana jika
difilmkan. Selain itu juga yang menitikberatkan karena ceritanya yang
menarik.34
2.5.5 Jenis Cerita Film
Jenis cerita film dikelompokkan kedalam beberapa macam, yaitu:35
1. Drama
Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan
perilaku manusia sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori
Aristoteles hanya digolongkan menjadi tragedi, komedi, dan gabungan
antara tragedi dan komedi.
2. Drama Tragedi
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan
duka lara atau kematian.
3. Drama Komedi
Jenis drama ini dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis:
a. Komedi situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari
pemain, melainkan karena situasinya.
34
http://wapedia.mobi/id/Kategori:Film_menurut_genre.
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
2006, hal 35-38
35
40
b. Komedi slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti
para pemainnya, atau adegan gerak vulgar dan kasar.
c. Komedi satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
d. Komedi farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan
kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerakan-gerakan yang lucu.
4. Drama Misteri
Drama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian:
a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangannya/suspense,
dan
biasanya
menceritakan
seputar
kasus
pembunuhan
atau
pemerkosaan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri
karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita
jenis ini, beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh
penonton.
b. Horror, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan
roh halus atau makhluk yang menakutkan.
c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik,
perdukunan, atau unsur gaib.
5. Drama Action atau Laga
a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan
perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang
modern.
b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun
dikemas secara tradisional.
41
6. Melodrama
Cerita ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung
terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton
dipancing
untuk
merasa
iba
pada
tokoh
protagonis
dengan
menampilkannya sedemikian rupa.
7. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah
sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya.
2.6 Penceritaan Film
2.6.1 Tema Cerita
Tema cerita adalah dasar utama cerita yang ingin disampaikan oleh
penulis. Berbagai macam tema dapat diangkat menjadi sebuah cerita.36
1. Percintaan
Tema cerita yang paling umum kita lihat dan hampir semua sinetron atau
film terdapat kisah percintaannya.
2. Perselingkuhan
Tema ini mengangkat tentang seorang suami atau istri ataupun pacar yang
tertarik dengan wanita atau pria lain. Cerita ini biasanya yang memicu
konflik dalam berhubungan.
36
Elizabeth Lutters, Ibid, hal 41-45
42
2.6.2 Struktur Cerita
1. Inti cerita
Inti cerita atau premise akan menjadi dasar dalam membentuk plot
cerita (plotline). Intisari cerita bisa dikaitkan dengan pesan yang ingin
disampaikan oleh cerita, atau sesuatu yang menentukan arah cerita.
Struktur plotline yang diawali dengan konflik, komplikasi dan
resolusinya biasa disebut dengan struktur drama tiga babak atau three acts
structure. Struktur ini merupakan struktur dasar dalam membangun sebuah
cerita. Struktur drama tiga babak terbagi menjadi:37
a. Babak I
Awal cerita, dengan pengenalan tokoh utama dan dunianya, konflik A
dan perkenalan konflik B.
b. Babak II
Tengah cerita, komplikasi masalah, resolusi sementara konflik utama,
resolusi konflik minor.
c. Babak III
Akhir cerita, resolusi masalah utama, resolusi masalah lainnya.
2. Plot/alur
Plot/alur adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah dan
akhir.38 Berikut ini adalah contoh beberapa jenis alur :
a. Alur maju (progresif)
Pengarang menyajikan cerita dimulai dari awal menuju akhir cerita
37
38
Sony Set dan Sidharta. Op. Cit., hal 26-32.
Sony Set dan Sidharta. Op. Cit.,hal 26
43
berdasarkan urutan kronologis.
b. Alur mundur (flash back progresif)
Pengarang bisa memulai cerita dari klimaks, kemudian kembali ke
awal cerita menuju akhir.
c. Alur gabungan atau campuran
Alur maju dan mundur yang digunakan secara bersamaan dalam
sebuah cerita.
2.6.3 Unsur Dramatik
Dalam skenario harus juga termuat unsur dramatik. Unsur dramatik dalam
istilah lain disebut dramaturgi, yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Berikut ini
ada beberapa unsur dramatik:39
1. Suspense
Suspense adalah ketegangan. Ketegangan yang dimaksudkan di sini tidak
berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang
bakal terjadi atau harap-harap cemas. Penonton digiring agar merasa
berdebar-debar menanti resiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam
menghadapi problemnya. Hal ini biasanya sering menimpa tokoh
protagonis sehingga suspense pada penonton semakin tinggi tensinya,
dibandingkan jika tokoh antagonis yang menghadapi hambatan. Pada film-
39
Elizabeth Lutters, Op. Cit, hal 100-103
44
film action, unsur ini sangat dominan dibandingkan pada film-film drama.
