Dividen saham (stock dividen) - Program Alih Jenis Agribisnis IPB

advertisement
LONGTERM
INVESTMENT : STOCK
BY :
NETTI TINAPRILLA
SAHAM (Stocks)
 Saham tidak memiliki jangka waktu jatuh
tempo dan tidak memberikan pendapatan
tetap
 Jenis saham : saham preferen dan saham
biasa
 Harga saham adalah dividen
Preferred Stock
CIRI-CIRI :
1.
SAHAM PREFEREN TERBATAS (TANGGAL JATUH
TEMPO, DAN DAPAT DITEBUS),
2.
SAHAM PREFEREN PERPETUAL (DAPAT MENJADI
SAHAM BIASA PADA TANGGAL TERTENTU),
3.
SAHAM PREFEREN DENGAN DIVIDEN
MENGAMBANG (MEMPERTAHANKAN PADA NILAI
NOMINAL DENGAN MENGUBAH DIVIDEN)
4.
SAAT PERUSAHAAN BANGKRUT : MEMPEROLEH
NILAI NOMINAL, DIVIDEN TERTUNGGAK, DAN
DIVIDEN BERJALAN. SISA ASET LAIN BARULAH
UNTUK SAHAM BIASA
KEUNTUNGAN PENERBITAN SAHAM PREFEREN
1. DIVIDEN TIDAK PERLU DIBAYARKAN SEGERA
2. PEMEGANG SAHAM TIDAK DAPAT MEMAKSA
PERUSAHAAN UNTUK BANGKRUT (krn pemilik asli
adl pemegang common stock)
3. JIKA LABA TINGGI, MAKA ITU MILIK PEMEGANG
SAHAM BIASA SEBAGAI PEMILIK ASLI
4. SAAT PERUSAHAAN TUMBUH, DAPAT
DIBANGKITKAN LEBIH BAIK, DENGAN
PENERBITAN SAHAM PREFEREN PADA TARIF
BUNGA TETAP, DARIPADA PENERBITAN SAHAM
BIASA, krn tdk menuntut dividen segera
SAHAM BIASA (Common Stock)

1.
2.
Saham biasa memiliki 4 nilai saham  4 konsep :
Nilai Nominal ; nilai yang tertera pada surat saham. Nilai
nominal /stated value/face value/nilai pari/par value: nilai
per lembar  terkait dengan akuntansi dan hukum 
menunjukkan modal disetor penuh
Nilai buku (book value per share) ; jumlah nilai modal
sendiri (ekuitas) dibagi jumlah saham yang beredar,
merupakan nilai aktiva bersih per lembar  merupakan
jaminan jika perusahaan (emiten) dilikuidasi 
bandingkan dengan harga pasar (nilai perusahaan) 
market price to book value ratio (%)  ratio tinggi 
kesejahteraan meningkat
Contoh : rasio 1,75  nilai perusahaan melebihi 75%
dari nilai saham yg telah ditanamkan oleh pemilik.
Total nilai perusahaan dengan satu jenis saham tidak
sama dengan nilai perusahaan dengan > 1 jenis saham

 nilai perusahaan = modal saham biasa, agio
saham biasa (capital gain), agio saham preferen,
dan laba ditahan.
 Laba ditahan = nilai – dividen saham preferen dividen saham biasa
3.Nilai pasar (market value per share) ; harga yang
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di
pasar bursa saham.  IHSG pasar modal  fluktuasi
harga saham menentukan risiko sistematis saham
atau risiko pasar = risiko tidak dapat
didiversifikasi sedangkan risiko unsistematik
atau risiko bisnis  dapat didiversifikasi
4.Nilai fundamental (intrinsik); nilai sekarang (present
value) dari dividen dan keuntungan/kerugian modal
(capital gain/loss). Nilai Fundamental (intrinsik) paling
penting  karena merupakan harga wajar suatu saham
agar harga saham mencerminkan nilai saham yg
sebenarnya (riil value). Nilai intrinsik = PV dari aliran
kas (dari dividen maupun capital gain/loss)
HAK PEMEGANG SAHAM
Keuntungan (Dividen) ; cash divident dan stock
divident dari laba bersih setelah pajak dan dikurangi
dividen saham preferens residual
2. Harta perusahaan ; jika perusahaan dilikuidasi.
3. Mengangkat anggota komisaris dan direksi
perusahaan ; jumlah saham (1 saham = 1 suara).
4.
Menghindar tuntutan pihak ketiga (ex.kreditor) diluar
batas jumlah nilai yang dimilikinya; bertanggung
jawab atas kerugian sebesar nilai saham yang
dimiliknya.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) jika ada
saham baru
1.
Tuntutan saat likuidasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
suplier (account payable),
gaji karyawan,
Pelanggan
Utang dagang
utang bank
utang pajak
obligasi
saham preferen dan
saham biasa.
