Analisis hubungan dinamis antara indeks harga saham gabungan

advertisement
6
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi, Jenis-Jenis dan Fungsi Kredit
Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit
maka berarti mereka memperoleh kepercayaan (Kasmir, 2004 dalam Andriyani,
2008). Sedangkan, bagi pemberi kredit artinya memberikan kepercayan kepada
seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Bila dikaitkan dengan
kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada
seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai
ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui kreditur dan debitur.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun
1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya
bank membiayai kredit untuk pembelian rumah. Kesepakatan yang terjadi antara
bank (kreditur) dan nasabah (debitur) akan menghasilkan perjanjian yang
mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta
besarnya bunga yang ditetapkan bersama.
7
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, pemberian fasilitas kredit oleh bank
kepada masyarakat dan dunia usaha dikelompokkan ke dalam beberapa jenis.
Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Dilihat dari segi kegunaan, kredit dibagi menjadi dua jenis, yaitu kredit
investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek dan pabrik baru dimana
masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama perusahaan. Kredit modal kerja
merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
kegiatan operasionalnya, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi
perusahaan.
Jika dilihat dari segi tujuan pemakaian, kredit dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan. Kredit
produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan dengan tujuan pemakaian untuk menghasilkan
barang dan jasa. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk
konsumsi atau dipakai secara pribadi. Kredit perdagangan merupakan kredit yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut.
8
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain
sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti :
a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnya
kepada
para
pengusaha
yang
memerlukan
untuk
meningkatkan produksi atau usahanya.
b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada
lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga
keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit.
2. Kredit perbankan yang ditarik tunai dapat meningkatkan peredaran uang
kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan
mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila
keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha
antara lain untuk peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat.
5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusahan masyarakat dalam arti
bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga
para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
9
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan
bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan
mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian
proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan
pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.
7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti
bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
2.2
Pasar Modal
2.2.1 Definisi Pasar Modal
Umumnya produk-produk (sekuritas) yang ditawarkan di pasar modal
adalah saham biasa, saham preferen, berbagai jenis obligasi, dan produk-produk
derivatif. Pasar modal menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun
1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun
efek yang dimaksud disini adalah surat berharga atau saham.
Sedangkan menurut Usman dalam Anoraga dan Pakarti (2006), pasar
modal adalah pelengkap sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu
bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu
10
menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai
pemodal (investor) dengan emiten (perusahaan yang go public).
Pasar modal dibedakan menjadi pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar
perdana adalah pasar bagi sekuritas atau efek yang pertama kali diterbitkan atau
diumumkan dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek
yang sudah ada, dan sudah diperdagangkan dalam pasar modal. Pada pasar
sekunder harga efek ditentukan oleh mekanisme pasar. Perkembangan pasar
modal secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya jumlah perusahaan yang
menjual saham atau obligasi melalui pasar modal, jumlah emisi, perkembangan
perusahaan-perusahaan yang telah memasyarakatkan saham, serta kegiatan jual
beli saham atau obligasi antar anggota masyarakat yang dilakukan setiap hari di
pasar sekunder. Pada pasar sekunder ini harga saham akan terbentuk atas dasar
kekuatan permintaan dan penawaran, sehingga mencerminkan bagaimana
penilaian investor atau calon investor terhadap pendapatan dan risiko dari masingmasing saham yang diperdagangkan. Hal ini secara tidak langsung mencerminkan
penilaian investor terhadap perusahaan emiten.
Menurut Haditomo (2005), perkembangan pasar modal juga dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian secara umum, karena keadaan ekonomi secara
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan dunia usaha.
Situasi ekonomi yang lesu berakibat banyak perusahaan yang menderita rugi,
sehingga pendapatan bagi pemegang saham menurun atau bahkan perusahaan
tidak mampu membayar deviden. Kondisi yang demikian akan menurunkan minat
masyarakat untuk melakukan investasi dalam bentuk saham, karena pendapatan
11
saham berupa deviden sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi apabila situasi ekonomi
akan membaik.
Suta (1996) mengatakan bahwa pasar modal di Indonesia mempunyai
jangkauan dan misi yang lebih luas. Jangkauan yang hendak dirangkum adalah
mencakup tiga aspek mendasar. Ketiga aspek tersebut adalah :
1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan,
2. Aspek pemerataan pemilikan saham perusahaan dan
3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana
untuk digunakan secara produktif.
Kehadiran pasar modal di Indonesia harus dapat didayagunakan untuk
memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Bagi
pemerintah dampak positifnya adalah adanya pemupukan modal dalam negeri.
