ISSN 2302-0164 pp. 1- 10 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages PENGARUH EFEKTIVITAS PENGAWASAN, FREKUENSI PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT TEMUAN INSPEKTORAT TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH ACEH PADA PROVINSI ACEH Amar Agensyah1, 2Darwanis, Mulia Syahputra. Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2, ) Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 1) Abstract: This study aimed to examine the effect of the effectiveness of supervision, frequency of inspection and follow-up the findings of the Inspektorat either simultaneously or partially on the performance of the Aceh Government work units in Aceh province. Research was conducted on all of the Aceh Government work units in Aceh provincial government. The study population was 45 of the Aceh Government work units. Sources of data in this study are primary data obtained from questionnaires by testing using multiple linear regression. Data analysis was performed using SPSS (Statistical Package for Social Science). The results showed that the effectiveness of supervision, frequency of inspection and follow-up the findings of the Inspektorat have affect for the performance of the Aceh Government work units. Keywords: the effectiveness of supervision, frequency of inspection, follow-up the findings of the Inspektorat, performance of the Aceh Government work units. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas pengawasan, frekuensi pemeriksaan dan tindak lanjut temuan Inspektorat baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh pada Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan pada seluruh satuan kerja Pemerintah Aceh di lingkungan pemerintah Provinsi Aceh. Populasi penelitian ini adalah 45 satuan kerja Pemerintah Aceh. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner dengan pengujian menggunakan regresi linier berganda. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science).Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pengawasan, frekuensi pemeriksaan dan tindak lanjut temuan Inspektorat berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. Kata Kunci: Efektivitas pengawasan, frekuensi pemeriksaan, tindak lanjut temuanInspektorat, kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. PENDAHULUAN yang baik bagi suatu organisasi dicapai “ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi Desentralisasi dan otonomi daerah pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001 di Indonesia melibatkan semua administrasi pemerintah daerah dan serangkaian wewenang dan tanggung jawab dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat diartikan secara terpisah”. yang luas, sehingga diperlukan kinerja yang baik untuk mendukung hal itu. Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hariyanto et al, (2007:211) kinerja 1- Volume 5, No. 4, November 2016 Secara nasional, kinerja pemerintah daerah dalam lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pemerintah daerah yang mendapat nilai B pada hasil penilaian Akuntabilitas kinerja Pemerintah (AKIP) tahun 2013 oleh Kementrian Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pendayagunaan Aparatur Negara (Warta pengawasan vol. XX, 2013). yang telah ditetapkan itu dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan pengawasan. Pengawasan Secara keseluruhan hasil evaluasi kinerja dilingkungan pemerintah provinsi dilaksanakan pemerintah Provinsi mengalami peningkatan, oleh Inspektorat provinsi yang bertanggungjawab namun berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja langsung kepada Gurbenur dan pengawasan satuan kerja Pemerintah Aceh tahun 2013 masih dilingkungan belum sesuai dengan harapan, dimana masih dilakukan oleh inspektorat kabupaten/kota yang terdapat kegiatan yang tidak mencapai target bertanggungjawab kinerja, seperti pada sasaran kinerja meningkatnya Bupati/Walikota (Perturan Pemerintah no 60 tata kelola pemerintahan yang good governance Tahun 2008). dan clean government, persentase penurunan pemerintah kabupaten/kota langsung kepada Pengawasan pada dasarnya diarahkan untuk indikasi penyimpangan anggaran sangat rendah, menghindari begitu juga dengan peningkatan nilai sistem penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan akuntabilitas yang kinerja Pemerintah penyelesaian tindak lanjut Aceh, pengawasan dan akan diharapkan adanya dicapai, dapat kemungkinan melalui membantu pengawasan melaksanakan penurunan temuan kerugian daerah. Selain itu, kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai penyerapan anggaran juga masih belum maksimal, tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan alokasi anggaran tahun 2013 adalah sebesar Rp. efisien (Simatupang dan Puji, 2004). 