Risk and Return pemegang saham
RETURN :
 Perubahan harga saham (capital gain)
 Dividen kas yang diterima : menambah dividen kas
secara serempak mengurangi saham dari modal
pembiayaan internal
RISK ; Bangkrut ? nilai SAHAM BISA MENDEKATI NOL
Prinsip pemegang saham
 High risk high return
 Cash flow is the most important
 Time value of money : nilai sekarang
lebih berharga
 Agency problem : manajer akan bekerja
jika kepentingan pemilik saham selaras
dengan kepentingan mereka
 Bias keputusan bisnis karena perpajakan
 dividen tinggi, pajak tinggi 
akumulasi capital saja?
Sasaran utama perusahaan
 Maksimumkan nilai atau harga dari saham
perusahaan . Nilai dari saham adalah nilai
sekarang dari seluruh dividen-dividen di
masa yang akan datang
 Maksimumkan laba ??? Harga saham turun???
SUMBER PENDAPATAN SAHAM
1. Capital gain  lawannya capital loss
2. Dividen :
 EAT/lembar saham = EPS (Earning per Share).
 DPS = Dividen per Share
 Dividen Pay Out Ratio (DPR) = porsi EAT yang
dibagikan kepada investor sebagai dividen (setelah
dikurangi laba ditahan/retained earning)
 DPR  berkisar antara 30-40% dari EAT
 Stock dividen : jika perusahaan sedang
kesulitan keuangan  tidak ada cash inflow 
merupakan proses kapitalisasi dari EAT atau
Laba ditahan menjadi modal disetor penuh
 Stock dividen  pemilik saham harus
mendaftarkan diri  jumlah saham beredar
bertambah  proporsi kepemilikan naik 
EPS turun  dilusi
 Sesuai PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan)  setoran
dividen saham dinilai dg harga wajar
(harga di bursa efek untuk yang go
public atau keputusan RUPS) 
 nilai dividen saham = harga
pasar saham : rasio dividen
saham
KLASIFIKASI SAHAM BIASA
Berdasarkan nilai kapitalisasi :
1.
Big Cap : saham berkapitalisasi besar dengan
nilai kapital > 1 trilyun  disebut blue chip atau
saham papan atas atau lapis pertama  dominan
di Bursa (75-80%)  bisa menaikkan dan
menurunkan IHSG  disebut index mover
stocks  dividen tinggi dan konsisten  capital
gain karena harga mengalami apresiasi  risiko
kecil maka indeks beta < 1, artinya jika harga
bursa turun 1% harga saham tersebut turun <1%.
2. Mid-Cap : kelompok saham yang
berkapitalisasi besar dengan nilai Rp 100
milyar – Rp 1 trilyun  disebut baby
blue chip atau saham lapis kedua 
sekitar 15-17%.
3. Small-Cap : kelompok saham yang
memiliki nilai kapitalisasi < 100 milyar
 saham lapis ketiga  merupakan
saham “tidur” yang bersifat labil  porsi
di BEJ sekitar 3%  dpt di “delisting”
Berdasarkan Fundamental Perusahaan dan
Kondisi Perekonomian :
1. Income Stocks:
saham dengan dividen yang
semakin besar  emiten merupakan perusahaan
mapan dengan pangsa pasar tinggi dan stabil 
Indeks beta < 1
2. Growth
Stocks:
emitennya
merupakan
perusahaan pemimpin di industri dan cukup
prospektif  dividen relatif tinggi  harga saham
mahal dengan PER tinggi tetapi masih ada capital
gain  indeks beta < 1
3. Speculative Stocks: Saham perusahaan yang
pendapatannya belum pasti : misalkan
perusahaan baru, sedang restrukturisasi modal
 dividen tidak konsisten  indeks beta tinggi >
2 dan PER fluktuatif  sangat agresif dan
memiliki risiko unsistematis (bisnis) > risiko
sistematis (pasar)  contoh perusahaan
eksplorasi minyak
Cyclical Stocks : kelompok saham yang
pergerakannya searah dengan perekonomian
makro  indeks beta mendekati 1  beli saat
resesi dan jual saat booming. Contoh :
perusahaan properti, otomotif, industri dasar
5. Defensive Stocks : kelompok saham yang
tidak terpengaruh oleh perekonomian makro
maupun sos-pol. Emitennya perusahaan
“consumer goods” dan “public utilities” 
dividen konsisten  indeks beta < 1
4.
RISIKO INVESTASI SAHAM
 Rate of return dari investasi tdk diketahui
secara pasti  fluktuasi harga saham 
merupakan risiko investasi  dapat dilihat
dari kondisi keuangan
 Konsep Model Indeks Tunggal :
variance rate of return terdiri dari risiko
unik (risiko tdk sistematis atau
unsystematic risk) dan risiko yg
berhubungan dengan pasar (risiko
sistematis atau systematic risk)
1. Risiko tdk sistematis terkait dg fluktuasi dan
siklus bisnis dari industri  disebut juga risiko
bisnis  Dapat direduksi dengan diversifikasi 
sehingga disebut diversified risk.