Namun, pada semua cerita drama, unsur ini juga sangat penting dan tak
bisa diabaikan begitu saja.
2. Curiosity
Curiosity adalah rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah
adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara
menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan
penonton. Atau, bisa juga dengan berusaha mengulur informasi tentang
sebuah masalah sehingga membuat penonton merasa penasaran.
3. Surprise
Surprise adalah kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan
surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan
adalah di luar dugaan.
2.6.4 Karakter atau Penokohan
Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun
batinnya termasuk karakternya, ciri fisik, cara bertindak, keyakinannya,
pandangan hidupnya, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Penokohan
mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter
tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan
sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam
sebuah cerita.
45
1. Karakter protagonis
Karakter ini sering disebut sebagai karakter utama. Ia mewakili sisi
kebaikan dan mencerminkan sifat-sifat kebenaran yang mewarnai setiap
aktivitas dalam cerita.
2. Karakter Sidesick
Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu
setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis.
3. Karakter Antagonis
Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu
berupaya
menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
2.6.5 Sudut Pandang
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam sebuah cerita adalah
sudut pandang tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang merupakan
visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh atau para
pemainnya. Pengambilan sudut pandang oleh pengarang adalah untuk memberi
kesan akhir yang dia inginkan.40
Dalam kisahnya, pencerita sering menyebut diri “aku” atau “saya”
(penceritaan akuan), penceritaan akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak
selalu tokoh utama. Namun, sering kali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada
tokoh-tokohnya dengan kata ganti orang ketiga, dia atau ia. Penceritadiaan berada
40
Anif Sirsaeba, Op. Cit, hal 281
46
di luar cerita (eksternal) ia hanya menyampaikan suatu kisahan, tetapi tidak
terlibat di dalamnya. Namun, jika ia berada di luar (penceritadiaan, eksternal), ia
dapat menjadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan
pikiran semua tokoh serta semua yang mereka lakukan.41
2.7 Teori Komunikasi Dua Tahap
Konsep komunikasi dua tahap (two step flow of communication) pada
awalnya berasal dari Paul Felix Lazarsfeld, Bernard Berelson dan Hazel Gaudet
yang berdasarkan pada penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide seringkali datang
dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat (opinion leaders)
dan dari mereka ini berlalu menuju penduduk yang kurang giat. Hal ini pertama
kali diperkenalkan oleh Lazarsfeld pada tahun 1944. Kemudian dikembangkan
oleh Elihu Katz di tahun 1955.
Pada awalnya para ilmuan berpendapat bahwa efek yang diberikan media
massa berlaku secara langsung seperti yang dikatakan oleh teori jarum suntik.
Akan tetapi Lazarsfeld mempertanyakan kebenarannya. Pada saat itu, mungkin
saja dia mempertanyakan apa hubungan antara media massa dan masyarakat
pengguna media massa saat kampanye pemilihan presiden berlangsung. Selain itu
keingintahuan Lazarsfeld terhadap apa saja efek yang diberikan media massa pada
masyarakat pengguna media massa pada saat itu serta cara media massa
menyampaikan pengaruhnya terhadap masyarakat.
41
Melani Budianta, Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi,
Indonesia Tera, Malang, 2006, hal 91
47
Untuk itu Lazarsfeld memanfaatkan pemilihan umum presiden Amerika pada
tahun 1940. Lazarsfeld mencari tahu cara kerja media dalam mempengaruhi opini
publik mengenai calon presiden Amerika yang berkampanye melalui media
massa. Lazarsfeld dan beberapa rekannya memilih daerah Erie County di Ohio
serta Elmira di New York sebagai tempat penelitian. Penelitian dilakukan dengan
metode kuantitatif pada bulan Mei hingga November 1940. Fokusnya terhadap
pengaruh interpersonal dalam penyampaian pesan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya keputusan media dibuat. Ternyata ditemukan
hal yang sangat menarik bahwa hanya 5% responden yang mengaku bahwa
mereka menglami perubahan sikap setelah melihat pesan media secara langsung.
Selebihnya pemilih mengatakan bahwa hal yang sedikit banyak berpengaruh
dalam pembuatan opini mereka adalah interaksi dengan orang terdekat seperti
keluarga atau teman.