9.711.938.653.801,- realisasinya 8.757.321.935.052,-. Ada sebesar sebesar Rp. Hal ini dibuktikan oleh Prihartono (2009) Rp. dan Widanarto (2012) yang mengemukakan 954.616.718.748,- anggaran yang tidak terpakai, bahwa artinya terhadap ada kegiatan sebesar yang tidak Rp. 954.616.718.748,- terlaksana (LAKIP Pemerintah Aceh, 2013). pengawasan kinerja berpengaruh pada signifikan Pemerintah Daerah. Sementara, Tuasikal (2011) menyimpulkan bahwa secara parsial pengawasan internal dan eksternal Opini BPK RI terhadap Laporan Keuangan tidak bepengaruh terhadap kinerja unit satuan Pemerintah Aceh untuk tahun anggaran, 2013 dan kerja 2014 pengecualian. simultan berpengaruh relatif rendah terhadap Pengecualian itu terkait temuan ketidak sesuaian kinerja unit satuan kerja pemerintah daerah. dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, temuan Kinerja satuan kerja perangkat daerah dipengaruhi terhadap kelemahan dalam Sistem Pengendalian oleh efektivitas pelaksanaan pengawasan internal, Intern dan semakin efektif adalah wajar dengan termuan terkait ketidakpatuhan pemerintah daerah, meskipun secara pengawasan internal, maka terhadap peraturan perundang-undangan. (BPK RI semakian baik kinerja satuan kerja perangkat Opini WDP Laporan Keuangan Pemerintah Aceh daerah. Pelaksanaan pengawasan internal meliputi Tahun 2013 dan 2014). perencaan audit, pelaksanaan audit, dan tindak Upaya agar target kinerja pemerintah daerah lanjut hasil temuan audit. (Putri et al, 2013). Volume 5, No. 4, November 2016 -2 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Audit performance seharusnya atau organisasi dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara regular seperti pada audit sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan konvensional sehingga seberapa efisien, ekonomis kepadanya. Kinerja adalah gambaran mengenai dan efektivitas suatu organisasi dapat ditelaah dari tingkat waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan kegiatan/program/kebijaksanaan suatu unit atau instansi pemerintahan (Suhayati: mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Lubis organisasi yang tertuang dalam perumusan skema (2011) menunjukkan bahwa frekuensi audit atas (strategic planning) suatu organisasi, secara laporan keuangan dan peran auditor internal umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh keandalan organisasi pengendalian juga internal pemerintah Provinsi Aceh. pencapaian dalam pelaksanaan periode suatu dalam tertentu (Bastian, 2009:392). Wujud akhir dari proses pemeriksaan adalah Menurut Lembaga Administrasi Negara tindak lanjut. Tindak Lanjut sebagai salah satu Republik Indonesia (LAN RI) (2003) kinerja hasil akhir pemeriksaan adalah penting, karena instansi tanpa tindak lanjut aktivitas pemeriksaan menjadi mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tidak efektif (Hariyanto, et al, 2007:216). Sesuai tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihartono visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang (2009) dan Putri, et al, (2013) yang membutikan mengindikasikan bahwa Tindak Lanjut Temuan Audit berpangaruh kegagalan peaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai terhadap kinerja. Sejalan dengan hasil penelitian dengan program dan kebijaksanaan yang telah tersebut. ditetapkan”. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian Pemerintah Efektivitas Aceh dengan judul Pengawasan, “Pengaruh Frekuensi Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Temuan tingkat atau aktivitas efektivitas telah 3- Volume 5, No. 4, November 2016 mencapai merupakan mengatakan bahwa kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh individu dan tujuannya, apakah pelaksanaan suatu program (Bayangkara, Kinerja merupakan hasil kerja secara keberhasilan keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai Pemerintah Aceh pada Provinsi Aceh”. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah “gambaran Efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat Inspektorat Terhadap Kinerja Satuan Kerja KAJIANPUSTAKA merupakan Efektivitas Pengawasan ini akan meneliti peran Inspektorat Aceh dalam menjaga dan mengawasi kinerja satuan kerja pemerintah ukuran 2011:14). tujuannya, dari Mardiasmo output (2002:4) “Efektivitas: merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output”. Sedangkan menurut Akmal (2008 : 47), ”efektivitas adalah pencapaian usaha jika Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sesuai dengan rencananya (doing the right things) menurut katagori frekuensi audit, yang akan atau rencana hasil dibandingkan dengan realisasi menunjukan unit mana yang akan diaudit lebih hasil”. jarang minsalnya dua tahun sekali, mana yang Pendapat Sarwoto (2010 : 28), pengawasan yang efektif yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) mana yang lebih sering, minsalnya dua kali Ada unsur keakuratan, dimana data harus dapat dijadikan pedoman dan valid. Tepat-waktu, yaitu dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasikan secara cepat dan tepat dimana kegiatan perbaikan perlu dilaksanakan. Objektif dan menyeluruh, dalam arti mudah dipahami. Terpusat, dengan memutuskan pada bidangbidang penyimpangan yang paling sering terjadi. Realistis secara ekonomis, dimana biaya sistem pengawasan harus lebih rendah atau sama dengan kegunaan yang didapat. Realistis secara organisasional, yaitu cocok dengan kenyataan yang ada di organisasi. Fleksibel, harus dapat menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi, sehingga tidak harus buat sistem baru bila terjadi perubahan kondisi. Frekuensi Pemeriksaan Sebagai upaya diaudit secara normal yaitu setahun sekali dan setahun”. Tindak Lanjut Menurut Rai, 2008:204 “Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang harus diambil oleh auditor setelah laporan audit diserahkan kepada auditee. Tindak lanjut audit merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kemajuan auditee memaksimalkan melaksanakan rekomendasi audit”. KERANGKA PEMIKIRAN Pengaruh Efektivitas Pengawasan Inspektorat terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh Terkait untuk dalam pengawasan dengan terhadap pengaruh kinerja efektivitas satuan kerja manfaat pemeriksaan dan juga bertujuan untuk Pemerintah Aceh, terdapat penelitian sebelumnya menekan biaya yang harus dikeluarkan atas yang dapat dijadikan gambaran, yaitu penilitian pelaksanaan pemeriksaan itu, perlu adanya suatu yang dilakukan oleh Gosal (2012) hasil penelitian penetapan prioritas terhadap unit kerja yang akan menunjukan sering diperiksa, biasanya unit yang dimaksud pengawasan adalah unit kerja yang memiliki kegiatan-kegiatan Manado atas penyelenggaraan pemerintah daerah yang atau belum efektif dapat menunjang kinerja pemerintah berpotensi tidak berjalan sesuai rencana. BPKP daerah Kota Manado. Dan penelitian lainnya (2011, 62) menyatakan, “auditi yang mempunyai dilakukan oleh Widanarto (2012), dengan hasil ukuran risiko sangat tinggi diperiksa lebih sering penelitian dan lebih dalam dibandingkan dengan auditi yang internal yang dilakukan oleh Inspektorat Kota berisiko lebih rendah”. Bandung unit berisiko gagal mencapai target bahwa oleh Inspektorat menunjukan dan pelaksanaan Daerah bahwa pengawasan fungsi Kota pengawasan eksternal yang Menurut Tampubolon (2006,89), “auditee dilakukan oleh DPR Kota Bandung berpengaruh dirating cukup kuat secara bersama-sama terhadap kinerja diindetifikasi, sesuai untuk dengan risiko menempatkan yang mereka Volume 5, No. 4, November 2016 -4 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pemerintah Kota Bandung. Berdasarkan Pengaruh Frekuensi Pemeriksaan Inspektorat terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh Terkait pemeriksaan dengan terhadap pengaruh kinerja frekuensi satuan uraian tersebut, skema kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Efektivitas Pengawasan kerja Pemerintah Aceh, terdapat penelitian sebelumnya Frekuensi Pemeriksaan Kinerja SKPA yang dapat dijadikan gambaran, yaitu