2. Risiko sistematis: terkait dengan fluktuasi
kondisi pasar  disebut jg risiko pasar  tidak
dapat dikurangi dg diversifikasi atau lainnnya 
disebut undiversified risk  dipengaruhi variabel
makro : pertumbuhan ekonomi, inflasi, jumlah uang
beredar, fluktuasi tingkat bunga.
Risiko sistematis diukur dengan indeks beta dari fluktuasi return saham
individu terhadap return indeks pasar (IHSG)  indeks beta = 0
artinya tidak berisiko  contoh : beta sahamY=1,25  jika IHSG naik
1% maka indeks harga saham naik 1,25%
=1.1
 Fluktuasi harga saham individu dipengaruhi IHSG
 Required rate of return harus memperhitungkan
risiko, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat
inflasi yang diharapkan
Indeks beta normal = 1 
peningkatan atau penurunan harga
saham individu sama dg pergerakan
IHSG
 Indeks beta < 1  termasuk saham
defensive  contoh : consumer
goods
 Indeks beta > 2  termasuk saham
spekulatif : misalkan industri
eksplorasi minyak

Variabel yg mempengaruhi indeks beta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Likuiditas dan profitabilitas  hubungan negatif
Dividen Payout Ratio  hubungan negatif (kontradiksi)
semakin besar rasio pembayaran dividen  maka
indeks beta makin kecil
Asset Size  skala perusahaan berhubungan negatif
dengan beta
Variabilitas laba (earning variability)  merupakan
risiko perusahaan  maka berhubungan positif dengan
beta
Leverage  hubungan positif
Asset Growth  hubungan positif  aset tumbuh
maka indeks beta semakin besar
Beta akuntansi : koefisien regresi dengan dependent variabel
perubahan laba akuntansi dan independent variabel perubahan
indeks laba pasar
 Beta menunjukkan risiko sistematis 
menentukan tingkat pengembalian yang
dikehendaki (required rate of return =k).
Sesuai Capital Asset Pricing Model (Hary
Markowitz) :
k = risk free rate + beta (market return – risk
free rate).

Market return – risk free rate = premi risiko (premium risk)
merupakan kombinasi risiko bisnis, finansial, likuiditas, nilai
tukar, dan country risk  merupakan risiko fundamental
sekuritas yang mempunyai nilai intrinsik saham.
Hubungan tingkat suku bunga dengan
IHSG  hubungan negatif : penurunan SBI
 penurunan tingkat bunga komersial 
1. menyimpan uang tidak menguntungkan 
saham lebih menarik karena rate of return
lebih tinggi.
2. dunia usaha tertarik utk berinvestasi 
terjadi pergerakan pasar modal  IHSG
naik

Tipe Investor
1.
2.
3.
Investor Risk Averse  menghindari risiko 
cenderung memilih saham dengan indeks beta <
1 seperti defensive stock dan income stock
Investor Risk neutral  menyeimbangkan
return dan risk
Investor Risk Seeker  berani menerima risiko
besar  cocok untuk saham speculative stocks
dan growth stocks
PENJUALAN SAHAM BIASA
 H. Jual > Nilai Nominal  Agio Saham
Kas D. XX
Modal saham biasa
K. XX
Agio Saham biasa K XX
 H. Jual < Nilai Nominal  Disagio saham
Kas
D. XX
Disagio saham D. XX
Modal saham biasa
K.XX
JENIS SAHAM
1. Saham atas unjuk (Bearer Stock) : saham yg
tidak ditulis namanya  mudah dan cepat
diperjualbelikan, tidak ada daftar pemilik, sulit
diketahui dan tdk mudah dipantau, mudah
dipalsukan, sulit diganti jika hilang
2. Saham atas nama (Register Stock) :
prosedur jual-beli perlu waktu krn ada
pemindahan hak kepemilikan, ada daftar
pemilik, mudah dipantau, lebih sulit dipalsukan,
jika hilang bisa diganti
KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Pembayaran triwulan, semester, tahunan
2. Hanya dibayarkan dari laba, bukan dari modal disetor
3. Makin mantap profitabilitas perusahaan, pembayaran
dividen makin teratur
4. Laba bersih atau earning after tax (EAT) merupakan
hasil kerja tim, tetapi laba tersebut dimiliki oleh pemilik
perusahaan.
KONFLIK terjadi :
 Pemilik Perusahaan  dividen
 Tim Manajemen  reward, bonus
 Tenaga Kerja  gaji, lembur
 Keberlanjutan Perusahaan  retained earning
SOLUSI KONFLIK
LABA BERSIH dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian pertama kepada pemilik modal (DIVIDEN)
2. Bagian kedua kepada tim manajemen (BONUS)
3. Bagian ketiga kepada tenaga kerja (JASA
PRODUKSI)
4. Bagian keempat kepada perusahaan (LABA
DITAHAN, Retained Earning).