Setelah melakukan observasi terhadap responden, Lazarsfeld kemudian
menemukan kesimpulan yang sedikit bertolak belakang dengan apa yang diyakini
sebelumnya. Hal yang ditemukan Lazarsfeld bahwa terdapat banyak hal yang
terjadi saat media massa menyampaikan pesannya. Cara kerja media massa dalam
mempengaruhi opini masyarakat terjadi dalam dua tahap. Disebut dua tahap
karena model komunikasi ini dimulai dengan tahap pertama sebagai proses
komunikasi massa, yaitu sumbernya adalah komunikator kepada pemuka
pendapat. Kedua sebagai proses komunikasi antarpersonal, yaitu dimulai dari
pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya. Proses tersebut bisa digambarkan
seperti bagan di bawah ini:
48
Media Massa ---> Pesan-pesan ---> Opinion Leaders ---> Followers (Mass
Audience)
Pada masa selanjutnya, teori ini memperlihatkan bahwa pengaruh media itu
kecil, ada variabel lain yang lebih bisa mendominasi dalam mempengaruhi
masing-masing penonton. Hal ini dapat dicontohkan pada dua orang yang sedang
menonton sebuah iklan motor di TV. Orang pertama berkeyakinan bahwa motor
yang ditayangkan dalam iklan tersebut adalah paling bagus daripada motor
lainnya, karena ia pun telah mencoba dan membuktikannya. Dan akhirnya ia
menceritakan hal itu kepada penonton lain yang kebetulan sedang mencari motor
yang dianggap baik pula. Setelah itu, penonton kedua pun mendapat keyakinan
yang sama, sehingga ia membeli motor yang serupa. Dari contoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel lain yang dianggap lebih bisa mendominasi daripada
media adalah seseorang terdekat yang memberi pengaruh kuat pada orang lainnya.
Komunikasi dua tahap memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota
dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain,
b. Respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak terjadi secara
langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh
hubungan-hubungan sosial tersebut,
c. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai penerimaan
dan perhatian, dan yang kedua berkaitan dengan respons dalam bentuk
49
persetujuan
atau
penolakan
terhadap
upaya
memengaruhi
atau
penyampaian informasi,
d. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan media, melainkan memiliki
berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya,
dapat dibagi di antara mereka yang secara aktif menerima dan
menyebarkan gagasan dari media, dan mereka yang semata-mata hanya
mengandalkan hubungan personal dengan orang lain sebagai panutannya,
e. Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai
oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang
lebih tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh terhadap masingmasing lain, dan memiliki pesan sebagai sumber informasi dan panutan.
Secara garis besar, menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu
situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan
sosial yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang lainnya.42
2.8 Adaptasi Novel ke Film
2.8.1 Sejarah Adaptasi Film
Menurut Garin Nugroho sejarah penciptaan ialah sejarah adaptasi dari
alam dan peristiwa yang terjadi di dalamnya ke dalam berbagai bentuk
penciptaan, dari karya lukis, teater, hingga seni ketujuh, yaitu sinema. Sejarah
42
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal 278
50
sinema dunia khususnya Hollywood mencatat bahwa 90% skenario karya film
maupun televisi berasal dari adaptasi, baik dari novel, komik, kisah nyata, hingga
berbagai materi yang ada dalam kehidupan.
Imam Tantowi pun menjelaskan bahwa adaptasi bukanlah transkip dari
bentuk novel ke dalam bentuk skenario. Adaptasi ialah interpretasi dari sebuah
cerita novel. Yang harus diperhatikan oleh penulis skenario ialah harus
melengkapi apa yang diperlukan novel itu agar menjadi lebih bagus. Sebuah
skenario adaptasi dari novel dianggap berhasil jika skenario itu sukses
mendapatkan taste dan esensi cerita serta jiwa dari novel aslinya.
Film adaptasi memiliki pengertian yaitu perpindahan teks dalam bentuk
tulisan ke dalam bentuk film. Film merupakan suatu kerja “peniruan”
(deretativewok) dimana hasil dalam bentuk tulisan ditiru dan diolah ke dalam
bentuk medium yang lain yaitu gambar bergerak. Menurut buku Adaptation
Studying Film Literature, film adaptasi diambil dari novel, cerita pendek,
novelette, persembahan teater (plays), buku non fiksi, esai, novel grafik, atau
puisi. Proses adaptasi dari novel ke film bukanlah suatu proses yang mudah.
Namun demikian, dari dulu hingga sekarang banyak sekali film yang diciptakan
merupakan hasil adaptasi daripada naskah drama, cerita pendek, ataupun novel.
