28 BAB III Gambaran Wilayah Studi III.4. Gambaran Umum

advertisement
28
BAB III Gambaran Wilayah Studi
III.4. Gambaran Umum Cekungan Bandung
Cekungan Bandung merupakan cekungan antara gunung yang dikelilingi oleh
gunung-gunung api kuarter, yang beberapa diantaranya masih aktif. Kawasan
cekungan terdiri dari dua anak cekungan yang disebut dataran tinggi Bandung dan
dataran tinggi Batujajar. Cekungan Bandung dikelilingi oleh gunung-gunung yang
ketinggiannya lebih dari 2000 m yaitu G. Tangkuban Perahu (2076m), G.Malabar
(2321m) dan G.patuha (2434m). Puncak-puncak perbukitan tua seperti G.Geulis
mencapai ketinggian 1115 meter, perbukitan di sekitar Cimahi berkisar antara
950m-1350m, dan perbukitan yang terdapat di bagian barat laut dibangun oleh
batuan tersier yang mencapai ketinggian sekitar 100m. Kota Bandung menempati
lereng bagian selatan perbukitan Lembang atau Tangkuban Perahu pada
ketinggian antara 700m-1100m, sedangkan kabupaten Bandung merupakan suatu
wilayah yang sebagian mengelilingi kota Bandung sekaligus sebagian besar
termasuk ke wilayah cekungan Bandung seperti tampak pada gambar III.1
dibawah ini (BPLHD Jabar, 2003).
Gambar III.1. Kawasan Cekungan Bandung
Sumber : gerbang.jabar.go.id
29
III.5. Kota Bandung
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota propinsi
Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 106o-143o bujur timur dan 6o00-6o20
lintang selatan. Lokasi Kota Bandung cukup strategis dilihat dari segi komunikasi
dan perekonomian. Secara topografi kota Bandung terletak pada ketinggian 791
meter di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan
ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah selatan 675 meter di atas
permukaan laut. Di wilayah kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan
kereta api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian utara
berbukit-bukit. Batas wilayah administratif kota Bandung yaitu sebelah selatan
dengan jalan tol padalarang-cileunyi, sebelah utara dengan kecamatan lembang
Kab Bandung, sebelah timur sungai cibiru dan sebelah barat dengan jalan terusan
Pasteur Kec.Cimahi utara, Cimahi selatan dan kota Cimahi. Wilayah administrasi
kota daerah tingkat II Bandung terbagi dalam :
a) 26 kecamatan, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat.
b) 139 kelurahan / desa yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah /
Kepala Desa.
c) 1.509 Rukun Warga (RW) yang masing-masing diketuai oleh seorang
ketua RW.
d) 9.378 Rukun Tetangga (RT), yang masing-masing dikepalai oleh seorang
ketua RT
Permukaan tanah di wilayah Kotamadya Bandung bagian selatan relatif datar,
sedangkan di wilayah kota bagian utara berbukit-bukit. Iklim di kota Bandung
dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada tahun 1998
temperatur rata-rata kota Bandung 23,5oC dan mengalami peningkatan pada 9
Oktober dan 16 November 2005 mencapai 31,6oC. Curah hujan di kota Bandung
masig tegolong tinggi dengan rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata
21,3 hari per bulan. Kota Bandung memiliki kekuatan pada iklim mikro yang
relatif nyaman bagi manusia untuk beraktivitas sepanjang tahun. Selain itu, kota
Bandung juga
dipengaruhi oleh iklim makro dari adanya angin muson dan
letaknya pada daerah tropis (BPS Kota Bandung, 2005).