Jika laba bersih dibagi sebagai dividen, maka dikenakan pajak
tinggi, dan karakter pemegang saham berkeberatan dikenakan
pajak,
Jika laba ditahan untuk diinvestasikan kembali, maka hasil
investasi itu tidak pasti, atau beresiko besar.
Kecil-besar laba ditahan diukur dari Return on Investment (ROI)
dari yang diterimanya sekarang.
Kebijakan deviden  kontroversial bagi investor:
 Jika dividen naik  arus kas untuk investor naik 
menguntungkan investor
 Jika deviden naik  laba ditahan turun 
merugikan investor
Kebijakan deviden optimal ? 
menyeimbangkan kedua hal di atas
dan memaksimalkan harga saham
Sumber internal
Sumber eksternal
Arus kas masuk
operasional
EAT
Arus kas keluar
Distribusi
financing
Operasi kedepan
dividen kas
Penarikan saham
Stock split
Stock dividen
eskpansi
akuisisi
investasi
Pentingnya kebijakan dividen
 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap sikap
para pemegang saham
 Kebijakan dividen berdampak pada program
pendanaan dan anggaran modal perusahaan
 Kebijakan dividen mempengaruhi arus kas
perusahaan
 Kebijakan dividen mempengaruhi ekuitas
pemegang saham
Komponen dasar kebijakan dividen
Dividen payout ratio (DPR) : jumlah dividen yang
dibayarkan relatif terhadap earning perusahaan.
Ex ; dividen = $2/lbr dan EPS = $5 maka DPO =
2/5 = 40%
2. Kestabilan dividen selama selang waktu
1.
Apakah pembayaran dividen yang tinggi
akan mengurangi nilai saham ?
Tidak adanya hubungan antara kebijakan
dividen dengan harga saham; hal ini
berdasarkan dua syarat :
1. Keputusan investasi dan pinjaman
sudah dibuat dan keputusan ini tidak
akan diubah oleh berapapun jumlah
pembayaran dividen
2. Pasar modal sempurna : yaitu
(a) investor dapat membeli dan menjual saham
tanpa menyebabkan biaya transaksi apapun,
seperti komisi broker
(b) perusahaan dapat mengeluarkan saham
tanpa biaya
(c) tidak ada pajak perusahaan dan pribadi,
(d) informasi lengkap tentang perusahaan
siap tersedia
(e) tidak ada konflik kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham,
(f) kesulitan keuangan dan biaya kebangkrutan
tidak ada
Untuk membiayai pertumbuhan
 Eksternal : Mengeluarkan saham  EAT
(perolehan dana internal) untuk dividen 
mengutamakan dividen
 Internal : Menggunakan dana internal yaitu
EAT (tidak perlu mengeluarkan saham) 
dividen sedikit  mengutamakan capital
gain
Rancangan dividen
Plan 1
Plan 2
Arus kas internal yang 400.000
dihasilkan (EAT)
dividen 2007
100.000
400.000
Kas tersedia untuk
diinvestasi kembali
Kebutuhan investasi
300.000
150.000
300.000
300.000
Tambahan eksternal
yang dibutuhkan
0
150.000
250.000
Tanggal-tanggal Dividen
 Tanggal deklarasi : direksi mengumumkan 
kewajiban perusahaan. Tanggal pengumuman
(announcement date) : tanggal dikeluarkan
pengumuman tentang rencana pembayaran dividen.
Tgl rencana pembayaran dividen
DPO 50%
 Tanggal pencatatan : pemegang saham berhak
menerima. Tanggal pencatatan (record date) : tanggal
yang ditentukan oleh perusahaan ketika daftar
pemilikan saham ditutup untuk menentukan
pemegang saham terakhir
Siapa pemegang saham
terakhir? menerima berapa
 Tanggal eks-dividen : hak atas dividen lepas
meninggalkan saham. Tanggal habis masa dividen
(ex-dividend date) : tanggal penentuan pihak yang
berhak atas dividen.
Pihak yg berhak atas
dividen
 Tanggal pembayaran : perusahaan
mendistribusikan cek-cek dividen. Tanggal
pembayaran (payment date) : tanggal yang
ditentukan untuk pelaksanaan pembayaran dividen
(atau kebijakan distribusi yang lain)
Pembayaran cek
Rencana reinvestasi (reinvestment
plan) : pilihan bagi investor untuk
menerima dividen kas atau
membeli tambahan saham
perusahaan investor
 Penarikan saham (stock
repurchase) : kas didistribusikan
kepada pemegang saham dengan
cara membeli saham yang telah
beredar.

Model-Model Kebijakan Dividen
1.
Kebijakan dividen mantap per saham  laba atau
tidak  menjanjikan $2/saham. Persentasi
tetap dari nilai nominal saham atau Model
dividen stabil; perusahaan membayar dividen
dalam jumlah rupiah yang stabil atau tetap untuk
per lembar saham. Model yang demikian memberi
kepastian hasil investasi bagi pemegang saham
2. Rasio pembayaran dividen konstan (% laba,
proporsional terhadap laba per saham)  jika
laba, 20% untuk dividen. Persentasi tetap
dari laba bersih; pemegang saham mendapat
penghasilan yang tidak pasti karena tergantung
besar-kecilnya laba bersih sehingga model ini
pada umumnya tidak disukai oleh pemegang
saham. Di samping itu model tersebut juga tidak
dapat menaikkan nilai saham.