penilitian yang dilakukan oleh Lubis, (2011) dengan hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi audit atas laporan keuangan dan peran auditor internal pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap keandalan pengendalian intern pemerintah Provinsi Aceh. Dan penelitian yang dilakukan oleh Yadnyana (2010), dengan hasil penelitin menunjukan frekuensi audit atas laporan keuangan historis berpengaruh secara signifikan terhadap keandalan struktur pengendalian intern pada perusahaan di Kota Denpasar. Tindak Lanjut Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Efektivitas pengawasanberpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. 2. Frekuensi pemeriksaan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. 3. Tindak lanjut temuan Inspektoratberpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. Pengaruh Tindak Lanjut Temuan Hasil Pemeriksaan Inspektorat terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh METODE PENELITIAN Terkait dengan pengaruh tindak lanjut Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis temuan hasil pemeriksaan terhadap kinerja satuan yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel kerja penelitian efektivitas pengawasan, frekuensi pemeriksaan sebelumnya yang dapat dijadikan gambaran, yaitu dan tindak lanjut temuan Inspektorat terhadap penilitian yang dilakukan olehPrihartono, SH kinerja satuan kerja pemerintah Aceh. Jenis (2009) dengan hasil penelitian menunjukkan penelitian yang digunakan adalah hyphotesis bahwa tindak lanjut temuan audit Inspektorat testing research, unit analisis yang digunakan Jendral Departemen Pertanian berpengaruh secara adalah organisasi dan horizon waktu yang signifikan terhadap kinerja Departemen Pertanian. digunakan adalah cross-sectional.Populasi dalam Dan penelitian oleh Putri et al. (2013) dengan penelitian hasil penelitian menunjukan bahwa tindak lanjut pemerintah Aceh, oleh karena itu penelitian ini temuan hasil audit berpengaruh terhadap kinerja menggunakan metode sensus. Sumber data dalam SKPD Kota Sawahlunto. penelitian ini adalah data primer, dan teknik pemerintah Aceh, terdapat ini yaitu seluruh satuan kerja pengumpulan data yang digunakan adalahstudi 5- Volume 5, No. 4, November 2016 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala lapangan dan studi kepustakaan. kerja Pemerintah Aceh dengan jumlah responden Analisis data menggunakan SPSS. Terhadap data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dilakukan uji validitas, uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item dalam instrumen penelitian mampu ditetapkan dalam mengukur variabel penelitian,yang yang sebanyak 90 responden yang terdiri dari kepala dan sekretaris seluruh dinas/badan/kantorPemerintah Aceh. Uji Validitas Uji pengujian validitas secara rinci ditampilkan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Data dilakukan dengan menggunakan koefisien Pearson ProductVariabel Moment. di Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui Nilai Item Koefisien Kritis r Perny Korelasi ataan (N-2) Ket apabila A1 0,492 Valid reliabilitas A2 0,643 Valid dilakukan dengan menghitung besarnya nilai A3 0,429 Valid A4 0,499 Valid A5 0,484 A6 0,609 Valid pengujian A7 0,497 Valid hipotesis menggunakan analisis regresi linier A8 0,690 Valid berganda yang merupakan teknik statistik yang A9 0,672 Valid B1 0,474 Valid B2 0,447 Valid B3 0,390 Valid B4 0,351 Valid B5 0,523 Valid B6 0,432 B7 0,234 Valid B8 0,274 Valid B9 0,351 Valid B10 0,556 Valid B11 0,526 Valid hasil pengukuran dilakukan relatif pengujian konsisten ulang. Uji cronbach’s alpha. Instrumen dalam penelitian dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s alpha > 0,6 maka kuisioner tersebut dikatakan reliable Kinerja SKPA (Sarjono dan Julianita 2011:45). Teknik analisis data pada digunakan untuk menguji pengaruh antara dua 0,196 Valid atau lebih variabel dan untuk melihat pengaruh secara parsial dan simultan. Persamaan model empiris yang digunakan dalam meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Dimana Y adalah kinerja satuan kerja pemerintah Aceh, α adalah konstanta, β1,2,3adalah koefisien Efektivitas Pengawas an 0,196 Valid regresi, X1 adalah efektivitas pengawasan, X2 adalah