30
Penduduk kota Bandung berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2005 adalah
2.270.970 jiwa (penduduk perempuan 1.135.485 Jiwa dan penduduk laki-laki
1.135.485 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
sebesar 1,72%. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.505 jiwa/Km2,
dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka kecamatan Bojongloa
Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.256 jiwa/Km2.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi tingkat kepadatan
penduduk adalah dengan program transmigrasi ke daerah luar pulau Jawa,
diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Warga
kota Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih dikenal
dengan angkot/mikrolet. Selain itu itu terdapat pula jenis angkutan lainnya seperti
taksi dan bus kota yang melayani transportasi untuk jalan-jalan besar dan rute
perjalanan yang panjang. Terdapat jembatan Pasopati yang menghubungkan
bagian utara dan timur Bandung melewati lembah Cikapundung. Panjang jalur ini
sekitar 2.8 km dengan lebar 30-60 m. Jalan tol Padaleunyi berfungsi untuk
menghubungkan wilayah Padalarang, Cimahi, Bandung bagian selatan dan
Cileunyi. Persambungan antara jalan tol Padaleunyi dan Cipularang dikenal
dengan nama Purbaleunyi yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan dari
Jakarta menuju Bandung hanya dengan 2,5 jam (BPS Kota Bandung, 2005).
III.6. Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung terletak antara 6o41-7o19 lintang selatan dan 107o22-108o5
bujur timur dan berada antara 110 m – 2249 m di atas permukaan air laut. Luas
wilayah kabupaten Bandung 309.207,93 Ha dengan batas-batas wilayah
administratif sebagai berikut: di sebelah utara dengan kabupaten Purwakarta dan
kabupaten Subang, di sebelah timur dengan kabupaten Sumedang dan kabupaten
Garut, sebelah selatan dengan kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur, sebelah
barat kabupaten Cianjur, dan bagian tengah berbatasan dengan kota Bandung.
Kabupaten Bandung terdiri atas 45 kecamatan, 440 desa, 9 kelurahan dengan
jumlah penduduk sebesar 4.274.431 jiwa (berdasarkan data BPS 2005) dan mata
pencaharian antara lain di bidang industri, pertanian, pertambangan, perdagangan
dan jasa. Kemiringan wilayah kabupaten Bandung bervariasi antara 0-8%, 8-15%,
31
hingga diatas 45%. Kabupaten Bandung memiliki kondisi iklim dengan suhu ratarata 19o-24oC, kelembaban udara 78% musim hujan, 70% musim kemarau dengan
curah hujan rata-rata tiap tahun sekitar 1500-4000 mm (BPS Jawa Barat, 2004).
Untuk mengakomodasi fungsi dari sistem jaringan jalan yang ada dan yang akan
dikembangkan di wilayah kabupaten Bandung dengan mengacu kepada Peraturan
Pemerintah No.26 Tahun 1985 tentang jalan, ada beberapa fungsi jalan yang akan
dikembangkan dalam hal ini meliputi sistem primer dan sekunder, dimana sistem
tersebut adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan antar wilayah
perkotaan (arteri, kolektor dan lokal). Sedangkan sistem sekunder adalah sistem
jaringan jalan dengan pelayanan dalam kota-kota di kabupaten Bandung (diatur
dalam masing-masing kota). Jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah
kota/kabupaten, antar pusat kegiatan, antar PKL dan DPP, atau yang
menghubungkan antar jaringan arteri primer terbagi atas :
1.
Kolektor Primer I meliputi Bandung-Lembang-Subang, Bandung-BanjaranPangalengan-Cukul-Cisewu-Rancabuaya,
Soreang-Banjaran,
Cimareme-Batujajar-Selacau-
Bandung-Soreang-Ciwidey-Rancabali-Naringgul-
Balegede, Nagreg-Batas Garut, Daeyuhkolot-Ciparay-Majalaya-SawahberaCijapati
2.
Kolektor Primer II meliputi Selacau-Gununghalu, Gununghalu-Cisokan,
Rancapanggung-Baranangsiang, Rajamandala-Baranangsiang, Cipeundeuy,
Batas Lw Gajah-Jelegong, Batas Lw Gajah-Cangkorah, Sp OrionCihaliwung, Cimahi-Lembang, Panorama-Grand Hotel, Warung LobakCiluncat, Andir-Katapang, Sayati-Palsari, Cibaduyut-Cangkuang (BPS Jawa
Barat, 2004).
Download