3. Kebijakan kompromi (kombinasi mantap +
persentase)  jika laba, $2/saham
4. Kebijakan dividen residual : dari laba setelah
kebutuhan investasi terpenuhi (mendahulukan
retained earning). Model residu dividen; laba
bersih digunakan terlebih dahulu untuk
perluasan investasi dan pembayaran utang
jangka panjang, sisanya dibagi sebagai dividen.
Model ini sangat merugikan pemegang saham
minoritas.
WAKTU KEBIJAKAN DIVIDEN
DIVIDEND POLICY : bgm membagi keuntungan
kpd investor dan reinvestment
1. Prsh tidak sedang tumbuh  a low investment
rate plan  dividen dibagi lebih tinggi pd awal
periode ttp pertumbuhan dividen pd th
mendatang rendah
2. Prsh sedang tumbuh  a high reinvestment rate
plan  laba diinvestasikan kembali  dividen
pd th awal rendah ttp pertumbuhan dividen
tinggi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Likuiditas perusahaan
Solvabilitas perusahaan
Profitabilitas perusahaan
Kemantapan laba perusahaan
Laju pertumbuhan perusahaan
Pengembangan usaha
Perjanjian (ex.credit) yang membatasi
Pembayaran kembali utang jangka panjang
Mempertahankan kendali
Kemampuan pendanaan eksternal
Citra ketidakpastian
Umur dan kebesaran
Tingkat pajak (perusahaan maupun pemegang saham)
Usulan tim manajemen.
Hukum
Alasan membayar dividen kas
 Likuiditas dan profitabilitas
 Stabilitas penghasilan
 Pendapatan tunai
 Risiko
 Biaya
 Pengaruh posisi klien
 Pajak
Myron Gordon dan John Lintner
Naik-turunnya dividen ada
pengaruhnya terhadap nilai saham.
 Rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) kecil retained earning
diharapkan lebih besar daripada hasil
sekarang  harga saham tinggi  namun
hasil masa mendatang itu belum pasti,
artinya mengandung risiko besar.
 Sementara dividen yang diterima
sekarang adalah hasil yang pasti 
Dividen besar dan laba ditahan kecil, agar
risiko (harga saham anjlok) yang
ditanggung pemegang saham kecil.
Merton Miller dan Fanco Mogdigliani
 Naik-turunnya dividen tidak ada
pengaruhnya terhadap nilai saham.
 Nilai saham ditentukan oleh informasi
tentang keuntungan yang akan diperoleh
di masa mendatang.
 Naiknya dividen menunjukkan bahwa
manajemen meyakinkan pemegang saham
bahwa naiknya laba bersih sekarang ini
akan terus berlangsung di masa
mendatang.
ALTERNATIF PEMBAGIAN DIVIDEN
 Dividen tunai atau dividen saham
 Stock repurchase atau stock split
 Stock repurchase  (1) menghindari
pengambilalihan oleh prsh lain (takeover), (2)
meningkatkan likuiditas prsh.
 Stock split : (1) meningkatkan likuiditas saham 
perdagangan saham aktif  harga saham
meningkat  capital gain sbg pengganti dividen
utk investor
BENTUK DIVIDEN
Dividen tunai (cash dividend) :
a. Reguler dividend (dibagi berkala : 3 atau 6
bulanan), dan
b. Extra atau special dividend (dibagi pada
periode makmur)
2. Dividen saham (stock dividend)  tidak terjadi
cash outflows  namun hanya ada transaksi
pembukuan dari laba ditahan ke modal saham
biasa yg disetor  terjadi rekapitalisasi
perusahaan  proporsi modal sendiri tidak
berubah  jumlah saham beredar naik
1.
3. Pemecahan saham (stock split) : nilai nominal saham
lama dipecah menjadi saham baru dg nilai nominal yg
lebih kecil  jumlah saham yg beredar bertambah 
total modal sendiri tetap
Tujuan stock split : menempatkan harga pasar saham
dalam trading range tertentu  saham aktif  harga
saham bisa naik
Persamaan stock dividend dan stock split:
a. tidak ada cash outflow,
b. jumlah saham beredar naik,
c. total modal sendiri (net worth), tetap tetapi
komposisi berubah
4. Pembelian kembali saham (repurchace of
stock): mrp alat dividen tunai  yi. Persh
membeli kembali saham dan dibukukan
sbg treasury stock  jumlah saham
beredar berkurang  EPS naik (asumsi
tdk ada pengaruh pada keuntungan) 
harga pasar saham naik  capital gain
untuk investor (ganti dividen).