Bagi masyarakat, daya tarik dan manfaat yang diperoleh adalah upaya untuk
menambah nilai uang. Oleh karenanya, pasar modal di Indonesia merupakan salah
satu sumber pembiayaan pembangunan disamping sumber-sumber lain seperti
tabungan pemerintah, kredit perbankan, PMA, PMDN, bantuan luar negeri dan
investasi dalam perusahaan.
2.2.2 Instrumen Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), pasar modal memperdagangkan
instrumen pasar modal, yaitu semua surat-surat berharga (securities) yang
12
diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal tersebut antara lain saham,
obligasi dan lain-lain.
a. Saham
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), saham dapat didefinisikan sebagai
surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam
suatu perusahaan. Kepemilikan saham di suatu perusahaan akan memberikan
manfaat yang dapat diperoleh yaitu:
1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemilik saham.
2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual
dengan harga belinya.
3. Manfaaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Saham dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu saham biasa (common
stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa merupakan saham yang
tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, sedangkan
saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan
deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu
dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul
pencalonan direksi atau komisaris (Anoraga dan Pakarti, 2006).
13
b. Obligasi
Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Obligasi
mengandung suatu perjanjian atau kontrak yang melibatkan kedua belah pihak,
antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima
pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur,
baik mengenai jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya
pelunasan dan ketentuan-ketentuan tambahan lainnya (Anoraga dan Pakarti,
2006).
2.3 Indeks Harga saham Gabungan (IHSG)
Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa
yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk mengetahui
bagaimana kegiatan ekonomi bergerak, naik atau turun, banyak orang akan
melihatnya dari sisi indeks yang dicapai pada saat itu. Secara sederhana, indeks
harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa
dengan peristiwa lainnya (Anoraga dan Pakarti, 2006). Demikian juga dengan
indeks harga saham, indeks di sini akan membandingkan perubahan harga saham
dari waktu ke waktu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga
saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak
digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar
modal. IHSG bisa dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum atau
mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG
14
melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga dan Pakarti,
2006).
Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini kita harus
menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung
Indeks Harga Saham Gabungan menurut Anoraga dan Pakarti (2006) adalah
sebagai berikut:
IHSG =
x 100%
(1)
dimana:
Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar
2.4 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sejak diberlakukannya Inflation Targetting Framework (ITF) di Indonesia,
BI rate digunakan sebagai sinyal respon kebijakan moneter dan sasaran
operasionalnya.
Banjarnahor
(2008)
menjelaskan
bahwa
BI
rate
diimplementasikan melalui SBI (Sertifikat Bank Indonesia) periode satu bulan
karena beberapa pertimbangan. Pertama, SBI satu bulan telah digunakan sebagai
benchmark oleh perbankan dan pelaku pasar di Indonesia dalam berbagai
aktivitasnya. Kedua, SBI satu bulan sebagai sasaran operasional akan memperkuat
sinyal respon kebijakan moneter yang ditempuh BI. Ketiga, SBI satu bulan
mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ekonomi.
Kebijakan moneter dengan meningkatkan suku bunga SBI akan
mengurangi jumlah dana yang digunakan untuk kredit (lending capacity). Hal ini
15
disebabkan karena bank akan lebih tertarik menanamkan dananya pada SBI yang
bebas resiko.
2.5 Teori Inflasi
Menurut Friedman dalam Mankiw (2003) inflasi merupakan suatu
fenomena moneter dan terjadi apabila kenaikan jumlah uang yang beredar lebih
cepat daripada output. Menurut Lipsey et al., (1997) inflasi adalah kenaikan ratarata semua
tingkat
harga.
Terkadang,
kenaikannya
terus-menerus
dan
berkepanjangan sehingga harus dibatasi. Naiknya harga-harga secara umum ini
mengakibatkan nilai riil dari suatu mata uang terhadap barang dan jasa, atau yang
lebih dikenal dengan istilah daya beli, menurun.
Sementara tingkat harga merupakan rata-rata tertimbang harga barang dan
jasa di perekonomian yang diukur dengan indeks harga. Indeks harga yang banyak
digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI), PDB deflator dan Whole Price Index (WPI). Namun hampir semua negara
dalam perhitungan inflasi menggunakan IHK.
Inflasi dapat dibedakan antara inflasi inti (core inflation) dan inflasi sesaat
(noise). Adapun indikator inflasi yaitu :
1. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umumnya
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu menunjukkan harga dari paket barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat.
