14 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut, sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya. (Pratiwi, 2007). Menurut World Health Organization (WHO), penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak-anak umumnya adalah penyakit gigi berlubang (dental cavity) atau karies gigi dan penyakit periodontal yaitu penyakit pada penyangga gigi. Kirakira 60-90% anak-anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi dan penyakit periodontal dijumpai pada 5-20% usia dewasa muda, walaupun angka kejadiannya sedikit berbeda pada kawasan geografi yang berbeda. Untuk kanker mulut pula, insidensinya diperkirakan antara satu hingga 10 kasus bagi setiap 100 000 populasi di kebanyakan negara di seluruh dunia. (WHO, 2010). Di Indonesia pula, pada tahun 1995 telah dilakukan penelitian oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan ditemukan bahawa penyakit yang sering diderita masyarakat juga merupakan karies gigi dan penyakit periodontal, dengan catatan 63% rakyat Indonesia masih mengalami kerusakan gigi aktif yaitu yang masih belum ditangani atau diberi penatalaksanaan. Bagi karies gigi, WHO telah menetapkan indeks pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Universitas Sumatera Utara 15 Missing Filling-Teeth) sebanyak 3 namun nilai DMF-T masyarakat Indonesia berkisar di antara 6,44 dan 7,8, berarti telah melebihi nilai normal yang ditetapkan. Bagi penyakit periodontal pula, prevalensi pada tahun 1995 seperti yang telah dikemukan SKRT adalah 42,8%. Rahardjo (2007), membuktikan dalam SKRT tahun 2001 terdapat 76,2 persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi angka penyakit gigi dan mulut yang tinggi saat ini. Menurut SKRT 1995 dan juga Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998, masyarakat masih belum mengetahui kepentingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal yang demikian dapat dilihat dari nilai penduduk Indonesia yang tidak menyikat gigi adalah sebanyak 22,8% dan dari 77,2 % yang menyikat gigi tersebut, cuma 8,1 % yang menyikat gigi tepat pada waktunya. Notoatmodjo (2004), juga menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Perkara ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anak-anak tentang perawatan gigi dan mulut yang sebenarnya. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi (Wahyuningrum,2002). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ling Zhu di Beijing, Cina pada tahun 2003, 44,4% dari anak-anak berusia 12-18 tahun menyikat gigi paling kurang dua kali Universitas Sumatera Utara 16 dalam sehari dan hanya 17% yang menggunakan pasta gigi yang mengandungi florida. (International Dental Journal 2003). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 186 murid di Sekolah Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Kota Surakarta didapatkan data murid yang memiliki gigi berlubang yaitu sekitar 68,3% sedangkan murid yang giginya tidak berlubang yaitu sekitar 31,7%. Sebagian besar murid yang memiliki gigi berlubang mengatakan bahwa mereka kurang mengerti cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. (Uji Kawuryan, 2008). Jadi berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa penyakit gigi dan mulut terutamanya karies gigi sering dialami pada anak dan perkara ini bisa dipengaruhi oleh tindakan perawatan kebersihan gigi yang agak kurang sempurna. Tindakan perawatan gigi pula dapat dipengaruhi oleh pengetahuan anakanak tentang kesehatan gigi dan mulut itu sendiri. Oleh yang demikian, penulis tertarik untuk mencari tau hubungan antara pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kesehatan gigi dan mulut dengan tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Untuk lokasi penelitian, penulis memilih untuk melaksanakan penelitian di SD Shafiyyatul Amaliyyah. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat ditentukan adalah: Bagaimanakah hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan ptindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut pada anak-anak SD Shafiyyatul Amaliyyah. Universitas Sumatera Utara 17 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut pada anak-anak SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus, Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak-anak SD tentang kesehatan gigi dan mulut. 2. Untuk mengetahui tindakan anak-anak SD dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi institusi sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di lingkungan sekolah masing-masing. 2. Bagi populasi penelitian, penelitian ini dapat merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap masalah yang terkait pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut serta kepentingannya. 3. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian dan prosesnya. Universitas Sumatera Utara