Menghindari takeover saham oleh prsh
lain dan meningkatkan likuiditas prsh
TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dividen tidak relevan
Bird-in-hand theory
Teori deviden residual
Teori perbedaan pajak
Teori signaling hypothesis
Teori clientele effect
Pandangan Moderat?
NILAI SAHAM BIASA
 Dividen saham biasa berubahubah tergantung laba bersih dan
kebijakan dividen yang berlaku
bagi perusahaan.
 Mengandung ketidakpastian
karena laba adalah produk dari
ketidakpastian kondisi bisnis.
Kondisi Bisnis
 Kondisi bisnis resesi, ROE 2%,
 Kondisi normal, ROE 10%,
 Kondisi bisnis baik, ROE 15%.
Dividen ditentukan kondisi ROE
(ROE berfluktuasi atau ROE
stabil) akan menentukan NILAI
SAHAM BIASA.
NILAI SAHAM BIASA
Jika ROE tinggi, EPS tinggi, dividen
tinggi dan nilai perusahaan tinggi.
JENIS PERTUMBUHAN:
1. Negatif, nilai sahamnya rendah,
2. Tanpa pertumbuhan, nilai sahamnya
rendah
3. Normal dan konstan, nilai sahamnya
tinggi,
4. Super normal, nilai sahamnya lebih
tinggi.
dividen
G super normal dua tahap
G super normal tiga tahap
G konstan (normal satu tahap)
G nol
G negatif
tahun
NILAI SAHAM PADA BERBAGAI TINGKAT
PERTUMBUHAN
1. PT. MEJA mempunyai laba bersih setelah pajak
Rp 3.600  EAT
2. saham biasa yang beredar 10 lembar, nominal
Rp 4.000.
3. DPR (dividend payout ratio) sebesar 53,33%
4. Biaya modal sendiri atau hasil yang diharapkan
pemegang saham 9%,
5. tingkat pertumbuhan diharapkan 4%.
 EPS = EAT/lbr= (Rp 3.600/ 10 lembar saham) = Rp 360.
 DPS (dividend per share) = EPS x DPR = Rp 360
x53,33% = Rp192.
 Berapa harga saham (Po), hasil dividen
sekarang, dan rasio penghasilan atau price
earning ratio (PER), jika diketahui:
1. Pertumbuhan negatif 4%,
2. Tidak ada pertumbuhan,
3. Pertumbuhan normal 4%,
4. pertumbuhan super normal 20% selama 5
tahun, kembali ke 4% setelah tahun ke-5
 EAT = Rp 3600
 Saham = 10 lembar @ Rp 4000
 EPS = EAT/ jml saham = 3600/10 = 360
 DPR = 53,33%
 DPS = DPRxEPS = 53,33% x 360 = 192
 Kt = 9%
1. Po = dt /(Kt-g) dimana dt = DPS (1+g) shg
Po = DPS (1+g)/(Kt-g)
2. Dividen = dt/Po
3. PER = Po/EPS
PERTUMBUHAN NEGATIF 4%
Harga saham (Po) = dt / (Kt- g)
= DPS (1+g) / (Kt-g)
= 192 (1 - 0.04) / (0.09 – (-0.04)
= 184,32
/
0.13
= Rp 1.418
Hasil dividen sekarang sebesar (dt/Po) =
= 184,32 / 1.418
= 13%, dibulatkan
PER (Price Earning Ratio)
= Po/EPS
= (Rp 1.418/Rp 360) = 3,94
TIDAK ADA PERTUMBUHAN
 Harga saham (Po)
= DPS (1+g) / (Kt-g)
= Rp. 192 (1+0) / (0.09 - 0)
= 2.133,33
 Hasil dividen sekarang sebesar (dt/Po)
= (Rp 192/ Rp 2133,33)
= 9%
 PER (Price Earning Ratio)
= Po/EPS
= Rp 2133,33/Rp 360
= 5,93
PERTUMBUHAN NORMAL 4%
Harga saham (Po) = Rp. 192 (1 + 0.04) / (0.09 - 0.04)
= Rp. 199.68
/ 0.05
= Rp 3.993,60
Hasil dividen sekarang sebesar (dt/Po)
= Rp199,68/Rp 3.993,60
= 5%
PER (Price Earning Ratio)
= Po/EPS
= 3.993,60/360
= 11,09
PERTUMBUHAN SUPER NORMAL
d0(1+g)t
Harga saham (Po) = Σ ------------t=1 (1 + k )t
n
N
dN+1
+ ----------- x
kn + gn
Nilai Sekarang dividen selama 5 tahun:
d0(1+g)t
Harga saham (Po) = Σ ----------------t=1
(1 + kn)t
5
Rp. 192 (1+0.20) 5
= Σ -----------------------------t=1
(1 + 0.09)5
= Rp. 1.292
5
1
-----------(1 + kn )N
PERTUMBUHAN SUPER NORMAL
Dividen
Akhir tahun
(Rp 192
(1+0,20)t
1
2
3
4
5
230.40
276.48
331.78
398.13
477.76
Akhir th 5
9942.40
PVIF
Nilai sekarang
0,9174
0,8417
0,7722
0,7084
0,6499
211
232
256
282
311
1292
6461.57