16
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan
harga dari suatu komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah (Mustikaati, 2007)
2.6
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), sering
digunakan untuk menentukan biaya hidup dan dahulu disebut cost-of-living index,
mengukur perubahan harga untuk suatu kombinasi belanja barang dan jasa. Jika
GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal
yang mengukur nilai produksi, maka IHK mengubah harga berbagai barang dan
jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. IHK
juga dapat didefinisikan sebagai harga sekelompok barang dan jasa relatif
terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
(Mankiw, 2003).
2.7
Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi modern diawali dengan model Harrord
Domar, yaitu pertumbuhan ekonomi (gy) sama dengan produktivitas kapital (ợ)
dikalikan dengan tingkat tabungan (s). Jika produktivitas dianggap konstan maka
pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan tabungan atau
investasi. Bank lending channel adalah salah satu channel investasi melalui
penyaluran kredit investasi oleh perbankan. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi dan kredit berhubungan secara implisit (Linda, 2007).
17
Mankiw (2003) menyatakan bahwa salah satu variabel makroekonomi
sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian adalah Gross Domestic
Product (GDP) yang terbagi menjadi GDP nominal dan GDP riil. GDP mengukur
total produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi yang
menunjukkan perkembangan pendapatan agregat periode tertentu dan mewakili
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Indikator pertumbuhan ekonomi lain yang mengukur output produksi riil
adalah Industrial Production Index (IPI). Linda (2007) menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi dalam periode bulanan dinilai lebih representatif
menggunakan IPI dibanding GDP riil. IPI diukur dari beberapa sektor seperti
manufaktur, pertambangan, dan industri. IPI digunakan sebagai salah satu
indikator koinsiden, yaitu perubahan pada indikator ini biasanya mengindikasikan
perubahan yang sama pada aktivitas ekonomi keseluruhan atau dengan kata lain
akan merefleksikan perubahan GDP.
2.8
Nilai Tukar
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya (Bank Indonesia, 2004). Pada dasarnya
terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar
mengambang terkendali, dan sistem nilai tukar mengambang. Pemilihan sistem
yang diterapkan akan tergantung pada kondisi perekonomian negara. Semakin
terbukanya perekonomian suatu negara menyebabkan nilai tukar menjadi faktor
penting yang harus diperhatikan dalam perekonomian (Kassim et al., 2009).
18
Jika dilihat dari cara perhitungannya, menurut Mankiw (2003), nilai tukar
atau kurs dibagi menjadi 2, yaitu: (1) kurs nominal yang merupakan harga relatif
dari mata uang dua negara dan (2) kurs riil yaitu harga relatif dari barang-barang
kedua negara. Berdasarkan kedua definisi diatas maka perhitungan kurs dapat
diperoleh melalui perkalian antara kurs nominal dan rasio tingkat harga, dimana
rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara harga barang domestik dan
harga barang di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat.
2.9
Mekanisme Transmisi melalui Jalur Kredit (Credit Channel)
2.9.1 Jalur Pinjaman Bank (Bank Lending Channel)
Jalur pinjaman bank menekankan pengaruh kebijakan moneter pada
kondisi keuangan bank. Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi
liabilitas bank juga merupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Apabila Bank Sentral melaksanakan kebijakan moneter
ekspansif, misalnya dengan meningkatkan jumlah uang beredar, maka suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan turun. Penurunan suku bunga SBI akan
menurunkan kuantitas SBI dan sebaliknya akan meningkatkan deposito. Hal ini
akan membuat penawaran kredit meningkat dan menyebabkan suku bunga
deposito turun. Karena biaya dana (cost of fund) turun, maka suku bunga
pinjaman juga akan turun, sehingga mengurangi tindakan moral hazard dan
adverse selection oleh perusahaan. Kondisi demikian akan mendorong
meningkatnya pinjaman, yang selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran
melalui investasi dan pada akhirnya akan meningkatkan output. Skema kebijakan
19
moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai berikut (Mishkin,
2001) :
M ↑ → bank deposits ↑ → bank loan ↑ → investasi ↑ → output ↑
Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya channel ini, yaitu :
1. kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi sebagian
peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit bank, dan
2. bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank.
Implikasi penting dari credit view adalah kebijakan moneter akan memiliki
efek yang lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar
(Mishkin, 2001). Hal ini disebabkan perusahaan kecil lebih bergantung pada
kredit bank, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal secara
langsung melalui penerbitan saham dan obligasi.