frekuensi pemeriksaan, X3 adalah tindak lanjut temuan Inspektorat dan adalaherror HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN Populasi penelitian sebanyak 45 satuan Volume 5, No. 4, November 2016 -6 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Frekuensi Pemeriksa an Tindak Lanjut B12 0,564 Valid B13 0,575 Valid B14 0,550 Valid B15 0,425 Valid B16 0,564 Valid C1 0,771 Valid C2 0,891 Valid C3 0,260 C4 0,898 0,196 Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas secara rinci ditampilkan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Jumlah Croncac Item h Alpha Valid Kinerja Valid 9 0,721 Andal 18 0,774 Andal 6 0,814 Andal 9 0,841 Andal SKPA (Y) C5 0,916 Valid C6 0,269 Valid Efektivitas D1 0,657 Valid Pengawasan D2 0,646 Valid D3 0,674 Valid Frekuensi D4 0,722 Valid Pemeriksaan D5 0,776 Valid (X2) D6 0,648 Valid Tindak D7 0,664 Valid Lanjut D8 0,769 Valid Temuan D9 0,518 Valid (X1) 0,196 Sumber: Data Diolah (2016) Ket (X3) Sumber: Data diolah (2016) Berdasarkan hasil pengujian validitas data Berdasarkan Tabel 4.2 nilai koefisien Alpha menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang untuk masing-masing variabel berada diatas 0,60, diperoleh oleh masing-masing item dari variabel ini efektivitas pengawasn, frekuensi pemeriksaan, penelitian reliable. menunjukkan bahwa seluruh variabel tindak lanjut temuandan kinerja SKPA berada diatas nilai kritis korelasi product momen (koefisien korelasi > 0,3) sehingga kuesioner yang digunakan dinyatakan valid. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji serta menganalisis rumusan hipotesis berdasarkan regresi.Hasil pengujian hipotesis ditampilkan dalam Tabel 4.3. 7- Volume 5, No. 4, November 2016 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala artinya frekuensi pemeriksaan Inspektorat Aceh Tabel 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardized Coefficients Variabel β Std. Error Konstanta 1,441 0,582 Efektivitas 0,102 0,178 pengawasan (X1) Frekuensi 0,021 0,154 pemeriksaan (X2) Tindak lanjut 0,503 0,153 temuan (X3) Koefisien Korelasi (R) : 0,838 Koefisien Determinasi (R²) : 0,704 Adjusted R Square : 0,621 Sumber: Data Primer Diolah (2016) Berdasarkan tabel 4.3maka berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. Koefisien regresi (β2)variable frekuensi pemeriksaan Inspektorat Aceh adalah sebesar 0,021 dapat diinterprestasikan bahwa setiap satu satuan pada skala interval peningkatan frekuensi pemeriksaan Inspektorat Aceh maka secara relatif akan meningkatkan kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh sebesar 2,1 satuan pada skala interval. Hasil pengujian regresi untuk hipotesis diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut. Y = 1,441 + 0,102X1 + 0,021X2 + 0,503X3 + ε ketiga menunjukkan nilai koefisien regresi (β3) untuk variabel tindak lanjut temuan adalah sebesar 0,503. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β3≠ 0 : H0 ditolak dan Ha diterima, artinya tindak Hasil pengujian regresi untuk hipotesis lanjut temuan Inspektorat Aceh berpengaruh pertama menunjukkan nilai koefisien regresi (β1) terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Aceh. untuk variabel efektivitas pengawasan adalah Koefisien regresi (β3)variable tindak lanjut temuan sebesar 0,102. Penentuan hipotesis menyebutkan Inspektorat Aceh adalah sebesar 0,503 dapat jika β1≠ 0 : maka H0 ditolak dan Ha diterima, diinterprestasikan bahwa setiap satu satuan pada artinya efektivitas pengawasan Inspektorat Aceh skala interval peningkatan tindak lanjut temuan berpengaruh kerja Inspektorat Aceh maka secara relatif akan Pemerintah Aceh. Koefisien regresi (β1) variabel meningkatkan kinerja satuan kerja Pemerintah efektivitas pengawasan Inspektorat Aceh adalah Aceh sebesar 50,3 satuan pada skala interval. terhadap kinerja satuan sebesar 0,102 dapat diinterprestasikan bahwa Berdasarkan hasil uji determinasi dan setiap satu satuan pada skala interval peningkatan korelasidiketahui nilai koefisien determinasi (R2) efektivitas pengawasanInspektorat Aceh maka adalah sebesar 0,621. Artinya bahwa efektivitas secara relatif akan meningkatkan kinerja satuan pengawasan, frekuensi pemeriksaan, dan tindak kerja Pemerintah Aceh sebesar 10,2 satuan pada lanjut skala interval. menjelaskan variasi dari variabel kinerja satuan Hasil pengujian regresi untuk hipotesis temuan Inspektorat Aceh mampu kerja sebesar 62,1% sedangkan sisanya 37,9% kedua menunjukkan nilai koefisien regresi (β2) dijelaskan untuk variabel frekuensi pemeriksaan adalah dimasukkan ke dalam variabel penelitian ini. oleh variabel lain yang tidak sebesar 0,021. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β2≠ 0 : maka H0 ditolak dan Ha diterima, Volume 5, No. 4, November 2016 -8 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengawasan, Akmal (2008). Pemeriksaan Manajemen Internal Audit. Jakarta: PT.Indeks. frekuensi pemeriksaan dan tindak lanjut temuan Inspektorat berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah Aceh. Manajemen Prosedur dan Implementasi. Keterbatasan penelitian ini, penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dikumpulkan, kemungkinan jawaban sehingga yang Jakarta: Salemba Empat. dimana kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang Bayangkara, IBK (2011). Manajemen Audit Audit menutup ideal dirasa Bastian, I. (2009). Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan Akuntansi. responden perlu untuk ditanyakan. Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh (2014). Siaran hanya 62,1% variabel kinerja satuan kerja Pers Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Pemerintah Aceh dipengaruhi oleh efektifitas Tahun 2013. pengawasan, frekuensi pemeriksaan dan tindak Gosal, T. A. M. Ronny lanjut temuan Inspektorat Aceh. Selebihnya Pelaksanaan sebesar 37,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain Inspektorat dari variabel yang tidak termasuk dalam model Manado.Universitas penelitian ini Manado. (2012), Fungsi Jurnal. Pengawasan Daerah Di Sam Kota Ratulangi – Saran-saran untuk penelitian selanjutnya yaitu diharapkan menggunakan teknik wawancara Hariyanto, S., dan Arifuddin. (2007). Akuntansi yang mendalam untuk memperoleh informasi Sektor Publik. Edisi Pertama, Cetakan yang Pertama. detail tentang hal-hal yang dapat meningkatkan kinerjasatuan kerja Pemerintah Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Aceh serta menambahkan variabel-variabel lain seperti pengendalian intern, tingkat pendidikan atau kemajuan teknologi. Lembaga Administrasi Negara. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Dan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: LAN. Lubis, A.H. (2011). Pengaruh Frekwensi Audit atas Laporan Keuangan dan Audit atas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Keandalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Tesis. Universitas Syiah Kuala. 9- Volume 5, No. 4, November 2016 Jurnal Akuntasi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Mardiasmo. (2002). Manajemen Otonomi Keuangan Daerah Sektor dan Suhayati. (2012), Optimalisasi Kinerja Pemerintah Publik. Daerah Melalui Performance Audit . Artikel Yogyakarta: Andi. - Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2/2012. Pemerintah Aceh, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2013. Tampubolon. (2006), Audit Intern Berbasis Risiko. Jakarta: PT. Gramedia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Prihartono, E. (2009) Tesis Pelaksanaan Warta Pengawasan Vol. XX/No.3/September 2013. BPKP. Widanarto, A. (2012). Pengawasan Eksternal Pengawasan Fungsional Dalam Rangka Pengawasan Menuju Optimalisasi Kerja. Universitas Pemerintah. Diponegoro – Semarang. Negara, Volume 12, Nomor 1, Juli 2012:1- Jurnal ilmu dan Internal, Kinerja administrasi 72. Putri, W.H.,, Yuliani, Y., dan Fitri Y. (2012). Yadnyana. (2012), Pengaruh Frekuensi Audit Pengaruh Audit Kinerja Oleh Inspektorat Atas Laporan Keuangan Historis Terhadap Terhadap Keandalan Struktur Pengendalian Intern Daerah Kinerja (SKPD) Satuan Perangkat Pemerintah Kota Pada Perusahaan. Sawahlunto.http://pengawasanintern.blogsp ot.com/fungsionalpengawasan.html. Sarwoto. (2010). Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas. Jakarta: Ghalia Indonesia. Simatupang, dan Dian, P. (2004). Pengawasan dan peradilan Administrasi, staff.ui.id/internal/…/pengawasandanPerad ilanAdministrasi.do. Sarjono, H., dan Julianita, W. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat. Volume 5, No. 4, November 2016 - 10