1/(1+0,09)t
0.6499
Nilai Saham pada Akhir Tahun 6 (kembali ke 4%):
dN+1
Rp. 478 (1 + 0.04)
N
= Σ -------------- = --------------------------t=1
kn - gn
(0.09 – 0.04)
= Rp. 9.942,40
(Harga diharapkan akhir tahun 6)
PERTUMBUHAN SUPER NORMAL
NILAI TUNAI PADA HARGA SAHAM:
= PV = P5 X [1/(1+ks)5]
= Rp 9942,40 (0,6499)
= Rp 6.461,57
TOTAL NILAI SAHAM SEKARANG (Po) :
= Rp 1.292 + Rp 6461,57
= Rp 7.753,57(P0)
HASIL DIVIDEN SEKARANG SEBESAR (dt/Po):
= (Rp 1.292 / Rp 7.753,57)
= 16.67 %
PER(Price Earning Ratio) = (harga/EPS)
= (Rp 7.753,57/Rp 360)
= 21,54
REKAPITULASI HARGA SAHAM, HASIL
DIVIDEN DAN PER
Keterangan
Harga
Saham
Hasil
Dividen
(dt/Po)
PER
Pertumbuhan
negatif 4%
Tanpa
pertumbuhan
Pertumbuhan
konstan 4%
Pertumbuhan
super normal 20%
lima tahun, setelah
tahun ke-5
pertumbuhan 4%
Rp 1.418,00
13%
3,94
Rp 2.133,33
9%
5,93
Rp 3.993,60
5%
11,09
Rp 7.753,57 16,67% 21,54
Dividen saham (Stock dividend)
Dividen saham (stock dividen) : tambahan
saham yang diterbitkan kepada pemegang
saham. Penerbitan saham tambahan kepada
pemegang saham yang dibiayai dengan laba
ditahan; sementara nilai par tidak berubah.
 Pemindahbukuan dari laba bersih ke
rekening modal sendiri. Dengan demikian
terjadi perubahan struktur modal.
 Alasan membayar dividen dengan saham
adalah karena kesulitan likuiditas.
Pemecahan saham (stock split)
 Pemecahan saham (stock split) :
penerbitan saham tambahan dalam
jumlah besar
 Alasan : Tindakan meningkatkan
jumlah saham beredar dan sekaligus
menurunkan nilai parnya.
Perbedaan stock dividend dengan stock split
 Stock dividend menurunkan laba ditahan
(karena tuntutan para pemegang saham
semakin banyak), sementara stock split
tidak
 Nilai nominal stock dividend tetap,
sementara stock split menjadi berkurang
Persamaan stock dividend dengan stock
split
 Tidak ada pembayaran tunai
 Saham beredar bertambah
 Ekuitas pemegang saham tetap
DIVIDEN SAHAM
CONTOH perusahaan memperoleh laba bersih Rp
2.000, dividend payout ratio 50%  maka laba bersih
untuk dibayarkan dividen saham sebesar Rp 1000
atau dalam bentuk menambah 100 lembar saham
(karena harga saham Rp 10). Saham beredar =1000
lbr
 EPS dapat dihitung sebagai berikut.
 Harga saham Rp 10 :
EPS sekarang = EAT/lbr
= EAT/ jumlah saham beredar
= (Rp 2.000 / 1.000 lembar saham)
= Rp 2
PER = Price/EPS
= (Rp 10 / Rp 2)
= 5 kali
EPS sesudah dividen saham
= (Rp 2.000 / 1.100 lembar saham)
= Rp 1,818.
harga paar saham yang diharapkan
= (PER x EPS)
= (5 x Rp 1.818) = Rp 9,09
Nilai saham turun dari Rp 10 menjadi Rp 9,09.
Sebelum
 Saham (1 000 000 lembar, Rp 2 par)
= 2 000 000
 Paid in capital
= 550 000
 Retained earning
= 4 450 000
ekuitas pemegang saham total
= 7 000 000
Setelah stock split
 Saham (2 000 000 lembar, Rp 1 par)
= 2 000 000
 Paid in capital
= 550 000
 Retained earning
= 4 450 000
ekuitas pemegang saham total
= 7 000 000
Setelah dividen saham (Po=10)
 Saham (1 100 000 lembar, Rp 2 par)
 Paid in capital
= 2 200 000
= 1 350 000
 Retained earning (100 000x10)(4450000-1000000)= 3 450 000
ekuitas pemegang saham total
= 7 000 000
Penarikan saham (stock repurchase)
 Saham yang dibeli kembali oleh perusahaan
yang mengeluarkannya disebut saham treasury
(treasury stock).
 Dengan demikian, semakin sedikit saham yang
beredar, dan dampaknya akan menaikkan
pendapatan per saham.
 Jika pendapatan per saham naik, maka
nilai/harga saham akan naik.