2.9.2 Jalur Neraca Perusahaan (Balance Sheet Channel)
Kredit dan harga saham mempunyai hubungan yang tercermin pada salah
satu jenis saluran yang akan mempengaruhi transmisi moneter dari sektor
keuangan ke sektor riil, yaitu jalur neraca perusahaan (balance sheet channel).
Dalam jalur neraca perusahaan ini, yang ditekankan adalah pengaruh dari
kebijakan moneter terhadap kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya akan
mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.
Dalam hal ini, apabila Bank Sentral melakukan kebijakan moneter yang
ekspansif, maka suku bunga di pasar uang akan turun, yang mendorong harga
saham mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan tersebut, dana sendiri
20
perusahaan (networth) akan meningkat disebabkan meningkatnya harga equity
yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard
oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank,
selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output.
Jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 1998):
M ↑ → P equity ↑ → adverse selection dan moral hazard ↓ → Lending ↑ →
investasi ↑ → output ↑
2.9
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (1994) yang bertajuk “Stock
Prices and Bank Lending Behavior in Japan”, bertujuan meneliti hubungan
historis (historical relationship) antara harga saham dengan bank lending di
negara itu. Hubungan ini dapat tercermin dari, pertama, positifnya respon
Japanese bank lending terhadap kenaikan harga saham Nikkei. Kedua, berubahnya
historical relationship antara harga saham dan bank lending, yaitu hubungan
keduanya lemah hingga pertengahan 1980an dan setelahnya tiba-tiba menguat
secara signifikan. Ketiga, fluktuasi harga saham Nikkei ternyata punya kontribusi
yang cukup signifikan terhadap fluktuasi bank lending di Jepang saat itu.
Penelitian ini menggunakan data time series dengan variabel CPI
(Consumer Price Index), IPI (Industrial Production Index), call money rate (suku
bunga pinjaman antar bank), Nikkei Stock Price Index (Indeks Harga Saham
Nikkei) dan total kredit yang disalurkan perbankan Jepang. Waktu pada penelitian
21
ini dibagi menjadi dua periode yaitu 1970:1 – 1983:12 dan 1984:1 – 1993:5 dan
metode yang digunakan adalah SVAR (Structural Vector Autoregression).
Selain itu, Ibrahim (2004) menganalisis tentang “Stock Prices and Bank
Loan Dynamics in a Developing Country : The Case of Malaysia”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengestimasi interaksi dinamis antara kredit dengan harga saham
dan melihat apakah kredit mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di
sektor keuangan ke sektor riil. Hasil yang diperoleh antara lain yaitu total kredit
merespon positif kenaikan harga saham dan ternyata total kredit di Malaysia tidak
mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor
riil.
Penelitian ini menggunakan data empat bulanan atau data kuartalan
dengan menggunakan enam variabel, yaitu total kredit, harga saham, GDP (Gross
Domestic Product), CPI (Consumer Price Index), suku bunga pinjaman antar bank
dan nilai tukar. Periode penelitian ini dilakukan sejak kuartal satu 1978 sampai
kuartal dua 1998 (1978:Q1 – 1998:Q2). Metode yang digunakan adalah metode
VAR yang dilanjutkan dengan metode VECM (Vector Error Correction Model).
2.10
Kerangka Pemikiran
Hubungan antara perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat dilihat
dari kerangka pemikiran penelitian (Gambar 2.1). Kerangka pemikiran tersebut
meupakan suatu bentuk pemikiran penulis mengenai penelitian ini. Latar belakang
penelitian diawali dari adanya peran dari pasar modal yag diindikatori oleh IHSG
(Indeks Harga Saham Gabungan). Kemudain di sisi lain, adanya fungsi perbankan
22
dalam penyaluran kredit ke sektor riil. Dalam ekonomi moneter terdapat teori
yang menghubungkan saham tersebut dengan kredit, dimana secara tidak
langsung harga saham (dalam hal ini digambarkan melalui IHSG) dapat
mempengaruhi penyaluran kredit (Mishkin, 2003). Variabel makroekonomi yang
mempengaruhi IHSG dan Kredit adalah ER, SBI, CPI dan IPI.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh IHSG terhadap penyaluran kredit di
Indonesia, selain itu juga ingin melihat bagaimana pengaruh penyaluran kredit
tersebut terhadap sektor riil.
Variabel Makroekonomi
ER, SBI, CPI, IPI
Pasar Modal
Perbankan
IHSG
Kredit
Hubungan Dinamis Antara IHSG
dan Kredit
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.11
Hipotesis
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. IHSG mempunyai pengaruh terhadap kredit.
2. Kredit mempunyai pengaruh positif terhadap sektor riil.
Download