Pada abad 17, Corneille telah menyederhanakan sebuah cerita abad
pertengahan The Cid untuk sebuah pementasan, dengan menghilangkan beberapa
adegan romantis menjelang pementasan. Ketika seorang penulis skenario
mengadaptasi drama panggung tersebut untuk skenario film, yang dilakukannya
51
adalah kebalikannya. Beliau justru memotong dialog-dialog panjang dan
menambahkan kembali adegan-adegan yang sebelumnya yang telah digugurkan
oleh penulis naskah drama.
Film Inherit the wid yang dituliskan oleh Jerome Lawrence dan Robert
E.Lee merupakan satu contoh film hasil adaptasi yang efektif. Versi panggungnya
yang dipentaskan tahun 1955, hanya memanfaatkan ruang pengadilan di
Tennessee untuk setting seluruh drama, yang bernama Bertram Cates yang diadili
karena mengajarkan tentang evolusi. Sedangkan versi filmnya pada tahun 1960
diawali dengan pertemuan antara beberapa penduduk yang sedang menyelidiki
kasus pengajaran yang dilakukan Cates. Dalam proses adaptasi dari buku ke film
atau televisinya diyakini ada beberapa nilai yang menjadi dasar pelaksanaan
proses tersebut. Sebuah film hasil adaptasi dari suatu karya sastra yang terpenting
harus tetap mempertahankan spirit teks aslinya, tetapi pada saat yang sama film
tersebut dituntut tetap tampil sebagai karya yang meyakinkan dalam genrenya.
2.8.2 Film Adaptasi di Indonesia
Lahirnya adaptasi dari novel ke dalam film biasanya disebabkan novel
tersebut sudah terkenal dan menjadi best seller sehingga para apresiator ingin
mengetahui lebih lanjut bagaimana bila sebuah novel di filmkan.
Di Indonesia pun ide untuk mengangkat sumber cerita seperti novel dari
berbagai genre sebagai bahan utama sudah lama dilakukan oleh para penerbit dan
52
pengarah. Sebagian berjaya meraih kejayaan yang fenomenal namun tak sedikit
pula yang tidak mendapatkan apresiasi positif dari para penikmat dan penonton.
Telah banyak novel-novel yang dijadikan cerita dalam film dan ditayangkan di
bioskop-bioskop. Bukan saja novel itu sendiri yang mendapatkan sambutan
hangat, malahan filmnya pun mendapatkan tanggapan positif. Film adaptasi yang
sebelumnya meraih kejayaan memberikan inspirasi bagi pembuat-pembuat film
lainnya untuk mengenengahkan teks-teks sastra seperti novel terutama dalam
bentuk gambar. Banyak sekali novel-novel tertentu yang menjadi best selling
dikalangan khalayak juga mengangkat jalan cerita yang telah tersedia menjadi
sebuah film.
Sejarah film Indonesia juga mencatat sejumlah novel yang diangkat ke
layar lebar. Teguh Karya mengangkat novel Badai Pasti Berlalu pada tahun 1974
karya Marga T menjadi sebuah film lagendaris pada tahun 1977. Setelah 30 tahun
berlalu, bukan hanya filmnya yang dikenang tetapi diproduksi kembali pada tahun
2007 dalam konsep masa kini, tapi album soundtrack nya telah habis dibeli oleh
lebih dari 10 juta orang. Ia bahkan menjadi salah satu legenda musik Indonesia
sepanjang masa.
Pengarang novel populer seperti Mira W, menjadi salah satu penulis yang
dilihat para pembuat film era 80-an. Dapat dilihat bagaimana novelnya menjadi
film yang populer di masanya seperti di sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Merpati
tak Pernah Ingkar Janji, Bulir-bulir Penyesalan, Dari Jendela SMP, Galau Remaja
SMA, Masih ada Kereta yang akan Lewat, dll. Tidak kurang lebih dari 56 tajuk
53
novel menjadi target para pembuat film dalam masa keemasan film nasional sejak
tahun 70-an hingga awal 90-an.43
Perkembangan film nasional era 2000-an yang ditandai oleh fenomena
sejumlah novel populer remaja Indonesia juga menjadi sasaran para pembuat film,
seperti Eiffel I’m in Love, Dealova, Cintapucino, Detik Terakhir, dan Jomblo.
Setelah booming melalui novel dan filmnya, kemudian muncul novel sastra
seperti Ayat-ayat Cinta (2004), Laskar Pelangi (2005) yang mempunyai ambisi
kesastraan, dan menjadi jawaban setelah era novel remaja di awal 2000-an.44 Dan
sekarang banyak bermunculan adaptasi novel menjadi sebuah film di Indonesia.
43
44
Esai Adaptasi dari Novel ke Film dalam Ketika Cinta Bertasbih.
http://www.anneahira.com/koleksi-filmindonesia.htm.10-4-2012.
Download