 Merupakan alternatif pembayaran dividen
(yaitu capital gain)
Manfaat bagi perusahaan
 Menghindari tingkat dividen yang lebih tinggi
 Dapat digunakan untuk dasar opsi
 Dapat dijual kembali bila perlu dana
Kerugian bagi perusahaan
 Harga dapat jatuh (persepsi ketidakmampuan
membayar dividen)
 Mengundang penyelidikan
Kelemahan bagi pemegang saham
 Kurang berdampak daripada pembayaran dividen
 Kemungkinan saham dibeli terlalu mahal
PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
(STOCK REPURCHASE)
CONTOH : perusahaan memperoleh laba
bersih Rp 2.000, dividend payout ratio 50%,
jumlah saham yang beredar 1.000 lembar,
harga pasar saham Rp 4. perusahaan dapat
menggunakan 50% laba bersih (atau 1.000)
untuk membeli saham yang beredar dengan
harga 5% atau akan mendapatkan 200
lembar saham dan akan mengurangi jumlah
saham yang beredar. EPS dapat dihitung
sebagai berikut:
 EPS sekarang = (Rp 2.000 / 1.000 lembar saham)
= Rp 2, dan PER = (Rp 4 / Rp 2) = 2 kali.
 EPS sesudah pembelian saham = (Rp 2.000 /
800 lembar saham) = Rp 2,5.
harga pasar saham yang diharapkan = (PER x
EPS) = (2 x Rp 2,5) = Rp 5.
 Harga saham naik dari Rp 4 menjadi Rp 5
Cases :
Harga pasar saham PT MEJA Rp 550 per lembar, deviden tahunan
Rp 100.
• Pialang A pesimis, pertumbuhan deviden akan negatif 3%
konstan setiap tahun.
• Pialang B moderat, deviden tidak akan tumbuh.
• Pialang C optimis, meramalkan deviden akan tumbuh 3% tiap
tahun selama dua tahun berikutnya, kemudian tumbuh 5%
tiap tahun berikutnya, dan tahun ke lima tumbuh 2%.
Tingkat hasil (Rate of return) yang diinginkan 20% per tahun.
Berdasarkan informasi di atas dapat dihitung dan dapat diketahui
:
(1) harga wajar saham menurut ramalan semua pialang,
(2) besarnya Price Earning Ratio (PER) normal dan aktual, jika
deviden pay out ratio (DPR) 60%,
(3) pendapat pialang mengenai harga saham tersebut di bursa,
(4) Net Present Value (NPV) masing-masing pialang.
(1) Harga Wajar Saham
Pialang A, deviden tumbuh negatif 3% per tahun. Nilai saham :
D1/ (k+g), dimana D1 adalah deviden yang diharapkan, k adalah
biaya modal, dan g adalah growth atau pertumbuhan saham.
Pialang A : Harga saham (Po)= DPS (1+g) / (Kt-g)
=100(1-0,03) / (0,20+0,03) = Rp 421,74
Pialang B, deviden tidak tumbuh.
Harga saham = Do/k = 100/0,20 = Rp 500
Pialang C, deviden tumbuh
D1 = 100(1+0,03)
D2 = 103(1+0,03)
D3 = 106,09(1+0,05)
D4 = 111,39(1+0,05)
D5 = 116,96(1+0,02)
3%, 5%, 2%.
= 103,00
= 106,09
= 111,39
= 116,96
= 119,30
Harga saham :
103.00/(1+0.20)1 + 106,09/(1+02)2 +
111,39/(1+0.20)3 + 116,96/(1+0.20)4 + 119,30/(1+0.20)5
= Rp 599,99
(2) Price Earning Ratio (PER)
PER
EPS
= Po/EPS
= Do / DPR = 100/0,6
PER Normal
Pialang A
Pialang B
Pialang C
(Po/EPS) :
= 421,74 / 166,67
= 500,00 / 166,67
= 599,99 / 166,67
= 2,53
= 2,99
= 3,60
PER Actual
= Po /EPS
= 3,29
= Rp 166,67
= 550/166,67
(3) Pendapat mengenai harga saham
Pialang A
550 harga bursa > 421,74 harga wajar = bursa kelebihan dihargai (overpriced)
PER actual 3,29 > PER normal 2,53
= bursa kelebihan dihargai (overpriced)
Pialang B
550 harga bursa > 500,00 harga wajar = bursa kelebihan dihargai (overpriced)
PER actual 3,29 > PER normal 2,53
= bursa kelebihan dihargai (overpriced)
Pialang C
550 harga bursa < 599,99 harga wajar
PER actual 3,29 < PER normal 3,60
= bursa kurang dihargai (underpriced)
= bursa kurang dihargai (underpriced)
(4) Net Present Value (NPV)
harga pasar
= Nilai wajar dikurangi
Pialang A = 421,47 – 550 = -128,26
Pialang B = 500,00 – 550 = -50
Pialang C = 599,99 – 550 = +49,99
= tidak layak
= tidak layak
= layak
TERIMA KASIH
Download